Anda di halaman 1dari 6

Filsafat Yunani Sesudah Masa Socretes.

Membicarakan filsafat Yunani sesudah masa Socrates sama artinya


membicarakan mengenai pemikiran filosof-filosof sesudahnya. Disini pemakalah
membatasi untuk membahas mengenai pemikiran Plato dan Aristoteles saja.
1. Plato
Plato adalah seorang filosof Barat yang paling populer dan dihormati di antara
filosof lainnya. Karya-karyanya menjadi rujukan awal bagi perkembangan filsafat
dunia. Plato dilahirkan di Athena sekitar tahun 427 SM, pada masa akhir zaman
keemasan Athena setelah setahun kekuasaan Pericles berakhir, atau tiga tahun
sejak perang Athena dengan Sparta. Keluarganya paling terpandang di Athena.
Ayahnya, Ariston adalah keturunan raja terakhir Athena. Ibunya, Perictione
adalah keturunan Solon, seorang aristokrat reformis yang menulis undang-undang
tentang demokrasi Athena. Kehidupan Plato dalam lingkungan aristokrat
membuatnya cukup dikenal di kalangan pejabat tinggi Athena, walau ia seorang
yang pendiam dan dingin.
Pemikiran filsafatnya sangat dipengaruhi oleh gurunya, Socrates, yang telah
mengajarinya selama 8 tahun. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh
Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah
Republik (dalam bahasa Yunani atau Politeia, "negeri") yang di
dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga
menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Salah
satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua.
Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang
menulis).
Ciri-ciri Karya-karya Plato yang pertama adalah Bersifat Sokratik yang
dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan
kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya. ciri yang
kedua adalah Berbentuk dialog Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada
dialog. Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan
pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh karena itu,
menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah
tulisan yang berbentuk dialog. sedangkan ciri yang ketiga adalah Adanya mite-
mite Plato menggunakan mite-mite untuk menjelaskan ajarannya yang abstrak
dan adiduniawi Verhaak menggolongkan tulisan Plato ke dalam karya sastra
bukan ke dalam karya ilmiah yang sistematis karena dua ciri yang terakhir, yakni
dalam tulisannya terkandung mite-mite dan berbentuk dialog.
Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai idea.
Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang
definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang
modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan
yang ada di dalam pemikiran saja.Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh
pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan
pikiran manusia yang tergantung pada idea. Idea adalah citra pokok dan perdana
dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri
sendiri di luar pemikiran kita. Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari idea
dua, idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan idea genap.Namun, pada
akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan idea-idea
tersebut. Puncak inilah yang disebut idea yang indah. Idea ini melampaui segala
idea yang ada.
Dunia indrawi adalah dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang
konkret, yang dapat dirasakan oleh panca indera kita Dunia indrawi ini tiada lain
hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan
dalam dunia indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini
fana, dapat rusak, dan dapat mati.
Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini
tidak ada perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada
satu idea yang bagus, yang indah. Di dunia idea semuanya sangat sempurna.
Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja,
tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja
konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang
ide Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik).
Plato memandang negatif karya seni. Ia menilai karya seni sebagai mimesis
mimesos. Menurut Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada. Realita
yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah yang terdapat
dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah daripada yang nyata
ini.
Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya
tentang dunia indrawi, yang terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat bahwa
keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide. Ia berpendapat bahwa
kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun
dalam karya seni. Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam alam semesta
ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih
rendah.
B. Aristoteles
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani
(dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah
tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles
menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di
Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato
meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander
berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan
dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama
Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring
jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna
menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal
tak lama setelah pengungsian tersebut. Aristoteles sangat menekankan empirisme
untuk menekankan pengetahuan.
Dalam bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan
dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini
menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap
hukum alam dan keseimbangan pada alam
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal
benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena
ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua
benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak
teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada
penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba
pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos,
yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning),
yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran
tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia
menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive
thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles
adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru
yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan
(premis):
Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
Sokrates adalah manusa (premis minor)
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah
gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Karena luasnya lingkup karya-
karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala
ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat
beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika
(misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam),
logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam
buku Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan
pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan
dan penglihatan. Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan
ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah
sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan
estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke
luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang
dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan
tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. Aristoteles juga
mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang
meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada
masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa
lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
Pada masanya, pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran
Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran
Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di
abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 1204), dan dengan
teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 1198). Bagi manusia abad pertengahan,
Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan
metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu
pengetahuan, atau "the master of those who know"1[8].

Kesimpulan :

Ada beberapa filosof pada masa pasca-socrates, yaitu :


1) Plato (427-347 SM) : Sumbangsih Plato yang terpenting
adalah pandangannya mengenai idea. Pandangan Plato terhadap
idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi.
Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh
orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah
gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran
saja.Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia.
Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan
pikiran manusia yang tergantung pada idea. Idea adalah citra
pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak
berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran
kita. Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
2) Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk
menekankan pengetahuan.

1
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang
mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi
secara sistematis.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif
(deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih
dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika
formal.
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan
penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan
dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua
kebenaran yang telah ada.

Anda mungkin juga menyukai