Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN

ANALISIS ASPEK BIOLOGI (PERTUMBUHAN,


REPRODUKSI, DAN FOOD HABITS)
IKAN KEMBUNG (Rastrelliger brachysoma)

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum
mata kuliah Biologi Perikanan

Disusun oleh :
Kelompok 15/Perikanan B
Rida Himyati Hasna 230110150144
Nabilah Muthiah 230110150147
Donny Samudra 230110150152

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
hikmah, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir
praktikum Biologi Perikanan ini dengan baik. Tak lupa kami ucapkan pula terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini berisikan laporan akhir dari praktikum yang telah kami
lakukan, mengenai analisis aspek biologi dari ikan, meliputi pengukuran
pertumbuhan, pengamatan reproduksi, dan pengamatan kebiasaan makan ikan
Kembung (Rastrelliger brachysoma). Untuk mengamati alat reproduksi dan
kebiasaan makan, ikan dibedah kemudian gonad, hati, dan ususnya diamati.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai cara mengerjakannya dan hasil yang
kami peroleh.
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan
membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang membantu penulis
dalam penyelesaian laporan ini. Mohon maaf apabila masih ada kekurangan pada
makalah yang berisikan laporan akhir praktikum ini.

Jatinangor, Maret 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

Bab Halaman
DAFTAR TABEL..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah........................................................................... 2

2
3

1.3 Tujuan................................................................................................ 2
1.4 Kegunaan........................................................................................... 2

II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Letak Geografis Habitat Ikan Kembung......................................... 3
2.2 Biologi Ikan Kembung................................................................... 4
2.3 Pertumbuhan................................................................................... 5
2.4 Reproduksi...................................................................................... 6
2.5 Food Habits.................................................................................... 10
2.6 Parameter Penunjang Fisik dan Kimiawi Kualitas Air................... 10

III METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan................................................................................ 12
3.3 Metode Praktikum.......................................................................... 17
3.4 Prosedur Praktikum........................................................................ 17
3.5 Parameter Pengamatan.................................................................... 19
3.6 Analisis Data................................................................................... 21

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Morfometrik Ikan Kembung........................................................... 23
4.2 Pertumbuhan....................................................................................23
4.3 Reproduksi.......................................................................................20
4.4 Food Habits.....................................................................................24

V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 27
5.2 Saran.................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 28
LAMPIRAN............................................................................................. 29
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1 Data Hasil Pengukuran.......................................................................... 29
2 Tingkat Kematangan Gonad.................................................................. 32
3 Indeks Preponderan............................................................................... 32
4 Tingkat Trofik....................................................................................... 34
4

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1 Ikan Kembung Perempuan.................................................................... 3
2 Grafik Hasil Data Angkatan Pengukuran Panjang Ikan Kembung....... 17
3 Grafik Hasil Data Angkatan Pengukuran Bobot Ikan Kembung.......... 18
4 Grafik Hubungan Panjang dan Berat Ikan Kembung........................... 19
5 Grafik Faktor Kondisi........................................................................... 20
6 Grafik Rasio Kelamin Ikan Kembung Angkatan.................................. 21
7 Grafik Tingkat Kematangan Gonad Ikan Kembung Angkatan............. 22
8 Grafik Persentase Indeks Kematangan Gonad Ikan Kembung............. 23
9 Grafik Data Food Habits Ikan Kembung.............................................. 24
5

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


1 Alat yang digunakan.............................................................................. 29
2 Bahan yang digunakan.......................................................................... 29
3 Dokumentasi Selama Praktikum........................................................... 29
6

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) merupakan salah
satu ikan laut yang hidup dibagian permukaan perairan bersalinitas tinggi, ikan
kembung termasuk kedalam ikan pelagis kecil dan hidup bergerombol. Ikan
kembung atau kembung peda atau kembung gepeng banyak digemari oleh
masyarakat untuk dikonsumsi karena bergizi tinggi, dagingnya lembut, mudah
diperoleh, harga terjangkau dan tidak menimbulkan alergi (Santoso et
al. 1997). Ikan Kembung mengandung energi sebesar 103 kilokalori, protein 22
gram, karbohidrat 0 gram, lemak 1 gram, kalsium 20 miligram, fosfor 200
miligram, dan zat besi 1 miligram. Selain itu di dalam Ikan Kembung juga
terkandung vitamin A sebanyak 30 IU, vitamin B1 0,05 miligram. Meskipun ikan
kembung merupakan ikan yang hidup di laut, kita tetap harus melestarikannya
karna sangat berguna bagi kehidupan. Maka dari itu, melakukan penelitian
mengenai aspek-aspek biologi ikan kembung ini sangat diperlukan agar kita
mengetahui bagaimana cara melestarikannya berdasarkan aspek yang telah
7

dipelajari. Mempelajari aspek biologi ini-pun sangat bermanfaat untuk membantu


para nelayan menangkap ikan kembung ini, karena dari kita mengetahui habitat
dan kebiasaan makanan ikan ini, dapat mempermudah para nelayan untuk
menangkapnya.

1.2 Identifikasi Masalah


Mengidentifikasi aspek pertumbuhan dari ikan kembung perempuan.
Mengidentifikasi aspek reproduksi dari ikan kembung perempuan.
Mengidentifikasi aspek food habits dari ikan kembung perempuan.

1.3 Tujuan
Tujuan dari adanya praktikum biologi perikanan mengenai analisis aspek
biologi ikan mas adalah:
Mengetahui aspek pertumbuhan pada ikan kembung perempuan.
Mengetahui aspek reproduksi pada ikan kembung perempuan.
Mengetahui aspek food habits ikan kembung perempuan.

1.4 Kegunaan
Kegunaan dari praktikum biologi perikanan mengenai analisis aspek
biologi ikan mas adalah:
Mampu mengetahui aspek-aspek pertumbuhan pada ikan kembung
perempuan.
Mampu mengetahui aspek-aspek reproduksi pada ikan kembung
perempuan.
Mampu mengetahui aspek-aspek food habits ikan kembung perempuan.
8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Letak Geografis Habitat Ikan Kembung Perempuan


Ikan Kembung Perempuan merupakan kelompok ikan epipelagis dan
neritik di daerah pantai dan laut. Penyebaran Ikan Kembung dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu penyebaran secara vertikal dan horizontal. Penyebaran secara
vertikal dipengaruhi oleh suhu dan gerakan harian plankton, sedangkan
penyebaran secara horizontal dipengaruhi oleh arus laut. Penyebaran ikan ini
meliputi Samudra Pasifik, Laut Andaman, Thailand, Filipina, Papua New Guinea,
Pulau Solomon, dan Fiji. Daerah penyebaran di perairan pantai Indonesia dengan
konsentrasi terbesar di Kalimantan, Sumatra Barat, Laut Jawa, Selat Malaka,
Muna-Buton, arafuru, TL Siam.
Ada tiga alasan utama yang menyebabkan beberapa spesies ikan
melakukan migrasi, antara lain usaha untuk mencari daerah yang banyak
makanannya (feeding), usaha untuk mencari daerah tempat berpijah (spawning),
dan adanya perubahan beberapa faktor lingkungan seperti temperatur, salinitas,
dan suhu. Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) hidup
berkelompok dalam jumlah yang besar pada perairan pantai dengan kedalaman
antara 10-50 meter. Ikan ini melakukan ruaya pemijahan yang bersifat
oceanodromus yaitu ikan menghabiskan siklus hidupnya di daerah pantai dan
memijah di daerah laut lepas. Ikan kembung perempuan yang sudah matang
gonad beruaya dari daerah pantai ke laut lepas sedangkan ikan juvenil beruaya
dari laut lepas ke daerah pantai untuk membesar.
9

2.2 Biologi Ikan Kembung Perempuan (Rastrelliger brachysoma)


Ikan Kembung Perempuan (Rastrelliger brachysoma) merupakan salah
satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial di Indonesia. Ikan Kembung
Perempuan (Rastrelliger brachysoma) memiliki genus yang sama dengan Ikan
Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta). Ciri yang membedakannya adalah
adanya satu bintik atau totol hitam dekat sirip dada pada Ikan Kembung Lelaki.
Selain itu, Ikan Kembung perempuan memiliki perut yang lebih lebar
dibandingkan Ikan Kembung Lelaki. Ikan Kembung perempuan memiliki bentuk
tubuh pipih dengan bagian pectoral lebih besar daripada bagian tubuh yang lain
dan ditutupi oleh sisik yang berukuran kecil dan tidak mudah lepas. Warna tubuh
biru kehijauan di bagian punggung dengan titik gelap atau totol-totol hitam di atas
garis rusuk sedangkan bagian bawah tubuh berwarna putih perak. Sirip punggung
(dorsal) terpisah nyata menjadi dua buah sirip, masing-masing terdiri atas 10
hingga 11 jari-jari keras dan 12 hingga 13 jari-jari lemah (Direktorat Jendral
Perikanan 1979). Sirip dubur (anal) terdiri dari 12 jari-jari lemah. Di belakang
sirip punggung kedua dan sirip dubur terdapat 5 sampai 6 sirip tambahan yang
disebut finlet. Sirip perut (ventral) terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari
lemah. Sirip ekor (caudal) bercagak dalam dan sirip dada (pectoral) lebar dan
meruncing. Mata mempunyai selaput yang berlemak, gigi yang kecil pada tulang
rahang. Tapis insang halus berjumlah 29-34 buah, pada bagian bawah busur
insang pertama tapis insang panjang dan banyak terlihat seolah-olah bulu jika
mulutnya dibuka.
Klasifikasi Ikan Kembung Perempuan (Rastrelliger brachysoma) menurut
Saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Parcomorphy
Sub ordo : Scombroidea
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger brachysoma
10

Nama umum : Short Mackerel


Nama Lokal : Kembung perempuan

Gambar 1. Ikan Kembung Perempuan

2.3 Pertumbuhan Ikan Kembung Perempuan


2.3.1 Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan dalam arti sederhana dapat dirumuskan sebagai pertambahan
panjang atau bobot dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi
sebagai pertambahan jumlah. Pertumbuhan pada individu adalah pertambahan
jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal tersebut terjadi apabila ada
kelebihan input energi dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan
(Effendi 2002).
Pertumbuhan ikan merupakan perubahan dimensi (panjang, bobot,
volume, jumlah dan ukuran) persatuan waktu baik itu individu, stok maupun
komunitas, sehingga pertumbuhan banyak di pengaruhi oleh beberapa faktor.

2.3.2 Tipe Pertumbuhan


Pada umumnya perubahan/pertumbuhan hanya merupakan perubahan
kecil saja seperti panjang sirip dan kemontokan tubuh. Selain itu terdapt pula
perubahan yang bersifat sementara misalnya perubahan yang berhubungan dengan
kematangan gonad. Perubahan-perubahan ini dinamakan pertumbuhan allometrik
atau heterogenic. Apabila pada ikan terdapat perubahan terus menerus secara
proposonil dalam tubuhnya dinamakan pertumbuhan isometric atau isogenik
(Effendi 1997).

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan


Pada dasarnya pertumbuhan di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi sifat keturunan, umur atau
ukuran, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan untuk mendapatkan
11

makanan serta faktor ekstrinsik meliputi makanan, kondisi lingkungan, dan


kompetisi (Rahardjo 2011). Tanpa menghilangkan efek faktor intrinsik
pertumbuhan, faktor ekstrinsik pada dasarnya yang sangat mempengaruhi laju
pertumbuhan dari ikan. Faktor ekstrinsik utama yang mempengaruhi pertumbuhan
adalah suhu dan makanan, tetapi untuk daerah tropic makanan merupakan faktor
yang lebih penting dari pada suhu (Effendie 1997). Disebutkan oleh Haryanti dan
Khalik (1994), bahwa kombinasi pakan yang tepat akan mendukung
pertumbuhan, pencegahan infeksi, dan dapat meningatkan tingkat kelangsungan
hidup. Pertumbuhan yang cepat dapat mengindikasikan kelimpahan makanan dan
kondisi lingkungan yang sesuai (Moyle dan Cech 2004 dalam Herawati 2017).
Panjang dan bobot ikan merupakan faktor yang harus di analisis dalam
menentukan tipe pertumbuhan dari ikan.

2.3.4 Hasil Penelitian Sebelumnya


Berdasarkan hasil penelitian Vanichkul dan Hongskul (1963) di perairan
Teluk Thailand, menunjukkan bahwa pertumbuhan berat pada ikan kembung
perempuan (Rastrelliger brachysoma) lebih cepat daripada pertumbuhan
panjangnya sehingga mengindikasikan bahwa ikan kembung perempuan memiliki
pola pertumbuhan allometrik positif. Andamari et al. (2012) menunjukkan bahwa
famili Scombridae memiliki sifat pertumbuhan alometrik negatif dimana
pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan bobot. Menurut Nugraha dan
Mardlijah (2006), famili Scombridae, memiliki hubungan panjangbobot W =
0.0003L 2.4703
untuk jantan dan W = 0.0002L 2,5671
untuk betina serta bersifat alometrik
negatif dimana pertumbuhan bobot lebih cepat dibandingkan panjang.
Perbedaan ukuran ikan antar wilayah dan waktu yang berbeda, diduga
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan terutama suhu dan ketersediaan
serta kualitas makanan yang berbeda. Hal ini disebabkan ikan kembung hidup
scholling di perairan dangkal dari sekitar estuari dan sepanjang pantai (Moazzam
et al., 2005). Perubahan-perubahan kondisi lingkungan (suhu, salinitas,
kelimpahan plankton dan lain-lain) di perairan pantai yang dangkal, terjadi sangat
cepat karena sangat dipengaruhi oleh daratan.
12

2.4 Reproduksi Ikan Kembung


2.4.1 Definisi Reproduksi
Menurut Fujaya (2004), reproduksi adalah kemampuan individu untuk
menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau
kelompoknya. Reproduksi merupakan cara dasar mempertahankan hidup yang
dilakukan oleh semua bentuk kehidupan oleh pendahulu setiap individu organisme
untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya. Siklus reproduksi ikan bersifat
teratur dan berkala, ada yang terjadi satu kali memijah dalam hidupnya
(contohnya : salmon, lamprey) dan ada yang lebih dari satu kali dalam setahun
(contohnya : ikan mas dan ikan nila).
Fertilisasi adalah proses penyatuan ovum (sel telur) dengan spermatozoa,
dimana proses ini merupakan tahap awal pembentukan embrio. Fertilisasi
merupakan suatu proses yang sangat penting dan merupakan titik puncak dari
serangkaian proses yang terjadi sebelumnya (Puja et al., 2010). Fertilisasi juga
mempunyai pengertian suatu proses penyatuan atau fusi dari dua sel gamet yang
berbeda, yaitu sel gamet jantan dan betina, yang akan membentuk zygote yang
mengandung satu sel. Fertilisasi ikan ada dua jenis ada fertilisasi eksternal dan
fertilisasi internal. Fertilisasi eksternal merupakan fertilisasi yang dilakukan ikan
pada umumnya termasuk ikan mas, pada fertilisasi ini sel telur bersatu dengan
sperma di luar tubuh induknya. Fertilisasi internal merupakan fertilisasi yang
dilakukan ikan di dalam tubuh induknya dengan menggunakan organ tambahan
pada ikan seperti gonopodium, myxopterigium (clasper) dan tenaculum. Contoh
ikan yang berfertilisasi internal adalah Lebistes sp.
Nisbah kelamin adalah salah satu aspek biologi reproduksi yang
berhubungan dengan kondisi populasi ikan dalam suatu perairan. Perbandingan
antara jumlah jantan dan jumlah betina dalam suatu populasi dengan rasio 1 : 1
(ikan jantan dan ikan betina masing-masing 50%) merupakan kondisi yang ideal
(Ball and Rao 1984). Nikolsky (1969) dalam Hermawansyah (2007) menyatakan
bahwa perbandingan kelamin dapat berubah menjelang dan selama pemijahan.
Perubahan rasio kelamin secara teratur dapat terjadi dalam pergerakan ikan untuk
13

memijah, pada awalnya ikan jantan lebih dominan daripada ikan betina dan
kemudian rasio kelamin berubah menjadi 1:1, diikuti oleh dominasi ikan betina.
Penyimpangan seringkali terjadi pada pola perbandingan 1:1, antara lain karena
adanya perbedaan pola tingkah laku bergerombol, perbedaan laju mortalitas, dan
pertumbuhan antara jantan dan betina (Febianto 2007).

2.4.2 Tipe Pemijahan


Berdasarkan habitat ikan memijah, ikan dibedakan menjadi lithophil
(memijah di dasar perairan berbatu), psamophil (memijah di pasir), pelagophil
(memijah di perairan terbuka) dan ostracophil (memijah pada cangkang hewan
mati). Berdasarkan tempat embrio berkembang dan tempat terjadinya pembuahan
ikan dibedakan menjadi ovipar (ikan mengeluarkan telur saat memijah), Vivipar
(ikan yang melahirkan anak-anaknya) dan ovovivipar (ikan bertelur dan
melahirkan anaknya).
Menurut Effendie (1997), pola pemijahan dapat dibedakan menjadi empat
macam pola yakni:
a. Pemijahan yang berlangsung satu kali dalam satu tahun dalam waktu
yang pendek.
b. Pemijahan berlangsung satu kali satu tahun tetapi dalam waktu yang
lama, lebih lama dari tipe pemijahan A.
c. Pemijahan berlangsung dua kali dalam setahun
d. Pemijahan sepanjang tahun, tetapi terputus-putus.

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pemijahan


Pemijahan setiap spesies ikan mempunyai kebiasaan yang berbeda,
tergantung pada habitat dari pemijahan itu untuk melangsungkan pemijahan
minimum satu kali dalam satu siklus hidupnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemijahan ada faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah
hujan, cahaya matahari, suhu, kualitas air, dan waktu memijah.Umumnya ikan-
ikan diperairan alami akan memijah pada awal atau akhir musim hujan, karena
pada waktu tersebut akan terjadi suatu perubahan kondisi perairan yang dapat
merangsang ikan berpijah. Faktor Internal yang berperan adalah kematangan
14

gonad, ketersediaan hormon kelamin, dan hormon gonadotopin. Pemijahan terjadi


ketika adanya stimuli (rangsangan lingkungan) yang ditangkap oleh alat indera
( kulit, mata, dan alat olfaktory), lalu diteruskan ke hipothalmus malalui sarabut
saraf. Hipothalmus memporoduksi releasing hormon gonadotropin yang dapat
merangsang kelenjar hipofisa untuk memproduksi hormon gonadotropin melalui
serabut saraf lalu melalui aliran darah akan menuju ke testis dan ovarium dan
merangsang gonad untuk memproduksi hormon steroid yang menjadi mediator
langsung untuk pemijahan.
Pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan
dalam biologi perikanan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan
melakukan reproduksi dan yang tidak. Perkembangan gonad yang semakin
matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan, selama
itu sebagian hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Berdasarkan
pengetahuan tahap perkembangan gonad akan didapatkan keterangan bilamana
ikan itu memijah, baru memijah, atau telah selesai memijah. Ukuran ikan saat
pertama kali gonadnya menjadi masak berhubungan dengan pertumbuhan ikan itu
sendiri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Effendie 1997).
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan mencapai
matang gonad yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam antara lain adalah
perbedaan spesies, kebiasaan makanan, umur dan ukuran, serta kondisi fisiologis
dari ikan tersebut, sedangkan faktor luar antara lain adalah hubungan antara
lamanya terang dan gelap, suhu, arus, dan keberadaan dari jenis kelamin yang
berbeda (Lagler et al. 1962).

2.4.4 Hasil Penelitian Sebelumnya


Fischer dan Whitehead (1974) dalam Zen (2006) menyatakan bahwa ikan
kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) hidup berkelompok dalam jumlah
yang besar pada perairan pantai dengan kedalaman antara 10-50 meter. Ikan ini
melakukan ruaya pemijahan yang bersifat oceanodromus yaitu ikan menghabiskan
siklus hidupnya di daerah pantai dan memijah di daerah laut lepas
15

(McKeown 1984). Chirastit (1962) menduga bahwa Ikan kembung perempuan


yang sudah matang gonad beruaya dari daerah pantai ke laut lepas sedangkan ikan
juvenil beruaya dari laut lepas ke daerah pantai untuk membesar.
Estimasi fekunditas pada ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) dengan panjang 190 hingga 208 cm sebesar 200.000 dan 500.000
telur, namun jumlah telur ikan kembung pada umumnya berkisar antara 100.000
hingga 166.000 butir (Boonprakop 1965). Menurut penelitian yang dilakukan
Suwarso (2015), ikan kembung mencapai kematangan gonad pertama kali
(length-at-first-maturity, Lm) diperoleh pada ukuran 16,4 cm.
Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) memiliki musim
pemijahan dari bulan Maret sampai dengan bulan Oktober (Ochavillo et al. 1991;
Froese and Pauly 2006 in Lachita 2006). Menurut penelitian Boonprakop (1965)
di Teluk Thailand yang menyatakan bahwa ikan kembung (Rastrelliger spp.)
memijah lebih dari satu kali selama musim pemijahan. Pemijahan yang terjadi
pada ikan kembung yaitu sekumpulan telur dilepaskan terlebih dahulu, berikutnya
sekumpulan telur akan dilepaskan kembali dengan interval yang pendek.
Ikan kembung memiliki sebaran diameter telur yang luas. Kelompok
ukuran diameter telur yang besar merupakan perkembangan dari kelompok ukuran
diameter telur sebelumnya dan mungkin merupakan sekumpulan telur yang
terakhir dilepaskan setelah pemijahan pertama selama musim pemijahan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larasati (2011),
R.brochysoma berjenis kelamin jantan berjumlah 124 ekor ikan (56,9%), 44 ekor
ikan (20,2%) berjenis kelarmin betina dan 50 ekor ikan (22,9%) tidak dapat
teridentifikasi jenis kelaminnya. Ikan dengan panjang 16,0-18,0 sebagian dapat
teridentifikasi jenis kelarminnya dan sebagian lagi tidak. Tidak semua ikan
kembung dapat ditentukan jenis kelarninnya terutama jenis kelamin ikan muda
(Burnahuddin et al 1984).
Data nisbah kelamin dan batch fecundity bermanfaat dalam pendugaan
spawning biomassdari stok alam serta diharapkan dapat diperoleh suatu
refference points sebagai bahan masukan bagi pengelolaan sumberdaya ikan.
Variasi nisbah kelamin sering terjadi baik menurut musim maupun lokasi. Hasil
16

penelitian di perairan Pekalongan tentang nisbah kelamin ikan kembung jantan


dan betina diperoleh perbandingan 1:1.086 (Zamroni et al., 2008).Variasi nisbah
kelamin terjadi di setiap musim dan di setiap lokasi diduga karena pengaruh
perubahan fishing ground kegiatan penangkapan nelayan yang bergantung pada
kondisi cuaca dan musim sehingga menyebabkan bias dalam pengambilan
sampling.
R brachysoma di Laut Jawa pertama kali matang kelamin pada ukuran
17,3 (17,0-17,5) cm atau pada umur 7,5 bulan (Sudjastani 1976). Sebaran
diameter telur ikan membentuk dua puncak yaitu pada selang diameter 0,45
0,48mm dan 0,69 0,72mm, sehingga dapat ditetapkan bahwa pola pemijahan
ikan kembung perempuan adalah bertahap (partial spawning). Artinya pemijahan
ikan kembung perempuan dilakukan dengan mengeluarkan telur masak secara
bertahap dalam beberapa waktu pemijahan (siklus reproduksi). Selain itu ikan
hasil tangkapan di utara Pekalongan memiliki GSI antara 0,1311,24 dengan
kisaran masing-masingTKG I antara 0,112,69,TKG II antara 0,284,75; TKG III
antara 0,597,19;TKG IV antara 2,5911,24 dan TKGV antara 0,537,73
(Zamroni et al., 2008).
Perbedaan dari ukuran pertama kali matang gonad juga ditemukan pada
jenis ikan kembung lain yaitu Rastrelliger kanagurta, seperti di laut Jawa
diperoleh 20,2 cm untuk betina dan jantan sebesar 21,7 cm (Nurhakim 1993). Di
perairan Flores diperoleh ukuran pertama kali matang gonad sebesar 19,1 cm
untuk betina dan jantan sebesar 20,0 cm (Musbir et al. 2006). Penurunan ukuran
(Lm) diperkirakan sebagai akibat dari tekanan penangkapan yang semakin tinggi.

2.5 Kebiasaan Makan dan Cara Makan Ikan Kembung


2.5.1 Definisi Kebiasaan Makan dan Cara Makan Ikan
Cara makan (feeding habits) adalah tingkah laku ikan dalam mendapatkan
makanan hingga masuk ke dalam mulut. Tingkah laku ikan berbeda-beda yang
sering dihubungkan dengan bentuk tubuh yang khusus dan fungsional morfologis
(Effendie 1997). Adaptasi morfologis dan tingkah laku ikan berkaitan erat dengan
17

makanan yang dikonsumsinya (Malcolm 1995 dalam Herawati 2017). Kebiasaan


makan dan cara makan ikan secara alami bergantung kepada lingkungan tempat
ikan itu hidup. Kebiasaan makanan ikan (food habits) mencakup jenis, kualitas
dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan. Kebiasaan makanan dan cara
makan ikan secara alami bergantung kepada lingkungan tempat ikan itu hidup
(Effendi 1997).

2.5.2 Tipe-tipe Kebiasaan Makan dan Cara Makan Ikan


Berdasarkan jumlah variasi dari macam-macam makanan dapat dibagi
menjadi euryphagic yaitu ikan pemakan macam-macam makanan, stenophagic
yakni ikan pemakan makan yang macamnya sedikit atau sempit dan monophagic
ikan yang makannya terdiri dari satu macam makanan saja (Effendie 1997).

2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan dan Cara Makan Ikan
Kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh ukuran tubuh ikan, bentuk organ
pencernaan, umur, lingkungan hidup ikan, dan penyebaran organisme pakan.
Tingkat kesukaan makanan mencakup jenis, kualitas dan kuantitas makanan yang
dimakan oleh ikan. Umumnya makanan pertama semua ikan pada fase juvenile
adalah plankton (Effendie 1997).

2.5.4 Hasil Penelitian Sebelumnya


Ikan kembung termasuk ikan pemakan plankton. Kebiasaan makanan ikan
kembung yaitu memangsa plankton, copepod, atau crustacea (Kriswantoro dan
Sunyoto 1986 dalam Sari 2004). Plankton tersebut disaring dengan tapis insang.
Tapis insang pada ikan kembung lelaki lebih besar karena plankton yang
dimakannya memilki ukuran yang lebih besar, sedangkan pada kembung
perempuan (R.brachysoma) memiliki tapis insang yang halus karena plankton
yang di makannya berukuran kecil (Nontji 2005 dalam Astuti 2007).

2.6 Parameter Penunjang Fisik dan Kimiawi Kualitas Air


18

Air adalah kehidupan, boleh dikatakan semua kehidupan dijagad raya ini
bergantung pada ketersediaan air. Oleh karena itu air menjadi indikasi utama
adanya kehidupan di suatu tempat di jagat raya.Air merupakan sumber daya alam
yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk
hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup yang lain.
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : satu molekul
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen air pada satu
atom oksigen (www.wikipedia.org, 2002).
Beberapa parameter fisik yang digunakan untuk menentukan kualitas air
meliputi suhu, penetrasi cahaya, derajat keasaman (pH) dan Dissolved Oxygen
(DO).

2.6.1 Suhu
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan kegiatan
budidaya adalah tentang ketinggian tempat. Ketinggian tempat merupakan letak
suatu tempat atau daerah yang diukur dari permukaan laut sebagai titik nolnya.
Ketinggian suatu tempat erat hubungannya dengan suhu karena semakin tinggi
letak suatu daerah, maka suhunya semakin rendah. Suhu sangat berpengaruh
terhadap makhluk hidup, terutama dalam proses metabolisme.
Suhu merupakan pengatur utama dalam lingkungan perairan. Suhu dapat
mempengaruhi aktifitas ikan seperti bernafas, tumbuh dan bereproduksi. Suhu
mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan (Effendi, 2003).
Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,
evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air (gas
O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya) (Haslam, 1995 dalam Effendi, 2003).
Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan
organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di
perairan adalah 20 oC 30 oC.

2.6.2 Penetrasi Cahaya


19

Cahaya merupakan faktor yang penting karena berdampak secara langsung


maupun tidak langsung terhadap distribusi dan jumlah organisme, khusunya
plankton pada badan air (Brown, 1987). Effendi (2000) menyatakan bahwa
kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang nilainya sangat dipengaruhi
oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, kepadatan tersuspensi dan
ketelitian pengukuran.
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna
dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Warna pada air disebabkan oleh
adanya partikel hasil pembusukan bahan organik, ion-ion metalalam (besi dan
mangan), plankton, humus, buangan industri, dan tanaman air. Adanya oksida besi
menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan menyebabkan
air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l dan kadar
mangan sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup dapat menimbulkan warna pada perairan
(peavy et al., 1985 dalam Effendi, 2003). Kalsium karbonat yang berasal dari
daerah berkapur menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan
organik, misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi
tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna kecoklatan.

2.6.3 Derajat Keasaman (pH)


pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar
asam/basa dalam air. Penentuan pH merupakan tes yang paling penting dan paling
sering digunakan pada kimia air. pH digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2,
serta dalam kesetimbangan asam basa. Pada temperatur yang diberikan, intensitas
asam atau karakter dasar suatu larutan diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion
hidrogen. Perubahan pH air dapat menyebabkan berubahnya bau, rasa, dan warna.
Pada proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi, dan pelunakan air, nilai
pH harus dijaga sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat.
Batas toleransi organisme air terhadap pH bervariasi tergantung pada suhu,
kandungan Oksigen terlarut, alkalinitas, adanya ion dan kation dan siklus hidup
organisme tersebut (Pescod, 1973).
20

2.6.4 Dissolved Oxygen (DO)


Oksigen terlarut (DO) adalah kandungan gas oksigen yang terlarut dalam
air. Sumber utama O2 terlarut adalah proses fotosintesa autotrof dan difusi dari
udara. Kelarutan oksigen di perairan dipengaruhi faktor-faktor kimia dan fisika.
Temperatur, kandungan garam dan gas juga berpengaruh pada kelarutan oksigen.
Sedangkan perombakan organik dan respirasi organisme akan menrunkan kadar
O2 terlarut dalam air (Boyd, 1979).
Air tanah dan air dari lapisan hypolimnion di danau dan reservoir biasanya
mengandung CO2 dalam jumlah yang cukup banyak. Konsentrasi ini dihasilkan
dari oksidasi materi organik oleh bakteri dimana materi organik ini mengalami
kontak dengan air dan pada kondisi ini CO2tidak bebas untuk keluar ke atmosfer.
CO2 merupakan produk akhir dari oksidasi bakteri secara anaerobik dan aerobik.
Oleh karena itu konsentrasi CO2 tidak dibatasi oleh jumlah oksigen terlarut.

BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mengenai Analisis Aspek Biologi pada Ikan Kembung
Perempuan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Maret 2017 pukul 13.00-
15.00 WIB dan bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan


21

3.2.1 Alat yang digunakan


Praktikum mengenai Analisis Aspek Biologi pada Ikan Kembung
Perempuan ini menggunakan alat-alat sebagai berikut:
1. Sonde (penusuk), untuk mematikan ikan
2. Timbangan, untuk mengukur berat ikan, gonad, dan hati.
3. Gunting, untuk membedah ikan
4. Pinset, untuk membantu dalam pembedahan ikan dan pengambilan organ
ikan
5. Pisau, untuk membedah ikan
6. Mistar/penggaris, untuk mengukur panjang ikan
7. Cawan petri, untuk menyimpan gonad, hati dan isi dari usus ikan
8. Gelas ukur, untuk menghitung volume gonad
9. Mikroskop, untuk mengamati telur dan isi usus
10. Cover glass, untuk meletakkan objek yang akan diamati
11. Kamera, untuk mendokumentasikan rangkaian kegiatan praktikum

3.2.2 Bahan yang digunakan


Praktikum mengenai Analisis Aspek Biologi pada Ikan Kembung
Perempuan ini menggunakan alat-alat sebagai berikut:
1. Ikan Kembung Perempuan, objek untuk penelitian
2. Aquades, sebagai larutan pengencer
3. Asetokarmin
4. Larutan Sera, untuk mengetahui tingkat kematangan telur
5. Air

3.3 Metode Praktikum


Metode praktikum untuk mengetahui pertumbuhan, reproduksi dan food
and feeding habits dari Ikan Kembung Perempuan adalah metode observasi.
Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan
langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang akan diteliti.
Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan
22

mengenai pelaksanaan pembelajaran, karena dalam melakukan praktikum ini kami


hanya melihat, mengamati secara akurat dan mencatat apa saja yang kami
dapatkan.

3.4 Prosedur Praktikum


a. Aspek Pertumbuhan

Sampel ikan diambil

Sampel ikan diukur SL, FL dan TL dengan


menggunakan penggaris dan millimeter blok

Sampel ikan diukur bobotnya dengan


menggunakan timbangan digital

Data hasil pengukuran dicatat dalam tabel


pengamatan

Gambar 2. Bagan alir prosedur praktikum mengenai aspek pertumbuhan


b. Aspek Reproduksi

Bedah bagian bawah perut ikan dari anus ke arah atas


hingga mencapai tulang kemudian bedah melintang ke
arah operculum

Amati tingkat kematangan gonad menurut Effendi


(1979)

Timbang Gonad

Hitung nilai IKG dan HSI

Jika ikan yang diamati berjenis kelamin betina, lanjutkan


dengan menghitung fekunditas
23

Gambar 3. Bagan alir prosedur praktikum mengenai aspek reproduksi


c. Aspek Food Habits

Diambil isi dari usus ikan bagian tengah


hingga anterior

Dilarutkan isi usus ikan dengan akuades lalu


diamati dengan mikroskop

Gambar 4. Bagan alir prosedur praktikum mengenai aspek food habits

3.5 Parameter Pengamatan


3.5.1 Hubungan Panjang Bobot

W
log l log







log L
2


L
log
(log L)2
W
log

a=
log
24

a
N log

logW

b

3.5.2 Faktor Kondisi

W
K=
a . Lb

Keterangan:
K = Faktor Kondisi
W = Bobot Ikan (gram)
L = Panjang Total
a = Intercept
b = Slope

3.5.3 Indeks Kematangan Gonad

BG
IKG= 100
BT

Keterangan:
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
BG = Berat Gonad (gram)
BT = Berat Tubuh (gram)

3.5.4 Hepatosomatik Indeks

Bh
HSI= 100
BwBh

Keterangan :
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bh = Berat Hati (gram)
Bw = Berat Tubuh (gram)
3.5.5 Fekunditas
25

V
F= x
V2

Keterangan :
F = Fekunditas
V = Volume seluruh gonad
V2 = Volume sebagian gonad
X = Sebagian gonad yang diambil

3.5.6 Index of Preponderance (IP)

Vi Oi
IP= 100
Vi Oi

Keterangan :
IP = Index of preponderance
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
(ViOi) = Jumlah ViOi dari semua jenis makanan

3.5.7 Indeks Pilihan

ri pi
E=
ri+ pi

Keterangan :
E = Index of electivity
ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimakan
pi = Jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan

3.5.8 Tingkat Trofik

Ttp Ii
Tp=1+ ( )
100

Keterangan:
Tp = tingkat trofik ikan
Ttp = tingkat trofik kelompok pakan ke-p
Ii = indeks bagian terbesar untuk kelompok pakan ke-p
26

3.6 Analisa Data


Analisa data yang digunakan adalah analisa data deskriptif kuantitatif yaitu
mendeskripsikan suatu kejadian yang telah direkam menggunakan alat ukur, lalu
data yang diperoleh akan diolah sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya. Hasil
dari pengolahan tersebut, dipaparkan menjadi angka agar lebih mudah dipahami
oleh siapa saja yang membutuhkan informasi tersebut. Analisa data dengan cara
ini dapat disebut juga dengan statistik deskriptif yaitu mengorganisaasi dan
menganalisa data angka agar memberikan gambaran secara teratur, ringkas dan
jelas, sehingga dapat ditarik kesimpulan atau makna tertentu.
Hubungan antara panjang dan bobot di analisis menggunakan uji regresi,
sedangkan aspek reprosuksi menggunakan uji chi kuadrat (Chi square test), dan
untuk aspek food habits menggunakan indeks preponderan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Morfometrik Ikan Kembung Perempuan


Berdasarkan data hasil praktikum kelompok 15 melakukan pengamatan
pada ikan kembung perempuan, dapat diketahui bahwa lingkar kepala ikan
kembung perempuan berukuran 123 mm, lingkar badan 137 mm, memiliki letak
mulut terminal bertipe biasa dan bentuk tubuhnya streamline. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Sudjastani (1976) ikan kembung perempuan memiliki
bentuk tubuh pipih dan ramping.

4.2 Pertumbuhan Ikan Kembung Perempuan


27

Aspek pertumbuhan pada ikan kembung perempuan meliputi


pengelompokan kelas ukuran panjang dan bobot ikan, pola pertumbuhan ikan dan
faktor kondisinya.

4.2.1 Pengelompokan Kelas Ukuran

Distribusi Panjang Ikan Kembung


33%

24%

19%

10%
9%

3% 3%

Gambar 5. Grafik Hasil Data Angkatan Pengukuran Panjang Ikan Kembung

Distribusi Bobot Ikan Kembung

33%

26%
24%

7% 7%

1% 1%

Gambar 6. Grafik Hasil Data Angkatan Pengukuran Panjang Ikan Kembung


28

Dari grafik distribusi panjang ikan kembung diatas, dapat diketahui bahwa
pengelompokkan distribusi panjang ikan kembung perempuan satuan milimeter
dibagi menjadi 7 kelas. Berdasarkan data yang didapat, kelas ke-1 (171-175)
sebanyak 3%, kelas ke-2 (1762-180) sebanyak 10%, kelas ke-3 (181-185) 19% ,
kelas ke-4 (186-190) sebanyak 33% , kelas ke-5(191-195) sebanyak 24% , kelas
ke-6 (196-200) sebanyak 9% , dan kelas ke-7 (201-215) sebanyak 3% . Jadi,
dapat diketahui frekuensi terbesar yang didapat dari sampel populasi ini berada
pada kelas ke-4 (186-190) dengan persentase sebanyak 33% dari jumlah populasi ,
sedangkan frekuensi terkecil didapat pada kelas ke-1 (171-175) dan kelas ke-7
(201-205) dengan persentasi sebanyak 3% dari jumlah populasi.
Dari grafik distribusi bobot ikan kembung diatas, dapat diketahui bahwa
pengelompokkan distribusi bobot ikan kembung perempuan dengan satuan gram
dibagi menjadi 7 kelas. Kelas ke-1 (70,28-75,47) didapatkan hasil sebanyak 7% ,
kelas ke-2 (75,48-80,67) sebanyak 24%, kelas ke-3 (80,68-85,87) sebanyak 33%,
kelas ke-4 (85,88-91,07) sebanyak 26%, kelas ke-5 (91,08-96,27) sebanyak 7%,
kelas ke-6 (96,28-101,47) sebanyak 1%, kelas ke-7 (101,48-106,67) sebanyak 1%,
Jadi, dapat diketahui frekuensi terbesar yang didapat dari sampel populasi
tersebut adalah kelas ke-3 dengan bobot 80,68-85,87 gram yaitu sebanyak 33%
dari jumlah populasi.
Jadi, dapat diketahui frekuensi terbesar yang didapat dari sampel populasi
tersebut adalah kelas ke-5 dengan bobot 112-130 gram yaitu sebanyak 22 ekor
ikan atau 31% dari jumlah populasi.
29

Regresi Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Kembung


2.05

2.00

1.95 f(x) = 1.31x - 1.04


R = 0.33
Log W (Y) 1.90

1.85

1.80

1.75

4.2.2 Pola Pertumbuhan

Gambar 7. Grafik Hubungan Panjang dan Berat Ikan Mas

Hubungan panjang berat :


Apabila b=3 (Isometrik), dimana pertumbuhan panjang dan berat seimbang
Apabila b<3 artinya alometrik negatif (pertumbuhan berat < panjang),
menunjukkan keadaan ikan yang kurus.
Apabila b>3 artinya alometrik positif (pertumbuhan berat>panjang),
menunjukkan keadaan ikan tersebut montok.
Dari data hubungan panjang dan berat ikan kembung perempuan angkatan
didapatkan nilai a sebesar 1,0443 dan nilai b sebesar 1,3059. Berdasarkan nilai b
yang diperoleh pola pertumbuhan ikan kembung perempuan alometrik negatif.
Dengan pola pertumbuhan seperti ini, dapat dikatakan bahwa ikan kembung
perempuan memiliki pertumbuhan panjang yang lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan beratnya dan keadaan ikan tersebut kurus. Hal ini tidak sesuai
dengan hasil penelitian Vanichkul dan Hongskul (1963) di perairan Teluk
Thailand, menunjukkan bahwa pertumbuhan berat pada ikan kembung perempuan
(Rastrelliger brachysoma) lebih cepat daripada pertumbuhan panjangnya sehingga
mengindikasikan bahwa ikan kembung perempuan memiliki pola pertumbuhan
30

allometrik positif. Perbedaan ukuran ikan antar wilayah dan waktu yang berbeda,
diduga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan terutama suhu dan
ketersediaan serta kualitas makanan yang berbeda. Hal ini disebabkan ikan
kembung hidup scholling di perairan dangkal dari sekitar estuari dan sepanjang
pantai (Moazzam et al., 2005).

Faktor Kondisi Ikan


1.12
1.10
1.07
1.05
1.02
1.00
0.96

4.2.3
Faktor Kondisi
Gambar 8. Grafik Faktor Kondisi

Faktor kondisi menunjukkan keaadaan baik dari ikan dilihat dar kapastitas
fisik untuk survival dan reproduksi (Effendie 1997). Dari data diatas menunjukan
bahwa faktor kondisi terbesar terdapat pada interval 201-205 mm dengan faktor
kondisi sebesar 1,12. Faktor kondisi terendah terdapat pada interval 171-175 mm
dengan faktor kondisi sebesar 0,96. Faktor kondisi pada ikan kembung perempuan
ini terus meningkat, seharusnya bila interval semakin besar maka faktor kondisi
menurun. Hal ini dinyatakan oleh Pantulu (1963) dalam Effendie (1997) bahwa
faktor kondisi relatif berfluktuasi terhadap ukuran ikan, ikan bertambah besar,
keadaan menurunnya faktor kondisi yang tinggi kemungkinan menurun ketika
ikan bertambah besar. Keaadan menurunnya faktor kondisi pada ikan kembung
perempuan (Rastrelliger branchysoma) dapat dikarenakan adanya perubahan
31

lingkungan akibat ruaya ikan yaitu dari perairan pantai ke perairan laut untuk
memijah.

4.3 Reproduksi
Dalam pembahasan mengenai aspek reproduksi ikan kembung perempuan,
kami akan membahas mengenai rasio kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks
kematangan gonad, HSI (Hepasomatik indeks), tingkat kematangan telur, diameter
telur dan fekunditas.

RASIO KELAMIN IKAN KEMBUNG

Jantan ()
Betina ()
46%
54%

4.3.1 Ratio Kelamin


Gambar 9. Grafik Rasio Kelamin Ikan Kembung Angkatan

Rasio kelamin adalah perbandingan antara jantan dan betina dalam suatu
populasi. Rasio kelamin dihitung dengan cara membandingkan jumlah ikan jantan
dan betina. Perbandingan jumlah ikan kembung perempuan jantan dan betina
yang diperoleh adalah 38 ekor ikan kembung perempuan jantan dan 32 ekor ikan
kembung perempuan betina dari total ikan yang ada yaitu 70 ekor ikan kembung
perempuan. Persentase rasio kelamin yang didapatkan adalah 54% ikan kembung
perempuan jantan dan 46% ikan kembung perempuan betina.
Uji chi kuadrat (chi square) juga dapat dipakai untuk menghitung rasio
kelamin. Uji chi square adalah uji statistik untuk menguji seberapa baik
kesesuaian antara frekuensi rasio kelamin jantan dan betina yang teramati dengan
frekuensi harapan yang didasarkan pada sebaran yang akan dihipotesa (Sri 1990).
32

Hipotesis yang digunakan adalah Ho dan H1, dengan keterangan Ho tidak


terdapat perbedaan rasio antara ikan jantan dan betina sedangkan H1 terdapat
perbedaan rasio antara ikan jantan dan betina. Apabila chi kuadrat hitung lebih
kecil daripada chi kuadrat tabel maka Ho diterima sedangkan jika chi kuadrat
hitung lebih besar dari chi kuadrat tabel maka Ho ditolak. Berdasarkan tabel data
perhitungan uji chi square angkatan didapatkan nilai chi kuadrat hitung sebesar
0,73 sedangkan nilai chi kuadrat tabel 3,84. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi kuadrat tabel, maka Ho diterima yang
artinya tidak terdapat perbedaan rasio antara ikan kembung perempuan jantan dan
ikan kembung perempuan betina. Rasio kelamin yang baik adalah ketika ada
kesesuaian di antara frekuensi rasio jantan dan betina sedangkan pada hasil dari
praktikum yang diperoleh terdapat selisih yang sangat jauh antara chi kuadrat
hitung dan chi kuadrat tabel.

4.3.2 Tingkat Kematangan Gonad

TINGKAT KEMATANGAN GONAD


IKAN KEMBUNG
8
7
6 6
5
4 4 4 4 4
3 3 3
2 2 2
1 111 1 1 1 1 1

171-175 176-180 181-185 186-190


191-195 196-200 201-205

Gambar 10. Grafik Tingkat Kematangan Gonad Ikan Kembung Angkatan

Penentuan tingkat kematangan gonad dilakukan secara morfologi dengan


mengacu pada kriteria Tingkat Kematangan Gonad (TKG) menurut Effendi
(1979). Ikan yang di amati oleh kelompok 15 berjenis kelamin jantan dengan
33

TKG V yaitu ditandai dengan permukaan gonad yang warnanya sudah menguning
dan ukurannya kecil karena mengerut.
Tingkat kematangan gonad berdasarkan data angkatan yang diperoleh
dibagi menjadi tujuh kelas berdasarkan bobot ikan. Terdapat 1 ekor pada TKG I di
kelas 181-185. Pada TKG II paling banyak pada kelas 191-195 yaitu sebanyak 4
ekor. TKG III paling banyak terdapat pada kelas 186-190 dan 191-195 yaitu
masing-masing sebanyak 4 ekor. TKG IV paling banyak terdapat pada kelas 186-
190 yaitu sebanyak 8 ekor, sedangkan pada TKG V paling banyak ada pada kelas
186-190 yaitu sebanyak 2 ekor.

4.3.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG)

IKG TERHADAP TKG


IKAN KEMBUNG
4.33
3.94 3.81
3.44
2.96
2.64
2.30

1.00

Nilai IKG (%) () Nilai IKG (%) ()

Indeks Kematangan Gonad yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil
perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan
100%, perhitungan IKG pada kelompok 15 didapatkan hasil sebesar 1,82%.

Gambar 11. Grafik Persentase Indeks Kematangan Gonad Ikan Kembung

Indeks kematangan gonad akan semakin meningkat nilainya dan akan


mencapai batas maksimum pada saat terjadi pemijahan (Effendi 1997). Indeks
kematangan gonad yang didapatkan dari data angkatan adalah bahwa nilai IKG
34

paling tinggi ada pada TKG II sebanyak 4,33% sedangkan nilai TKG paling
rendah ada pada TKG I yaitu 1%, dari data tersebut diketahui bahwa hasil yang di
dapat tidak sesuai dengan literatur yang kami dapat, mungkin kurangnya ketelitian
dari para praktikan membuat hasil yang didapat tidak sesuai dengan referensi.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai IKG rata-rata ikan kembung perempuan
jantan adalah 2,77 % sedangkan pada betina rata-rata nya 3,53. Nilai IKG rata-rata
ikan betina lebih tinggi dibanding pada ikan jantan. Perbandingan dari kedua jenis
kelamin pada tiap ikan tersebut adalah normal, karena perbandingan nilai IKG ini
harus lebih besar nilai pada ikan betina dibandingkan dengan ikan jantan. Hal ini
sesuai dengan Effendie (2002), yang menyatakan bahwa Indeks Kematangan
Gonad Ikan Betina lebih besar dibandingkan IKG ikan Jantan.

4.3.4 Hepatosomatik Indeks

HSI TERHADAP TKG


IKAN KEMBUNG
1.6%

1.4%

1.2%

1.0%
HEPATOSOMATIK INDEKS
0.8%

0.6%

0.4%

0.2%

0.0%

Berdasarkan data angkatan yang diperoleh, hepatosomatik indeks ikan


kembung perempuan seperti pada grafik berikut:

Gambar 12. Grafik Hepatosomatik Indeks terhadap TKG

Hepatosomatik indeks adalah indeks yang menujukkan perbandingan berat


tubuh dan berat hati dan dinyatakan dalam persen. Pada ikan mas betina rata-rata
35

HSI ialah 0,7%. Nilai HSI tersebut memiliki arti yaitu terjadinya peningkatan
sintesis vitolegenin atau vitelogenesis pada proses pembentukan telur. Maka
dengan ini, ikan mas memiliki telur yang lebih mendekati kematangan. Nilai HIS
tidak lepas dari pengaruh TKG maupun IKG, dimana nilai TKG maupun IKG
semakin membesar maka nilai HSI pun membesar, atau ketiga elemen tersebutpun
beriringan (Effendie 2000).

4.3.5 Fekunditas dan Diameter Telur

4.3.6 Tingkat Kematangan Telur


Berdasarkan data pengamatan angkatan diperoleh hasil telur yang berada
ditengah dengan jumlah tertinggi sebanyak 979 telur dan terendah 0 telur. Telur
yang berada dikutub dengan jumlah tertinggi sebanyak 2936 telur dan terendah 0
telur. Telur yang melebur dengan jumlah tertinggi sebanyak 11745 telur dan
terendah 1 telur.

4.4 Food Habits


Kebiasaan makanan dan cara makan ikan secara alami bergantung kepada
lingkungan tempat ikan itu hidup. Kebiasaan makanan ikan mencakup jenis,
kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan (Effendie 1997). Cara
makan adalah tingkah laku ikan dalam mendapatkan makanan hingga masuk ke
dalam mulut. Tingkah laku ikan berbeda-beda yang sering dihubungkan dengan
bentuk tubuh yang khusus dan fungsional morfologis (Effendie 1997).

4.4.1 Indeks Preponderan atau Jenis Pakan yang dimakan

Indeks Preponderan Ikan Kembung Perempuan


37.66%

18.20%
14.39%
6.4.3.86.62%34%67%9% 5.60%
0.00.44%30.5%1.20.46%09%4%
0.00%0.00%
36

Gambar 9. Grafik Food Habits data Angkatan


Dari data diatas, dapat diketahui bahwa dari sampel populasi yang sudah
dikeluarkan isi perutnya lalu diamati menggunakan mikroskop, presentase
tertinggi berada pada jenis fitoplankton yaitu detritus sebesar 37,66%. Grafik
tersebut didapat dari data Indeks Preponderan, karena kebiasaan makan dianalisis
dengan menggunakan indeks preponderan (Effendie, 1979). Setiap kelompok
pakan dapat dikategorikan berdasarkan nilai indeks preponderan (IP) yaitu sebagai
kelompok pakan utama bagi ikan apabila IP lebih besar dari 25%, pakan
pelengkap apabila 5% IP 25% dan pakan tambahan apabila IP kurang dari 5%
(Nikolsky, 1963).
Dapat diketahi bahwa pakan utama ikan kembung perempuan tersebut
berupa detritus dengan presentase sebesar 37,66% karena IP-nya lebih dari 25%,
pakan pelengkap berupa kelompok zooplankton yaitu Copepoda dengan
presentase sebesar 18,20%, bagian tumbuhan sebesar 14,39%, kelompok
fitoplankton yaitu Cyanophyceae dengan persentase sebesar 6,82%, Desmidiacea
6,69%, Chlorophycae 4,64% dan bagian hewan dengan persentase sebesar 5,6%,
lalu sisanya sebagai pakan tambahan karena presentase IP-nya kurang dari 5%.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa detritus menjadi pakan utama bagi Ikan
mas tersebut, sedangkan zooplankton, fitoplankton, bagian hewan dan bagian
tumbuhan hanya sebagai pakan pelengkap saja. Berdasarkan penelitian
sebelumnya, kebiasaan makanan ikan kembung yaitu memangsa plankton,
copepod, atau crustacea (Kriswantoro dan Sunyoto 1986 dalam Sari 2004). Hal
ini dapat berbeda dikarenakan beberapa faktor yaitu penyebaran organisme di
perairan, ketersediaan makanan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perairan
(Effendie 1997).

4.4.2 Tingkat Trofik


Tingkat trofik adalah urutan-urutan tingkat pemanfaatan makanan atau
material dan energi seperti yang tergambarkan oleh rantai makanan. Tingkat trofik
ikan dikategorikan menjadi tingkat trofik 2 yaitu untuk ikan yang bersifat
herbivora, tingkat 2,5 untuk ikan yang bersifat omnivora dan tingkat 3 atau lebih
37

untuk ikan yang bersifat karnivora (Caddy dan Sharp 1986 dalam Tjhjo 2001
dalam Nugraha 2011).
Hasil tingkat trofik yang diperoleh pada praktikum ini sebesar 2,6408. Hal
ini menunjukkan bahwa ikan kembung perempuan dikategorikan sebagai ikan
omnivora namun cederung karnivora. Menurut Utami (2014), ikan kembung
termasuk ikan planktivorus. Hal ini dapat berbeda dikarenakan pakan yang ada
pada perairan ikan kembung yang diuji pada praktikum ini dengan penelitian lain
berbeda jadi dapat menyebabkan hasil yang berbeda karena, belum tentu
melimpahnya suatu pakan dalam perairan dapat dimanfaatkan oleh ikan
dikarenakan beberapa faktor yaitu penyebaran organisme sebagai makanan ikan,
ketersediaan makanan, pilihan dari ikan, serta faktor-faktor yang memepengaruhi
perairan (Effendie 1997).

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan mengenai pertumbuhan


dan rasio kelamin, reproduksi, dan Food Habits ikan Kembung Perempuan
(Rastrelliger brachysoma) yang berasal dari Pelabuhan Ratu kami dapat
menyimpulkan bahwa :
Pola pertumbuhan ikan kembung perempuan alometrik negatif, terlihat dari
nilai b yang didapat lebih kecil dari 3 yaitu 1,3059. Hal ini menunjukan
38

bahwa ikan kembung perempuan memiliki pertumbuhan panjang yang lebih


cepat dibandingkan dengan pertumbuhan beratnya dan keadaan ikan tersebut
kurus.
Nilai IKG paling tinggi ada pada TKG II sebanyak 4,33% sedangkan nilai
TKG paling rendah ada pada TKG I yaitu 1%
Ikan kembung perempuan adalah jenis ikan omnivora cenderung karnivora.
Hal ini dikarenakan tingkat trofik ikan mas berada pada angka 2,6408.
Detritus adalah paka utama bagi ikan kembung perempuan, sedangkan
beberapa dari kelompok zooplankton dan fitoplankton, bagian tumbuhan dan
bagian hewan adalah pakan pelengkap.

5.2 Saran
Sebaiknya penelitian mengenai Analisis Aspek Biologi pada ikan kembung
perempuan ini dilakukan dengan lebih teratur dalam pengerjaannya dan lebih
diperjelas lagi bagaimana proses dan tujuannya agar mahasiswa lebih memahami
apa yang harus mereka lakukan. Kedisiplinan dan ketelitian sangat dibutuhkan
dalam praktikum ini agar data yang didapat lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Andamari R, Hutapea JH, & Prisantoso BI. 2012. Aspek reproduksi ikan tuna sirip
kuning (Thunnus albacores). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan. 4(1) :
8996.
Astuti DP. 2007. Analisis tangkapan per satuan upaya (tpsu) ikan kembung di
Kepulauan Seribu skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Bal DV & Rao KV. 1984. Marine fisheries. Tata Mc Graw-Hill Publishing
Company Limited. New Delhi. 470 p.
Ruswahyuni, 1979. Makanan alami ikan kembung perempuan berdasarkan kelas
ukuran panjang total dan tingkat kematangan gonad di sekitar perairan
39

Jepara. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.


Bogor. 16-17 p.
Boonprakop U. 1965. Study on the fecundity of the indo-pasifik mackerel,
Rastrelliger SPP. In the gulf of Thailand. Proc. Indo-Pasific Fish.Coun. 12
(2) : 124-138
Burhanuddin, Martosewojo S, Adrim M, Hutomo M. 1984. Sumberdaya ikan
kembung. Proyek Studi Potensi Sumber Daya Alam Indonesia, Studi
Potensi Sumber Daya Hayati Ikan. Jakarta (ID) : Lembaga Oseanologi
Nasional (LIPI).
Chee PE. 2000. Fish code management: SlIppiement to the report of a workshop
on the fishery and management of a short mackerel (Rastrellige r spp.) on
the lVest Coast of Peninslliar Malaysia. FAO,Rome. pp 6-19
Chirastit C. 1962. Progress report on tagging experiment of chub mackerel
(Rastrelliger spp) in The Gulf of Thailand in The Year 1961.
IPFC.Proceedeing 10th Session Section II. 1962: 22-23p.
Direktorat Jendral Perikanan. 1979. Buku pedoman pengenalan sumber perikanan
laut bagian 1 (Jenis-jenis ikan ekonomis penting). Direktorat Jendral
Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Effendie MI. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 63
p.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID) : Yayasan Pustaka
Nusantara.
Food and Agriculrural Organization (FAO). 2000. Report: workshop on the
Fishery and Management of Short Mackerel (Rastrelliger spp.) on the
rJ7e st Coast of Peninslliar Malaysia. Food and Agriculrural Organization.
Rome
Febianto S. 2007. Aspek biologi reproduksi ikan lidah pasir (Cynoglossus lingua
Hamilton-Buchanan, 1822) di perairan Ujung Pangkah, kabupaten Gresik,
Jawa Timur [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan (Dasar Pengembangan Teknik
Perikanan). PT. Rineka Cipta : Jakarta.
Ganga U. 2010. Investigations on the biology of Indian Mackerel Rastrelliger
kanagurta (Cuvier) along the Central Kerala coast with special reference to
maruration, feeding and lipid dynamics. [Thesis]. Cochin University Of
Science And Technology
Ghazali AF, Abidin DHZ, Nor SAM, Nairn DM. 2012. Genetic Variation of Indian
Mackerel (Rastrelliger kanagllrta) (C uvier, 1816) of Sabah Water Based
on Mitochondrial D-loop region: A Preliminary Study. Asian JOllrnal of
Biology and Biotechnology 1(1): 1-10
Haryanti, S. Ismi, & A. Khalik, 1994. Studi Penggunaan Pakan Mikro dan Alami
dengan Perbandingan Berbeda dalam Pemeliharaan Larva Udang Windu,
Penaeus monodon. J. Penelitian Budidaya pantai. 10 (1) : 35 42
Herawati, Titin. 2017. Metode Biologi Perikanan. Unpad Press. Jatinangor
Lachita RB. 2006. Using life-history, surplus production, and individual-based
population models for stock assessment of data-poor stocks: an application
40

to small pelagic fisheries of the Lingayen Gulf,Philippines. [tesis].


Departement of Oceanography and Coaltal Sciences. Don Mariano Marcos
Memorial State University. 13p.
Lagler KF, Bardach JE, & Miller RR. 1962. Ichtyology. John Wiley and Sons, Inc.
New York. 505 p.
Larasati, Dara Anjani. Kajian Biolohi Reproduksi Ikan Kembung Perempuan
(Rastrelliger brachysoma) di Perairan Teluk Jakarta. skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
McKeown BA. 1984. Fish migration. Croom Helm Ltd, Australia. 11p.
Moyle, P. B, & J. J. Cech, Jr. 2004. Fishes An Introduction to Ichthyology .
Prentice Hall, Upper Saddle River.
Nikolsky, G.V. 1993. The Ecology of Fishes. Academic Press. New York. 325 hal.
Nugraha B, Mardlijah S. 2006. Hubungan panjang bobot, perbandingan jenis
kelamin dan tingkat kematangan gonad tuna mata besar (Thunnus obesus)
di perairan Laut Banda. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 12(3) :
195202.
Puja, I K., Suatha, I K., Heryani, S.S., Susari, N.N. W., Setiasih, N. L.E.,2010.
Embryologi Modern. Udayana University Press. Denpasar.
Rahardjo, M. F. dan D. S. Sjafei. 2011. Iktiology. Bringing Native Fish Back the
Rivers. Bandung Lubuk Agung, Bandung: 336-339 hlm.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1 dan 2. Bina Cipta.
Badung. Viii + 508h.
Sudjastani T. 1976. The Species of Rastrelliger in The Jawa Sea, Their Taxonomy
And Morphometry (perciforrnes, Scornbridae). Manlle fusearcb ill
Illdollesia 16: 1-29
Sari MR. 2004. Pendugaan potensi lestari dan musim penangkapan ikan kembung
di perairan Lampung Timur [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 61 p.
Suwarso, Hariati T, Ernawati T. 2010. Biologi reproduksi, prefferensi habitat
pemijahan dan dugaan stok pemijahan ikan kembung (Rastrelliger
brachysoma, Fam. Scombridae) di pantai utara Jawa.[Laporan penelitian].
Balai Rise t Perikanan Laut KKP. 32p
Utami, MNF., Redjeki, Sri., Supriyantini, Endang. 2014. Komposisi Isi Lambung
Ikan Kembung Lelaki (Restrelliger Kanagurta) di Rembang. Jurnal.
Journal Of Marine Research. Undip.
Vanichkul P & Hongskul V. 1963. Length-weight relationship of chub mackerel
(Rastrelliger sp.) in the Gulf of Thailand. Indo-Pacific Fish. Cour. 11 (2) :
20-33.
Zamroni A, Suwarso, Mukhlis NA. 2008. Biologi reproduksi dan generik populasi
ikan kembung di pantai utara Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
14(2): 215-226
Zen M. 2006. Pengkajian zona potensial penangkapan ikan kembung (rastrelliger
spp) di kabupaten asahan, sumatra utara. [tesis]. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor
41

Lampiran 1. Beberapa Alat dan Bahan


Ikan Kembung Perempuan

Gunting Bedah
42

Penusuk

Pinset

Pisau bedah

Cawan petri

Gelas Ukur
43

Lampiran 2. Dokumentasi Selama Praktikum

Ikan yang sudah dibedah

Gonad jantan
44

Usus

Isi Usus

Berat Ikan
45

Berat Gonad

Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Angkatan


No Data Hasil Pengukuran
Panjang (mm) Bobot (gram)
SL FL TL LK LT
1 158 177 191 120 134 84
2 165 168 180 90 120 76
3 155 170 185 115 140 82
4 147 167 185 114 137 72.93
5 160 175 195 120 160 93
6 145 155 180 140 143 75
7 165 180 200 140 120 87
8 160 175 195 100 120 84
9 160 175 195 135 110 79
10 155 180 205 110 125 100
11 167 174 193 110 122 90
12 155 170 188 130 140 88
13 155 170 180 110 120 81
14 185 175 200 130 115 99
46

15 171 177 177 134 124 88


16 155 166 188 105 125 75
17 175 169 192 140 145 86.79
18 160 170 180 110 120 80.06
19 165 180 195 125 130 85.55
20 154 170 190 105 150 96.73
21 155 170 183 109 127 85
22 150 170 190 130 100 83.97
23 155 172 189 102 130 80.92
24 166 180 192 125 150 106.13
25 150 165 175 110 130 82
26 160 177 195 120 133 90
27 155 165 190 105 120 75.4
28 159 165 185 108 113 76
29 165 173 188 114 129 90
30 158 174 196 127 135 86
31 155 180 200 100 135 95
32 155 170 188 110 130 86
33 158 170 193 109 127 87
34 175 165 190 90 130 91
Data Hasil Pengukuran
No Panjang (mm) Bobot (gram)
SL FL TL LK LT
35 157 170 190 120 130 86
36 160 175 195 140 180 90
37 160 180 190 90 130 91
38 160 168 188 105 120 82
39 167 174 195 123 137 91
40 150 165 180 115 125 80
41 145 170 190 135 140 82.95
42 155 165 185 125 135 81.96
43 150 170 190 80 125 80.01
44 155 170 190 110 130 78.48
45 145 169 190 105 117 81.68
46 167 172 193 124 131 90.15
47 160 170 185 65 70 80.78
48 161 173 198 105 126 94
49 145 165 185 100 120 77
50 146 162 185 104 126 79
51 165 168 187 105 138 90
47

52 149 164 177 111 124 75


53 153 167 186 106 120 83
54 148 172 195 95 125 87
55 152 165 183 91 124 76
56 158 175 189 100 122 90
57 172 183 192 119 128 91
58 162 167 190 120 126 78
59 150 172 194 125 127 93
60 155 171 193 116 125 87
61 164 182 205 116 131 94
62 160 175 200 98 120 90
63 165 173 190 103 130 86
64 159 168 185 104 121 84.85
65 148 163 184 98 125 79.17
66 150 154 171 126 137 84.78
67 157 173 190 120 133 87.55
68 150 163 185 110 130 70.28
69 152 161 184 130 133 90
70 152 167 189 110 125 80.43

Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad


TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
Interval () () () () () () () () () ()
171-175 2
176-180 1 1 1 3
181-185 1 3 2 4 3 1
186-190 1 1 4 4 3 8 2
191-195 4 4 2 6 1
196-200 1 3 1 1
201-205 1 1
48

Tabel 3. Indeks Preponderan


Kelas Vi Vi x Oi IP
Cyanophycae 10 1560 6.82%
Chlorophycae 10 1060 4.64%
Bacillariophycae 10 770 3.37%
Desmidiacae 10 1530 6.69%
Chrysophycae 10 0 0.00%
Rhizopoda 10 10 0.04%
Rotatoria 10 100 0.44%
Entomostraca 10 80 0.35%
Copepoda 10 4160 18.20%
Tardigrada 10 0 0.00%
Nemata 10 60 0.26%
Platyhelmintes 10 340 1.49%
Benthos 10 10 0.04%
Bagian hewan 10 1280 5.60%
Bagian 10 3290 14.39%
tumbuhan
Detritus 10 8610 37.66%
Ikan 10 0 0.00%
49

Tabel 4. Tingkat Trofik


Kelompok Ttp Ii Ttp*Ii/100
Fitoplankton 1 21.52% 0.21522309
7
Zooplankton 2 20.78% 0.41557305
3
Benthos 2 0.04% 0.00087489
1 2.64085739
3
Bagian 2 5.60% 0.11198600
Hewan 2
Bagian 1 14.39% 0.14391951
Tumbuhan
Detritus 2 37.66% 0.75328084
50

Anda mungkin juga menyukai