Anda di halaman 1dari 83

MEKANISME FOKUS GEMPA BUMI MENTAWAI

25 OKTOBER 2010

Skripsi

TITIN ISMAWATI

107097003095

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011
MEKANISME FOKUS GEMPA BUMI MENTAWAI

25 OKTOBER 2010

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Sains Dan Teknologi

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sains (S.Si)

TITIN ISMAWATI

107097003095

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011
LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR HASIL

KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI

ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN.

Jakarta, Desember 2011

Titin Ismawati

107097003095
ABSTRAK

Pada tanggal 25 oktober 2010 terjadi gempa tektonikdi Kepulauan Mentawai pada koordinat

3,61 LS – 99,93 BT dengan kedalaman sekitar 10 km. Gempa ini berkekuatan 7,2 SR dan

mengakibatkan terjadinya Tsunami. Kondisi geografis Kepulauan Mentawai sangat rawan

terjadinya bencana. Salah satu faktor terjadinya bencana karena di perairan sekitar Mentawai

terdapat daerah aktif seismik yakni patahan Mentawai yang merupakan lokasi titik

pertemuan Lempeng Hindia dan Lempeng Eurasia. Mekanisme fokus merupakan metode

peninjauan bidang sesar yang meliputi strike, dip dan rake. Metode yang digunakan

untuk menentukan mekanisme fokus adalah menganalisis sumber gempa dengan penentuan

polaritas awal gelombang P. Data yang digunakan dalam menentukan parameternya antar

lain lokasi episenter (lintang dan bujur), kedalaman, jumlah stasiun, dan polaritas awal

gelombang, yang kemudian dikonversi faktor c (kompresi) dan faktor d (dilatasi). Data

kemudian di input ke dalam program Azmtak.Output dari Azmtak akan dijadikan input ke

dalam program pinV yang menghasilkan bidang bola. Hasil yang diperoleh dari analisis

mekanisme fokus gempa di Mentawai yaitu jenis sesar pada gempa berupa Oblique fault

dengan arah bidang sesar. Strike 183/328, Dip 64/30 dan Rake 106/60.

Kata Kunci : Mekanisme fokus, Strike, Dip, Rake, Polaritas, Kompresi, Dilatasi, Oblique

fault.

i
ABSTRACT

On 25 October 2010 earthquake in the Mentawai Islands tektonikdi coordinates LS 3.61

- 99.93 BT with a depth of about 10 km. This magnitude 7.2 magnitude earthquake and

resulting tsunami occurrence. Geographical conditions of the Mentawai Islands are very

prone to disasters. One factor for the occurrence of disaster in the waters around the

Mentawai are seismically active regions namely Mentawai fault which is the meeting

point of the location of the Indian Plate and Eurasian Plate. Focal mechanism is a

method that includes a review of the field of fault strike, dip and rake. The method used

to determine the mechanism of focus is analyzing the source of the earthquake with the

determination of the polarity of the initial wave of P. The data used in determining the

parameters among the other epicenter locations (latitude and longitude), depth, number

of stations, and the polarity of the initial wave, which is then converted to a factor c

(compression) and the factor d (dilatation). Later in the input data into the program will

be Azmtak Azmtak.Output of input into the program that generates pinV ball field. The

results obtained from analysis of earthquake focal mechanisms in the Mentawai are the

typof earth obliquake faults in the form of Oblique fault with fault direction field. 183/328

Strike, Dip and Rake 64/30 106/60.

Keyword ; Focal Mechanism,Strike,Dip,Rake, Polarity, Compression, Dilatation,

Oblique fault.

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik dan kepada para sahabat , keluarga

dan pengikutnya hingga akhir zaman. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar S1. Dengan selesainya penulisan tugas akhir ini, penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan memberikan dukungan moril serta

kasih sayangnya, serta kaka dan adik-adiku tercinta.

2. Keluarga Agus Hartoyo yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun

material.

3. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.

4. Bapak Sutrisno M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika Fakultas Sains dan

Teknologi.

5. Bapak Bayu selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing dan membagikan

ilmu dengan sabar.

6. Ibu tati Zera Msi selaku pembimbing I, atas waktu yang diluangkan, serta ilmu yang

diberikan kepada penulis.

iii
7. Bapak Sutrisno Msi selaku pembimbing II yang memberikan arahan dan membagi

ilmunya kepada penulis.

8. Ibu Elvan Yuniarti Msi selaku penguji I, yang bersedia untuk menguji skripsi ini.

9. Bapak Agus Budiono Msi selaku pembimbing II, yang bersedia untuk menguji

skripsi ini.

10. Kepada teman-temanku semua anak fisika angkatan 2007 yang selalu memberikan

suport.

11. Semua pihak yang belum disebutkan di atas, yang telah membantu terlaksananya

pembuatan tugas akhir ini.

Penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca, penulis

menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ini.

Jakarta, November 2011

Penulis

iv
ABSTRAK......................................................................................................................
DAFTAR ISI
i

ABSTRACT................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR…………………………............................................…………. vii
DAFTAR TABEL……………………………………………...................................... ix
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3. Batasan Masalah ............................................................................... 4
1.4. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
1.6. Sistematika Penelitian ....................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Teori Tektonika Lempeng ................................................................. 8


2.2 Gempa Bumi ..................................................................................... 10
2.2.1. Deskripsi Terjadinya Gempa ................................................ 10
2.3 Jenis-jenis Gempa... ............................................................................ 12

2.3.1. Gempa bumi berdasarkan sumber terjadinya ....................... 12

2.3.2. Gempa bumi berdasarkan kedalaman sumber gempa........... 13


2.3.3. Gempa bumi berdasarkan tipenya......................................... 13
2.3.4. Parameter sumber gempa....................................................... 14

v
2.4 Gelombang Seismik ............................................................................ 15
2.4.1. Gelombang Permukaan.........................................................
16
2.5 Mekanisme Sumber Gempa Bumi ......................................................
16
2.5.1. Sesar Bumi dan Orientasinya ..............................................
17
2.5.2. Deskripsi Matematis Bidang Sesar dan Kemiringan............. 21
2.5.3. Teori Pegas Elastis.................................................................
22
2.5.4. Penentuan Mekanisme Sumber Gempa Bumi menggunakan
24
Polaritas Gerakan Pertama Gelombang P..............................
2.5.5. Model Kopel tunggal dan Kopel Ganda................................ 26
2.6 Bola Fokus dan Diagram Mekanisme Pusat Gempa............................
29
2.6.1 Diagram Mekanisme Pusat empa Bumi................................. 33
2.7 Pola Tektonik Daerah Sumatera Kepulauan........................................
38
2.8 Tsunami...............................................................................................
43
BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................


49
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................................
49
3.3. Pengolahan dan Analisa Data............................................................
50
3.3.1. Pemodelan Tsunami ............................................................
52
3.4. Tahapan Penelitian .............................................................................
53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Mekanisme Pusat Gempa Utama.......................................................................48
4.2. Perbandingan Mekanisme Sumber Gempa dengan penelitian dari 58
BMKG dan USGS…………………………………………………...
4.3. Model Tsunami 61
4.4. Observasi Tsunami…………………………………………………. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

vi
5.1. Kesimpulan.............................................................................................................66
5.2. Saran.........................................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................68

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Lokasi Episenter Gempa Mentawai Sumatera Barat ..............................9
Gambar 2.1 Batas-batas Lempeng Tektonik.............................................................................15
Gambar 2.2 Gelombang P dan Gelombang S...........................................................................16
Gambar 2.3 Sesar Naik (Thrust Fault).....................................................................................19
Gambar 2.4 Sesar Turun (Normal Fault).................................................................................19
Gambar 2.5 20
Sesar Mendatar (Strike Slip Fault)....................................................................
Gambar 2.6 Kombinasi Sesar (Oblique Fault).......................................................................20
Gambar 2.7 Diagram Bola Fokal (Equal Area Projection)................................................24
Gambar 2.8 Teori Elastis Proses Terjadinya.............................................................................23
Gambar 2.9 Pola Radasi Kopel Tunggal...................................................................................25
Gambar 2.10 Pola Radiasi Kopel Ganda.....................................................................................25
Gambar 2.11 Bola Fokus Bumi......................................................................................................26
Gambar 2.12 Kopel Tunggal...........................................................................................................26
Gambar 2.13 Metode Kopel Tunggal...........................................................................................27
Gambar 2.14 Pola Radiasi Gerakan Pertama Kopel Tunggal dan Kopel Ganda...28
Gambar 2.15 Bola Pusat gempa yang menggambarkan hiposenter......................................31
Gambar 2.16 Proyeksi Bola Pusat Gempa ke Bidang Ekuatorial ..........................................32
Gambar 2.17 Gerakan awal Gelombang P dipengaruhi Gaya Kompresi dan
Dilatasi………………………………………………………………... 32
Gambar 2.18 Orthogonal dua bidang nodal................................................................................34
Gambar 2.19 Kertas Proyeksi Luasan Sama...............................................................................34
Gambar 2.20 Pengukuran Sudut Strike dan Dip pada Diagram dan Penampang ...............35
Gambar 2.21 Penentuan Sumbu P dan T dari Kutub pada Garis Nodal...............................36
Gambar 2.22 Penentuan Sudut Rake pada Reverse Fault dan Normal .................................38
Gambar 2.23 Peta Kedudukan Lempeng di Pulau Sumatera..................................................42
Gambar 3.4 Tahapan Penelitian...................................................................................................53
Gambar 4.1 Solusi Meaknisme Fokus Gempa Bumi Mentawai..........................................56

viii
Gambar 4.2 Mekanisme Fokus pada Gempa Bumi Utama Mentawai oleh BMKG. 59
Gambar 4.3 Proyeksi Bola USGS...............................................................................................60
Gambar 4.4 Perbandingan Hasil Analisis Gempa Bumi Utama dengan Instansi
Lain…………………………………………………………………… 61
Gambar 4.5 Model Sumber Tsunami Akibat Gempa Bumi Mentawai...............................62
Gambar 4.6 Tampilan Sumber Gempa Pembangkit Tsunami secara 3 Dimensi…. 63
Gambar 4.7 Rekaman Tsunami di Dua Stasiun PADA Gauge di dapat dari
Jaringan GTS + 0,2 m.............................................................................................64
Gambar 4.8 Rekaman Tide Gauge pada Stasiun Padang + 20 cm. Stasiun Seblat
dan Stasiun E 65

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Magnitude Tsunami..................................................................................................45


Tabel 2.2 Data Kecepatan Tsunami……………………………………………... 47
Tabel 4.1 Hasil Keluaran Azmtak……………………………………………….. 55

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Indonesia merupakan daerah tektonik aktif yang disebabkan oleh

pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia yang senantiasa bergerak, yaitu lempeng

Eurasia yang bergerak ke arah tenggara, lempeng Indo-Australia ke arah utara,

lempeng Pasifik ke arah barat. Selain itu masih ada lempeng mikro Filipina yang

bergerak kearah selatan di sebelah utara Sulawesi. Oleh karena itu tidak mengherankan

bila wilayah Kepulauan Indonesia menjadi wilayah yang rawan gempa bumi tektonik.

Wilayah Provinsi Sumatera Barat yang terletak di bagian barat Pulau Sumatera

merupakan bagian dari Lempeng Eurasia yang bergerak sangat lambat dan relatif ke

arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm/tahun. Relatif berada di bagian barat

provinsi ini, terdapat interaksi antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Samudera Hindia

yang bergerak relatif ke arah utara dengan kecepatan mencapai 7 cm/tahun. Interaksi

ini menghasilkan pola penunjaman atau subduksi menyudut (oblique), yang

diperkirakan telah terbentuk sejak Jaman Kapur dan masih terus berlangsung hingga

kini. Selain subduksi, interaksi kedua lempeng ini juga menghasilkan pola struktur

utama Sumatera, yang dikenal sebagai Zona Sesar Sumatera dan Zona Sesar Mentawai.

1
1
Gempa tektonik berkekuatan 7,2 SR, terjadi di Kepulauan Mentawai pada

koordinat 3.61 LS – 99.93 BT pada kedalaman sekitar 10 km. Gempa terjadi pada

tanggal 25 oktober 2010 pada pukul 21.42, sekitar 150 mil (240 km) sebelah barat

Bengkulu dekat dengan Kepulauan Mentawai. Akibat Gempa tersebut telah muncul

gelombang air laut yang mencapai ketinggian 3 meter, meluap hingga sejauh 400 meter

ke daratan dan berangsur surut sekitar pukul 03.00 WIB. Gempa susulan terjadi

beberapa kali dan terakhir tercatat terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 pukul 18.33

WIB pada koordinat 2.59 LS - 99.65 BT berkekuatan 5,4 SR berlokasi 42 km selatan

Sipura Mentawai, Sumbar, dengan kedalaman 13 km.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan

peringatan tsunami. Peringatan kemungkinan tsunami disampaikan, tetapi kemudian

dicabut setelah kemungkinan ancaman tsunami berlalu. Juru bicara BMKG

menyatakan, gempa bumi dirasakan di kota-kota terdekat, tapi tidak ada kerusakan

maupun korban jiwa yang dilaporkan. Namun, setelah peringatan dari BMKG dicabut,

Tsunami terjadi setinggi 3-10 meter dan setidaknya 77 desa hancur.

Gempa bumi di wilayah ini tidak hanya bersumber dari aktivitas zona subduksi,

tetapi juga dari sistem sesar aktif di sepanjang Pulau Sumatera. Hal ini akan dapat

diketahui dengan pasti setelah menganalisis mekanisme sumber gempa. Dalam ilmu

geofisika, gambaran mengenai mekanisme gempa bumi penting untuk dipelajari.

Berbagai cara telah di lakukan oleh para ahli untuk mempelajari mekanisme sumber

gempa dan diperlukan waktu yang cukup lama untuk menganalisis mekanisme sumber

gempa.

2
Mekanisme sumber gempa (focal mechanism) merupakan metode yang

digunakan untuk menentukan jenis sesar dengan cara menentukan parameter sesar

yang terjadi berupa penentuan nilai strike (jurus), dip dan rake. Sehingga akan

[1]
didapatkan gambaran tentang medan stress disekitar sumber gempa . Penentuan

mekanisme sumber gempa dapat ditentukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan

menggunakan kombinasi gelombang P dan gelombang S, data awal arah gelombang P,

dengan menggunakan bentuk gelombang dan lain sebagainya. Penentuan mekanisme

dengan metode ini terkadang memberikan hasil yang tidak sesuai dengan data-data

lapangan yang telah ada.

Salah satu penyebab baik buruknya hasil mekanisme fokus dengan

menggunakan metode polaritas gelombang P ini adalah ketepatan penentuan awal arah

gerakan pertama gelombang P. Penentuan polaritas gelombang P yang selama ini

dilakukan dengan menggunakan data-data analog merupakan salah satu penyebab

kurang akuratnya metode ini. Kendala tersebut dapat ditanggulangi dengan hadirnya

sistem digital pencatat gempa bumi di Indonesia yang memberikan hasil digit gempa

bumi yang terjadi. Dengan menggunakan seismogram digital maka kesalahan


[2]
penentuan awal arah gerakan pertama gelombang P dapat dihindari .

Kondisi geografis Kepulauan Mentawai sangat rawan bencana. Di perairan

sekitar Mentawai terdapat daerah aktif seismik, yakni patahan Mentawai, yang

merupakan lokasi titik pertemuan lempeng Hindia dan lempeng Euroasia. Artinya,

potensi berulangnya gempa dan tsunami besar di masa depan masih sangat

mungkin.Wilayah Kepulauan Mentawai sebagian besar terdiri dari hutan, penduduk

3
di wilayah tersebut masih sedikit dan pola berfikirnya masih rendah. Dengan demikian

perlu dilakukan penelitian tentang analisa gempa bumi di daerah Mentawai.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana mengetahui cara penentuan mekanisme sumber gempa dengan

menggunakan data arah gerakan awal gelombang P di Kepulauan

Mentawai?

2. Bagaimana mengetahui cara penentuan parameter-parameter bidang sesar

dengan menggunakan data arah gerakan awal gelombang P di Kepulauan

Mentawai?

3. Bagaimana mengetahui adanya potensi tsunami?

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan membatasi permasalahan pada :

1. Data yang digunakan untuk menganalisis sumber mekanisme gempa bumi

adalah data sekunder gempa bumi Kepulauan Mentawai 25 0ktober 2010

dengan parameter sebagai berikut :

a. Origin time : 21:42:20 WIB.

b. Lokasi : 3.61 LS – 99.93 BT.

4
c. Kedalaman : 10 km 30 km Barat Daya Pagai Selatan, Mentawai

Sumatera Barat.

d. Kekuatan: 7,2 SR.

Gambar 1.1 Peta lokasi epicenter gempa mentawai Sumatera barat.

2. Metode yang digunakan untuk menganalisis sumber gempa bumi adalah

dengan penentuan polaritas awal gelombang P dengan memakai software focal

yang terdiri dari Azmtak, PinV dan Pman. Kemudian membuat model tsunami

dari parameter mekanisme sumber dengan software winITDB.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah :

1. Mengetahui mekanisme sumber gempa dengan menggunakan data arah gerakan

awal gelombang P.

5
2. Mengetahui penentuan parameter-parameter bidang sesar dengan menggunakan

data arah gerakan awal gelombang P.

3. Mengetahui adanya potensi tsunami dan membuat pemodelan Tsunami.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah:

1. Mengetahui dan mengerti cara penentuan mekanisme fokus gempa beserta

parameter dan pola bidang sesar gempabumi.

2. Mitigasi terhadap ancaman gempabumi di wilayah Kepulauan Mentawai dan

Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dan penelitian lebih lanjut.

3. Sebagai rujukan dalam perencanaan pembangunan daerah di wilayah

Kepulauan Mentawai.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan teori dasar yang menunjang pembahasan atau

interpretasi data yang di dapat dari lapangan.

6
BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang Waktu dan Tempat penelitian, alat dan

bahan yang digunakan dalam penelitian, Prosedur pengambilan data dan

pengolahan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data, analisis mekanisme

sumber gempa bumi utama, model tsunami dan pembahasan interpretasi

data.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil-hasil penelitian dan saran

untuk penelitian selanjutnya.

7
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Teori Tektonika Lempeng

Teori Tektonika Lempeng adalah teori dalam bidang geologi yang

dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan

skala besar yang dilakukan oleh litosfer Bumi. Teori ini menggantikan Teori

Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20.

Bagian terluar dari interior Bumi terbentuk dari dua lapisan. Lebih dalam lagi di bagian

atas terdapat litosfer yang terdiri atas kerak, dan bagian teratas adalah mantel Bumi

yang kaku dan padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk

padat, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya lebih kaku lagi. Lapisan litosfer

dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik.

Di bumi terdapat tujuh lempeng utama dan lempeng-lempeng lebih kecil

lainnya. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Lempeng-

lempeng tersebut bergerak relatif, satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng.

Berdasarkan pergerakan lempeng tektonik, batas lempeng dibedakan menjadi

tiga macam, yaitu divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan) dan transform

(menyamping).

8
8
Gambar 2.1 Batas-batas lempeng tektonik (divergen, konvergen,
dan transform)

1. Batas diverge n/konstruktif (divergent/constructive bound aries) terjadi

ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Batas ini dikenal juga

sebagai zona pemek aran (spreading). Magma dari astenosfer naik

membentuk punggungan dan berkembang menjadi lithosfer baru. Hal ini

disebut sebagai batas konstruktif. Sepanjang batas ini, gaya yang domi nan

bekerja adalah gaya tarikan s ehingga gempa bumi yang terjadi umumnya

gempa-gempa sesar turun.

2. Batas konvergen ialah batas lempeng-lempeng yang sa ling mendekat dan

menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempen g akan mengalami

penunjaman (menyusup) ke bawah lempeng yang lain masuk ke selubung.

Daerah penu njaman lempeng membentuk suatu palung yang dalam, yang

biasanya mer upakan jalur gempa bumi yang kuat. Dalam pergerakan lempeng

ini, lempeng bergerak hanya beberapa sentimeter seti ap tahun, sehingga

9
benturan yang terjadi sangatlah lambat dan berlangsung selama berjuta-juta

tahun.

3. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan

mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar

transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke

kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di

sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar

San Andreas di California.

2.2 Gempa Bumi

Gempa bumi adalah gerakan asli dari bumi yang bersumber di dalam bumi

yang merambat melalui permukaan bumi dan menembus ke dalam bumi. Gempa bumi

biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Teori yang

menjelaskan terjadinya gempa bumi dikenal dengan nama “Elastic Rebound Theory”.

Menurut teori ini gempa bumi terjadi pada daerah atau area yang mengalami

deformasi. Energi yang tersimpan dalam deformasi ini berbentuk elastic strain akan

terakumulasi sampai daya dukung batuan mencapai batas maksimum, hingga

menimbulkan rekahan atau patahan.

2.2.1 Deskripsi Terjadinya Gempa Bumi

Mekanisme terjadinya suatu gempa bumi di dalam perut bumi sering dikaitkan

dengan kombinasi gaya atau stress yang bekerja pada suatu batuan.

10
Kombinasi stress, kompresi (tekanan kedalam) dan dilatasi (tarikan keluar), yang

menyebabkan terjadinya suatu gempa bumi dapat dimodelkan dengan mempelajari

polarisasi gelombang gempa bumi yang terekam pada komponen vertikal.

Model idealisasi dari mekanisme terjadinya suatu gempa bumi dalam

seismologi disebut dengan mekanisme fokus (focal mechanism). Melalui data

seismogram bisa didapatkan banyak informasi gempa bumi sehingga diketahui

parameter gempa bumi seperti : magnitude, kedalaman, lokasi, waktu asal gempabumi,

termasuk juga mekanisme fokus. Dengan menganalisis mekanime fokus,

[3]
kita bisa menganalisis sistem gaya-gaya tektonik yang bekerja pada suatu daerah .
Jika terdapat dua buah gaya yang bekerja dengan arah berlawanan pada

batuan kulit bumi, batuan tersebut akan terdeformasi, karena batuan mempunyai sifat

elastis. Bila gaya yang bekerja pada batuan dalam waktu yang lama dan terus menerus,

maka daya dukung batuan akan mencapai batas maksimum dan akan mulai terjadi

pergeseran. Akibatnya batuan akan mengalami patahan secara tiba-tiba sepanjang

bidang fault. Kemudian batuan akan stabil, tetapi sudah mengalami perubahan bentuk

atau posisi. Pada saat batuan mengalami gerakan yang tiba-tiba, energi stress yang

tersimpan akan dilepaskan dalam bentuk getaran yang dikenal sebagai gempa bumi.

Garis vertikal merupakan garis imajiner yang menunjukan posisi batuan

sebelum dan sesudah daya dukung batuan terlampaui. Garis horizontal pada akhir

proses deformasi merupakan bidang sesar.

11
2.3 Jenis-Jenis Gempa

Gempa bumi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan sumber

terjadinya, berdasarkan kedalaman sumber gempa, dan berdasarkan tipenya.

2.3.1 Gempa Bumi Berdasarkan Sumber Terjadinya Gempa Bumi.

Proses terjadinya gempa bumi dapat dilihat dari penyebab utama terjadinya

gempa bumi. Ada 5 (lima) jenis gempa bumi yang dapat dibedakan menurut terjadinya,

yaitu :

1. Gempa bumi tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh adanya

aktivitas tektonik, yaitu pergeseran antara lempeng-lempeng tektonik secara

mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang besar.

2. Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang terjadi akibat adanya aktivitas

magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus.

3. Gempa bumi runtuhan adalah gempa bumi yang terjadi karena adanya runtuhan

tanah atau batuan pada daerah longsor.

4. Gempa jatuhan adalah gempa bumi yang terjadi akibat adanya runtuhan meteor

ke bumi yang mengakibatkan terjadinya getaran bumi.

5. Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang sengaja dibuat oleh manusia.

12
2.3.2 Gempa Bumi Berdasarkan Kedalaman Sumber Gempa Bumi

Kedalaman sumber gempa bumi adalah jarak dari titik fokus gempa bumi

(hiposenter) dengan permukaan di atas fokus (episenter). Berdasarkan kedalamannya

gempa bumi dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Gempa bumi dangkal (kedalaman antara 0-60 km).

Gempa bumi dangkal menimbulkan efek goncangan yang lebih besar

dibandingkan dengan gempa bumi dalam, karena letak focus lebih dekat

dengan permukaan.

2. Gempa bumi menengah (kedalaman antara 61-300 km).

Gempa bumi menengah terletak pada kedalaman di bawah kerak bumi,

sehingga digolongkan sebagai gempa bumi yang tidak berasosiasi dengan

penampakan retakan atau patahan dipermukaan, namun gempa bumi ini masih

dapat diperkirakan mekanisme terjadinya.

3. Gempa bumi dalam (kedalaman >300 km).

Gempa bumi ini relatife sering terjadi, tetapi karena berada pada kedalaman

lebih dari 300 km getarannya tidak dapat dirasakan oleh manusia.

2.3.3 Gempa Bumi Berdasarkan Tipenya

1. Tipe I : Jenis gempa ini terjadi gempa bumi utama dan diikuti oleh gempa

susulan tanpa ada gempa pendahuluan.

2. Tipe II: Jenis gempa ini terjadi gempa bumi utama dan diawali

13
dengan gempa pendahuluan dan serta di ikuti oleh gempa susulan yang cukup

banyak.

3. Tipe III : Pada jenis gempa ini tidak terjadi gempa utama. Magnitude dan

jumlah gempa bumi yang terjadi besar pada periode awal dan berkurang pada

periode akhir. Biasanya berlangsung cukup lama bisa mencapai tiga bulan.

Gempa ini biasanya terjadi pada daerah vulkanik.

2.3.4 Parameter Sumber Gempa

Parameter sumber gempa antara lain:

a. Waktu terjadinya gempa (origin time) adalah waktu terlepasnya akumulasi

tekanan (stress) yang berbentuk penjalaran gelombang gempa bumi.

b. Hiposenter yaitu lokasi terjadinya gempa bumi (pusat gempa bumi).

c. Episenter yaitu proyeksi hiposenter ke permukaan bumi (lintang,bujur).

d. Magnitudo (kekuatan gempa bumi) yaitu ukuran energi yang di pancarkan

oleh sumber gempa bumi, biasanya dinyatakan dalam skala richter (SR).

e. Intensitas yaitu skala dampak kerusakan yang dialami di permukaan bumi,

akibat gempa bumi, biasanya dinyatakan dalam skala MMI (Modified

Mercally Intencity) dengan skala terendah I dan tertinggi VII.

14
2.4 Gelombang Seismik

Gelombang Seismik adalah getaran kerak bumi yang diakibatkan adanya

gangguan pada salah satu lapisan bumi sehingga menyebabkan getaran. Getaran yang

mencapai permukaan bumi pada umumnya menyebabkan pergerakan keberbagai arah,

pergerakan tersebut di kenal dengan gempa bumi. Berdasarkan perambatannya

gelombang badan dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

1. Gelombang Primer (gelombang P)

Gelombang P merupakan gelombang longitudinal dimana pergerakan partikel

medium yang dilewati searah dengan penjalaran gelombangnya. Gelombang P dapat

menjalar dalam segala medium baik padat, cair, dan gas. Gelombang P mempunyai

kecepatan paling tinggi diantara gelombang lainnya dan tiba paling awal tercatat dalam

seismogram.

2. Gelombang Sekunder (Gelombang S)

Gelombang S merupakan Gelombang transversal dimana arah pergerakan

partikelnya tegak lurus terhadap arah penjalaran gelombangnya. Gelombang S hanya

dapat menjalar pada medium padat. Gelombang S tiba pada urutan kedua setelah

gelombang P. Gelombang ini dapat dipecah menjadi dua komponen yaitu :

a. Gelombang SV adalah gelombang S yang gerakan partikelnya terpolaritasi

pada bidang vertikal.

b. Gelombang SH adalah gelombang S yang gerakan partikelnya terpolaritasi

pada bidang horizontal.

15
Gambar 2.2 Gelombang P dan gelombang S

2.4.1 Gelombang Permukaan

Gelombang permukaan adalah gelombang yang menjalar melalui permukaan

bumi. Gelombang ini dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Gelombang Rayleigh (R) adalah gelombang permukaan yang gerakan partikel

mediumnya merupakan kombinasi gerakan partikel.

2. Gelombang Love (L) adalah gelombang permukaan yang menjalar dalam

bentuk gelombang transversal. Gerakan partikel akibat penjalaran gelombang

love mirip dengan gelombang SH.

2.5 Mekanisme Sumber Gempa Bumi

Mekanisme sumber gempa atau focal mechanism adalah istilah yang

digunakan untuk menerangkan sifat penjalaran energi gempa bumi yang berpusat pada

hiposenter atau fokus gempa bumi. Sesar sering dianggap sebagai mekanisme

penjalaran energi gelombang elastis pada fokus tersebut, sehingga dengan

16
memperoleh arah gerakan sesar dan arah bidang sesar untuk suatu gempa bumi

diperoleh solusi mekanisme sumber gempa bumi.

2.5.1 Sesar Bumi (Earth Fault) dan Orientasinya

Sesar adalah celah pada kerak bumi yang berada pada perbatasan antara dua

lempeng tektonik. Gempa bumi sangat dipengaruhi oleh pergerakan batuan dan

lempeng pada sesar ini. Terdapat tiga jenis sesar penyebab gempa bumi, yaitu sesar

turun, sesar naik, dan sesar geser. Selain ketiga jenis sesar tersebut, dikenal pula sesar

yang merupakan kombinasi antara sesar mendatar dan sesar naik/turun yang disebut
[4]
oblique fault .

Bila batuan yang menumpu merosot ke bawah akibat batuan penumpu dikedua

sisinya bergerak saling menjauh, sesarnya dinamakan sesar normal (normal fault). Bila

batuan yang menumpu terangkat ke atas akibat batuan penumpu dikedua sisinya

bergerak saling mendorong, sesarnya dinamakan sesar terbalik (reverse fault). Bila

kedua batuan pada sesar bergerak saling bergeser horizontal, sesarnya dinamakan sesar

geseran-jurus (strike-slip fault).

Orientasi bidang patahan ditentukan oleh parameter bidang patahan yang terdiri

dari strike, dip, dan rake.

1. Strike (Φ) adalah sudut yang dibentuk oleh jurus sesar dengan arah utara.

Strike diukur dari arah utara kearah timur searah dengan jarum jam hingga

o o
jurus patahan (0 ≤ Φ ≤ 360 ).

17
2. Dip (δ) adalah sudut yang dibentuk oleh bidang sesar dengan bidang

horizontal dan diukur pada bidang vertical dengan arahnya tegak lurus
o o
jurus patahan (0 ≤ δ ≤ 360 ).

3. Rake (λ) adalah sudut yang dibentuk arah slip dan jurus patahan. Rake

berharga positif pada patahan naik (thrust fault) dan negatif pada patahan
o o
turun (Normal Fault) (-180 ≤ λ ≤ 180 ).

Arah pergerakan sesar secara umum dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

1. Dip Slip Movement yaitu pergerakan sesar terjadi dalam arah sejajar

dengan sudut kemiringan sesar. Pergerakan yang dominan adalah arah

vertikal.

2. Strike slip Movement yaitu pergerakan dasar terjadi dalam arah sejajar

dengan sudut strike sesar. Pergerakan yang dominan adalah arah horizontal.

3. Kombinasi antara dip slip movement dengan strike slip movement.

Jika parameter-parameter strike,dip, dan rake diketahui maka dapat ditentukan

[5]
jenis sesarnya. Berdasarkan genetisnya atau gaya yang bekerja padanya , sesar dibagi
menjadi :

1. Sesar naik (reserve fault atau thrust fault) yaitu bila hanging wall pada sesar

tersebut relative naik terhadap foot wall. Parameter jenis ini akan memenuhi

nilai δ ≠ 0 atau δ ≠ π/2, serta nilai λ terletak pada rentang (π,0).

18
Gambar 2.3 Sesar naik (thrust fault)

2. Sesar turun (normal fault) yaitu sesar dimana hanging wall pada sesar tersebut

relatif turun terhadap foot wall. Parametr jenis ini akan memenuhi nilai δ ≠ 0

atau δ ≠ π/2, serta nilai λ terletak pada rentang (-π,0).

Gambar 2.4 Sesar turun (normal fault)

3. Sesar mendatar (strike slip fault) yaitusesar dengan arah gerakan bergerak

mendatar relative satu sama lain. Parameter jenis ini akan memenuhi nilai δ =

π/2, serta nilai λ = 0 atau λ= π/2, sesar dibagi atas :

- Strike slip left lateral fault (sinistral strike slip fault), bila hanging wall

bergerak kekiri dan nilai λ = 0.

- Right lateral strike slip fault (dextral strike slip fault), bila bergerak ke
o
kanan dan nilai λ = π =180 .

19
Gambar 2.5 Sesar Mendatar (strike slip fault)

4. Gerakan kombinasi antara sesar mendatar dengan sesar naik atau turun disebut
oblique fault,

Gambar 2.6 Kombinasi sesar (oblique fault)

Dari diagram bola vokal dengan menggunakan proyeksi luasan sama (equal

area projection), dapat dibaca orientasi bidang nodal yaitu strike,dip dan rake/slip.

Hal penting untuk menentukan orientasi diagram tersebut adalah salah satu dari
[6]
bidang nodal harus menjadi arah sesar gempa .

20
Gambar 2.7 Diagram bola vokal (equal area projection)

2.5.2 Deskripsi Matematis Bidang Sesar dan Kemiringan (Slip Vektor)

Gambar 2.8 Orientasi bidang sesar yang terdiri dari strike, dip, dan rake

21
Bidang sesar dan kemiringan (slip vektor) dapat dideskripsikan secara

matematis dengan ilustrasi bidang sesar berikut :

= - Ň sin δ sin Φs + Ε sin δ cos Φs - D cos δ………………………………… (2.1)


Nilai jurus ( strike ) pada gambar adalah :

c = Ň cos Φs + Ε sin Φs……………………………………………………………(2.2)

Sedangkan e adalah vektor bidang vertikal antara dua bidang sesar yang saling

berpotongan terletak pada :

e = n x c = Ň cos δ sin Φs - Ε cos δ cos Φs - D sin δ …………………………... (2.3)

Vektor e dan c merupakan bidang sesar yang saling tegak lurus, sehingga nilai sudut

rake ditentukan dengan :

d = c cos λ + e sin λ…………………………………………………………….. (2.4)

Dari persamaan (2.1,2.2,2.3,2.4) akan didapatkan nilai vektor kemiringan (slip) antara

dua bidang sesar yang saling tegak lurus adalah :

d = Ň (cos λ cos Φs + sin λ cos δ sin Φs) + Ε (cos λ sin Φs - sin λ cos δ cosΦs ) – D

sin λ sin δ ………………………………………………………………………….(2.5)

2.5.3 Teori Bingkai Elastis

Teori yang menjelaskan mekanisme terjadinya gempa bumi akibat pensesaran

adalah teori bingkai elastis (ellastic rebound theory). Konsep teori ini menyatakan

bahwa gempa bumi terjadi akibat proses pensesaran di dalam kerak bumi akibat

pelepasan mendadak dari strain elastik yang melampaui kekuatan batuan. Strain

22
elastik ini terakumulasi apabila batuan mengalami deformasi yang terus menerus dan

semakin besar. Apabila sesar terjadi, bagian yang berseberangan dengan sesar meloncat

ke posisi kesetimbangan yang baru, dan energi yang dilepaskan akan berbentuk getaran

gelombang elastis yang menjalar dalam bumi dan dirasakan sebagai gempa bumi.

Gambar 2.8 Teori elastis proses terjadinya gempa.

Garis merah vertikal menunjukan pecahan atau sesar pada bagian bumi yang

padat. Pada gambar satu menunjukan suatu lapisan yang belum mengalami

peregangan. Karena di dalam bumi terjadi gerakan yang terus-menerus, maka akan

terdapat stress yang lama kelamaan akan terakumulasi dan mampu merubah bentuk

geologi dari lapisan batuan.

Pada gambar dua menunjukan suatu lapisan batuan telah mendapat dan

mengandung stress dimana telah terjadi perubahan bentuk geologi. Proses ini berjalan

terus sampai stress yang terjadi di daerah ini cukup besar. Karena lapisan batuan

sudah tidak mampu lagi untuk menahan stress, maka akan terjadi suatu pergerakan

yang tiba-tiba sehingga terjadi patahan yang disebut dengan gempa bumi. Pada

23
gambar tiga menunjukan lapisan batuan yang sudah patah karena terjadi gempa bumi.

2.5.4 Penentuan Mekanisme Sumber Gempa Bumi Menggunakan Polaritas

Gerakan Pertama Gelombang P

Suetsugu (1995) menyatakan bahwa mekanisme sumber gempa merupakan

metode peninjauan bidang sesar yang meliputi strike, dip, rake dan slip. Mekanisme

sumber gempa bumi dapat ditentukan dengan beberapa cara, yaitu dengan

menggunakan polaritas gerakan pertama gelombang P (longitudinal).

Polaritas gerakan pertama gelombang P menggambarkan dua kutub yang

berlawanan yaitu kutub kompresi (arah gerakan naik) dan dilatasi (arah gerakan turun)

tergantung pada arah gerakan tersebut menjauhi atau mendekati hiposenter. Arah

gerakan pertama gelombang P tersebut dapat dilihat pada seismogram dari masing-

masing stasiun seismograf. Secara sistematis polarisasi gerakan tersebut ditentukan

oleh azimuth dan jarak dari hiposenter ke stasiun seismograf.

Arah gerakan pertama impuls dari gelombang P inilah yang kemudian diamati

untuk mempelajari fokal mekanisme. Hal ini dapat disebabkan karena gelombang P

yang paling jelas pembacaannya. Alat yang digunakan pada umumnya ialah seismograf

tipe vertikal sehingga pembacaan gelombang S menjadi sulit. Selain untuk menentukan

gerakan awal gempa dan studi solusi bidang sesar, metode ini penting untuk

menentukan gerakan dari plate tektonik dan penting untuk menentukan gerakan

relative dari Lithosfer.

24
Solusi untuk menentukan arah dan orientasi menyebabkan terjadinya bidang

sesar yang disebut sebagai ”fault plane solution” Ada beberapa ketentuan dalam

mempelajari solusi bidang sesar ini yaitu :

a. Arah gerak awal gelombang P harus dianggap sama atau sesuai dengan arah gaya

kopel yang bekerja di sumber gempa. Dalam mekanisme gempa bumi terdapat dua

hipotesa yang berlaku. Pertama adalah teori kopel tunggal yang menyatakan bahwa di

dalam sumber gempa bekerja dua gaya yang sama besar dan berlawanan arahnya dan

berlaku sebagai momen.

Gambar 2.9 Pola radiasi kopel tunggal

Sedangkan teori kopel ganda menyatakan bahwa pada sumber bekerja empat gaya
yang sama besar dan berlaku sebagai pasangan momen gaya yang saling tegak lurus.

Gambar 2.10 pola radiasi kopel ganda

25
b. Fokus harus dianggap berbentuk bola didalam bumi dimana bumi dianggap

homogen. Pada dasarnya solusi bidang sesar adalah mencari dua bidang nodal

orthogonal (orthogonal nodal plane) yang memisahkan gerakan pertama gelombang

dalam kuadran kompresi dan dilatasi pada bola fokusnya.

Gambar 2.11 Bola fokus bumi

2.5.5 Model Kopel Tunggal dan Kopel Ganda

Seorang ahli seismologi H.Nakano yang pertama kali membuat perhitungan

teoritis tentang pola radiasi gelombang dengan anggapan bahwa di dalam sumber

gempa bekerja dua gaya yang berlawanan arah dan sama besar (kopel tunggal) atau

sistem gaya tipe I.

26
Gambar 2.12 Kopel tunggal

Sedangkan P.Byerly membuat metode untuk mengurai arah gerak suatu

sumber sesar yang dianggap pegas elastis. Didapat dari perbedaan awal gelombang P

yang diamati, dengan menggunakan metode kopel tunggal. Metode ini dikembangkan

oleh Hodson untuk menentukan karakteristik bidang sesar gempa.

Gambar 2.13 metode kopel tunggal


Berdasarkan pola radiasi gelombang P, tidak membedakan antara bidang sesar
dan bidang yang tegak lurus bidang sesar (Auxiliary Plane) karena bentuk pola radiasi
simetris, sehingga digunakan radiasi gerak awal gelombang S, karena memiliki dua lob
sehingga dapat dibedakan bidang sesar yang dikehendaki.
Honda (1957) mengusulkan ada 2 tipe gaya yang mungkin untuk sumber

berupa titik (diasumsikan sumber gempa berupa titik) sistem gaya tipe I single couple

(kopel tunggal) dan sistem gaya tipe II double couple (kopel ganda). Sistem gaya tipe

I terdiri dari sepasang gaya dengan arah berlawanan tetapi sejajar dan bergerak

sepanjang sumbu Y. Pergerakan ini ditransmisikan ke permukaan sebagai gelombang

P, menjadi gerakan kompresi (Upward) dan dilatasi (Downward) dari tanah. Sistem

gaya tipe II terdiri dari dua pasang gaya yang masing-masing memiliki besar yang

27
sama dan tegak lurus satu sama lainnya. Gempa bumi pada dasarnya disebabkan oleh
[7]
sistem gaya tipe II .

Analisa terhadap polaritas pertama gelombang P dapat untuk mengetahui

orientasi sesar gempa, seperti strike, dip dan arah pergerakan sesar, sedangkan ukuran

gempa bumi seperti panjang dan lebar dapat dilakukan dengan menganalisa amplitudo

dan bentuk gelombang seismiknya, perubahan bentuk kerak bumi, serta distribusi

gempa susulan.

Polaritas gelombang P yang dibuat berdasarkan model kopel ganda mempunyai

pola kuadratik yang sama. Amplitudo gerakan awal gelombang P besar dan positif (+)

disekitar sumbu kompresi serta besar dan negatif (–) disekitar sumbu dilatasi.

Amplitudo menjadi nol di sepanjang dua bidang yang memisahkan daerah dengan

polaritas yang berbeda (bidang nodal).

Gambar 2.14 Pola radiasi gerakan pertama a) Kopel Tunggal dan b) Kopel Ganda

Sistem gaya kopel ganda menyatakan sumber gempa bekerja empat gaya sama

besar dan berlawanan arah yang berlaku sebagai sepasang momen gaya yang

28
saling tegak lurus. Gaya ini selanjutnya disebut sebagai sistem gaya type II. Sistem ini

dapat menerangkan posisi gaya yang bekerja pada akhir proses patahnya atau

bergesernya suatu lapisan sesuai teori pegas elastis (Elastic Rebound Theory). Teori

ini dapat juga menerangkan polaritas gelombang P dari tempat gempa bumi alami.

Karakteristik model kopel ganda :

a. Asumsi sumber titik : Dengan asumsi bahwa sumber gempa adalah sebuah

titik. Hal ini cocok apabila jarak hiposenter dan stasiun lebih besar dari

ukuran sesar.

b. Konfigurasi sistem gaya kopel ganda : Model ini mempunyai dua pasang gaya

yang masing-masing mempunyai magnitude yang sama dan berlawanan arah.

c. Ekuivalen sistem gaya kopel ganda dengan dislokasi geser (gerak sesar). Sistem

gaya kopel ganda menghasilkan medan perpindahan yang sama

terhadap sumber gempa seperti yang sama berkenaan dengan dislokasi geser (shear

dislocation) di sepanjang sesar. Salah satu dari dua orientasi kopel ganda merupakan

orientasi dari sesar, sehingga kopel ganda menghasilkan dua orientasi bidang sesar

yang mungkin terjadi.

2.6 Bola Fokus dan Diagram Mekanisme Pusat Gempa Bumi.

Bola fokus merupakan ilustrasi penjalaran gelombang yang berpusat pada

sumber gempa bumi. Bola fokus meliputi penjalaran gelombang seismik yang menjalar

dari sumber gempa bumi sampai ke stasiun penerima.

29
Teknik proyeksi bola fokus menstransformasikan bumi sebenarnya menjadi

homogen. Dasar dari metode ini adalah konsep bola fokus yang diartikan sebagai

lingkaran kutub yang mengelilingi fokus gempa, yang pada permukaannya

ditransformasikan posisi dari stasiun seismik dan pergerakan tanah yang diasosiasikan

dengan kedatangan gelombang P dan S pada stasiun tersebut. Karena lingkaran itu

kecil maka dianggap homogen sehingga penjalaran gelombang dapat dianggap garis

lurus.

Untuk menentukan titik pada suatu bola fokus yang memuat informasi polaritas

gerakan pertama gelombang P (kompresi dan dilatasi) diperlukan koordinat sudut sinar

(i, ). Koordinat i menyatakan sudut keberangkatan sinar atau disebut incident angle.

Sudut ini diukur dari arah vertikal sampai arah sinar, besarnya sudut i

dapat dihitung dengan persamaan :


Sin i = PV (h) / (R – h)............................................................................................. (2.6)

Dimana :

P : Parameter gelombang gempa bumi / waktu kejadian (s).

V (h) : Kecepatan gelombang pada kedalaman h (m/s).

R: Jari-jari bumi (m).

h: Kedalaman sumber gempa (km).

Untuk menggambarkan distribusi polaritas gerakan pertama gelombang P

secara global dapat digunakan prosedur grafik untuk menentukan dua bidang nodal.

Hiposenter diasumsikan sebagai bola dengan radius sangat kecil yang disebut bola

30
fokus gempa bumi (Gambar 2.15). Gelombang gempa bumi mencapai stasiun

seismograf S meninggalkan bola fokus gempa dengan koordinat sudut elevasi i dan

azimuth . Koordinat i menyatakan sudut keberangkatan sinar atau take off, sudut ini

dibentuk dari arah vertikal sampai arah sinar. Sedangkan menyatakan sudut yang

dibentuk dari episenter searah jarum jam hingga stasiun penerima. S’ ditentukan pada

bola fokus gempa bumi dengan polaritas gelombang P kompresi atau dilatasi yang

diamati di stasiun S. Prosedur ini dilakukan untuk semua stasiun yang merekam

getaran gempa bumi sehingga diperoleh polaritas gelombang P secara global yang

dipancarkan dari hiposenter. Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa polaritas

gerakan pertama gelombang P tidak berubah selama penjalarannya, sehingga polaritas

pada bola pusat gempa bumi masih sama dengan polaritas pada hiposenter.

Gambar 2.15 Bola pusat gempa yang menggambarkan hiposenter.

Bola fokus gempa bumi yang didapatkan dari hasil analisa polaritas gerakan

pertama gelombang P adalah dalam bentuk 3D, sehingga sulit untuk di

31
interpretasikan secara visual. Untuk itu harus diproyeksikan ke dalam bentuk 2D

dengan cara membagi bola fokus gempa bumi menjadi dua bagian yang simetris

memotong hiposenter, yaitu setengah bagian atas dan setengah bagian bawah. Proyeksi

potongan bola pusat gempa bumi bagian bawah berupa diagram mekanisme sumber

gempa bumi 2D.

Gambar 2.16 Proyeksi bola pusat gempa ke bidang equatorial.

Penyelesaian bola fokus diperoleh dari distribusi gerakan kompresi dan dilatasi

di permukaan bumi yang diproyeksikan melalui lintasan yang sama dengan penjalaran

gelombangnya ke permukaan bola fokus. Bola fokus adalah bola satuan (jari-jari 1

satuan) yang fiktif (diandaikan ada) berpusat pada fokus gempa.

32
Gambar 2.17 Gerakan awal gelombang P dipengaruhi oleh gaya kompresi dan
dilatasi

2.6.1 Diagram Mekanisme Pusat Gempa Bumi

Studi mekanisme pusat gempa bertujuan untuk menentukan model sesar gempa

berdasarkan bidang nodal dari hasil pengamatan polaritas gelombang P yang

dipancarkan oleh hiposenter. Jika stasiun seismograf yang melingkupi pusat gempa

cukup banyak maka dapat dipisahkan antara kelompok stasiun yang merekam

kompresi dan kelompok stasiun yang merekam dilatasi. Kadang-kadang jumlah

stasiun tidak cukup sehingga tidak semua gempa dapat ditentukan solusi mekanisme

pergerakan pusat gempanya.

Sebelum membuat diagram mekanisme sumber gempa bumi perlu dilakukan

terlebih dahulu bagaimana cara menginterpretasikannya. Pada model kopel ganda

radiasi gelombang seismik simetri dengan hiposenter sehingga dapat diproyeksikan

hanya setengah bola fokus gempa bumi. Bola fokus gempa bumi dibelah menjadi dua

(bagian atas dan bawah) oleh bidang horizontal yang melalui hiposenter. Polaritas

data S (kompresi dan dilatasi) pada belahan bola bagian bawah diproyeksikan ke titik

33
pada diagram. Polaritas data pada belahan bola bagian atas simetri dengan data bagian

bawah.

Dua bidang nodal dinyatakan pada diagram sebagai dua garis, karena dua

bidang tersebut tegak lurus satu sama lain maka masing-masing bidang saling

berpotongan melalui pusatnya. Pusat ini merupakan vektor yang saling tegak lurus.

Arah vektor yang menjauhi hiposenter ditandai dengan titik potong antara vektor dan

bola fokus gempa bumi yang dinyatakan titik pada diagram.

Gambar 2.18 Orthogonal dua bidang nodal

Dua garis nodal membagi diagram mekanisme sumber gempa bumi ke dalam

empat kuadran yang memisahkan daerah kompresi dan dilatasi. Dua bidang nodal

tersebut adalah bidang patahan (fault plane) dan bidang bantu (auxilary plane). Pada

diagram dapat dibaca parameter bidang sesar yang terdiri dari strike, dip, dan rake.

Salah satu dari bidang nodal merupakan sesar/patahan gempa.

34
Gambar 2.19 Kertas proyeksi luasan sama.

Gambar 2.19 digunakan untuk menentukan parameter bidang sesar/patahan dari

diagram mekanisme pusat gempa. Bagian kanan gambar tersebut digunakan untuk

menggambar garis nodal. Sedangkan bagian kiri digunakan untuk menentukan azimut

dan sudut busur pada garis nodal. Garis horizontal digunakan untuk menentukan sudut

atau bidang nodal yang di ukur dari garis vertikal. Gambar 2.18,2.19 dan 2.20

menunjukan cara bagaimana menentukan strike, dip, rake, lokasi

( plunge dan azimuth) Sumbu P dan T pada diagram yang merupakan parameter

bidang sesar.

Prosedur untuk menentukan parameter bidang sesar dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Untuk menentukan strike posisi hanging wall disebelah kanan arah strike dan di

ukur searah jarum jam dari arah utara (2.18).

35
2. Dip diukur dengan menggunakan setengah lingkaran bagian kanan gambar

2.18.dan 2.19.

Gambar 2.20 Pengukuran sudut strike dan dip pada diagram dan penampang.

0
3. Sumbu tekanan P dan sumbu tarikan T terletak pada titik 45 dari dua titik A

dan B (2.19). Sumbu P di kuadran dilatasi dan sumbu T di kuadran kompresi

dengan gambar arsiran. Perpotongan antara dua garis nodal disebut sumbu N

(null) yang merupakan arah stress nol. Sumbu P, T, dan N ditentukan oleh

azimut (diukur searah jarum jam dari arah utara) dan plunge ( diukur kearah

bawah dari horizontal). Kedua sudut tersebut diukur dengan menggunakan

kertas stereografis. Tekanan dan tarikan menunjukan arah gaya yang bekerja

pada hiposenter, sedangkan kompresi dan dilatasi merupakan arah gerakan

awal gelombang P seismogram.

36
Gambar 2.21 Penentuan sumbu P dan T dari kutub pada garis nodal

Jika, pusat diagram (hiposenter) berada di kuadran kompresi (arsiran) maka sesar

gempa disebut reverse fault dan jika berada di kuadran dilatasi, maka disebut normal

fault. Dengan kata lain bila sumbu T berada pada satu kuadran dengan pusat diagram

akan diperoleh reverse fault. Sebaliknya bila sumbu P berada dalam kuadran yang

sama dengan hiposenter, maka akan dihasilkan normal fault. Jika, pusat diagram

berada pada atau dekat dua garis nodal maka akan dihasilkan strike slip fault.

4. Vektor slip untuk satu bidang nodal tegak lurus pada bidang nodal lainnya,

sehingga vektor slip untuk bidang nodal berhubungan dengan kutub vektor

bidang nodal lainnya.

Rake dari vektor slip didefinisikan dengan sudut antara arah strike dan

vector slip (kutub vektor), atau dengan kata lain :

1 Untuk normal fault, rake dari bidang nodal ditandai dengan – (sudut

antara strike bidang dan kutub bidang yang lain).

37
0
2 Untuk reverse fault, rake bidang nodal diperoleh dengan 180 –

(sudut antara strike bidang dan kutub bidang yang lain).

Sudut rake diukur menggunakan setengah lingkaran bagian gambar

stereografis. Sudut rake negatif untuk normal fault, karena sudut rake negatif

menunjukan bahwa hanging wall block bergerak turun, secara relatif terhadap

footwall block.

Untuk reverse fault, bila vektor slip menunjuk ke arah atas dan diukur sudut

antara arah strike dan kutub pada setengah lingkaran bagian atas. Untuk membuat

diagram mekanisme sumber gempa bumi digunakan setengah bola bagian bawah

kemudian mengkonversi sudut yang telah diukur pada setengah bola bagian bawah ke
0
sudut rake, dengan mengurangkan sudut tersebut dari 180 .

Gambar 2.22 Penentuan sudut rake pada reverse fault dan normal fault

38
2.7 Pola Tektonik Daerah Sumatera Kepulauan Mentawai

Pulau Sumatera merupakan bagian dari lempeng Eurasia yang bergerak relatif

ke arah tenggara dan berinteraksi dengan lempeng Hindia-Australia yang terletak di

sebelah barat Pulau Sumatera yang bergerak relatif ke arah utara dengan kecepatan

sekitar 6cm/th. Zona pertemuan antara kedua lempeng tersebut membentuk palung

dengan kedalaman sekitar 4500 meter sampai 7000 meter, yang dikenal dengan zona

tumbukan atau zona subduksi. Zona subduksi merupakan sumber gempa bumi di laut

yang berpotensi membangkitkan tsunami apabila gempa bumi tersebut magnitudonya

besar, kedalaman dangkal mekanisme patahan naik serta terjadi perubahan morfologi

secara vertikal di bawah laut.

Akibat benturan tersebut terbentuklah patahan-patahan di Pulau Sumatera.

Salah satu patahan tersebut adalah patahan yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera

mulai dari Aceh hingga teluk Semangko. Propinsi lampung yang dikenal dengan nama

Sesar Besar sumatera. Sesar ini merupakan sesar aktif yang dibuktikan sering terjadi

gempa bumi yang bersumber di darat akibat pergerakannya. Gempa bumi yang

bersumber di darat akibat pergerakan sesar aktif, meskipun magnitudonya tidak terlalu

besar namun berpotensi terjadinya bencana, karena sumbernya dangkal, dekat dengan

pemukiman dan aktivitas penduduk. Disamping itu terdapat juga sesar-sesar aktif kecil

lainnya yang pernah mengakibatkan terjadinya gempa bumi.

Model tektonik lempeng Indonesia dalam satu pola konvergen telah di buat

oleh Hamilton (1970) dan Katili (1971). Sistem busur subduksi Sumatera dibentuk oleh

penyusupan lempeng samudera di bawah lempeng benua. Lempeng benua tebal

39
[8]
dan tua ini meliputi busur volkanik berumur Perm, Kapur dan Tersier . Sedimen

[9]
elastis sangat tebal menyusup di subduksi Sumatera dan sedimen yang tebal

didorong ke atas membentuk rangkaian kepulauan.

Sejarah tektonik Pulau Sumatera berhubungan erat dengan dimulainya

peristiwa pertumbukan antara lempeng India-australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6

juta tahun lalu, yang mengakibatkan rangkaian prubahan kecepatan relatif antar

lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya. Gerak lempeng India-

Australia yang semula mempunyai kecepatan 86 mm/th menurun secara drastis

menjadi 40 mm/th karena terjadi proses tumbukan tersebut. Penurunan percepatan

terus terjadi sehingga tinggal 30mm/th pada awal proses konfigurasi tektonik yang
[10]
baru .

Sesar besar Sumatera dan Pulau Sumatera merupakan contoh rinci yang menarik

untuk menunjukan akibat tektonik regional pada pola tektonik lokal.Pulau sumatera

tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi oleh keberadaan lempeng

samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh keberadaan lempeng benua.

Sejarah tektonik Pulau Sumatera berhubungan erat dengan dimulainya

peristiwa pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6

juta tahun lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan sistematis dari pergerakan

relatif lempeng-lempeng disertai dengan perubahan kecepatan relatif antar lempengnya

berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya. Gerak lempeng India-Australia yang

semula mempunyai kecepatan 86 mm/th menurun secara drastis menjadi 40 mm/th

karena terjadi proses tumbukan tersebut. Penurunan kecepatan

40
terus terjadi sehingga tinggal 30 mm/th pada awal proses konfigurasi tektonik yang

[11]
baru . Setelah itu kecepatan mengalami kenaikan yang mencolok sampai sekitar 76

mm/th. Proses tumbukan ini, menurut teori “indentasi” pada akhirnya mengakibatkan

terbentuknya banyak sistem sesar geser di bagian sebelah timur India, untuk

mengakomodasikan perpindahan massa secara tektonik.

Keadaan Pulau Sumatera menunjukkan bahwa kemiringan penunjaman,

punggungan busur muka dan cekungan busur muka telah ter-fragmentasi akibat proses

yang terjadi. Kenyataan menunjukkan bahwa adanya transtensi (trans-tension)

Paleosoikum tektonik Sumatera menjadikan tatanan tektonik Sumatera menunjukkan

adanya tiga bagian pola.

Bagian selatan Pulau Sumatera memberikan kenampakan pola tektonik:

1. Sesar Sumatera menunjukkan sebuah pola geser kanan en echelon dan terletak

pada 100-135 kilometer di atas penunjaman.

2. Lokasi gunungapi umumnya sebelah timur-laut atau di dekat sesar.

3. Cekungan busur muka terbentuk sederhana, dengan kedalaman 1-2 kilometer

dan dihancurkan oleh sesar utama.

4. Punggungan busur muka relatif dekat, terdiri dari antiform tunggal dan

berbentuk sederhana.

5. Sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan oleh punggungan busur muka

dan cekungan busur muka relatif utuh.

Bagian utara Pulau Sumatera memberikan kenampakan pola tektonik.

41
Sesar Sumatera berbentuk tidak beraturan, berada pada posisi 125-140 kilometer dari

garis penunjaman :

1. Busur vulkanik berada di sebelah utara sesar Sumatera.

2. Kedalaman cekungan busur muka 1-2 kilometer.

3. Punggungan busur muka secara struktural dan kedalamannya sangat beragam.

4. Homoklin di belahan selatan sepanjang beberapa kilometer sama dengan

struktur Mentawai yang berada di sebelah selatannya.

5. Sudut kemiringan penunjaman sangat tajam.

Bagian tengah Pulau Sumatera memberikan kenampakan tektonik:

1. Sepanjang 350 kilometer potongan dari sesar Sumatera menunjukkan posisi

memotong arah penunjaman.

2. Busur vulkanik memotong dengan sesar Sumatera.

3. Topografi cekungan busur muka dangkal, sekitar 0.2-0.6 kilometer, dan terbagi-

bagi menjadi berapa blok oleh sesar turun miring.

4. Busur luar terpecah-pecah.

5. Homoklin yang terletak antara punggungan busur muka dan cekungan busur.

Proses penunjaman miring di sekitar Pulau Sumatera ini mengakibatkan

adanya pembagian/penyebaran vektor tegasan tektonik, yaitu slip-vector yang hampir

tegak lurus dengan arah zona penunjaman yang diakomodasi oleh mekanisme sistem

sesar anjak. Hal ini terutama berada di prisma akresi dan slip-vector yang searah

dengan zona penunjaman yang diakomodasi oleh mekanisme sistem sesar besar

Sumatera. Slip-vector sejajar palung ini tidak cukup diakomodasi oleh sesar Sumatera

42
tetapi juga oleh sistem sesar geser lainnya di sepanjang Kepulauan Mentawai, sehingga

disebut zona sesar Mentawai.

Gambar 2.23. Peta kedudukan lempeng di Pulau sumatra.

2.8 Tsunami

Kata ”tsunami” berasal dari bahasa jepang yaitu Tsu yang berarti gelombang

dan Nami yang berarti pelabuhan atau bandar, sedangkan secara harafiah adalah

ombak besar di Pelabuhan. Adapun menurut sumber lain Tsunami adalah perpindahan

badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-

tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang

berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau

hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat kesegala arah. Tenaga

yang terkandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian

dan kelajuan. Di laut dalam gelombang dapat merambat dengan kecepatan 500-1000

km/jam. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Ketika mendekati

pantai kecepatan gelombang hingga 30 km/jam dan

43
energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya, namun ketinggiannya

meningkat sekitar puluhan meter.

Gelombang tsunami berbeda dengan gelombang laut yang lainnya yang bersifat

kontinu, gelombang tsunami ditimbulakn oleh gaya impulsif yang bersifat insidential,

tidak kontinu. Periode gelombang tsunami antara 10-60 menit, panjang gelombangnya

mencapai 100 km. Kecepatan penjalaran gelombang tsunami sangat bergantung dari

kedalaman laut dan penjalarannya dapat berlangsung mencapai ribuan kilometer.

Di tengah lautan tinggi gelombang tsunami maksimal sekitar 5 meter, maka

saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa sampai puluhan meter karena terjadi

penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap mencapai daratan

jauh dari garis pantai dengan jangkauan dapat mencapai sejauh 500 meter dari garis

pantai.

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak rumah/bangunan,

prasarana, tumbuh-tumbuhan dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta

menyebabkan genangan, kontaminasi air asin lahan pertanian, tanah dan air bersih.

Untuk menimbulkan tsunami, gempa yang terjadi biasanya mempunyai

mekanisme sesar vertikal yakni sesar naik atau sesar turun. Dengan adanya perubahan

(dislokasi) pada lantai samudera secara mendadak, dapat mempengaruhi kolom air di

atasnya kemudian menyebabkan tsunami.

Dari hasil penelitian tsunami dapat terjadi setelah memenuhi beberapa syarat

antara lainyaitu :

44
a. Gempa bumi dengan hiposenter di laut.

b. Gempa bumi dengan magnitude > 6,8 skala richter.

c. Gempa bumi dengan pusat gempa dangkal < 70 km.

d. Gempa bumi dengan pola mekanisme fokus dominan adalah sesar naik atau

sesar turun.

e. Morfologi pantai atau bentuk pantai biasanya pantai terbuka dan landai serta

berbentuk teluk.

Tsunami di Indonesia pada umumnya adalah tsunami lokal yang terjadi sekitar

10-20 menit setelah terjadinya gempa bumi yang dirasakan oleh penduduk

setempat. Sedangkan tsunami jarak jauh adalah yang terjadi 1-8 jam setelah gempa

dan penduduk setempat tidak merasakan getaran gempa buminya.

Besarnya kekuatan tsunami dapat diukur melalui magnitude Tsunami (m dalam

skala imamura ) yang menyatakan tinggi rendahnya gelombang tsunami yang

sampai di pantai dan besar energi gelombang yang dihasilkan. Besar energi

gelombang tsunami (m) mempunyai korelasi linear dengan besarnya magnitude

gempa dalam skala richter (M) dengan hubungan empiris sebagai berikut :

m = 2.61 M – 16.44..................................................................................... (2.7)


Tabel 2.1 Magnitude tsunami

Magnitude Energi Tsunami Run-up (m)


23
Tsunami (erg) X 10 erg
5 25,6 >32
4,5 12,8 24-32
4 6,4 16-24
3,5 3,2 12-16
45
3 1,6 8-12
2,5 0,8 6-8
2 0,80,4 4-6
1,5 0,2 3-4
1 0,1 2-3
0,5 0,005 1,5-2
0 0,025 1-1,5
-0,5 0,0125 0,75-1
-1 0,006 0,50-0,075
-1,5 0,003 0,30-0,50
-2 0,0015 <0,30

Untuk dapat menghitung tsunami adalah dengan rumus :

(2.8)
D= +..................................................................................................

Dimana :

D = total displacement (resultan dari x dan z).

Z = vertical dip slip (komponen utama gelombang tsunami).

X = horizontal strike slip.

Vertical dip slip adalah komponen utama dari gelombang tsunami, semakin

besar vertical dip slip maka semakin besar pula tsunami. Untuk memperkirakan

besarnya energi tsunami harus dilihat dari pendekatan kecepatan. Kecepatan tsunami

dapat dihitung dengan :

C = . ...........................................................................................................(2.9)

Dimana :

C = kecepatan (m/s)

2
g = percepatan gravitasi (m/s ).

a = kedalaman gempa (km).

46
Energi total tsunami dapat dihitung dengan rumus :
2
E (t) =1/6 .g.h A....................................................................................... (2.10)

Dimana :

= density
2
g = percepatan gravitasi (m/s ).

h = kedalaman rata-rata (km).

A = Amplitudo maksimal gelombang tsunami (s).

Dapat diperkirakan kecepatan tsunami ketika mencapai pantai yaitu dengan :


S = V.T........................................................................................................
(2.11)
Dimana :

S = jarak pusat gempa ke pantai (km).

V = kecepatan gelombang air laut (m/s).

T = waktu yang diperlukan mencapai pantai (s).

Tabel 2.2 Data kecepatan tsunami

Depth (m) Dasar laut Velocity (km/h) Wave length (km)


7000 943 282
4000 713 213
2000 504 151
200 159 48
50 79 23
10 36 10.6

Untuk mengetahui berapa besar volume air yang terangkat maka harus

diketahui rupture area terlebih dahulu. Rupture area didapat dari perhitungan

47
nilai magnitude gempa dengan menggunakan rumus empiris Scalling Law yang

dipakai oleh Japan Meteorogical Agency (JMA).

Rupture area dapat dihitung dengan :

Log l. = 0,5 M - 1.9.................................................................................... (2.12)


Log W = 0,5 M – 2.2................................................................................... (2.13)

Log D = 0,5 M – 3.2.................................................................................... (2.14)

Keterangan :

o o
Strike (Φ) = searah jarum jam dari Utara (0 ≤ Φ ≤ 360 )
o o
Dip (δ) = arahnya dari bidang horisontal (0 ≤ δ ≤ 90 )

Rake (λ) = sudut yang dibentuk oleh arah rake dan strike. Rake positif (thrust

fault) dan negatif (≤ λ ≤ 180o).

L = panjang rupture (km).

W = lebar rupture (km).

d = kedalaman gempa (km).

D = slip (m).

M = magnitude gempa (SR).

48
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penenlitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2011 yang

dilaksanakan di Badan Meteorolgi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kemayoran

Jakarta Pusat.

3.2 Alat dan Bahan

Pada penenlitian ini untuk mengolah data menggunakan beberapa alat yaitu :

1. Software Dimas.

2. Software FOCAL.

3. Software WinITDB.

4. Notepad.

5. Command Prompt.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data seismik berupa data waktu

tiba, stasiun seismograf, posisi episenter (lintang dan bujur), magnitude,

kedalaman gempa dan arah gerakan pertama gelombang P (dilatasi atau kompresi)

dari gempa bumi kuat yang terjadi di Kepulauan Mentawai 25 Oktober 2010 yang

diperoleh dari pusat gempa Nasional BMKG Pusat Jakarta yang kemudian

dikonversi agar dapat dibuka oleh program dimas.

49
49
3.3 Pengolahan dan Analisa Data

Metode pengolahan data berdasarkan impuls pertama gelombang primer (P)

yang berupa pembacaan jejak pertama gelombang prima yaitu kompresi/naik (c) dan

dilatasi/turun (d) dari setiap stasiun pencatat gempa.

Data yang digunakan dalam menentukan parameter mekanisme sumber gempa

bumi adalah lokasi episenter (lintang dan bujur), kedalaman, jumlah stasiun yang

mencatat gelombang P dan data polaritas awal gelombang P. Penentuan parameter

mekanisme sumber gempa bumi yaitu bila polaritas turun disebut dilatasi dinotasikan

d. Parameter dapat ditentukan dengan cara :

1. Membuka program Dimas dan memasukan data digital gempa bumi mentawai

25 Oktober 2010 yang diperoleh dari BMKG.

2. Menentukan arah gerakan pertama gelombang P.

3. Mengkonversi faktor c (kompresi yang ditandai dengan gerakan awal

gelombang P mengarah ke atas menjadi 1 dan faktor d (dilatasi) yang ditandai

dengan gerakan awal gelombang P mengarah ke bawah menjadi -1.

4. Membuka program notepad untuk memasukan nilai polaritas gelombang, latitude,

longitude, kedalaman dan jumlah stasiun yang digunakan. Selanjutnya disimpan

dalam format DAT. Data ini akan di jadikan sebagai input dalam program Azmtak

yang akan menghasilkan azimuth, sudut take off.

5. Output dari program azmtak akan menjadi input untuk program Pinv.

Kemudian output dari program Pinv adalah pengeplotan azimuth dan sudut

take off dan menghasilkan bidang bola yang didalamnya terdapat kumpulan

50
polaritas awal gelombang P berupa kompresi maupun dilatasi pada bidang

luasan sama, sampai diperoleh dua garis pemisah yang membagi daerah

kompresi dan dilatasi ke dalam empat kuadran. Garis pemisah ini

menggambarkan dua bidang nodal yang tegak lurus. Salah satu bidang nodal

tersebut merupakan bidang sesar. Kemudian menentukan mekanisme fokus

dan parameter bidang sesar dip, strike, dan rake.

6. Selain menggunakan program Pinv untuk menghasilkan bidang bola juga

dapat menggunakan program Pman, tetapi untuk menentukan mekanisme

fokus dan bidang sesar dip, strike, dan rake dilakukan secara manual.

7. Membuat model mekanisme fokusnya di Command Prompt dalam file PS

untuk selanjutnya dibuka dengan program PDF Creator.

8. Hasil diagram mekanisme sumber dalam program PDF Creator di transfer ke

dalam bentuk file PDF dan akan diperoleh penentuan bidang sesar dari 2

bidang nodal.

51
3.3.1 Pemodelan Tsunami

Untuk membuat model tsunami sederhana digunakan program WinITDB. Data

yang dibutuhkan dalam membuat model tsunami adalah koordinat episenter gempa,

rupture area, ketinggian tsunami, nilai azimut, dan nilai strike. Langkah-langkah

membuat model tsunami sederhana adalah sebagai berikut:

1. Buka program WinITDB

2. Lakukan penglepotan pada peta sesuai dengan lokasi yang terjadi gempa

bumi. Misalnya untuk gempa mentawai pengeplotan pada pulau sumatera.

3. Pilih menu Source, klik by mouse dan pilih eliptic source. Kemudian akan

muncul tabel source parameter yang harus diisi dengan data yang kita

butuhkan. Setelah di apply akan muncul gambar sumber gempa. Video

sumber gempa belum bisa dimulai sebeblum diletakkan stasiun- stasiun

gempanya.

Untuk model tsunami buka menu modelling, klik source editor dan mengisi

parameter yang dibutuhkan.

52
3.4 Tahapan Penelitian

Mulai

Pengambilan data dari BMKG

Menentukan arah gerakan pertama gelombang P

Konversi faktor c (kompresi) dan d (dilatasi)

Pembuatan file hasil dengan format data lintang ,bujur , kedalaman, jumlah data, kode stasiun dan polarisasi

Penentuan azimuth dan sudut take off

Pengeplotan azimut dan sudut take off yang menghasilkan bidang bola pada bidang luasan sama

Penentuan mekanisme fokus dan bidang sesar dengan parameter dip,strike dan rake

Mekanisme fokus gempa bumi dan parameter bidang sesar

Membandingkan USGS dan BMKG

Membuat Pemodelan Tsunami

Selesai

Gambar 3.1 Tahapan penelitian

53
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Mekanisme Sumber Gempa Utama

Data digital dari BMKG yang sudah dimasukan kedalam program Dimas akan

didapatkan gerakan awal gelombang P apakah kompresi atau dilatasi. Kemudian

hasilnya akan dimasukan kedalam program notepad, data yang sudah diubah

pembacaannya disusun menjadi: Lintang, Bujur, Kedalaman, Jumlah data stasiun yang

digunakan dan polarisasi data. Dari notepad kemudian diolah dengan menggunakan

software Focal dengan menggunakan program Azmtak. Hasil keluaran dari program

Azmtak yaitu sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil keluaran program Azmtak.

Stasiun Polaritas Take of Angle Azimut


AAI -1.00 30.98 104.10
AAII -1.00 30.98 104.10
BASI 1.00 29.53 96.48
BBKI 1.00 46.42 115.07
BJI 1.00 48.18 138.08
BKB 1.00 45.32 105.60
BKNI 1.00 53.43 161.21
BNDI 1.00 30.35 104.86
BWJI 1.00 47.07 126.42
CBJI 1.00 50.13 145.24
CER 1.00 16.68 236.12
CGJI 1,00 50.44 150.46
CHTO 1.00 47.70 356.42
CISI 1.00 49.02 144.65
CMJI 1.00 48.57 143.11
CNJI 1.00 49.48 146.48
COEN 1.00 26.74 113.08

54 54
CTAO 1.00 25.46 119.29
DGAR -1.00 30.86 248.21
FAKI 1.00 29.64 100.94
GRJI -1.00 46.58 129.83
GSI 1.00 53.53 225.82
IPM 1.00 54.41 48.55
JMBI 1.00 53.07 144.47
KASI 1.00 51.40 153.28
KBKI 1.00 45.35 112.74
KKM 1.00 46.49 80.90
MNAI 1.00 52.40 159.08
MNSI 1.00 53.95 187.16
MSAI 1.00 30.77 103.08
MTN 1.00 29.07 118.34
NGJI 1.00 47.03 133.46
PBKI 1.00 49.25 117.97
PCJI -1.00 46.66 136.29
PDSI 1.00 53.54 173.25
PMBI 1.00 52.57 143.26
PPBI 1.00 52.42 132.65
PPI 1.00 53.41 173.40
PSI 1.00 55.25 227.89
PWJI 1.00 46.35 134.31

Hasil keluaran dari Azmtak kemudian dimasukkan ke dalam program PinV

yang menghasilkan proyeksi gempa utama secara otomatis. Selain PinV juga bisa

menggunakan program Pman untuk mendapatkan hasil proyeksi bola pada gempa.

Tetapi proyeksi pada Pman ini dilakukan secara manual yaitu dengan mengelompokan

banyaknya stasiun sesuai dengan arah gerakan gelombang P yaitu memisahkan antara

kelompok kompresi dan dilatasi.

Dengan menganalisis mekanisme sumber gempa dapat menentukan orientasi

sesar dan pergerakan serta arah stress pada daerah sumber gempa. Untuk

mengidentifikasi tipe sesar dapat menggunakan perbedaan nilai rake.

55
Gambar 4.1 Solusi mekanisme sumber gempa bumi Mentawai

Gambar 4.1 adalah solusi mekanisme sumber gempa bumi di Mentawai, di

dalam gambar tersebut ada dua sudut yaitu sumbu P (tekanan) dan sumbu T (tarikan).

Sumbu P ini biasanya berada di kuadran dilatasi yang di tandai dengan gambar kotak

biru. Sumbu T biasanya berada di kuadran kompresi dengan di tandai dengan isi kotak

warna merah. Tetapi berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa Sumbu T berada pada

kuadran kompresi dan dilatasi yang bercampur sehingga jenis sesar pada gempa

tersebut adalah oblique fault yang merupakan gabungan dari thrust fault dengan

strike slip fault tetapi lebih dominan thrust fault (sesar naik). Dimana hanging wall

bergerak ke atas dan sedikit bergeser dari foot wall dengan dominasi pada sumbu T

(tarikan). Hal ini diperkirakan karena adanya tumbukan antara lempeng samudera

Indo-Australia terhadap lempeng benua Eurasia yang menghasilkan daerah subduksi

56
aktif disekitar sesar mentawai. Perpotongan antara dua garis nodal disebut dengan

sumbu N (null) yang berarti bahwa arah stressnya nol. Sumbu P dan sumbu T

merupakan parameter yang menunjukan arah gaya yang bekerja pada hiposenter.

Berdasarkan solusi mekanisme sumber gempa utama dapat diketahui bahwa


o o o
nilai orientasi bidang sesar untuk nodal I mempunyai strike 183 , dip 64 , rake 106
o o o
sedangkan pada bidang nodal II mempunyai strike 328 , dip 30 dan rakenya 60 .
o
Untuk sumbu P (tekanan) berada disebelah barat dengan plunge 18 dan azimutnya -
o
99 . Sumbu T (tarikan) berada didalam wilayah thrust fault dan ada yang menyebar

o o
disebelah barat daya dengan plunge 34 dan azimuth 122 . Dari semua data yang di

masukan ada 34 data yang konsisiten dan ada 6 data yang tidak konsisitent. Data yang

tidak konsistent bisa saja disebabkan dari kesalahan peneliti karena tidak teliti dalam

menentukan data apakah kompresi atau dilatasi dalam pembacaan pada program dimas.

57
4.2 Perbandingan Mekanisme Sumber Gempa Dengan Penelitian dari
BMKG dan USGS.

Gambar 4.2 Mekanisme fokus pada gempa bumi utama Mentawai oleh BMKG.

58
--#####----
-################--
#####################--
--#######################--
----############## #######-
-------############ T ########-
---------########## ########-
-----------#####################-
-------------###################-
---------------#################-
-----------------###############-
-------------------############
------- -----------#########-
------ P -------------######-
- ----------------##-
-----------------------
-------------------
-----------

Gambar 4.3. Proyeksi bola USGS pada gempa utama Mentawai.

Gambar 4.2 adalah analisa mekanisme gempa bumi Mentawai 25 Oktober


0 0
2010, yang terjadiada pukul 14:42:22 UTC; 3.61 LS – 99.93 BT , dengan kekuatan

o
naik), Orientasi bidang sesar pada nodal I dengan strike 294 (tenggara –barat laut),
o o
dip 47 ( miring ke arah selatan) , rake 75 ( ke arah barat daya) dan pada nodal II
o o o
dengan strike 135 , dip 45 , dan rake 105 .

59
Gambar4.3 adalah analisa mekanisme sumber gempa dari USGS, pada gempa

bumi mentawai 25 oktober 2010 yang terjadi pada pukul 14:42:60.0 0.1 yang terletak

pada 3,68 LS -99,29 BT dengan kedalaman 10 km, dan kekuatannya 7.8 SR,

menunjukan bahwa sumber gempa bumi utama adalah sesar naik yaitu dapat kita

ketahui dengan melihat gambar mekanisme fokusnya dimana sumbu T berada pada
o
bidang kompresi, dengan arah pada NPI dengan strike 319 ( ke arah barat laut), dip

o o o
7 .Sedangkan arah pada NP2 dengan sudut strike 131 ( ke arah tenggara), dip 83

( miring ke arah timur laut).

Berdasarkan uraian di atas data yang digunakan oleh BMKG dan USGS

terdapat sedikit perbedaan, dengan demikian hasilnyapun sedikit berbeda. Hasil analisa

dari BMKG menyebutkan bahwa sumber gempa bumi adalah oblique fault dominan

thrust fault, tetapi hasil analisa dari USGS menyebutkan bahwa sumber gempa bumi

adalah thrust fault. Perbedaan ini disebabkan karena alat yang digunakan untuk

menganalisa sumber gempa berbeda, dengan demikian tingkat ketelitiannyapun

berbeda.

Gambar 4.4 perbandingan hasil penelitian dari instansi-instansi lain

60
4.4 Model Tsunami

Dengan menggunakan software WinITDB dapat membuat model tsunami

sederhana. Data yang digunakan antara lain koordinat episenter gempa, rupture

area, tsunami height, nilai azimuth, dan luas wilayah. Koordinat episenternya

adalah 3.61LS dan 99.93 BT, sedangkan untuk mengetahui berapa besar volume air

yang terangkat maka harus diketahui rupture area terlebih dahulu. Rupture area

didapat dari perhitungan nilai magnitude gempa dengan menggunakan rumus

empiris Scalling Law yang dipakai oleh Japan Meteorogical Agency (JMA).

Berdasarkan perhitungan rupture area dengan rumus empiris diperoleh nilai

panjang patahan 57.016 km, lebar patahan 21,97 km. Tsunami height di atas

episenter di dapat 1 m. Berdasarkan hasil dari azimtak nilai azimuth yang diperoleh

adalah 104. Untuk luas wilayahnya adalah 85.5150 km.

Gambar 4.5 Model sumber tsunami akibat gempa utama Mentawai

61
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat model tsunami yang berbentuk

gelombang. Langkah awal yang dilakukan adalah mengisi source parameter yaitu

data-data yang diperlukan untuk membuat pemodelan ini. Setelah source parameter

di apply kemudian meletakan data stasiun untuk pengamatan pemodelan pada lokasi

peta aktif yang tersedia pada windows WinITDB, pada saat pemodelan mulai berjalan

akan muncul grafik mareogram (rekaman tsunami) perjalanan gelombang tsunami

dengan ketinggian 1 meter dengan waktu 1 menit prosesnya. Selain pemodelan tsunami

juga dapat dilihat tampilan sumber gempa secara 3 dimensi yaitu dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 4.6 Tampilan sumber gempa pembangkit tsunami secara 3 dimensi

62
4.4 Observasi Tsunami

BMKG telah mengeluarkan peringatan tsunami untuk gempa utama, dari hasil

reanalisis diperoleh lokasi sumber gempa berada di laut dengan kedalaman 10 km.

Tetapi belum ada 1 jam peringatan tsunami dari BMKG di cabut, terjadi tsunami akibat

gempa bumi tersebut. Ombak gergasi itu menghantam Pulau Pagai, baik bagian utara

maupun selatan. Sebanyak 150 rumah di Dusun Munte Baru-Baru, Desa Betumonga,

Pagai Utara, dilaporkan rusak berat. Selain itu tsunami juga merenggut korban jiwa

tetapi tidak dapat dipastikan berapa jumlah total korban jiwa akibat tsunami tersebut.

Menurut kesaksian warga tinggi tsunami mencapai 1-1.5 meter.

BMKG telah melakukan pengamatan tide gauge di PADA Gauge merekam

kenaikan muka air laut pada pukul 22:48 WIB, dengan anomali ketinggian muka air

laut 0.461 m.

63
Gambar 4. 7. Rekaman Tsunami di dua stasiun PADA Gauge didapat dari jaringan GTS +

0.2 m

64
Gambar 4.8. Rekaman tide gauge pada (a) Stasiun Padang : + 20 cm ; (b) stasiun Seblat ;
dan (c) stasiun E

65
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan sebagai beirikut:

1. Orientasi bidang sesar yang diperoleh untuk gempa utama pada nodal I adalah:

Strike:183, Dip : 64, rake ;106, dan pada Nodal II adalah strike : 328,

Dip: 30, rake : 60.

2. Solusi mekanisme dari gempa utama mentawai adalah oblique fault dengan

dominan trust fault (sesar naik) yaitu dominan pada sumbu T (tarikan).

3. Berdasarkan data yang diperoleh dari BMKG gempa bumi yang terjadi di

Kepulauan Mentawai termasuk dalam gempa dengan kedalaman dangkal yang

mengakibatkan terjadinya tsunami dengan ketinggian 1 meter-1.5 meter.

5.2 Saran

Solusi mekanisme gempa utama dengan menggunakan polaritas gelombang

awal sangat tergantung dari ketelitian dalam menentukan gelombang tersebut, apakah

gelombang tersebut masuk dalam kelompok kompresi atau dilatasi. Agar dapat

memberikan gambaran yang mendekati keadaan yang terjadi di sumber gempa bumi.

Cara mengatasi gempa bumi saat ini adalah cara darurat yaitu dengan

melakukan tindakan setelah terjadi kejadian gempa bumi. Pendidikan mempelajari

terjadinya gempa bumi sebaiknya dilakukan sejak dini dengan memasukan materi

66
66
gempa bumi pada materi pelajaran mulai dari tingkat pendidikan dasar, hal ini

dilakukan agar masyarakat memiliki sikap siaga terhadap bencana gempa bumi dan

tsunami untuk meminimalisir terjadinya banyak korban, terutama pada daerah yang

rawan terjadi gempa bumi dan tsunami yaitu daerah yang dilewati oleh lempeng bumi

yang aktif. Hal lain yang penting dilakukan adalah melakukan penelitian lapangan

untuk mendokumentasi gejala alam dan kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi.

Data yang di dapat sangat penting untuk menganalisis gempa bumi yang dapat

digunakan untuk memprediksi potensi bencana gempa bumi selanjutnya dan berguna

untuk memberikan peringatan dini tsunami.

67
DAFTAR PUSTAKA

[1] Suetsugu, Daisuke “Source Mechanism Practice”, Earthquake Information

Division, IISE.

[2] Ismail, Sulaiman, 1989, “Pendahuluan seismologi I”, Badan Diklat Meteorologi

dan Geofisika, Jakarta.

[3] Lepedes, D.N., 1978, Encyclopedia of the Geological Sciences. Mc Graw Hill

Inc, New York.

[4] Reid, H.F. 1982. Elastic Rebound Theory of Earthquake, BSSA. Vol 11 (98-100).

[5] Ginanjar S. 2007. Memahami Konsep Tektonik dan Mekanisme Gempa.

Jakarta, BMKG.Wilson E.

[6] Hamilton, W. 1979. Tectonics of the Indonesian Region. United States

Geological Survey. Professional Paper 1078.

[7] Snoke, J. Arthur, 2003, Focal Mechanism Determinations, Virginia Tech,

Blackburg, VA, USA.

[8] Waluyo, 1992, Seismotectonics of Eastern Indonesian Region. Ph.D Thesis,

Saint Louis University, USA.

[9] Santoso, Djoko, 2002, Pengantar Teknik Geofisika, ITB, Bandung.

[10] Kramer, S. L, 1996, “Geotechical Earthquake Engineering”, Prentice Hall Inc,

New Jersey.

[11] Http://www.isc.ac.

68

Anda mungkin juga menyukai