Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum
mata kuliah Biologi Perikanan
Disusun oleh :
Kelompok 15/Perikanan B
Rida Himyati Hasna 230110150144
Nabilah Muthiah 230110150147
Donny Samudra 230110150152
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
hikmah, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir
praktikum Biologi Perikanan ini dengan baik. Tak lupa kami ucapkan pula terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini berisikan laporan akhir dari praktikum yang telah kami
lakukan, mengenai analisis aspek biologi dari ikan, meliputi pengukuran
pertumbuhan, pengamatan reproduksi, dan pengamatan kebiasaan makan ikan
Kembung (Rastrelliger brachysoma). Untuk mengamati alat reproduksi dan
kebiasaan makan, ikan dibedah kemudian gonad, hati, dan ususnya diamati.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai cara mengerjakannya dan hasil yang
kami peroleh.
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan
membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang membantu penulis
dalam penyelesaian laporan ini. Mohon maaf apabila masih ada kekurangan pada
makalah yang berisikan laporan akhir praktikum ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Bab Halaman
DAFTAR TABEL..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah........................................................................... 2
2
3
1.3 Tujuan................................................................................................ 2
1.4 Kegunaan........................................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Letak Geografis Habitat Ikan Kembung......................................... 3
2.2 Biologi Ikan Kembung................................................................... 4
2.3 Pertumbuhan................................................................................... 5
2.4 Reproduksi...................................................................................... 6
2.5 Food Habits.................................................................................... 10
2.6 Parameter Penunjang Fisik dan Kimiawi Kualitas Air................... 10
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 27
5.2 Saran.................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 28
LAMPIRAN............................................................................................. 29
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari adanya praktikum biologi perikanan mengenai analisis aspek
biologi ikan mas adalah:
Mengetahui aspek pertumbuhan pada ikan kembung perempuan.
Mengetahui aspek reproduksi pada ikan kembung perempuan.
Mengetahui aspek food habits ikan kembung perempuan.
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari praktikum biologi perikanan mengenai analisis aspek
biologi ikan mas adalah:
Mampu mengetahui aspek-aspek pertumbuhan pada ikan kembung
perempuan.
Mampu mengetahui aspek-aspek reproduksi pada ikan kembung
perempuan.
Mampu mengetahui aspek-aspek food habits ikan kembung perempuan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Parcomorphy
Sub ordo : Scombroidea
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger brachysoma
10
memijah, pada awalnya ikan jantan lebih dominan daripada ikan betina dan
kemudian rasio kelamin berubah menjadi 1:1, diikuti oleh dominasi ikan betina.
Penyimpangan seringkali terjadi pada pola perbandingan 1:1, antara lain karena
adanya perbedaan pola tingkah laku bergerombol, perbedaan laju mortalitas, dan
pertumbuhan antara jantan dan betina (Febianto 2007).
2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan dan Cara Makan Ikan
Kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh ukuran tubuh ikan, bentuk organ
pencernaan, umur, lingkungan hidup ikan, dan penyebaran organisme pakan.
Tingkat kesukaan makanan mencakup jenis, kualitas dan kuantitas makanan yang
dimakan oleh ikan. Umumnya makanan pertama semua ikan pada fase juvenile
adalah plankton (Effendie 1997).
Air adalah kehidupan, boleh dikatakan semua kehidupan dijagad raya ini
bergantung pada ketersediaan air. Oleh karena itu air menjadi indikasi utama
adanya kehidupan di suatu tempat di jagat raya.Air merupakan sumber daya alam
yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk
hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup yang lain.
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : satu molekul
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen air pada satu
atom oksigen (www.wikipedia.org, 2002).
Beberapa parameter fisik yang digunakan untuk menentukan kualitas air
meliputi suhu, penetrasi cahaya, derajat keasaman (pH) dan Dissolved Oxygen
(DO).
2.6.1 Suhu
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan kegiatan
budidaya adalah tentang ketinggian tempat. Ketinggian tempat merupakan letak
suatu tempat atau daerah yang diukur dari permukaan laut sebagai titik nolnya.
Ketinggian suatu tempat erat hubungannya dengan suhu karena semakin tinggi
letak suatu daerah, maka suhunya semakin rendah. Suhu sangat berpengaruh
terhadap makhluk hidup, terutama dalam proses metabolisme.
Suhu merupakan pengatur utama dalam lingkungan perairan. Suhu dapat
mempengaruhi aktifitas ikan seperti bernafas, tumbuh dan bereproduksi. Suhu
mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan (Effendi, 2003).
Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,
evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air (gas
O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya) (Haslam, 1995 dalam Effendi, 2003).
Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan
organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di
perairan adalah 20 oC 30 oC.
BAB III
BAHAN DAN METODE
Timbang Gonad
W
log l log
log L
2
L
log
(log L)2
W
log
a=
log
24
a
N log
logW
b
W
K=
a . Lb
Keterangan:
K = Faktor Kondisi
W = Bobot Ikan (gram)
L = Panjang Total
a = Intercept
b = Slope
BG
IKG= 100
BT
Keterangan:
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
BG = Berat Gonad (gram)
BT = Berat Tubuh (gram)
Bh
HSI= 100
BwBh
Keterangan :
IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bh = Berat Hati (gram)
Bw = Berat Tubuh (gram)
3.5.5 Fekunditas
25
V
F= x
V2
Keterangan :
F = Fekunditas
V = Volume seluruh gonad
V2 = Volume sebagian gonad
X = Sebagian gonad yang diambil
Vi Oi
IP= 100
Vi Oi
Keterangan :
IP = Index of preponderance
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
(ViOi) = Jumlah ViOi dari semua jenis makanan
ri pi
E=
ri+ pi
Keterangan :
E = Index of electivity
ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimakan
pi = Jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
Ttp Ii
Tp=1+ ( )
100
Keterangan:
Tp = tingkat trofik ikan
Ttp = tingkat trofik kelompok pakan ke-p
Ii = indeks bagian terbesar untuk kelompok pakan ke-p
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
24%
19%
10%
9%
3% 3%
33%
26%
24%
7% 7%
1% 1%
Dari grafik distribusi panjang ikan kembung diatas, dapat diketahui bahwa
pengelompokkan distribusi panjang ikan kembung perempuan satuan milimeter
dibagi menjadi 7 kelas. Berdasarkan data yang didapat, kelas ke-1 (171-175)
sebanyak 3%, kelas ke-2 (1762-180) sebanyak 10%, kelas ke-3 (181-185) 19% ,
kelas ke-4 (186-190) sebanyak 33% , kelas ke-5(191-195) sebanyak 24% , kelas
ke-6 (196-200) sebanyak 9% , dan kelas ke-7 (201-215) sebanyak 3% . Jadi,
dapat diketahui frekuensi terbesar yang didapat dari sampel populasi ini berada
pada kelas ke-4 (186-190) dengan persentase sebanyak 33% dari jumlah populasi ,
sedangkan frekuensi terkecil didapat pada kelas ke-1 (171-175) dan kelas ke-7
(201-205) dengan persentasi sebanyak 3% dari jumlah populasi.
Dari grafik distribusi bobot ikan kembung diatas, dapat diketahui bahwa
pengelompokkan distribusi bobot ikan kembung perempuan dengan satuan gram
dibagi menjadi 7 kelas. Kelas ke-1 (70,28-75,47) didapatkan hasil sebanyak 7% ,
kelas ke-2 (75,48-80,67) sebanyak 24%, kelas ke-3 (80,68-85,87) sebanyak 33%,
kelas ke-4 (85,88-91,07) sebanyak 26%, kelas ke-5 (91,08-96,27) sebanyak 7%,
kelas ke-6 (96,28-101,47) sebanyak 1%, kelas ke-7 (101,48-106,67) sebanyak 1%,
Jadi, dapat diketahui frekuensi terbesar yang didapat dari sampel populasi
tersebut adalah kelas ke-3 dengan bobot 80,68-85,87 gram yaitu sebanyak 33%
dari jumlah populasi.
Jadi, dapat diketahui frekuensi terbesar yang didapat dari sampel populasi
tersebut adalah kelas ke-5 dengan bobot 112-130 gram yaitu sebanyak 22 ekor
ikan atau 31% dari jumlah populasi.
29
2.00
1.85
1.80
1.75
allometrik positif. Perbedaan ukuran ikan antar wilayah dan waktu yang berbeda,
diduga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan terutama suhu dan
ketersediaan serta kualitas makanan yang berbeda. Hal ini disebabkan ikan
kembung hidup scholling di perairan dangkal dari sekitar estuari dan sepanjang
pantai (Moazzam et al., 2005).
4.2.3
Faktor Kondisi
Gambar 8. Grafik Faktor Kondisi
Faktor kondisi menunjukkan keaadaan baik dari ikan dilihat dar kapastitas
fisik untuk survival dan reproduksi (Effendie 1997). Dari data diatas menunjukan
bahwa faktor kondisi terbesar terdapat pada interval 201-205 mm dengan faktor
kondisi sebesar 1,12. Faktor kondisi terendah terdapat pada interval 171-175 mm
dengan faktor kondisi sebesar 0,96. Faktor kondisi pada ikan kembung perempuan
ini terus meningkat, seharusnya bila interval semakin besar maka faktor kondisi
menurun. Hal ini dinyatakan oleh Pantulu (1963) dalam Effendie (1997) bahwa
faktor kondisi relatif berfluktuasi terhadap ukuran ikan, ikan bertambah besar,
keadaan menurunnya faktor kondisi yang tinggi kemungkinan menurun ketika
ikan bertambah besar. Keaadan menurunnya faktor kondisi pada ikan kembung
perempuan (Rastrelliger branchysoma) dapat dikarenakan adanya perubahan
31
lingkungan akibat ruaya ikan yaitu dari perairan pantai ke perairan laut untuk
memijah.
4.3 Reproduksi
Dalam pembahasan mengenai aspek reproduksi ikan kembung perempuan,
kami akan membahas mengenai rasio kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks
kematangan gonad, HSI (Hepasomatik indeks), tingkat kematangan telur, diameter
telur dan fekunditas.
Jantan ()
Betina ()
46%
54%
Rasio kelamin adalah perbandingan antara jantan dan betina dalam suatu
populasi. Rasio kelamin dihitung dengan cara membandingkan jumlah ikan jantan
dan betina. Perbandingan jumlah ikan kembung perempuan jantan dan betina
yang diperoleh adalah 38 ekor ikan kembung perempuan jantan dan 32 ekor ikan
kembung perempuan betina dari total ikan yang ada yaitu 70 ekor ikan kembung
perempuan. Persentase rasio kelamin yang didapatkan adalah 54% ikan kembung
perempuan jantan dan 46% ikan kembung perempuan betina.
Uji chi kuadrat (chi square) juga dapat dipakai untuk menghitung rasio
kelamin. Uji chi square adalah uji statistik untuk menguji seberapa baik
kesesuaian antara frekuensi rasio kelamin jantan dan betina yang teramati dengan
frekuensi harapan yang didasarkan pada sebaran yang akan dihipotesa (Sri 1990).
32
TKG V yaitu ditandai dengan permukaan gonad yang warnanya sudah menguning
dan ukurannya kecil karena mengerut.
Tingkat kematangan gonad berdasarkan data angkatan yang diperoleh
dibagi menjadi tujuh kelas berdasarkan bobot ikan. Terdapat 1 ekor pada TKG I di
kelas 181-185. Pada TKG II paling banyak pada kelas 191-195 yaitu sebanyak 4
ekor. TKG III paling banyak terdapat pada kelas 186-190 dan 191-195 yaitu
masing-masing sebanyak 4 ekor. TKG IV paling banyak terdapat pada kelas 186-
190 yaitu sebanyak 8 ekor, sedangkan pada TKG V paling banyak ada pada kelas
186-190 yaitu sebanyak 2 ekor.
1.00
Indeks Kematangan Gonad yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil
perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan
100%, perhitungan IKG pada kelompok 15 didapatkan hasil sebesar 1,82%.
paling tinggi ada pada TKG II sebanyak 4,33% sedangkan nilai TKG paling
rendah ada pada TKG I yaitu 1%, dari data tersebut diketahui bahwa hasil yang di
dapat tidak sesuai dengan literatur yang kami dapat, mungkin kurangnya ketelitian
dari para praktikan membuat hasil yang didapat tidak sesuai dengan referensi.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai IKG rata-rata ikan kembung perempuan
jantan adalah 2,77 % sedangkan pada betina rata-rata nya 3,53. Nilai IKG rata-rata
ikan betina lebih tinggi dibanding pada ikan jantan. Perbandingan dari kedua jenis
kelamin pada tiap ikan tersebut adalah normal, karena perbandingan nilai IKG ini
harus lebih besar nilai pada ikan betina dibandingkan dengan ikan jantan. Hal ini
sesuai dengan Effendie (2002), yang menyatakan bahwa Indeks Kematangan
Gonad Ikan Betina lebih besar dibandingkan IKG ikan Jantan.
1.4%
1.2%
1.0%
HEPATOSOMATIK INDEKS
0.8%
0.6%
0.4%
0.2%
0.0%
HSI ialah 0,7%. Nilai HSI tersebut memiliki arti yaitu terjadinya peningkatan
sintesis vitolegenin atau vitelogenesis pada proses pembentukan telur. Maka
dengan ini, ikan mas memiliki telur yang lebih mendekati kematangan. Nilai HIS
tidak lepas dari pengaruh TKG maupun IKG, dimana nilai TKG maupun IKG
semakin membesar maka nilai HSI pun membesar, atau ketiga elemen tersebutpun
beriringan (Effendie 2000).
18.20%
14.39%
6.4.3.86.62%34%67%9% 5.60%
0.00.44%30.5%1.20.46%09%4%
0.00%0.00%
36
untuk ikan yang bersifat karnivora (Caddy dan Sharp 1986 dalam Tjhjo 2001
dalam Nugraha 2011).
Hasil tingkat trofik yang diperoleh pada praktikum ini sebesar 2,6408. Hal
ini menunjukkan bahwa ikan kembung perempuan dikategorikan sebagai ikan
omnivora namun cederung karnivora. Menurut Utami (2014), ikan kembung
termasuk ikan planktivorus. Hal ini dapat berbeda dikarenakan pakan yang ada
pada perairan ikan kembung yang diuji pada praktikum ini dengan penelitian lain
berbeda jadi dapat menyebabkan hasil yang berbeda karena, belum tentu
melimpahnya suatu pakan dalam perairan dapat dimanfaatkan oleh ikan
dikarenakan beberapa faktor yaitu penyebaran organisme sebagai makanan ikan,
ketersediaan makanan, pilihan dari ikan, serta faktor-faktor yang memepengaruhi
perairan (Effendie 1997).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Sebaiknya penelitian mengenai Analisis Aspek Biologi pada ikan kembung
perempuan ini dilakukan dengan lebih teratur dalam pengerjaannya dan lebih
diperjelas lagi bagaimana proses dan tujuannya agar mahasiswa lebih memahami
apa yang harus mereka lakukan. Kedisiplinan dan ketelitian sangat dibutuhkan
dalam praktikum ini agar data yang didapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Andamari R, Hutapea JH, & Prisantoso BI. 2012. Aspek reproduksi ikan tuna sirip
kuning (Thunnus albacores). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan. 4(1) :
8996.
Astuti DP. 2007. Analisis tangkapan per satuan upaya (tpsu) ikan kembung di
Kepulauan Seribu skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Bal DV & Rao KV. 1984. Marine fisheries. Tata Mc Graw-Hill Publishing
Company Limited. New Delhi. 470 p.
Ruswahyuni, 1979. Makanan alami ikan kembung perempuan berdasarkan kelas
ukuran panjang total dan tingkat kematangan gonad di sekitar perairan
39
Gunting Bedah
42
Penusuk
Pinset
Pisau bedah
Cawan petri
Gelas Ukur
43
Gonad jantan
44
Usus
Isi Usus
Berat Ikan
45
Berat Gonad