Anda di halaman 1dari 23

PENGAMATAN PENGUMPULAN

No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
1. Pengertian Prosedur ini mengatur tentang tata cara pengumpulan,
penyimpanan dan pencarian kembali data-data yang
meliputi: data wilayah kerja, demografi, budaya dan
kebiasaan masyarakat, pola penyakit terbanyak, survailans
epidemologi. Evaluasi dan pencapaian kinerja program,
serta data dan informasi lain yang ditetapkan oleh Dinas
kesehatan kabupaten/Propinsi dan Kementrian Kesehatan
(sesuai kebutuhan)
2. Tujuan Sebagai bahan pengambilan keputusan dalam peningkatan
pelayanan maupun pengembangan program-program
kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat maupun
pengampilan keputusan pada tingkat kebijakan di Dinas
kesehatan.
3. Kebijakan Surat keputusan kepala Puskesmas nomor .......................
tentang kebijakan
4. Referensi Permenkes n0 128 tahun 2004 tentang kebijakan Puskesmas
5. Prosedur Alat dan Bahan :
1. ATK
6. Langkah - Langkah 1. Pengumpulan Data
a. Data wilayah kerja, demografi, budaya dan kebiasaan
masyar
2.
7. BaganAlir
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008

8. Hal Hal Yang Perlu


Diperhatikan
9. Unit Terkait - HIV
10 Dokumen Terkait - Buku rencana kegiatan
. - Jadwal kegiatan
- Buku pelaksaan kegiatan
- Satuan Acara Penyuuhan
- Daftar Hadir
- Dokumentasi/photo
11 Rekaman Historis
. Perubahan No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
. diberlakukan

SURVEILANS PENYAKIT
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
No. Dokumen : /PKM/BNM-KT/ADM/SOP/II/
I /2016

No. Revisi :-

Tanggal Terbit : 06 Januari 2016

SOP

Halaman : 1 Dari 1

UPTD PUSKESMAS
BINAMU KOTA

PEMERINTAH TTD dr. Imam Sofingi


KAB.
. Nip. 19770828 200902 1
JENEPONTO 004

Surveilans epidemiologi penyakit adalah


kegiatan analisis secara sistematis dan
terus menerus terhadap penyakit dan
1. Pengertian kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit agar
melakukan tindakan penanggulangan
secara efektif dan efisien
1. Diketahuinya situasi epidemiologi masyarakat sehingga dapat dibuat
perencanaan dalam pencegahan penanggulangan maupun
pembeerantasannya disemua jenjang pelayanan
2. Diketahuinya informasi yang terbaru dan benar mengenai penyakit di
masyarakat.
2. Tujuan 3. Dilaksanakannya deteksi secara dini terhadap peningkatan penderita
Penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
4. Dilaksanaknnya tatalaksana penderita segera mungkin ,untuk
mencegah kematian dan meluasnya KLB.
5. Dibentuk dan diaktifkannya TIM Gerak Cepat (TGC) dalam
penanggulangan KLB dan sewaktu-waktusiap dikirimkan.
3.
Kebijakan

4. Pedoman Pemberantasan Penyakit


Referensi
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
A. Pengumpulan Data Penyakit :
Laporan rutin :laporan bulanan dan laporan mingguan (W2), yang
diambil dari register harian penderita Penyakit.
Laporan kejadian luar biasa (KLB) / Wabah, yang dilaporkan dalam
periode 24 jam (W1) yang dilanjutkan dengan laporan khusus yang
meliputi :
1. Kronologis terjadinya KLB
2. Cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
3. Keadaan epidemiologis penderita
4. Hasil penyelidikan yang telah dilakukan
5. Hasil penanggulangan KLB dan RTL

Kriteria KLB Penyakit (Permenkes RI No. 1501/Menkes/Per/X/2010) :


1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 Permenkes Nomor 1501/Meneks/Per/X/2010 (konfirmasi
5.
kolera) yang sebelumnya tidak ada atau tidak dkenal pada suatu daerah.
Prosedur
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun
waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan
dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per bulanpada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian
kasus suatu penykit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

B. Pengolahan, Analisis dan Interpretasi :


Data-data yang telah dikumpulkan diolah dan ditampilkan dalam bentuk
table-tabel atau grafik, kemudian dianalisis dan diinterpretasi.

C. Penyebarluasan Hasil Interpretasi :


Hasil analisis dan interpretasi data yang telah dikumpulkan, diumpan
balikkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu :kepada pihak
kecamatan dan desa.
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008

Pengumpulan data
Penyakit Laporan
rutin

Laporan Kompilasi,an
Puskesmas alisa dan

Interprestasi
Laporan
KLB/Wabah

Studi kasus
Penyebarluasan
7. Bagan hasil interpretasi
Alir

7. Unit Terkait 1. POLI UMUM


PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR


DINAS KESEHATAN
Jln Ciung Wenara No 6 Gianyar Telp (0361 943436)

No. Dokumen
PROSEDUR TETAP
PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR Revisi
BIASA (KLB) DAN KERACUNAN
Tanggal Berlaku
DINAS KESEHATAN KABUPATEN
GIANYAR
Halaman

PENGESAHAN

DISIAPKAN OLEH: DIPERIKSA OLEH: DISETUJUI OLEH:

Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Kepala Bidang P2PL Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar

Dr Pande Putu
Nama A.A.I Sri Laksmi P. Dewi,ST Nama Dr Ida Komang Upeksa Nama
Wirbuana,SH,M.Kes
NIP 19620113 198603 2 011 NIP 19620909 198911 1 001 NIP 19591201 198410 1 003
Tanggal 2 Januari 2012 Tanggal Tanggal

Dasar Hukum 1. UU No. 4 tahun1984 tentang KLB Penyakit Menular


2. PP No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan KLB Penyakit Menular
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya

Pengertian Merupakan suatu kegiatan yang meliputi penyelidikan epidemiologi dan surveilans,
penatalaksanaan penderita, pencegahan dan pengebalan, pemusnahan penyebab penyakit,
penanganan jenazah akibat KLB, penyuluhan kepada masyarakat dan upaya
penanggulangan lainnya.

Tujuan 1.Agar KLB penyakit menular dan keracunan tidak menjadi masalah di masyarakat
2.Menurunnya frekwensi KLB penyakit menular dan keracunan
3.Menurunnya jumlah kasus kesakitan pada setiap KLB penyakit menular dan keracunan
4.Mencegah kematian pada setiap KLB penyakit menular dan keragunan
5.Semakin singkatnya periode KLB penyakit menular dan keracunan makanan
6.Mencegah meluasnya penularan daerah/wilayah yang terserang KLB penyakit menular
dan keracunan.
7. Meningkatkan pemahaman dan kemampuan masyarakat dalam mencegah dan
menanggulangi KLB di lingkungannya
8. Meningkatkan respon masyarakat dalam penanganan kegawat daruratan KLB serta
mekanisme pelaporan.
Dinas kesehatan dan jejaringnya termasuk laboratoruim dan rumah sakit yang berada di
Kebijakan kabupaten Gianyar.

Prosedur 1. Menegakkan atau Menetapkan Diagnosis Klinis dan Langkah Operasional


Langkah ini penting karena:
a. Kemungkinan kesalahan dalam diagnosis klinis
b. Kemungkinan tidak dilapori tentang adanya kasus, melainkan adanya tersangka
atau adanya orang yang mempunyai gejala tertentu
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
c. Kemungkinan informasi dari yang bukan kasus (yaitu kasus-kasus yang dilaporkan
tetapi diagnoosisnya tidak dapat dipastikan) harus dikeluarkan dari informasi kasus
yang digunakan untuk memastikan ada/tidaknya suatu KLB/Keracunan

2. Memastikan Terjadinya KLB


Tahap ini bertujuan untuk memastikan apakah adanya peningkatan kasus yang benar
benar berbeda dibandingkan dengan kasus yang biasa terjadi pada populasi yang
dianggap mempunyai resiko terinfeksi.

3. Menghitung jumlah kasus/angka insiden yang tengah berjalan


Penghitungan jumlah kasus penting dilakukan untuk memastikan adanya frekwensi
kasus baru yang berlebihan agar sesuai dengan kriteria KLB penyakit menular atau
keracunan.

4. Menggambarkan karakteristik KLB


KLB digambarkan menurut variabel waktu, tempat, orang. Hal ini perlu dibuat agar
dapat disusun hipotesa mengenai sumber, cara penularan dan lamanya KLB
berlangsung.
a. Waktu: Variasi kejadian suatu kasus dalam populasi gtertentu menurut waktu
digunakan untuk menggambarkan pola temporal penyakit : periode KLB bervariasi
tergantung dari lamanya KLB yang bersangkutan. Adanya gambaran mengenai
waktu merupakan pertimbangann yang penting dalam memastikan suatu KLB.
b. Tempat: Informasi tentang tempat/alamat kasus diperlukan untuk mengetahui
populasi yang mempunyai resiko terhadap terjadinya suatu KLB serta untuk
mengetahui sumber penularan serta adanya kemungkinan sumber infeksi yang
sama pada suatu populasi tertentu.
c. Orang: Variabel orang digambarkan menurut sifat sifat yang intern atau yang
diperoleh. Hal ini penting untuk menetukan untuk mengetahui siapa yang
mempunyai resiko terbesar pada suatu kejadian KLB/keracunan.

5. Mengidentifikasikan Sumber dari Penyebab Penyakit dan Cara Penularannya.


Untuk mengidentifikasi sumber dan cara penularan dibutuhkan lebih dari satu kali siklus
perumusan dan pengujian hipotesis. Hipotesis dirumuskan sekitar penyebab penyakit
yang dicurigai, sumber infeksi, periode paparan, cara penularan, dan populasi yang
telah terpapar atau mempunyai resiko akan terpapar.
Tujuan Hipotesis adalah untuk memberikan dasar yang logis untuk merencanakan dan
melaksanakan berbagai penyelidikan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
penyerlidikan KLB.

6. Mengidentifikasi Populasi yang Mempunyai Peningkatan Resiko Infeksi


Apabila sumber dan cara penularan telah dipastikan, maka orang-orang yang
mempunyai mempunyai resiko paparan yang meningkat hrus ditentukan,dan tindakan-
tindakan penanggulangan serta pencegahan yang sesuai harus dilaksanakan. Siapa
yang sesungguhnya mempunyai resiko paparan meningkat tergantung pada penyebab
penyakit, sifat sumbernya, cara penularannya dan berbagai ciri orang-orang rentan yang
meningkatkan kemungkinannya terpapar.

7. Melaksanakan Tindakan Penanggulangan


Apabila ciri-ciri umum dari populasi resiko tinggi telah digambarkan maka perlu
dilakukan tindakan penanggulangan dan pencegahan yang sesuai untuk populasi yang
bersangkutan.
Tindakan penanggulangan tertentu dapat dimulai sedini tahap diagnosa kasus.Tindakan
penanggulangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan situasi.

Unit Terkait
1. Lintas Program
2. Jejaring Surveilans (Puskesmas, Lab, Rumah Sakit)
3. Lintas Sektor.
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR


DINAS KESEHATAN
Jln Ciung Wenara No 6 Gianyar Telp (0361 943436)

No. Dokumen
PROSEDUR TETAP
SURVEILANS ACUTE FLACCID Revisi
PARALYSIS (AFP)
Tanggal Berlaku

Halaman

PENGESAHAN

DISIAPKAN OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH

Dr Pande Putu
Nama A.A.I Sri Laksmi P. Dewi,ST Nama Dr Ida Komang Upeksa Nama
Wirbuana,SH,M.Kes
NIP 19620113 198603 2 011 NIP 19620909 198911 1 001 NIP 19591201 198410 1 003
Tanggal 2 Januari 2012 Tanggal Tanggal

Dasar Hukum Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 483/MENKES/IV/2007


Tentang Pedoman Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP)

Pengertian Merupakan suatu kegiatan pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus lumpuh layuh
akut (AFP) pada anak usia kurang dari 15 tahun (<15 tahun) yang merupakan kelompok yang
rentan terhadap penyakit polio

Tujuan 1. Umum:
a. Mengidentifikasi daerah resiko tinggi, untuk mendapatkan informasi tentang adanya
transmisi VPL,VDPV, dan daerah dengan kinerja surveilans yang tidak memenuhi
standar/indikator
b. Memantau kemajuan program eradikasi polio. Surveilans AFP memberikan informasi
dan rekomendasi kepada para pengambil keputusan dalam rangka keberhasilan
program eradikasi polio (ERAPO)
c. Membuktikan Indonesia bebas polio. Untuk menyatakan bahwa Indonesia bebas
polio, harus dibuktikan bahwa:
- Tidak ada lagi penyebaran virus polio liar maupun Vaccine Derived Polio Virus
(cVDPV) di Indonesia
- Sistem surveilans terhadap polio mampu mendeteksi setiap kasus polio
paralitik yang mungkin terjadi
2. Khusus:
a. Menemukan semua kasus AFP yang ada di suatu wilayah
b. Melacak semua kasus AFP yang ditemukan di suatu wilayah
c. Mengumpulkan dua spesimen semua kasus AFP sesegera mungkin setelah
kelumpuhan
d. Memeriksa spesimen tinja semua semua kasus AFP yang ditemukan di
Laboratorium Polio Nasional
e. Memeriksa spesimen kontak terhadap Hot Case untuk mengetahui adanya sirkulasi
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
VPL
1. Satu kasus AFP merupakan suatu Kejadian Luar Biasa (KLB)
Kebijakan 2. Semua kasus yang terjadi pada tahun yang sedang berjalan harus dilaporkan.
3. Laporan rutin mingguan termasuk laporan nihil, memanfaatkan laporan mingguan
PWS-KLB (W2) untuk puskesmas dan surveilans aktif rumah sakit (FP-PD)
4. Mengintegrasikan laporan rutin bulanan dengan penyakit yang dapat dicegah denga
imunisasi (PD3I)
5. Kasus AFP yang tidak bisa diklasifikasikan secara laboratoris dan atau masih terdapat
sisa kelumpuhan pada kunjungan ulang 60 hari, maka klasifikasi final dilakukan oleh
Kelompok Kerja Ahli Surveilans AFP Propinsi/Nasional.
6. Melakukan Pemeriksaan tinja terhadap 5 orang kontak Hot Case

Prosedur 1. Penemuan Kasus: Surveilans AFP harus dapat menemukan semua kasus AFP dalam
satu wilayah yang diperkirakan minimal 2 kasus AFP diantara 100.000 penduduk usia
<15 tahun per tahun (Non Polio AFP rate minimal 2/100.000 pertahun )
Strategi penemuan kasus AFP dilakukan melalui:
a. Sistem surveilans aktif rumah sakit (Hospital Based Surveillance=HBS)
b. Sistem surveilans masyarakat (Community Based Surveillance=CBS)

2. Pelacakan Kasus AFP: Setiap kasus AFP yang ditemukan harus segera dilacak dan
dilaporkan ke unit pelaporan yang lebih tinggi selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam
setelah laporan diterima.
Pelacakan bertujuan:
a. Memastikan apakah kasus yang dilaporkan benar-benar kasus AFP
b. Mengumpulkan data epidemiologis
c. Mengumpulkan spesimen tinja sedini mungkin dan mengirimkannya ke
Laboratorium
d. Mencari kasus tambahan
e. Memastikan ada/tidaknya sisa kelumpuhan (residual Paralysis) pada
kunjungan ulang 60 hari kasus AFP dengan spesimen tidak adekuat atau virus
polio vaksin positif
f. Mengumpulkan resume medik dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya,
sebagai bahan kajian klasifikasi final oleh Kelompok Kerja Ahli Nasional

Prosedur Pelacakan:
a. Mengisi format pelacakan (FP-1) antara lain:
- Menanyakan riwayat sakit dan vaksinasi polio serta data lain yang
diperlukan
- Melakukan pemeriksaan fisik kasus AFP
b. Mengumpulkan 2 spesimen tinja dari setiap kasus AFP yang kelumpuhannya
kurang dari 2 bulan
c. Menjelaskan kepada orang tua tentang pentingnya rehabilitasi medik dan cara-
cara perawatan sederhana untuk mengurangi/ mencegah kecacatan akibat
kelumpuhan yang diderita
d. Mengupayakan agar semua kasus AFP mendapatkan perawatan tenaga medis
terdekat. Bila diperlukan dapat dirujuk ke dokter spesialis anak (DSA) atau
dokter spesialis saraf(DSS) untuk rehabilitasi medik sedini mungkin
e. Mencari kasus tambahan. Pencarian kasus tambahan dilakukan dengnan
menanyakan kemungkinan adanya anak berusia <15 tahun yang mengalami
kelumpuhan pada daerah tersebut kepada:
- Orang tua penderita
- Tokoh masyarakat setempat
- Kader
- Guru, dll
f. Melakukan follow up (kunjungan ulang) 60 hari terhadap virus AFP dengan
spesimen tidak adekuat atau hasil laboratorium positif virus polio vaksin

3. Pengumpulan Spesimen: spesimen yang dikumpulkan adalah spesimen tinja, tetapi


tidak semua kasus AFP yang dilacak harus dikumpulkan spesimen tinjanya, tergantung
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
dari lamanya kelum puhan pada kasus AFP.
a. Bila kelumpuhan terjadi < 2 bulan pada saat ditemukan, maka:
- Isi formulir FP-1
- Kumpulkan 2 spesimen penderita AFP

b. Bila kelumpuhan terjadi>2 bulan pada saat ditemukan, maka:


- Isi formulir FP-1 dan KU 60 hari
- Tidak perlu dilakukan pengumpuilan spesimen tinja penderita AFP
- Membuat resume medik

Kelengkapan untuk pengumpulan spesimen setiap kasus AFP:


- 2 buah pot bertutup ulir di bagian luarnya yang dapat ditutup rapat,
terbuat dari bahan transparan, tidak mudah pecah, tidak bocor, bersih dan
kering (pot tinja)
- 2 buah kantong plastik bersih ukuran kecil untuk membungkus masing-
masing pot tinja
- 1 buah kantong plastik besar untuk membungkus ke2 pot tinja yang telah
dibungkus dengan kantong plastik kecil
- 1 buah kantong plastik besar untuk membungkus FP-1 dan formulir
pengiriman spesimen carrier
- 2 buah kertas label auto adhesive (pada umumnya sudah tertempel di
pot yang tersedia)
- Pena dengan tinta tahan air untuk menulis label
- Formulir pelacakan (FP-1) dan pengiriman spesimen (FP-S1)
- Spesimen Carrier dengan 5 cold pack:
Suhu harus terjaga antara 2C - 8C
Harus diberi label: KHUSUS SPESIMEN POLIO
Tidak boleh digunakan untuk transportasi vaksin atau
keperluan lainnya
- Lakban untuk merekatkan tutup pot dengan badan
pot
- Formulir Pemnatauan Rantai dingin Spesimen
- Lembar tata cara pengumpulan spesimen

Prosedur Pengumpulan Spesimen


- Segera dilakukan pengumpulan spesimen tinja dengan tenggang waktu
pengumpulan antara spesimen pertama dan kedua minimal 24 jam
- Pengumpulan 2 spesimen diupayakan dalam kurun waktu 14 hari
pertama setelah kelumpuhan
- Pengumpulan spesimen dengan menggunakan pot tinja
- Penderita diminta buang air besar diatas kertas atau bahan lainnya yang
bersih agar tidak terkontaminasi dan mudah diambil. Ambil tinja sebanyak
+ 8 gram. Bila penderita AFP sedang diare, spesimen diambil kira-kira 1
sendok makan
- Masukkan tiap spesimen ke dalam pot tinja yang telah disiapkan, tutup
rapat, kemudian rekatkan denga cellotape pada batas tutup badan pot
tinja
- Beri label masing-masing pot tinja dengan menggunakan tinta tahan air
- Lapisi label dengan cellotape agar tidak mudah lepas, tetapi tetap terbaca
- Setiap pot tinja dimasukkan dalam kantong plastik kecil, kemudian
keduanya dibungkus dalam 1 kantong plastik besar
- Spesimen dimasukkan ke dalam spesimen carrier yang diberi cold pack
sehingga suhu dapat dipertahankan antara 2C-8C sampai di
laboratorium atau propinsi
- Letakkan spesimen sedemikan rupa sehingga spesimen tidak
terguncang-guncang
- Tutup spesimen carrier dan rekatkan dengan lackban agar tutup tidak
terbuka
- Tempelkan pada badan spesimen carrier, alamat laboratorium yang dituju
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
- Spesimen dikirim ke laboratorium polio nasional/Dinas Kesehatan
Propinsi
- Bila diperkirakan akan dikirim <3 hari setelah pengemasan, maka
disimpan pada suhu 2C - 8C
- Bila diperkirakan baru dapat dikirim > 3 hari setelah pengemasan, maka
simpanlah di freezer

4. Pengiriman Spesimen: Sebelum dikirim ke laboraturium, yakinkan bahwa spesimen


dalam keadaan baik (Volume cukup, tidak kering, dan tidak bocor).
Pengiriman spesimen ke laboratorium dilakukan oleh tim pelacak yang ada di
kabupaten /kota atau propinsi
Kabupaten/kota dapat langsung mengirim ke laboratorium polio nasional yang ditunjuk,
tetapi apabila tidak memungkinkan kabupaten/kota dapat mengirim ke dinas kesehatan
propinsi.
Spesimen dikirim ke laboratorium melalui jasa pengiriman paket yang dapat
menyampaikan paket spesimen tersebut ke alamat laboratorium yang dituju dalam
waktu 1-2 hari.

5. Survey Status Imunisasi Polio

Survey status imunisasi polio dilakukan pada kasus AFP usia 6 bulan s/d 5 tahun
dengan status imunisasi polio 3 kali terhadap 20-50 anak usia balita disekitar rumah
penderita.

6. Nomor EPID (Nomor Identitas Kasus AFP): Merupakan suatu nomor yang khas bagi
setiap penderita AFP dan ditentukan sesuai dengan tata cara penentuan nomor EPID
a. Tujuan pemberian nomor epid:
- Memberikan kode identitas yang khas bagi setiap penderita AFP untuk
kepentingan kunjungan ulang 60 hari dan pengelolaan spesimen
- Untuk menghubungkan data klinis, epideiologis, demografis dan
laboratorium
- Mengetahui penyebaran penderita AFP
- Menghindari kemungkinan duplikasi dalam pencatatan dan pelaporan
kasus AFP
b. Yang harus memberikan nomor EPID
- Pemberian nomoe EPID dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang membawahi wilayah domisili/tempat tinggal penderita AFP satu
bulan sebelum kelumpuhan
- Apabila seseorang penderita AFP karena suatu alasan berobat ke fasilitas
kesehatan di kabupaten/kota yang tidak membawahi wilayah tempat
tinggal kasus, maka:
Penanganan medis tetap dilakukan oleh fasilitas kesehatan dimana
penderita berobat, kabupaten/kota dimana penderita AFP dirawat harus
menginformasikan dan mengkoordinasikan dengan kabupaten/kota yang
membawahi wilayah tempat tinggal kasus.
- Bila nomor EPID belum bisa ditentukan pada saat spesimen dikirim ke
laboratorium, FP-1 tetap harus dikirim tanpa nomor EPID
- Daftar nomor EPID harus disimpan di kabupaten/kota di wilayah tempat
tinggal kasus AFP. Bila nomor EPID sudah digunakan atau salah
diberikan nomor tersebuat tidak boleh dipakai lagi
c. Tata Cara Pemberian nomor EPID kasus AFP: Setiap kasus AFP diberi nomor
identitas yangb terdiri dari 9 digit, dengan rincian:
- Digit ke 1-2: Kode Propinsi
- Digit ke 3-4: Kode kabupaten/kota
- Digit ke 5-6: tahun kelumpuhan
- Digit ke 7-9: Kode penderita

7. Kunjungan Ulang 60 Hari : Kunjungan ulang 60 hari dimaksudkan untuk mengetahui


adanya sisa kelumpuhan setelah 60 hari sejak terjadi kelupuhan . Terdapat 2
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
kemungkinan hasil pemeriksaan kelumpuhan pada KU 60 hari:
a. Tidak ada sisa kelumpuhan:
Apabila tidak ada sisa kelumpuhan pada KU 60 hari, maka kasus AFP tersebut
diklasifikasikan sebagai kasus AFP non-Polio

b. Ada sisa kelumpuhan:


Apabila ada sisa kelumpuhan pada KU 60 hari, maka kasus tersebut
diperlukan pemeriksaan lanjutan oleh DSA/DSS/dr Umum dan dibuatkan
Resume Medik sebagai bahan pertimbangan Komisi Ahli dalam
mengklasifikasikan kasus AFP tersebut.

8. Pelaporan: dalam surveilans AFP berlaku pelaporan nihil (Zero reporting) yaitu laporan
harus dikirimkan pada saat yang telah ditetapkan walaupun tidak dijumpai kasus AFP
selama periode waktu tersebut dengan menuliskan jumlah kasus 0 (Nol) yang artinya
tidak ada kasus atau kasus nihil
Sumber laporan Surveilans AFP adalah Rumah sakit dan Puskesmas sebagai unit
pelaksana terdepan penemuan kasus. Selanjutnya secara berjenjang laporan
disampaikan ke tingkat yang lebih atas: kabupaten/Kota, Propinsi, dan Pusat.

Unit Terkait
1. Lintas Program
2. Jejaring Surveilans (Puskesmas, Lab, Rumah Sakit)
3. Lintas Sektor.
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR


DINAS KESEHATAN
Jln Ciung Wenara No 6 Gianyar Telp (0361 943436)

No. Dokumen
PROSEDUR TETAP
SURVEILANS CAMPAK Revisi
DINAS KESEHATAN KABUPATEN
Tanggal Berlaku
GIANYAR
Halaman

PENGESAHAN

DISIAPKAN OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH

Dr Pande Putu
Nama A.A.I Sri Laksmi P. Dewi,ST Nama Dr Ida Komang Upeksa Nama
Wirbuana,SH,M.Kes
NIP 19620113 198603 2 011 NIP 19620909 198911 1 001 NIP 19591201 198410 1 003
Tanggal 2 Januari 2012 Tanggal Tanggal

Dasar Hukum 1. UU No. 4 tahun1984 tentang KLB Penyakit Menular


2. PP No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan KLB Penyakit Menular
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya

Pengertian Merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan terhadap semua kejadian campak klinis
(Penyakit yang sangat menular disebabkan oleh virus) yang biasanya terbanyak menyerang
anak-anak usia kurang dari 15 tahun

Definisi: Demam dan bercak merah (Rash) berbentuk mokulopapular, dan disertai dengan
batuk/pilek atau mata merah (Konjungtivitis) atau didiagnosa dokter sebagai kasus campak.

Tujuan 1. 1. Mengidentifikasi daerah maupun populasi resiko tinggi kemungkinan akan terjadinya
transmisi campak
2. 2. Memantau kemajuan progarm pemberantasan campak

Dinas kesehatan dan jejaringnya termasuk laboratoruim dan rumah sakit yang berada di
Kebijakan kabupaten Gianyar.

Prosedur 1. Penemuan Kasus:


Kasus ditemukan melalui kunjungan ke rumah sakit di wilayah kerja. Setiap kasus
campak yang ditemukan di rumah sakit segera diinformasikan kepada Puskesmas
dimana kasus tersebut tinggal untuk dilakukan pencarian kasus tambahan
2. Pencatatan Dan Pelaporan:
Data campak dilaporkan ke jenjang yang lebih tinggi (Dinas Kesehatan Provinsi) dengan
format C-1 dan laporan Surveilans Integrasi.
3. Pengambilan spesimen (sampel) :
a. Spesimen darah: diambil pada hari ke 4-28 sejak hari pertama timbulnya rash.
b. Spesimen urin: Spesimen diambil sesegera mungkin sampai dengan hari kelima
setelah timbulnya rash.
4. Pengiriman Sampel
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
Sampel dikirim ke Dinas Kesehatan Provinsi dengan disertai form C-1.

Unit Terkait
Lintas Program
Jejaring Surveilans (Puskesmas, Lab, Rumah Sakit)
Lintas Sektor.
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR
DINAS KESEHATAN
Jln Ciung Wenara No 6 Gianyar Telp (0361 943436)

No. Dokumen
PROSEDUR TETAP
SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN Revisi
RESPON
Tanggal Berlaku

Halaman

PENGESAHAN

DISIAPKAN OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH

Dr Pande Putu
Nama A.A.I Sri Laksmi P. Dewi,ST Nama Dr Ida Komang Upeksa Nama
Wirbuana,SH,M.Kes
NIP 19620113 198603 2 011 NIP 19620909 198911 1 001 NIP 19591201 198410 1 003
Tanggal 2 Januari 2012 Tanggal Tanggal

Dasar Hukum 1. UU No. 4 tahun1984 tentang KLB Penyakit Menular


2. PP No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan KLB Penyakit Menular
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya

Pengertian Suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendeteksi sedini mungkin kemungkinan suatu
penyakit menular dapat menimbulkan seatu kejadian luar biasa (KLB)

Tujuan 3. 1. Terselenggaranya Deteksi Dini KLB bagi penyakit menular


4. 2. Stimulasi dakam melakukan pengendalian penyakit menular
5. 3. Meminimalkan kesakitan/kematian yang berhubungan dengan KLB
6. 4. Memonitor kecendrungan penyakit menular
7. 5. Menilai dampak program pengendalian penyakit yang spesifik

Dinas kesehatan dan jejaringnya termasuk laboratoruim dan rumah sakit yang berada di
Kebijakan kabupaten Gianyar.

Prosedur 1. Menerima laporan mingguan wabah dari semua puskesmas di wilayah kerja (melalui
SMS/telepon)
2. Membuat transkrip laporan dari puskesmas dalam format mingguan
3. Melakukan pengecekan (Validasi Data) terhadap kemungkinan adanya kesalahan
4. Menghubungi Puskesmas bila ada puskesmas yang tidak mengirim laporan.
5. Memasukan data dari puskesmas dalam aplikasi komputer
6. Melakukan pengecekan akan kemungkinan adanya kesalahan dalam entry data
7. Mengirim data mingguan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (melalui E.Mail)
8. Bila laporan telah terkirim, cek ada tidaknya alert/peringatan pada sistem aplikasi
komputer akan adanya sinyal KLB
9. Melakukan respon bila ditemukannya alert pada sistem, yaitu dengan menghubingi
Puskesmas dimana alert tersebut terjadi, memastikan kemungkinan KLB, melakukan
pengambilan sampel bila diperlukan. (Sesuai dengan SOP Penanganan KLB)
10. Diskusi dengan Laboratoruium dan unit terkait mengenai hasil laboratorium
11. Membuat laporan kegiatan SKD.
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008

Unit Terkait
1. Lintas Program
2. Jejaring Surveilans (Puskesmas, Lab, Rumah Sakit)
3. Lintas Sektor.

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR


DINAS KESEHATAN
Jln Ciung Wenara No 6 Gianyar Telp (0361 943436)

No. Dokumen
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
PROSEDUR TETAP Revisi
PEMERIKSAAN KESEHATAN HAJI
Tanggal Berlaku

Halaman

PENGESAHAN

DISIAPKAN OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH

Dr Pande Putu
Nama A.A.I Sri Laksmi P. Dewi,ST Nama Dr Ida Komang Upeksa Nama
Wirbuana,SH,M.Kes
NIP 19620113 198603 2 011 NIP 19620909 198911 1 001 NIP 19591201 198410 1 003
Tanggal 2 Januari 2012 Tanggal Tanggal

Dasar Hukum 1. Undang-Undang No 23 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

2. Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 442/Menkes/SK/VI/2009 Tentang Pedoman


Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia

Pengertian Merupakan rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan haji yang meliputi pemeriksaan
kesehatan, imunisasi, surveilans, SKD dan respon KLB, penanggulangan KLB dan musibah
massal, kesehatan lingkungan dan manajemen penyelenggaraan kesehatan haji.

Tujuan 8. 1. Meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum keberangkat


2.Menjaga agar jemaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah, sampai tiba
kembali di Tanah Air
3. Mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar/masuk oleh
jemaah haji
1. Melaksanakan perekrutan tenaga kesehatan profesional secara transparan
Kebijakan 2. Meningkatkan kemampuan teknis medis petugas pemeriksa kesehatan jemaah haji
di tingkat puskesmas dan rumah sakit
3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah sakit
4. Melaksanakan pelayanan kesehatan bermutu bagi jemaah haji di Puskesmas dan
Rumah sakit
5. Melaksanakan pembinaan kesehatan sejak dini bagi jemaah haji resiko tinggi di
Tanah Air
6. Memberikan vaksinasi Meningitis meningokokus bagi jemaah haji
7. Mengembangkan sistem kewaspadaan dini dan respon cepat KLB, bencana, serta
musibah masal

Prosedur 1. Pemeriksaan Tahap Pertama:


a. Jemaah haji mengajukan permintaan pemeriksaan kesehatan tahap pertama
di tingkat puskesmas yang ditunjuk
b. Jemaah haji mendapatkan pemeriksaan kesehatan di puskesmas yang
ditunjuk, sesuai dengan tempat tinggsl/domisili jemaah haji tersebut. Bilamana
Puskesmas tidak/belum mampu menegakkan diagnosis status kesehatan,
maka dapat dilakukan rujukan ke rumah sakit yang ditunjuk
c. Biaya pemeriksaan kesehatan ditanggung oleh jemaah haji yang
bersangkutan
d. Pelaksanaan pemeriksaan jemaah haji
Unit Terkait
4. Lintas Program
5. Jejaring Surveilans (Puskesmas, Lab, Rumah Sakit)
6. Lintas Sektor.
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008

SOP SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

NAMA SOP PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB CAMPAK


SATUAN KERJA PUSKESMAS
DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARAWANG
NOMOR SOP
TANGGAL SOP
1. PEMBUATAN : 1 juni 2014
2. REVISI :
3. PEMBERLAKUAN :
PENGESAHAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS
PEJABAT YANG
BERWENANG
DASAR HUKUM : Undang Undang Nomor 4 tahun 1984
tentang Wabah Penyakit Menular
Undang Undang No: 36 tahun 2009
tentang Kesehatan
Peraturan Pemerintah No: 40 tahun 1991
tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular
Peraturan Menteri Kesehatan RI:
949/MENKES/SK/VIII/2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini
Kejadian Luar Biasa (KLB)
Peraturan Menteri Kesehatan RI:
1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Yang Dapat Menimbulkan
Wabah dan Upaya Penanggulangan
Kepmenkes : 1116 / MENKES/ SK/VIII/2003
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
International Health Regulation 2005
Buku Petunjuk Teknis Surveilans
Epidemiologi Campak Kementerian
Kesehatan RI Tahun 2012

KUALIFIKASI : Pendidikan minimal SPK atau D3 Kesehatan


PERSONEL
PERALATAN & 1. Spuit 3 cc atau 5 cc
PERLENGKAPAN 2. Vacuteiner
3. cryotube / serum cup
4. vaccine carrier
5. Pot Urin
6. Kantong Plastik
7. vaccine/spesimen carrier
8. Cool pack
9. format penyelidakan KLB Campak /C1-
campak
10. alat tulis (ballpoint / spidol)

URAIAN SOP
1. Sinyal kewaspadaan terjadi KLB campak diidentifikasi berdasarkan
laporan EWARS puskesmas, laporan RS setempat, dokter/klinik
praktek swasta atau laporan langsung dari
masyarakat/kader/institusi Pendidikan dan lainnya.
2. Definisi operasional terjadinya KLB campak yaitu bila adanya 5 atau
lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi
mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan epidemiologis.
3. Petugas Surveilans Epidemiologi puskesmas segera melaporkan
dugaan terjadinya KLB campak kepada petugas surveilans
epidemiologi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang via SMS /
telpon.
4. Petugas surveilans epidemiologi puskesmas membuat laporan awal
KLB campak dalam format W1.
5. Petugas surveilans epidemiologi puskesmas bertindak selaku co-
investigator bersama petugas surveilans epidemiologi Dinas
Kesehatan yang bertindak sebagai principal investigator untuk
melaksanakan Full Investigated.
6. Full Investigated KLB campak yaitu dengan:
a. Penyelidikan dari rumah ke rumah minimal 1 kali
b. Mencatat kasus secara individu (individual record) menggunakan
C1.
c. Mengambil 5 spesimen serum dan 3 spesimen urin.
7. Laporan lengkap hasil investigasi full paper dibuat oleh petugas
surveilans epidemiologi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang
dalam kurun waktu maksimal 7 hari sejak dilakukan full investigasi
8. Data kasus hasil investigasi minimal memuat data sebagai berikut :
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
a. Nama pasien
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Alamat
e. Nama Orang Tua
f. Gejala
g. Tanggal panas
h. Tanggal rash
i. Tanggal pengambilan spesimen darah /urin
j. Status Imunisas campak
k. Tanggal imunisasi terakhir
l. Pemberian Vitamin A
m. Kondisi kasus saat ini
n. Riwayat kontak dengan suspect kasus campak
o. Riwayat berobat suspect kasus campak.

ISPA
No. Dokumen : TanggalPembuata TanggalRevisi :
n:
PUSKESMAS
DOMPU KOTA
Kepala UPTD PuskesmasDompu Kota
STANDAR
TanggalBerlaku :
OPERASIONAL 1 Mei 2015
=Nasrullah, SKM=
PROSEDUR NIP. 197910202005011009

Pengertian InfeksiSaluranPernafasanAkut (ISPA)

adalahinfeksisaluranpernafasanakut yang

menyerangtenggorokan, hidunfdanparu-paru yang


PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
berlangsungkuranglebih 14 hari.

ISPA adalahinfeksisaluranpernafasan yang

berlangsungsampai 14 hari yang

dapatditularkanmelalui air ludah, darah,

bersinmaupunudarapernafasan yang

mengandungkuman yang terhirupoleh orang sehat

(Depkes RI, 2012)


Tujuan Sebagai acuan dalampenatalaksanaanbagipasiendengan

ISPA di PuskesmasDompu Kota.


Kebijakan
Referensi 1. Depkes RI. (2012).

BuletinJendelaEpidemiologiPneumoniaBalita.

Jakarta :Depkes RI.


2. Depkes RI. (2000). Informasitentang ISPA padaBalita.

Jakarta :PusatKesehatanMasyarakatDepkes RI.


ProsedurKegiatan 1. Petugas BP menyiapkanalatstetoskop, tensimeter,

senter, timbangandewasa,

timbanganbayidansarungtangan.
2. Petugasmencucitangan
3. Petugasmenerimapasiendenganramah
4. Petugasmelakukananamnesa
5. Petugasmelakukanpemeriksaanfisikdanmenegakan

diagnose
6. Melakukantindakansesuaidengan diagnose

danmerujukbilaperlu
7. Petugasmenulisresep

(apabilaadakecurigaaninfeksisekunder,

petugasmemberipasienresepdenganpengobatansimptom

atisdanantibiotika)
8. Konseling

(Petugasmelakukanedukasikepadapasienbahwapenyakit

tersebutdisebabkanoleh virus
PENGAMATAN PENGUMPULAN
No.
: /SPO/UKM/PKM/2017
Dokumen
No. Revisi :
SPO
Tanggal
: 13 JANUARI 2017
Terbit
Halaman : 1/2
SJAIFUL ILAH, S.Kep.,M.M
UPT Puskesmas Galis
NIP. 19670413 198803 1
Kabupaten Pamekasan 008
dandapatsembuhdengansendiridalambeberapahari,

cukupdenganistirahat yang baik, makanan yang

bergizidanpengobatansimptomatis)
9. Petugasmelakukanpencatatan (Memasukanke status

pasien)
10. Petugasmembereskanalatdancucitangan
Unit Terkait Bukurawatjalandan status pasien

Anda mungkin juga menyukai