Anda di halaman 1dari 51

Gangguan Skizoafektif

TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah
• George H. Kirby (1913) dan August Hoch (1921)  Pasien ciri
campuran skizofrenia & gangguan afektif  Perburukan perjalanan
demensia prekoks (-)  Klasifikasi ke kelompok psikosis manik-
depresif Emil Kraepelin
• Jacob Kasanin (1933)  Pasien ciri campuran skizofrenia & gangguan
afektif  Onset mendadak, sering pada remaja, fungsi pramorbid
baik, stresor spesifik mendahului onset, riwayat keluarga sering
gangguan afektif  Klasifikasi gangguan skizoafektif, skizofrenia
atipikal, skizofrenia dengan prognosis baik, skizofrenia dalam remisi,
atau psikosis sikloid (1933 – 1970)
Sejarah
• Litium Karbonat: Terapi gangguan bipolar dan beberapa gangguan
skizoafektif
• Gangguan skizoafektif: Skizofrenia  Gangguan afektif (1970)
Epidemiologi
• Prevalensi seumur hidup 0,5 – 0,8%
• Penelitian gangguan skizoafektif menggunakan kriteria diagnostik yang
bervariasi
• Prevalensi pria < wanita, khususnya wanita menikah.
• Usia onset pria < wanita
• Pria skizoafektif  Antisosial & afek datar
Etiologi
• Idiopatik
• Hipotesis
• Skizofrenia atau gangguan afektif
• Skizofrenia dan gangguan afektif
• Bukan skizofrenia atau gangguan afektif
• Gangguan heterogen yang meliputi ketiga hipotesis
• Penelitian riwayat keluarga, riwayat biologis, respons pengobatan
jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang  Gangguan
heterogen
Etiologi
• Kerancuan penelitian riwayat keluarga  Perbedaan tidak absolut 
Hasil tidak konsisten  Skizofrenia dan gangguan afektif mungkin
bersifat genetik
• Keluarga dengan gangguan skizoafektif tipe bipolar ≠ ↑ skizofrenia
• Keluarga dengan gangguan skizoafektif tipe depresif mungkin berisiko
skizofrenia daripada gangguan afektif
• Hanya sejumlah kecil keluarga dengan gangguan skizoafektif menimbulkan
gangguan skizoafektif  Gangguan skizoafektif mungkin tidak terpisah dari
skizofrenia dan gangguan afektif
Gambaran Klinis
• Semua gejala skizofrenia, episode manik, dan gangguan depresif
• Bersamaan atau bergantian
• Eksaserbasi dengan remisi atau kronik progresif
Diagnosis
• Kriteria diagnostik episode depresif berat atau manik yang bersamaan
dengan fase aktif skizofrenia
• Waham atau halusinasi selama minimal dua minggu tanpa gejala
gangguan afektif yang menonjol
• Gejala gangguan afektif harus ditemukan pada sebagian besar
periode psikotik aktif dan residual
• Klasifikasikan
• Tipe bipolar: Episode manik, campuran, atau campuran dengan depresif
berat.
• Tipe depresif: Selain tipe bipolar
Diagnosis Banding
• Semua diagnosis banding skizofrenia dan gangguan afektif
• Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin,
penyalahgunaan Phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan
epilepsi lobus temporal
• Psikosis akut dapat menutupi gejala gangguan afektif
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
• Gangguan afektif tipe depresif  Gangguan afektif tipe bipolar 
Gangguan skizoafektif  Skizofrenia
• Penelitian jangka panjang 2 – 5 tahun setelah onset yang menilai fungsi sosial,
pekerjaan, dan perjalanan gangguan
• Perilaku bunuh diri: Wanita > pria
• Insidensi bunuh diri ~10%
Terapi
• Modalitas utama
• Rawat inap
• Medikasi
• Intervensi psikososial
• Prinsip
• Protokol antidepresan dan antimanik sesuai indikasi
• Antipsikotik jika perlu untuk pengendalian jangka pendek
• Skizoafektif tipe bipolar: Lithium, Carbamazepine, Valproate, atau
kombinasi jika tidak efektif
• Skizoafektif tipe depresif: Antidepresan dan terapi elektrokonvulsif
LAPORAN KASUS
Identitas

Pasien Informan
• Nama (inisial) : Tn. SI • Nama (inisial) : Tn. M
• Jenis kelamin : Laki-laki • Jenis kelamin : Laki-laki
• Tempat & tanggal lahir/Umur : 32 tahun
• Tempat & tanggal lahir/Umur : 63 tahun
• Status perkawinan : Belum menikah
• Pendidikan : SMP
• Kewarganegaraan : Indonesia
• Suku bangsa : Tanjuang (Minangkabau) • Pekerjaan : Pedagang
• Negeri Asal : Indonesia • Alamat : Tarusan, Pesisir Selatan
• Agama : Islam • Hubungan : Ayah kandung
• Pendidikan : S1 • Keakraban : Akrab
• Pekerjaan :-
• Alamat : Tarusan, Kabupaten Pesisir
Selatan
Riwayat Psikiatri
• Autoanamnesis 16 September 2017 & alloanamnesis 17 September
2017
• Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan keluarga
• Sebab utama : Gelisah, mondar-mandir, suka murung, dan
ngomong ngelantur
• Keluhan utama : Gelisah, tidak tenang, sedih, dan merasa takut
Riwayat Psikiatri
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien gelisah, suka murung, dan ngomong ngelantur
• Emosi mulai tidak stabil setelah etek pasien, yang merupakan ibu tirinya, meninggal pada
bulan Juli 2017
• Pasien mulai mendengar bisikan suara yang menakuti-nakuti pasien seperti pasien tenggen
sekitar bulan Agustus 2017
• Pasien sering melihat bayangan di depannya, terkadang berupa sosok wanita atau pria,
namun tidak dapat dijelaskan siapa sosok tersebut
• Pasien pernah membaui yang aneh-aneh, seperti bau anyir setiap saat
• Pasien sudah berusaha menghilangkan pikiran tersebut sambil beristigfar
• Hal ini menyebabkan pasien bingung, tidak tenang, emosi tidak stabil, dan terlihat ketakutan
• Pasien sering murung dan merasa sedih
• Pasien terlihat banyak termenung dan tidak menatap saat berinteraksi
• Pasien merasa malu dengan penyakitnya
• Pasien putus obat selama satu bulan karena merasa dirinya sudah sembuh
Riwayat Psikiatri
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat Gangguan Psikiatri
• Pasien lulusan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jurusan Syariah.
• Pasien menghabiskan enam tahun untuk berkuliah dan sudah meraih gelar sarjana
• Pasien mengaku stres dengan skripsi dan perkuliahannya dan mengalami gangguan jiwa
yang pertama satu tahun sebelum tamat pada tahun 2009
• Saat itu pasien di bawa ke rumah sakit karena gaduh gelisah, mudah marah, dan tidak
tenang
• Pasien pernah dirawat di RSJ Prof. HB Sa’aanin sebanyak 2x, namun lupa kapan dirawat,
hanya ingat pernah dirawat di bangsal Cendrawasih dan Flamboyan
• Menurut ayah kandung, rawatan pertama selama 40 hari, pernah mendapatkan terapi
elektrokonvulsif, dan dipulangkan setelah keadaan membaik
• Pasien kambuh dan kembali dirawat di RSJ Prof. HB Saanin selama 33 hari karena mudah
marah dan gelisah pada tahun 2015
• Riwayat Gangguan Medis :-
• Riwayat Penggunaan NAPZA : Merokok 2 bungkus/hari serta pernah
mencoba minum alkohol dan narkoba
sebanyak satu kali menurut pengakuan ayah
kandung
• Riwayat Keluarga
• Identitas Orang Tua
Identitas Bapak Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku Bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Hubungan Akrab Akrab
• Sifat Orang Tua Kandung
• Bapak : Disiplin, berwibawa, bertakwa
• Ibu : Penyayang
• Saudara : 9 orang
• Urutan, sikap, dan hubungan saudara
• 1. Pria, 39 tahun, baik, akrab
• 2. Wanita, 38 tahun, baik, akrab
• 3. Wanita, 31 tahun, baik, akrab
• 4. Pasien
• 5. Wanita, 28 tahun, baik, akrab
• 6. Pria, 26 tahun, baik, akrab
• 7. Wanita, 25 tahun, baik, akrab
• 8. Pria, 23 tahun, baik, akrab
• 9. Pria, 21 tahun, baik, akrab
• Orang lain yang tinggal di rumah : -
• Riwayat penyakit jiwa keluarga : -
• Pedigree
Keterangan

Pria

Wanita

Meninggal

Pasien

• Tinggal di rumah orang tua, tenang, cocok, nyaman


• Gambaran premorbid
• Riwayat kehamilan ibu dan persalinan : Lahir di bidan
• Riwayat bayi dan anak-anak : Pertumbuhan fisik baik, minum ASI 2 tahun,
mulai bicara dan berjalan 1 tahun
• Sifat anak-anak : Pemalu
• Masa sekolah
Perihal SD SMP SMA PT
Prestasi Sedang Sedang Sedang Sedang
Aktivitas Baik Baik Baik Baik
Sikap terhadap Teman Baik Baik Baik Baik
Sikap terhadap Guru Baik Baik Baik Baik
Tingkah Laku Baik Baik Baik Baik
• Riwayat pekerjaan : Mulai sekolah 6 tahun, kepuasan dalam sekolah (+), keadaan
ekonomi sedang
• Kehidupan seksual : Sudah mimpi basah, orientasi heteroseksual
• Ciri kepribadian : Skizoid (sering melamun)
• Stresor Psikososial : Etek meninggal
• Riwayat Bunuh Diri :-
• Riwayat Pelanggaran Hukum :-
• Riwayat Agama : Taat
• Harapan Keluarga : Cepat sembuh
• Harapan Pasien : Cepat sembuh
• Grafik Perjalanan Penyakit

2006. Tahun 2009. Tahun 2015. Tahun 2017.


Ibu meninggal. Awal pertama kali Pasien mengatakan Pasien merasa sedih yang
Pasien masih pasien mengalami bahwa sudah dua kali tidak diketahui alasan
kuliah. gaduh gelisah, mudah dirawat di RSJ Prof HB pastinya dan malu karena
Belum ada tanda- marah, dan tidak Sa’anin. Kekambuhan sakitnya. Pasien juga
tanda gangguan tenang. Hal ini dipicu dipicu karena putus merasa bingung karena
jiwa pada pasien akibat sress obat karena pasien selalu mendengar suara-
perkuliahannya merasa sudah suara aneh dan melihat
terutama skripsi. Pada sembuh. Pasien tidak bayangan-bayangan aneh
tahun ini pasien minum obat selama
pertama kali dirawat satu bulan
di rumah sakit HB
Saanin selama 40 hari
Status Internus
• Keadaan Umum : Sakit sedang
• Kesadaran : CMC
• Tekanan Darah : 145/105 mmHg
• Nadi : 98x/menit
• Nafas : 16x/menit
• Suhu : Afebris
• Status Gizi : Baik
• Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
• Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
Status Neurologikus
• GCS : E4M6V5
• TRM :-
• Tanda efek samping piramidal :
• Tremor tangan : -
• Akatisia :-
• Bradikinesia :-
• Cara berjalan : biasa
• Keseimbangan : baik
• Rigiditas :-
• Kekuatan motorik : baik
• Sensorik : baik
• Refleks : biseps (++/++), triseps (++/++), achilles (++/++), patella (++/++),
sucking (-), glabella (-), grasping(-), snout (-)
Status Mental

Keadaan Umum Verbalisasi


• Kesadaran : Composmentis • Arus : Biasa
• Penampilan : Tegang, kaku,
berpakaian • Produktivitas : Biasa
sesuai gender • Nada : Biasa
• Kontak Psikis : Dapat
dilakukan, • Volume : Menurun
wajar, lama
• Isi : Sesuai
• Sikap : Kooperatif,
pasif • Penekanan :-
• Psikomotor : Biasa • Spontanitas : Spontan
Status Mental

Emosi
• Stabilitas :- • Afek : Serasi
• Pengendalian : Adekuat • Mood : Hipotim
• Echt • Rasa malu (+)
• Dalam • Insomnia (+)
• Skala diferensiasi : Sempit
• Arus : Biasa
Status Mental

Proses Pikir Isi Pikir


• Kecepatan : Lambat • Waham (-)
• Mutu : Jelas
• Gangguan Umum
• Psikosis
• Tes realitas tidak terganggu
Status Mental

Persepsi Mimpi dan Fantasi


• Halusinasi auditorik (+) • Mimpi (-)
• Halusinasi visual (+) • Fantasi (-)
• Halusninasi olfaktorik (+)
Status Mental

Kognitif Kognitif
• Orientasi • Memori
• Waktu : Baik • Jangka lama : Baik
• Jangka menengah: Baik
• Tempat : Baik
• Jangka pendek : Baik
• Personal : Baik • Segera : Terganggu
• Situasi : Baik • Pengetahuan Umum : Baik
• Atensi (+) • Pikiran konkrit : Baik
• Konsentrasi & kalkulasi • Pikiran Abstrak : Baik
terganggu • Kemunduran Intelek (+)
Status Mental

Discrimintave Insight Drisciminative Judgement


• VI : Tilikan emosional • Tidak terganggu
sesungguhnya
Pemeriksaan Laboratorium
• Rutin : Hb, eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit
• Anjuran : Darah lengkap
Pemeriksaan oleh Psikolog / Petugas Sosial
• Tes psikologi 20 Juli 2017
• Tidak konsisten, tidak akurat, tidak dapat dipercaya
Diagnosis Multiaksial
• Aksis I : F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
• Aksis II : Tidak ada diagnosi
• Aksis III : Hipertensi
• Aksis IV : Tidak ada diagnosis
• Aksis V : GAF Scale 60 – 51
Diagnosis Banding
• Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik
Daftar Masalah
• Organobiologik (-)
• Psikologis : Sedih, murung, tidak tenang, merasa malu dengan
penyakitnya
Penatalaksanaan
• Farmakoterapi
• Risperidon 2x3 mg
• THP 2x2 mg
• Clozapine 1x25mg
• Nonfarmakoterapi :-
Penatalaksanaan

Psikoterapi Psikoterapi
• Suportif • Kognitif
• Menerangkan gejala penyakit akibat cara
• Dukungan & perhatian berpikir salah, mengatasi perasaan dan
• Meyakinkan penyakitnya dapat sikap terhadap masalah yang dihadapi.
sembuh jika teratur berobat • Keluarga
• Membantu dan mendukung kesembuhan
• Mendorong berobat teratur serta menerima kondisi pasien
• Edukasi keluarga untuk tetap • Sosial-budaya
• Terapi kerja berupa memanfaatkan waktu
mendukung pasien karena butuh luang dengan melakukan pekerjaan yang
waktu untuk sembuh disukai
• Religius
• Bimbingan agar selalu beribadah
Prognosis

Baik Buruk
• Dukungan keluarga (+) • Onset remaja
• Keadaan ekonomi menengah • Relaps sering
• Kepatuhan minum obat (+) • Pernikahan (-)
• Genetik (-) • Penyakit lain : Hipertensi
• Faktor pencetus (+)
Prognosis
• Quo ad vitam : Dubia ad bonam
• Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
• Quo ad sanasionam : Dubia ad bonam
DISKUSI
• Pasien seorang laki-laki berusia 32 tahun. Awal pertama mengalami
gangguan jiwa adalah pada tahun 2009, saat itu pasien berusia 25
tahun. Kejadian ini mendukung teori yang mengatakan bahwa secara
epidemiologi prevalensi lebih rendah pada pria dibandingkan dengan
wanita, khususnya wanita yang telah menikah. Usia onset pada
wanita lebih tua dibandingkan dengan pria.1
• Sebelum mengalami gangguan jiwa pada tahun 2009, kemampuan
pasien di sekolah dan tempat kuliah serta kehidupan sosial pasien
masih baik, dan munculnya gangguan jiwa pada pasien timbul secara
mendadak, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
pada pasien dengan skizoafektif memiliki fungsi pramorbid yang baik .
Pasien dengan gangguan skizoafektif juga ditandai dengan onset
gejala mendadak yang sering pada masa remaja1
• Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, dimana
ditemukan gejala klinis yang mengarah pada gangguan skizoafektif
tipe depresif sesuai dengan pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ
III. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan psikiatri pada tanggal 16
September 2017 didapatkan gejala skizofrenia berupa halussinasi.
Pada pasien ini juga ditemukan gejala depresif yaitu afek yang hipotim
secara menonjol, merasa bingung,merasa takut dan tidak mau
menatap orang lain. Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan
tersebut pasien didiagnosis dengan gangguan skizoafektif tipe
depresi.
• Hal ini sesuai dengan Kriteria diagnostik utama gangguan skizoafektif
adalah pasien memenuhi kriteria diagnostik episode depresif berat
atau manik yang bersamaan dengan fase aktif skizofrenia. Selain itu,
pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama minimal dua
minggu tanpa gejala gangguan afektif yang menonjol. Gejala
gangguan afektif juga harus ditemukan pada sebagian besar periode
psikotik aktif dan residual. Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif
ditujukan untuk membedakan gangguan afektif dengan ciri psikotik.
• Pada pasien tidak ditemukan adanya keinginan untuk bunuh diri. Hal
ini mendukung teori yang menyebutkan perilaku bunuh diri mungkin
lebih sering pada wanita dengan gangguan skizoafektif daripada pria.
Insidensi bunuh diri pada pasien dengan gangguan skizoafektif
diperkirakan 10%. 1
• Pasien mendapat terapi Risperidon 2 x 3mg , THP 2x2 mg, Clozapine
1x25 mg. Risperidon merupakan antipsikosis atipikal generasi kedua
dan juga merupakan mood stabilizer. Risperidone bekerja dengan ; 1.
menghambat reseptor dopamin 2, mengurangi gejala positif psikosis
dan stabilisasi gejala afektif; 3. menghambat reseptor serotonin 2A,
menyebabkan peningkatan pelapasan dopamin di regio sentral otak
sehingga mengurangi efek samping motorik dan meningkatkan
kognitif. Dosis yang biasa diberikan 2-8 mg/hari. Pada pasien ini
dipilih agen Antipsikotik Generasi kedua yang bekerja pada reseptor
D2 sekaligus 5-HT2 (serotonin). Efek blokade pada reseptor D2 tidak
sebesar efek antipsikotik generasi I sehingga meminimalisir efek
samping ekstrapiramidal. 2
• Terapi non farmakologis memegang peranan yang penting pada
pasien ini. Jenis terapi non farmakologis adalah psikoterapi suportif
dan edukasi. Psikoterapi suportif bertujuan untuk memberikan
perhatian, dukungan, dan rasa optimis kepada pasien untuk
menghadapi penyakitnya.. Edukasi pada pasien berupa anjuran untuk
teratur minum obat, meminta pasien untuk dapat mengendalikan
emosinya agar bisa keluar dari rumah sakit dan menjalani rawat jalan.
Saat rawat jalan tidak hanya pasien yang diedukasi, tetapi keluarga
pasien juga perlu diedukasi. Karena kesembuhan pasien tergantung
pada perhatiaan yang diberikan keluarganya.2
• Prognosis pada pasien ini secara umum dubia ad bonam yang sesuai
dengan teori yang menyebutkan bahwa pasien dengan gangguan
skizoafektif mempunyai prognosis pertengahan antara skizofrenia
dengan gangguan afektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif
memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien dengan
gangguan depresif, lebih buruk daripada pasien dengan gangguan
bipolar, dan lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia1
Pertanyaan
• Rahmi : Terapi Skizoafektif tipe Depresif mengapa tidak diberikan
antidepresan?
• Randy : Pencetus meninggal etek. Sedekat apa dengan eteknya?
• Aksis II : Pencetus dari gangguan kepribadian, aksis keempat
kenapa tidak ada diagnosis?
• Vera : Pengendalian emosi yang bagaimana yang dianjurkan
pada pasien
• Debby : Dalam setiap gelombang kronologi bagaimana
deskripsinya?
• Arul : Apa indikasi ECT?

Anda mungkin juga menyukai