PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi saraf
perifer yakni N Tibialis dan N poreneus. Nervus ischiadicus keluar dari foramen
ischiadikus mayor tuberositas anterior 1/3 bawah dan tengah dari SIPS (Spina
Iliaka Posterior Superior) kebagian dari tuberositas ischii.
3
c. Lumbal sacral ( Pinggang bawah )
d. Sacroiliaca Joint ( tulang pantat )
e. Hip Joint ( Sendi Bongkol Paha )
Adapun komponen-komponen dari regio pinggang adalah kulit, otot, ruas,
tulang sendi, dan bantalan sendi. Apabila semua ini mengalami gangguan maka
sangat berpotensi untuk terkena NPB yang bisa berlanjut menjadi ischialgia.
Perjalanan nervus ischiadicus dimulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki
percabangan antara lain :
1. N. Lateral poplital yang terdapat pada caput fibula
2. N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa popliteal
3. N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah
4. N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon achiles
5. N. Plantaris yang berada pada telapak kaki
Gam
bar 2: Dermatom
Tulang belakang merupakan struktur yang kompleks yang dapat dibagi menjadi
2 bagian. Dibagian ventral terdiri dari korpus vertebra yang dibatasi satu dengan
lainnya oleh discuss intervertebra dan ditahan satu dengan lainnya oleh ligamentum
longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kuat dan terdiri atas
4
arkus vertebra dengan lamina dan pedikel ynag diikat satu dengan lainnya oleh
berbagai ligamen diantaranya ligamen interspinal, ligamen intertranversa dan
ligamen flavum. Pada prosessus spinosus dan tranversus melekat otot-otot yang
turut menunjang dan melindungi kolum vertebra. Seluruh bangunan kolum vertebra
mendapat inervasi dari cabang-cabang saraf spinal yang sebagian besar keluar dari
ruangan kanalis vertebra melalui foramen intervertebra dan sebagian dari ramus
meningeal yang menginversi duramater. Diskuss intervetebra dan nukleus polposus
tidak mempunyai inervasi sensibel biarpun berbatasan langsung dengan ligamen
longitudinal yang mengandung serabut sensibel.
1. N. Ischiadicus mempersarafi :
a) M. Semitendinosus
b) M. Semimbranosus
c) M. Biceps Femoris
d) M. Adduktor Magnus
2. N. Poroneus mempersarafi :
a) M. Tibialis anterior
b) M. Ekstensor digitorum longus
c) M. Ekstensor Halluci longus
d) M. Digitorum brevis
e) M. Poroneus tertius
3. N. Tibialis mempersarafi :
a) M. Gastrocnemius
b) M. Popliteus
c) M. Soleus
d) M. Plantaris
e) M. Tibialis posterior
f) M. Fleksor digitorum longus
g) M. Fleksor hallucis longus
5
2.2 Definisi Ischialgia
Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang tungkai. Ditinjau dari arti
katanya,maka ischialgia adalah nyeri yang terasa sepanjang N.ischiadicus. Jadi
ischialgia didefinisakan sebagai nyeri yang terasa sepanjang nervus ischiadicus dan
lanjutannya sepanjang tungkai. Ischialgia adalah nyeri pada daerah tertentu
sepanjang tungkai yang merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer
dan nervus ischiadicus. Ahli lain berpendapat bahwa ischialgia merupakan salah
satu manifestasi dan nyeri punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan
nervus ischiadicus. Ischialgia atau skiatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia,
parestesia atau disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar saraf ischiadicus.
Ischialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang N. Ischiadicus L4-S2. Ischialgia
yang dirasakan berasal dari vertebra lumbosakralis atau daerah paravertebralis
lumbosakralis dan menjalar sesuai dengan salah satu radiks yang ikut menyusun
nervus ischiadicus. Sebelum terjadi ischialgia selalu didahului dengan Low Back
Pain (LBP) atau nyeri pinggang bawah itu sendiri seperti perasaan nyeri, pegal linu,
atau terasa tidak enak didaerah pinggang.Nyeri atau rasa tidak enak yang menjalar
harus diartikan sebagai perwujudan hasil perangsangan terhadap saraf sensori.
Nyeri saraf itu terasa sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari tempat saraf
sensorik terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan serabut sensorik itu ke
perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer biasanya berarti perangsangan
pada saraf motorik dan sensorik. Gangguan sensibilitas yang terasa sepanjang
perjalanan saraf tepi dan biasanya juga disertai gangguan motorik yang disebut
Neuritis. Neuritis di tungkai dapat terjadi oleh karena berkas saraf tertentu terkena
patologik di sekitarnya.
Ischialgia merupakan keluhan yang sangat umum dan sangat sering terjadi,
dikeluhkan 4 dari 5 orang di Amerika Serikat, dan merupakan salah satu penyebab
ketidakhadiran di tempat kerja. Sisi baiknya, ischialgia sesungguhnya dapat
dicegah. Seandainya pencegahan juga kurang berhasil, terapi atau latihan sederhana
di rumah dan mekanisme tubuh yang baik akan memperbaiki dan mempertahankan
fungsinya dalam waktu beberapa minggu. Operasi merupakan tindakan yang jarang
6
dilakukan. Wanita memiliki angka prevalensi yang lebih tinggi terkena ischialgia
dibandingkan dengan pria.3Onset lebih sering pada usia 30-50 tahun dengan insiden
yang terjadi 16,2% dari semua diagnosa penyakit saraf.4 Hal tersebut dikarenakan
wanita memiliki aktivitas yang monoton dengan posisi yang statis, misalnya saja
pada penggunaan sepatu dengan hak tinggi atau pada pedagang dengan kebiasaaan
menggendong.
Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain :
kontraksi/ radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau
adanya keadaan yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Untuk
mengetahui penyebab pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara seksama oleh
dokter, jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan radiologi/Rontgen pada tulang
belakang.5
7
pada penekanan. Kelemahan otot tidak seberat nyeri sepanjang tungkai. Karena
nyeri itu tungkai difleksikan, apabila diluruskan nyeri bertambah hebat. Tanda-
tanda skoliosis kompensatorik sering dijumpai pada ischialgia jenis ini. Diagnosa
neuritis ischiadikus primer ditetapkan apabila nyeri tekan pada otot tibialis anterior
dan perineous longus. Dan pada neuritis sekunder nyeri tekan disepanjang nervus
ischiadikus, tetapi didekat bagian nervus ischiadikus yang terjebak saja. Timbul
nyeri yang akut dan tidak disertai adanya nyeri pada punggung bawah merupakan
ciri neuritis primer berbeda dengan ischialgia yang disebabkan oleh problem
diskogenik. Refleks tendon archiles dan tendon lutut biasanya tidak terganggu.
8
Unsur-unsur nervus ischiadicus yang dibawakan oleh nervi L4, L5, S1, S2,
dan S3 menyusun pleksus lumbosakralis yang berada di fasies pelvina os sakri.
Disitu pleksus melintasi garis sendi sakroiliaka dan sedikit lebih distal membentuk
nervus ischiadikus, yang merupakan saraf perifer terbesar. Selanjutnya dalam
perjalanannya ke tepi nervus ischiadikus dapat terjebak dalam bangunan-bangunan
yang dilewatinya. Pada pleksus lumbosakral dapat diinfiltrasi oleh sel-sel
karsinoma ovarii, karsinoma uteri atau sarcoma retroperineal digaris persendian
sakroiliaka komponen-komponen pleksus lumbosakralis dapat membentuk nervus
ischiadikus dapat terlibat dalam proses radang (sakroilitis). Dari foramen
infrapiriformis nervus ischiadikus terjebak oleh bursitis otot piriformis. Dalam hal
selanjutnya nervus ischiadikus dapat terlibat dalam bursitis disekitar trokanter
major femoris. Dalam hal itu juga, nervus ischiadikus dapat terganggu oleh dengan
adannya penjalaran atau metastase karsinoma prostat yang sudah bersarang pada
tuber ischii. Simptomatologi entrapment neuritis ischiadica sebenarnya sederhana
yaitu pada tempat proses patologik yang bergandengan dengan ischialgia.
9
a. Umur. Serangan pertama dari nyeri pinggang, tipikal terjadi pada usia antara 30-
40 tahun an. Kejadiannya nyeri pinggang akan bertambah dengan bertambahnya
umur.
b. Tingkat kebugaran. Nyeri pinggang bawah lebih sering mengenai orang dengan
tingkat kebugaran yang kurang.
c. Diet. Diet tinggi kalori dan lemak yang dipadu dengan gaya hidup yang tidak
aktif, dapat menyebabkan kegemukan.
10
yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi
permanen
11. Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat
11
3. Skoliosis bersifst sementara dengan bonkafitas menghadap ke sisi tungkai
yang nyeri.
4. Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari pada sisi yang sehat. Hal
ini disebabkan karena radiks dorsalis yang mengalami kompresi dari penonjolan
nukleus pulposus mengakibatkan tonus otot-otot gluteal bertonus rendah.
5. Refleks tendon achiles menurun atau menghilang jika radiks antara L5
sampai S1 terkena.
6. Pemeriksaan sensibilitas kulit biasanya tidak menghasilkan defisit
sensorik secara eksplisit. Bila HNP sudah lama terjadi dapat ditemukan dermatom
L5-S1 yang anestettikatau hipestetik. Pemeriksaan fisik lain yang dapat dilakukan:
1. Tes Laseque
Pasien diminta berbaring lurus, satu tungkai diangkat lurus dan
dibengkokkan pada persendian panggulnya, normalnya dapat mencapai sudut 700.
Tes laseque positif bila terdapat tahanan sebelummencapai sudut 700.
12
Gambar4: naffgizer test
3. Tes Patrick
Pemeriksaan dilakukan dengan cara menempatkan tumit atau maleolus
externa tungkai yang sakit pada lutut tungkai lainnya yang dapat menyebabkan
bangkitnya nyeri di sendi panggul kalau di adakan penekanan pada lutut yang di
fleksikan itu .
13
Gambar6: kontra patrick test
5. Tes Valsava
Tes ini menyebabkan peninggian tekanan intrakranial bilamana terdapat
proses desak ruang kanalis vertebralis bagian servikal, maka dengan ditingkatkan
tekanan intrakranial akan bangkit nyeri radikular. Nyeri saraf ini sesuai dengan
tingkat patologik dikanalis vertbralis bagian servikal. Caranya dengan menyuruh
pasien mengejan sewaktu pasien menahan nafasnya. Tes ini positif apabila timbul
nyeri radikular yang berpangkal di tingkat pinggang dan menjalar ke kaki.
14
1.Foto rontgen lumbosakral
Tujuan utama adalah untuk mendeteksi kelainan struktural.
2. Myelografi
Memberikan gambaran anatomi yang detail. terutama elemen osseus
vertebra.
3. CT scan
Memberikan gambaran struktur anatomi tulang vertebra dengan baik dan
memberikan gambaran yang bagus untuk hernia diskus diskus intervertebrata.
4.MRI
Untuk mendeteksi kelainan diskus intervertebralis, mengidentifikasi
kompresi medulla spinalis dan radiks saraf, dan mengetahui beratnya perubahan
degeneratif pada diskus intervertebrata.
15
Penatalaksanaan
1. Obat-obatan : analgetik: paracetamol, codein dan dehidro codein,
NSAID: ibuprofen, diklofenak, meloxicam,
Analgetik kuat: meptazinol dan pentazosin
muscle relaxan: esperison HCL
Antidepresan: amitriptilin dan gabapentin
2. Program Rehabilitasi Medik
Fisioterapi meliputi terapi panas, terapi listrik, terapi latihan atau exercise,
okupasi terapi, psikologi, sosial medik dan edukasi. Program fisioterapi
bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan keseimbangan dalam bergerak.
Penguatan otot untuk mencegah pemendekan otot (kontraktur) memerlukan
otot yang spastik, memperlancar aliran darah serta meningkatkan kemampuan
hidup sehari-hari.
Psikologi bertujuan untuk membebaskan seseorang dari masalah tertentu yang
dianggap menganggu kesehatan jiwa dan diharapakan dan memperkuat pasien
dalam menghadapi kesulitan. Sosial medik bertujuan untuk membantu pasien
dan keluarganya dalam menjangkau sumber pelayanan yang optimal dengan
kondisi dan kemampuannya yang mengalami hambatan karena sakit fisik.
Program rehabilitasi medik bagi penderita ischialgia adalah :
a. Terapi fisik : diatermi, elektroterapi, traksilumbal dan terapi manipulasi
b. Terapi okupasi : mengajarkan proper body mekanik
c. Ortotik prostetik : pemberian korset lumbal, alat bantu jalan
d. Advis
16
3. Operasi Disektomi : dilakukan pada kasus yang berat, sangat menganggu
aktifitas dimana dengan obat-obatan dan program rehabilitasi medik tidak
menganggu.
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. MR
Umur : 71 tahun
No. RM : xxxxxx
Pekejaan : Petani
Agama : Islam
3.2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Nyeri pinggang hebat dan kaki tidak bisa digerakkan 1 hari SMRS
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pinggang hebat dan kaki tidak bisa digerakkan sejak 1 hari SMRS.
Awalnya pasien sedang duduk bersantai. Tidak lama setelah itu pasien beridir
ingin mengambil sesuatu. Pada saat ingin berdiri tiba-tiba pasien merasakan
pusing dan ketika berjalan pasien tiba-tiba terjatuh. Pasien jatuh dengan posisi
terduduk. Setelah itu pasien merasakan nyeri pinggang pada sisi kiri dan sisi
kann serta nyeri terasa menjalar sampai ke kaki, pasien pun tidak bisa berjalan
sendiri. Pasien berjalan dengan dibantu oleh keluarga untuk dibawa ke kamar
17
tidur. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut. BAB pasien terganggu, BAK
lancar dan pasien tidak merasakan demam. Oleh karena itu pasien dibawa oleh
keluarga ke RSUD Solok.
Status Generalis
18
Kelenjar Getah Bening
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Aksila : tidak teraba pembesaran KGB
Inguinal : tidak teraba pembesaran KGB
Thorak
#Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis
Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : suara nafas normal vesikular, ronki dan wheezing di kedua
lapang paru tidak ada
#Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 positif, murmur tidak ada, gallop
tidak ada
#Abdomen
Inspeksi : simetris, perut pasien tidak membuncit, tidak ada
pembesaran vena/venektasi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas, hepar dan lien
tidakteraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
#Korpus Vertebra
Inspeksi : tidak ada kifosis, lordosis, dan skoliosis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Pemeriksaan Neurologis
19
1. Glassgow Coma Scale : E4M6V5 = 15 (Compos Mentis Cooperatif)
2. Tanda Rangsangan Meningeal :
a. Kaku Kuduk : tidak ada
b. Brudzinki I : tidak ada
c. Brudsinki II : tidak ada
d. Tanda kernig : tidak ada
3. Tanda Peningkatan TIK :
a. Pupil : isokhor, diameter 3mm / 3mm
b. Refleks cahaya : +/+
c. Muntah Proyektil : Tidak ada
b. N II : Nervus Opticus
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Normal Normal
Lapang pandang Normal Normal
Melihat warna Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
d. N IV : Nervus Troklearis
Kanan Kiri
Gerakan mata kebawah Positif Positif
Sikap bulbus Tenang Tenang
Diplopia Tidak ada Tidak ada
20
e. N V : Nervus Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Normal Normal
Menggerakkan rahang Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Sensorik
Divisi optalmika
- Reflek kornea Normal Normal
- Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Divisi maksila
- Reflek masseter Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Divisi mandibular Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
f. N VI : Nervus abdusen
Kanan Kiri
Gerakan mata lateral Positif Positif
Sikap bulbus Dalam batas normal Dalam batas normal
Diplopia Tidak ada Tidak ada
21
- Memendek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nistagmus
- Pendular Negatif Negatif
- Vertikal Negatif Negatif
- Siklikal Negatif Negatif
Pengaruh posisi kepala Negatif Negatif
i. N IX : Nervus Glossofaringeal
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Positif Positif
Reflek muntah/ gag reflek Normal Normal
j. N X : Nervus Vagus
Kanan Kiri
Arcus faring Simetris Simetris
Uvula Ditengah Ditengah
Menelan Normal Normal
Artikulasi Positif Positif
Suara Normal Normal
Nadi Reguler Reguler
k. N XI : Nervus Assesorius
Kanan Kiri
Menoleh kekanan Normal Normal
Menoleh kekiri Normal Normal
Mengangkat bahu Normal Normal
kekanan
Mengangkat bahu kekiri Normal Normal
22
5. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan Tidak dilakukan Disatria Tidak dilakukan
Romberg test Tidak dilakukan Disfagia Tidak dilakukan
Ataksia Tidak dilakukan Supinasi pronasi Tidak dilakukan
Rebound Tidak dilakukan Tes jari hidung Tidak dilakukan
phenoment
Tes tumit lutut Tidak dilakukan Tes hidung jari Tidak dilakukan
7. Pemeriksaan sensibilitas
Sensibilitas taktil Positif
Sensibilitas nyeri Positif
Sensibilitas termis Positif
Sensibilitas Positif
Sensibilitas kortikal Tidak dilakukan
Streognosis Tidak dilakukan
Pengenalan 2 titik Tidak dilakukan
Pengenalan rabaan Tidak dilakukan
8. Pemeriksaan reflek
1. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea Normal Normal Biseps ++ ++
Berbangkis Tidak Tidak Triseps ++ ++
23
dilakukan dilakukan
Laring Tidak Tidak APR ++ +
dilakukan dilakukan
Masseter Tidak Tidak KPR ++ +
dilakukan dilakukan
Dinding perut Tidak Tidak Bulbo Tidak Tidak
dilakukan dilakukan cavernosus dilakukan dilakukan
Atas Tidak Tidak Cremater Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Tengah Tidak Tidak Spingter Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Bawah Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
2. Patologis
Lengan Tungkai
Hoffman- Tidak Babinski Tidak ada Tidak ada
tromer dilakukan
Chaddoks Tidak ada Tidak ada
Oppenheim Tidak ada Tidak ada
Gordon Tidak ada Tidak ada
Schaeffer Tidak ada Tidak ada
Klonus Tidak Tidak
paha dilakukan dilakukan
Klonus kaki Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
3. Fungsi otonom
a. Miksi : Normal
b. Defekasi : Konstipasi
c. Sekresi keringat : Normal
24
Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Demensia
Reaksi Bicara Normal Refleks glabela Tidak dilakukan
Fungsi intelektual Normal Refleks Snout Tidak dilakukan
Reaksi emosi Normal Refleks menegang Tidak dilakukan
Refleks palmomental Tidak dilakukan
#kimia klinik
Total colesterol : 96 mg/dL
Trigliserida : 83 mg/dL
Glukosa puasa : 100 mg/dL
2 jam pp : 120 mg/dL
#Urine
Ureum: 50,9 mg/dL
Creatinin : 1,23 mg/dL
25
3.5. Diagnosa
Diagnosa klinis : Ischialgia bilateral
Diagnosa topik : Radix Dorsalis setinggi dermatom vertebra
L5-S1
Diagnosa etiologi : Trauma mekanik
Diagnosa sekunder : asam urat
3.6. Diferensial Diagnosa
Low Back Pain
3.7. Prognosa
a. Quo at vitam : Bonam
b. Quo at fungtional : Dubia ad Bonam
c. Quo at sanationam : Bonam
3.8. Penatalaksanaan
terapi umum :
- tirah baring dan kurangi aktifitas fisik yang berat
- Tidur dengan alas keras
- berenang
terapi khusus :
- NSAID : Meloxicam Tablet 2x 0,75 g
- Muscle relaxan : diazepam tablet 3x2 mg
- Neutropik : Mekobalamin 3 x 500 mg
Hasil Follow up
O: KU : sedang
Kesadaran : CMC
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 70 x/menit
26
Nafas : 18x/ menit
Suhu: 36,5 O C
Pemasangan korset
O: KU: Baik
Suhu : 36 oC
27
Diagnosa sekunder : asam urat
O: KU: Sedang
TD: 120/80
Nadi: 70x/menit
Nafas: 24x/menit
Suhu: 37o C
A: ISCHIALGIA BILATERAL
Menjalani fisioterapi
BAB IV
ANALISA KASUS
28
Seorang laki-laki berumur 71 tahun dengan diagnosis klinis ISCHIALGIA
BILATERAL. Dari anamesis didapatkan nyeri pinggang hebat dan kaki tidak
bisa digerakkan sejak 1 hari SMRS. Awalnya pasien sedang duduk bersantai.
Tidak lama setelah itu pasien berdiri ingin mengambil sesuatu. Pada saat ingin
berdiri tiba-tiba pasien merasakan pusing dan ketika berjalan pasien tiba-tiba
terjatuh. Pasien jatuh dengan posisi terduduk. Setelah itu pasien merasakan
nyeri pinggang pada sisi kiri dan sisi kanan serta nyeri terasa menjalar sampai
ke kaki, pasien pun tidak bisa berjalan sendiri. Pasien berjalan dengan dibantu
oleh keluarga untuk dibawa ke kamar tidur. Pasien juga mengeluhkan nyeri
pada perut. BAB pasien terganggu, BAK lancar dan pasien tidak merasakan
demam. Oleh karena itu pasien dibawa oleh keluarga ke RSUD Solok.
BAB V
PENUTUP
29
2.12 Kesimpulan
Ischialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang merupakan
manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dan nervus ischiadicus. Ahli lain
berpendapat bahwa ischialgia merupakan salah satu manifestasi dari nyeri
punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan nervus ischiadicus.
Ischialgia atau skiatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia, parestesia atau
disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar saraf ischiadicus. Penyebab
terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain : kontraksi/ radang otot-
otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya keadaan yang
disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Untuk mengetahui penyebab
pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara seksama oleh dokter, jika perlu
dilakukan pemeriksaan tambahan radiologi/Rontgen pada tulang belakang. Siatika
atau ischialgia biasanya mengenai hanya satu sisi. Yang bisa menyebabkan rasa
seperti ditusuk jarum, atau nyeri seperti ditembak. Kekakuan kemungkinan
dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki tangga, dan meluruskan kaki
memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan dengan istirahat atau duduk.
Seringkali nyeri tersebut hilang dengan sendirinya. Istirahat, tidur diatas kasur
yang keras, menggunakan obat-obatan anti peradangan nonsteroid (NSAIDs) dan
mengkompres panas dan dingin kemudian pengobatan yang cukup. Untuk banyak
orang, tidur pada sisi mereka dengan lutut ditekuk dan sebuah bantal diantara lutut
menghadirkan keringanan. Meluruskan otot yang lumpuh secara berlahan-lahan
setelah pemanasan bisa membantu. Peran fisioterapi pada kasus ischialgia ini dapat
membantu meringankan nyeri yang dirasakan. Mordalitas yang digunakan bisa
efektif dengan heating yakni dengan SWD (Short Wave Diathermi), bisa juga
ditambah TENS untuk membantu memblokir nyerinya.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. R. Putz, R. Pabst. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 21. Jakarta: EGC.
2006
2. Mardjono M, Sidharta P.. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian rakyat.
2009
3. Rifqi Nurul Minaryanti. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Ischialgia Dengan
Short Wave Diathermy Dan Terapi Latihan Di Rsud Sragen.. Fakutas Ilmu
Kesehatan. Universitas Muhamadiyah Surakarta. 2009
4. Lippincot Wiliams & Wilkens. Clinical Primer of Rheumatology, edited by
William Koopman, et al. Annual Scientific Meeting. 2003
5. Markam S. Neurologi. Jakarta: EGC. 1982
6. Ngoerah, I Gusti Nengah Gde. Dasar-Dasar Iimu Pentyakit Saraf.
Surabaya: Airlangga University Press. 1995.
7. Angliadi L.S, Sengkey L, Gessal J, Mogi T.I. Ilmu kedokteran Fisik dan
Reahabilitasi. Manado. 2006.
8. Jarvik JG, Deyo RA. Diagnostic evaluation of low back pain with emphasis
on Imaging. Ann Intern Med. 2002.
9. Govind J. Lumbar Radicular Pain. Aus Fam Phys. 2004.
10. Award JN, Moskovich R.Lumbar disc herniations : surgical versus
nonsurgical treatment. Clin Orthop Res. 2008.
31