Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Adalah penyakit yang berasal dari jaringan trofoblast yang bersifat jinak
dimana pertumbuhan/proliferasi sel-sel trofoblast yang berlebihan dengan stroma
mengalami degenerasi hidropik (terutama sinsitiotrofoblast), villi choriales
(jonjot-jonjot chorion) tumbuh berganda berbentuk gelembung kecil berisi cairan
jernih (asam amino, mineral) menyerupai buah anggur sehingga penderita sering
dikatakan hamil anggur.

1.2 Epidemiologi
Penyakit trofoblast ini, baik dalam bentuk jinak atau ganas, banyak
ditemukan di negara Asia dan Mexico, sedangkan di negara Barat lebih jarang. Di
negara negara barat kejadian molla dilaporkan 1 dari 2000 kehamilan,
sedangkan di negara negara berkembang 1 dari 120 kehamilan. Angka kejadian
mola hidatidosa di Indonesia berkisar antara 1 : 50 sampai 1 : 141 kehamilan.
Data dari RSCM (Jakarta), kejadian mola hidatidosa dilaporkan 1 : 49 kehamilan.

1.3 Etiologi
Walaupun penyakit ini sudah dikenal sejak abad keenam, tetapi sampai
sekarang belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Berbagai teori telah
dianjurkan, misalnya teori infeksi, defisiensi makanan, dan teori kebangsaan. Ada
pula teori consanguinity. Teori yang paling cocok dengan keadaan adalah teori
dari Acosta Sison, yaitu defisiensi protein, karena kenyataan membuktikan bahwa
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dari golongan sosio ekonomi
rendah. Akhir-akhir ini dianggap bahwa kelainan tersebut terjadi karena
pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah
sel sperma yang mengandung 23 X (haploid) kromosom, kemudian membelah
menjadi 46 XX, sehingga molla hidatidosa bersifat homozigote, wanita dan
androgenesis. Kadang-kadang terjadi pembuahan oleh 2 sperma, sehingga terjadi
46 XX atau 46 XY.

1
Secara ringkas faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya molla hidatidosa
antara lain adalah :
1. Multiparitas
2. Faktor ovum (ovum mati) : ovum memang sudah patologik, tetapi
terlambat dikeluarkan
3. Imunoselektif dari trofoblast
4. Infeksi virus
5. Kelainan kromosom yang belum jelas
6. Kekurangan protein
7. Keadaan sosial ekonomi yang rendah

1.4 Klasifikasi
Pengklasifikasian molla hidatidosa didasarkan ada tidaknya jaringan janin
dalam uterus. Pengklasifikasian tersebut adalah :
1. Mola hidatidosa komplit (klasik)
Merupakan suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin, hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik.
Secara makroskopik ditandai dengan gelembung-gelembung putih, tembus
pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran yang bervariasi dari beberapa
milimeter sampai 1-2 cm.
Massa tersebut dapat tumbuh besar sehingga memenuhi uterus. Gambaran
histologik mempelihatkan :
a. Degenerasi hidropik dan pembengkakan stroma villus
b. Tidak ada pembuluh darah dalam villi yang membengkak
c. Proliferasi epitel trofoblast hingga mencapai derajat yang beragam
d. Tidak ditemukan janin dan aminion.
Pada penelitian sitogenik ditemukan komposisi kromosom yang paling sering
(tidak selalu) 46, XX dengan kromosom sepenuhnya dari ayah. Kadang juga
ditemukan 46, XY. Resiko neoplasia trofoblastik pada jenis molla ini 20 %.

2
Gambar 1.1 Makroskopis Mola Hidatidosa Komplit

2. Mola hidatidosa inkomplit (parsial)


Merupakan keadaan dimana perubahan mola hidatidosa bersifat lokal serta
belum begitu jauh dan masih terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion,
umumnya janin mati pada bulan pertama. Secara makroskopis tanpa
gelembung mola yang disertai janin atau bagian dari janin. Pada gambaran
histologi tampak bagian villi yang avaskuler, terjadi pembengkakan hidatidosa
yang berjalan lambat, sementara villi yang vaskuler dari sirkulasi darah fetus.
Plasenta yang masih berfungsi tidak mengalami perubahan. Kariotipe secara
khas berupa triploid yang biasanya 69, XXY atau 69, XYY. Resiko untuk
terjadinya koriokarsinoma pada jenis molla ini sangat kecil, 4-8 %.

1.5 Patogenesis
Ada beberapa teori yang diajukan menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblast :
a. Teori missed abortion :
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion). Karena
itu terjadi gangguan peredaran darah, sehingga terjadi penimbunan cairan
dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-
gelembung. Menurut Reynolds, kematian mudigah disebabkan kekurangan
gizi berupa asam folat dan histidin pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal
ini kemudian menyebabkan gangguan dalam angiogenesis.
b. Teori neoplasma dari Park :
Yang abnormal adalah sel-sel trofoblast yang mempunyai fungsi
abnormal pula, dimana terjadi resorbsi cairan yang berlebihan kedalam villi

3
sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran
darah dan kematian mudigah.

1.6 Gejala Klinis


1. Pada pasien amenorhea terdapat perdarahan kadang-kadang sedikit,
kadang banyak, karena perdarahan tersebut biasanya pasien anemis
2. Uterus lebih besar daripada usia kehamilan
3. Hyperemesis lebih sering terjadi, dan biasanya lebih hebat
4. Mungkin timbul preeklampsia atau eklampsia
Biasanya jika terjadi sebelum minggu ke 24 menunjukan ke arah molla
hidatidosa
5. Tidak ada tanda-tanda adanya janin, sehingga tidak ada balotement, tidak
ada bunyi jantung janin dan tidak tampak kerangka janin pada rontgen foto
Pada molla parsialis (keadaan yang jarang terjadi) dapat ditemukan janin
6. Kadar hormon choriogonadotropin (HCG) tinggi pada urin dan darah
7. Akhir-akhir ini ditemukan adanya gejala tirotoksikosis

1.7 Diagnosis
Anamnesis
a. Amenorhea
b. Gejala-gejala hamil muda kadang-kadang lebih dari kehamilan biasa.
c. Dapat ditemukan tanda toxemia gravidarum
d. Perdarahan : sedikit/banyak, tidak teratur warna tengguli tua atau
kecoklatan seperti bumbu rujak
e. Keluar jaringan molla seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu
ada);merupakan diagnosis pasti

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
a. Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan,
disebut muka molla (molla face)
b. Kalau gelembung molla keluar dapat dilihat jelas

4
Palpasi :
a. Uterus membesar tidak sesuai dengan umur kehamilan, teraba lembek
b. Tidak teraba bagian-bagian janin, balotement negatif, tidak dirasakan
gerakan janin
c. Adanya fenomena harmonika : darah dan gelembung molla keluar, fundus
uteri turun, kemudian naik lagi karena terkumpulnya darah baru

Auskultasi :
Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin

Pemeriksaan Dalam :
Konfirmasi besarnya rahim, lembek, tidak ada bagian-bagian janin, perdarahan
dan jaringan dalam canalis cervikalis dan vagina, dan evaluasi keadaan cervik.

Pemeriksaan Penunjang :
a. Reaksi kehamilan
Kadar HCG serum yang sangat tinggi pada hari ke 100 atau lebih sesudah
periode menstruasi terakhir sangat sugestif untuk mendiagnosis molla
hidatidosa. Karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologik dan uji
imunologik (Galli Mainini dan planotetst) akan positif.
b. Uji Sonde
Uji sonde menurut Hanifa, sonde masuk tanpa tahanan dan dapat diputar 360
derajat dengan deviasi sonde kurang dari 10 derajat.
Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati kedalam kanalis
cervikalis dan cavum uteri, bila tidak ada tahanan sonde diputar setelah ditarik
sedikit, juga tidak ada tahanan.
c. Rontgen foto abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin
d. Arteriogram khusus pelvis
e. Ultrasonografi : pada mola hidatidosa akan kelihatan gambaran badai salju
(snow flake pattern), dan tidak ada kelihatan janin
f. T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis

5
Gambar 1.2 Ultrasonografi Mola Hidatidosa

Diagnosis pasti jika kita melihat lahirnya gelembung-gelembung mola,


tetapi yang baik adalah mendiagnosis sebelum gelembung mola keluar.

1.8 Diagnosis Banding


1. Abortus
2. Kehamilan ganda
3. Hidramnion
4. Kehamilan dengan mioma
5. Kehamilan normal.

1.9 Komplikasi
1. Perdarahan yang hebat sampai syok; kalau tidak segera ditolong akan
berakibat fatal
2. Perdarahan berulang-ulang dapat menyebabkan anemia
3. Infeki sekunder
4. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan
5. Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20 kasus, akan menjadi mola
destruens atau khoriokarsinoma

1.10 Penatalaksanaan
1. Perbaikan keadaan umum
Yang termasuk usaha ini misalnya pemberian infus darah untuk
memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit

6
seperti preeklampsia dan tirotoksikosis. Preeklampsia diobati seperti pada
kehamilan biasa, sedangkan tirotoksikosis diobati sesuai dengan protokol bagian
penyakit dalam.

2. Pengeluaran jaringan mola


Ada dua cara yaitu :
a. Vakum kuretase
Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase tanpa
pembiusan. Untuk memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum
kuretase dilanjutkan dengan sendok kuret biasa yang tumpul. Tindakan kuret
cukup dilakukan satu kali saja, asal bersih. Kuret kedua hanya dilakukan bila
ada indikasi, setelah 7-10 hari dilakukan kerokan ulangan dengan kuret
tajam agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong dan untuk
memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblast yang dapat ditemukan.
Sebelum tindakan kuret sebaiknya disediakan darah untuk menjaga
kemungkinan perdarahan yang banyak.
b. Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada wanita yang telah cukup umur dan
cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena
umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup
tiga. Tidak jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan
pemeriksaan histopatologik sudah nampak adanya tanda-tanda keganasan
berupa mola invasif. Ada beberapa ahli yang menganjurkan agar pengeluaran
jaringan dilakukan melalui histerotomi. Tetapi cara ini tidak begitu populer
dan sudah ditinggalkan.

3. Terapi profilaksis dengan sitostatika


Terapi profilaksis diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan
terjadinya keganasan misalnya umur tua dan paritas tinggi yang menolak
dilakukan histerktomi atau kasus molla dengan hasil histopatologi yang
mencurigakan. Biasanya diberikan methotrexate atau actinomycin D. Pemberian

7
sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan dengan metastasis, serta
mengurangi koriokarsinoma di uterus.

4. Pemeriksaan tindak lanjut


Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan kaganasan mola
hidatidosa. Lama pengawasan berkisar antara satu atau dua tahun. Untuk tidak
mengacaukan pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk tidak hamil
dulu.
Pada kasus-kasus yang tidak menjadi ganas, kadar HCG lekas turun
menjadi negatif dan tetap negatif. Pada awal masa pasca mola dapat dilakukan tes
hamil biasa, akan tetapi setelah tes hamil biasa menjadi negatif, perlu dilakukan
pemeriksaan radio-imunoassay HCG dalam serum, pemeriksaan yang peka ini
dapat menemukan hormon dalam kuantitas yang rendah.
Pemeriksaan kadar HCG diselenggarakan tiap minggu sampai kadar
menjadi negatif selama 3 minggu, dan selanjutnya tiap bulan selama 6 bulan.
Sampai kadar HCG menjadi negatif, pemeriksaan rontgen paru-paru dilakukan
tiap bulan. Selama pemeriksaan kadar HCG, pasien diberitahukan supaya tidak
hamil.

1.11 Prognosis
Sebagian besar dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah
jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok wanita yang kemudian menderita
degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Presentase keganasan yang
dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda-beda, berkisar antara 5,56%.
Kemampuan reproduksi pasca mola hidatidosa, tidak banyak berbeda dari
kehamilan lainnya. Anak-anak yang dilahirkan setelah mola hidatidosa ternyata
umumnya normal.

8
BAB 2
ILUSTRASI KASUS

Nama : Ny. R
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Anamnesis :
Seorang pasien wanita, umur 20 tahun, masuk bangsal kebidanan RS. Dr.
M. Djamil Padang pada tanggal 2 Desember 2009 kiriman poloklinik kebidanan
dengan

Keluhan Utama :
Keluar bercak darah dari kemaluan sejak 5 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluar bercak darah dari kemaluan sejak 5 hari yang lalu, berwarna merah
terang, membasahi satu helai celana dalam.
Keluar jaringan seperti gumpalan daging tidak ada
Keluar gelembung seperti mata ikan tidak ada
Nyeri pinggang menjalar ke ari ari tidak ada
Gerak anak tidak pernah dirasakan oleh ibu
Tidak haid sejak 7 bulan yang lalu
HPHT : 16 Mei 2009 TP : 23 Februari 2010
Riwayat demam tidak ada
Riwayat trauma tidak ada
Riwayat keputihan tidak ada
Ini merupakan kehamilan yang pertama
Riwayat hamil muda : mual ada, muntah ada, perdarahan pervaginam tidak
ada
BAB dan BAK biasa
Riwayat menstruasi : menstruasi pertama umur 13 tahun, teratur, lamanya
3 7 hari, 2 3 kali ganti duk/hari, nyeri haid tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu :

9
Tidak ada riwayat penyakit jantung, paru, hati, ginjal, hipertensi, diabetes
melitus, asma bronchial.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular dan
kejiwaan.

Riwayat Perkawinan :
1 kali, yaitu tahun 2008

Riwayat kehamilan/abortus/persalinan : 1/0/0


1. Sekarang

Riwayat Pemakaian Kontrasepsi :


Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Kompos mentis kooperatif
Tek darah : 110/70 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 37 0C
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 52 kg
Status Gizi : Baik

Mata : Konjuctiva tidak anemis , sklera tak ikterik


Leher : JVP 5-2 cmH2O, Kel Tiroid tidak membesar
Toraks : Cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : Status obstetrikus
Genitalia : Status obstetrikus
Ekstremitas : edema -/-, RF +/+, RP -/-

10
STATUS GINEKOLOGIS
Muka : Kloasma gravidarum tidak ada
Mammae : Membesar, a/p hiperpigmentasi
Abdomen :
Inspeksi : Tampak membuncit sesuai kehamilan preterm, linea mediana
hiperpigmentasi sikatrik (-)
Palpasi : Fundus uteri 3 jari di atas pusat, lunak, ballottement tidak ada,
nyeri tekan tidak ada.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising Usus (+) normal, BJA tidak terdengar.

Genitalia :
Inspeksi : Vulva dan uretra tenang

Inspekulo:
Vagina : fluksus (+), laserasi (-), tumor (-), tampak darah menumpuk di
forniks posterior
Portio : Nulipara, ukuran sebesar jempol kaki dewasa, tumor (-), laserasi
(-), fluxus (+), tampak cairan merah terang merembes ke kanalis
servikalis, OUE tertutup, tidak tampak jaringan mola

LABORATORIUM
Hb : 10,1 gr%
Leukosit : 13.100/mm3
Hematokrit : 43 %
Trombosit : 218.000/mm3

Pemeriksaan USG :
Uterus : bentuk dan ukuran tampak normal

11
Tampak massa dengan gambaran multiple kista intracaviter
Kesan : Mola hidatidosa

DIAGNOSIS
MOLA HIDATIDOSA

SIKAP
Cek laboratorium lengkap
Rongent thoraks
Cek HCG, FT4, TSH
Siapkan darah

RENCANA
Evakuasi mola dengan kuretase

12
BAB 3
DISKUSI

Seorang pasien wanita, umur 20 tahun masuk bangsal kebidanan RS Dr.


M. Djamil Padang tanggal 2 Desember 2009 kiriman dari Poliklinik Kebidanan
dengan keluhan utama keluar bercak darah dari kemaluan sejak 5 hari yang lalu.
Diagnosis mola hidatidosa ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan bahwa keluhan utama pasien adalah keluar
bercak darah dari kemaluan sejak 5 hari yang lalu, berwarna merah terang,
membasahi satu helai celana dalam. Hal ini sesuai dengan keluhan utama yang
sering terjadi pada pasien mola hidatidosa yaitu adanya perdarahan pervaginam
yang biasanya bersifat sedikit sedikit dan perdarahan berlangsung lama, yang
dapat mengakibatkan pasien anemia, syok hingga kematian.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tinggi fundus uteri 3 jari di atas pusat,
dimana kehamilan pasien adalah 24 minggu. Hal ini sesuai dengan pemeriksaan
fundus uteri pada mola hidatidosa yaitu pembesaran uterus tidak sesuai dengan
umur kehamilan. Pada pemeriksaan USG ditemukan, pada uterus tampak massa
dengan gambaran multiple kista intracaviter. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan gambaran USG pada mola hidatidosa adalah gambaran vesikel atau
gelembung gelembung multiple kistik seperti gambaran sarang lebah atau badai
salju (snow flake patern).
Pada pasien ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rongent thoraks,
cek HCG, FT4, dan TSH. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjdi
metastase ke organ organ lain.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dilakukan pemantauan terhadap
keadaan umum ibu, vital sign serta perdarahan pervaginam. Kuretase vakum
dilakukan untuk mengevakuasi mola san mengurangi keluhan perdarahan pada
pasien. Jaringan hasil kuretase dapat dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi
untuk melihat adanya tanda tanda keganasan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Martaadisoebatra. Penyakit serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin dalam


Wiknyosastro Saifuddin AB, Rachimhadhi T, eds. Ilmu Kebidanan, ed. III.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo. 1999. 339 354

2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, 2005. Ilmu Kandungan. Dalam:


Gangguan Bersangkutan Dalam Kehamilan, Mola Hidatidosa. Tridarsa
Printer: Jakarta. Hal 262 264

3. Molahidatidosa, diakses pada tanggal 1 Desember 2009 dari


http://botefilia.com/index.php/archives/2009/01/11/mola-hidatidosa

4. Mola Hidatidosa, diakses pada tanggal 1 Desember 2009 dari


http://klikdokter.com/illness/detail/132

5. Penyakit atau Kelainan Mola Hidatidosa pada Ibu Hamil, diakses pada
tanggal 1 Desember 2009 dari http://info.g-excess.com

14

Anda mungkin juga menyukai