Anda di halaman 1dari 9

PERCOBAAN V

KOMPLEKSOMETRI

I. Tujuan
Tujuan percobaan praktikum ini adalah menentukan kesadahan total,
kesadahan tetap dan kesadahan sementara. Dan menentukan kadar Mg ,
menetukan % kesalahan dab menetukan % kebenaran

II. Teori percobaan


Kompleksomerti adalah jenis titrasi dimana titran dan titrasi saling
kompleks, jadi membentuk hasil senyawa komples. Reaksi komples yang
terbentuk dianggap sebagai reaksi asam basa lewis dengan ligan bertindak
sebagai basa, dentan menyumbang sepasang elektonnya kepasa kation yang
merupakan asamnya ikatan atom yang terbentuk anatara atom logam pusat
ligan sering disebut kovalen

Titrasi kompleksometri adalah suatu analisis volumetri berdasarkan


reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat
pembentuk kompleks (ligan). Ligan yang banyak digunakan adalah
dinatrium etilen, dianida tetra asetat (NA2EDTA). Salah satu tipe
reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang
larut namun sedikit terdisosiasi.
Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk
melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau
molekul netral. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi
yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat
kelarutan tinggi.
Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula
kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang
menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat,
disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh
persamaan : M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O Titrasi
kompleksometri dilakukan dengan beberpa cara tergantung dari reaksi
yang terjadi antara senyawa uji dengan baku primer atau baku
sekunder diantaranya : titrasi langsung; titrasi kembali; titrasi
substitusi; titrasi tidak langsung; dan titrasi alkalimetri. (syarif: 2012)
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan
standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui
komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan
kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah
larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan
suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari
massa - volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan
standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu
zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi
diketahui dari hasil standardisasi.
Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan
standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi
dengan larutan standar primer Titran atau titer adalah larutan yang
digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah diketahui secara pasti
konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran
dan yang lain sebagai titrat.
Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi
komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan
banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit
adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau
ditentukan konsentrasinya atau strukturnya. Titik akhir titrasi adalah
titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya
diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan
yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran Pengenceran
adalah proses penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya reaksi
kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol. (Regina : 2008)

III. Prosedur percobaan


Permbuatan larutan baku primer ZnSO4 0,05 M = 0,01 N
Ditimbang tepat 3,7224 g ZnSO4, larutan kedalam labu takar 250 ml
Penentuan kadar EDTA
Buret yang sudah dibilas dengan larutan EDTA, kemudian diisi buret
dengan larutan EDTA. Pipet 25 ml larutan ZnSO 4 baku kedalam labu titrasi.
Diencerkan sampai 100 ml. Ditambahkan 2 ml larutan buffer pH = 10.
Ditambahkan beberapah tetes larutan indikator EBT atau lira-kira 25 mg
indikator EBT ( 1% dalam NaCl padat ). Titrasi terhadap larutan EDTA
sampai terjadi tepat perubahan warna dari merah ungu ke biru. Diulangi
penentapan ini dengan 25 ml larutan ZnSO4seperti diatas.
Penetapan kadar magnesium :
Diencerkan larutan Mg(II) yang diberikan sampai dengan 100 ml,
dikocok dengan baik. Pipet 25 ml larutan ini kedalam labu titrasi dan
diencerkan sampai 100 ml. Ditambahkan 2 ml larutan buffer Ph = 10.
Ditambahkan beberapa tetes indikator EBT ( 1% dalam NaCl padat). Titrasi
terhadap larutan EDT sampai terjadi tepat perubahan warna dari merah umhu
ke biru. Diperlakukan duplo.
IV. Alat dan bahan

Alat Bahan
Buret ZnSO4
Pipet tetes EDTA
Pipet 25 ml Buffer
Gelas kimia 50 ml EBT
Erlenmeyar Mg(II)
NaCl
NH4Cl
Mufexide
Hcl
NaOH
NaOH pekat

V. Hasil pengamatan dan perhitungan

No Titrasi Volumetri Volumetri Gambar


awal akhir
1 Penetapan
kadar EDTA
25 ml larutan
ZnSO4
ditambahkan
larutan buffer
sebanyak 2 ml
dan indikator
EBT sebanyak
25 mg dititrasi
dengan EDTA
warna larutan
menjadi birun
2 Penetapan
kadar
magnesium 25
ml larutan
magnesium
sulfat
ditambahkan
larutan buffer
sebanyak 2
ml.
Ditambahkan
indikator EBT
sebanyak 25
mg dititrasi
dengan EDTA
warna larutan
menjadi biru

Perhitungan
ZnSO4 0,1 N 150 ml 0,01 N 100 ml
N1 . V1 : N2 . V2
0,1 . V1 : 0,01 . 100
0,1 . V1 : 0,01 . 100
1
V1 : 0,1 : 10 ml

Mr : 372,24
gr 1000
N: Bm x 100
gr
0,1 N : 372,24 x 10

372,24
gr : 10 : 3,7224

Pengenceran EDTA 0,01 100 ML


VI . N1 : V2 . N2
100 . 0,01 : V2 . 0,1
1 : V2 .0,1
V2: 1O ml

Pengenceran MgSO4
VI . N1 : V2 . N2
100 . 0,01 : V2 . 0,1
1 : V2 .0,1
V2: 1O ml

Menentukan kadar MgSO4


g 100
M: mr x v
mr x m x v
gr : 1000
246,48 x 0,1 x 50
gr : 1000
gr : 1,2324

Konsentrtasi EDTA
V1 . M1 : V2 . M2
32 . M1 : V2 . M2
25 .0,01 0,25
MEDTAN : 32 : 32 : 0,007 ml

Titik akhir EDTA pada percobaan ke satu : 50 32


Titik akhir EDTA pada percobaan kedua : 50 25
32+25 57
Rata-rata 2 : 2 : 28,5 ml

Titik akhir Mg + pada percobaan ke satu : 50 26


Titik akhir Mg + pada percobaan kedua : 50 25
26 +25
Rata-rata 2 : 25,5 ml

V1 . M1 : V2 . M2
25 . M1 : 25 . 0,01
25 X 0,01
M1: 25 : 0,009 ml

0,007 x 0,009 0,016


M rata-rata : 2 : 2 : 0,008 ml

Kadar Mg percbaan
1 ml 0,1 m EDTA : 2,432 mg
25,5 x 0,008 : 0,204
0,204
Hasil : 0,01 x 2,432 : 49,612

28,5 ml x 0,008 : 0,204


00,2432 x 0,008 x 25 0,048
0,204 mmol : 0,01 : 0,01
: 4,8

Kadar mg teoritis
0,008 m(Mg 3+) x 25 ml mg : 0,25 mol (Mg2+)
Ar ( Mg )
0,01 m(Mg 3+) mmol x 24,3 : 6,075 mg
kadar mg percobaan
%kebeneran : kadar mgteoritis x 100 %

4,8
: 0,075 x 100 %

: 74,07 %
% kesalahan : 100 % - kebenaran
: 100 % - 74,07
: 25,93
VI. Pembahasan
Dilakukan pembuatan ZnSO4 dan diencerkan agar didapatkan
larutan yang memiliki konsentrasi 0,01 M ZnSO4 pada percobaan ini
digunakan untuk menstandarkan EDTA. Dilakukan perpermukaan EDTA
sebanyak 250 ml dan 100 ml massa yang digunakan untuk larutan 250 ml
sebanyak 9,3 gram dan untuk larutan 100 ml sebanyak 3,72 gram.
Masing-masing larutan diencerkan untuk mendapatkan
konsentrasi yang diinginkan yaitu 0,01 M. EDTA digunakan sebagai
ligan pada praktikum ini karena EDTA memiliki atom N dan O. Atom N
dan O memiliki pasangan elektronnya EDTA merupakan asam dan basa
lewis yang terjadi pendonoran yang penerimaan elektron dari satu
senyawa ke senyawa lain. EDTA digunakan sebagai larutan baku primer
karena memiliki koefisie stabilitas yang tinggi, kemurnian yang tinggi
mudah larut dan tidak higroskopis.
Larutan ZnSO4 dipipet kedalam labu titrasi sebanyak 25 ml
kemudian ditambahkan larutan buffer dengan pH=10 sebanyak 2 ml.
fungsi dari pertambahkan buffer agar tidak terjadi perubahan PH pada
larutan. Kemudian ditambahkan indikator EBT. EBT merupakan salah
satu indikator logam. Penggunaan EBT dilakukan karena EBT selain
untuk menentukan titik akhir titrasi juga karena EBT dapat membentuk
kompleks yang berwarna pada semua logam. Kemudian EDTA
dibakukan dengan ZnSO4. Pembakuan ini didapatkan konsentrasi EDTA
adalah 0,007 M dengan volume yang digunakan sebanyak 32 ml pada
erlenmeyer pertama dan 25 pada erlenmeyer kedua.
Pada pembuatan larutan magnesium sulfat untuk larutan 100 ml
dan 50 ml kemudian diencerkan untuk mendapatkan konsentrasi yang
diinginkan dan tidak terlalu pekat. Ditambahkan larutan buffer dengan
pH=10 untuk mencegah perubahan PH. Ditambahkan indiukator logam
yaitu EBT sebagai penanda titik akhir titrasi dan digunakannya indikator
logam EBT karena indikator ini daoat membentuk reaksi kompleks yang
berwarna pada semua logam kemudian dititrasi dengan EBT dan larutan
mengasilkan warna biru volume EDTA yang digunakan pada erlenmeyer
pertama sebanyak 26 ml dan erlenmeyer kedua 25 ml. Percobaan ini
dapat dikatakan kurang baik karena EDTA yang digunakan seharus nya
kurang lebih 25 ml. Hal ini disebabkan karena saat akan melakukan
penitrisasian EDTA kemana-mana kurang teliti dan penambahan buffer
yang tidak sesuai dengan volume yang dibutuhkan.

VII. Kesimpulan
Pada percobaan kali ini dapat disimpulkan :
1. Kompleksomerti adalah jenis titrasi dimana titran dan titrasi saling
kompleks, jadi membentuk hasil senyawa komples.
2. Penentuan kompleks dari titrasi kompleksometri dipengaruhi oleh PH
larutan
3. Mendapatkan % kebenaran yaitu 74,07 %
4. Mendapatkan % kesalahan yaitu 25,93

VIII. Daftar pusata


Triwahyuni Endang M. Dkk. 2010. penggunaan metode kompleksometri
pada penetapan kadar seng sulfat dalam campuran seng sulfat
dengan vitamin C. Fiskes Unimus. Didalam http://jurnal.unimus.ac.id
diakses pada 01 april 2015 pukul 20:37 WIB

Hamdani Syarif, dkk. 2012. Panduan Praktikum Kimia Analisis.


Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia: Bandung. didalam
http://diktat-praktikum-kimia-analisis diakses pada 2 april 2015 pukul
19:49 WIB
Tutik Regina Padmaningrum. 2008. Titrasi iodometri. Jurusan
Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Didalam http://c8titrasiiodometrireginatutikuny[1] diakses pada
tanggal 2 april 2015 pukul 20:17 WIB
Harjadi W. 1993 . ilmu kimia analitik dasar . PT Gramedia : jakarta
Basset. J. Dkk. 1994. Buku ajar vogel. Kimia analisis kuantitatif.
Penerbir buku kedokteran EGC: jakarta

Anda mungkin juga menyukai