Anda di halaman 1dari 121

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
TENTATIVE AGENDA
AKREDITASI LABORATORIUM PENGUJI
KIMIA-MINERAL DAN BATUBARA PUSAT
SUMBERDAYA GEOLOGI
WEBSITE PMG
LAN PMG
DATABASE ASEAN
RENCANA STRATEGIS PUSAT SUMBER DAYA
GEOLOGI
INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA
MARGINAL DI DAERAH LONG DALIQ,
KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
PENGEMBANGAN DATABASE BATUBARA
GAMBUT
INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH
KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA
INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH
KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU
PEMBORAN DALAM DAN PENGUKURAN
PACKER TEST BATUBARA DAERAH LOA LEPU
DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN
TIMUR
INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DI
DAERAH MEKARBARU DAN SEKITARNYA
KEC. MUARA ANCALONG DAN KEC. BUSANG
KAB.KUTAI KARTANEGARA DAN KAB. KUTAI
TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

i
INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA DI
KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA
PENYUSUNAN NERACA BATUBARA DAN
GAMBUT
INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA DI
DAERAH MARGINAL KABUPATEN NIAS,
PROVINSI SUMATERA UTARA
PENGUKURAN KANDUNGAN GAS DALAM
LAPISAN BATUBARA DI WILAYAH
EKSPLORASI PKP2B DI PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM
DAERAH UMAQDIAN DAN SEKITARNYA
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
KALIMANTAN TIMUR
KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI
BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM
CEKUNGAN TARAKAN, PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
INVENTARISASI KANDUNGAN MINYAK
DALAM BITUMEN PADAT DAERAH
PADANGLAWAS, KABUPATEN
DHARMASRAYA, PROVINSI SUMATRA BARAT
SURVEY PENDAHULUAN BITUMEN PADAT
DAERAH TABA PENANJUNG KABUPATEN
BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU
INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN '
OUTCROP DRILLING ' DAERAH MUARA
SELAYA, PROVINSI RIAU
INVENTARISASI ENDAPAN BITUMEN PADAT
DENGAN OUTCROP DRILLING DI DAERAH
SUNGAI RUMBIA DAN SEKITARNYA
KABUPATEN BUNGO, PROVINSI JAMBI

ii
( LEMBAR PETA : 0814-61)

KAJIAN POTENSI ENDAPAN GAMBUT


INDONESIA BERDASARKAN ASPEK
LINGKUNGAN
INVENTARISASI ENDAPAN GAMBUT DAN
PENGUKURAN WATERPAS DAERAH S.
KAMPAR UTARA, KABUPATEN PELALAWAN
PROVINSI RIAU
INVENTARISASI GAMBUT DAN WATERPASS
DAERAH PADANG TIKAR DAN SEKITARNYA
KABUPATEN PONTIANAK, PROVINSI
KALIMANTAN BARAT
INVENTARISASI GAMBUT DAERAH SUNGAI
BILAH, KABUPATEN LABUHAN BATU
PROPINSI SUMATERA UTARA
KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA
KAWASAN HUTAN LINDUNG DI TAPADAA,
KABUPATEN BONE BOLANGO, PROVINSI
GORONTALO
PENDATAAN PENYEBARAN MERKURI PADA
WILAYAH PERTAMBANGAN DI DAERAH
PONGKOR, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI
JAWA BARAT
EVALUASI POTENSI BAHAN GALIAN PADA
BEKAS TAMBANG DAN WILAYAH PETI
DAERAH BALAI KARANGAN, SANGGAU,
KALIMANTAN BARAT
EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN
BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN
SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA,
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
EVALUASI SUMBER DAYA - CADANGAN
BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN

iii
SEKALA KECIL DI KAPUAS HULU,
KALIMANTAN BARAT

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA


KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH
LUMAJANG, JAWA TIMUR
PENDATAAN PENYEBARAN UNSUR MERKURI
PADA WILAYAH PERTAMBANGAN EMAS
DAERAH GUNUNG GEDE, KABUPATEN
BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
KAJIAN POTENSI TAMBANG PADA KAWASAN
HUTAN LINDUNG DI DAERAH BUOL PROVINSI
SULAWESI TENGAH
EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN
BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN
SEKALA KECIL DI PULAU LEMBATA,
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
EVALUASI POTENSI BAHAN GALIAN PADA
BEKAS TAMBANG DAN WILAYAH PETI DI
DAERAH MONTERADO, KABUPATEN
BENGKAYANG, PROVINSI KALIMANTAN
BARAT
INVENTARISASI POTENSI BAHAN GALIAN
PADA WILAYAH PETI, DAERAH NABIRE,
PROVINSI PAPUA
EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN
BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN
SEKALA KECIL , DAERAH KABUPATEN
BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH
INVENTARISASI POTENSI BAHAN GALIAN
PADA WILAYAH PETI DAERAH BELITUNG,
PROVINSI BANGKA BELITUNG
INVENTARISASI POTENSI BAHAN GALIAN
PADA WILAYAH PETI DAERAH HALMAHRA

iv
UTARA, PROVINSI MALUKU UTARA

PENDATAAN PENYEBARAN MERKURI PADA


WILAYAH PERTAMBANGAN DI DAERAH
SELOGIR, KAB.WONOGIRI, PROVINSI JAWA
TENGAH
INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA
WILAYAH PETI DAERAH KABUPATEN
KAMPAR, PROVINSI RIAU
INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA
WILAYAH PETI DI DAERAH KAMIPANG,
KABUPATEN KATINGAN, PROVINSI
KALIMANTAN TENGAH
INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA BEKAS
TAMBANG DI DAERAH KABUPATEN
SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI
PENYUSUNAN ENSIKLOPEDI BAHAN GALIAN
INDONESIA SERI BATUGAMPING
EKSPLORASI PASIR BESI DI DAERAH
KECAMATAN GALELA UTARA, KABUPATEN
HALMAHERA UTARA, PROVINSI MALUKU
UTARA
PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI
PRIMER
INVENTARISASI MANGAN DI KABUPATEN
MANGGARAI DAN KABUPATEN MANGGARAI
BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
EKSPLORASI PASIR BESI DI KABUPATEN
MANGGARAI PROVINSI NUSA TENGGARA
TIMUR
EKSPLORASI EMAS DI KABUPATEN KERINCI
PROVINSI JAMBI
EKSPLORASI MINERAL LOGAM TIPE SEDEX
DI DAERAH RANTAUPANDAN DAN

v
SEKITARNYA KABUPATEN MUARA BUNGO
PROVINSI JAMBI
INVENTARISASI CEBAKAN BIJIH BESI
PRIMER DI KABUPATEN LAMANDAU DAN
KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT,
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
INVENTARISASI BIJIH BESI PRIMER DI
KABUPATEN TANAH LAUT DAN KABUPATEN
TANAH BUMBU, PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN
EKSPLORASI CEBAKAN MANGAN DI
KABUPATEN SUMBAWA, PROVINSI NUSA
TENGGARA BARAT
INVENTARISASI ENDAPAN PASIR BESI DI
SULAWESI UTARA
INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN
MINERAL NON LOGAM KABUPATEN ACEH
SELATAN, PROVINSI NANGGROE ACEH
DARUSSALAM
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL
NON LOGAM DI DAERAH KABUPATEN
BURU DAN KABUPATEN SERAM BAGIAN
BARAT PROVINSI MALUKU UTARA
INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN
GALIAN NON LOGAM KABUPATEN
KATINGAN, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN
GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN
LAMPUNG TENGAH DAN LAMPUNG TIMUR,
PROVINSI LAMPUNG
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL
NON LOGAM DI DAERAH KABUPATEN
LANDAK DAN KABUPATEN SANGGAU

vi
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN


GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI
RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI
SUMATERA SELATAN
INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN
MINERAL NON LOGAM KABUPATEN
MELAWI, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL
NON LOGAM DI KABUPATEN OGAN
KOMERING ILIR, PROVINSI SUMATERA
SELATAN DAN KABUPATEN TULANG
BAWANG, PROVINSI LAMPUNG
INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN
MINERAL NON LOGAM KABUPATEN SARMI,
PROVINSI PAPUA
INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN
GALIAN NON LOGAM DAERAH KABUPATEN
NIAS DAN NIAS SELATAN
INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN
GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA
AMPAT, PROVINSI IRIAN JAYA BARAT
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL
NON LOGAM KABUPATEN ACEH SINGKIL
DAN SIMELUE PROVINSI NANGGROE ACEH
DARUSSALAM
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL
NON LOGAM DI KABUPATEN SERUYAN DAN
KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN
TENGAH
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL
NON LOGAM DI KABUPATEN TELUK
WONDAMA DAN TELUK BINTUNI, PROVINSI

vii
IRIAN JAYA BARAT

ANOMALI MAGNET DAN GAYABERAT PADA


DAERAH PANAS BUMI G.ENDUT, KABUPATEN
LEBAK, PROPINSI BANTEN
GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI
DAERAH SONGA - WAYAUA, HALMAHERA
SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA
PEMBORAN LANDAIAN SUHU SUMUR JBO-1
DAN JBO-2 DAERAH PANAS BUMI JABOI, P.
WEH, KOTA SABANG NAD
PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAN
GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI DOLOK
MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN,
PROPINSI SUMATRA UTARA
PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAERAH PANAS
BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN
SIMALUNGUN, PROPINSI SUMATERA UTARA
PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH
PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN
HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU
UTARA
PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA
DAERAH PANAS BUMI SANGALA-MAKALE
KABUPATEN TANATORAJA SULAWESI
SELATAN
PENYELIDIKAN PANAS BUMI PENDAHULUAN
WILAYAH KABUPATEN BURU MALUKU
PEMBORAN SUMUR LANDAIAN SUHU SWW-1
LAPANGAN PANAS BUMI SUWAWA
KABUPATEN BONEBOLANGO - GORONTALO
PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON
DI DAERAH PANAS BUMI MAKALE-SANGALA
KABUPATEN TANA TORAJA, PROPINSI

viii
SULAWESI SELATAN

PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS


BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN
HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA
PENYELIDIKAN TERPADU PANAS BUMI
DAERAH GUNUNG ENDUT KABUPATEN
LEBAK, BANTEN
PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA
PANAS BUMI DAERAH GUNUNG ENDUT
KABUPATEN LEBAK, BANTEN
EVALUASI PROSPEK LAPANGAN MATALOKO
DENGAN SURVEI MISE-A-LA-MASSE DAN
PENGUJIAN SUMUR MT-5
PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS
BUMI OMA- HARUKU, MALUKU
SURVEI TAHANAN JENIS DC DI DAERAH
PANAS BUMI GUNUNG ENDUT KABUPATEN
LEBAK BANTEN
SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS
BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN
HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA
SURVEI PANAS BUMI TERPADU (GEOLOGI,
GEOKIMIA DAN GEOFISIKA) DAERAH
DOLOK MARAWA, KABUPATEN
SIMALUNGUN - SUMATERA UTARA
PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS
BUMI MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR
TAHUN 2006
PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAN
GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI MAKULA
KABUPATEN TANA TORAJA, PROPINSI
SULAWESI SELATAN

ix
PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DI
DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA,
KABUPATEN SIMALUNGUN - SUMUT

x
TENTATIVE AGENDA
Pemaparan Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
19 Desember 2006

07.30 08.30 : Registrasi


08.30 08.40 : Laporan Ketua Panitia
08.40 08.50 : Sambutan Kepala Pusat Sumber Daya Geologi
08.50 09.00 : Sambutan Kepala Badan Geologi (Membuka
secara resmi)

GEDUNG LOGAM LANTAI 4


( MODERATOR : Ka. BID INFORMASI )
Waktu Materi Penyaji
Akreditasi Lab Kimia - Fisika Mineral PMG
09.00 - 09.20 Penyerahan Sertifikat Akreditasi Lab Kimia Drs. Mulyana Sukandar, DESS
Batubara
09.20 - 09.35 Renstra PMG 2006 - 2009 Dr. Bambang Tjahyono
09.35 - 09.50 Website PMG Dr. Agus Pudjobroto, M.Sc
09.50 - 10.00 Tanya Jawab
10.00 - 10.30 REHAT KOPI

x
GEDUNG UTAMA LANTAI 1 GEDUNG UTAMA LANTAI 2
KELOMPOK MINERAL KELOMPOK ENERGI
Waktu Materi Penyaji Notulen Moderator Materi Penyaji Notulen Moderator
10.30 - 10.45 Eksplorasi Moetamar, ST Muhamad Ir. Dwi Batubara Bersistem dan Ir. Tarsis Ari Rahmat Ir. Sukardjo,
Cebakan Mangan Daroji, Nugroho Marginal Daerah Dinarna Hidayat, ST M.Sc
di Kabupaten ST Sunuhadi Mekarbaru, Umagdian,
Sumbawa, Long Daliq, Pulau Nias dan
Provinsi Nusa Jayapura
Tenggara Barat
10.45 - 11.00 Inventarisasi Hotma Muhamad Ir. Dwi Inventarisasi Gambut Ir. JAE Rahmat Ir. Sukardjo,
Endapan Pasir Simangunsong, Daroji, Nugroho Daerah S. Kampar Utara Tjahjono, Hidayat, ST M.Sc
Besi di Provinsi Dipl. ME ST Sunuhadi Provinsi Riau dan Daerah DESS
Sulawesi Utara Padang Tikar, Provinsi
Kalimantan Barat serta
Kajian Potensi Endapan
Gambut Indonesia
11.00 - 11.15 Inventarisasi Asep Sofyan, Muhamad Ir. Dwi Evaluasi Prospek Mataloko Edi Suhanto Dahlan, ST Ir. Kasbani,
Cebakan Bijih ST Daroji, Nugroho dengan Metode Mise A-la- M.Sc
Besi di ST Sunuhadi mase dan pengujian Sumur
Kabupaten Tanah MT-5
Laut, Provinsi
Kalimantan
Selatan
11.15 - 11.30 Pedoman Teknis Deddy Muhamad Ir. Dwi Penyelidikan Terpadu Timor Dahlan, ST Ir. Kasbani,
Eksplorasi Bijih T.Sutisna, Daroji, Nugroho Daerah Panas Bumi Songa- Sitomorang, M.Sc
Besi Primer MSc, Ir ST Sunuhadi wayauwa, Halmahera Dipl.Gr
Bambang Selatan
Nugroho Widi,
MSc
11.30 - 12.00 Diskusi Diskusi
12.00 - 13.30 LUNCH/PAMERAN ( Gedung Utama Lantai 1/ Halaman Parkir )

xi
GEDUNG UTAMA LANTAI 1 GEDUNG UTAMA LANTAI 2
KELOMPOK MINERAL KELOMPOK ENERGI
Waktu Materi Penyaji Notulen Moderator Materi Penyaji Notulen Moderator
13.30 - 13.45 Inventarisasi dan Tisna Sutisna, Bayu Ir. Herry Penyelidikan Terpadu Herry Dahlan, ST Ir. Sri
Evaluasi Mineral BE Sayekti, Rodiana Daerah Panas Bumi Dolok Sundoro, Widodo
Non Logam ST Eddy Marawa, Sumatera Utara MSC
Kabupaten
Kotawaringin
Timur dan
Kabupaten
Seruyan, Provinsi
Kalimantan
Tengah
13.45 - 14.00 Inventarisasi dan Ir. Zulfikar, Bayu Ir. Herry Penyelidikan Terpadu Alanda Idral Asep Ir. Sri
Evaluasi Mineral SP1 Sayekti, Rodiana Daerah Panas Bumi Gunung Sugianto, Widodo
Non Logam ST Eddy Endut, Jawa Barat ST
Kabupaten Aceh
Singkil, Provinsi
Nangroe Aceh
Darussalam
14.00 - 14.15 Penyelidikan dan Ir. Martua Bayu Ir. Herry Inventarisasi Bitumen Padat S. M Tobing, Ageung Ir. Deddy
Inventarisasi Radja P Sayekti, Rodiana dengan Outcrop Drilling MSc Hatma Amarullah
Mineral Non ST Eddy Daerah Sungai Rumbia, Mahardika,
Logam, Jambi dan Daerah Muara ST
Kabupaten Raja Silaya Riau serta
Ampat, Provinsi Inventarisasi Kandungan
Irian Jaya Barat Minyak dalam Bitumen
Padat Daerah Padang
Lawas, Sumatera Barat
14.15 - 14.30 Potensi Batuan Ir. Abdul Fatah Bayu Ir. Herry Kajian Potensi Gas Methan Eko Budi Ageung Ir. Deddy
Ultrabasa di Yusuf Sayekti, Rodiana Dalam Batubara di Cahyono, ST Hatma Amarullah
daerah Provinsi ST Eddy Cekungan Kutai dan Mahardika,
Sulawesi Selatan Cekungan Barito serta ST

xii
untuk Pengukuran Gas Methan
menanggulangi Dalam Batubara Daerah
emisi karbon Kalimantan
dioksida
14.30 - 15.00 Diskusi Diskusi
15.00 - 15.30 REHAT KOPI
15.30 - 15.45 Evaluasi Potensi Ir. Rudy Nixon Ir. Rahardjo Database dan Neraca Ir. Eddy R. Ageung Ir. Deddy
Bahan Galian Gunradi Juliawan, Hutamadi Batubara Indonesia Sumaatmadja Hatma Amarullah
pada Bekas ST Mahardika,
Tambang dan ST
Wilayah PETI di
daerah
Monterado,
Kabupaten
Bengkayang,
Provinsi
Kalimantan Barat
15.45 - 16.00 Pendataan Ir. Denni Nixon Ir. Rahardjo Pemboran Dalam Batubara Fatimah, ST Ageung Ir. Deddy
Penyebaran Widhiyatna Juliawan, Hutamadi Daerah Loa Lepu, Hatma Amarullah
Unsur Merkuri ST Kalimantan Timur serta Mahardika,
Pada Wilayah Kajian Zonasi Potensi ST
Pertambangan Batubara untuk Tambang
Selogiri, Dalam Cekungan Tarakan
kabupaten
Wonogiri,
Provinsi Jawa
Tengah
16.00 - 16.15 Evaluasi Sumber Mangara P. Nixon Ir. Rahardjo Penyelidikan Panas Bumi Bambang. S, Asep Ir. Harahap
Daya Cadangan Pohan, DESS Juliawan, Hutamadi Pendahuluan wilayah ST Sugianto, M. M.Sc
Bahan Galian ST Kabupaten Buru, Maluku ST
untuk
Pertambangan

xiii
Skala Kecil di
Kabupaten Bima,
Nusa Tenggara
Barat.
16.15 - 16.30 Kajian Potensi Ir. Ridwan Nixon Ir. Rahardjo Penyelidikan Landaian Suhu Ir. Arif Asep Ir. Harahap
Tambang Dalam Arief Juliawan Hutamadi Daerah Panas Bumi Jaboi, Munandar. Sugianto, M. M.Sc
pada Kawasan Sabang, NAD ST
Hutan Lindung di
Daerah Nokan,
Kabupaten
Bengkulu Utara,
Bengkulu
16.30 - 17.00 Diskusi Diskusi
17.00 - 17.15 PENUTUPAN PENUTUPAN

xiv
AKREDITASI LABORATORIUM PENGUJI
KIMIA-MINERAL DAN BATUBARA PUSAT
SUMBERDAYA GEOLOGI

Oleh :
Nuryasin Ardiwinata

Sub Bidang Laboratorium, Bidang Sarana Tehnik

S A R I
Dalam rangka menghadapi era globalisasi, pengawasan mutu suatu produk
termasuk diantaranya produk jasa laboratorium merupakan hal yang sangat
penting agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Laboratorium perlu
diakreditasi, untuk memberikan keyakinan kepada pelanggan bahwa mutu hasil
pengujian laboratorium tersebut menerapkan sistim manajemen mutu dan jaminan
mutu yang pengelolaannya sesuai dengan ISO/IEC 17025:2005. Dengan
diberlakukannya ISO-9000, maka peran laboratorium penguji akan semakin
penting sebagai sarana pendukung perdagangan bebas.

Laboratorium Penguji Kimia-Mineral dan Batubara (LPKMB) telah


meraih Akreditasi ISO/IEC 17025:2005 dari Komite Akreditasi Nasional. melalui
surat Keputusan Komite Akreditasi Nasional tertanggal 15-Agustus 2006, dengan
Nomor Sertifikat Akreditasi : LP-326-IDN.

Dengan terakreditasinya Laboratorium Penguji Kimia-Mineral dan


Batubara Pusat Sumber Daya Geologi, diharapkan laboratorium ini mampu
meningkatkan kepercayaan pelanggan baik di lingkungan internal Pusat
Sumberdaya Geologi maupun pelanggan eksternal pengguna jasa LPKMB.

1
WEBSITE PMG

S A R I
Pengembangan dan updating website Pusat Sumber Daya Geologi (PMG)
dimaksudkan untuk mempublikasikan hasil-hasil kegiatan yang dilakukan PMG
agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas serta mensosialisasikan
reorganisasi DESDM yang sebelumnya bernama DIM (Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral) berubah menjadi PMG (Pusat Sumber Daya Geologi).

Pengembangan website PMG sebagian besar menggunakan aplikasi


software open source yang didownload dari internet sehingga dapat meringankan
biaya pengeluaran software lisensi, seperti CMS (Content Management System)
dan Map Server untuk aplikasi webmap. Pengembangan dan updating website
dapat dilakukan secara manual maupun online. Dengan penggunaan software
CMS (Content Management System), pengeditan isi website PMG dapat
dilakukan secara online.

Pada website PMG ditambahkan beberapa fitur yang sebelumnya tidak ada
pada website DIM, antara lain berita PMG, publikasi, buletin, metadata, download
makalah seminar dan buku tamu. Aplikasi yang berbasis GIS (Geographic
Information System) seperti potensi wilayah, webmap, dan metadata digunakan
untuk bahan informasi dalam pengambilan keputusan bagi pimpinan di
lingkungan DESDM serta mempromosikan sumber daya mineral logam, non
logam, batubara dan panas bumi yang ada di Indonesia agar dapat meningkatkan
investasi di bidang pertambangan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.

2
LAN PMG

S A R I
Pengembangan LAN (Local Area Network) Pusat Sumber Daya Geologi
(PMG) dimaksudkan untuk menunjang tugas dan fungsi Pusat Sumber Daya
Geologi dalam pengelolaan data dan informasi sumber daya geologi dalam suatu
sistem informasi yang tertata dengan baik (mudah diakses, efisien, cepat dan
akurat).

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan meningkatnya


kebutuhan perangkat pengelolaan data dan informasi, dibutuhkan sarana
hardware, software dan brainware yang memadai. Sehubungan dengan hal ini
diperlukan LAN sebagai sarana untuk menggunakan perangkat komunikasi yang
ada dan dapat digunakan secara bersamaan dan simultan sehingga dapat
meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan biaya.

Dalam pengelolaan LAN PMG sebelumnya digunakan pembagian kelas IP


(Internet protocol) yang dapat menampung jumlah maksimal komputer sebanyak
256 buah (kelas C). Seiring dengan bertambahnya jumlah komputer dan
mengantisipasi pertambahan perangkat pengolahan data dan informasi setiap
tahunnya yang membutuhkan akses jaringan komputer/LAN, maka dibuatlah
kesepakatan bersama untuk memperbanyak alamat IP sehingga naik ke kelas B
(terbatas) dengan mengubah subnet mask kelas B, yang dapat menampung jumlah
maksimal komputer sebanyak 1024 buah. Disamping penambahan dan atau
perubahan IP juga pemeliharaan (di dalamnya termasuk sebagian instalasi ulang)
jaringan yang meliputi Router, Proxy Server, DNS Server, Mail Server dan Web
Server. LAN juga dipakai agar semua komputer yang ada di PMG dapat
memanfaatkan akses internet dengan menggunakan transmisi teknologi wireless
LAN ke Internet Service Provider (ISP) dengan bandwith sebesar 256 Kbps.

3
DATABASE ASEAN

S A R I

Pengembangan Database Energi Fosil dan Mineral ASEAN dimaksudkan


untuk untuk dapat menampung data potensi energi fosil dan mineral di negara
anggota ASEAN. Aplikasi database ini dibuat sehubungan ditunjuknya negara
Indonesia sebagai koordinator dan penanggung jawab Working Group on Mineral
Information and Database (WGMID) ASEAN dan telah disepakatinya formulir
input database energi fosil dan mineral ASEAN.

Pengembangan aplikasi database energi dan mineral ASEAN berbasis web


yang menggunakan aplikasi software open source yang didownload dari internet
sehingga dapat meringankan biaya pengeluaran software lisensi, seperti database
Postgre SQL, sistem operasi Linux, Apache web server, Pemrograman PHP dan
Map Server untuk menampilkan informasi data spasialnya. Aplikasi ini
merupakan aplikasi yang terintegrasi antara data tekstual dan spatial sehingga
memudahkan pengguna dalam mengelola data dan informasi potensi energi fosil
dan mineral ASEAN.

Aplikasi database ini juga dilengkapi dengan sistem pengamanan dalam


menginput data ke dalam formulir yang telah disepakati, yaitu berupa pemberian
username dan password serta negara penginput data. Dengan terbentuknya sistem
informasi energi dan mineral ASEAN diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana
publikasi dan promosi pertambangan dan energi negara-negara anggota ASEAN
yang disajikan dalam bentuk informasi berupa data tekstual dan spasial yang
dinamis serta dapat meningkatkan devisa negara yang bersangkutan khususnya
dalam bidang energi dan sumber daya mineral.

4
RENCANA STRATEGIS PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Tim Renstra

Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, Perencanaan Strategis
merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah agar
mampu menjawab tuntutan lingkungan strategi lokal, nasional maupun global dan
tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dengan pendekatan dan pemahaman perencanaan strategi yang jelas
dan sinergis, instansi pemerintah lebih dapat menyelaraskan visi dalam upaya
peningkatan akuntabilitas kinerjanya.

Rencana Strategis (Renstra) Pusat Sumber Daya Geologi disusun sebagai


dokumen pedoman dalam penyusunan rencana kegiatan Pusat Sumber Daya
Geologi tahun 2006 2009, dan sebagai dasar dalam penilaian kinerja Pusat
Sumber Daya Geologi yang mencerminkan pemerintah yang baik, bersih,
transparan dan akuntabel.

Dalam perencanaan strategis, Pusat Sumber Daya Geologi telah merumuskan


visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan program kegiatan jangka menengah. Visi
dan misi merupakan pandangan kedepan dan diarahkan agar pegawai dapat
berkarya secara produktif, inovatif dan konsisten, sehingga citra dan cita-cita
instansi ini dapat diwujudkan. Selain itu visi dan misi Pusat juga diselaraskan
dengan tugas dan fungsi organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan visi dan misi Pusat, dirumuskan tujuan yang akan dicapai dalam
kurun waktu 1 - 5 tahun kedepan. Selanjutnya tujuan yang telah ditetapkan dapat
dipakai untuk mengarahkan perumusan sasaran dan strategi yang dijabarkan
kedalam kebijakan dan program serta kegiatan jangka menengah dalam rangka
merealisasikan misi Pusat Sumber Daya Geologi.

5
INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINAL
DI DAERAH LONG DALIQ, KABUPATEN KUTAI BARAT
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
Eddy R. Sumaatmadja dan David P. Simatupang

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I
Daerah penyelidikan secara administratif termasuk Daerah Long Daliq,
Kecamatan Long Iram dan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi
Kalimantan Timur, yang secara geografis terletak antara koordinat 00o0000
00o1500 LS dan 115o3000116o4500 BT.

Litologi enyusun daerah Long Daliq terdiri dari batuan sedimentasi sejak
Eosen hingga Plio Plistosen yang menghasilkan Formasi Tuyu, Tanjung, Haloq,
Ujoh Bilang, Berai, Pamaluan Pulubalang, Balikpapan dan Kampungbaru;
Formasi pembawa batubara di daerah penyelidikan adalah Formasi Haloq dan
Balikpapan. Ditemukan 4 lokasi dengan ketebalannya berkisar dari beberapa cm
sampai dengan > 4,75 meter; kemiringan berkisar 14o 37o dengan arah hampir
baralaut-timurlaut.

Hasil korelasi antara singkapan batubara, terdapat 2 (dua) Lapisan Haloq


(Formasi Haloq) dan Lapisan Balikpapan. Lapisan Haloq tebal sekitar >2,00m dan
Lapisan Balikpapan terdiri dari 5 lapisan tebal 0,75 >4,75m dan kemiringan 14o
37o, yaitu : Lapisan 1, tebal >0,75->4,75m; Lapisan 2, tebal >1,10->1,50m;
Lapisan 3, tebal >2,00m; Lapisan 4, tebal >1,002,15mr dan Lapisan 5, tebal
>1,20m.

Hasil analisa kimia batubara, Lapisan Haloq, dicirikan oleh M (Moisture)


1,05 2,76%, abu (Ash) 53,52 74,44 %, sulphur 1,15 4,154%, nilai kalori
1.829 3.426 kal/gr padalokasi Ld- 04 dan Ld-05, sedangkan Ld-03 sekitar 6.403
kal/gram dan nilai kekerasan (HGI) 54 72. Sedangkan Lapisan Balikpapan 1
5, dicirikan oleh M (Moisture) 8,41 11,02%, abu (Ash) 2,17 27,97%, sulphur
0,23 0,45%, nilai kalori 3.925 3.965 kal/g pada lokasi Ld- 02 dan Ld-17,
sedangkan Ld-08A, Ld-24, Ld-22, Ld-09 dan Ld-18 berkisar 5.091 5.890
kal/gram; nilai Kekerasan (HGI) 62 98.

Hasil perhitungan sumberdaya batubara tereka Lapisan Haloq sebesar


1.108.771 ton dan Lapisan Balikpapan 1 5 sebesar 16.628.256 ton; total
sumberdaya tereka daerah Long Daliq sebesar 17.737.647 ton.

6
PENGEMBANGAN DATABASE BATUBARA GAMBUT
Oleh :
Eko Budi Cahyono1
1
Kelompok Keja Energi Fosil

S A R I
Pengembangan database batubara gambut yang dilakukan saat ini
merupakan pekerjaaan rutinitas yang dilakukan kelompok kerja energi fosil tiap
tahun untuk menginventarisasi data laporan yang selanjutnya di entry-kan ke
dalam program Sistim Informasi Geografis (SIG). Dari SIG ini data laporan yang
berupa hardcopy bisa terinventarisis dengan baik, sehingga mudah dan dapat
diakses oleh berbagai pihak berdasarkan keperluan menurut tingkatan data.

Pekerjaan ini berupa pekerjaan deskword, dimana dilakukan di kantor,


sebagian ada beberapa uji-petik lapangan untuk sinkronisasi data di daerah yang
dituju agar kevalidan data akan sama baik dari yang di tingkat pusat maupun di
daerah.

Tahapan atau proses database laporan yang dimasukkan melalui berbagai


tahap dari mulai pengumpulan laporan, data entry hingga analisa sistem

7
INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH KABUPATEN
JAYAPURA PROVINSI PAPUA
Oleh :
Ir. Tarsis A. D.

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I
Untuk membantu pemerintah daerah dalam penyediaan data mengenai
sumberdaya batubara maka Pusat Sumberdaya Geologi melakukan Inventarisasi
batubara di daerah Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. dengan biaya DIPA
2006.

Inventarisasi batubara di daerah marginal dimaksudkan untuk


mendapatkan data batubara meliputi jurus dan kemiringan lapisan, ketebalan,
pelamparan, sumberdaya dan kualitas. Tujuannya untuk mengetahui potensi
batubara dan digunakan untuk menambah bank data neraca batubara pada data
base Pusat Sumberdaya Geologi

Lokasi inventarisasi dibatasi dengan batasan koordinat 14000500 -


14002000 Bujur Timur dan 0203000 - 0204500 Lintang Selatan. Adapun
alasan pemilihan daerah inventarisasi adalah adanya sebaran Formasi Pembawa
Batubara yang cukup luas yaitu Formasi Unk dan adanya informasi keterdapatan
endapan batubara dimana kuantitas dan kualitas yang belum diketahui.

Secara administratif daerah inventarisasi termasuk dalam Wilayah


Kecamatan Nimboran dan Kecamatan Kemtuk Gresie, Kabupaten Jayapura,
Provinsi Papua. Sedangkan secara geografis terletak antara 14000500 -
14002000 Bujur Timur dan 0203000 - 0204500 Lintang Selatan Seluas
27,5Km x 27,5Km. Daerah tersebut dapat dicapai dari Jayapura kearah Barat-daya
kurang lebih 105 Km melalui jalan darat

Dari hasil kegiatan lapangan yang berupa pemetaan geologi di daerah


inventarisasi didapat hasilt sebagai berikut :Formasi pembawa batubara di daerah
inventaisasi adalah Formasi Unk yang berumur Kuarter dengan lingkungan
pengendapan peralihan. Sumberdaya tereka batubara di daerah ini adalah :
2.160.535,5 (ton).

8
INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH KABUPATEN
KAMPAR PROVINSI RIAU
Oleh :
Ir. Tarsis A. D.

Kelompok Kerja Energi Fossil

S A R I
Dengan diberlakukannya otonomi daerah tahun 2001, konsekwensinya
Pemerintah Daerah harus dapat membiayai operasionalnya yaitu dari Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Untuk itu perlu dilakukan peningkatan PAD dari segala
sektor, salah satunya adalah dari sektor pertambangan batubara. Kendala yang
sekarang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah kurangnya data yang dimiliki
mengenai potensi sumberdaya batubara di daerah sehingga tidak bisa
merencanakan kebijaksanaan di sektor pertambangan batubara.

Untuk membantu pemerintah daerah dalam penyediaan data mengenai


sumberdaya batubara maka Pusat Sumberdaya Geologi melakukan Inventarisasi
batubara di daerah Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. dengan biaya DIPA
Luncuran 2006.

Seiring dengan perkembangan industri dan transportasi maka kebutuhan


sumberdaya energi semakin meningkat, namun sumber daya minyak dan gas bumi
semakin menipis. Oleh karena itu pemerintah berusaha mencari sumber daya
energi alternatif. Salah satu sumberdaya energi yang berpotensi untuk
dikembangkan adalah endapan batubara.

Maksud pekerjaan inventarisasi batubara di daerah marginal tersebut


adalah untuk mendapatkan data batubara meliputi jurus dan kemiringan lapisan,
tebal batubara, pelamparan, sumberdaya dan kualitas. Tujuannya adalah untuk
mengetahui potensi batubara dan digunakan untuk menambah bank data neraca
batubara pada data base Pusat Sumberdaya Geologi

Secara administratif daerah Inventarisasi termasuk dalam Kecamatan


Kampar Kiri, dan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau.
Sedangkan secara geografis terletak antara 000000 - 001500 Lintang Selatan
dan 10005230 10100730 Bujur Timur .

Hasil penyelidikan menunjukan bahwa batubara di daerah inventarisasi


terkonsentrasikan di daerah sekitar Desa Muara Silaya dan Desa Lubuk Agung.
Di daerah ini terdapat 4 lapisan batubara dengan total sumberdaya 3.140.800,11
ton dengan kualitas batubara termasuk batubara dengan kalori menengah

9
PEMBORAN DALAM DAN PENGUKURAN PACKER TEST
BATUBARA DAERAH LOA LEPU DAN SEKITARNYA,
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
Dahlan Ibrahim

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I
Daerah Loa Lepu dan Sekitarnya terletak di Kecamatan Tenggarong,
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis
dibatasi oleh 1165000 - 1170500 BT dan 02000 - 03500 LS. Daerah
ini terletak di Cekungan Kutai dengan stratigrafi tersusun oleh batuan sedimen
Tersier berumur Miosen Awal hingga Pliosen yaitu Formasi Pamaluan, Formasi
Bebuluh, Formasi Pulubalang dan Formasi Balikpapan.

Kegiatan pemboran dalam dilakukan terhadap lapisan batubara Formasi


Balikpapan pada dua lokasi yaitu B-01 dan B-02 dengan kedalaman total
mencapai 680 m. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan kriteria ketebalan
lapisan yang cukup memadai, kemiringan lapisan cukup landai dan nilai kalori
cukup tinggi.

Pada B-01 telah ditembus beberapa lapisan batubara dengan ketebalan


mulai < 1,00 m 2,10 m. Dengan kriteria ketebalan lapisan yang diperhitungkan
minimal 1 m pada interval 0 100 m terdapat dua lapisan (B dan C) dengan
ketebalan 2,00 m dan 2,10 m. Interval 100 350 m mengandung tiga lapisan (D,E
dan F) dengan ketebalan 1,93 m ; 1,25 m dan 1,06 m. Kualitas batubara dari conto
bor B-01 menunjukkan kandungan abu berkisar 1,54 16.65 %, kandungan
belerang 0,19 3,92 % dan nilai kalori 5504 6832 kal/gr. Kualitas batubara dari
conto singkapan menunjukkan kandungan abu 1,54 12,27 %, kandungan
belerang 0,23 3,43 % dan nilai kalori 6200 7005 kal/gr.

Pengukuran packer test pada lapisan B, C, D dan E menunjukkan nilai


permeabilitasnya (k) masing-masing : 2,6072 x 10-9 cm/det, 1,58 x 10-8 cm/det,
2,5185 x 10-9 cm/det), 1,7695 x 10-9 cm/det. Tampak bahwa nilai permeabilitas
lapisan batubara relatif kecil, kemungkinan karena batubaranya relatif kompak
dan tidak banyak mengandung pori, cleat atau rekahan yang berpengaruh terhadap
nilai permeabilitas.

Berdasarkan hasil penyelidikan endapan batubara di daerah ini


berkemungkinan untuk dikembangkan ke arah penambangan dalam

10
INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DI DAERAH
MEKARBARU DAN SEKITARNYA KEC. MUARA
ANCALONG DAN KEC. BUSANG KAB.KUTAI
KARTANEGARA DAN KAB. KUTAI TIMUR
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
Ir. Nanan Sumarna Kartasumantri

Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Secara Administratif daerah penyelidikan yaitu daerah Mekarbaru dan
sekitarnya termasuk kedalam dua wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Kutai
Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur. Secara Geografis dibatasi oleh
koordinat 00o 30 00 00o 45 00 LU dan 116o 10 00 116o 25 00 BT yang
termasuk dalam lembar peta No. 1816-52 (Mekar Baru), dengan skala peta 1 :
50.000.

Secara regional daerah penyelidikan ini merupakan bagian dari Cekungan


Kutai, dimana cekungan tersebut diketahui mengandung potensi endapan batubara
cukup besar.

Berdasarkan aspek morfologi, daerah Mekar Baru dan sekitarnya dapat


dibedakan menjadi tiga satuan morfologi yaitu Satuan Morfologi
Pedataran,Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Rendah sampai Sedang
dan Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Tinggi.

Berdasarkan stratigrafi, daerah penyelidikan yaitu daerah Mekar Baru dan


sekitarnya disusun oleh formasi batuan yang berumur Tersier dan Endapan
Aluvial yang berumur Kuarter. Formasi batuan tersebut dari tua ke muda terdiri
dari Bancuh Telen Kelinjau (Jkm), Formasi Batu Kelau (Tek), Formasi Batu
Ayau (Tea), Formasi Ujoh Bilang (Tou), Batuan Terobosan Atan (Toma),
Formasi Balikpapan (Tmbp), Batuan Gunung Api Metulang (TmQm).
Sedangkan struktur yang berkembang di daerah ini adalah strutur lipatan dan
sesar.Sedangkan formasi pembawa batubara di daerah penyelidikan adalah
Formasi Balikpapan.

Dari hasil pemetaan geologi dan pemboran inti yang dilakukan, dibuat peta
geologi dan sebaran batubara dengan skala 1 : 50.000. Sedangkan lokasi-lokasi
singkapan batubara hanya diketemukan di sebelah Barat lembar peta yaitu
disekitar desa Belwen, Desa Longnah dan Desa Gemarbaru, pada Formasi
Balikpapan di daerah penyelidikan diketemukan sebanyak 28 lokasi singkapan

11
batubara, sedangkan pekerjaan pemboran inti yang dilakukan di daerah
penyelidikan sebanyak 12 titik pemboran dengan kedalaman berkisar antara
53,00m hingga 62,15 m, dengan total kedalaman mencapai 700,55 m. Dari hasil
korelasi beberapa singkapan batubara dan titik bor diketahui ada 8 lapisan
batubara dengan ketebalan berkisar dari 0,10m-0,65m..

Hasil analisis kimia dari beberapa conto batubara menunjukan bahwa Total
Moisture berkisar antara 12,96 %-19,59 % (adb), Free Moisture berkisar antara
7,18 %-13,87 %, Fixed Carbon berkisar antara 24,28 %-41,23 % (adb), HGI
berkisar antara 43 hingga 61. Calorific Value berkisar antara 3.451kal/gr-5.509
kal/gr (adb), Sulfur berkisar antara 4,87%-9,49% (adb) dan Ash berkisar antara
10,76 %-39,80 %. Maka berdasarkan klasifikasi ASTM, batubara yang ada
diklasifikasikan sebagai batubara Lignit-Sub Bituminus.

12
INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA
DI KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA
Oleh :
Agus Subarnas dan Robet L. Tobing

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I
Dalam rangka menunjang Program Pemerintah untuk menginventarisir
Sumber Daya Energi diseluruh wilayah Indonesia, melalui Program DIPA-L
Tahun Anggaran 2006 Pusat Sumber Daya Geologi telah melaksanakan
inventarisasi batubara Di Daerah Kabupaten Nabire, Provinsi Papua.

Secara administratif lokasi inventarisasi batubara di daerah ini termasuk


kedalam wilayah Distrik Napan, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Pada posisi
geografis 135 43 26" 135 50 13 "Bujur Timur dan antara 03 10 27" 03
17 38" Lintang Selatan.

Endapan batubara di daerah penyelidikan sebagian besar berada dilokasi


sekitar S. Stenkol yang merupakan anak S. Musairo

Kegiatan yang dilakukan yaitu Pemetaan endapan batubara dan selama


kegiatan berlangsung hanya didapatkan sebanyak 1 singkapan batubara. dengan
tebal sekitar 0.18 m dan dari perhitungan dalam klasifikasi Hipotetik didapatkan
sumber daya batubara sebesar 23.400 ton.

Secara megaskopis batubara berwarna hitam, kusam-agak terang,


perlapisan kurang baik - tidak berlapis, sangat keras, belahan sub konkoidal-
konkoidal, terlihat adanya lapisan terang vitrinit dengan pola tidak beraturan,
terdapat kandungan mineral sulfida sebagai pirit dan sedikit kandungan resin

Sedangkan dari hasil analisis kimia, batubara di daerah penyelidikan


mempunyai kalori 4922 kal/gr, kandungan air 15.46 %, kadar abu 6.42 %, sulfur
total 0.42 %, Zat terbang 40.72 % dan Berat Jenis 1.42 gr/cm3 dan HGI 19.
Berdasarkan klasifikasi ASTM ASA batubara tersebut termasuk kedalam jenis
Sub Bituminus C.

13
PENYUSUNAN NERACA BATUBARA DAN GAMBUT
Oleh :
Eddy R. Sumaatmadja1
1
Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I
Batubara adalah bahan galian strategis dan merupakan salah satu bahan
baku energi nasional yang mempunyai peranan besar dalam pembangunan
nasional. Informasi sumberdaya dan cadangan batubara menjadi hal penting
dalam merencanakan strategi kebijaksanaan bidang energi nasional.

Penyusunan Peta Sebaran Batubara dan Gambut Indonesia ini


dilaksanakan untuk mengetahui kualitas, sumberdaya dan cadangan batubara
Indonesia di masing-masing provinsi yang memiliki endapan batubara, sehingga
dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh daerah, terutama untuk
perencanaan pengembangan energi batubara di masing-masing provinsi.

Pengumpulan data berasal dari laporan hasil penyelidikan APBN, DIK-S,


serta laporan hasil penyelidikan pihak swasta. Berdasarkan laporan tersebut
kemudian dibuat neraca batubara dan gambut Indonesia. Dalam neraca tersebut
memuat data mengenai, kualitas, sumberdaya dan cadangan batubara dan gambut..

Sumberdaya batubara Indonesia tahun 2005 adalah sebesar 64.480


milyar ton yang terdiri dari
Kalori rendah <5100 kal/gr, adb 15.677,62 juta ton (24,32%)
Kalori sedang 5100 6100 kal/gr, adb 37.550,12 juta ton (58,23%)
Kalori tinggi 6100 7100 kal/gr, adb 10.554,64 juta ton (16,37 %)
Kalori sangat tinggi >7100 kal/gr, adb 69.10 juta ton (1,08%)

Cadangan batubara Indonesia yang tercantum berdasarkan laporan


beberapa perusahaan pemegang ijin usaha PKP2B adalah sebesar 9.010,13 juta
ton

Sumberdaya Gambut Indonesia tahun 2006 adalah sebesar 8.221 juta ton
yang terdiri dari :
Sumberdaya Gambut P. Sumatera sebesar 5,356 jutar ton
Sumberdaya Gambut P. Kalimantan sebesar 2,864 milyar ton
Sumberdaya Gambut P. Sulawesi sebesar 0,001 milyar ton

14
INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH
MARGINAL KABUPATEN NIAS,
PROVINSI SUMATERA UTARA
Oleh :
Agus Subarnas dan Robet L. Tobing

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I
Dalam rangka menunjang Program Pemerintah untuk menginventarisir
Sumber Daya Energi diseluruh wilayah Indonesia, melalui Program DIPA Tahun
Anggaran 2006 Pusat Sumber DayaGeologi telah melaksanakan inventarisasi
batubara Di Daerah Marginal.

Secara administratip lokasi inventarisasi batubara di daerah marginal ini


terletak di Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara. Pada posisi geografis 970
25' 00" 970 40' 00" Bujur Timur dan antara 010 10' 00" 010 25' 00" Lintang
Utara.

Endapan batubara di daerah penyelidikan sebagian besar berada dilokasi


sekitar S. Muzoi dan disekitanya. Kegiatan yang dilakukan yaitu Pemetaan
endapan batubara dan selama kegiatan berlangsung telah didapatkan sebanyak 16
singkapan batubara.

Berdasarkan hasil rekonstruksi didapatkan sebanyak 6 lapisan dengan


ketebalan bervariasi antara 0.50 1.70 m dan dari perhitungan dalam klasifikasi
tereka didapatkan sumber daya batubara sebesar 8.619.494,96 juta ton.

Secara megaskopis kenampakan batubara pada Formasi Gomo berwarna


Coklat kehitaman-hitam, kusam, perlapisan sering tidak tegas, keras, kadar abu
tinggi, struktur kayu terlihat dengan jelas. Sedangkan pada Blok Alooa umumnya
berwarna hitam, terang (brigtht), berlapis, keras-agak rapuh, bentuk belahan Sub
konkoidal-konkoidal mengandung sedikit sulfur/pirit dan kandungan resin,
kandungan abu umumnya rendah.

15
PENGUKURAN KANDUNGAN GAS DALAM LAPISAN
BATUBARA DI WILAYAH EKSPLORASI PKP2B DI
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
Eko Budi Cahyono1
1
Kelompok Keja Energi Fosil

S A R I
Pengukuran kandungan gas dilakukan pada titik bor dalam di wilayah
PKP2B, daerah Loa Lepu Kabupaten Kutai Kartanegera, Kecamatan Tenggarong,
Provinsi Kalimantan Timur. Pengukuran kandungan gas ini dimaksudkan untuk
mengetahui akan adanya komposisi dan kuantitas gas yang ada pada sampel atau
seam batubata di wilayah ini pada pengamatan titik bor dalam. Hasil pengukuran
kandungan gas ini selain untuk mengetahui akan kandungan gas sampel batubara,
dapat digunakan sebagai acuan atau referensi pentingnya gas dalam hubungannya
keselamatan tambang, sumber daya gas methane-nya, dampak adanya gas yang
keluar terhadap lingkungan sekitar tambang.

Gas yang ada dalam batubara umumnya mengandung komponen methane


CH4, Ethane C2, Propane C3, Iso-Butane i-C4, Normal Butane n-C4, Iso-Pentane i-
C5, Normal-Pentane n-C5, Hexane C6, Heptane Plus C7+, Hydrogen Sulfida H2S,
Carbob Dioksida CO2, Nitrogen N2, dan Oksigen O2. Kesemua komponen di atas
secara umum dapat terkandung dalam batubara, tergantung dari properti fisik dari
batubara tersebut (kadar dan kualtias serta akumulasi terbentuknya).

Pengamatan dan pengukuran kandungan gas itu sendiri dapat dibagi tiga
bagian yaitu : Total Gas, yang terdiri atas Lost Gas (Q1), Measured Gas (Q2) dan
Resudial Gas (Q3), dan dari hasil pengamatan daerah Loa Lepu di lapangan
kandungan gas Q2 mendapatkan kisaran 12 100 cc (dari dua titik bor) .

16
INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DAERAH
UMAQDIAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
Untung Triono1 dan M. Awaluddin
1
Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I
Daerah inventarisasi merupakan wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara,menempati wilayah dalam koordinat 00 30 00-00 45 00LU dan 115
55 00 116 10 00.dalam lembar peta No.1816-51 berskala 1:50.000 lembar
Umaqdian.Morfologi daerah ini dikelompokkan menjadi 3 satuan
morfologi,berupa Satuan Dataran,Satuan perbukitan bergelombang Rendah dan
Satuan Perbukitan Terjal.Formasi pembawa batubara adalah Formasi Balikpapan
yang berumur Miosen akhir-pliosen.dan Formasi Batuayau yang berumurEosen
akhir-Oligosen Bawah,pada formasi Balikpapan di jumpai 7 lapisan batubara
dengan penyebaran membentuk Sinklin yang membujur Barat-Timur,pada
Formasi Batuayau dijumpai 3 lapisan batubara membentuk lapisan Homoklin
dengan arah Barat-Timur.Total sumberdaya batubara pada kedua formasi ini
sebesar 111.744.718,091 ton

17
KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA
UNTUK TAMBANG DALAM
CEKUNGAN TARAKAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
Fatimah

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I
Kajian zonasi daerah potensi batubara untuk tambang dalam dilakukan
pada Cekungan Tarakan dan Sub Cekungan Berau Provinsi Kalimantan Timur,
yang dibatasi oleh koordinat 14500 sampai 43000 Lintang Utara dan
1161500 sampai 1181500 Bujur Timur. Secara administratif wilayah kerja
termasuk dalam Kabupaten Berau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan,
serta Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Timur.

Parameter yang digunakan untuk penyusunan zonasi daerah potensial bagi


tambang batubara bawah tanah ini antara lain: kemiringan lapisan batubara (dip),
ketebalan lapisan batubara, serta nilai kalori batubara. Sumber data yang
digunakan berupa data sekunder yang berasal dari laporan penyelidikan batubara
yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun laporan dari perusahaan-
perusahaan batubara (PKP2B dan KP).

Kegiatan ini berhasil menyusun zonasi daerah potensial bagi tambang


dalam batubara di daerah Berau, Bulungan, dan Simenggaris dengan kedalaman
maksimum zona sampai dengan 500 m di bawah permukaan.

18
INVENTARISASI KANDUNGAN MINYAK DALAM
BITUMEN PADAT DAERAH PADANGLAWAS, KABUPATEN
DHARMASRAYA, PROVINSI SUMATRA BARAT
Oleh :
S. M. TOBING

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Penyelidikan endapan serpih bitumen di daerah Padanglawas dan


sekitarnya, Kabupaten Dharmasraya, Propinsi Sumatra Barat adalah untuk
mengetahui kandungan minyak yang terdapat di dalam formasi pembawanya.

Stratigrafi daerah penyelidikan terdiri dari batuan sedimen tersier yaitu


Formasi Telisa Bawah dan Atas, Airbenakat, Kasai dan Alluvial. Formasi Telisa
Bawah terletak tidak selaras di atas Fm. Kuantan, sementara semua formasi yang
lain masing-masing terletak selaras satu sama yang lain. Semua batuan sedimen
tersier dipengaruhi oleh proses tektonik membentuk struktur antiklin dan sinklin
berarah Baratlaut Tenggara.

Berdasarkan pemetaan geologi dan data pemboran menunjukkan bahwa


lapisan serpih bitumen hanya ditemukan pada Fm. Telisa Atas. Total ketebalan
lapisan tunggal serpih bitumen sekitar 144,10 m. Penyebaran endapan lapisan
serpih bitumen di dalam Fm. Telisa Atas mengikuti sayap sinklin asimetri dengan
arah Baratlaut Tenggara dengan kemiringan 20o 70o.

Sumber daya batuan dan minyak/hidrokarbon di daerah penyelidikan


dibagi menjadi empat blok perhitungan. Luas daerah dan sumber daya minyak
pada keempat Blok I IV masing-masing adalah 2.018.873 m2 (52.635.447
barrel); 5.255.552 m2 (137.021.165 barrel); 4.215.551 m2 (121.158.912 barrel)
dan 2.058.082 m2 (59.151.218 barrel)

19
SURVEY PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DAERAH
TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU UTARA,
PROVINSI BENGKULU
Oleh :
Fatimah

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I
Daerah survey secara geografis terletak pada 33200 - 34700 Lintang
Selatan dan 1022000 - 1023500 Bujur Timur. Secara administratif daerah
ini termasuk dalam Kecamatan Taba Penanjung, Kecamatan Pagar Jati dan
Kecamatan Pematang Tiga, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
Daerah ini juga terdapat dalam Peta Geologi Lembar Bengkulu berdasarkan
indeks peta geologi regional yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Bandung.

Secara fisiografi daerah inventarisasi terdapat dalam Cekungan Bengkulu,


yang litologinya terdiri dari seri batuan sedimen dan volkanik berumur Oligosen
sampai Holosen. Struktur geologi yang sangat umum terdiri atas pelipatan dan
pensesaran. Arah perlapisan batuan hampir Utara Selatan dengan kemiringan
bervariasi antara 2 - 80.

Informasi dari peta geologi regional mengindikasikan bahwa formasi


pembawa bitumen padat di daerah survey adalah Formasi Lemau. Formasi ini
tersusun atas breksi dengan sisipan batupasir dan lempung, pada beberapa tempat
menyerpih dan mengandung lapisan batubara.

Endapan bitumen padat yang ditemukan di daerah survey terdapat di


daerah Air Kotok, Desa Surau, Desa Lubuk Unen, Desa Kancing serta pada lereng
Bukit Puding dengan ketebalan bervariasi mulai dari beberapa cm sampai
mencapai 2 m. Endapan bitumen padat tersebut tersingkap sebagai jendela-jendela
dalam satuan batuan volkanik muda. Hasil analisa laboratorium untuk mengetahui
nilaii kandungan minyak pada conto bitumen padat sampai saat ini belum
diperoleh. Sumber daya endapan bitumen padat di daerah survey tidak dihitung
mengingat keberadaannya yang hanya berupa jendela dalam batuan volkanik
dengan sebaran terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan
perhitungan sumber daya bitumen padat sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia.

20
INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP
DRILLING
DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU
Oleh :
Deddy Amarullah dan Dede Ibnu Suhada

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, pada tahun anggara 2006
Kelompok Kerja Energi Fosil telah melakukan inventarisasi bitumen padat dengan
outcrop drilling didaerah Muara Selaya, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Secara geografis daerah Muara Selaya terletak pada koordinat antara 000000,00
- 000700 Lintang Selatan dan 10005500 10100000 Bujur Timur.

Secara geologi daerah Inventarisasi merupakan cekungan kecil tipe


intra montane yang termasuk kedalam Peta Geologi lembar Solok (Silitonga
P.H. dan Kastowo, 1995), dan merupakan salah satu bagian dari Cekungan
Sumatera Tengah. Formasi yang dianggap sebagai pembawa bitumen padat adalah
Anggota Bawah Formasi Telisa yang berumur Miosen Bawah, perlapisannya
membentuk sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara. Kemiringan
lapisan batuan pada sayap sinklin bagian timurlaut berkisar antara 4o-85o, dan
kemiringan lapisan pada sayap sinklin bagian baratdaya berkisar antara 15o-75o.
Di beberapa tempat perlapisan tersebut mengalami pensesaran yang berarah
baratdaya-timurlaut.

Didaerah Inventarisasi terdapat 5 (lima) blok bitumen padat, di blok I pada


sayap sinklin bagian timurlaut terdapat 8 (delapan) lapisan, tebalnya berkisar
antara 0,20 m 8,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300 m. Pada sayap
bagian baratdaya terdapat 4 (empat) lapisan, tebalnya berkisar antara 1,40 m
2,85 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 250 m.

Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin bagian timurlaut sebanyak


1(satu) lapisan, tebalnya sekitar 2,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150
m. Jumlah lapisan pada sayap sinklin bagian baratdaya sebanyak 1(satu) lapisan,
tebalnya > 1,20 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m.

Bitumen padat di blok III pada sayap sinklin bagian timurlaut terdiri dari 2
(dua) lapisan, tebalnya berkisar antara 0,30 m 3,90 m, panjang sebaran kearah
jurus sekitar 150 m. Bitumen padat untuk sayap sinklin bagian baratdaya
sebanyak 8 (delapan) lapisan, tebal lapisan berkisar antara 0,30 m 9,25 m,
panjang sebaran kearah jurus sekitar 400 m.

21
Bitumen padat di blok IV pada sayap sinklin bagian timurlaut hanya 1
(satu) lapisan, tebal lapisan sekitar 2,80 m, sebaran kearah jurus diperkirakan
sekitar 200 m. Bitumen padat pada sayap sinklin bagian baratdaya hanya 1 (satu)
lapisan, tebal total lapisan sekitar 7,60 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar
400 m.

Bitumen padat di blok V hanya ditemukan 1 (satu) lapisan pada sayap


sinklin bagian timurlaut, tebal total lapisan sekitar 4,00 m, panjang sebaran
kearah jurus sekitar 300 m.

22
INVENTARISASI ENDAPAN BITUMEN PADAT DENGAN
OUTCROP DRILLING DI DAERAH SUNGAI RUMBIA DAN
SEKITARNYA
KABUPATEN BUNGO, PROVINSI JAMBI
( LEMBAR PETA : 0814-61)
Oleh :
Asep Suryana

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I
Penyelidikan endapan bitumen padat di daerah Sungai Rumbia dimaksudkan
untuk mempelajari keadaan geologi, khususnya mengenai sebaran dan ketebalan
endapan bitumen padat yang terdapat pada Formasi Sinamar sebagai formasi
batuan pembawa endapan bitumen padat.

Secara administratif daerah penyelidikan termasuk kedalam wilayah hukum


Kecamatan Jujuhan dan Kecamatan Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi
Jambi, sedangkan secara geografis terletak pada koordinat 01o 15 00 sampai 01o
30 00 Lintang Selatan dan 101o 30 00 sampai 101o 45 00 Bujur Timur
menempati Lembar Peta Bakosurtanal No 0814-61(Tanjungalam).

Daerah penyelidikan merupakan bagian dari Cekungan Ombilin bagian


selatan yang berbatasan dengan Cekungan Sumatera Selatan bagian Baratlaut.
Secara stratigrafi daerah penyelidikan disusun oleh beberapa formasi batuan yaitu
: Formasi Sinamar, Formasi Rantauikil, Formasi Kasai, dan Endapan Aluvium.

Evaluasi terhadap keadaan geologi daerah penyelidikan dan berdasarkan pada


conto batuan yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa endapan bitumen
padat yang terdapat pada Formasi Sinamar umumnya merupakan batuan serpih
abu-abu kecoklatan berlapis tipis.

Berdasarkan hasil pemetaan geologi menunjukkan bahwa endapan bitumen


padat pada Formasi Sinamar ditemukan berupa lapisan serpih. Panjang sebaran
endapan bitumen padat pada Formasi Sinamar sekitar 7 km hingga 15 kilometer
berarah Utara Selatan dengan kemiringan antara 14o hingga 35o .

Sumberdaya bitumen padat yang terdapat di daerah Sungai Rumbia dan


sekitarnya adalah 232.630.788,37 ton dengan kandungan minyak 2 liter/ton - 70
liter/ton

23
KAJIAN POTENSI ENDAPAN GAMBUT INDONESIA
BERDASARKAN ASPEK LINGKUNGAN
Oleh :
J.A. Eko Tjahjono

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I
Berdasarkan kebijakan pemerintah, mengenai diversifikasi penggunaan
energi alternatip, serta mengingat luas sebaran lahan gambut Indonesia yang
menempati posisi ke 4 terluas di dunia setelah Canada, Rusia dan Amerika
Serikat, yaitu sekitar 26 juta hektar, maka perlu adanya penanganan mengenai
pemanfaatan endapan gambut di Indonesia secara terpadu dan konseptual. Untuk
itu Pusat Sumber Daya Geologi membentuk Tim, guna membuat Kajian Potensi
Endapan Gambut Indonesia Berdasarkan Aspek Lingkungan. Adapun tujuan dari
kajian tersebut yaitu untuk mengetahui zona sebaran endapan gambut di Indonesia
yang masih layak untuk dieksplorasi lanjut atau ditambang guna kebutuhan bahan
baku energi, dari pada terbakar secara sia-sia pada musim kemarau yang
mengakibatkan dampak yang tidak sehat.

Berdasarkan data penyelidikan potensi endapan gambut yang umumnya


terkonsentrasi di sekitar wilayah Sumatera dan Kalimantan, sedangkan data di
wilayah lainnya sangat minim, maka kajian potensi endapan gambut tersebut
diutamakan dibuat di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Dengan beberapa
metoda dalam hal pembuatan kajian potensi endapan gambut, maka dibuat peta
Kajian Potensi Endapan Gambut Berdasarkan Aspek Lingkungan di Pulau
Sumatera dan Kalimantan berukuran A0 dengan sekala 1 : 2.000.000. Untuk
wilayah Sumatera meliputi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,
Riau, Jambi dan Sumatera Selatan, dengan luas sebaran potensi endapan gambut
sekitar 4.587.190 Hektar. Untuk wilayah Kalimantan meliputi Provinsi
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan dengan luas
sebaran potensi endapan gambut sekitar 2.914.440 Hektar. Jadi luas sebaran
Potensi Endapan Gambut Indonesia Berdasarkan Aspek Lingkungan, sampai saat
ini yaitu sekitar 7.501.630 Hektar, yaitu hanya sekitar 29% dari seluruh sebaran
lahan gambut di Indonesia. Hasil kajian potensi endapan gambut ini diharapkan
juga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan Keppres, PP,
dan Kepmen mendatang yang mengatur mengenai pemanfaatan lahan gambut di
Indonesia.

24
INVENTARISASI ENDAPAN GAMBUT DAN PENGUKURAN
WATERPAS DAERAH S. KAMPAR UTARA, KABUPATEN
PELALAWAN PROVINSI RIAU
Oleh :
J.A. Eko Tjahjono

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Daerah inventarisasi endapan gambut terletak di hilir Sungai Kampar


bagian utara, kira-kira berjarak 180 Km sebelah timur Kota Pekanbaru dengan
cara menyusuri S. Kampar. Secara administratip masuk dalam wilayah Kecamatan
Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Secara geografis luas daerah
inventarisasi sekitar 756 Km2 yang dibatasi oleh koordinat 001200 sampai
002700 Lintang Utara dan 10203600 sampai 10205100 Bujur Timur.

Stratigrafi regional daerah Kabupaten Pelalawan terletak dalam Cekungan


Sumatera Tengah dengan formasi batuan yang tersingkap yaitu Formasi Petani,
Minas, endapan permukaan tua Plistosen dan endapan aluvium Holosen yang
mengandung Gambut, lempung, lanau, pasir dan sisa tumbuh-tumbuhan. Daerah
inventarisasi umumnya didominasi oleh endapan gambut yaitu sekitar 80%,
sedangkan sisanya berupa endapan aluvial sungai.

Data fisik gambut di daerah ini berwarna cokelat tua hingga kehitaman,
dengan derajat pembusukan sedang, yaitu sekitar H3 sampai H6 dalam kelompok
Febric-Hemic sampai Hemic menurut sekala Van Post, dengan kandungan serat
rata-rata sekitar 20% sampai 40% dan masih terdapat kandungan kayu dan akar.

Hasil rata-rata analisis kimia gambut menunjukkan bahwa Lembab Nisbi


sekitar 90,20%, Moisture 8,93%, Zat Terbang 55,56%, Karbon tertambat 31,02%,
Abu 4,48%, Total Sulphur 0,26%, keasaman 3,2, Bulk Density 0,10 dan Nilai
Kalori sekitar 4939 Cal/gr.

Ketebalan endapan gambut hasil pemboran bisa mencapai lebih dari 8


meter, yang mana mempunyai bentuk geometri endapan berupa kubah (dome),
yang menebal ke bagian utara daerah inventarisasi. Posisi dasar endapan gambut
sekitar 4 meter diatas permukaan air laut, sedangkan posisi puncaknya mencapai
12 meter. Sumberdaya Tereka gambut kering yang tebalnya lebih besar dari 2
meter di daerah inventarisasi yaitu sekitar 237.875.000 Ton, dengan luas lahan
gambut sekitar 42.050 Hektar.

25
INVENTARISASI GAMBUT DAN WATERPASS
DAERAH PADANG TIKAR DAN SEKITARNYA
KABUPATEN PONTIANAK, PROVINSI KALIMANTAN
BARAT

Oleh :
Truman Wijaya

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I

Daerah inventarisasi Padang Tikar yaitu terletak didalam lembar Peta


Bakosurtanal nomer (1513-12), secara administratif termasuk Kecamatan Padang
Tikar, Kabupaten Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografi daerah
penyelidikan dibatasi oleh koordinat 0043sampai 1000 Lintang Utara dan
109013 sampai 109030 Bujur Timur. Peta dasar yang dipergunakan yaitu peta
topografi Bakosurtanal Kedar 1 : 50.000 dan Peta Geologi Lembar Pontianak /
Nangataman, Kalimantan Kedar 1 : 250.000.

Secara geologi endapan gambut terdapat pada dataran rendah yang disusun
satuan endapan aluvium yang terbentuk Kala Holosen dan berada diatas batupasir
dari Formasi Kuke yang berumur Kapur Atas
.Dari hasil penyelidikan endapan gambut didaerah ini kemungkinan secara
Paleogeografi terbentuk pada cekungan diantara undak-undak bukit batuan beku
dan tanggul-tanggul pantai, tidak banyak dipengaruhi sungai, dengan ketebalan
lebih dari 6.30 meter.

Secara megaskopis endapan gambut yang ditemukan didaerah ini termasuk


kelas Hemics sampai Sapric, berkomposisi sisa tumbuhan berupa pasta sampai
ukurtan dari 5 cm, termasuk Ombrogeneous Peat.Sumber daya gambut dihitung
dari perkalian antara luas sebaran dan ketebalan rata-rata antara 2 isopah dan
dihitung dari ketebalan 1 m ke atas adalah 552 juta m3, tersebar pada areal seluas
15.396 ha. Pada beberapa areal yang mempunyai ketebalan gambut kurang dari
1 meter, telah dimanfaatkan sebagai lahan transmigrasi lokal dan lahan tanaman
padi dan kelapa.

26
INVENTARISASI GAMBUT
DAERAH SUNGAI BILAH, KABUPATEN LABUHAN BATU
PROPINSI SUMATERA UTARA
Oleh :
Truman Wijaya

Kelompok Kerja Energi Fosil

S A R I
Dalam rangka inventarisasi potensi endapan Gambut di Indonesia,
khususnya di Sumatera Utara, telah dilakukan penyelidikan pendahuluan endapan
gambut di S. Bilah Kabupaten Labuhanbatu, Propinsi Sumatera Utara. Kegiatan
ini dilakukan oleh, Pusat Sumber Daya Geologi Pokja Energi Fosil. Pelaksanaan
pekerjaan lapangan meliputi pemetaan dan pemboran tangan yang berlangsung
dari Awal Maret sampai Awal April 2006.

Secara geografis daerah penyelidikan terletak antara 2o 15 -2o30 LU -


99 52- 100o07 BT, dan termasuk dalam lembar peta topografi, lembar Merbau
o

dari Muka Bumi Bakurstanal skala 1 : 50.000.

Secara stratigrafi dari endapan aluvium dan gambut terletak diatas Formasi
Petani, di daerah penyelidikan endapan gambut dapat dikualifikasikan sebagai
"ombrogenus peat" yang terletak pada basin peat dan diklasifikasikan sebagai "
Low Land peat" ( gambut dataran rendah, ketinggian 5 m diatas muka air laut ),
dengan derajat pembusukan H3-H6 (hemik- febrik) dan berumur 4000-5000 tahun
yang lalu.

Potensi endapan gambut di sekitar S. Bilah cukup baik, dalam kuantitas,


dan merupakan potensi gambut yang ada di Sumatera Utara. Sumberdaya gambut
yang tebalnya > 1m adalah 93,66 juta ton, gambut kering ( +5 % air, Bulk density
rata-rata 90 kg/m3 ). Nilai panas (NK) dari seluruh conto memberikan angka
antara 3958 kal/gr terendah dan 5143 kal/gr tertinggi dan termasuk tinggi untuk
ukuran gambut Indonesia.

27
KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN
HUTAN LINDUNG DI TAPADAA, KABUPATEN BONE
BOLANGO, PROVINSI GORONTALO
Oleh :
Nixon Juliawan, ST, Ir. Sabtanto JS.

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I

Kajian potensi tambang terhadap potensi bahan galian yang terdapat di hutan
lindung diperlukan agar keterdapatan potensi bahan galian pada kawasan hutan
lindung dapat diusahakan secara lebih optimal dengan sistem tambang dalam.

Di daerah Tapadaa terdapat beberapa daerah prospek bahan galian, yakni


Mopuya, Mamungaa, Moota, Cabang Kiri dan Motomboto. Tipe mineralisasi di
Mopuya dan Mamungaa adalah epithermal low sulphidation. Terdapat 5 zonasi
urat kuarsa di prospek Mopuya, yakni urat Kiri, urat Umum, urat Tenggorak, urat
Beringin dan urat Mundur. Estimasi jumlah sumber daya tereka di prospek
Mopuya adalah 321.445 ton bijih dengan kadar rata-rata 29.5 ppm Au dan 6.84
ppm Ag. Di prospek Mamungaa terdapat 3 zonasi urat kuarsa, yakni urat
Mamungaa Kiki 1, urat Mamungaa Kiki 2 dan urat Mamungaa Daa. Estimasi
jumlah sumber daya tereka di prospek Mamungaa adalah sebesar 190.005 ton
bijih dengan kadar rata-rata 10,65 ppm Au dan 19.8 ppm Ag.

Adanya kegiatan PETI di daerah prospek Mopuya dan Mamungaa sejak tahun
1990, mengakibatkan berkurangnya jumlah sumber daya. Pengamatan lapangan
mengasumsikan bahwa PETI di prospek Mopuya telah mengambil sekitar 50%
dan di prospek Mamungaa sekitar 10%. Sehingga estimasi jumlah sumber daya
tereka yang tersisa di prospek Mopuya adalah sebesar 160.722,5 ton bijih dengan
kadar rata-rata 29.5 ppm Au dan 6.84 ppm Ag, sedangkan jumlah sumber daya
tereka yang tersisa di prospek Mamungaa adalah sebesar 171.004,5 ton bijih
dengan kadar rata-rata 10,65 ppm Au dan 19.8 ppm Ag. Dengan bentuk cebakan
yang berupa urat dan memperhatikan aspek lingkungan maka sistem
penambangan yang layak di kedua prospek tersebut adalah sistem tambang dalam.

Di daerah Mamungaa Kiki terdapat batuan termineralisasi membentuk


morfologi bukit berketinggian 200 m dengan luas sekitar 2 ha. Diintepretasikan
tipe mineralisasi di Mamungaa Kiki adalah adalah epithermal low sulphidation
dengan estimasi jumlah sumber daya tereka sebesar 10.600.000 ton bijih @ 2,536
ppm Au dan 2,3 ppm Ag. Dengan memperhatikan bentuk cebakan dan kualitas
endapan, maka sistem penambangan yang layak untuk prospek Mamungaa Kiki
adalah sistem tambang terbuka.

28
Tipe mineralisasi di Moota adalah epithermal low sulphidation. Sebaran
batuan termineralisasi di prospek ini yang cukup luas tetapi hanya berkadar 0.118
ppm Au dan 1 ppm Ag, sehingga saat ini prospek Moota belum layak untuk
diusahakan.

Tipe mineralisasi di prospek Cabang Kiri adalah tipe porfiri sedangkan di


prospek Motomboto adalah epithermal high sulphidation. Di kedua prospek
tersebut meskipun sebaran batuan termineralisasinya cukup luas tetapi berkadar
rendah, sehingga sistem pertambangan yang layak di kedua prospek tersebut
adalah sistem tambang terbuka.

29
PENDATAAN PENYEBARAN MERKURI PADA WILAYAH
PERTAMBANGAN DI DAERAH PONGKOR, KABUPATEN
BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
Oleh :
Nixon Juliawan, ST

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I
Kegiatan PETI pada wilayah pertambangan di daerah Pongkor yang melakukan
pengolahan bijih dengan cara amalgamasi mengakibatkan pencemaran merkuri.
Pencemaran terjadi pada saat penggilingan, pencucian dan pemerasan, penggarangan
amalgam dan pada saat penanganan merkuri.

Pada tahap penggilingan unsur merkuri terpecah menjadi butiran halus yang sukar
dipisahkan, sehingga dapat lepas dari dalam gelundung dan masuk ke tubuh sungai atau
jatuh ke atas tanah. Pada tahap pencucian dan pemerasan, limbah yang masih
mengandung merkuri umumnya dibuang langsung ke tubuh sungai.Pada tahap
penggarangan, uap merkuri yang terbentuk tidak ditampung sehingga dapat mengendap
kembali di atas tanah.

Hasil analisis bijih yang diambil dari urat Pasir Jawa dan Ciguha dan tailing hasil
pengolahan PETI menunjukkan perolehan pengolahan cara amalgamasi yang dilakukan
PETI hanya berkisar 41% hingga 75 % dengan rata-rata 58 %.

Hasil analisis 55 conto sedimen sungai aktif didapatkan 3 kelas kisaran nilai unsur
merkuri dalam sedimen sungai aktif. Kelas pertama memiliki kisaran nilai unsur merkuri
antara 18,5 ppm 220 ppm. Kelas kedua memiliki kisaran nilai unsur merkuri antara 6
ppm 18,5 ppm. Kelas ketiga memiliki kisaran nilai unsur merkuri antara 1 ppm 6
ppm.

Hasil analisis 35 conto tanah didapatkan 3 kelas kisaran nilai unsur merkuri dalam
tanah. Kelas pertama memiliki kisaran nilai unsur Hg antara 60 - 400 ppm. Kelas kedua
memiliki kisaran nilai unsur Hg antara 10 - 60 ppm. Kelas ketiga memiliki kisaran nilai
unsur Hg antara 0,38 10 ppm.

Untuk meminimalisasi tingginya tingkat pencemaran merkuri, disarankan untuk


membuat bak pengendap yang dapat menampung meterial yang tercecer pada saat, dan
melakukan penggaran di dalam ruang tertutup atau kedap udara sehingga uap merkuri
yang terbentuk dapat dialirkan masuk ke dalam bak pengendap yang tertutup rapat.

Penyelesaian masalah PETI tidak hanya dilakukan secara hukum tetapi juga harus
memperhatikan masalah ekonomi dan sosial budaya masyarakat setempat serta dengan
melakukan sosialisasi mengenai dampak negatif pencemaran merkuri akibat kegiatan
PETI.

30
EVALUASI POTENSI BAHAN GALIAN PADA BEKAS
TAMBANG DAN WILAYAH PETI DAERAH BALAI
KARANGAN, SANGGAU, KALIMANTAN BARAT
Oleh :
Mangara P. Pohan dan Ridwan Arief

Kelompok Kerja Konservasi

S A R I
Daerah Malenggang, Balai Karangan, Kabupaten Sanggau, merupakan
salah satu daerah penghasil emas di Provinsi Kalimantan Barat, daerah ini
umumnya ditutupi oleh lapisan tanah penutup berwarna merah atau putih
kekuningan dengan ketebalan sekitar 1,0 m sampai 5,0 m yang umumnya
menutupi endapan aluvial mengandung emas dengan ketebalan bervariasi antara
0,5 m sampai 1,5 m terutama terdiri dari pasir kuarsa, fragmen batuan kuarsa,
kwarsit, dan mineral zirkon, magnetit, turmalin, mineral berat lainnya, serta
limonit. Batuan yang mendasari endapan emas aluvial terdiri dari batupasir
kotor/grewacke dan batulempung.

Penambangan emas aluvial dan emas primer saat ini masih berlangsung,
penambangan emas primer umumnya dilakukan dilokasi bekas tambang aluvial.
Emas primer ditemukan pada batuan dasar endapan aluvial berupa batupasir dan
batulempung pada kedalaman > 25 m, penambangan dilakukan dengan membuat
lobang vertikal dan lobang horizontal mengikuti arah urat.

Hasil evaluasi potensi bahan galian pada wilayah bekas tambang dan PETI
emas aluvial, diketahui sisa sumber daya bahan galian emas aluvial di daerah
Takalong Miru sebesar 944,50 kg dan Takalong Samaras 562.500 m. Kandungan
emas di daerah Taye, Lubuk Pawon dan sepanjang aliran S. Saih (blok I) masih
berpotensi untuk diusahakan. Kandungan mineral ilmenit umumnya > 75% dan
zirkon bervariasi antara 6% - 55% dan endapan lempung mempunyai kandungan
kaolin rata-rata 66% dan muscovit 34%. Endapan emas aluvial di daerah Taye,
Lubuk Pawon dan sepanjang aliran S. Saih (blok I) masih berpotensi untuk
diusahakan.

Penambangan emas primer dapat dikatakan tidak optimal, urat kuarsa yang
diperkirakan mempunyai kandungan emas kecil di buang bersama-sama batuan
samping berupa batupasir dan batelempung. Hasil analisis menunjukan
kandungan emas pada urat kuarsa tersebut sebesar 40,300 ppm Au dan pada
batupasir 91,400 ppm Au serta hasil analisis tailing memperlihatkan kandungan
emas sebesar 27,500 ppm dan 109,200 ppm.

31
EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN
GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL
DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA
BARAT
Oleh :
Mangara P. Pohan dan Nixon Juliawan

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I
Salah satu upaya untuk memperoleh manfaat yang optimal dalam
pengelolaan bahan galian adalah dengan memanfaatkan bahan galian berdimensi
kecil untuk kemungkinan dikembangkan sebagai pertambangan sekala kecil atau
pertambangan yang dilakukan oleh rakyat.

Daerah Pesa, Kecamatan Wawo dan Daerah Lambu, Kecamatan Sape,


merupakan daerah terpilih dari beberapa lokasi mineralisasi di Kabupaten Bima
yang dievaluasi sumber daya cadangan bahan galian khususnya bahan galian
logam, dan aspek pertambangannya.

Daerah Pesa sebagian besar ditutupi oleh satuan batuan gunung api tua
(Tlmv) terdiri dari lava dan breksi berkomposisi andesit dan basalt, mengandung
sisipan tufa bersifat andesit, batugamping hablur, hasil gunungapi tua (Qtv),
batuan intrusi tonalit, dan dasit. Daerah Sape secara regional ditutupi oleh satuan
aluvial (Qa) dan batugamping berlapis (Tml), dan batuan intrusi berupa batuan
intrusi dasit

Hasil evaluasi diperkirakan, Daerah Pesa ( Ringin dan Jambu Air)


mempunyai sumber daya bijih sebesar 2.160.000 ton. Hasil analisis 2 contoh urat
Ringin menunjukan Au 18 ppm dan 17 ppm, contoh lainnya < 0.5 ppm, dan 2
contoh urat Jambu Air menunjukan nilai Au 45 ppm dan 40 ppm, contoh lainnya
< 5 ppm/Au. Dengan perkiraan nilai Au rata-rata 10 ppm, maka sumber daya
emas di daerah ini diperkirakan sebesar 21 ton.

Daerah Pesa dapat direkomendasikan sebagai Tambang Sekala Kecil, akan


tetapi penangannya harus dilakukan secara hati-hati dikarenakan lokasi endapan
bahan galiannya terletak di hulu S. Kombo, dimana aliran sungai ini bermuara di
S. Lampe yang bermuara di Teluk Bima dan meliwati daerah persawahan,
pemukiman serta Kota Bima.

32
EVALUASI SUMBER DAYA - CADANGAN BAHAN GALIAN
UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL
DI KAPUAS HULU, KALIMANTAN BARAT
Oleh :
Danny Z . Herman

Kelompok Program dan Penelitian Konservasi

S A R I
Bahan galian emas merupakan komoditi utama yang menjadi sasaran
usaha pertambangan tradisional di daerah Boyan Tanjung, Kabupaten Kapuas
Hulu, Kalimantan Barat. Bahan galian emas ditemukan dalam endapan aluvium
purba (paleo-alluvium) dan berasosiasi terutama dengan sedimen point bar yang
diendapkan oleh sungai meander.

Karena anggapan bahwa penambangan emas memberikan harapan


kelangsungan kebutuhan ekonomi, dengan penggunaan teknologi penambangan
sederhana dan kemudahan pemasaran produk pertambangannya maka usaha
pertambangan tradisional ini menunjukkan kecenderungan berkembang sebagai
mata pencaharian utama. Lebih jauh lagi bahwa usaha tersebut menerapkan sistem
kemitraan yang melibatkan pemilik lahan, pemilik modal dan kelompok pelaku
penambangan setempat.

Mengacu kepada perkiraan sebaran yang signifikan dari endapan point bar
dan potensi emas yang dikandungnya, tidak menutup kemungkinan daerah-daerah
pertambangan tradisional dapat dikembangkan menjadi wilayah pertambangan
resmi berskala kecil yang memberikan dampak positif dalam penciptaan lapangan
kerja dan pendapatan khususnya bagi para pelaku usaha serta umumnya
masyarakat di sekitar wilayah pertambangan.

Usaha pertambangan resmi bahan galian emas berskala kecil harus


berorientasi kepada keekonomian masyarakat setempat, penjagaan keseimbangan
lingkungan dan tata ruang wilayah pertambangan, serta yang terpenting
memberikan kontribusi kepada kepentingan pembangunan sosial ekonomi daerah
otonom.

33
KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN
HUTAN LINDUNG
DI DAERAH LUMAJANG, JAWA TIMUR
Oleh :
Danny Z . Herman

Kelompok Program dan Penelitian Konservasi

S A R I
Secara geologi kawasan hutan lindung di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur
dibentuk oleh dominan batuan-batuan bersusunan andesitik hingga basaltik berasal dari
produk kegiatan gunungapi dari umur tertua Oligosen Atas-Miosen Awal (Formasi
Mandalika) hingga Plistosen (terdiri atas Batuan Gunungapi Jembangan, Endapan
Gunungapi Tengger dan Batuan Gunungapi Semeru). Formasi Mandalika menempati
sebagian kecil kawasan hutan lindung bagian baratdaya yang tersingkap sebagai jendela
erosi (erosional window) di antara endapan piroklastik dari produk G.Mahameru
(Semeru).

Formasi Mandalika disusun oleh batuan-batuan tuf, breksi dan lava andesitik
yang pada umumnya telah terstrukturkan dan mengalami ubahan hidrotermal
terpropilitkan berasosiasi dengan mineralisasi pirit tersebar dan stockwork urat kalsit-
kuarsa-epidot di bagian-bagian zona tersesarkan atau dimana zona rekahan terjadi secara
intensif. Indikasi ubahan dan mineralisasi pirit dengan asosiasi urat-urat kalsit-kuarsa-
epidot, diduga merupakan karakteristik zona terluar (outer alteration zone) dari suatu
sistem mineralisasi porfiri (porphyry system); kemungkinan merupakan bagian dari
mineralisasi Cu Au yang ditemukan di daerah Tempursari dan sekitarnya, yang berada
di sebelah selatan daerah kegiatan.

Metode tambang dalam/bawah permukaan pada sistem mineralisai porfiri pernah


dilakukan pada cadangan bijih tembaga porfir bernilai ekonomis di San Manuel, Arizona
dan Climax & Henderson, Colorado; yang diharapkan dapat dilakukan di kawasan hutan
lindung Kabupaten Lumajang. Terdapat beberapa parameter yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan keputusan penggunaan metode tambang dalam di kawasan hutan
lindung Lumajang, antara lain :
Perlunya eksplorasi rinci di seluruh daerah dengan indikasi sistem mineralisasi
porfiri, dalam rangka pembuktian keberadaan sumber daya atau cadangan bahan
galian tembaga (Cu) bernilai ekonomis di bawah permukaan.
Bahwa daerah termineralisasi terletak pada bagian wilayah Kabupaten Lumajang
dimana infrastruktur jalan raya utama jalur selatan melaluinya dan berperan
sebagai satu-satunya sarana transportasi atau jalur urat nadi perekonomian
propinsi Jawa Tengah - Jawa Timur.
Bahwa daerah termineralisasi ini termasuk ke dalam kategori lingkungan yang
kurang stabil karena terletak pada zona struktur sesar dan daerah yang
terpengaruh dampak kegiatan gunungapi aktif Mahameru.

34
PENDATAAN PENYEBARAN UNSUR MERKURI
PADA WILAYAH PERTAMBANGAN EMAS DAERAH
GUNUNG GEDE, KABUPATEN BOGOR,
PROVINSI JAWA BARAT

Oleh :
Rohmana, Suharsono Kamal dan Suhandi

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I
Pendataan penyebaran unsur merkuri pada wilayah pertambangan Daerah
Gunung Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan ini dilakukan
untuk mendata penyebaran unsur merkuri dan unsur logam berat lainnya.

Hasil analisis conto sedimen sungai aktif menunjukkan pengolahan emas


dengan cara amalgamasi telah menyebabkan kontaminasi pada sedimen sungai di
sekitarnya, dimana kadar Hg, Pb, Zn, As dan Cd menunjukkan nilai yang sangat
tinggi dan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dan berbahaya bagi
kesehatan masyarakat di sekitar lokasi penambangan.

Hasil analisis conto tanah menunjukkan kadar merkuri yang sangat tinggi,
yaitu 9,04 135,20 ppm Hg, tingginya nilai unsur Hg erat hubungannya dengan
proses pengolahan dan penggarangan. Hasil analisis conto tailing menunjukkan
nilai konsentrasi Hg yang sangat tinggi, yaitu 132 1090,4 ppm.

Kenaikan konsentrasi merkuri dalam tailing yang tinggi berhubungan erat


dengan pemakaian merkuri dalam proses penggilingan bijih dengan alat
gelundung. Selain itu material tailing juga masih mengandung emas, perak dan
logam-logam lainnya dalam jumlah yang tinggi, menunjukkan recovery
pengolahan yang tidak optimal dan tidak dilakukannya penanganan tailing secara
baik.

Hasil analisis conto air menunjukkan tidak terdeteksi adanya kontaminasi


merkuri dan logam berat lainnya dalam air permukaan tetapi gejala penurunan
kualitas lingkungan terlihat pada air sungai yang keruh akibat adanya pengolahan
emas dengan proses amalgamasi di sungai.

35
KAJIAN POTENSI TAMBANG PADA KAWASAN HUTAN
LINDUNG DI DAERAH BUOL PROVINSI SULAWESI
TENGAH
Oleh :
Rudy Gunradi

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I
Sudah sejak lama, diketahui kawasan-kawasan lindung dan konservasi di
Indonesia banyak menyimpan potensi bahan galian yang tidak dapat dimanfaatkan
secara optimal karena masalah undang-undang. Salah satu daerah prospek tersebut
adalah Prospek Polonggo yang secara administratif termasuk kedalam Kecamatan
Paleleh, Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah. Di daerah prospek ini pernah
dilakukan penambangan pada zaman Belanda dan pada saat dilakukan kajian
terdapat aktivitas pertambangan emas rakyat

Prospek Polonggo mempuyai luas 2,5 x 1,5 km2 , ditempati oleh Formasi
Dolokapa (Tmd) yang terdiri dari satuan batuan gunungapi di bagian bawah dan
satuan batuan sedimen di bagian atas, ubahan yang terjadi adalah argilitisasi,
silisifikasi dan propilitisasi.

Panjang zona urat 1,5 km,.mineralisasi terdiri dari pirit, kalkopirit,


sphalerit, galena, kovelit dan butiran emas halus. Terjadi 2 tahap mineralisasi;
pertama mineralisasi pirit dan emas secara tersebar, selanjutnya disusul oleh
mineralisasi kalkopirit, sphalerit, galena yang umumnya mengisi rekahan yang
ada. Sumberdaya tereka bahan galian emas antara kedalaman 100-200 m di daerah
ini sebesar 3,975 ton Au , dengan asumsi kadar rata-rata Au > 10 ppm.

Diperlukan suatu kajian ekonomi kelayakan tambang yang rinci mengingat


jumlah bahan galian emas relatif kecil dan letak endapan bahan galian relatif
dalam.

Kendala lain yang perlu diperhatikan yaitu bentang alam bagian atas telah
relatif rusak akibat kegiatan penambangan rakyat, yang menyebabkan
berkurangnya kestabilan lereng dan kekuatan batuan penyangga disekitarnya.

Apabila pertambangan emas rakyat yang ada sekarang akan dikembangkan


menjadi pertambangan sekala kecil dalam bentuk Wilayah Pertambangan Rakyat
(WPR), maka tidak seluruh endapan bahan galian tertambang, karena keterbatasan
teknologi dan dana.

36
EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN
GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI
PULAU LEMBATA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Oleh :
Rudy Gunradi,

Kelompok Program Penelitian Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Daerah kegiatan secara administratif termasuk Desa Balauring, Kecamatan
Omesuri, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil penyelidikan
terdahulu di daerah ini terdapat prospek bahan galian logam, barit di daerah
Poakoyong dan batugamping di sekitar Balauring.

Secara umum daerah Balauring dan sekitarnya ditempati oleh breksi tufa,
lava andesitik, tufa dari Formasi Kiro, satuan batugamping.dari Formasi
Waihekang dan satuan Batuan Gunung Api Tua.

Daerah prospek mineralisasi logam terletak di sekitar puncak G. Poakoyong.


Hasil penyelidikan, terekam 2 jalur urat kuarsa mengandung logam dasar masing
masing dengan panjang 250, dengan ketebalan 20 cm dan panjang 500 m. Urat
kuarsa berasosiasi dengan logam dasar (galena, kalkopirit, sfalerif, mangan),
sedikit pirit. Hasil analisis kimia menunjukkan beberapa conto mengandung unsur
Pb yang cukup tinggi, tapi dari jumlah sumber daya bahan galian tersebut tidak
ekonomis untuk diusahakan.

Hasil analisis kimia menunjukkan konsentrasi Au yang sangat kecil dan


menutup kemungkinan untuk dikembangkan menjadi suatu pertambangan.
Kendala lain dari pengolahan bijih di daerah ini umumnya sangat keras,
tersilisifikasi kuat dan urat tersebut relatif utuh, sangat sedikit kekar yang
mempengaruhinya, sehingga menyulitkan pada proses penambangan.

Potensi bahan galian barit relatif kecil dan cocok untuk dibuat pertambangan
sekala kecil, mengingat proses penambangannya sangat sederhana hanya
penggalian dan pengangkutan saja.

Potensi bahan galian batugamping terdapat di sekitar Balauring. Dengan


teknologi pembakaran sederhana batugamping terumbu bisa dijadikan kapur tohor
untuk digunakan sebagai bahan bangunan dan industri kimia yang makin hari
makin kebutuhannnya makin meningkat. Batugamping dan batu pasir gampingan
potensinya jauh lebih banyak dari batugamping terumbu. dengan kadar CaCo3 >
10%, sehingga bisa diolah menjadi bahan kapur pertanian (kaptan).

37
EVALUASI POTENSI BAHAN GALIAN PADA BEKAS
TAMBANG DAN WILAYAH PETI DI DAERAH
MONTERADO, KABUPATEN BENGKAYANG,
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Oleh :
Rudy Gunradi, Edie Kurnia. E,

Kelompok Program Penelitian Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Daerah kegiatan secara administratif termasuk Kecamatan Monterado,
Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Di daerah ini sejak jaman
dahulu telah ada kegiatan penambangan oleh rakyat. Antara tahun 1990-1996, PT.
Monterado Mas Mining, melakukan kegiatan eksploitasi di wilayah ini. PT.
Monterado Mas Mining dalam operasi penambangannya menggunakan kapal
keruk (Bucket Wheel Suction Dregde), sedangkan tambang PETI emas rakyat
menggunakan teknologi sederhana (tambang semprot). Saat ini terdapat beberapa
lokasi tambang rakyat. Kegiatan penambangan berada di S. Raya sampai ke hulu-
hulu anak sungainya.

Potensi bahan galian yang dievaluasi, yaitu potensi endapan emas aluvial di
bagian hulu dari S. Raya, mulai dari Desa Monterado sampai ke arah hulu S.
Raya. Luas sebaran aluvial di daerah kegiatan sebesar 3.084 Ha. Sebanyak 90%
endapan yang ada berupa tailing umumnya terletak di mainsteam S. Raya. Hanya
sekitar 10% endapan aluvial yang masih insitu, umumnya terletak di hulu-hulu
sungai. Ketebalan endapan aluvial di main steam S. Raya bervariasi antara 1 - 5
m, dan di hulu-hulu sungai bervariasi antara 1 2 m. Kadar rata-rata tailing 51
mg/m3 dan kadar rata-rata aluvial 136 mg/m3.

Jumlah sumberdaya tereka emas pada endapan tailing di main steam S. Raya
sebesar 42,4 ton dan jumlah sumberdaya tereka emas aluvial yang masih insitu di
hulu-hulu S. Raya sebesar 6,29 ton.

Pola dan sistim penambangan PETI emas yang ada tidak sistimatis dan tidak
didasarkan hasil eksplorasi yang baik yang menyebabkan banyak lokasi bukaan
tambang yang tidak berhasil dan banyak menyisakan bahan galian tertinggal.
Disamping itu menyebabkan kerusakan lingkungan berupa kerusakan bentang
alam, tingginya tingkat pelumpuran sungai dan pencemaran air raksa.

Masih banyaknya butiran emas pada tailing membuktikan sistim pengolahan


PETI emas aluvial tidak sempurna, recovery pengolahan relatif kecil. Salah satu
penyebabnya adalah disain dan ukuran dari sluice box yang tidak sesuai.

38
Potensi bahan galian lain yang terdapat bersamaan dengan emas aluvial
adalah zirkon, pasir kuarsa, dan tanah urug dengan jumlah yang cukup besar.
Bahan galian zirkon dan pasir kuarsa berupa bahan galian lain dan/atau mineral
ikutan pada proses pengolahan emas aluvial. Bahan galian zirkon memiliki
prospek baik untuk dikembangkan dan sampai saat ini belum dimanfaatkan. Pasir
kuarsa masih relatif sedikit dimanfaatkan, saat ini digunakan oleh masyarakat
setempat untuk bahan bangunan dan tidak sedikit yang digunakan sebagai tanah
urug. Pemanfaatan pasir kuarsa dan zirkon untuk tanah urug kurang tepat dilihat
dari segi konservasi bahan galian mengingat terjadinya penurunan nilai ekonomi
dari bahan galian tersebut.

39
INVENTARISASI POTENSI BAHAN GALIAN PADA
WILAYAH PETI, DAERAH NABIRE, PROVINSI PAPUA

Oleh:
Denni Widhiyatna, Sabtanto J Suprapto, Asep Ahdiat

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I
Sejarah penambangan emas di Kabupaten Nabire diawali oleh kegiatan
pendulangan emas aluvial di Distrik Topo sekitar 40 km dari Nabire sejak tahun
1994-2002. Besarnya potensi kandungan emas aluvial ditunjukkan dengan
tersebarnya lokasi pertambangan emas di daerah ini antara lain di Daerah Siriwini,
Musairo-Legare, Topo, Wanggar, Kilo 62-64, Centrico, Kilo 74 dan Siriwo.

Secara umum, metode penambangan emas aluvial dilakukan berdasarkan


kondisi endapan aluvialnya, antara lain :
a. Penambangan emas pada endapan aluvial aktif (muda) yang dilakukan pada
badan-badan sungai menggunakan peralatan sederhana seperti dulang atau
wajan, linggis, sekop, cangkul dan ayakan.
b. Apabila penambangan dilakukan untuk mengambil material aluvial purba
atau aluvial recent yang terdapat di tebing sungai atau di darat, maka
pengambilan bijih emas dilakukan dengan membuat sumuran atau paritan
untuk mencapai lapisan yang diperkirakan mengandung emas. Selanjutnya
material yang diperoleh didulang di sekitar lokasi lubang tambang.
c. Metode tambang semprot yang menggunakan mesin berkekuatan 5,5
PK/unit untuk menambang emas pada aluvial tua atau tanah lapukan dari
batuan dasarnya, selanjutnya material tersebut dimasukkan ke dalam sluice
box kemudian mineral-mineral beratnya di dulang.

Secara geologi, lokasi penambangan emas dihuni oleh endapan-endapan


aluvial muda dan aluvial tua yang secara umum terdiri dari fragmen-fragmen
kuarsa putih susu, batuan ultramafik, batuan malihan dan batuan sedimen.
Umumnya potensi kandungan emas dalam endapan aluvial tua akan meningkat
seiring dengan peningkatan ukuran butiran endapan tersebut yang relatif lebih
dalam dan dekat dengan batuan dasarnya.

40
EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN
GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL ,
DAERAH KABUPATEN BANYUMAS
PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh :
Raharjo Hutamadi 1 , Mulyana 2
1
Kelompok Program Penelitian Konservasi,
2
Subbid Laboratorium, Bidang Sarana Teknik

S A R I
Daerah kegiatan meliputi kecamatan Lumbir, Gumelar, Pekuncen,
Ajibarang dan Kedung Banteng secara administratif termasuk ke dalam
Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah dengan ibukota kabupaten di
Purwokerto.

Bahan galian yang memiliki kadar maupun jumlah sumber daya dan
cadangan yang rendah umumnya kurang diminati oleh pelaku usaha
pertambangan bersekala besar, maka perlu upaya untuk dapat memanfaatkannya
meskipun dengan penambangan sekala kecil, hal ini dilakukan agar potensi bahan
galian tersebut dapat memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah maupun
devisa negara.

Pengertian, kriteria, ketentuan tentang pertambangan sekala kecil hingga


saat ini masih sering menimbulkan kerancuan dikalangan aparat terutama di
daerah dan masyarakat yang terkait pertambangan, hal ini antara lain disebabkan
belum adanya ketentuan ataupun peraturan yang menjadi acuannya.

Usaha pertambangan di Banyumas pada umumnya kategori pertambangan


rakyat atau dapat dikatakan sebagai pertambangan sekala kecil. Pengusahaan
bahan galian di wilayah ini meliputi kegiatan penambangan dan pengolahan
bahkan sampai pemasaran. Adapun bahan galian yang diusahakan cukup beragam,
seperti batugamping, andesit dan diorit, (istilah setempat batukali, batu gunung),
pasir, batulempung. Pendulangan emas dilakukan masyarakat sejak terjadinya
krisis ekonomi hingga saat ini bahkan telah menjadi mata pencaharian sebagian
masyarakat di sekitar aliran S. Larangan dan Kali Arus. Masyarakat dalam
mencari emas ini melakukan dengan cara penggalian pada endapan aluvial tua
yang kemudian dilakukan pendulangan. Di desa Gancang (K. Arus),
penambangan dilakukan dengan cara menggali pasir yang mengandung emas di
dalam sumur-sumur berkedalaman 4 -5 m dan diteruskan dengan pembuatan
terowongan-terowongan., untuk mengeluarkan genangan air di dalamnya dibantu
dengan menggunakan pompa.

41
Di daerah Karang Alang ditemukan mineralisasi berupa urat-urat kuarsa
yang mengandung logam sulfida, diduga mineralisasi ini mengikuti bidang
patahan yang telah mengalami ubahan argilik. Urat kuarsa dilokasi ini umumnya
berupa lensa-lensa mengandung pirit tersebar yang sebagian telah mengalami
oksidasi, tebal urat antara 20-25 cm dengan arah jurus/kemiringan N95E/50.
Khususnya bahan galian emas di daerah Cihonje-Karang Alang apabila
dikembangkan menjadi suatu wilayah pertambangan emas walaupun bersekala
kecil dihadapkan beberapa kendala,antara lain :
Aspek tata guna lahan, karena lokasinya terletak di daerah pemukiman padat
penduduk, daerah peruntukan perkebunan/kehutanan dan dilalui satu-satunya
jalan utama sebagai jalur perekonomian desa.
Aspek sosial - ekonomi; kemungkinan penolakan oleh masyarakat karena
kebiasaan masyarakat setempat telah cukup lama akrab dan memilih
menambang emas dengan cara menggali pasir dan mendulang di sungai dimana
dampak terhadap lingkungan dirasakan relatif tidak mengkhawatirkan.

42
INVENTARISASI POTENSI BAHAN GALIAN PADA
WILAYAH PETI
DAERAH BELITUNG, PROVINSI BANGKA BELITUNG
Oleh :
Denni Widhiyatna, Mangara P Pohan, Asep Ahdiat

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I
Kegiatan penambangan timah tanpa izin (PETI) di Pulau Belitung dikenal
dengan sebutan Tambang Inkonvensional (TI), Lokasi-lokasi penambangan
umumnya merupakan bekas lokasi penambangan PT.Timah Tbk yang berupa
daerah yang telah direklamas, dan kolam-kolam bekas penambangan yang
ditambang kembali. Lokasi Tambang Inkonvensional tersebut relatif tersebar
merata di Pulau Belitung.

Metode penambangan yang dilakukan berupa penambangan terbuka


dengan sistem tambang semprot (hydraulicking). Sistem tambang semprot adalah
suatu cara penambangan yang mempergunakan alat penyemprot air yang disebut
monitor atau giant sebagai alat gali, pompa tanah sebagai alat angkut bijih,
Sakhan sebagai alat alat konsentrasi bijih timah dan generator untuk
pembangkit tenaga listrik.

Pengaruh terhadap lingkungan karena adanya aktivitas Tambang


Inkonvensional di Pulau Belitung antara lain adalah hancurnya tanah penutup
yang hanyut ke dalam air, timbulnya genangan-genangan air, munculnya
gundukan-gundukan tanah yang berupa pasir/kerikil dan berubahnya ekosistem di
sekitar penambangan.

Berdasarkan hasil peninjauan di lapangan, para penambang umumnya


hanya mengambil dan menjual kasiterit, sedangkan mineral ikutan lainnya seperti
ilmenit, zirkon, xenotim dan kuarsa hingga saat ini belum dimanfaatkan. Hasil
analisis mineralogi butir dari beberapa pemercontoan konsentrat dulang
menunjukkan prosentase yang signifikan atas kandungan mineral-mineral ikutan
tersebut sehingga diperlukan upaya untuk memanfaatkannya selain kasiterit, hal
ini agar diperoleh manfaat yang optimal dalam suatu proses penambangan dan
pengolahan sehingga didapatkan beberapa jenis mineral yang bermanfaat.

Upaya peningkatan perolehan pengolahan secara umum telah dilakukan


oleh para penambang dengan cara mengolah kembali material yang lepas dari
Sakhan di kolam penampungan tailing. Pengolahan ini menggunakan ember
untuk mengambil tailing yang selanjutnya diolah dengan alat konsentrasi mineral

43
berat berupa sakhan yang berukuran relatif lebih kecil dengan tujuan untuk
memperoleh mineral-mineral berat yang masih terdapat pada tailing. Hasil
pengamatan di lapangan menunjukkan kandungan timah dan mineral ikutan
lainnya relatif masih banyak, hal ini kemungkinan karena mineral-mineral berat
tersebut cukup banyak yang tidak mengendap pada sakhan yang kemudian
terakumulasi pada tumpukan tailing.

Salah satu mineral yang terdapat pada tailing hasil penambangan timah
aluvial adalah pasir kuarsa, saat ini pasir kuarsa tersebut belum dimanfaatkan atau
hanya digunakan sebagai material penutup. Menurut Sudradjat dkk, pasir kuarsa
di Bangka-Belitung memiliki kadar SiO2 antara 97,6 % - 98,53%, oleh karena itu
perlu dipertimbangkan pemanfaatannya agar diperoleh nilai tambah dari mineral
tersebut.

Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain adanya upaya untuk
membentuk Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) bagi penambang timah,
kemudian dilakukan sistim penambangan yang baik dan berwawasan lingkungan
dan adanya bimbingan oleh aparat pemerintah agar penambangannya dilakukan
sesuai dengan prosedur teknis yang tepat.

44
INVENTARISASI POTENSI BAHAN GALIAN PADA
WILAYAH PETI DAERAH HALMAHRA UTARA, PROVINSI
MALUKU UTARA
Oleh :
Suhandi, Wawan Suherman

Kelompok Program Penelitian Konservasi,

S A R I
Daerah kegiatan secara administratif termasuk kedalam Desa Roko dan Kapa
Kapa, Kecamatan Galela dan Loloda Utara, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi
Maluku Utara.

Kegiatan pertambangan tanpa izin (PETI) di daerah Gosowong pada wilayah


pertambangan PT. NHM sudah mulai banyak berkurang semenjak pemerintah melakukan
penertiban. Daerah Halmahera Utara adalah daerah prospek sebagai pilihan oleh
masyarakat lokal maupun pendatang dan mulai marak adanya kegiatan pertambangan
tanpa izin (PETI), sebelumnya daerah tersebut telah di eksplorasi oleh PT. Nusa
Halmahera Minerals (PT. NHM), pada tahun 1998 telah di lepas dan statusnya sekarang
telah di kembalikan oleh Negara.

Untuk memperoleh data dan informasi mengenai potensi bahan galian pada
kegiatan wilayah PETI terutama sumberdaya/cadangan, menginventarisasi bahan galian
lain, mineral ikutan, recovery penambangan dan pengolahan, penanganan tailing perlu
dilakukan pendataan pemanfaatan bahan galian di daerah tersebut.

Ada beberapa kelompok penambangan emas tanpa izin (PETI) di daerah Roko
dan Kapa Kapa melakukan kegiatan dengan cara tradisional (amalgamasi), daerah Roko
setiap kelompok dapat memperoleh 2-3 gram/hari, daerah Kapa Kapa setiap kelomok
memperoleh 1-2 gram/hari, dengan sistem penambangan lobang vertikal.

Batuan yang menyusun daerah ini terdiri dari breksi volkaniklastik basaltik
andesit sedikit sedimen volkanik, breksi hydrothermal tersilifikasi terdiri dari tufa klastik,
andesit dengan matrik vughy kalsedonik kuarsa dengan pyrit <1%, terdapat juga tufa
debu dan ignimbrit. denga arah umum urat kuarsa relatif utara-selatan dengan ketebalan
20-40 cm

Disamping kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI), daerah tersebut


terdapat potensi bahan galian lain seperti Batugaming, pasirbesi dan mangan.

Optimalisasi penambangan dan pengolahan perlu di tingkatkan dengan


mempertimbangkan aspek pemanfaatan bahan galian yang ada dengan tetap penerapan
konservasi bahan galian.

45
PENDATAAN PENYEBARAN MERKURI PADA WILAYAH
PERTAMBANGAN
DI DAERAH SELOGIR, KAB.WONOGIRI, PROVINSI JAWA
TENGAH
Oleh :
Denni Widhiyatna, R.Hutamadi, Asep Ahdiat

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I
Wilayah penambangan emas di Kecamatan Selogiri hanya terdapat di
sekitar Gunung Tumbu Kalipuru yang ditempati oleh batuan mikrodiorit
terkersikkan dan sebagian ubahan argilik dengan membawa mineralisasi emas,
perak dan logam dasar berupa endapan primer tipe urat. Mineralisasi utama terjadi
berupa pengisian rekahan oleh jaringan urat kuarsa halus yang mengandung
mineral-mineral sulfida berupa pirit dan kalkopirit yang berasosiasi dengan logam
mulia emas dan perak.

Metode penambangan yang dilakukan berupa tambang dalam, sedangkan


pengolahan bijih emas berupa amalgamasi dengan menggunakan
gelundung/tromol yang digerakkan oleh generator diesel atau dinamo listrik.
Lokasi pengolahan bijih umumnya dilakukan di sekitar lubang tambang.Tidak ada
pengolahan yang dilakukan di sungai karena debit airnya kecil bahkan terkadang
tidak berair. Hanya terdapat beberapa kelompok penambang yang mengolah
tailing dengan menggunakan sluice box dan dulang untuk mendapatkan konsentrat
logam berat dan amalgam yang selanjutnya dilakukan proses amalgamasi untuk
mendapatkan emasnya. Walaupun kegiatan ini dapat meningkatkan perolehan
pengolahan namun karena dilakukan di Kali Jendi dan Kali Puru maka
menyebabkan air sungai menjadi keruh dan terkontaminasi unsur merkuri dan
logam dasar yang lepas dalam tailing.

Hasil analisis conto sedimen sungai aktif menghasilkan 3 kelompok unsur


konsentrasi merkuri. Kelompok pertama berkisar antara 76.000 ppb 194.000
ppb yang terdapat pada sungai-sungai di wilayah pertambangan, antara lain di
Kali Nglenggong, Kali Puru, Kali Jendi dan Kali Geritan. Kelas kedua memiliki
kisaran nilai unsur merkuri antara 1000 ppb 76.000 ppb Hg, yang tersebar di
bagian tengah hingga hilir Kali Puru dan Kali Jendi sampai di Kali Blatukan.
Kelas ketiga berkisar antara 42 ppb 1000 ppb yang mana kelompok konsentrasi
ini dapat dianggap sebagai rona awal kadar merkuri pada sedimen sungai di
wilayah Selogiri. Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa peninggian
konsentrasi unsur merkuri dalam conto sedimen sungai masih bersifat lokal di
sekitar penambangan dan adanya penurunan konsentrasi ke arah hilir.

46
Peninggian konsentrasi merkuri dan logam dasar dapat diakibatkan antara
lain : Kontaminasi merkuri yang ditambahkan pada proses amalgamasi untuk
menangkap emas yang ikut terbuang ke dalam tailing dan yang menjadi uap
merkuri saat penggarangan amalgam.
Dispersi alami dari tubuh bijih yang mengandung merkuri dan logam dasar.
Kontaminasi dari batuan atau bijih emas yang mengandung merkuri dan logam
dasar yang terbuang sebagai tailing.
Kontaminasi dari aktivitas manusia di sekitar penambangan seperti pemakaian
pestisida, penggunaan peralatan yang mengandung logam, gas buang
kendaraan dll yang mengandung unsur merkuri dan logam lainnya.

Upaya untuk mengurangi resiko terjadinya kontaminasi merkuri dan


logam dasar lainnya antara lain kolam pengendap tailing harus dibuat secara baik
dan apabila telah penuh maka tailing yang ada harus diangkat dan disimpan di
tempat tertentu yang lebih aman dan proses penggarangan harus dilakukan di
tempat tertutup dengan menggunakan alat kondensator sehingga uap merkuri yang
dihasilkan tidak menyebar ke udara terbuka dan dapat didaur ulang.

47
INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH PETI
DAERAH KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU
Oleh:
Rohmana, Zamri Tain

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I
Kegiatan inventarisasi bahan galian pada wilayah PETI dilakukan di Desa
Siabu, Kecamatan Salo dan Desa Bukit Melintang, Kecamatan Bangkinang Barat,
Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Pada daerah ini terdapat lokasi bekas
penambangan timah zaman Belanda.

Kegiatan PETI hampir tidak pernah melakukan kegiatan eksplorasi


cadangan. Kegiatan utama PETI umumnya adalah eksploitasi dan produksi
terhadap bahan galian tersebut.

Daerah kegiatan mempunyai potensi bahan galian logam timah tipe


endapan aluvial dan,bahan galian lain yang berpotensi untuk dimanfaatkan.
Bahan galian timah di daerah kegiatan secara geologi regional banyak
terdapat di Formasi Petani, nampak di jumpai di sekitar Sungai Siabu dan Sungai
Lipai. Depositnya bersifat sekunder, sumber materialnya berasal dari batuan beku
granit yang merupakan intrusi batuan beku yang muncul di permukaan bukit
barisan.

Inventarisasi bahan galian pada bekas wilayah tambang yang tercakup


pada areal kegiatan PETI telah dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi Riau meliputi: pemetaan topografi, pemetaan geologi, pemetaan
geokimia, pemetaan Geofisika, pemboran dan perhitungan cadangan.

48
INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH PETI DI
DAERAH KAMIPANG, KABUPATEN KATINGAN, PROVINSI
KALIMANTAN TENGAH
Oleh :
Edie Kurnia Djunaedi, Yuman Pertamana, Chandra Putra

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I
Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan bahan galian perlu dilakukan penerapan
konservasi bahan galian, sehingga tidak menyebabkan pemborosan atau penyia-nyiaan
bahan galian di berbagai tahapan kegiatan. Disamping itu dalam pengelolaan sumber
daya mineral juga perlu perumusan konservasi untuk kepentingan penelitian, cagar alam
geologi/laboratorium alam dan cadangan bagi generasi yang akan datang.Dalam
mendukung upaya tersebut di atas, tim dari Pokja Konservasi Pusat Sumber Daya
Geologi telah melakukan Inventarisasi Bahan Galian Pada Wilayah PETI di Daerah
Kamipang, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah.

Stratigrafi, urut-urutan formasi batuan dari yang berumur tua kemuda adalah
sebagai berikut Malihan Pinoh, Batuan Gumungapi Formasi Kuayan, Tonait Sepauk,
Granit Sukadana, Granit, Batuan Gunungapi Krabai, Formasi Mentemoi, Batuan
Gunungapi Malasan, Terobosan Sintang, Formasi Dohor dan Aluvial terdiri dari lumpur,
lempung, pasir, kerikil dan kerakal.

Potensi bahan galian non logam di daerah kabupaten Katingan adalah Batu granit,
Kaolin, Pasir Kuarsa dan Zirkon (A.F.Yusuf, 2006).

Bahan galian di daerah Kabupaten Katingan belum banyak diusahakan sampai


tahap eksploitasi. Bahan galian non logam yang dimanfaatkan hanya pasir kuarsa yang
digunakan untuk bahan bangunan. Sedangkan hasil penambangan emas dan zirkon belum
dikelola oleh pemerintah daerah Katingan ( Potensi Unggulan dan Peluang
Investasi,Kabupaten Katingan,2006). Wilayah penambangan emas tanpa izin (PETI) yang
terdapat di Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan terletak di daerah hulu sungai
Klaru dan menyebar kedaerah Hampalit, kecamatan Katingan Hilir. Potensi emas aluvial
di daerah kegiatan cukup besar, penambangan umumnya dilakukan oleh rakyat setempat.
Hasil diskusi dengan para penambang, produksi mulai dari 6 gram/hari sampai dengan 30
gram/hari. Pengolahan hasil penambangan berupa konsentrat yang mengandung emas,
biasanya dilakukan oleh penambang dengan pemilik lahan. Setelah mendapatkan emas
bulion kemudian dibakar, pembakaran dan menentukan kadar mas dilakukan oleh toko
mas.
Banyaknya butir emas pada tailing membuktikan pengolahan tidak sempurna
(recovery pengolahan rendah), salah satunya diakibatkan oleh disain sluice box tidak
baik dan alas karpet yang sudah jelek., tidak sistematis menyebabkan terjadinya
kerusakan lingkungan berupa kerusakan bentang alam

49
INVENTARISASI BAHAN GALIAN PADA BEKAS TAMBANG
DI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN, PROVINSI
JAMBI
Oleh :
Edie Kurnia Djunaedi, Yuman, Yunizar

Kelompok Program Penelitian Konservasi,

S A R I
Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan bahan galian perlu dilakukan
penerapan konservasi bahan galian, sehingga tidak menyebabkan pemborosan
atau penyia-nyiaan bahan galian di berbagai tahapan kegiatan. Disamping itu
dalam pengelolaan sumber daya mineral juga perlu perumusan konservasi untuk
kepentingan penelitian, cagar alam geologi/laboratorium alam dan cadangan bagi
generasi yang akan datang.Dalam mendukung upaya tersebut di atas, tim dari
Pokja Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi telah melakukan Inventarisasi
Bahan Galian Pada Bekas Tambang di Daerah Kabupaten Sarolangun, Jambi

Potensi bahan galian di daerah kabupaten Sarolangun, terdiri dari :


Batubara, Emas,Batugamping, Granit, Pasir kuarsa, Pasir sungai, Lempung,
Minyak bumi, Biji besi, Zirkon, Timbal, Tembaga, Marmer, Kaolin, Fosfat dan
Bentonit. (Bappeda kab.Sarolangun,2002 dan Dinas Lingkungan Hidup
Pertambangan dan Energi, kab Sarolangun,2006)

Bahan galian tersebut diatas pada umumnya dikelola oleh beberapa


perusahaan, tahapannya masih dalam penyelidikan umum sampai dengan
eksplorasi. Perusahaan yang melakukan kegiatan eksploitasi pada saat ini PT.
Bina Wahana Meruap bumi dan PT.Petro China yang melaksanakan
penambangan minyak bumi dan PT. Sungai Belati Coal yang menambang
batubara.

Bahan galian pada bekas tambang yang ada di kabupaten Sarolangun


hanya bekas-bekas tambang emas tanpa izin (PETI).

Kegiatan penambangan ini telah lama dilakukan oleh beberapa keluarga


secara turun temurun. Sebelumnya masyarakat hanya menambang dengan cara
mendulang, namun kini dengan masuknya pendatang bekerjasama dengan
penduduk setempat dan seiring kemajuan teknologi, kegiatan penambangan telah
menggunakan mesin Dompeng. Kegiatan penambangan dilakukan terutama
pada daerah-daerah sekitar Sungai Batang Asai, Sungai Tembesi, Sungai
Selembau, Sungai Limun dan Sungai Batang Rebah.

50
Jumlah sumber daya hipotetik emas aluvial yang masih tersisa di Blok.1
kecamatan Batang Asai 63.148 kg. Blok.2. kecamatan Bathin VIII dan
Kecamatan Sarolangun 280.720 kg kg, Blok.3. Desa Teluk Rendah, Kp Tujuh,
Kecamatan Limun 32.351 kg dan Blok.4 Desa Ranggo,Kecamatan Limun
32.222 kg.

Potensi bahan galian lain pasir kuarsa, zirkon dan mineral ikutan pada
proses pengolahan emas aluvial di daerah inventarisasi kurang lebih 0,6 % dari
jumlah potensi aluvial.

51
PENYUSUNAN ENSIKLOPEDI BAHAN GALIAN INDONESIA
SERI BATUGAMPING

Tim Ensiklopedi

Kelompok Program Penelitian Konservasi

S A R I
Batugamping merupakan batuan sedimen dengan komposisi utama
mineral kalsit (CaCO3), dolomit (CaMg(CO3)2) dan aragonit (CaCO3), yang
terbentuk dengan beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik dan kimia. Di
alam yang sering dijumpai adalah batugamping yang terbentuk secara organik
yang berasal dari kumpulan endapan cangkang kerang dan siput, foraminifera
serta ganggang atau dari kerangka binatang koral yang telah mati. Batugamping
yang terbentuk secara mekanik berasal dari perombakan batugamping yang telah
ada yang kemudian terendapkan kembali. Batugamping yang terbentuk secara
kimia bersala dari pengendapan kalsium karbonat dalam kondisi iklim dan
lingkungan tertentu, baik dalam air tawar, air asin atau endapan sinter kapur.

Tipe batugamping di Indonesia telah di deskripsi oleh Kusumadinata


(1982) meliputi batugamping afanitik, batugamping bioklastik, batugamping
terumbu, batugamping kristalin dan batugamping kalstik yang terdiri dari
batugamping klastik fragmenter dan batugamping klastik non fragmenter.

Pemerian batugamping yang umum digunakan di lapangan atau di


laboratorium adalah klasifikasi Dunham (1962) yang melakukan klasifikasi
batugamping berdasarkan tekstur atau hubungan antara matrik dan butir karbonat;
Klasifikasi Folk (1962) yang melakukan klasifikasi batugamping berdasarkan
pada kehadiran butiran karbonat (allochem), lumpur karbonat semen (micrite)
atau semen karbonat (sparite calcite) di dalam batugamping; klasifikasi Pettijohn
(1975) berdasarkan kepada susunan kimia dan mineralogi batuan karbonat yang
tercampur dengan lempung

Bentang alam yang secara khusus berkembang pada batugamping adalah


bentang alam kars. Pembentukan bentang alam kars dipengaruhi oleh proses
karsifikasi, yang dipengaruhi oleh proses pelarutan dan pengikisan dengan tingkat
lebih tinggi dibanding kawasan lainnya.

Batugamping tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia dengan


karakteristik yang berbeda-beda, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh kondisi
geologi masing-masing daerah.

Neraca sumber daya mineral tahun 2005 menunjukkan sumber daya

52
batugamping di Pulau Jawa 9.810,706 juta ton; Pulau Sumatera 73.820,044 juta
ton; Pulau Kalimantan 1.6.430,22 juta ton; Pulau Sulawesi 79.300,19 juta ton;
Pulau Irian 2.592,39 juta ton; Pulau Bali 7.191,29 juta ton; Kepulauan Maluku
dan Halmahera 8.871 juta ton; Kepulauan Nusa Tenggara 43.625.51 juta ton.

Eksplorasi endapan bahan galian batugamping dilakukan berdasarkan pada


pedoman teknis eksplorasi bahan galian non logam berkaitan dengan
batugamping.

Analisis laboratorium yang umum dilakukan terhadap bahan galian


batugamping, meliputi analisis kimia, analisis petrofisika, analisis petrologi dan
mineralogi.

Penambangan bahan galian batugamping umumnya dilakukan dengan


sistem tambang terbuka dengan menggunakan sistem jenjang. Pekerjaan
pembongkaran batugamping umumnya disertai dengan pemboran dan peledakan.

Pengolahan batugamping (kalsium karbonat) umumnya sangat sederhana,


yaitu dengan cara penggerusan dan pembakaran. Reaksi kimia sering pula
dilibatkan bila bertujuan membuat produk khusus untuk menghasilkan kalsium
karbonat murni dengan derajat kecerahan tinggi dan ukuran butir seragam. Pada
proses pembakaran batugamping, umumnya dibedakan menjadi dua, yakni
pembakaran temperatur rendah (750oC 900oC) dan pembakaran temperatur
tinggi (1200oC 2000oC). Proses pembakaran temperatur rendah dilakukan untuk
menghasilkan kapur tohor (quicklime), sedang pembakaran temperatur tinggi
untuk menghasilkan kapur padam (dead-burned limestone).

Batugamping sebagai bahan galian banyak memiliki manfaat yang dapat


digunakan untuk keperluan berbagai macam industri, baik dalam sebagai bahan
baku utama atau penyerta dan dalam bentuk batugamping yang belum diproses
atau setelah diproses terlebih dahulu.

Banyak industri yang memerlukan batugamping atau hasil olahannya


meskipun dalam jumlah sedikit sekali. Penggunaan batugamping pada berbagai
macam industri memerlukan persyaratan tertentu, seperti derajat kemurnian
(kadar CaO), unsur pengotor (Mg, Al, Fe, P, S, Na K, D dan F), mineral pengotor
(kuarsa, pirit dan markasit) dan sifat fisik (kecerahan, ukuran butir, luas
permukaan dan kelembaban).

Industri-industri yang menggunakan batugamping atau kalsium karbonat,


baik sebagai bahan baku, bahan campuran atau penunjang, antara lain industri
semen, pembuatan karbid, peleburan dan pemurnian baja, bahan keramik, industri
kaca, industri bata silika, bahan pemutih dalam industri kertas, pulp dan karet,
pembuatan soda abu, penjernih air, proses pengendapan bijih logam non besian,
industri gula dan industri pertanian.

53
EKSPLORASI PASIR BESI DI DAERAH KECAMATAN
GALELA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA UTARA,
PROVINSI MALUKU UTARA
Oleh :
Kisman

S A R I
Kebutuhan bahan baku bijih besi dan pasir besi untuk industri baja di
Indonesia semakin meningkat. Oleh karena itu perlu eksplorasi dan inventarisasi
terhadap endapan besi tersebut di seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu Kelompok
Kerja Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi melalui Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) TA 2006 melakukan eksplorasi endapan pasir besi di daerah
Kecamatan Galela Utara, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara.
Pelaksanaan penyelidikan di daerah ini dilakukan dengan metoda pemetaan
endapan di permukaan, pengukuran topografi, pemboran, sumur uji, dan analisis
laboratorium.

Anggota dari Formasi Bacan yang tersusun oleh batuan andesitik, diduga
kuat merupakan sumber pasir besi yang diendapkan di pantai Kecamatan Galela
Utara. Kandungan Fetotal daerah Galela Utara cukup tinggi dengan kisaran antara
51,98% - 62,73%, dengan variasi yang hampir merata pada setiap lubang.
Sedangkan untuk kandungan TiO2 dalam kategori kecil karena maksimal 9,26%.

Analisis ayak menunjukkan bahwa endapan pasir di daerah Kecamatan


Galela Utara memiliki besar butir dominan pada fraksi -1/2 +1/4. Nilai MD
masing-masing sektor berbeda, sektor I dengan luas 67,05 Ha, nilai MD = 5,93%
ketebalan pasir besi = 0,5 m. Sektor II luas 73,51 Ha, nilai MD = 19,71% dan
ketebalan pasir besi 1,50 m. Sektor III luas 59,76 Ha, nilai MD = 14,51% dan
ketebalan pasir besi 1,0 m. Sedangkan untuk SG = 3,21 dan tingkat keyakinan
50%, ini berlaku untuk semua sektor.

Hasil perhitungan sumberdaya berdasarkan rumus seperti dalam teori,


maka sumberdaya pasir besi pada sektor I = 31.907,92 ton; pada sektor II =
348.818,37 ton dan pada sektor III = 139.172,38 ton. Jumlah sumberdaya pasir
besi di daerah Kecamatan Galela Utara sebesar 519.898,67 ton.

54
PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER

Oleh :
Deddy Sutisna

S A R I
Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia sudah banyak
dilakukan oleh berbagai pihak, sehingga diperlukan penyusunan pedoman teknis
eksplorasi bijih besi. Pedoman dimaksudkan sebagai bahan acuan berbagai pihak dalam
melakukan kegiatan penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi primer, agar ada
kesamaan dalam melakukan kegiatan tersebut diatas sampai pelaporan.
Pedoman teknis eksplorasi bijih besi primer meliputi tata cara dan tahapan eksplorasi.

Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi sebelum
pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan lapangan. Kegiatan
sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai prospek
cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur dan penginderaan jarak jauh.
Penyediaan peralatan antara lain peta topografi, peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur
topografi, palu dan kompas geologi, loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali,
magnetometer, kappameter dan peralatan geofisika.

Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi


meliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi, survei
geofisika dan pemboran inti.

Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain adalah analisis
laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi analisis kimia dan
fisika. Unsur yang dianalisis kimia antara lain : Fetotal, Fe2O3, Fe3O4, TiO2, S, P, SiO2,
MgO, CaO, K2O, Al2O3, LOI. Analisis fisika yang dilakukan antara lain : mineragrafi,
petrografi, berat jenis (BD). Sedangkan pengolahan data adalah interpretasi hasil dari
penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium.

Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilakukan


melalui empat tahap sbb : Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum, eksplorasi rinci.
Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi
bagi keterdapatan mineral pada skala regional. Prospeksi, tahap eksplorasi dengan jalan
mempersempit daerah yg mengandung endapan mineral yg potensial. Eksplorasi umum,
tahap eksplorasi yang rnerupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi .

Eksplorasi rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn 3-


dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan,
paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.

55
INVENTARISASI MANGAN DI KABUPATEN MANGGARAI
DAN KABUPATEN MANGGARAI BARAT,
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh :
Sukmana

Program dan Penelitian Mineral

S A R I
Stratigrafi daerah Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat tersusun atas
Busur Volkanik Dalam Kalk Alkalin yang berumur Kenozoikum, yang sampai saat ini
masih aktif. Busur tersebut dibentuk oleh penunjaman kerak Benua Hindia ke arah utara.
Bentuk busur kepulauan ini masih mengalami perubahan di bagian timur, karena
tumbukan dengan tepi benua Australia New Guinea. Struktur geologi utama (sesar,
kelurusan-kelurusan, jurus/strike dan foliasi) yang berkembang di daerah penyelidikan
terbentuk pada pengangkatan Miosen-Pliosen

Dalam rangka melengkapi hasil pengumpulan data sekunder, maka dilakukan uji
petik di kedua wilayah kabupaten tersebut. Lokasi daerah uji petik dilakukan di daerah
indikasi keterdapatan endapan mangan, masing-masing di daerah Kecamatan Reo,
Lambaleda dan Cibal, Kabupaten Manggarai dan Kecamatan Kuwus, Macang Pacar,
Kabupaten Manggarai Barat. Alasan pemilihan lokasi uji petik ini didasarkan pada
adanya indikasi keterdapatan mineralisasi mangan.

Keterdapatan endapan mangan di Kabupaten Manggarai dijumpai di lokasi


kegiatan penambangan milik PT. Istindo Mitra Perdana dan PT Arumbai Mangabakti di
daerah Desa Satar Punda, Kecamatan Lambaleda. Selain itu kegiatan penambangan ini
juga dilakukan oleh PT. Bone Wangkat di daerah Wangkung, Kecamatan Reo. Di daerah
Wangkung juga dilakukan penambangan dan siap produksi oleh PT. Soga. Indikasi
lainnya ditemukan di Desa Kajong dan Lante. Di Kabupaten Manggarai juga ditemukan
beberapa indikasi seperti di Bukit Golorawang, Ngrawang dan Rokap, selain itu
ditemukan pula daerah-daerah bekas penambangan di Kecamatan Cibal.

Di Kabupaten Manggarai Barat, endapan mangan dijumpai di beberapa lokasi


seperti di Kecamatan Kuwus dan Kecamatan Macang Pacar yang terpencar di beberapa
lokasi keterdapatan. Di Kecamatan Kuwus tersingkap di daerah Metang, desa Waibuka
sedang di Kecamatan Macang Pacar tersingkap di Nangasu, desa Mbakung, Melana dan
Mena tersingkap di desa Nggilat dan di Lake desa Rokap. Indikasi keterdapatannya baru
tahap awal dan diperkirakan sumber dayanya kecil.

56
EKSPLORASI PASIR BESI
DI KABUPATEN MANGGARAI
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh :
Franklin

Kelompok Keja Mineral Logam

S A R I

Kabupaten Manggarai merupakan salah satu daerah yang dilalui oleh jalur
magmatik Sunda Banda yang secara tidak langsung implikasinya merupakan
salah satu tempat kedudukan mineralisasi logam yang potensil salah satunya
adalah pasir besi. Hasil penyelidikan yang telah dilakukan di daerah Nangarawa
seluas 3 Km x 40 m sejajar garis pantai, ketebalan rata-rata lapisan pasir yang
mengandung besi 2,23 m, persentase kemagnetan 5,65 % dan berat jenis 3,11
telah menghasilkan sumber daya terunjuk sebesar 343.300 ribu ton pasir besi.
Sumber daya ini masih dimungkinkan bertambah lagi mengingat belum
seluruhnya diselidiki terutama ke arah barat. Apabila hasil analisis kimia
menunjukkan kadar besi total kurang lebih 56 % Fe, maka potensi sumber daya
pasir besi di daerah ini cukup prospek untuk dikembangkan mengingat permintaan
pasar yang jatuh pada kisaran angka tersebut cukup banyak.

57
EKSPLORASI EMAS DI KABUPATEN KERINCI
PROVINSI JAMBI
Oleh :
Armin Tampubolon

Kelompok Kerja Mineral Logam

S A R I
The investigation area is located in Siulak Deras District, Kerinci Regency,
Jambi Province, which has a total area of 8000 ha, This area is known to have
indication for epithermal gold and porphyry copper (Rudy Gunrady dkk., 1996
and PT. In-Gold 2000).

The recent investigation was conducted by Centre for Geological Resources


(PMG) in the frame of research program in year 2006. This exploration is also
meant to know the local geology conditios in relating to set a gold mineralization
model in this region.

Methods applied are detailed geological mapping, trenching, soil grid,


stream sediment and pan concentrate sampling. The total number of samples
taken are 160 soil samples, 76 sediment samples, 36 pan concentrates and 25
rock samples. All samples are being analysed now and thus the results have not
been included in this proceeding.
Some important findings are the presence of gold grains in pan concentrate,
chloritisation and pyritisation in mineralized vein zone in andesitic rocks at
Telang Rive and unique geological background are also observed. Normally,
volcanic rock is the main host rock recognized for gold in many places in
Sumatra. But,

58
EKSPLORASI MINERAL LOGAM TIPE SEDEX
DI DAERAH RANTAUPANDAN DAN SEKITARNYA
KABUPATEN MUARA BUNGO
PROVINSI JAMBI
Oleh :
Yose Rizal

Kelompok Kerja Mineral Logam

S A R I
The investigation area is located in Rantau Pandan District, Muara Bungo
Regency, Jambi Province. Based on elemental correlation of regional
geochemical anomaly, this area has indication for SEDEX deposit. The recent
investigation conducted by Centre for Geological Resources (PMG) in the frame
of research program in year 2006 is to confirm the SEDEX indication. Methods
applied are detailed geological mapping, stream sediment and pan concentrate
sampling. The total number of samples taken are 92 sediment samples, 58 pan
concentrates and 11 rock samples.

Some important findings are the presence of gold grains in a number of pan
concentrates in Bungo River, chloritisation,prophylitisation, pyritisation and
kaolinisation assemblages are observed in granitic rock.. From the results of
laboratory analysis, indicate that there is no significant correlation between
typical elements of SEDEX such as Ag, Pb, Ba and Zn. This means that SEDEX
deposit has not been successfully outlined in this area. Conversely, gold and base
metal indication is clearly indicated by the presence of significant values of Au,
Cu and Pb in stream sediment and gold grains in pan concentrate

59
INVENTARISASI CEBAKAN BIJIH BESI PRIMER DI
KABUPATEN LAMANDAU DAN KABUPATEN
KOTAWARINGIN BARAT, PROVINSI KALIMANTAN
TENGAH
Oleh:
Wahyu Widodo

S A R I
Meningkatnya permintaan kebutuhan bahan baku baja dunia tersebut,
mendorong instansi terkait dalam hal ini Pusat Sumber Daya Geologi untuk
melakukan inventarisasi potensi bijih besi yang merupakan salah satu bahan baku
industri baja disamping mangan, batugamping dan lainnya. Salah satu daerah
yang dipilih untuk dilakukan inventarisasi adalah Kabupaten Lamandau dan
Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah

Weltevreden, 1921 dan R.W. van Bemmelen (1949) mengemukakan


bahwa ada indikasi bijih besi berupa bongkah-bongkah bijih berbagai ukuran
ditemukan di puncak Gn. Karim dan Gn. Segalung yang terletak di hulu S.
Belantikan, Kabupaten Lamandau Kalimantan Tengah. Dari permukaan
diindikasikan bijih tersebut jumlahnya + 80.000 ton, sedangkan berdasarkan
survei magnetik di bawah permukaan terindikasi sebesar 1.000.000 ton.

Kegiatan pengumpulan data primer antara lain meliputi :


Pengukuran posisi cebakan besi primer yang sudah diketahui dari berbagai
laporan/literatur terdahulu untuk mengetahui kedudukannya secara tepat
dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) dan melacak
penyebarannya secara lateral.
Pengambilan conto bijih besi untuk dilakukan analisis kimia, mineragrafi
dan mineral butir.

Hasil pengamatan lapangan lokasi endapan besi yang terdiri dari 6 (enam)
lokasi di Kabupaten Lamandau dan 1 (satu) lokasi di Kabupaten Kotawaringin
Barat. Dua lokasi diantaranya merupakan cebakan bijih besi primer (bijih
magnetit hematit), satu lokasi tidak ditemukan adanya indikasi endapan besi dan
empat lokasi lainnya mengindikasikan sebagai endapan besi laterit (tiga lokasi di
Kabupaten Lamandau dan satu lokasi di Kabupaten Kotawaringin Barat).

Dua lokasi cebakan besi primer terdapat di Bukit Karim Ruwai dan
Bukit Garunggang, keduanya berada di Desa Bintang Mengalih, Kecamatan
Belantikan Raya, Kabupaten Lamandau. Masing-masing lokasi tersebut
mempunyai sumberdaya hipotetik sebaran besi sebesar 102.900 ton bijih dan
68.159 ton bijih atau total sumber daya 171.059 ton bijih.

60
INVENTARISASI BIJIH BESI PRIMER DI KABUPATEN
TANAH LAUT DAN KABUPATEN TANAH BUMBU,
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Oleh :
Asep Sofyan dan Dwi Nugroho Sunuhadi

S A R I
Pertumbuhan industri konstruksi dunia, terutama di Cina yang sangat pesat pada
tahun-tahun terakhir telah menyebabkan permintaan bahan baku besi baja meningkat
dengan cepat pula. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap ketersediaan bahan baku
untuk industri besi baja di Indonesia. Bijih besi Indonesia yang sebelumnya kurang
mendapat perhatian, menjadi komoditi yang sangat dicari. Berbagai informasi potensi
bijih besi dengan cepat dilakukan penyelidikan oleh para penanam modal, baik dari dalam
maupun dari luar negeri.

Daerah Kalimantan Selatan, khususnya Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten


Tanah Bumbu merupakan daerah yang memiliki potensi bijih besi, sehingga dimunculkan
rencana untuk mendirikan industri baja di wilayah ini. Kegiatan ini dilakukan dengan
maksud untuk memperbaiki, melengkapi dan memperbaharui data/informasi sumber daya
endapan besi primer di Daerah Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Tanah Laut,
Provinsi Kalimantan Selatan, sehingga data/informasi sumber daya besi prime rtersedia
secara benar dan tepat yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengembangan
wilayah di daerah tersebut.

Berdasarkan data terdahulu (Wedexro, 1958), endapan bijih besi di daerah


Pleihari (Jajakan - Pontain, Batu Kora, Sarang Alang, G. Melati, G. Tembaga dan Sulin)
dan di daerah G. Kukusan Sungai Dua. Menurut Wedexro, total cadangan
diperkirakan di Pleihari sebanyak 650.000 ton, sedangkan di Sungai Dua G. Kukusan
sebanyak 50.972.000 ton, Kadar Fe rata-rata = 46%.

Berdasarkan hasil inventarisasi cebakan bijih besi tipe metasomatik kontak


(skarn type) di Kabupaten Tanah Laut dijumpai di daerah (G. Sulin, G. Tembaga, G.
Melati, Batukora (Pit 1), Jabukan (Pit 2) Pontain (Pit 3), Linoh (Pit 4), Koratain, Tanjung,
Ambungan, Riam Pinang, Tebing Siring, Takisung dan Sarang Alang). Cebakan-cebakan
telah berubah dari data terdahulu akibat eksploitasi pada akhir-akhir ini. Beberapa
diantaranya telah rata dengan permukaan, bahkan di bawah permukaan membentuk
sumuran yang lebar. Cebakan yang masih aktif ditambang adalah Riam Pinang, Batukora
dan Tanjung, dengan produksi total yang terus meningkat dari tahun 2004 sampai 2006
(54.754.761 MT, 62.561,677 MT, 240.344.176 MT). Sedangkan di wilayah Kabupaten
Tanah Bumbu hanya dijumpai bijih besi tipe laterit yang terdapat yaitu : G. Kukusan dan
S. Kusan

61
EKSPLORASI CEBAKAN MANGAN DI KABUPATEN
SUMBAWA,
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Oleh :
Moetamar

S A R I
Kebutuhan bahan baku mangan sebagai salah satu bahan baku campuran dalam
industri baja dan bahan baku utama dalam industri batu batere mangan baik dalam
industri alat berat seperti industri baja/konstruksi, maupun industri lainnya seperti batu
batere yang pada akhir-akhir permintaannya meningkat cukup tajam.

Untuk mengetahui lebih jauh potensi mangan yang ada di Indonesia serta
meningkatkan potensi sumberdaya, maka Pusat Sumber Daya Geologi mengadakan
kegiatan eksplorasi dan inventarisasi di beberapa wilayah Indonesia yang salah satunya di
Kabupaten Sumbawa. Lokasi penyelidikan terletak di daerah Olat Maja Kecamatan Lape
dan Kecamatan Marongge, Kabupaten Sumbawa dengan luas 11 km x 6 km.
Penyelidikan lapangan yang dilakukan adalah pemetaan geologi permukaan dan
mineralisasi, pengambilan conto terpilih untuk dianalisis di laboratorium. Penyelidikan di
dilakukan pada daerah seluas yang dilakukan dengan metoda penyelidikan: pemetaan
geologi dan mineralisasi skala 1 : 25.000, pengambilan conto channel pada singkapan
bijih mangan, pembuatan paritan sebanyak 1 lokasi, lintasan terukur 1 lokasi dan sumur
uji 4 lokasi.

Berdasarkan hasil penyelidikan mineralisasi bijih mangan di Kabupaten


Sumbawa (daerah Olat Maja,) maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Mineralisasi logam di daerah Olat Maja, Kecamatan Lape, Kabupaten
Sumbawa, ditemukan 2 lokasi yaitu mineralisasi mangan tipe sedimenter yang
terletak di bukit Olat Baramayung dan mineralisasi berupa endapan deluvial
yang mengandung oksida besi manganese ? yang terletak di hulu S. Pasar,
lereng bukit Olat Maja, ditafsirkan sebagai endapan oksidasi residual.
Potensi Sumberdaya Hipotetik bijih mangan di daerah Olat Maja terdiri dari :
Bijih Mangan Tipe Sedimenter di bukit Olat Baramayung dengan
Sumberdaya Hipotetik sebesar 147.510,60 m3, bila diasumsikan SG
(berat jenis) mangan = 5 maka menjadi sebesar 735.553,00 ton.
Endapan deluvial tipe gossan besi manganese (?) yang terletak di hulu S.
Pasar mempunyai Sumberdaya Hipotetik sebesar = 9.625 m3 bila
diasumsikan SG (berat jenis) mangan=4, maka menjadi sebesar 37.500
ton
Potensi deluvial gossan (oksida besi) ini tidak ekonomis ditambang.

62
INVENTARISASI ENDAPAN PASIR BESI DI SULAWESI
UTARA
Oleh:
Hotma Simangunsong

S A R I
Pasir besi merupakan salah satu jenis endapan besi yang akhir-akhir ini
banyak dicari keterdapatannya di Indonesia, berkaitan dengan peningkatan
permintaan bijih besi dunia. Untuk melengkapi dan memutakhirkan data dan
informasinya yang Pusat Sumber Daya Geologi melakukan kegiatan inventarisasi
di beberapa daerah yang salah satu diantaranya di Sulawesi Utara.

Pelaksanaan kegiatan lapangan dilakukan di daerah penyelidikan dengan


metoda pemetaaan endapan di permukaan, dan pemboran dengan menggunakan
bor tangan (tipe Doormer) guna mengetahui ketebalan lapisan pasir besinya.
Pemboran dilakukan pada daerah pantai yang mengandung pasir besi yang agak
luas dan setiap daerah tersebut dilakukan penyontohan dengan melakukan
pemboran dimana kedalaman pemboran diusahakan hingga mencapai batuan
dasar. Beberapa tempat yang telah dilakukan penyontohan endapan pasir besi,
antara lain adalah daerah Bintauna, Polgar, Sidate, Teling, Belang, Kotabunan,
Matando, Mataindah, Pinolosian, Molibagu Negerilama

Dari keseluruhan daerah inventarisasi yang dilakukan, secara kasat mata


daerah yang berpotensi mengandung endapan pasir besi adalah daerah Teling,
Sidate, Poigar, Lolan, Lolak, Bintauna, Kotabunan dan Belang.

Potensi endapan pasir pantai yang diperkirakan mengandung pasir besi


dari seluruh daerah inventarisasi = 200.322.850 m3 dengan klasifikasi sebagai
sumberdaya hipotetik.

Pencapaian untuk seluruh lokasi yang berpotensi mengandung pasir besi,


tidak sulit dan dekat dengan jalan propinsi.

Sebagian daerah yang berpotensi mengandung endapan pasir besi telah


dimanfaatkan sebagai daerah wisata antara lain adalah daerah Teling dan Lolan.
Secara umum daerah tersebut telah ditanami pohon kelapa, persawahan dan
perumahan oleh penduduk yang berdiam di sekitarnya.

63
INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN MINERAL NON
LOGAM KABUPATEN ACEH SELATAN, PROVINSI
NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Oleh :
Zulfikar, Iwan Aswan H., Corry Karangan, Bayu Sayekti

Kelompok Program Penelitian Mineral

S A R I
Dari hasil kegiatan inventarisasi dan penyelidikan ini telah dapat
diidentifikasikan keterdapatan 9 (sembilan) jenis bahan galian yang termasuk
kelompok mineral non logam. Bahan galian tersebut yakni pasir kuarsa, granit,
sirtu, basal, batugamping, kuarsit, lempung, diorit dan andesit.

Pasir kuarsa dengan jumlah sumber daya sebesar 850 ribu ton tersebar di dua
lokasi di Kabupaten Aceh Selatan. Granit dengan jumlah sumber daya sebesar 355
juta ton tersebar pada empat lokasi. Sirtu baik berupa sirtu sungai, sirtu gunung
maupun sirtu pantai tersebar di 10 lokasi dengan jumlah sumber daya sebesar 62
juta ton. Basal dengan sumber daya sebesar 95 juta ton tersebar di empat lokasi.
Batugamping dengan sumber daya 117 juta ton tersebar di sembilan lokasi.
Kuarsit dengan sumber daya sebesar 20 juta ton terdapat pada satu lokasi.
Lempung dengan sumber daya hipotetik 8,5 juta ton tersebar di dua lokasi. Diorit
dengan sumber daya sebesar 40 juta ton tersebar di dua lokasi. Andesit dengan
sumber daya 25,5 juta ton tersebar di dua lokasi.

Di antara bahan galian non logam tersebut, beberapa jenis bahan galian yakni
pasir kuarsa, granit, batugamping, dan lempung yang terdapat di beberapa lokasi
dapat dikembangkan lebih lanjut.

64
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON
LOGAM DI DAERAH KABUPATEN BURU DAN
KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
PROVINSI MALUKU UTARA

Oleh :
Sugeng Priyono; Nazly Bahar; Ganjar Labaik; Mudjahar; Djaenal Arifin;
Heru Susilo.

S A R I
Hasil Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam di daerah Kabupaten
Buru dan Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku Utara, hingga
Desember 2006, dijumpai beberapa komoditi bahan galian yang dapat
dikembangkan berdasarkan kepada besarnya potensi sumber daya hipotetik. Di
daerah Kabupaten Buru, antara lain bahan galian dolomit, batugamping, lempung,
sirtu darat dan sirtu sungai, sebagai berikut :

Sumber daya hipotetik bahan galian dolomit (Do-01-PB; Do-02-PB dan


Do-03-PB;), sebesar 48.400.000.000 m3 (111.945.000.000 Ton), dapat digunakan
untuk bahan baku industri refraktory.
Sumber daya hipotetik bahan galian batugamping (Ls-01-PB, Ls-02-PB, Ls-05-
PB dan Ls-06-PB), sebesar 1.389.500.000 m3 (3.166.400.000 Ton), cukup baik
digunakan untuk kapur pertanian, bahan bangunan dan kapur padam.

Sumber daya hipotetik bahan galian batugamping (Ls-03-PB dan Ls-04-


PB), sebesar 1.894.750.000 m3 (4.352.900.000 Ton), cukup baik digunakan
sebagai mamer interior dan eksterior, batu berdimensi, batu ukir dan bahan baku
industri semen portland.

Sumber daya hipotetik bahan galian lempung (Cly-01-PB sampai dengan


Cly-08-PB), sebesar 130.840.000 m3 (248.700.000 Ton), secara langsung dapat
digunakan sebagai bahan baku keramik kasar (batu-bata, genteng, tembikar dan
gerabah); dengan teknologi yang lebih tinggi dapat digunakan untuk industri
keramik halus dan semen Portland.

Sumber daya hipotetik bahan galian sirtu darat (Gra-01-PB dan Gra-02-
PB), sebesar 132.750.000 m3 (292.250.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan
bangunan konstruksi menengah hingga berat.

Sumber daya hipotetik bahan galian sirtu sungai (Gra-03-PB sampai


dengan Gra-17-PB), sebesar 42.100.000 m3 (92.720.000 Ton), cukup baik untuk
bahan bangunan konstruksi ringai hingga menengah.

65
Di daerah Kabupaten Seram Bagian Barat, antara lain bahan galian batuan
ultrabasa, serpentinit, batugamping, lempung dan sirtu sungai, sebagai berikut :
Sumber daya hipotetik bahan galian ultrabasa (Ub-01-SBB sampai dengan Ub-
04-SBB), sebesar 230.250.000 m3 (530.225.000 Ton), secara langsung dapat
digunakan sebagai bahan bangunan konstruksi ringan hingga menengah dan
batuan ornamen, dengan teknologi yang lebih tinggi kemungkinan cukup baik
digunakan sebagai bahan penyerapan emisi gas CO2.

Sumber daya hipotetik bahan galian serpentinit (Ser-01-SBB sampai


dengan Ser-07-SBB), sebesar 688.825.000 m3 (1.582.680.000 Ton), secara
langsung dapat digunakan sebagai bahan baku batuan ornamen, batu ukir, batu
hias (batu-poles) dan bahan bangunan konstruksi ringan hingga menengah,
dengan teknologi yang lebih tinggi kemungkinan cukup baik digunakan sebagai
bahan penyerapan emisi gas CO2.

Sumber daya hipotetik bahan galian batugamping (Ls-01-SBB, Ls-03-


SBB, Ls-05-SBB, Ls-06-SBB, Ls-11-SBB dan Ls-12-PB), sebesar 298.150.000
m3 (1.086.750.000 Ton), secara langsung cukup baik digunakan untuk kapur
pertanian, bahan bangunan dan kapur padam.

Sumber daya hipotetik bahan galian batugamping (Ls-02-SBB, Ls-04-


SBB, Ls-07-SBB, Ls-08-SBB, Ls-09-SBB, Ls-10-SBB, Ls-13-SBB dan Ls-14-
SBB), sebesar 2.182.800.000 m3 (4.870.530.000 Ton), dapat digunakan sebagai
bahan bangunan konstruksi ringan hingga berat, dan batuan ornamen, dengan
teknologi yang lebih tinggi digunakan sebagai mamer interior dan eksterior, batu
berdimensi, batu ukir dan bahan baku industri semen portland.

Sumber daya hipotetik bahan galian lempung (Cly-01-SBB dan Cly-08-


SBB), sebesar 105.200.000 m3 (229.665.000 Ton), secara langsung dapat
digunakan sebagai bahan baku keramik kasar (batu-bata, genteng, tembikar dan
gerabah), dengan teknologi yang lebih tinggi dapat digunakan untuk bahan baku
industri keramik halus dan semen Portland.

Sumber daya hipotetik bahan galian sirtu sungai (Gra-01-SBB dan Gra-
17-SBB), sebesar 48.865.000 m3 (107.775.000 Ton), cukup baik untuk bahan
bangunan konstruksi menengah hingga berat.

66
INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN
NON LOGAM KABUPATEN KATINGAN, PROVINSI
KALIMANTAN TENGAH
Oleh :
Oleh : A.F. Yusuf, Iwan Aswan H, Sanusi Halim, dkk

S A R I
Secara administratif, Kabupaten Katingan merupakan salah satu kabupaten
yang terdapat di wilayah Provinsi kalimantan Tengah dengan ibukotanya
Kasongan. Secara geografis daerah Kabupaten Katingan terletak pada posisi
koordinat antara 00 26 43,84 - 30 18 18,79 Lintang Selatan dan 1110 58
44,25 1130 43 18,97 Bujur Timur, dengan luas sekitar 1.927.000 ha (19.270
km2).

Geologi wilayah ini terdiri dari batuan Malihan Pinoh (Pztp), berumur
Permo Karbon. Batuan Gunungapi Formasi Kuayan (Trvk), berumur Tersier.
Tonalit Sepauk (Kls), berumur Kapur Atas. Granit Sukadana (Kus) Satuan ini
menerobos dan secara termal memalihkan Malihan Pinoh. Granit (Kgr), berumur
Kapur Akhir. Batuan Gunungapi Kerabai (Kuk) menindih Granit Sukadana.
Formasi Mentemoi (Teme), berumur Eosen Oligosen. Batuan Gunungapi
Malasan (Tomv), Miosen Awal. Terobosan Sintang (Toms), berumur Miosen
Awal. Formasi Dahor (Tqd) berumur Miosen Tengah sampai Plistosen, dan
batuan Aluvium (Qa) merupakan endapan permukaan, yang berumur Holosen.

Bahan galian yang ditemukan terdapat 7 komoditi, antara lain : pasirkuarsa


(Si), granit (Gr), kaolin (Ka), dan Zirkon (Zr). Bahan galian yang potensial untuk
dikembangkan pasirkuarsa, kaolin dan zirkon. Luas sebaran : granit 565 ha, kaolin
1.391 ha, pasirkuarsa 13.536 ha, pasirzirkon 1.824 ha. Sumberdaya hipotetik :
granit 119.845.000 m3, kaolin 34.670.000 m3, pasirkuarsa 347.020.000 m3.
Sumberdaya zirkon di daerah Katingan : volume pasir 50.310.000 m3,
sumberdaya zirkon 8.855.120 ton.

67
INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON
LOGAM DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DAN
LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG
Oleh :
Kusdarto Maryun Supardan, Sukmawan dan Andi Sutandi S
Kelompok Penelitian Mineral

S A R I
Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah penyelidikan yang
mempunyai hubungan dengan keterdapatan mineral non logam (non metallic
mineral bearings formation) adalah sebagai berikut : Di Kabupaten Lampung
Tengah dijumpai Granit Kapur (Kgr), yang secara megaskopis batuan granitik
tersebut dapat dibedakan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu granit porfiritik, granodiorit
dan granit biotit. Di beberapa tempat batuan ini diterobos oleh urat-urat kuarsa
dan retas mikrodiorit serta andesit yang kadang-kadang mengandung pirit (Dwi
Nugroho S., dkk., 1989). Selain itu terdapat mineral-mineral sekunder kuarsa dan
karbonat yang cenderung menempati rekahan-rekahan diantara mineral primer.
Akibat pengaruh terobosan dari urat tersebut meningkatkan kadar felspar pada
granit itu dari batuan asalnya.Di Desa Payung Makmur, kec. Pubian dan Desa
Nyukang Harjo, Kec. Selagai Lingga feldspar telah ditambang sebagai bahan baku
industri keramik, feldspar di kabupaten ini diperkirakan mempunyai sumberdaya
30,6 juta ton. Formasi Kasai (QTk) berupa tuf dan tuf kaca menempati suatu
dataran persawahan, dimana pelapukannya berupa lempung digunakan sebagai
bahan baku pembuatan bata. Aluvium (Qa) merupakan endapan permukaan ini
terdiri dari kerakal, kerikil, lanau, pasir, lumpur, lempung dan tufan. Tersebar
terutama di sepanjang sungai utama, seperti Way Seputih, pasir berupa pasir
kuarsa diusahakan sebagai pasir bangunan diperkirakan mempunyai sumberdaya
750 ribu ton, lempung diusahakan sebagai bahan baku pembuatan bata.

Di Kabupaten Lampung Timur dijumpai : Basal Sukadana (Bs), berupa


aliran lava basal, pejal berwarna kelabu tua kehitaman, bagian atasnya banyak
mengandung lubang gas, setempat mengandung xenolit berupa basal berlubang
gas (vesikular), mengalami pelapukan mengulit bawang, ditambang sebagai bahan
bangunan, sumberdaya diperkirakan 18 juta ton.

Aluvium (Qa) merupakan endapan pantai dan endapan rawa berupa :


bagian atas lempung bercampur dengan sisa-sisa tumbuhan, ketebalan bervariasi
dari beberapa cm sampai 20 cm, bagian bawah berupa pasir kuarsa, berbutir halus
sampai kasar, bagian atasnya agak kotor kecoklatan, makin kebawah makin
bersih.Pasir kuarsa telah diusahakan dengan sumberdaya 76 juta ton.

68
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON
LOGAM DI DAERAH KABUPATEN LANDAK DAN
KABUPATEN SANGGAU
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
oleh :
Sugeng Priyono; Nazly Bahar; Moch. Sodik Kaelani; Supomo; Heru
Susilo.

S A R I
Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam di daerah Kabupaten
Landak dan Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, hingga Desember
2006, terdapat bahan galian yang dapat dikembangkan berdasarkan sumber daya
hipotetik. Di daerah Kabupaten Landak, sebagai berikut :

Sumber daya hipotetik andesit (L-An-01 sampai dengan L-An-04),


sebesar 55.450.000 m3 (144.300.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan
bangunan konstruksi menengah hingga berat.

Sumber daya hipotetik bahan galian basal (L-Ba-01 sampai dengan L-Ba-
02), sebesar 9.640.000 m3 (25.000.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan
bangunan konstruksi menengah hingga berat dan batuan ornamen.

Sumber daya hipotetik granit (L-Gr-01 sampai dengan L-Gr-07), sebesar


96.400.000 m3 (257.300.000 Ton), dapat digunakan untuk batu berdimensi, ubin
interior dan eksterior, bahan bangunan konstruksi menengah hingga berat serta
batuan ornamen.

Sumber daya hipotetik granodiorit (L-Gd-01 sampai dengan L-Gd-06),


sebesar 92.080.000 m3 (243.925.000 Ton), dapat digunakan untuk batu
berdimensi, ubin interior dan eksterior, bahan bangunan konstruksi menengah
hingga berat serta batuan ornamen.

Sumber daya hipotetik diorit (L-Dio-01 sampai dengan L-Dio-04),


sebesar 60.900.000 m3 (161.540.000 Ton), dapat digunakan untuk batu
berdimensi, ubin interior dan eksterior, bahan bangunan konstruksi menengah
hingga berat serta batuan ornamen.

Sumber daya hipotetik pasir dan batu / sirtu, (L-Gra-01 sampai dengan
L-Gra-04), sebesar 4.715.000 m3 (9.825.000 Ton), untuk bahan bangunan
konstruksi menengah hingga berat.

69
Sumber daya hipotetik pasir darat, (L-Ss-01 sampai dengan L-Ss-03),
sebesar 1.131.000 m3 (2.345.000 Ton), untuk bahan bangunan konstruksi ringan
hingga menengah serta batuan ornamen.

Sumber daya hipotetik pasirkuarsa, (L-Si-01 sampai dengan L-Si-03),


sebesar 8.240.000 m3 (18.400.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan baku
industri semen portland dan kaca berwarna.

Sumber daya hipotetik lempung, (L-Cly-01 sampai dengan L-Cly-10),


sebesar 24.305.500 m3 (32.840.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan baku
industri keramik dan semen portland.

Sumber daya hipotetik intan letakan, (L-Di-01) belum dapat dihitung,


cukup baik digunakan untuk bahan baku perhiasan (permata).

Sumber daya hipotetik pasir zirkon, (L-Zr-01 sampai dengan L-Zr-03),


belum dapat dihitung, cukup baik digunakan untuk bahan baku industri keramik
berteknologi tinggi.

Di daerah Kabupaten Sanggau, antara lain :

Sumber daya hipotetik andesit (S-An-01 sampai dengan S-An-02),


sebesar 6.850.000 m3 (17.400.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan bangunan
konstruksi menengah hingga berat.

Sumber daya hipotetik dasit (S-Da-01), sebesar 1.400.000 m3 (3.640.000


Ton), dapat digunakan untuk batuan ornamen dan bahan bangunan konstruksi
ringan hingga menengah.

Sumber daya hipotetik granit (S-Gr-01 sampai dengan S-Gr-09), sebesar


33.500.000 m3 (88.000.000 Ton), dapat digunakan untuk batu berdimensi, ubin
interior dan eksterior, bahan bangunan konstruksi menengah hingga berat serta
batuan ornamen.

Sumber daya hipotetik pasir dan batu (sirtu), (S-Gra-01 sampai dengan
S-Gra-02), sebesar 2.300.000 m3 (4.930.000 Ton), digunakan untuk bahan
bangunan konstruksi menengah hingga berat.

Sumber daya hipotetik pasir darat, (S-Ss-01 sampai dengan S-Ss-02),


sebesar 412.500 m3 (860.000 Ton), digunakan untuk batuan ornamen dan bahan
bangunan konstruksi ringan hingga menengah.

Sumber daya hipotetik pasir sungai, (S-Ss-03 sampai dengan S-Ss-04),


sebesar 7.457.000 m3 (15.710.000 Ton), untuk bahan bangunan konstruksi ringan
hingga menengah.

70
Sumber daya hipotetik pasirkuarsa, (S-Si-01 sampai dengan S-Si-05),
sebesar 13.230.000 m3 (29.540.000 Ton), untuk bahan baku industri semen
portland dan kaca berwarna.

Sumber daya hipotetik felspar, (S-Fl-01 sampai dengan S-Fl-04), sebesar


21.600.000 m3 (34.692.535 Ton), dapat digunakan untuk bahan baku industri
keramik.

Sumber daya hipotetik kaolin, (S-Ka-01 sampai dengan S-Ka-06), sebesar


6.140.000 m3 (7.700.000 Ton), dapat digunakan untuk bahan baku industri
keramik.

Sumber daya hipotetik lempung, (S-Cly-01 sampai dengan S-Cly-12),


sebesar 22.270.000 m3 (30.170.000 Ton), untuk bahan baku industri keramik,
semen portland dan gerbah padat, tembikar.

Sumber daya hipotetik rijang, (S-Ch-01), sebesar 160 m3 (80 Ton),


cukup baik digunakan untuk bahan baku batuan ornamen batu setengah permata.
Sumber daya hipotetik bahan galian pasir zirkon, (S-Zr-01 sampai dengan S-Zr-
02), belum dapat dihitung, cukup baik digunakan untuk bahan baku industri
keramik berteknologi tinggi.

71
INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON
LOGAM DI KABUPATEN MUSI RAWAS DAN MUSI
BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN
Oleh :
Kusdarto Maryun Supardan, dan Andi Sutandi S

Kelompok Penelitian Mineral

S A R I
Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah penyelidikan yang
mempunyai hubungan dengan keterdapatan mineral non logam (non metallic
mineral bearings formation) adalah sebagai berikut : Di Kabupaten Musi Banyu
Asin dijumpai : Formasi Muaraenim (Tmpm), terutama terdiri batulempung,
batulanau dan batupasir tufaan dengan sisipan batubara, dijumpai endapan
lempung yang pada umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan bata dan
genteng, lempung di Desa Pelancu Indah, Kec. Keluang berupa endapan lempung
karbonan, berwarna coklat kehitaman, berwarna putih kecoklatan, agak plastis
dengan tebal 2-3 m, merupakan bekas lahan penambangan batubara yang
ditinggalkan, mempunyai komposisi kimia SiO2 = 60,50. Al2O3=15,55, dan
Fe2O3 = 5,23 %, warna bakar merah kecoklatan, kuat lentur 67,94 kg/cm2, susut
bakarnya tinggi (> 2 %), diperkirakan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan
keramik bodi berwarna, diperkirakan sumberdayanya 7 juta ton. Selain lempung
juga dijumpai bentonit seperti di daerah Desa Pagerkaya, Kec. Sungai Keruh,
endapan berupa lempung menyerpih, berwarna coklat kehijauan, SiO2 = 60,10,
Al2O3=18,18 dan Fe2O3 = 4,73 %, mengandung montmorilonit 25 %, Bleaching
power sebelum diaktivasi 52 %, sesudah 70 %, diperkirakan sumberdayanya 2
juta ton.

Formasi Kasai (Qtk), terdiri dari tuf, tuf berbatuapung dengan sisipan
batulempung tufaan dan batupasir tufan, setempat mengandung konglomerat dan
kayu terkersikkan, dijumpai lempung di Desa Rantau Sialang, Kec. Sungai Keruh
dijumpai berupa lempung berwarna putih abu, tersingkap akibat penambangan
tanah urug, bersifat plastis, diperkirakan kaolin, SiO2 =67,30. Al2O3=18,47, dan
Fe2O3 = 1,38 %, warna bakar putih kusam, kuat lentur bakarnya tinggi (>150
kg/cm2), diperkirakan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan keramik bodi puti,
mempunyai sumberdaya 4 juta ton.

Di Kabupaten Musi Rawas dijumpai : Formasi Hulu Simpang (Tomh)


merupakan batuan volkanik, terdiri dari breksi gunungapi, lava dan tuf dengan
sisipan konglomerat, batupasir tufaan dan setempat batugamping dan
batulempung, umumnya terubah dan termineralisasikan, berumur Oligo Miosen,
satuan tuf terubah menjadi feldspar berwarna putih abu-abu, agak kotor,

72
kandungan SiO2 = 78,20, Al2O3=10,59, Fe2O3 = 1,08 %, Na2O=1,85 dan K2O=
3,06 %, hasil bakar pada temp.1200o C berwarna krem , susut bakar > 3 %, kuat
lentur > 150 kg/cm2, diperkirakan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bodi
keramik putih, diperkirakan sumberdayanya 17,5 juta ton. Formasi Muara Enim
(Tmpm) terdiri dari batupasir dengan perselingan batupasir tufaan dan
batulempung tufaan, setempat sisipan batubara, pada bagian atas sering
mengandung batuan gunungapi. Pada formasi ini dijumpai bentonit mengandung
montmorilonit = 30 %, bleaching power sebelum aktivasi = 63 %, sesudah 70 %,
SiO2 = 64,90, Al2O3=15,73 dan Fe2O3 = 4,08 %, terdiri dari mineral halloysite,
montmorilonit dan alpha quartz, sumberdaya diperkirakan 1 juta ton. Intrusi
Andesit (Tma), berupa andesit, seperti yang dijumpai di Gunung Botak, Bukit
Besar dan Bukit Getan, mempunyai sumberdaya lebih dari 5 milyar ton.Formasi
Kasai (Qtk) terdiri dari tuf, tuf berbatuapung dengan sisipan batulempung tufaan
dan batupasir tufan, setempat mengandung konglomerat dan kayu terkersikkan,
dijumpai lempung yang digunakan sebagai bahan baku bata dan genting, batu hias
berupa kayu terkersikkan dan pasir vulkanik yang digunakan sebagai bahan
campuran pembuatan bata.

73
INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN MINERAL NON
LOGAM KABUPATEN MELAWI,
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Oleh :
Herry Rodiana Eddy

Kelompok Program Penelitian Mineral

S A R I
Geologi daerah Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat tersusun
oleh Formasi batuan, diurut berdasarkan umur dari yang tua, terdiri dari Batuan
Malihan Pinoh (PzRp), Batuan Gunungapi Menunuk (Klm), Tonalit Sepauk (Kls),
Gabro Biwa (Kub), Granit Sukadana (Kus), Batuan Gunungapi Kerabai (Kuk),
Formasi Ingar (Tel), Formasi Payak (Teop), Formasi Tebidah (Tot), Batupasir
Sekayan (Tos), Batupasir Alat (Toa), Terobosan Sintang (Toms), Rombakan
Lereng (Qs), Aluvium Terbiku (Qat) dan Aluvium (Qa);

Secara regional struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten


Melawi antara lain kelurusan-kelurusan (lineament) yang mempunyai arah barat
laut sampai tenggara dan timur laut sampai barat daya;

Potensi endapan bahan galian non logam yang terdapat di Kabupaten


Melawi antara lain andesit, kaolin, pasir dan batu (sirtu), lempung, pasir zirkon,
pasir kuarsa, granit, mika dan kristal kuarsa.

Andesit mempunyai sumber daya hipotetik sebesar 17.000.000 ton, kaolin


mempunyai sumber daya hipotetik sebesar 1.500.000 ton, sirtu mempunyai
sumber daya hipotetik sebesar 2.700.000 ton, endapan lempung mempunyai
sumber daya hipotetik sebesar 4.000.000 ton, pasir kuarsa mempunyai sumber
daya hipotetik sebesar 11.650.000 ton dan granit mempunyai sumber daya
hipotetik sebesar 23.500.000 ton.

74
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM
DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR,
PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN
KABUPATEN TULANG BAWANG, PROVINSI LAMPUNG
Oleh :
M. Sodik Kaelani ,Tisna Sutisna ,Irwan Muksin1,TotoTeddy Kusumah1
1 1

1
Kelompok Kerja Mineral

S A R I

Daerah inventarisasi dan evaluasi mencakup 2 Kabupaten yaitu Kabupaten


Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Tulang Bawang,
Provinsi Lampung. Kabupaten Ogan komering Ilir terletak pada koordinat 104
41 20.14 BT sampai - 106 05' 16.91" BT dan -2 23' 29.37" LS sampai -4 15'
44.41" LS dan Kabupaten Tulang Bawang terletak pada 104 53' 35.95" BT
sampai 105 54' 48.24" BT dan -3 43' 38.12" LS sampai -4 45' 27.91" LS.
Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan Ibukota Kayu Agung terdiri dari 12
Kecamatan 283 desa, sedangkan Kabupaten Tulang Bawang dengan Ibukota
Menggala terdiri dari 24 Kecamatan dan 240 desa. Daerah penyelidikan disusun
oleh berbagai macam formasi batuan yang dipengaruhi oleh struktur geologi yang
dibeberapa tempat tertentu disertai dengan kegiatan intrusi. Kegiatan intrusi
tersebut memungkinkan terbentuknya zona-zona ubahan yang mempunyai
kemungkinan besar akan dapat diketemukannya daerah mineralisasi yang
mengandung komoditi bahan galian. Beberapa jenis bahan galian non logam yang
terdapat di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Tulang
Bawang adalah berupa granit, pasir kuarsa, kaolin dan lempung.

75
INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN MINERAL NON
LOGAM KABUPATEN SARMI, PROVINSI PAPUA
Oleh :
A. Sanusi Halim , Irwan Muksin1, Jubbel Bakkara1
1

1
Kelompok Kerja Mineral

S A R I
Daerah penyelidikan secara geografis terletak pada posisi koordinat antara
1370 50' 18,5" - 1400 02' 59,29" Bujur Timur dan 10 27' 42,19" 30 31' 10,9"
Lintang Selatan. Daerah tersebut termasuk wilayah Kabupaten Sarmi, Provinsi
Papua.

Secara lithostratigrafi Kabupaten Sarmi disusun oleh 4 kelompok batuan,


kelompok pertama yaitu kelompok batuan sedimen tersier dan kuarter yang
membentuk beberapa formasi batuan. Kelompok kedua adalah kelompok batuan
gunungapi (Formasi Auwewa), yang terdiri dari lava, breksi, tuf kristal gampingan
dan sisipan graywake. Kelompok ketiga adalah kelompok batuan terobosan yang
terdiri dari andesit, diorit dan granodiorit. Kelompok keempat adalah kelompok
batuan basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik) yang memiliki kisaran umur dari
Kapur Akhir hingga Holosen.

Secara regional struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten


Sarmi terbentuk akibat tumbukan Kerak Samudera Pasifik dengan Kerak
Kontinen Australia yang terjadi sejak Oligosen yang menghasilkan Orogenesa
Melanesia. Kegiatan tektonik tersebut terus berlangsung hingga Miosen Pliosen
yang membentuk gerakan-gerakan tegak dan mendatar sebagai akibat interaksi
orogenesa. Struktur geologi yang terbentuk antara lain berupa perlipatan dan
pensesaran. Struktur perlipatan berupa antiklin dan sinklin dengan sumbu
umumnya berarah barat laut tenggara dan barat timur. Struktur sesar terdiri
dari sesar turun, sesar naik dan geser jurus.

Di Kabupaten Sarmi, berdasarkan fenomena geologi dan proses-proses


tektonik yang menyertainya, telah menghasilkan beberapa bahan galian,
walaupun tidak banyak jenis dan variasi dari bahan galian yang terbentuk. Bahan
galian tersebut antara lain, batugamping, serpentinit, sirtu dan lempung.

Berdasarkan kajian dan pengamatan di lapangan dan ditunjang hasil


analisa laboratorium, di wilayah daerah penyelidikan tersebut terdapat beberapa
bahan galian dengan sumberdaya yang cukup besar dan memiliki prospek untuk
dimanfaatkan /diusahakan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan potensi
sumber daya mineral yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

76
pengembangan wilayah dan percepatan pembangunan di wilayah daerah tersebut.
Bahan galian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan prospek yang besar
untuk diusahakan tersebut yaitu batugamping. Berdasarkan hasil kajian analisis
laboratorium batugamping yang terdapat di wilayah ini dapat digunakan antara
lain sebagai bahan baku semen, bahan peleburan dan pemurnian besi-baja, dalam
bentuk kapur tohor digunakan untuk usaha perikanan/tambak. Sumberdaya
Hipotetik Batugamping di daerah Kabupaten Sarmi secara keseluruhan sebesar
49.400.000 ton.

77
INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON
LOGAM DAERAH KABUPATEN NIAS
DAN NIAS SELATAN
Oleh :
Martua Raja P.

S A R I
Secara administratif, lokasi daerah penyelidikan termasuk dalam wilyah
Kabupaten Nias dan Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Nias
dengan ibukota Gunungsitoli dan Teluk Dalam sebagai ibukota Kabupaten Nias
Selatan.

Secara geografis terletak di antara daerah yang dibatasi oleh koordinat:


Kabupaten Nias terletak di antara 97O5530 BT-98O4230 BT. dan 2O5030
LU. - 3O1830 LU. Kabupaten Nias Selatan terletak di antara 98O3530 BT-
99O3930 BT. dan 2O3730 LU-3O1930 LU.

Geologi daerah Kabupaten Nias dan Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara
terdiri dari beberapa formasi batuan yang berumur dari Miosen awal hingga
Holosen.

Bahan galian yang terdapat di Kabupaten Nias ; lempung, batugamping,


batupasir, pasir dan sirtu. Di Kabupaten NiasSelatan : batugamping, pasir,
lempung dan sirtu.

Bahan galian yang dapat dikembangkan sehubungan dengan rekonstruksi


pulau Nias dan pembangunan ibu kota Kabupaten Nias Selatan : pasir, lempung
dan batugamping.

78
INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN
NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT, PROVINSI
IRIAN JAYA BARAT
Oleh :
Martua Raja P.

S A R I
Kabupaten Raja Ampat secara administratif termasuk ke dalam wilayah
Provinsi Irian Jaya Barat, yang terdiri dari 7 daerah kecamatan (Distrik), Secara
geografis daerah Kabupaten Raja Ampat terletak pada posisi koordinat antara 00
0 38,06 - 10 21 18,85 Lintang Selatan dan 1290 45 34,92 1310 26
45,57 Bujur Timur.

Urut-urutan formasi batuan dari yang berumur tua ke muda dapat


diperikan sebagai berikut : Batuan Ultra Mafik (Jum), Formasi Tanjung Bomas
(JKt), Formasi Lamlam (Tpl), Anggota Batuan Gunungapi (Temv), Formasi
Rumai (Temr), Formasi Waigeo (Tmw), Batuan Ultramafik Sesar Sorong (Sfu),
Formasi Yeben (Tmy), Formasi Puri (Tmpp), Batugamping Terumbu (Ql),
Konglomerat Aneka Bahan (Qc) dan Aluvium (Qa).

Bahan galian yang terdapat di daerah penyelidikan yaitu : pasir, sirtu,


felspar, pasir kuarsa, basalt, batugamping dan batuan ultrabasa.

Berdasarkan luas sebaran dan sumberdaya bahan galian yang prospek


untuk di kembangkan di daerah Kabupaten Raja Ampat adalah : batugamping dan
batuan ultrabasa.

79
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM
KABUPATEN ACEH SINGKIL DAN SIMELUE
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Oleh :
Zulfikar, Adrian Zainith, Djadja Turdjaja, Irwan Muksin

Kelompok Program Penelitian Mineral

S A R I
Dari hasil kegiatan inventarisasi dan evaluasi ini telah dapat diidentifikasikan
keterdapatan 9 (sembilan) jenis bahan galian yang termasuk kelompok mineral
non logam. Bahan galian tersebut yakni pasir kuarsa, lempung, sirtu, andesit,
felspar, batugamping, batusabak, bentonit dan gabro.

Pasir kuarsa dengan jumlah sumber daya sebesar 4 juta ton tersebar di
delapan lokasi di Kabupaten Aceh Singkil dan di Kabupaten Simeulue. Lempung
dengan jumlah sumber daya sebesar 7,65 juta ton tersebar pada sepuluh lokasi di
Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue, beberapa di antaranya
mempunyai kuat lentur yang tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan keramik bodi putih. Sirtu baik berupa sirtu sungai, sirtu gunung
maupun sirtu pantai tersebar di 19 lokasi di kedua wilayah kabupaten dengan
jumlah sumber daya sebesar 31 juta ton. Andesit dengan sumber daya sebesar 26
juta ton tersebar di dua lokasi di Kabupaten Aceh Singkil. Felspar dengan sumber
daya sebesar 10,5 juta ton tersebar di tiga lokasi di Kabupaten Aceh Singkil.
Batugamping dengan sumber daya 114 juta ton tersebar di delapan lokasi di
Kabupaten Simeulue. Batusabak dengan sumber daya sebesar 250 ribu ton
tersebar pada satu lokasi di Kabupaten Simeulue. Gabro dengan sumber daya
hipotetik 25 juta ton tersebar di dua lokasi di Kabupaten Simeulue. Bentonit
dengan sumber daya sebesar 1,25 juta ton tersebar di satu lokasi di Kabupaten
Simeulue.

Di antara bahan galian non logam tersebut, beberapa jenis bahan galian yakni
pasir kuarsa, sirtu, batugamping, lempung dan felspar yang terdapat di beberapa
lokasi dapat dikembangkan lebih lanjut.

80
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM
DI KABUPATEN SERUYAN DAN KOTAWARINGIN TIMUR,
KALIMANTAN TENGAH
Oleh :
Tisna Sutisna, BE , Ir. Iwan Z. Gondhonegoro, Sp I , Bayu Sayekti, ST ,
Endang Rifai, BE

Kelompok Kerja Mineral Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Secara administratif, Kabupaten Seruyan dengan ibukotanya Kuala Pembuang,
terletak diantara 111o 29 13,75 113o 32 16,8 Bujur Timur dan 0o 46 23 - 3o 33
43,9 Lintang Selatan. Kabupaten Kotawaringin Timur dengan ibukotanya Sampit,
terletak terletak antara 112o 04 45,5 113o 13 05,7 Bujur Timur dan 01o 10 48,5 -
30 18 31,9 Lintang Selatan.

Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah penyelidikan yang mempunyai


hubungan dengan keterdapatan mineral non logam (non metallic mineral bearings
formation) adalah sebagai berikut : Di Kabupaten Seruyan dijumpai : Alluvium
(Qa),merupakan endapan aluvial terutama terdiri dari gambut berwarna coklat kehitaman,
pasir berwarna kekuningan berbutir halus-kasar, lempung berwarna kelabu kecoklatan
dan lempung kaolinan berwarna putih kekuningan dan bersifat liat, menempati hampir
keseluruhan dari daerah penyelidikan, luas sebaran geologi mencapai 393.600 ha.
Formasi Dahor (TQd), konglomerat, coklat kehitaman, agak padat, komponen terdiri dari
fragmen kuarsit dan basal, kemas terbuka dengan matriks berukuran pasir, sebaran
geologi mencapai 335.800 ha, tersebar sangat luas di bagian tengah sampai selatan,
menyebar dari timur-barat. Batuan Terobosan Sintang (Toms) terdiri dari andesit yang
berupa stock dan basal yang membentuk retas, berumur Oligosen-Miosen, tersebar di
bagian utara Kabupaten Seruyan, sebaran geologi mencapai 7.503 ha. Formasi Kuayan
(Trvk) terdiri dari breksi dengan komposisi andesit dan basal, aliran lava, batupasir tufan
dan tuf dengan luas sebaran geologi 86.220 ha. Granit Sukadana (Kus) batuan terdiri dari
menzonit kuarsa, menzogranit, sienogranit, dan granit alkali feldspar, sedikit sienit
kuarsa, menzodiorit kuarsa dan diorit kuarsa, luas sebaran geologi mencapai 177.400 ha.

Di Kabupaten Kotawaringin Timur dijumpai : Alluvium (Qa),merupakan


endapan aluvial terutama terdiri dari gambut berwarna coklat kehitaman, pasir berwarna
kekuningan berbutir halus-kasar, lempung berwarna kelabu kecoklatan dan lempung
kaolinan berwarna putih kekuningan dan bersifat liat dengan luas sebaran geologi
mencapai 341.800 ha. Formasi Dahor (TQd), konglomerat, coklat kehitaman, agak padat,
komponen terdiri dari fragmen kuarsit dan basal, kemas terbuka dengan matriks
berukuran pasir, berumur Miosen Tengah Plistosen, sebaran geologi mencapai 485.800
ha hampir menempati keseluruhan daerah penyelidikan. Formasi Kuayan (Trvk) terdiri
dari breksi dengan komposisi andesit dan basal, aliran lava, batupasir tufan dan tuf
dengan luas sebaran geologi 59.570 ha

81
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM
DI KABUPATEN TELUK WONDAMA DAN TELUK BINTUNI,
PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

Oleh :
A. Sanusi Halim, Wastoni,CP, Adrian Zenith, Sarino

Kelompok Kerja Mineral

S A R I
Daerah penyelidikan secara geografis terletak pada posisi koordinat 134o
01 49 134o 57 51 Bujur Timur dan 1o 58 27 3o 00 32 Lintang Selatan.
Daerah tersebut termasuk wilayah Kabupaten Teluk Wondama. Daerah
penyelidikan kedua terletak pada posisi koordinat antara 132o 43 24 134o 19
23 Bujur Timur dan 1o 54 45 3o 2 56 Lintang Selatan, termasuk wilayah
Kabupaten Bintuni, Provinsi Irian Jaya Barat.

Secara Lithostratigrafi kedua wilayah daerah penyelidikan tersebut


disusun oleh kelompok batuan malihan, kelompok batuan sedimen, kelompok
batuan gunungapi, dan batuan alluvium yang memiliki kisaran umur dari
Paleozoikum hingga Kuarter.

Struktur geologi yang berkembang di daerah penyelidikan antara lain


struktur perlipatan, kekar dan pensesaran yang terjadi pada beberapa formasi
batuan yang umumnya menunjukkan lineament berarah timur laut barat daya.

Berdasarkan pengamatan di lapangan yang ditunjang hasil analisa


laboratorium, di kedua wilayah daerah penyelidikan tersebut terdapat beberapa
bahan galian yang memiliki prospek untuk dimanfaatkan dan diusahakan dalam
rangka optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya mineral yang diharapkan
dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan wilayah dan percepatan
pembangunan.

Bahan galian tersebut adalah batugamping yang terdapat di daerah


Yomakan, Yambekiri, P. Rumberpon, Distrik/Kecamatan Rumberpon, dan daerah
Dusneer dan Nanimori, Distrik/Kecamatan Wasior, Kabupaten Teluk Wondama.
Bahan galian potensial yang terdapat di daerah Kabupaten Bintuni adalah sirtu
(pasir dan batu) yang terdapat di daerah Kalikodok, Distrik/Kecamatan Bintuni,
Daerah Mayado, Distrik/Kecamatan Timbuni dan daerah Barma,
Distrik/Kecamatan Maskona serta bahan galian lempung di daerah Wasiri dan
Banjar Ausoi, Distrik/Kecamatan Bintuni, Kabupaten Bintuni

Berdasarkan spesifikasi kegunaan dari berbagai macam kegunaan

82
batugamping, lempung dan bahan galian lainnya dari hasil analisa laboratorium
(Sertifikat Laboratorium), maka batugamping di daerah penyelidikan dapat
digunakan sebagai bahan baku semen portland, bahan pemurnian dan peleburan
dalam industri metalurgi, bahan pengapuran dalam usaha perikanan (tambak ikan
dan udang), bahan penetralisir (reagent) lahan untuk usaha pertanian dan
perkebunan yang memiliki kadar keasaman (Ph) yang tinggi. Bahan galian
lempung dapat digunakan dsebagai bahan pembuatan bata merah dan genteng,
sedangkan untuk bahan galian sirtu dapat digunakan sebagai bahan bangunan
dengan mutu yang cukup baik.

83
ANOMALI MAGNET DAN GAYABERAT PADA DAERAH
PANAS BUMI G.ENDUT, KABUPATEN LEBAK, PROPINSI
BANTEN
Oleh :
Alanda Idral , Edi Sumardi

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Daerah panas bumi G.Endut-Banten termasuk dalam wilayah kec. Sobang,
kabupaten Lebak, Propinsi Banten.

Anomali magnit dan gayaberat positif yang berbentuk lensa disekitar


m.a.p. Cikawah disebabkan oleh adanya mineralisasi dan nilai densitas batuan
yang besar. Anomali magnit dan gayaberat rendah pada m.a.p Handeulum
diperkirakan berkaitan dengan proses demagnetisasi batuan dan ubahan ubahan
akibat proses hidrotermal. Manifestasi panas bumi Cikawah dokontrol oleh sesar
yang berarah timurlaut- baratdaya dan baratlaut tenggara, sedangkan m.a.p.
Handeuleum dikontrol oleh sesar yang berarah baratlaut-tenggara..Sistim panas
bumi di daerah G.Endut merupakan sistim panas bumi tipe graben.

84
GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI
DAERAH SONGA - WAYAUA, HALMAHERA SELATAN,
PROVINSI MALUKU UTARA

Oleh :
Herry Sundhoro, Kasbani, Bangbang Sulaeman dan Iyus Rustama

Pokja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I

Hadirnya fluida panas di kedalaman Songa - Wayau dicerminkan oleh


manifestasi panas di permukaan Pelepele Besar, Pelepele Pesisir, Babale Lansa,
Padopado and Wayaua. Manifestasi tersebut berupa mata air panas, fumarola,
kolam lumpur, tanah panas, tanah panas beruap dan batuan ubahan (alterasi),
dengan temperatur bervariasi antara 65.6 - 100,40 C dan debit air panas sebesar
0.5 - 1 l/ menit.

Manifestasi panas di sini berada di lingkungan batuan vulkanik dan


metamorfik, dan berasosiasi dengan struktur dike berupa kelurusab gunungapi
berarah N 330 E.

Karakteristik semua air panas bertipe Klorida, dan kebanyakan berada di


immature water, namun beberapa ada yang terletak juga di partial equalibrium.
Penghitungan suhu fluida di bawah permukaan dengan mengaplikasikan formula
Na - K Fournier, 1981 dan Giggenbach, 1988, menghasilkan temperatur reservoar
bervariasi antara 221 - 254.C

85
PEMBORAN LANDAIAN SUHU SUMUR JBO-1 DAN JBO-2
DAERAH PANAS BUMI JABOI, P. WEH, KOTA SABANG
NAD

Oleh :
Arif Munandar, Zulkifli Boegis, dan Robertus S.L Simarmata

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Daerah panas bumi Jaboi secara administratif termasuk kedalam wilayah
Kecamatan Suka Jaya, Kota Sabang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD).
Sedangkan koordinat titik bor sumur JBO-1 dan JBO-2 berada pada posisi
geografis 548.176 LU - 95 20.049 BT dan 547.897 LU - 95 20.289 BT.

Dua sumur landaian suhu JBO-1 dan JBO-2 telah selesai di b or dengan
kedalaman Kedalaman akhir masing-masing adalah 238 m dan 250 m. Litologi
terdiri dari Breksi Tufa, Lava Andesit, dan Breksi Tufa sisipan Tufa. Intesitas
alterasi bervariasi dari lemah sampai sangat kuat. Mineral-mineral ubahan yang
hadir adalah montmorilonit, smektit, kaolinit,halloysite, kuarsa sekunder, oksida
besi, pirit, kalsit, alunit, dan klorit. Berdasarkan kehadiran kelompok mineral-
mineral ubahan tersebut, maka jenis ubahannya termasuk kedalam kelompok
argilik (argillic type of alteration) dan berfungsi sebagai lapisan penudung panas
(clay cap) dari sistem panas bumi Jaboi.

Berdasarkan pengukuran logging temperatur (T-logging), diperoleh


landaian suhu (gradient thermal) di sumur JBO-1 dan JBO-2 masing-masing
sebesar 20.5 22 C dan 17 C per 100 m kedalaman (gradient thermal normal
adalah 3 C per 100 m kedalaman) yang menunjukkan adanya kenaikan landaian
suhu yang cukup tinggi di daerah panas bumi Jaboi.

86
PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAN GEOMAGNET
DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN
SIMALUNGUN, PROPINSI SUMATRA UTARA
Oleh
Dendi Surya Kusuma , Timor Situmorang2, Ary S3, Sumarna4, Sunarto5,
1

Hasan6

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Beberapa kelurusan dengan pola kelurusan yang tegas terutama
ditunjukkan di sekitar Dolok Marawa, Bukit Tinggi Raja, dan Batu Holing, hal ini
mempertegas keberadaan struktur-struktur berarah baratdaya timurlaut,
baratlaut-tenggara, dan hampir utara-selatan, yang secara geologi dapat dikenali di
permukaan dan merupakan struktur-struktur yang berpotongan di Bukit Tinggi
Raja. Pada peta Anomali Sisa memperlihatkan pola anomali yang terlihat lebih
komplek, terdapat beberapa kelurusan seperti yang terlihat di sekitar daerah
Tinggi Raja, Dolok Marawa, Bahuan, Negeri Asih, dan sekitar daerah gunung
Bahtopu, terutama di sekitar Tinggi Raja yang memotong manifestasi air panas
Dolok Marawa. Secara umum, di sekitar daerah Tinggi Raja dimana manifestasi
panas bumi Dolok Marawa berada terdapat pada kelurusan yang mempunyai arah
N400W ke arah baratlaut-tenggara dan arah utara-selatan (N1750E) sebagai
kontrol struktur. Dari anomali Bouguer dan anomali Sisa ini ditafsirkan bahwa
sumber panas yang membentuk system panas bumi Tinggi Raja Dolok
diperkirakan sumber panasnya berasal dari Gunung Dolok Bahtopu.

Berdasarkan hasil penyelidikan magnet, diperkirakan adanya beberapa


struktur sesar yang mengontrol terdapatnya manifestasi panas bumi, terutama
sesar perkiraan yang terdapat dibagian barat daerah penyelidikan. Sesar tersebut
berarah tidak beraturan, antara lain ada yang ber-arah utara-selatan, barat-timur
dan baratdaya-timurlaut.Daerah anomali magnit rendah dan sedang, dengan
harga anomali magnet total lebih kecil dari -525 nT sd. -175 nT ditafsirkan
merupakan daerah yang mempunyai kaitan erat dengan terbentuknya manifestasi
panas bumi di daerah ini.

87
PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAERAH PANAS BUMI
DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN, PROPINSI
SUMATERA UTARA
Oleh :
A.Zarkasyi, Ir Bakrun, dan Sri Widodo

Pokja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Manifestasi yang dijumpai di lokasi penyelidikan adalah berupa mata air
panas Tinggi Raja, Bahbotala, Partula-tula1, Partula-tula2, Lakparan, Bahwan,
Panggaruan dengan temperatur antara 36,4 - 66,5 C
Sebaran tahanan jenis memperlihatkan suatu zona rendah < 50 m yang
melingkupi komplek manifestasi Tinggi Raja, Partula-tula mulai bentangan
AB/2=250 sampai dengan AB/2=1000. dengan sebaran tahanan jenis berarah
baratlaut-tenggara.

Pada pendugaan tahanan jenis, umumnya lapisan permukaan mempunyai


tahanan jenis antara 700-1200 m, kemudian tahanan jenis berikutnya
mempunyai nilai 35-100 m diduga batuannya adalah jatuhan piroklastik Toba,
dan tahanan jenis 6-32 m, dan sebagai lapisan penutup yang diduga sebagai
reservoir adalah tahanan jenis 80-100 m.

Hasil korelasi dari beberapa penampang dari hasil interpretasi curva


sounding diperoleh top reservoir pada kedalaman 600 meter.
Nilai tahanan jenis rendah <50 m merupakan zona prospek di daerah ini berada
di sekitar komplek manifestasi Tinggi Raja, dengan luas sekitar 5.5 km2 ,
temperatur bawah permukaan 180 C, maka diperoleh Potensi panas bumi terduga
sebesar 38 MWe.

88
PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI
SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN,
PROVINSI MALUKU UTARA
Oleh :
Sri Widodo, Bakrun

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Daerah panas bumi Songa-Wayaua yang secara administratif berada di
Desa Songa, Tawa dan Wayaua, Kecamatan Bacan Timur, Kabupaten Halmahera
Selatan, Provinsi Maluku Utara terdapat pada lingkungan vulkanik kuarter.

Manifestasi keberadaan panas bumi daerah Songa-Wayaua ditandai


dengan kemunculan mata air panas, fumarola, tanah panas, kolam lumpur dan
batuan ubahan di lokasi Pelepele, Padopado, Babalelansa dan Wayaua dengan
suhu permukaan antara 45.0 - 98C dan pH netral 6.80 8.20. Fluida di daerah ini
semuanya bertipe klorida.

Perkiraan suhu fluida bawah permukaan daerah Songa adalah 160 - 260C
dan termasuk ke dalam entalpi sedang hingga tinggi, sedangkan di daerah
Wayaua berkisar antara 112 - 175C atau tergolong entalpi rendah s.d. sedang.
Prospek panas bumi di daerah ini dibagi menjadi prospek Songa dan prospek
Wayaua. Prospek Songa tersebar di sepanjang pantai timur antara desa Tawa dan
Songa, yang mencapai luas 15 km2. Lapisan reservoir diduga mempunyai
kedalaman yang bervariasi dengan kedalaman puncak lapisannya berkisar antara
400 - 950 meter.

Pemunculan manifestasi panas bumi di lokasi Pelepele dikontrol oleh


struktur tegak berarah timur laut barat daya yang memotong G. Lansa.

89
PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA
DAERAH PANAS BUMI SANGALA-MAKALE
KABUPATEN TANATORAJA SULAWESI SELATAN
Oleh :
Kasbani, Yuanno Rezky, Dedi Kusnadi

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Penyelidikan geologi dan geokimia panas bumi di daerah Sangala Makale
dan sekitarnya adalah bagian dari metode kegiatan penyelidikan terpadu. Lokasi
Sangala Makale dan sekitarnya termasuk kedalam wilayah Kecamatan Sangala,
Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Luasnya (15 x 15) km2, secara
geografis terletak pada koordinat 3o159.96-3o959.94 LS dan 119o5058.85-
119o5858.96BT.

Secara umum penyebaran batuan di daerah panas bumi Makale disusun


oleh batuan sedimen seperti Batugamping, Batulempung, dan Batupasir.
Sedangkan di bagian tengah dan sedikit di bagian utara didominasi batuan produk
batuan vulkanik berumur Kuarter. Sebaran morfologi terjal yang berpuncak
tinggi-tinggi terdapat di bagian barat dan timur dibangun oleh tubuh Batugamping
Tersier. Pada bagian tengah dan timurlaut dibentuk oleh perbukitan vulkanik,
sedangkan bagian barat laut dan tenggara dibentuk oleh morfologi bergelombang
yang dibangun oleh batuan sedimen hingga pedataran alluvial.

Manifestasi panas bumi terdiri dari 3 mata air panas Makula 1, Makula 2
dan Makula 3, lokasinya berdekatan, pada elevasi (800, 830 dan 860 m dpl),
temperatur tertinggi hanya 43.6 oC pada temperatur udara 22.1oC, pH air netral
(pH= 7.7-8.1), debit air hanya 1 L/detik, sedangkan di bagian barat daya di luar
peta lokasi penyelidikan terdapat air panas Bera dengan temperatur hanya 35.8
o
C, pada temperatur udara 30.4 oC. tidak terdeteksi adanya gas hidrotermal
ataupun hembusan uap panas.

Secara umum struktur yang berperan mengontrol sistem panas bumi


daerah ini berupa Struktur sesar mendatar (strikeslip-fault), berarah N55E-
N60E, merupakan sesar mengiri yang mungkin telah ter-rejuvenasi dan
membentuk struktur muda di daerah ini.

Pada pemunculan air panas, tidak ditemukan adanya sinter silika,


sedangkan berdasarkan analisis konsentrasi senyawa kimia, menunjukkan
konsentrasi rendah (SiO2 hanya 54.85 mg/L, klorida hanya 71.00 mg/L),
termasuk tipe air klorida (Cl-SO4-HCO3), terletak pada partial equilibrium (Na-

90
K-Mg). Temperatur bawah permukaan diperkirakan 110 oC (berdasarkan
geotermometer SiO2 106 oC dan geotermometer NaK 110 oC), termasuk tipe
temperatur rendah.

Tanah dan udara tanah pada kedalaman satu meter, dari 125 sampel, tidak
memperlihatkan konsentrasi dan anomali tinggi, anomali Hg, delta temperatur dan
CO2, cenderung kearah bagian tengah, yaitu lokasi mata air panas makula, dengan
pH netral, Hg > 75 ppb, delta T > 2 oC, dan CO2 > 1%, pengaruh batu gamping
dan pembusukan humus perlu dipertimbangkan.

Sistem panas bumi di daerah penyelidikan Sangala Makale, kemungkinan


tipe vulkanik, diindikasikan oleh masih terdeteksinya konsentrasi Fluorid (2
mg/L), Namun konsentrasi senyawa lainnya rendah dan temperatur manifestasi
rendah hanya 43.6 oC.

91
PENYELIDIKAN PANAS BUMI PENDAHULUAN
WILAYAH KABUPATEN BURU MALUKU
Oleh :
Bangbang Sulaeman, Edy Sumardi, Dede Iim Setiawan

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Stratigrafi Pulau Buru terdiri dari 9 satuan batuan, dari tua ke muda yaitu:
Kelompok Malihan Pra-Tersier (Pz), Kelompok Trias (Tr), Kelompok Jura
Eosen (JE), Kelompok Oligosen (To), Kelompok Miosen (Tm), Kelompok
Pliosen (Tp), Batuan Gunungapi Ambalau (Tpa), Kelompok Plistosen (Qp), dan
Kelompok Endapan Holosen (Qh).

Manifestasi panas bumi berupa mata air panas, tanah panas dan bualan gas
yang terdapat di 3 lokasi, yaitu Manifestasi Waeapo, Batubual, dan Manifestasi
Kapalamadang. Manifestasi Waeapo terdiri dari 2 mata air panas (99.8C dan
105.5 C) dan tanah panas (80 C), Batubual terdiri dari 2 mata air panas (65.5 C
dan 69.4 C) , Kepalamadang terdiri dari 3 mata air panas (67.4 C, 86.7 C dan
90.8 C) dan 2 bualan gas (42 C dan 46 C)

Manifestasi Kepalamadan dan Waeapo bertipe klorida - bikarbonat,


Batubual bertipe klorida, Airmandidi bertipe bikarbonat dan Debowae bertipe
sulfat asam. Kemunculan manifestasi umumnya berada pada lingkungan sedimen.
Pendugaan temperatur bawah permukaan dengan metoda geotermometer SiO2
(conductive cooling), temperatur minimum sebesar 145 151 oC, sedangkan
temperatur maksimum 160 - 237 oC (Na/K), termasuk ke dalam entalphi sedang
sampai tinggi.

Potensi sumber daya spekulatif di Kepalamadan diperkirakan sebesar 75


Mwe, Waeapo 90 Mwe, dan Batubual 90 Mwe.

92
PEMBORAN SUMUR LANDAIAN SUHU SWW-1 LAPANGAN
PANAS BUMI SUWAWA
KABUPATEN BONEBOLANGO - GORONTALO
Oleh :
Fredy Nanlohi, Dikdik R.

S A R I
Stratigrafi sumur tersusun oleh endapan alluvial (0-34 m), breksi polimik
tidak terubah hingga terubah lemah (34-120 m) dan breksi polimik terubah sedang
hingga sangat kuat (120-250 m). Struktur geologi dicirikan oleh adanya rekahan-
rekahan halus yang umumnya telah terisi oleh urat oksida besi.

Ubahan hidrotermal hanya terjadi mulai kedalaman 120m hingga 250 m,


dimana batuan terubah oleh proses argilitisasi, oksidasi dengan/tanpa anhidritisasi,
kloritisasi, karbonatisasi, dan piritisasi. Pembentukan batuan ubahan sebagai hasil
replacement dari mineral utama pada batuan dan matrik/masa dasar batuan.
Intensitas ubahan sedang hingga sangat kuat (SM/TM= 40-80%)

Selama tiga tahapan pengukuran logging temperatur, yaitu pada


kedalaman 100 m, 150 m dan 250 m menunjukkan kecenderungan yang relatif
meningkat seiring dengan pertambahan kedalaman sumur. Anomali gradient
temperatur sekitar 14C pada setiap pertambahan 100 m kedalaman sumur.

Batuan dari kedalaman 0 120 m belum mengalami ubahan hidrotermal


hingga terubah lemah bersifat sebagai lapisan penutup atau overburden. Dari
kedalaman 120 250 m merupakan breksi polimik dengan tipe ubahan argilik
berfungsi sebagai batuan penudung panas (cap rock/clay cap).

Pemboran sumur landaian suhu SWW-1 telah menembus zona up flow


dicirikan adanya peningkatan temperatur seiring pertambahan kedalaman sumur.

93
PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON
DI DAERAH PANAS BUMI MAKALE-SANGALA
KABUPATEN TANA TORAJA,
PROPINSI SULAWESI SELATAN
Oleh :
Bakrun, Ario Mustang, Sri Widodo

Kelompok Kerja Panas Bumi

S A R I
Prospek panas bumi Makale yang berada di wilayah Kecamatan Makale
dan Sangala, Kabupaten Tana Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan, dicirikan dengan
adanya mata air panas dengan temperatur 31,4 oC-43,6 oC, dengan pH = 7-8 di
Desa Makula.

Hasil penyelidikan geolistrik tahanan jenis mengindikasikan daerah


prospek dicirikan oleh anomali tahanan jenis relatif tinggi (>50 Ohm-m) yang
menempati bagian tengah daerah penyelidikan yaitu disekitar bukit Kaero.
Tahanan jenis tinggi tersebut secara konsisten berada pada setiap bentangan AB/2,
walaupun luas dari masing-masing bentangan semakin dalam agak sedikit
berkurang.

Lapisan batuan penyusun daerah ini dari hasil geolistrik sounding terdiri
dari lapisan permukaan, diikuti oleh lapisan dengan tahanan jenis 75 600 Ohm-
m yang diduga berupa lava andesit dan lapisan berikutnya adalah lapisan dengan
tahanan jenis 3 40 Ohm-m yang diperkirakan adalah clay cap di daerah ini,
lapisan paling bawah merupakan perulangan dari lapisan ke dua yang diduga
merupakan batuan reservoar terdapat pada kedalaman > 500 meter.

Struktur/sesar berdasarkan hasil penyelidikan head-on pada lintasan X


(B) terdapat tiga buah struktur pada kedalaman lebih dari 400 meter, dengan sudut
kemiringan antara 72-79o. Struktur yang terakhir diperkirakan sebagai struktur
utama berarah baratdaya-timurlaut. Pada lintasan Y (C) struktur/sesar
diperkirakan berupa zona terdapat antara titik ukur C 3450-3525, dengan
kemiringan 64o dan mencapai kedalaman 400 meter.

Potensi panas bumi terduga hasil penyelidikan geolistrik dengan luas


daerah prospek 5 km2 dan suhu bawah permukaan 110 oC , maka diperoleh potensi
sebesar 12 MWe.

94
PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI
SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN,
MALUKU UTARA

Oleh :
Bakrun, Timor Situmorang, Bangbang S, Heri Sundhoro, Alanda Idral,
Liliek H

Pokja Panas Bumi

S A R I
Indikasi keberadaan panas bumi di daerah Songa-Wayaua dicirikan oleh adanya
pemunculan mata air panas, fumarola, tanah panas, kolam lumpur dan batuan ubahan
seperti terdapat di Pelepele, Padopado, Babalelansa dan Wayaua dengan temperatur
antara 45 oC 98C dan pH netral (6.80 8.20).

Morfologi daerah panas bumi Songa-Wayaua secara umum termasuk jenis


morfologi perbukitan bergelombang tajam, sedang hingga lemah serta pedataran dan
Kerucut Gunungapi dengan ketinggian antara 0 1000 meter dpl.

Geologi daerah penyelidikan terdiri dari satuan batuan berumur Tersier yaitu
batuan metamorf, kemudian diikuti oleh produk gunung api Quarter dari G. Lansa, G.
Bibinoi, G. Songa. Aktifitas G. Lansa diduga berperan di dalam pembentukan sistem
panas bumi di daerah ini.

Pemunculan manifestasi berada di lingkungan vulkanik dengan tipe air panas


khlorida seperti pada mata air panas Pelepele Besar, Pelepele Pesisir, Babalelansa,
Padopado dan Wayaua.

Perkiraan temperatur bawah permukaan daerah Songa berkisar antara 160-


260C, termasuk ke dalam entalpi sedang sampai tinggi, sedangkan daerah Wayaua
112C-175C termasuk ke dalam entalpi rendah sampai sedang.

Berdasarkan data geologi, geokimia dan geofisika serta manifestasi panas bumi
dipermukaan diperkirakan adanya daerah akumulasi panas yang membentuk sistem panas
bumi dibawah permukaan.

Hasil penyelidikan geolistrik terdeteksi adanya anomali rendah < 15 Ohm-m di


bagian timur daerah penyelidikan, kemungkinan ada daerah akumulasi panas (reservoar)
pada kedalaman >400 meter. Hal ini ditunjang oleh adanya anomali rendah dari hasil
penyelidikan gayaberat dan anomali sedang dari hasil pengukuran geomagnet, serta
adanya konsetrasi Hg dan CO2 yang cukup tinggi di sekitar manifestasi.
Luas daerah prospek diperkirakan dari hasil kompilasi dan zona alterasi lempung
dengan luas 15 Km2, dengan perkiraan potensi panas bumi terduga sekitar 140 Mwe.

95
PENYELIDIKAN TERPADU PANAS BUMI
DAERAH GUNUNG ENDUT KABUPATEN LEBAK, BANTEN
Oleh:
Dedi Kusnadi, Alanda Idral, Yuanno Rezky, Edi Suhanto dan Edy Sumardi

Kelompok Program Penelitian Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi


Jl. Soekarno Hatta No. 444 Bandung 40254

S A R I
Penyelidikan terpadu geologi, geokimia, dan geofisika telah dilakukan di
daerah panas bumi Gunung Endut, Kabupaten Lebak - Banten pada tahun 2006.
Sekitar 40 km kearah selatan dari kota Rangkasbitung.

Geologi daerah penyelidikan didominasi oleh batuan vulkanik Kuarter


produk G. Endut yang menerobos batuan dasar sedimen Tersier. Pada bagian
selatan daerah penyelidikan banyak ditempati oleh produk batuan intrusif yang
diduga terbentuk sebelum kegiatan vulkanisme G. Endut. Sesar mendatar dan
peremajaan normal yang berarah timurlaut barat daya mengakibatkan
munculnya manifestai deretan mata air panas Cikawah. Sedangkan sesar mendatar
berarah baratlaut tenggara diduga sebagai media yang memunculkan manifestasi
mata air panas Handeleum.

Manifestasi panas bumi berupa mata air panas, tersebar pada dua lokasi,
yaitu mata air panas Cikawah berada di sekitar 6 km di kaki barat Gunung Endut
dengan temperatur 88 oC, pH netral, debit 5 L/detik, bertipe klorida, dan mata air
panas Handeuleum disekitar 8 km kaki barat G. Endut dengan temperatur 57 oC,
pH netral, tipe bikarbonat, dengan konsentrasi sulfat dan klorida sebanding.
Kedua air panas terletak pada partial equilibrium, dan konsentrasi Cl, Li, B
sebanding. Temperatur bawah permukaan sekitar 180oC diestimasi dari
geotermometer SiO2 dan NaK. Peta geokimia memperlihatkan anomali Hg tanah
tinggi yang bertepatan dengan anomali CO2 udara tanah tinggi berada sekitar
lokasi mata air panas Cikawah.

Anomali gaya berat mengindikasikan keberadaan intrusi batuan beku di


Cikawah yang kemungkinan menjadi sumber panas bagi sistem panas bumi
Cikawah. Intrusi juga diindikasikan terdapat di baratdaya lokasi penyelidikan, dan
mungkin berperan sebagai sumber panas bagi sistem panas bumi Handeuleum.
Pada kedalaman ada suatu tubuh batuan beku yang berarah barat daya- timur laut
yang kemungkinan merupakan batuan andesit yang lebih tua dari produk G.
Endut.

Anomali magnit positif yang berbentuk lensa disekitar lokasi mata air

96
panas Cikawah disebabkan oleh adanya mineralisasi bijih, sedangkan anomali
magnit rendah di sekitar mata air panas Handeulum diperkirakan berkaitan
dengan proses demagnetisasi batuan (ubahan?) akibat proses hidrotermal.
Manifestasi panas bumi Cikawah dikontrol oleh sesar-sesar yang berarah
baratdaya- timurlaut dan baratlaut-tenggara, sedangkan air panas Handeuleum
dikontrol oleh sesar yang berarah baratlaut-tenggara.

Peta tahanan jenis semu memperlihatkan bahwa daerah manifestasi panas


bumi bertepatan dengan kontras anomali tinggi yang disebabkan oleh batuan beku
tebal resistif yang diduga berupa batuan intrusif yang berada di lingkungan batuan
dasar sedimen yang konduktif. Data sounding memperlihatkan suatu lapisan
konduktif di kedalaman sekitar 500 m di bawah mata air panas Cikawah, yang
diduga berasosiasi dengan batuan intrusif teralterasi argilik. Data head-on
memperlihatkan dugaan struktur-struktur sesar di sekitar manifestasi panas bumi
Cikawah yang berarah baratdaya-timurlaut yang diduga mengontrol keberadaan
sistem panas bumi di daerah penyelidikan.

97
PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI
DAERAH GUNUNG ENDUT
KABUPATEN LEBAK, BANTEN

Oleh:
Dedi Kusnadi, Yuanno Rezky, Supeno dan Budi Raharja

Kelompok Program Penelitian Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi


Jl. Soekarno Hatta No. 444 Bandung 40254

S A R I
Geologi daerah penyelidikan didominasi oleh batuan vulkanik Kuarter
produk G. Endut yang menerobos batuan dasar sedimen Tersier. Pada bagian
selatan daerah penyelidikan banyak ditempati oleh produk batuan intrusif yang
diduga terbentuk sebelum kegiatan vulkanisme G. Endut. Sesar mendatar dan
peremajaan normal yang berarah timurlaut baratdaya mengakibatkan
munculnya manifestai deretan mata air panas Cikawah. Aliran fluida panas yang
bersifat asam mengakibatkan terbentuknya batuan ubahan/alterasi diantaranya
silicified brecciated andesite, sedangkan sesar mendatar berarah baratlaut
tenggara diduga sebagai media yang memunculkan manifestasi mata air panas
Handeuleum.

Manifestasi panas bumi berupa mata air panas, tersebar pada dua lokasi,
yaitu mata air panas Cikawah berada di sekitar 6 km di kaki barat Gunung Endut
dengan temperatur 88 oC, pH netral, debit 5 L/detik, bertipe klorida, dan mata air
panas Handeuleum disekitar 8 km kaki barat G. Endut dengan temperatur 57 oC,
pH netral, debit 3 L/detik, tipe bikarbonat, dengan konsentrasi sulfat dan klorida
sebanding. Kedua air panas terletak pada partial equilibrium, dan konsentrasi Cl,
Li, dan B sebanding. Temperatur bawah permukaan sekitar 180oC diestimasi dari
geotermometer SiO2 dan NaK. Peta geokimia memperlihatkan anomali tinggi Hg
tanah yang bertepatan dengan anomali tinggi CO2 udara tanah berada sekitar
lokasi mata air panas Cikawah.

98
EVALUASI PROSPEK LAPANGAN MATALOKO DENGAN
SURVEI MISE-A-LA-MASSE DAN PENGUJIAN
SUMUR MT-5
Oleh:
Edi Suhanto dan Syuhada Arsadipura1
1

1
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi-Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Beberapa survei geosain telah dilakukan pada lapangan panas bumi
Mataloko hingga pengeboran sumur-sumur eksplorasi. Pada tahun 2006 telah
dilakukan survei mise-a-la-masse Untuk lebih dapat melihat secara detil daerah
prospek pada tahun 2006 telah dilakukan yang hasilnya memperlihatkan
kemungkinan suatu zona potensial untuk pengembangan selanjutnya. Sebagai
tindak lanjut dari kegiatan pengeboran sumur eksplorasi MT-5 yang
memperlihatkan produktif, telah dilakukan suatu uji alir menggunakan metode
lempeng orifice. Hasil uji memperlihatkan bahwa MT-5 mampu memproduksi
fluida panas berupa uap jenuh dengan laju 19.3, 12.6 dan 17.4 ton/jam masing-
masing untuk tekanan kepala sumur 4.0, 6.0, dan 5.0 kscg dengan aliran
maksimum diekstrapolasi sekitar 20 ton/jam pada tekanan 4.0 ksc. Entalpi fluida
termasuk tinggi sebesar 2746, 2755, 2763, 2768, dan 2771 kJ/kg untuk tekanan
kepala sumur masing-masing 4.0, 5.0, 6.0, 7.0, dan 7.5 kscg.

99
PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI
OMA- HARUKU, MALUKU
Oleh :
Dikdik Risdianto, Arif Munandar, Dedi Kusnadi

Pokja panas bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Daerah panas bumi Pulau Haruku secara administratif berada di wilayah
Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, secara geografis berada
antara 3o 30 38,88 - 3o 38 14,64 LS dan 128o 23 54,24 128o 34 40,8 BT.
Morfologi daerah penyelidikan tersusun oleh perbukitan landai hingga perbukitan
terjal. Morfologi dataran tinggi berada di sekitar bagian tengah Pulau Haruku di
sekitar Gunung Huruano yang telah mengalami deformasi kuat.

Batuan vulkanik termuda adalah produk Gunung Huruano dan Noni yang berumur
Tersier (Pliosen Tengah) dengan kompososi lava andesit. Struktur sesar normal
Oma yang berarah Barat Daya Timur Laut merupakan sesar yang berperan besar
akan munculnya manifestasi air panas di daerah Oma.

Manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan terdiri dari 7 lokasi manifestasi


yang muncul kepermukaan berupa air panas, berada di sekitar kampung Oma
dengan suhu tertinggi 100C bertipe klorida dengan PH netral.Lapisan reservoir di
daerah diperkirakan ini berada pada kedalaman > 500 m berdasarkan ketebalan
dari batuan vulkanik yang menyusun Pulau Haruku. Temperatur fluida dalam
reservoir berdasarkan data pengukuran geothermometer SiO2 dan NaK
memperlihatkan bahwa suhu reservoir dapat mencapai 240 C dengan nilai rata-
rata sekitar 225 C.

Lapisan reservoir ini diperkirakan ditutupi oleh lapisan penudung yang


bersifat tidak poros pada kedalaman < 500 m.Dengan asumsi luas dari daerah
prospek sekitar 4 km2 maka potensi energi panas bumi pada tingkat kelas sumber
daya hipotetis di daerah Pulau Haruku adalah 28 MWe.

100
SURVEI TAHANAN JENIS DC DI DAERAH PANAS BUMI
GUNUNG ENDUT KABUPATEN LEBAK BANTEN
Oleh:
Ario Mustang dan Edi Suhanto

Kelompok Program Penelitian Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi


Jl. Soekarno Hatta No. 444 Bandung 40254

S A R I

Survei tahanan jenis dc telah dilakukan pada tahun 2006 di daerah panas
bumi Gunung Endut-Banten dengan konfigurasi Schlumberger dan head-on.
Peta tahanan jenis semu memperlihatkan daerah manifestasi panas bumi
bertepatan dengan kontras anomali tinggi yang disebabkan oleh batuan beku tebal
resistif yang diduga berupa batuan intrusif yang berada di lingkungan batuan dasar
sedimen yang konduktif. Data sounding memperlihatkan suatu lapisan konduktif
di kedalaman sekitar 500 m di bawah mata air panas Cikawah, yang diduga
berasosiasi dengan batuan intrusif teralterasi argilik. Data head-on
memperlihatkan dugaan struktur-struktur sesar di sekitar manifestasi panas bumi
yang berarah baratdaya-timurlaut yang diduga mengontrol keberadaan sistem
panas bumi di daerah survei.

101
SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-
WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN,
MALUKU UTARA
Oleh :
Eddy Sumardi, Timor Situmorang

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Daerah panas bumi Songa-Wayaua terletak di Kecamatan Bacan Timur
bagian tenggara dari pulau Bacan. Secara geologi daerah ini ditutupi oleh endapan
permukaan, endapan piroklastik, batuan andesit, andesit tua, sekis dan gneiss.
Aktivitas gunungapi masih terlihat berupa fumarola dan mata air panas disebelah
timur laut Gunung Lansa yaitu dipantai teluk Pele-Pele. Dari pengukuran
beberapa metoda geofisika, salah satunya adalah metoda geomagnet
memperlihatkan suatu anomali magnetik total yang relatif sedang didaerah
manifestasi panas bumi ini. Munculnya anomali magnetik sedang disekitar
manifestasi disebabkan oleh adanya lapisan batuan yang permeable dibawahnya
yang diperkirakan sebagai suatu reservoir dan lapisan batuan ini diperkirakan
berupa batuan andesit muda (Kuarter) yang diduga sebagai sumber panasnya.

102
SURVEI PANAS BUMI TERPADU (GEOLOGI, GEOKIMIA
DAN GEOFISIKA) DAERAH DOLOK MARAWA,
KABUPATEN SIMALUNGUN - SUMATERA UTARA
Oleh :
Herry Sundhoro, Bakrun, Dendi Suryakusuma, Bangbang Sulaeman dan
Timoer Situmorang

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Indikasi adanya fluida panas di kedalaman Dolok Marawa, berupa mataair
panas pada patahan baratlaut - tenggara (N 320 - 330 E), di elevasi 330 - 370 m
dpl, dengan suhu permukaan 36,4 - 66,5 C, pH netral (6.57 - 7,63), dan ada
endapan sinter karbonat (travertine).

Luas daerah prospek di asumsikan dari kompilasi survai geologi, geokimia


dan geofisika, yang terletak diantara sesar Tinggi Raja, Partulatula, Balakbak dan
Bahbotala, seluas 5,5 km. Potensi panas bumi di Tinggi Raja dikalkulasi 38
Mwe, berupa air panas dengan kedalaman zona reservoar > - 500 m.

103
PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS BUMI
MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006
Oleh :
Dahlan, Soetoyo

Kelompok Kerja Panas Bumi

S A R I
Dalam rangka pengembangan lanjut lapangan panas bumi Mataloko,
diperlukan data mengenai sifat fisik dan kimia fluida dari masing-masing sumur.
Data-data tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan monitoring sumur panas
bumi, yang meliputi pengamatan sifat fisis sumur berupa tekanan dan temperatur
fluida di kepala sumur, analisis sifat fisis dan kimia fluida sumur, serta
pemantauan terhadap lingkungan di sekitar sumur. Secara geografis, lapangan
panas bumi Mataloko terletak pada 12103'32" BT - 12109'09" BT dan
0849'55" LS - 0855'33LS.

Selama tahun 2006, kondisi uap di keempat sumur Mataloko menunjukkan


kontinuitas yang baik. Tekanan Kepala Sumur (TKS) sumur MT-2 berkisar antara
4,5 5,8 barg dengan temperatur 109,2 123,5oC, TKS sumur MT-3 antara 4,2
5,0 barg dengan temperatur 99,7 112,4oC , TKS sumur MT-4 stabil pada 8 barg
dengan temperatur 116,9 123 oC, dan TKS sumur MT-5 antara 10,75-12 barg
dengan temperatur 99,2 108 oC. Secara umum, sampel kondensat (SCS) sumur
Mataloko memperlihatkan konsentrasi kimia yang rendah, dengan daya hantar
listrik 44 mhos/cm pada keempat sumur dengan pH 4,1 4,67 pada sumur
MT-2, pH 4,3 5,10 pada sumur MT-3, pH 3,8 4,6 pada sumur MT-4, dan pH
3,8 4,9 pada sumur MT-5. Konsentrasi H2O pada uap sumur > 97 %mol dengan
gas CO2, H2S dan keseluruhan gas lainnya kurang dari 3 %mol, kecuali pada
sumur MT-3 dengan konsentrasi H2O sekitar 94 % mol.

Penyebaran manifestasi di sekitar sumur panas bumi Mataloko selama


monitoring tahun 2006, menunjukkan penyebaran manifestasi yang relatif sama
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Konsentrasi gas dari manifestasi dan
sumur, masih di bawah ambang batas pada ketinggian 1 meter dari permukaan
manifestasi.

104
PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAN GEOMAGNET
DAERAH PANAS BUMI MAKULA,
KABUPATEN TANA TORAJA, PROPINSI SULAWESI
SELATAN
Oleh :
2)
Dendi Surya Kusuma, Timor Situmorang, 3)Alanda Idral, 4)Liliek

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Mata air panas (MAP) Makula berlokasi pada daerah anomali magnit
rendah, < -200 nT. Kondisi tersebut mengindikasikan telah terjadi proses
demagnetisasi (ubahan?) akibat proses panas dibawah permukaan (proses
hidrotermal). Zona anomali magnit tinggi yang berbentuk lensa-lensa besar
tampak di sekitar daerah Ropo, diperkirakan berkaitan dengan kubah andesit yang
belum terlapukkan. Struktur sesar yang diperkirakan mengontrol kenampakan
mata air panas Makula kepermukaan adalah sesar Makula. yang berarah timurlaut-
barat daya.

Pola lineasi anomali Bouguer memperlihatkan arah umum baratlaut


tenggara, serta di beberapa tempat seperti di sekitar daerah Ropo,
Sibunuan,Landopio, dan di sekitar daerah Tongkanan terjadi pembelokan dan
pengkutuban anomali tinggi. Peta ini memperlihatkan kecenderungan pola
regional berarah baratlaut-tenggara dengan nilai anomali yang meninggi ke arah
tenggara. Beberapa kelurusan yang nampak terutama di bagian tengah yaitu
sekitar Wala, Malimangun di bagian selatan, Pasang dan Eranbatu di bagian
baratlaut dan sekitar Totumba di bagian timurlaut, mempertegas keberadaan
struktur-struktur berarah baratlaut-tenggara dan baratdaya - timurlaut, yang secara
geologi dapat dikenali di permukaan dan merupakan struktur-struktur yang
muncul di daerah ini. Permukaan anomali regional cenderung berarah hampir
baratlaut-tenggara dengan nilai meninggi dari baratlaut ke tenggara, sedangkan
arah baratdaya timurlaut memperlihatkan nilai yang rendah dan diperkirakan
adanya struktur sinklin (?) di daerah ini.

105
PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA
DI DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN
SIMALUNGUN - SUMUT
Oleh :
Dede Iim, Setiadarma D, Herry Sundhoro, Bangbang Sulaeman

Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi

S A R I
Stratigrafi daerah penyelidikan terdiri dari 7 satuan batuan, urutan dari tua
ke muda adalah: Satuan Batugamping Bahbotala (Tgb), Andesit Gunung
Sipapagus (Qls), Andesit Gunung Bahtopu (Qlb), Aliran Piroklastik Toba (Qat),
Jatuhan Piroklastik Toba (Qjt), Travertin (Qtr) dan Aluvium (Qa) (Gambar 2).

Fluida panas di kedalaman Dolok Marawa diindikasikan oleh munculan


mata air panas Tinggi Raja, Partulatula, Balakbak, Bahoan, Lakparan and
Bahbotala yang mempunyai suhu antara 36,4 - 66,5 C, dengan pH normal (6.57 -
7,63), dan debit antara 5 - 20 l/menit. Manifestasi panas berada pada lingkungan
batuan vulkanik dan batugamping Tersier, yang berasosiasi dengan beberapa
struktur mengarah N 320 - 330 E.

Beberapa air panas bertipe Klorida, sedangkan sebagian lagi bertipe


Klorida bikarbonat, namun mata air panas Bahbotala mempunyai tipe Bikarbonat.
Estimasi suhu fluida bawah permukaan yang mengaplikasikan formula Na - K
Fournier, 1981 dan Giggenbach, 1988, Silica conductive cooling , and gas
geothermometer mendapatkan dugaan temperatur di reservoar sebesar 180 C.

106

Anda mungkin juga menyukai