Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ischialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang
merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus ischiadicus.
Ahli lain berpendapat bahwa ischialgia merupakan salah satu manifestasi dari nyeri
punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan nervus ishiadicus. Ischialgia
atau sciatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia, parestesia, atau disastesia) ke
bawah sepanjang perjalanan akar saraf ischiadicus. Insidensi ischialgia dibeberapa
negara berkembang lebih kurang 15-20% dari total populasi, yag sebagian besar
merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik.1
Puncak insidensi nyeri punggung bawah atau ischialgia adalah pada usia 45-60
tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah dapat menganggu
aktivitas sehari-hari pada 40% penderita dan gangguan tidur pada 20% penderita.
Sebagian besar (75%) penderita akan mencari pertolongan dan 25% diantaranya
perlu dirawat inap untuk evaluasi. Usia merupakan faktor yang mendukung,
sehingga biasanya diderita oleh orang usia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi
tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis diwaktu muda. Selain itu
faktor resiko terhadap pekerjaan dipengaruhi aktivitas terlalu banyak duduk atau
berdiri juga merupakan faktor yang mendukung nyeri pinggang bawah. Ini
dinamakan posisi tubuh kerja diam, pekerjaan yang membuat tubuh terpapar
dengan getaran seperti yang dilakukan para masinis, pengemudi truk,
mengoperasikan alat bergetar sering mengangkat dan menarik benda berat banyak
membungkuk dan berputar. Biasanya ischialgia membutuhkan waktu 6-7 minggu
untuk penyembuhan terhadap jaringan lunak maupun sendi, namun 10%
diantaranya tidak mengalami perbaikan dalam kurun waktu tersebut. Nyeri
punggung bawah merupakan gejala bukan suatu diagnosis. Ischialgia merupakan
kelainan dengan berbagai etiologi dan membutuhkan penanganan simptomatis serta
rehabilitasi.1

1.2 Tujuan Penulisan


1. Melengkapi syarat tugas stase neurologi
2. Melengkapi syarat kepaniteraan klinis senior (KKS) di RSUD Solok

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Anatomi dan Fisiologi

Gambar1: Anatomi Nervus ischiadika

Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi saraf
perifer yakni N Tibialis dan N poreneus. Nervus ischiadicus keluar dari foramen
ischiadikus mayor tuberositas anterior 1/3 bawah dan tengah dari SIPS (Spina
Iliaka Posterior Superior) kebagian dari tuberositas ischii.

Cakupan dari regio pinggang sebagai berikut :


a. Thoraco lumbal ( Th 12-L1 )
b. Lumbal ( Pinggang Atas )

3
c. Lumbal sacral ( Pinggang bawah )
d. Sacroiliaca Joint ( tulang pantat )
e. Hip Joint ( Sendi Bongkol Paha )
Adapun komponen-komponen dari regio pinggang adalah kulit, otot, ruas,
tulang sendi, dan bantalan sendi. Apabila semua ini mengalami gangguan maka
sangat berpotensi untuk terkena NPB yang bisa berlanjut menjadi ischialgia.
Perjalanan nervus ischiadicus dimulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki
percabangan antara lain :
1. N. Lateral poplital yang terdapat pada caput fibula
2. N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa popliteal
3. N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah
4. N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon achiles
5. N. Plantaris yang berada pada telapak kaki

Gam
bar 2: Dermatom

Tulang belakang merupakan struktur yang kompleks yang dapat dibagi menjadi
2 bagian. Dibagian ventral terdiri dari korpus vertebra yang dibatasi satu dengan
lainnya oleh discuss intervertebra dan ditahan satu dengan lainnya oleh ligamentum
longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kuat dan terdiri atas

4
arkus vertebra dengan lamina dan pedikel ynag diikat satu dengan lainnya oleh
berbagai ligamen diantaranya ligamen interspinal, ligamen intertranversa dan
ligamen flavum. Pada prosessus spinosus dan tranversus melekat otot-otot yang
turut menunjang dan melindungi kolum vertebra. Seluruh bangunan kolum vertebra
mendapat inervasi dari cabang-cabang saraf spinal yang sebagian besar keluar dari
ruangan kanalis vertebra melalui foramen intervertebra dan sebagian dari ramus
meningeal yang menginversi duramater. Diskuss intervetebra dan nukleus polposus
tidak mempunyai inervasi sensibel biarpun berbatasan langsung dengan ligamen
longitudinal yang mengandung serabut sensibel.

Bagian lumbal merupakan bagian tulang punggung yang mempunyai kebebasan


gerak yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi yang dialami pada gerakan-gerakan
antara bagian toraks dan panggul menyebabkan daerah ini dapat mengalami cedera
lebih besar daripada daerah lain, biarpun tulang-tulang vertebra dan ligamen di
daerah pinggang relatif lebih kokoh. Perbedaan hentakan antara tulang dengan
jaringan dalam peranan mereka sebagai sendi pendukung akan menyebabkan
penyakit yang karakteristik unik pada daerah yang bersangkutan. Sebagian besar
lesi pada discuss lumbal adalah mengenai jaringan lunak dan sering sekali
menghasilkan inti (nukleus) yang kemudian menekan akar saraf

1. N. Ischiadicus mempersarafi :
a) M. Semitendinosus
b) M. Semimbranosus
c) M. Biceps Femoris
d) M. Adduktor Magnus
2. N. Poroneus mempersarafi :
a) M. Tibialis anterior
b) M. Ekstensor digitorum longus
c) M. Ekstensor Halluci longus
d) M. Digitorum brevis
e) M. Poroneus tertius
3. N. Tibialis mempersarafi :
a) M. Gastrocnemius
b) M. Popliteus
c) M. Soleus
d) M. Plantaris
e) M. Tibialis posterior
f) M. Fleksor digitorum longus
g) M. Fleksor hallucis longus

5
2.2 Definisi Ischialgia

Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang tungkai. Ditinjau dari arti
katanya,maka ischialgia adalah nyeri yang terasa sepanjang N.ischiadicus. Jadi
ischialgia didefinisakan sebagai nyeri yang terasa sepanjang nervus ischiadicus dan
lanjutannya sepanjang tungkai. Ischialgia adalah nyeri pada daerah tertentu
sepanjang tungkai yang merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer
dan nervus ischiadicus. Ahli lain berpendapat bahwa ischialgia merupakan salah
satu manifestasi dan nyeri punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan
nervus ischiadicus. Ischialgia atau skiatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia,
parestesia atau disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar saraf ischiadicus.
Ischialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang N. Ischiadicus L4-S2. Ischialgia
yang dirasakan berasal dari vertebra lumbosakralis atau daerah paravertebralis
lumbosakralis dan menjalar sesuai dengan salah satu radiks yang ikut menyusun
nervus ischiadicus. Sebelum terjadi ischialgia selalu didahului dengan Low Back
Pain (LBP) atau nyeri pinggang bawah itu sendiri seperti perasaan nyeri, pegal linu,
atau terasa tidak enak didaerah pinggang.Nyeri atau rasa tidak enak yang menjalar
harus diartikan sebagai perwujudan hasil perangsangan terhadap saraf sensori.
Nyeri saraf itu terasa sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari tempat saraf
sensorik terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan serabut sensorik itu ke
perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer biasanya berarti perangsangan
pada saraf motorik dan sensorik. Gangguan sensibilitas yang terasa sepanjang
perjalanan saraf tepi dan biasanya juga disertai gangguan motorik yang disebut
Neuritis. Neuritis di tungkai dapat terjadi oleh karena berkas saraf tertentu terkena
patologik di sekitarnya.

2.3 Epidemiologi Ischialgia

Ischialgia merupakan keluhan yang sangat umum dan sangat sering terjadi,
dikeluhkan 4 dari 5 orang di Amerika Serikat, dan merupakan salah satu penyebab
ketidakhadiran di tempat kerja. Sisi baiknya, ischialgia sesungguhnya dapat
dicegah. Seandainya pencegahan juga kurang berhasil, terapi atau latihan sederhana
di rumah dan mekanisme tubuh yang baik akan memperbaiki dan mempertahankan
fungsinya dalam waktu beberapa minggu. Operasi merupakan tindakan yang jarang

6
dilakukan. Wanita memiliki angka prevalensi yang lebih tinggi terkena ischialgia
dibandingkan dengan pria.3Onset lebih sering pada usia 30-50 tahun dengan insiden
yang terjadi 16,2% dari semua diagnosa penyakit saraf.4 Hal tersebut dikarenakan
wanita memiliki aktivitas yang monoton dengan posisi yang statis, misalnya saja
pada penggunaan sepatu dengan hak tinggi atau pada pedagang dengan kebiasaaan
menggendong.

2.4 Etiologi Ischialgia


Penyebab ischialgia
a) Non diskogenik
- Iritasi nervus ischiadicus
- Neoplasma
- Reaksi toksik
- Proses imunologik
b) Diskogenik
- Sindroma radikuler
- Herniasi spinal
- Diskus akut
- Reaksi inflamasi diskus

Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain :
kontraksi/ radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau
adanya keadaan yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Untuk
mengetahui penyebab pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara seksama oleh
dokter, jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan radiologi/Rontgen pada tulang
belakang.5

2.5 Klasifikasi Ischilagia


Menurut Sidharta (1999) ischialgia dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Ischialgia sebagai perwujudan neuritis ichiadicus primer
Ischialgia akibat neuritis ischiadikus primer adalah ketika nervus ischiadicus
terkena proses radang. Tanda dan gejala utama neuritis ichiadikus primer adalah
nyeri yang dirasakan bertolak dari daerah sakrum dan sendi panggul, tepatnya di
foramen infra piriformis atau insisura ischiadika dan menjalar sepanjang perjalanan
nervus ischiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus dan tibialis. Nyeri tekan
ditemukan pada insisura ischiadika dan sepanjang spasium poplitea pada tahap
akut. Juga tendon archiles dan otot tibialis anterior dan peroneus longus terasa nyeri

7
pada penekanan. Kelemahan otot tidak seberat nyeri sepanjang tungkai. Karena
nyeri itu tungkai difleksikan, apabila diluruskan nyeri bertambah hebat. Tanda-
tanda skoliosis kompensatorik sering dijumpai pada ischialgia jenis ini. Diagnosa
neuritis ischiadikus primer ditetapkan apabila nyeri tekan pada otot tibialis anterior
dan perineous longus. Dan pada neuritis sekunder nyeri tekan disepanjang nervus
ischiadikus, tetapi didekat bagian nervus ischiadikus yang terjebak saja. Timbul
nyeri yang akut dan tidak disertai adanya nyeri pada punggung bawah merupakan
ciri neuritis primer berbeda dengan ischialgia yang disebabkan oleh problem
diskogenik. Refleks tendon archiles dan tendon lutut biasanya tidak terganggu.

2. Ischialgia sebagai perwujudan entrapmentradikulitis atau radikulopati


Pada ischialgia radikulopati merupakan akibat dari tumor, nukleus pulposus
yang masuk kedalam kanalis vertebralis maupun osteofit atau peradangan (rematois
sponndilitis angkilopoetika, herpes zooster, tuberkulosa) yang bersifat menghimpit
dan mengakibatkan terjadinya radikulopati. Pola umum ischialgia adalah nyeri
seperti sakit gigi atau nyeri hebat yang dirasakan bertolak dari vertebra
lumbosakralis dan menjalar menurut perjalanan nervus ischiadikus dan lanjutannya
pada nervus peroneus atau nervus tibialis.
Makin jauh ketepi nyeri makin tidak begitu hebat, namun parestesia atau
hipoastesia sering dirasakan. Pada data anamnestik yang bersifat umum antara lain :
nyeri pada punggung bawah selalu mendahului ischialgia, kegiatan yang
menimbulkan peninggian tekanan intraspinal seperti batuk, bersin dan mengejan
memprovokasi adanya ischialgia, faktor trauma hampir selamanya dapat ditelusuri,
kecuali kalau proses neuplasmik atau infeksi yang bertanggung jawab. Adapun data
diagnostik non fisik yang bersifat umum adalah : kurva lordosis pada lumbosakral
yang mendatar, vertebra lumbosakral memperlihatkan fiksasi, nyeri tekan pada
salah satu ruas vertebra lumbosakralis hampir selalu ditemukan, test laseque hampir
selalu positif pada derajat kurang dari 70, test naffziger dan valsava hampir selalu
positif. Data anamnestik dan diagnostik fisik yang bersifat spesifik berarti informasi
yang mengarah ke suatu jenis proses patologik atau yang mengungkapkan lokasi
didalam vertebra lumbosakralis atau topografi radiks terhadap lesi yang
merangsangnya.

3. Ischialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis

8
Unsur-unsur nervus ischiadicus yang dibawakan oleh nervi L4, L5, S1, S2,
dan S3 menyusun pleksus lumbosakralis yang berada di fasies pelvina os sakri.
Disitu pleksus melintasi garis sendi sakroiliaka dan sedikit lebih distal membentuk
nervus ischiadikus, yang merupakan saraf perifer terbesar. Selanjutnya dalam
perjalanannya ke tepi nervus ischiadikus dapat terjebak dalam bangunan-bangunan
yang dilewatinya. Pada pleksus lumbosakral dapat diinfiltrasi oleh sel-sel
karsinoma ovarii, karsinoma uteri atau sarcoma retroperineal digaris persendian
sakroiliaka komponen-komponen pleksus lumbosakralis dapat membentuk nervus
ischiadikus dapat terlibat dalam proses radang (sakroilitis). Dari foramen
infrapiriformis nervus ischiadikus terjebak oleh bursitis otot piriformis. Dalam hal
selanjutnya nervus ischiadikus dapat terlibat dalam bursitis disekitar trokanter
major femoris. Dalam hal itu juga, nervus ischiadikus dapat terganggu oleh dengan
adannya penjalaran atau metastase karsinoma prostat yang sudah bersarang pada
tuber ischii. Simptomatologi entrapment neuritis ischiadica sebenarnya sederhana
yaitu pada tempat proses patologik yang bergandengan dengan ischialgia.

2.6 Patologi ischialgia


Vertebrae manusia terdiri dari servikal, torakal, lumbal, sakral dan
coccygeus. Bagian vertebrae yang membentuk punggung bagian bawah adalah L1-
L5 dengan discuss intervertebrae dan pleksus lumbalis serta pleksus sakralis.
Pleksus lumbalis keluar dari lumbal 1-4 dan terdiri dari nervus iliohipogastrica,
nervus ilioinguinalis, nervus femoralis, nervus genitofemoralis, dan nervus
obturatorius. Selanjutnya pleksus sakralis keluar dari L4-S4 yang terdiri dari nervus
gluteus superior, nervus gluteus inferios, nervus ischiadikus, nervus kutaneus
femoralis superior, nervus pudendus dan ramus muscularis. Nervus ischiadikus
adalah berkas saraf yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan menuju foramen
infrapiriformis dan keluar pada permungkaan tungkai dipertengahan lipatan pantat.
Pada apeks spasium poplitea nervus ischiadikus bercabang menjadi dua yaitu
nervus perineous komunis dan nervus tibialis. Ischialgia timbul akibat
perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks posterior L4-S3,
dan ini dapat terjadi pada setiap bagian nervus ischiadikus sebelum sampai pada
permungkaan belakang tungkai.2

2.7 Faktor Resiko

9
a. Umur. Serangan pertama dari nyeri pinggang, tipikal terjadi pada usia antara 30-
40 tahun an. Kejadiannya nyeri pinggang akan bertambah dengan bertambahnya
umur.
b. Tingkat kebugaran. Nyeri pinggang bawah lebih sering mengenai orang dengan
tingkat kebugaran yang kurang.
c. Diet. Diet tinggi kalori dan lemak yang dipadu dengan gaya hidup yang tidak
aktif, dapat menyebabkan kegemukan.

2.8 Gejala Klinis

Gejala paling utama adalah nyeri tungkai menjalar dan menyebabkan


gangguan aktivitas. Umumnya pasien dapat diterapi pada tingkat layanan primer,
namun tidak sedikit yang harus dirujuk ke pusat rujukan dan memerlukan tindakan
operatif.

Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah :


1. Nyeri punggung bawah
2. Nyeri daerah bokong
3. Rasa kaku pada punggung bawah
4. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesentrum yang dirasakan daerah
bokong yang menjalar ke daerah paha, betis, bahkan sampai kaki,
tergantung bagian saraf mana yang terjepit.
5. Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktivitas yang berlebihan,
terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan
6. Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat
7. Jika dibiarkan maka lama-kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah atau tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya
otot-otot tungkai bawah tersebut
8. Dapat timbul gejala kesemutan
9. Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon
patella (KPR) dan achilles (APR)
10. Bila mengenai konus atau cauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi,
miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis

10
yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi
permanen
11. Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat

Yang harus di perhatikan dalam anamnesa antara lain :


1. Lokasi nyeri, sudah berapa lama, mula nyeri, jenis nyeri (menyayat,
menekan, dll), penjalaran nyeri, intensitas nyeri, pinggang terfiksir, faktor
pencetus, dan faktor yang memperberat rasa nyeri
2. Kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan didalam subarachnoid
seperti batuk, bersin dan mengedan memprivakasi terasanya ischialgia
diskogenik
3. Faktor trauma hampir selalu ditemukan kecuali pada proses neoplasma atau
infeksi

2.9 Pemeriksaan Fisik


Untuk mengetahui seorang pasien mengalami ischialgia atau tidak biasanya
ahli fisioterapi memberikan beberapa test salah satunya terapi mengangkat kaki
yang mengalami nyeri jika nyeri dirasakan bertambah hebat pada sudut 60-70
orang tersebut dikatakan positif ischialgia. Test ini disebut Straight Leg Rising.
1. Yellow flags : faktor psikologis yang memberikan petunjuk bahwa nyeri
pada penderita nyeri pinggang cenderung berkembang menjadi kronis.
Kronik > 3 bulan (menjadi kronis karena ada faktor psikologis)
2. Red flag :
a) Kanker dan penurunan BB
b) Imunosupresi, termasuk penggunaan steroid jangka panjang
c) Pemakaian obat-obatan intravena
d) Riwayat infeksi urogenital
e) Demam
f) Nyeri bertambah saat istirahat
g) Ada riwayat trauma
h) Retensi urin, gangguan miksi dan defekasi
Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan :
1. Gaya berjalan yang khas yaitu sedikit membungkuk dan miring ke sisi
tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi panggul dan lutut serta kaki yang
berjingkat. Sikap tersebut bertujuan untuk mencegah timbulnya nyeri, sebab posisi
tegak akan membangkitkan nyeri.
2. Lordosis yang mendatar dengan motilitas tulang belakang lumbal
terbatas.

11
3. Skoliosis bersifst sementara dengan bonkafitas menghadap ke sisi tungkai
yang nyeri.
4. Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari pada sisi yang sehat. Hal
ini disebabkan karena radiks dorsalis yang mengalami kompresi dari penonjolan
nukleus pulposus mengakibatkan tonus otot-otot gluteal bertonus rendah.
5. Refleks tendon achiles menurun atau menghilang jika radiks antara L5
sampai S1 terkena.
6. Pemeriksaan sensibilitas kulit biasanya tidak menghasilkan defisit
sensorik secara eksplisit. Bila HNP sudah lama terjadi dapat ditemukan dermatom
L5-S1 yang anestettikatau hipestetik. Pemeriksaan fisik lain yang dapat dilakukan:
1. Tes Laseque
Pasien diminta berbaring lurus, satu tungkai diangkat lurus dan
dibengkokkan pada persendian panggulnya, normalnya dapat mencapai sudut 700.
Tes laseque positif bila terdapat tahanan sebelummencapai sudut 700.

Gambar3: tes laseque


2. Tes Naffziger
Dengan tes ini tekanan intra kranial ditinggikan dengan menyuruh pasien
mengejan pada waktu vena jugulare ditekan oleh kedua tangan pemeriksa. Dengan
begitu tekanan intrakranial itu diteruskan sepanjang rongga arakhnoidal medula
spinalis, jika terjadi proses desak diruang kanalis vetebralis maka radiks yang
tertekan atau teregang mendapat rangsangan pasa waktu tes naffgizer dilakukan.
Karena itu akan timbul nyeri radikular yang melintasi kawasan dermatomnya, tes
ini dapat dilakukan pada pasien berdiri atau berbaring.

12
Gambar4: naffgizer test
3. Tes Patrick
Pemeriksaan dilakukan dengan cara menempatkan tumit atau maleolus
externa tungkai yang sakit pada lutut tungkai lainnya yang dapat menyebabkan
bangkitnya nyeri di sendi panggul kalau di adakan penekanan pada lutut yang di
fleksikan itu .

Gambar5: patrick test

4. Tes kontra patrick


Tindakan ini dilakukan untuk menentukan lokasi patologik di sendi
sakroiliakajika terasa nyeri di daerah bokong, baik yang menjalar disepanjang
tungkai maupun yang terbatas di daerah gluteal dan sakral saja. Tes ini dilakukan
dengan melipat tungkai yang sakit dan endotorsikan serta adduksikan , kemudia
adakan penekanan sejenak pada lutut tungkai itu.

13
Gambar6: kontra patrick test

5. Tes Valsava
Tes ini menyebabkan peninggian tekanan intrakranial bilamana terdapat
proses desak ruang kanalis vertebralis bagian servikal, maka dengan ditingkatkan
tekanan intrakranial akan bangkit nyeri radikular. Nyeri saraf ini sesuai dengan
tingkat patologik dikanalis vertbralis bagian servikal. Caranya dengan menyuruh
pasien mengejan sewaktu pasien menahan nafasnya. Tes ini positif apabila timbul
nyeri radikular yang berpangkal di tingkat pinggang dan menjalar ke kaki.

Gambar7: valsava test

2.10 Pemeriksaan Penunjang

14
1.Foto rontgen lumbosakral
Tujuan utama adalah untuk mendeteksi kelainan struktural.
2. Myelografi
Memberikan gambaran anatomi yang detail. terutama elemen osseus
vertebra.
3. CT scan
Memberikan gambaran struktur anatomi tulang vertebra dengan baik dan
memberikan gambaran yang bagus untuk hernia diskus diskus intervertebrata.
4.MRI
Untuk mendeteksi kelainan diskus intervertebralis, mengidentifikasi
kompresi medulla spinalis dan radiks saraf, dan mengetahui beratnya perubahan
degeneratif pada diskus intervertebrata.

2.11 Diagnosa Banding

1. Proses degeneratif meliputi spondilitis, HNP, Stenosis spinalis dan


osteoarhtritis
2. Penyakit inflamasi meliputi arthritis rheumatoid, spondilitis angkilopoetika
3. Osteoporosis
4. Kelainan kongenital, abnormal kongenital yang diperlihatkan foto rontgen
polos vertebra lumbosakralis
5. Gangguan sirkulasi meliputi aneurisma aorta abdominalis, trombosis aorta
terminal

2.12 Penatalaksanaan ischialgia

Seringkali nyeri tersebut hilang dengan sendirinya. Istirahat, tidur diatas


kasur yang keras, menggunakan obat-obatan anti peradangan nonsteroid (NSAIDs)
dan mengkompres panas dan dingin kemudian pengobatan yang cukup. Untuk
banyak orang, tidur pada sisi mereka dengan lutut ditekuk dan sebuah bantal
diantara lutut menghadirkan keringanan. Meluruskan otot yang lumpuh secara
berlahan-lahan setelah pemanasan bisa membantu. Peran fisioterapi pada kasus
ischialgia ini dapat membantu meringankan nyeri yang dirasakan. Mordalitas yang
digunakan bisa efektif dengan heating yakni dengan SWD (Short Wave Diathermi),
bisa juga ditambah TENS untuk membantu memblokir nyerinya.

15
Penatalaksanaan
1. Obat-obatan : analgetik: paracetamol, codein dan dehidro codein,
NSAID: ibuprofen, diklofenak, meloxicam,
Analgetik kuat: meptazinol dan pentazosin
muscle relaxan: esperison HCL
Antidepresan: amitriptilin dan gabapentin
2. Program Rehabilitasi Medik
Fisioterapi meliputi terapi panas, terapi listrik, terapi latihan atau exercise,
okupasi terapi, psikologi, sosial medik dan edukasi. Program fisioterapi
bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan keseimbangan dalam bergerak.
Penguatan otot untuk mencegah pemendekan otot (kontraktur) memerlukan
otot yang spastik, memperlancar aliran darah serta meningkatkan kemampuan
hidup sehari-hari.
Psikologi bertujuan untuk membebaskan seseorang dari masalah tertentu yang
dianggap menganggu kesehatan jiwa dan diharapakan dan memperkuat pasien
dalam menghadapi kesulitan. Sosial medik bertujuan untuk membantu pasien
dan keluarganya dalam menjangkau sumber pelayanan yang optimal dengan
kondisi dan kemampuannya yang mengalami hambatan karena sakit fisik.
Program rehabilitasi medik bagi penderita ischialgia adalah :
a. Terapi fisik : diatermi, elektroterapi, traksilumbal dan terapi manipulasi
b. Terapi okupasi : mengajarkan proper body mekanik
c. Ortotik prostetik : pemberian korset lumbal, alat bantu jalan
d. Advis

Tips untuk menderita ischialgia


a. Hindari banyak membungkukkan badan
b. Hindari sering mengangkat barang-barang berat
c. Segera istirahat jika telah merasakan nyeri saat berdiri atau berjalan
d. Saat duduk lama diusahakan kaki disila bergantian kanan dan kiri atau
menggunakan kursi kecil untuk menumpu kedua kaki
e. Saat menyapu atau mengepel lantai pergunakan gagang sapu atau pel yang
panjang, sehingga saat meyapu atau mengepel punggung tidak
membungkuk
f. Jika hendak mengambil barang dilantai, usahakan punggung tetap lurus
tapi tekuk kedua lutut untuk mengapai barang tersebut
g. Lakukan back exercise secara rutin untuk memperkuat otot-otot punggung
sehingga mampu menyangga tulang belakang secara baik dan maksimal

16
3. Operasi Disektomi : dilakukan pada kasus yang berat, sangat menganggu
aktifitas dimana dengan obat-obatan dan program rehabilitasi medik tidak
menganggu.

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. MR

Umur : 71 tahun

No. RM : xxxxxx

Tanggal masuk : 04 desember 2016

Tanggal diperiksa : 06 desember 2016

Jenis Kelamin : laki-laki

Pekejaan : Petani

Agama : Islam

Alamat : Muara Panas

3.2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Nyeri pinggang hebat dan kaki tidak bisa digerakkan 1 hari SMRS
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pinggang hebat dan kaki tidak bisa digerakkan sejak 1 hari SMRS.
Awalnya pasien sedang duduk bersantai. Tidak lama setelah itu pasien beridir
ingin mengambil sesuatu. Pada saat ingin berdiri tiba-tiba pasien merasakan
pusing dan ketika berjalan pasien tiba-tiba terjatuh. Pasien jatuh dengan posisi
terduduk. Setelah itu pasien merasakan nyeri pinggang pada sisi kiri dan sisi
kann serta nyeri terasa menjalar sampai ke kaki, pasien pun tidak bisa berjalan
sendiri. Pasien berjalan dengan dibantu oleh keluarga untuk dibawa ke kamar

17
tidur. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut. BAB pasien terganggu, BAK
lancar dan pasien tidak merasakan demam. Oleh karena itu pasien dibawa oleh
keluarga ke RSUD Solok.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat asam urat (+)
Riwayat jantung disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat kolesterol disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat hipertensi (-)
Riwayat asam urat (-)
Riwayat jantung (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat kolesterol (-)

e. Riwayat Pribadi dan sosial


Pasien adalah seorang petani yang tinggal dengan istri beserta ketiga anaknya.
Ketiga anaknya sudah berumah tangga dan tinggal bersama pasien. Pasien
memiliki kebiasaan merokok, mengkonsumsi kopi dan teh.

3.3. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Sedang


Kesadaran : Compos Mentis Cooperatif
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 70 x/menit
Nafas : 18x/menit
Suhu : 36,5 o C
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 175cm
Gizi : Baik
Turgor kulit : menurun

18
Kelenjar Getah Bening
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Aksila : tidak teraba pembesaran KGB
Inguinal : tidak teraba pembesaran KGB

Thorak
#Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis
Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : suara nafas normal vesikular, ronki dan wheezing di kedua
lapang paru tidak ada
#Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 positif, murmur tidak ada, gallop
tidak ada
#Abdomen
Inspeksi : simetris, perut pasien tidak membuncit, tidak ada
pembesaran vena/venektasi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas, hepar dan lien
tidakteraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)

#Korpus Vertebra
Inspeksi : tidak ada kifosis, lordosis, dan skoliosis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Pemeriksaan Neurologis

19
1. Glassgow Coma Scale : E4M6V5 = 15 (Compos Mentis Cooperatif)
2. Tanda Rangsangan Meningeal :
a. Kaku Kuduk : tidak ada
b. Brudzinki I : tidak ada
c. Brudsinki II : tidak ada
d. Tanda kernig : tidak ada
3. Tanda Peningkatan TIK :
a. Pupil : isokhor, diameter 3mm / 3mm
b. Refleks cahaya : +/+
c. Muntah Proyektil : Tidak ada

4. Pemeriksaan Nervus Cranialis


a. N I : Nervus Olfactori
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Normal Normal
Objektif dengan bahan Normal Normal

b. N II : Nervus Opticus
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Normal Normal
Lapang pandang Normal Normal
Melihat warna Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

c. N III : Nervus okulomotorius


Kanan Kiri
Bola mata Tenang Tenang
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerakan bulbus Bebas ke segala arah Bebas ke segala ara
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Ekso/endoftalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil Isokor Isokor
- Bentuk Bulat Bulat
- Reflek cahaya Ada Ada
- Reflek akomodasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Reflek konvergen Tidak dilakukan Tidak dilakukan

d. N IV : Nervus Troklearis
Kanan Kiri
Gerakan mata kebawah Positif Positif
Sikap bulbus Tenang Tenang
Diplopia Tidak ada Tidak ada

20
e. N V : Nervus Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Normal Normal
Menggerakkan rahang Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Sensorik
Divisi optalmika
- Reflek kornea Normal Normal
- Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Divisi maksila
- Reflek masseter Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Divisi mandibular Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

f. N VI : Nervus abdusen
Kanan Kiri
Gerakan mata lateral Positif Positif
Sikap bulbus Dalam batas normal Dalam batas normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada

g. N VII : Nervus Facialis


Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata Normal Normal
Fisura palpebra Positif Positif
Menggerakkan dahi Normal Normal
Menutup mata Normal Normal
Mencibir atau bersiul Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Sensasi 2/3 lidah Normal Normal
Hiperakustik Normal Normal

h. N VIII : Nervus Vestibulokoklearis


Kanan Kiri
Suara berbisik Positif Positif
Detik arloji Positif Positif
Renne tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Swabach tes
- Memanjang Tidak dilakukan Tidak dilakukan

21
- Memendek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nistagmus
- Pendular Negatif Negatif
- Vertikal Negatif Negatif
- Siklikal Negatif Negatif
Pengaruh posisi kepala Negatif Negatif

i. N IX : Nervus Glossofaringeal
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Positif Positif
Reflek muntah/ gag reflek Normal Normal

j. N X : Nervus Vagus
Kanan Kiri
Arcus faring Simetris Simetris
Uvula Ditengah Ditengah
Menelan Normal Normal
Artikulasi Positif Positif
Suara Normal Normal
Nadi Reguler Reguler

k. N XI : Nervus Assesorius
Kanan Kiri
Menoleh kekanan Normal Normal
Menoleh kekiri Normal Normal
Mengangkat bahu Normal Normal
kekanan
Mengangkat bahu kekiri Normal Normal

l. N XII : Nervus Hipoglosus


Kanan Kiri
Kedudukan lidah Simetris Simetris
dalam
Kedudukan lidah Di tengah Di tengah
dijulurkan
Tremor Negatif Negatif
Fasikulasi Negatif Negatif
Atrofi Negatif Negatif

22
5. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan Tidak dilakukan Disatria Tidak dilakukan
Romberg test Tidak dilakukan Disfagia Tidak dilakukan
Ataksia Tidak dilakukan Supinasi pronasi Tidak dilakukan
Rebound Tidak dilakukan Tes jari hidung Tidak dilakukan
phenoment
Tes tumit lutut Tidak dilakukan Tes hidung jari Tidak dilakukan

6. Pemeriksaaan fungsi motorik


a. Badan Respirasi Normal Normal
Duduk Normal Normal
b. Berdiri dan Gerakan
berjalan spontan
Tremor Negatif
Atetosis Tidak
dilakukan
Mioklonik Tidak
dilakukan
Khorea Tidak
dilakukan
c. Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Kekuatan 555 555 555 555
Trofi Eutotrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus

7. Pemeriksaan sensibilitas
Sensibilitas taktil Positif
Sensibilitas nyeri Positif
Sensibilitas termis Positif
Sensibilitas Positif
Sensibilitas kortikal Tidak dilakukan
Streognosis Tidak dilakukan
Pengenalan 2 titik Tidak dilakukan
Pengenalan rabaan Tidak dilakukan

8. Pemeriksaan reflek
1. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea Normal Normal Biseps ++ ++
Berbangkis Tidak Tidak Triseps ++ ++

23
dilakukan dilakukan
Laring Tidak Tidak APR ++ +
dilakukan dilakukan
Masseter Tidak Tidak KPR ++ +
dilakukan dilakukan
Dinding perut Tidak Tidak Bulbo Tidak Tidak
dilakukan dilakukan cavernosus dilakukan dilakukan
Atas Tidak Tidak Cremater Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Tengah Tidak Tidak Spingter Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Bawah Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
2. Patologis
Lengan Tungkai
Hoffman- Tidak Babinski Tidak ada Tidak ada
tromer dilakukan
Chaddoks Tidak ada Tidak ada
Oppenheim Tidak ada Tidak ada
Gordon Tidak ada Tidak ada
Schaeffer Tidak ada Tidak ada
Klonus Tidak Tidak
paha dilakukan dilakukan
Klonus kaki Tidak Tidak
dilakukan dilakukan

3. Fungsi otonom
a. Miksi : Normal
b. Defekasi : Konstipasi
c. Sekresi keringat : Normal

24
Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Demensia
Reaksi Bicara Normal Refleks glabela Tidak dilakukan
Fungsi intelektual Normal Refleks Snout Tidak dilakukan
Reaksi emosi Normal Refleks menegang Tidak dilakukan
Refleks palmomental Tidak dilakukan

3.4. Pemeriksaan laboratorium


Hasil:
# Darah Rutin
Hb : 9,1 g/dL
Ht : 28,5 %
Leukosit : 4,59 (103/uL)
Trombosit : 223 (106/uL)

#kimia klinik
Total colesterol : 96 mg/dL
Trigliserida : 83 mg/dL
Glukosa puasa : 100 mg/dL
2 jam pp : 120 mg/dL
#Urine
Ureum: 50,9 mg/dL
Creatinin : 1,23 mg/dL

25
3.5. Diagnosa
Diagnosa klinis : Ischialgia bilateral
Diagnosa topik : Radix Dorsalis setinggi dermatom vertebra
L5-S1
Diagnosa etiologi : Trauma mekanik
Diagnosa sekunder : asam urat
3.6. Diferensial Diagnosa
Low Back Pain
3.7. Prognosa
a. Quo at vitam : Bonam
b. Quo at fungtional : Dubia ad Bonam
c. Quo at sanationam : Bonam
3.8. Penatalaksanaan
terapi umum :
- tirah baring dan kurangi aktifitas fisik yang berat
- Tidur dengan alas keras
- berenang
terapi khusus :
- NSAID : Meloxicam Tablet 2x 0,75 g
- Muscle relaxan : diazepam tablet 3x2 mg
- Neutropik : Mekobalamin 3 x 500 mg

Hasil Follow up

1. follow up tanggal 06 desember 2016

S: -nyeri pinggang hebat

-perut bagian bawah terasa sedikit nyeri

-BAB tidak lancar

O: KU : sedang

Kesadaran : CMC

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 70 x/menit

26
Nafas : 18x/ menit

Suhu: 36,5 O C

A: Diagnosa klinis : Ischialgia bilateral

Diagnosa topik : radix dorsalis setinggi dermatom L5-S1

Diagnosa etiologi : trauma mekanik

Diagnosa sekunder : asam urat

P: Tidur alas keras

Pemasangan korset

Tanggal 07 desember 2016

S: Pinggang masih terasa nyeri setelah fisioterapi

Tidak ada demam

Masih belum bisa berjalan

BAB masih belum ada

O: KU: Baik

TD: 130/100 mmHg

Nadi : 75x/ menit

Nafas 19x/ menit

Suhu : 36 oC

A: Diagnosa klinis : Ischialgia bilateral

Diagnosa topik : radix dorsalis setinggi dermatom L5-S1

Diagnosa etiologi : trauma mekanik

27
Diagnosa sekunder : asam urat

P: Parasetamol 500 mg 3x1

Tanggal 08 desember 2016

S: Keluhan sudah berkurang

Pinggang sudah tidak nyeri lagi

Sudah bisa berjalan kekamar mandi sendiri

BAB sudah lancar

O: KU: Sedang

TD: 120/80

Nadi: 70x/menit

Nafas: 24x/menit

Suhu: 37o C

A: ISCHIALGIA BILATERAL

P: Pasien diperbolehkan pulang

Menjalani fisioterapi

Mengurangi mengangkat beban berat

Hindari duduk dengan posisi membungkuk

BAB IV

ANALISA KASUS

28
Seorang laki-laki berumur 71 tahun dengan diagnosis klinis ISCHIALGIA
BILATERAL. Dari anamesis didapatkan nyeri pinggang hebat dan kaki tidak
bisa digerakkan sejak 1 hari SMRS. Awalnya pasien sedang duduk bersantai.
Tidak lama setelah itu pasien berdiri ingin mengambil sesuatu. Pada saat ingin
berdiri tiba-tiba pasien merasakan pusing dan ketika berjalan pasien tiba-tiba
terjatuh. Pasien jatuh dengan posisi terduduk. Setelah itu pasien merasakan
nyeri pinggang pada sisi kiri dan sisi kanan serta nyeri terasa menjalar sampai
ke kaki, pasien pun tidak bisa berjalan sendiri. Pasien berjalan dengan dibantu
oleh keluarga untuk dibawa ke kamar tidur. Pasien juga mengeluhkan nyeri
pada perut. BAB pasien terganggu, BAK lancar dan pasien tidak merasakan
demam. Oleh karena itu pasien dibawa oleh keluarga ke RSUD Solok.

Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien merasakan nyeri pinggang dan kaki


tidak bisa digerakkan. Berdasarkan gejala dan tanda klinis pasien ini cenderung
didiagnosa sebagai Ischialgia bilateral yang terjadi pada nervus ischiadicus. Untuk
memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
darah rutin dan fotopolos lumbosacral AP dan lateral sebagai standar pasti
menegakkan diagnosis. Nyeri ini dapat diatasi dengan istirahat dan pemberian obat-
obatan. Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan manfaat. Tirah baring
pada alas keras dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang punggung.
Pada terapi medika mentosa: NSAID (meloxicam 2 x 7,5 mg).

BAB V
PENUTUP

29
2.12 Kesimpulan
Ischialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang merupakan
manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dan nervus ischiadicus. Ahli lain
berpendapat bahwa ischialgia merupakan salah satu manifestasi dari nyeri
punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan nervus ischiadicus.
Ischialgia atau skiatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia, parestesia atau
disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar saraf ischiadicus. Penyebab
terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain : kontraksi/ radang otot-
otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya keadaan yang
disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Untuk mengetahui penyebab
pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara seksama oleh dokter, jika perlu
dilakukan pemeriksaan tambahan radiologi/Rontgen pada tulang belakang. Siatika
atau ischialgia biasanya mengenai hanya satu sisi. Yang bisa menyebabkan rasa
seperti ditusuk jarum, atau nyeri seperti ditembak. Kekakuan kemungkinan
dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki tangga, dan meluruskan kaki
memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan dengan istirahat atau duduk.

Seringkali nyeri tersebut hilang dengan sendirinya. Istirahat, tidur diatas kasur
yang keras, menggunakan obat-obatan anti peradangan nonsteroid (NSAIDs) dan
mengkompres panas dan dingin kemudian pengobatan yang cukup. Untuk banyak
orang, tidur pada sisi mereka dengan lutut ditekuk dan sebuah bantal diantara lutut
menghadirkan keringanan. Meluruskan otot yang lumpuh secara berlahan-lahan
setelah pemanasan bisa membantu. Peran fisioterapi pada kasus ischialgia ini dapat
membantu meringankan nyeri yang dirasakan. Mordalitas yang digunakan bisa
efektif dengan heating yakni dengan SWD (Short Wave Diathermi), bisa juga
ditambah TENS untuk membantu memblokir nyerinya.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. R. Putz, R. Pabst. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 21. Jakarta: EGC.
2006
2. Mardjono M, Sidharta P.. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian rakyat.
2009
3. Rifqi Nurul Minaryanti. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Ischialgia Dengan
Short Wave Diathermy Dan Terapi Latihan Di Rsud Sragen.. Fakutas Ilmu
Kesehatan. Universitas Muhamadiyah Surakarta. 2009
4. Lippincot Wiliams & Wilkens. Clinical Primer of Rheumatology, edited by
William Koopman, et al. Annual Scientific Meeting. 2003
5. Markam S. Neurologi. Jakarta: EGC. 1982
6. Ngoerah, I Gusti Nengah Gde. Dasar-Dasar Iimu Pentyakit Saraf.
Surabaya: Airlangga University Press. 1995.
7. Angliadi L.S, Sengkey L, Gessal J, Mogi T.I. Ilmu kedokteran Fisik dan
Reahabilitasi. Manado. 2006.
8. Jarvik JG, Deyo RA. Diagnostic evaluation of low back pain with emphasis
on Imaging. Ann Intern Med. 2002.
9. Govind J. Lumbar Radicular Pain. Aus Fam Phys. 2004.
10. Award JN, Moskovich R.Lumbar disc herniations : surgical versus
nonsurgical treatment. Clin Orthop Res. 2008.

31

Anda mungkin juga menyukai