Oleh :
RINA AMBARWATI
P07131213061
DIV GIZI
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh
ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM
yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang
prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat
ditentukan oleh status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan
oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang dan
buruk dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit
infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan
pangan, faktor sosialekonomi, budaya dan politik (Unicef, 1990). Apabila
gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat
dalam pembangunan nasional.
Saat ini diperkirakan sekitar 50 persen penduduk Indonesia atau
lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah kekurangan gizi,
yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi kurang sering luput dari
penglihatan atau pengamatan biasa dan seringkali tidak cepat
ditanggulangi, padahal dapat memunculkan masalah besar. Selain gizi
kurang, secara bersamaan Indonesia juga mulai menghadapi masalah gizi
lebih dengan kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke
waktu.
Dapat dilihat bahwa masalah pangan, gizi dan kesehatan bukanlah
masalah yang berdimensi tunggal, namun merupakan permasalahan yang
sangat kompleks terkait dengan berbagai aspek, seperti aspek ekonomi,
pertanian, lingkungan, sosial, budaya, dan juga politik. Isu spesifik dan
bahkan mungkin juga kontroversial tentang pangan, gizi dan kesehatan
penting untuk digali terus menerus.
Unsur-unsur kebudayaan adalah meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan serta
kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat-masyarakat, yang merupakan
hasil budi atau akal manusia. Dalam mengatasi masalah-masalah lebih
berorientasi pada adaptasi dan pelaksanaan strategi terhadap keadaan
social (Koentjaraningrat, 2002)
Kebiasaan makan - sebagaimana halnya dengan kebiasaan-
kebiasaan lain - hanya dapat dimengerti dalam konteks budaya secara
menyeluruh. Oleh karena itu, program-program pendidikan gizi efektif
yang memungkinkan untuk menuju pada perbaikan kebiasaan makan
harus didasarkan atas pengertian tentang makanan sebagai suatu pranata
sosial yang memenuhi banyak fungsi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan
seseorang yaitu lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial, dimana lingkungan sosial ini dapat mempengaruhi perilaku
seseorang. Manusia sebagai makhluk sosial yang saling ketergantungan
satu sama lain dengan lingkungannya sangat membutuhkan pertolongan
dari orang lain, dalam memecahkan berbagai masalah individu maupun
masalah-masalah sosial yang terjadi dalam lingkungan sekitar manusia.
Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, budaya dan
adat istiadat yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku
seseorang termasuk dalam perilaku kesehatan, sehingga petugas kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
mempunyai latar belakang suku, adat istiadat dan budaya yang berbeda,
harus mampu memahami budaya masyarakat yang dilayaninya.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui peran budaya dimasyarakat dalam upaya
perbaikan gizi
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui aspek budaya yang mempengaruhi perilaku
kesehatan dan status kesehatan
2. Untuk mengetahui masalah kesehatan yang berkaitan dengan sosial
budaya
3. Untuk mengetahui tradisi dan budaya di masyarakat yang
mempengaruhi perilaku kesehatan dan gizi
C. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut
1. Dapat memberikan tambahan wawasan dan informasi dalam ilmu gizi
masyarakat
2. Dapat memberikan informasi kepada pemerintah dan instansi terkait
dalam menentukan kebijakan dan perencanaan program
penanggulangan masalah gizi dengan memperhatikan aspek budaya di
masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aspek Budaya
Koentjaraningrat, (2002) mengemukakan bahwa ada beberapa aspek sosial
budaya yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah :
a. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit
berdasarkan golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita
penyakit infeksi, sedangkan golongan usila lebih banyak menderita
penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker,
dan lain-lain.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda
pula. Misalnya dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker
payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat.
c. Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya
dikalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja
yang banyak dilakukan disawah dengan lingkungan yang banyak
cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja diindustri , misal dipabrik
tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena
banyak terpapar dengan debu.
d. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit.
Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan
masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya malnutrisi
lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status
ekonominya rendah.
Menurut H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada
perilaku kesehatan :
a. Self concept
Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau
ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama
bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain.
Apabila orang lain melihat kita positip dan menerima apa yang kita
lakukan, kita akan meneruskan perilaku kita, begitu pula sebaliknya.
b. Image kelompok
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok.
Sebagai contoh, anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi
kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan
anak buruh atau petani tidak terpapar dengan lingkungan medis, dan
besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter.
Menurut G.M. Foster (1973) , aspek budaya dapat mempengaruhi
kesehatan adalah:
a. Pengaruh tradisi
Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh
negatif terhadap kesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea,
pernah terjadi wabah penyakit kuru.penyakit ini menyerang susunan
saraf otak dan penyebabnya adalah virus.penderita hamya terbatas
pada anak-anak dan wanita.setelah dilakukan penelitaian ternyata
penyakit ini menyebar karena adanya tadisi kanibalisme
b. Sikap fatalistis
Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku
kesehatan. Contoh : Beberapa anggota masyarakat dikalangan
kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak
adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga
masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan
pengobatan bagi anaknya yang sakit pengobatan bagi anaknya yang
sakit,atau menyelamatkan seseorang dari kematian.
c. Sikap ethnosentris
Sikap ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa
kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan
kebudayaan pihak lain. Oleh karena itu, sebagai petugas kesehatan
kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas adalah
orang yang paling pandai, paling mengetahui tentang masalah
kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan
masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan
masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal
ini memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan,tetapi
masyarakat dimana mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di
masyarakatnya sendiri.
d. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan. Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras
putih daipada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa
vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih.
Meskipun masyarakat mengetahiu bahwa beras merah lebih banyak
mengandung vitamin B1 jika dibandingkan dengan beras
putih,masyarakat ini memberikan nilai bahwa beras putih lebih enak
dan lebih bersih. Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan
yang merokok meskipun mereka mengetahui bagaimana bahaya
merokok terhadap kesehatan.
B. Masalah Kesehatan
Indonesia saat ini masih memiliki empat masalah gizi utama. Menurut
Direktorat Bina Gizi Masyarakat Kementerian (Kemenkes) RI, Andry
Harmany, masalah gizi di Indonesia yaitu kurang energi protein (KEP),
anemia gizi besi (AGB), gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI), dan
Kurang vitamin A. Untuk menurunkan masalah gizi di Indonesia
diperlukan progam gizi dari pemerintah melalui Pemberdayaan
Masyarakat dengan memperhatikan aspek budaya.
C. Tradisi Tingkeban
Tingkeban atau Mitoni sebagai salah satu dari keberagaman budaya
Bangsa Indonesia, sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat
Yogyakarta, dan sekitarnya. Menurut ilmu sosial dan budaya, tingkeban
dan ritual-ritual lain yang sejenis adalah suatu bentuk inisiasi, yaitu sarana
yang digunakan guna melewati suatu kecemasan. Dalam hal ini,
kecemasan calon orang tua terhadap terkabulnya harapan mereka baik
selama masa mengandung, ketika melahirkan, bahkan harapan akan anak
yang terlahir nanti. Maka dari itu, dimulai dari nenek moyang terdahulu
yang belum mengenal agama, menciptakan suatu ritual yang syarat akan
makna tersebut, dan hingga saat ini masih diyakini oleh sebagian
masyarakat Yogyakarta.
Dahulu masyarakat Yogyakarta mengenal tiga tradisi yang harus
dilaksanakan selama masa mengandung. Ketiga teradisi tersebut adalah
tradisi Neloni, Tingkeban atau Rujakan dan Procotan. Akan tetapi seiring
perkembangan zaman, ketiga tradisi tersebut diringkas secara
pelaksanaannya menjadi satu, yaitu ketika waktu Tingkeban atau tujuh
bulan. Walaupun diringkas secara waktu tetapi ubo rampe atau piranti
yang harus disiapkan dari tiap-tiap ritual tetap disediakan.
Jauh-jauh hari sebelum usia kandungan memasuki tujuh bulan,
calon orang tua bayi harus mementukan hari yang baik sesuai petungan
Jawa. Menurut petungan Jawa hari-hari yang baik itu yang
memiliki neptu genap dan jumlahnya 12 atau 16.
Selain penentuan hari yang ada aturannya, segala ubo rampe atau
piranti juga sangat rumit pula. Masing-masing ritual ada piranti sendiri-
sendiri yang beraneka ragam. Semua piranti tersebut disediakan bukan
tanpa maksud. Dari sumuanya memiliki werdi atau makna sendiri-sendiri.
A. Kesimpulan
1. Aspek budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang antara
lain adalah Tradisi, Sikap fatalism, Nilai, dan Ethnocentrisme
2. Masalah gizi di Indonesia yaitu kurang energi protein (KEP), anemia
gizi besi (AGB), gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI), dan
Kurang vitamin A
3. Tradisi Mitoni atau tingkeban adalah selametan calon ibu mengandung
menginjak usia kandungan tujuh bulan. Dalam tingkeban dibagikan
besek atau berkat yang terdapat nasi, lauk pauk, buah dan sayur kepada
tetangga sekitar yang mempunyai hajat.
4. Cara-cara pembagian makanan melalui berbagai tradisi sosial baik
kenduri atau selamatan, sistem weh-wehan akan sangat menguntung-
kan karena mereka sebagai warga desa terutama mereka yang kurang
mampu akan memperoleh makanan beserta lauk pauknya yang dapat
menambah asupan gizi dan kesehatan meningkat
B. Saran
1. Tetap di lakukan dan berlangsung dalam kehidupan sosial masyarakat,
karena kenduri merupakan tradisi yang didasari rasa solidaritas dan
toleransi yang tinggi sesama warga desa. Sehingga pemberian
makanan berkat turut serta menunjang gizi keluarga untuk
meningkatkan status kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://pinky_saptandari-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-67565-antropologi
%20kesehatan-Gizi%20&%20Budaya.html diakses pada 05 Mei 2016
https://rhyerhiathy.wordpress.com/2012/12/14/bina-gizi-melalui-program-nice-
dalam-pembangunan-sektor-kesehatan/ diakses pada 05 Mei 2016
http://ellyaniabadi.blogspot.co.id/2014/10/peran-sosial-budaya-terhadap-
upaya.html diakses pada 07 Mei 2016