NPM : 110110150161
Bab 1 : Bab 1 :
Bab 5 :
Bab 6 :
Bab 7 :
Mekanisme-mekanisme
Pelaksanaan, memuat Konferensi
Negara-negara Pihak pada Konvensi;
dan Sekretariat.
Bab 8 :
A. Bentuk Kriminlasisasi
Secara khusus bentuk kriminalisasi dalam UNCAC cenderung lebih luas
ketimbang UU PTPK yang hanya memberikan ketentuan bentuk perbuatan
pidana hanya pada penyelenggara negara atau pejabat negara (publik). Pada
Pasal 21 UNCAC telah jelas memberikan makna kepada negara partisipan
tentang ancaman bahaya tindak pidana korupsi bagi masyarakat secara luas,
korupsi memiliki keterkaitan yang erat antara sektor publik dan sektor swasta
1
Act Number 32 United Nations against Corruption
2
Act Number 14 United Nations against Corruption
3
Act Number 46 United Nations against Corruption
(bribery in the privat sector). Rudy Satriyo Mukantardjo menyatakan ada tiga
hal dalam Pasal 21 UNCAC yang perlu digaris bawahi. Pertama, subyek
hukumnya haruslah orang yang memiliki kedudukan pemimpin dalam kapasitas
sector swasta. Kedua, kegiatannya terbatas pada aktivitas perekonomian seperti
tender barang dan/atau jasa. Ketiga, batasannya hanyalah sektor swasta. 4
Kendati dalam UU PTPK telah memuat ketentuan penyuapan dan
gratifikasi dalam bentuknya aktif, yang memang tidak memiliki sifat
eksepsionalitas dari subyek hukumnya, berarti subyek yang memiliki
kedudukannya di sektor swasta juga dapat masuk kedalam delik penyuapan
aktif5. Namun dalam hal penyuapan pasif, subyeknya bersifat eksklusif, yang
terkhusus melekat pada penyelenggara negara dan pejabat negara (publik).6
Dalam Bentuk penyuapan yang dikriminalisasi tidak hanya tindak pidana
penyuapan terhadap pejabat publik nasional saja, tetapi terhadap pejabat publik
asing dan pejabat organisasi internasional juga dimuat dalam UNCAC.
4
https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol15362/senjata-baru-pencegahan-dan-
pemberantasan-korupsi, dilihat pada tanggal 14 November 2018, pukul 01.00 WIB
5
Pasal 13 UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana KOrupsi
6
Yenti Garnasih, Paradigma Baru Dalam Pengaturan Anti Korupsi Di Indonesia Dikaitkan Dengan
UNCAC 2003, Jakarta: Jurnal Ilmu Hukum Prioris, Vol 2, No. 3, 2009, hal. 164
terhadap dirinya karena meninggal dunia. Dalam hal ini negara berwenang
untuk mengajukan perkaranya secara keperdataan apabila secara nyata telah
timbul kerugian terhadap keuangan negara.7 Hal ini sangatlah berbeda dengan
ketentuan pasal 35 UNCAC yang memberikan hak kepada setiap badan ataupun
orang yang menderita kerugian dari adanya perbuatan korupsi untuk
mengajukan gugatan hukum kepada pihak yang bertanggungjawab.
7
Pasal 33 & 34 UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
8
Indonesia Corruption Watch, Usulan Draft Perubahan Undang-Undang TIndak Pidana Korupsi
Versi Masyarakat Sipil, Jakarta: RUU dan Naskah Akademik, 2015, hal. 235
- Menguntungkan Diri Sendiri, Orang Lain, atau Korporasi dengan
Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan, atau Sarana yang
melekat atas jabatan atau Kedudukan (Pasal 3)
b. Penyuapan:
- Suap Aktif (Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 13)
- Suap Pasif (Pasal 5 ayat (2), Pasal 12 huruf a dan huruf b)
- Suap Aktif bagi Hakim (Pasal 6 ayat (1) huruf a)
- Suap Aktif bagi Advokat (Pasal 6 ayat (1) huruf b)
- Suap Pasif oleh Hakim & Advokat (Pasal 6 ayat (2))
- Suap Pasif oleh Hakim (Pasal 12 huruf c)
- Suap Pasif oleh Advokat (Pasal 12 huruf d)
c. Penggelapan Dalam Jabatan
- Pegawai Negeri Menggelapkan Uang atau Membiarkan
Penggelapan (Pasal 8)
- Pegawai Negeri Memalsukan Buku Untuk Pemeriksaan
Administrasi (Pasal 9)
- Pegawai Negeri Merusak Bukti (Pasal 10 huruf a)
- Pegawai Negeri Membiarkan Orang Lain Merusak Bukti (Pasal 10
huruf b)
- Pegawai Negeri Membantu Merusak Bukti (Pasal 10 huruf c)
d. Pemerasan
- Pemerasan oleh Pegawai Negeri (Pasal 12 huruf e)
- Pemerasan oleh Pegawai Negeri pada waktu menjalankan tugas
(Pasal 12 huruf g)
- Pegawai Negeri Memeras Pegawai Negeri lainnya (Pasal 12 huruf
f)
e. Perbuatan Curang
- Pemborong Berbuat Curang (Pasal 7 ayat (1) huruf a)
- Pengawas Proyek Membiarkan Perbuatan Curang (Pasal 7 ayat (1)
huruf b)
- Perbuatan Curang yang dilakukan terhadap TNI/Polri (Pasal 7 ayat
(1) huruf c)
- Perbuatan Curang oleh Pengawas Rekanan TNI/Polri (Pasal 7 ayat
(1) huruf d)
- Penerima Barang TNI/Polri yang Membiarkan Adanya Perbuatan
Curang (Pasal 7 ayat (2))
- Pegawai Negeri Menyerobot Tanah Negara (Pasal 12 huruf h)
f. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
- Pegawai Negeri Turut Serta Dalam Pengadaan yang Diurusnya
(Pasal 12 huruf i)
g. Gratifikasi (Pasal 12 b & Pasal 13)
Perbuatan Curang