Skripsi
Oleh :
106097003254
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing 2
Mengetahui,
Ketua Program Studi Fisika
LEMBAGA MANAPUN.
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
seluruh rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis
zaman.
Dengan Metode Likelihood Untuk Daerah Papua Dan Sekitarnya, yang disusun
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program S1 pada Program
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta uni dan adikku tersayang yang telah
2. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, selaku Dekan Fakultas Sains dan
iii
3. Bapak Drs. Sutrisno, M.Si sebagai Ketua Prodi Fisika Fakultas Sains dan
4. Ibu Tati Zera, M.Si sebagai pembimbing I penulis yang telah memberikan
5. Bapak Arif Tjahjono, M.Si sebagai pembimbing II penulis yang juga telah
6. Teman-temanku : ban belakang bajaj(Latipe dan Ize), iik, putri, agung, chico,
bahtiar, kia, dan semua teman-teman fisika, khususnya fisika 2006 yang tak
bisa disebutkan satu per satu, terima kasih untuk kalian semua. Dan juga
untuk rere anak adab yang bersedia jadi kakek kita bersama.
7. Fadly yusuf pria spesial dalam hidupku yang selalu memberikan perhatian,
sayang, juga membimbingku untuk lebih dewasa dalam menyikapi segala hal,
Akhir kata tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan skripsi ini dan
penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca untuk
penulisan laporan yang lebih baik lagi. Kritik dan saran dapat disampaikan ke penulis
melalui e-mail: cin_dk@yahoo.com semoga skripsi ini dengan izin Allah dapat
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
v
2.4 Persamaan Hubungan Guttenberg dan Richters .......................... 14
vi
DAFTAR GAMBAR
C.transvergent ................................................................................... 8
Gambar 3.1 Peta Tektonik Aktif dan Sejarah Gempabumi Wilayah Indonesia
vii
Gambar 3.10 Distribusi Magnitude Berdasarkan Kedalaman Gempa Wilayah 4 28
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Perhitungan b value dan Stndar Deviasi Pada Tiap-
tiap Wilayah......................................................................................... 41
Tabel 4.2 Perbandingan Parameter Aktivitas Seismik dan Nilai Indeks Seismisitas
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Distribusi Frekuensi Gempa Bumi Wilayah Selatan Jawa Tahun
1973-2007 ................................................................................... 54
Lampiran 3. Tabel Indeks Seismisitas dan Periode Ulang Gempa Merusak ....... 55
Lampiran 5. Peta Seismisitas Daerah Selatan Pulau Jawa Periode 1973-2007 ... 57
x
BAB I
PENDAHULUAN
khususnya gempa bumi, hal ini karena Indonesia terletak diantara pertemuan tiga
lempeng dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Indo-
Australia dan Eurasia bertemu disepanjang barat Sumatra, selatan Jawa, selatan Nusa
Tenggara dan berakhir di laut Banda. Sedang lempeng Eurasia dan Pasifik bertemu di
sepanjang laut Maluku dan berakhir di laut Banda. Selain itu di Indonesia juga
banyak terdapat sesar-sesar lokal yang cukup aktif yang dapat memicu timbulnya
gempa bumi.
Salah satu faktor utama terjadinya gempa bumi di Indonesia adalah adanya
tumbukan antar lempeng, dimana lempeng tersebut ada yang bergerak saling
mendekati, ada yang saling menjauhi, dan ada yang saling bergeser. Ketika lempeng
gerakan lempeng tersebut akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung
bumi. Perlambatan gerak ini menyebabkan penumpukan energi di zona subduksi dan
zona patahan, akibatnya terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Secara teoritis
Pada saat batas elastisitas lempengnya terlampaui, maka terjadilah patahan batuan
1
yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses ini menimbulkan getaran ke
segala arah yang disebut gelombang seismik. Gelombang inilah yang menyebabkan
pertemuan lempeng samudera yaitu lempeng Pasifik yang menyusup di bawah Papua
cm/tahun.
Akibat penekanan oleh dua lempeng besar ini di wilayah Papua terbentuk tiga
zona besar patahan aktif yakni zona kompresi dari tabrakan lempeng Pasifik dan
Pulau Papua yang kompleks, jalur Patahan besar Sorong dan jalur Patahan besar
Aiduna-Tarairua. Dengan kecepatan gerak relatif lempeng Pasifik yang sangat cepat
ini, maka bisa dipastikan bahwa wilayah ini mempunyai potensi bencana gempa dua-
Potensi gempa yang sangat tinggi ini didukung fakta yang sudah sangat sering
gempa-gempa besar merusak terjadi dimasa lalu, misal gempa-tsunami di Biak tahun
1996 dengan M 8,2 memakan korban ribuan jiwa, terakhir gempa besar terjadi tahun
2004 dengan M 7,1-7,6 hanya beberapa bulan sebelum gempa-tsunami Aceh. Pada
tahun 1864 di timur Manokwari pernah terjadi gempa yang membangkitkan tsunami
2
setinggi 12 m, korbannya mencapai 250 orang sedangkan populasi manusia dipantai
Dari tinjauan tektonik dan distribusi kegempaan dapat dilihat secara umum
wilayah Papua dan sekitarnya mempunyai peluang terhadap terjadinya gempa bumi
yang tinggi, namun dengan metode statistik akan dapat diketahui secara numerik
periode ulang gempa bumi untuk magnitudo tertentu pada daerah Papua. Peluang
terjadinya gempa bumi dengan kekuatan yang sama yang pernah terjadi di suatu
daerah tertentu juga dapat diperkirakan lagi, sehingga dapat ditekan sekecil mungkin
Suatu daerah dapat dikatakan memiliki tingkat aktivitas gempa bumi yang
tinggi jiska b value nya besar, dimana b value dipengaruhi oleh magnitudo dan
tektonik dari setiap wilayah dan menunjukkan parameter seismotektonik pada daerah
tersebut, oleh karenanya sangat menarik untuk dilakukan penelitian tentang keaktifan
gempa dan peluang terjadinya gempa di wilayah Papua dan sekitarnya dengan
didukung dari fakta sudah sangat sering gempa-gempa merusak terjadi dimasa lalu.
seismisitas (a), peluang kejadian gempa (P), dan periode ulang gempa () untuk
3
masing-masing wilayah di daerah Papua dan sekitarnya yang dibatasi koordinat 132
BT 141 BT dan 0 LS 6 LS. Data yang digunakan adalah data gempa selama
100 tahun dari tahun 1909-2009 dengan magnitudo 5.0 dan kedalaman 60 km yang
Dari hasil yang diperoleh dari analisa yang dilakukan diharapkan dapat
dan sekitarnya.
Adapun sistematika penulisan penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab,
penulisan.
4
BAB II : DASAR TEORI, yang berisi tentang gempa bumi, hubungan
BAB III : METODE PENELITIAN, yang berisi tentang waktu dan tempat
5
BAB II
DASAR TEORI
antar lempeng bumi, patahan aktif akitivitas gunung api atau runtuhan batuan.
Kekuatan gempabumi akibat aktivitas gunung api dan runtuhan batuan relatif kecil
tektonik. Gempa tektonik yaitu gempa bumi yang disebabakan pergeseran lempeng-
lempeng tektonik yang ada di lapisan kerak bumi. Gempa bumi tektonik pada
dasarnya disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan lempeng
yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai
pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran
lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi
6
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Gempa Tektonik
terdapat tiga jalur utama gempa bumi yang merupakan batas pertemuan dari beberapa
1. Jalur gempa bumi Sirkum Pasifik, Jalur ini dimulai dari Cardilleras de Los Andes
2. Jalur Gempa bumi Mediteran atau Trans Asiatic, Jalur ini dimulai dari Azores,
dan Laut banda) dan akhirnya bertemu dengan jalur sirkum Pasifik di daerah
Maluku.
3. Jalur Gempa bumi Mid-Atlantic, Jalur ini mengikuti Mid-Atlantik Ridge yaitu
Sebanyak 80% gempa di dunia, terjadi di jalur Sirkum Pasifik yang sering
disebut sebagai Ring of Fire karena juga merupakan jalur vulkanik. Sedangkan pada
7
jalur Mediteran terdapat 15% gempa dan sisanya sebanyak 5% tersebar di Mid
juga sangat erat kaitannya dengan patahan. Secara umum pergerakan dasar patahan
a. Dip Slip Fault (Patahan Miring), dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
sudut 450<<900.
8
Gambar 2.3. Gravity Fault
00<<450.
jam ataupun berlawanan dengan arah jarum jam. Pada umumnya sudutnya
mendekati 90.
9
Gambar 2.5. Strike Slip Fault
yaitu pergerakan blok sebagai akibat dari Dip Slip Fault dan Strike Slip
Fault.
Berdasarkan kedalaman sumber ( h ) gempa bumi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
3. Kedalaman dalam, biasanya terjadi gempa bumi pada kedalaman lebih dari 300
km ( h > 300 ).
10
Terjadinya gempa bumi biasanya diiringi oleh beberapa macam goncangan,
diantaranya :
2. Aftershock, Deretan goncangan yang terjadi setelah gempa bumi. Dapat terjadi
3. Swarm, Sejumlah besar goncangan kecil tanpa ada gempa bumi utama.
Gelombang gempa bumi adalah semua gelombang yang dapat tercatat oleh
11
selagi gelombang menjalar melewatinya, tetapi tidak merubah volumenya.
12
Gambar 2.8 Gelombang Love dan Rayleigh
Parameter gempa bumi atau lebih luas lagi disebut dengan gelombang seismik
1. Lintang dan bujur episenter (titik pada permukaan bumi yang terletak vertikal
dipancarkan)
13
Parameter ukuran besarnya gempa bumi biasanya dinyatakan dengan
magnitude dalam skala Richter dimana besaran ini terkait dengan energi yang
persamaan matematika dari data amplitude, periode gelombang pada seismogram dan
kali dikembangkan oleh K. Wadati dan C.F. Richter tahun 1935 sebelum momen
seismik dihitung pada tahun 1964. Charles F. Richter menentukan magnitude lokal
(ML) untuk gempa bumi dengan ukuran sedang (3< ML<7) di California Selatan.
Magnitude gempa bumi ini ditentukan dari logaritma amplitude yang tercatat pada
seismograph.
Hubungan magnitude frekuensi oleh Ishimoto dan Ishida (1939) (di timur)
dan hubungan Gutenberg dan Richter (1942) (di barat). Gutenberg-Richter (G-R)
log N = a bM .(1)
N = 10 a- bM
pengamatan, luas daerah pengamatan, serta tingkat aktifitas seismik suatu wilayah.
14
Parameter b merupakan parameter tektonik yang menunjukkan jumlah relatif dari
getaran yang kecil hingga besar (biasanya mendekati 1) dan secara teoritis tidak
bergantung pada periode pengamatan tetapi hanya bergantung pada sifat tektonik dari
Beberapa ahli mengatakan bahwa nilai b ini konstan dan bernilai sekitar -1 s/d
1. Kalaupun ada perbedaan, hal itu lebih karena perbedaan data dan metode
bahwa nilai b ini bervariasi terhadap daerah dan kedalaman fokus gempa, serta
bergantung pada keheterogenan dan distribusi ruang stress dari volume batuan yang
log P
= 0 .......................................................................................(3)
15
Bila suatu fungsi distribusi probabilitas dari M dapat ditulis kedalam bentuk
( )
f M , b ' = b' e b '(M M 0 ) ; M M 0 ......................................................(4)
Dimana : b' = b ln 10
n
b '
M i NM 0
P = (b') e
N i =1
................................................................... (5)
Dari hubungan ini diperoleh bahwa estimasi maksimum likelihood dari b yang
log e
b = ..................................................................................(6)
M M0
M .N i =1
i i
berikut : M = ..............................................................................(7)
N
Dimana :
Menurut Utsu (1961) menunjukkan bahwa metode ini lebih baik daripada
metode least square khususnya untuk data dengan jumlah gempa (N) yang kecil.
16
1.960 1.960
b (1 ) Pr b(1 + ) ......................................(8)
N N
MMo yaitu :
( )
a = log N + log b ln 10 + M 0 b; M M 0 ............................................... (9)
(standar deviasi). Standar deviasi merupakan ukuran penyebaran yang paling banyak
digunakan. Mayoritas nilai data cenderung berada dalam suatu deviasi standar dari
rata-rata, dan hanya sebagian kecil saja yang terletak diluar dari rata-rata standar
sebagai berikut :
(x x)
2
i
i =1
x = ............................................................................(10)
N
Dimana
17
2.7 Indeks Seismisitas
gempa bumi rata-rata pertahun yang mempunyai magnitude >M pada setiap daerah
penelitian. Kita anggap jumlah gempa bumi dengan M0.0 dan M5.0 dalam
penelitian sebagai indeks seismisitas untuk satu daerah. Harga rata-rata a dan a' dapat
dihitung dengan membagi jumlah magnetudo gempa seluruhnya (n(M)) dan jumlah
a1 = a log T
a ' = a log b ln 10 ( )
'
a = a ' log T ................................................................................................ (11)
1
Dimana :
seismisitas
Dari persamaan diatas dapat dihitung jumlah gempa rata-rata per tahun dengan
Dimana :
18
Jadi
N1(M 0.0) dan N1(M5.0) merupakan suatu indeks seismisitas dari daerah tertentu
merusak di suatu daerah pada kurun waktu tertentu. Harga resiko gempa sangat
berguna untuk perencanaan bangunan tahan gempa. Bila kita anggap distribusi
interval waktu berbentuk eksponensial e-NT, maka dapat kita turunkan probabilitas
kejadian suatu gempa dengan magnetudo > M pada suatu periode T sebagai berikut :
( )
P (M , T ) = 1 e N1 ( M )T ..............................................................................(13)
Rata-rata tahunan kumulatif jumlah gempa dengan M paling besar dapat dicari
dengan :
Dengan diperoleh N1(M) dapat dihitung nilai rata-rata periode ulang dari gempa bumi
merusak, yaitu :
1
= ....................................................................................................(15)
N1 M
Dimana :
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian data gempa bumi periode tahun 1909 s/d 2009 diperoleh dari Pusat
Pusat. Penyajian datanya dalam bentuk tabel, grafik dan peta dengan menggunakan
Dua gaya akibat tumbukan lempeng Indo-Australia dan Pasifik di bagian utara
Papua terdapat pegunungan yang memanjang dari Kepala Burung hingga pegunungan
Sorong hingga Yapen dan terus ke Memberamo Hilir hingga di selatan Jayapura. Di
bagian tengah terdapat pegunungan tengah dan patahan yang rumit seperti patahan
Weyland, Siriwo, Direwo, Kurima dan lain lain. Disamping itu ada patahan yang
memanjang dari Manokwari ke arah Nabire dan dinamakan patahan Wandamen atau
20
lempeng Eurasia menyebabkan terjadi patahan di dasar laut sebelah selatan Fak Fak
hingga di selatan Kaimana dan sebagian selatan Nabire yang dinamakan patahan
Wilayah Papua yang dihimpit oleh pergerakan dua lempeng besar, yaitu
dan lempeng Australia yang bergerak ke utara sekitar 7 cm/tahun ( Gambar 3.1). Dua
Akibat digencet oleh dua lempeng besar ini di wilayah Papua terbentuk tiga
zona besar patahan aktif yakni zona kompresi dari tabrakan lempeng Pasifik dan
Pulau Papua yang kompleks, jalur Patahan besar Sorong dan jalur Patahan besar
Aiduna-Tarairua. Dengan kecepatan gerak relatif lempeng Pasifik yang sangat cepat
ini, maka bisa dipastikan bahwa wilayah ini mempunyai potensi bencana gempa dua-
Patahan mendatar dengan laju pergerakan paling cepat di dunia. Patahan San Andreas
di California Selatan yang sangat terkenal di dunia saja hanya mempunyai laju
Potensi gempa yang sangat tinggi ini didukung fakta sudah sangat seringnya gempa-
gempa besar merusak terjadi di masa lalu dengan kekuatan lebih besar dari skala
21
magnitudo (M) 7, bahkan sebagian lebih besar dari magnitudo (M) 8 , misalnya
gempa-tsunami di Biak tahun 1996 (M8.2) yang memakan korban ribuan jiwa.
Terakhir gempa besar terjadi tahun 2004 dengan kekuatan M 7.1 - 7.6, hanya
gempa tersebut ada di bawah laut, sehingga berpotensi tsunami. Pada tahun 1864 di
meter. Pada waktu itu korbannya mencapai 250 orang padahal populasi manusia di
Gambar 3.1 Peta Tektonik Aktif dan Sejarah Gempabumi Wilayah Indonesia
Bagian Timur
22
3.3 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian berada dilakukan untuk daerah Papua yang dibatasi koordinat 00-60
LS dan 1320-1410 BT. Data yang digunakan adalah gempa bumi periode 1909-2009
yang dangkal yang berpotensi besar mengakibatkan resiko kerusakan yang tinggi.
Agar lebih spesifik, akurat dan terperinci wilayah penelitian tersebut dibagi
23
Gambar 3.2 Peta Pembagian Wilayah Penelitian
1. Wilayah 1
1320 BT - 1350 BT, tercatat 217 kejadian gempabumi untuk skala M5 SR.
kali. Gempa terbesarnya dengan magnitude 7,9 SR hanya terjadi satu kali.
24
Gambar 3.3 Distribusi Magnitude Berdasarkan Frekuensi Kejadian Wilayah 1
merata dari 0 s.d 60 km. Lebih jelasnya distribusi gempa berdasarkan kedalaman
2. Wilayah 2
25
Gambar 3.5 Distribusi Magnitude Berdasarkan Frekuensi Kejadian Wilayah 2
5,0 s.d 5,3 SR berada pada kedalaman 10 s.d 51 km. Sedangkan untuk gempa dengan
magnitude 5,4 s.d 6,2 SR berada pada kedalaman 9 s.d 33 km. Lebih jelasnya
3. Wilayah 3
1320 BT - 1350 BT, tercatat 148 kejadian gempabumi untuk skala M5 SR.
kali dan gempa terbesarnya dengan magnitude 7,5 SR hanya terjadi satu kali.
26
Gambar 3.7 Distribusi Magnitude Berdasarkan Frekuensi Kejadian Wilayah 3
5,0 s.d 6,0 SR berada pada kedalaman 0 s.d 60 km. Sedangkan gempa dengan
magnitude 6,1 s.d 7,5 SR berada pada kedalaman 22 s.d 36 km. Lebih jelasnya
4. Wilayah 4
1350 BT - 1380 BT, tercatat 126 kejadian gempabumi untuk skala M5 SR.
kali dan gempa terbesarnya dengan magnitude 7,7 SR hanya terjadi satu kali.
27
s
gempa berada pada kedalaman 0 s.d 40 km. Lebih jelasnya distribusi gempa
5. Wilayah 5
1350 BT - 1380 BT, tercatat 161 kejadian gempabumi untuk skala M5 SR.
kali dan gempa terbesarnya dengan magnitude 8,1 SR hanya terjadi satu kali.
28
Gambar 3.11 Distribusi Magnitude Berdasarkan Frekuensi Kejadian Wilayah 5
5,0 s.d 6,4 SR berada pada kedalaman 0 s.d 60 km. Sedangkan untuk gempa dengan
kedalaman 6,5 s.d 8,1 SR berada pada kedalaman 0 s.d 33 km. Lebih jelasnya
6. Wilayah 6
Berdasarkan frekuensi gempanya magnitude 5,1 SR dan 5,2 SR sering terjadi yaitu
sebanyak 10 kali dan gempa terbesarnya dengan magnitude 7,5 SR hanya terjadi satu
kali.
29
Gambar 3.13 Distribusi Magnitude Berdasarkan Frekuensi Kejadian Wilayah 6
gempa berada pada kedalaman 0 s.d 40 km. Lebih jelasnya distribusi gempa
7. Wilayah 7
1380 BT - 1410 BT merupakan wilayah dengan jumlah kejadian gempa paling sedikit
30
sebanyak 11 kali dan gempa terbesarnya dengan magnitude 7,2 SR hanya terjadi satu
kali.
gempabumi berada pada kedalaman 10 s.d 55 km. Lebih jelasnya distribusi gempa
8. Wilayah 8
1380 BT 1410 BT merupakan wilayah dengan jumlah kejadian gempa paling banyak
yaitu sebanyak 520 kali. Berdasarkan frekuensi gempanya magnitude 5,0 SR sering
31
terjadi sebanyak 116 kali dan gempa terbesarnya dengan magnitude 7,7 SR hanya
dari 0 s.d 60 km, hanya gempabumi besar saja yang berada pada kedalaman 0 s.d 33
9. Wilayah 9
32
Selama 100 tahun periode tahun 1909-2009 untuk wilayah 40 LS 60 LS dan
kali dan gempa terbesarnya dengan magnitude 7,0 SR terjadi dua kali.
s.d 5,4 SR berada pada kedalaman 10 s.d 50 km. Sedangkan gempabumi dengan
magnitude 5,5 s.d 7,0 SR berada pada kedalaman 12 s.d 36 km. Lebih jelasnya
33
Gambar 3.20 Distribusi Magnitude Berdasarkan Kedalaman Gempabumi Wilayah 9
Data yang yang digunakan dalam menentukan b value terdiri dari magnitude
dan frekuensi gempa bumi tahun 1909 s/d 2009. Dalam analisa penulis menggunakan
metode likelihood untuk menentukan b value dan metode statistik untuk mengetahui
Pengolahan data dilakukan secara manual yaitu dengan cara subtitusi kedalam
rumus yang telah ada. Analisa dilakukan terhadap hasil perhitungan, sedangkan
1. Seleksi data magnitude dan frekuensi gempa bumi yang terjadi pada lokasi
dari persamaan 6.
5. Untuk mencari probabilitas gempa merusak dari kurun waktu tertentu, dapat
34
6. Semua data dan hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik,
Untuk batas atas dan batas bawah dalam selang keyakinan dari nilai b yaitu
35
Standar deviasi perhitungan b value dengan metode likelihood maksimum
No xi ( xi x ) 2
1 5,0 1,48
2 5,1 1,25
3 5,2 1,03
4 5,3 0,84
5 5,4 0,67
6 5,5 0,51
7 5,6 0,38
8 5,7 0,27
9 5,8 0,17
10 5,9 0,10
11 6,0 0,05
12 6,1 0,01
13 6,2 0,00
14 6,3 0,00
15 6,4 0,03
16 6,5 0,08
17 6,6 0,15
18 6,7 0,23
19 6,9 0,47
20 7,0 0,61
21 7,2 0,97
22 7,4 1,40
23 7,5 1,65
24 7,9 2,83
149,2 15,18
36
N
(x x)
2
i
i =1
x =
N
15,18
x =
24
x = 0,79
N 1(M 5 ) = 10 a1 5b
'
N 1(M 5 ) = 10 4, 650,86
N 1(M 5 ) = 1,99
37
Perhitungan kemungkinan kejadian gempa berdasarkan T untuk wilayah 1 :
T = 10 Tahun T = 30 Tahun
P ( M , T ) = 1 e N1 ( M ).T P ( M , T ) = 1 e N1 ( M ).T
P (5,0;10) = 1 e 0, 0398 10 P(5,0;30) = 1 e 0, 0398 30
P (5,0;10) = 0,328 32,8 0 0 P(5,0;30) = 0,696 69,6 0 0
Sedangkan nilai rata-rata periode ulang dari gempa yang merusak adalah :
1 1
= =
N 1 (5,0) 0,0398
= 25 = 25 Tahun
dengan magnitude terbesar dalam periode T untuk wilayah 2 s/d wilayah 9 dapat
TAHAPAN PENELITIAN
Input Data
(Pengeplotan Data DalamPeta)
38
Pembagian Daerah Menjadi 9 Zona
Perhitungan b value
Metode Likelihood Maksimum
Perhitungan
Indeks Seismisitas
Analisa
Kesimpulan
39
BAB IV
tingkat seismisitas cukup tinggi karena pulau Papua terletak di ujung pertemuan
lempeng samudera yaitu lempeng Pasifik yang menyusup di bawah Papua bergerak
banyak beberapa patahan-patahan lokal yang aktif. Lebih jelasnya distribusi gempa
40
Setelah melalui proses pengolahan dan analisa data dengan menggunakan
perhitungan, maka diperoleh hasil analisa yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
maksimum dan standar deviasinya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Perbandingan hasil perhitungan b value dan standar deviasi pada
tiap-tiap wilayah
Wilayah x
1 6,89 0,86 0,79
2 7,12 1,01 0,36
3 6,66 0,85 0,76
4 5,66 0,68 0,80
5 6,22 0,76 0,87
6 5,08 0,64 0,69
7 6,66 0,94 0,57
8 7,58 0,92 0,77
9 6,75 0,92 0,59
41
Gambar 4.2 Grafik Persamaan Guteenberg-Richter Untuk Wilayah 1
42
Gambar 4.4 Grafik Persamaan Guteenberg-Richter Untuk Wilayah 3
43
f. Wilayah 6 : log N(M) = 5,08 0,64 M
44
i. Wilayah 9 : log N(M) = 6,75 0,92 M
terjadi gempabumi dan tergantung dari sifat batuan setempat dan berdasarkan hasil
penelitian para ahli sebelumnya (Scholz, 1968) menyatakan bahwa nilai b rendah
biasanya berkorelasi dengan tingkat stress yang tinggi, sedangkan nilai b tinggi
sebaliknya.[6] Selain itu, wilayah dengan heterogenitas yang besar berkorelasi dengan
harga nilai b yang tinggi (Mogi, 1962).[7] Meskipun demikian beberapa ahli
mengatakan bahwa nilai b ini konstan dan bernilai sekitar 1. Kalaupun ada perbedaan,
hal itu lebih karena perbedaan data dan metode perhitungan yang digunakan.
Jika dilihat dari tabel perbandingan b value dan grafik persaman Guttenberg-
Richter untuk masing-masing wilayah menjelaskan bahwa nilai b berkisar antara 0,64
s/d 1,01. Sebagai pembanding, menurut B. Guttenberg dan C.F Richter harga b untuk
gempa dangkal antara 0,45 s/d 1,4, Peter Welkner M menemukan harga b untuk
daerah Jepang antara 0,775 s/d 0,924 dan R.P Soedarmo juga menemukan harga b
45
untuk daerah Indonesia dengan menggunakan data dari tahun 1897-1973 dengan
Dari hasil penelitian menunjukkan harga b terbesar pada wilayah 2 yaitu 1,01
dan wilayah dengan nilai b terkecil ada pada wilayah 6. Dilihat dari hasil perhitungan
wilayah 2 merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana gempa dan di wilayah
ini juga dilewati oleh patahan lokal aktif yaitu patahan yang memanjang dari
Ransiki. Namun jika dilihat dari data yang diperoleh wilayah ini mempunyai
frekuensi gempa yang paling kecil dibanding wilayah lainnya. Hal ini karena pada
sebagainya. Jadi nilai b pada penelitian ini tidak bergantung pada aktifitas kegempaan
2. Indeks Seismisitas
seismisitas dengan M5. Untuk lebih jelas hasil perhitungan indeks seismisitas dapat
46
Tabel 4.2 Perbandingan Parameter aktivitas seismik dan Nilai indeks
seismisitas tiap-tiap wilayah
Daerah dengan periode ulang rendah atau indeks seismisitasnya tinggi merupakan
rawan bencana alam. Hasil perhitungan indeks seismisitas pertahun untuk 9 wilayah
dengan M5,0 SR berkisar antara 0,43 s/d 4,57. Dimana untuk wilayah 8 memiliki
indeks seismisitas lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya yaitu sebesar 4,57.
Dengan kata lain wilayah 8 mempunyai tingkat aktifitas gempa yang tinggi dan
wilayah tersebut rawan terhadap bencana gempa. Hal ini dapat dibuktikan dengan
jumlah frekuensi gempa pada wilayah 8 lebih besar dibandingkan wilayah lainnya.
wilayah lainnya yaitu sebesar 0,43. Dengan demikian data-data gempa yang dipilih
bumi.
47
3. Probabilitas Kejadian Gempa Bumi
Untuk mengitung resiko gempabumi diambil periode T = 10, 30, 50, dan 100
tahun. Sedangkan magnitudo yang dipilih adalah magnitude 5,0 dengan asumsi
terjadinya paling sedikit satu kali terjadi gempa besar (merusak) di suatu daerah
T (tahun) dan nilai rata-rata periode ulang () dari gempa yang merusak untuk tiap-
Indeks
T=10 Thn T=30 T=50 Thn T=100
Wilayah Seismisitas
(%) Thn (%) (%) Thn (%) (Tahun)
Gempa Merusak
1 0,0398 32,8 69,9 86,3 98,1 25
2 0,0048 4,9 13,4 21,3 38,1 208
3 0,0263 23,1 54,5 73,1 92,7 38
4 0,0511 40,01 78,4 92,2 99,4 19
5 0,0456 36,6 74,5 89,7 98,9 22
6 0,0273 23,8 55,9 74,4 93,5 36
7 0,0056 5,4 15,4 24,4 42,8 178
8 0,0661 48,4 86,2 96,3 99,8 15
9 0,0096 9,1 25,02 38,1 61,7 104
wilayah penelitian berbeda satu sama lain tergantung dari indeks seismisitasnya.
bagi kita untuk mengetahui kemungkinan terjadinya satu kali atau lebih terjadi gempa
48
besar (merusak) di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu, sehinga dapat ditekan
sekecil mungkin kerusakan yang mungkin terjadi. Periode ulang yang pendek
tinggi.[6]
Harga perhitungan periode ulang berkisar antara 15 tahun sampai dengan 208
tahun seperti terlihat pada tabel 4.3. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa
tingkat resiko gempa yang tinggi terdapat pada harga kemungkinan yang besar untuk
periode yang singkat dalam hal ini berada pada wilayah 8, pada wilayah ini meliputi
kabupaten Jayapura dimana dilewati oleh patahan yang memanjang dari Sorong
hingga Yapen dan terus ke Memberamo Hilir hingga di selatan Jayapura. Sedangkan
sebaliknya tingkat resiko gempa yang rendah terdapat pada wilayah 2 dimana untuk
49
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa data gempa dari tahun 1909 s.d 2009 dengan menggunakan
metode likelihood maksimum untuk daerah Papua dan sekitarnya dapat disimpulkan
sebagai berikut :
berkisar 0,64 s/d 1,01 dengan indeks seismisitas pertahun berkisar antara
untuk periode 100 tahun sebesar 99,8% dengan periode ulang gempa
sebaliknya.
wilayah 2 untuk periode 100 tahun sebesar 38,1% dengan periode ulang
50
5.2 Saran
faktor lain selain tingkat seismisitas, yaitu faktor geologi setempat dan
sebagainya.
51
DAFTAR PUSTAKA
[1] Andreas,R. Simulasi statistik nilai b untuk wilayah Indonesia. Fakultas Ilmu
[3] Harinaldi. Prinsip-prinsip statistik untuk teknik dan sains. Erlangga. Jakarta.
2002.
Jakarta. 2008
[7] Rohadi, Supriyanto. Grandis, Hendra. A.Ratag, Mezak. Studi variasi spatial
[8] Rojak, Abdul. Analisis Keaktifan dan Resiko Gempa Bumi Pada Zona
52
[9] Sulaiman, Rasyidi. T.Gunawan, Mohamad. Pasaribu, Robert. Analisis Statistik
[11] Walpole. R.E. Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1992.
53
PETA SEISMISITAS DAERAH PAPUA DAN SEKITARNYA
PERIODE JANUARI 1909 DESEMBER 2009
57
Tabel Lampiran 1. Distribusi Frekuensi Gempabumi Wilayah Papua dan Sekitarnya
Tahun 1909-2009
Wilayah
M
1 2 3 4 5 6 7 8 9
5,0 45 11 22 19 29 6 6 116 6
5,1 39 8 31 11 25 10 11 80 20
5,2 35 8 17 13 13 10 4 52 13
5,3 17 7 17 13 19 4 6 57 6
5,4 8 3 7 10 17 3 3 39 7
5,5 15 4 13 11 8 4 4 37 4
5,6 2 1 3 5 4 1 4 13 5
5,7 4 4 5 5 5 0 4 12 1
5,8 8 6 5 9 5 2 1 25 0
5,9 7 1 4 5 5 1 1 13 2
6,0 8 2 6 5 6 2 1 21 3
6,1 2 0 0 5 0 1 1 7 1
6,2 2 3 2 2 5 2 0 14 1
6,3 4 0 4 1 1 3 0 6 1
6,4 3 0 0 2 4 1 0 5 0
6,5 3 0 2 0 4 2 1 5 0
6,6 1 0 0 1 1 1 0 2 1
6,7 1 0 1 2 0 2 0 3 0
6,8 0 0 2 0 3 0 0 5 1
6,9 3 0 2 0 1 0 0 4 0
7,0 3 0 0 2 1 1 0 1 2
7,1 0 0 1 1 1 0 0 0 0
7,2 1 0 1 1 1 1 1 0 0
7,3 0 0 1 1 0 0 0 0 0
7,4 2 0 0 0 0 0 0 0 0
7,5 1 0 1 1 1 1 0 1 0
7,6 0 0 0 0 0 0 0 1 0
7,7 0 0 0 1 0 0 0 1 0
7,8 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7,9 1 0 0 0 1 0 0 0 0
8,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8,1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
215 58 147 126 161 58 48 520 74
54
Tabel Lampiran 2. Parameter Aktivasi Kegempaan
Tabel Lampiran 3. Indeks Seismisitas dan Periode Ulang Gempa Bumi Merusak
Indeks Seismisitas Periode Ulang
Wilayah
N(M) (Thn)
1 0,0398 25
2 0,0048 208
3 0,0263 38
4 0,0511 19
5 0,0456 22
6 0,0273 36
7 0,0056 178
8 0,0661 15
9 0,0096 104
55
Tabel Lampiran 4. Nilai Kemungkinan Kejadian Gempa Bumi Merusak
56
ANALISIS PELUANG TERJADINYA GEMPA BUMI
DENGAN METODE LIKELIHOOD UNTUK
DAERAH PAPUA DAN SEKITARNYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sains (S.Si.) pada Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Oleh :
CINDIKA PANDAINI PERTIWI
NIM: 106097003254
Sidang Munaqasyah
Mengetahui,