Anda di halaman 1dari 46
tiles PANDUAN MANAJEMEN NYERI ae a soe, DAFTAR Is} EA] Daftar IS smsenensennne Pe. : Lampiran BABI PENDAHULUAN ™ im 1 Latar Belakang ‘ 2. Tujuan .. ae = 3. Pengertian oe BAB Il TATA LAKSANA. ‘ rm 3 tahun , untuk penilaian usiaa > 3 tahun yang sering digunakan adalah 0 - 10 Numeric Pain Distress Scale! Wong Baker, dimana pasien diminta untuk “merating” rasa nyeri tersebut berdasarkan. skala penilaian numerik mulai angka 0 yang berarti tidak ada nyeri sampai angka 10 yang berarti puncak dari rasa nyeri. 2. Tujuan 2.1 Memberi rasa aman dan nyaman bagi pasien. 2.2 Mengurangi perasaan cemas dan gelisah bagi pasien 2.3 Mengurangi trauma terkait nyeri (pengalaman yang tidak menyenangkan) 2.4 Mempermudah proses tindakan operasi atau tindakan yang lain. 2.5 Mencegah terjadinya kesalahan dalam pemilihan obat analgesik dan anestesi 2.6 Pemberian analgesik dan anestesi yang tidak berlebihan, 3. Pengertian Definisi nyeri menurut International Association for the Study of Pain adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang diakibatkan adanya kKerusakan jaringan, baik yang sedang ataupun yang akan terjadi. oo B. Berdasarkan asalnya, dapat dibagi menjadi : 1. ‘Nyeri nosiseptif : Nyeri perifer, berasal dari kulit, otot, tulang, jaringan ikat. Letaknya terlokalisir. ‘Nyeri visceral, asalnya lebih dalam, terasa tumpul, kram atau kolik serta lebih sulit dilokalisir. 2. Nyeri nenropatik, pada keadaan atau prosedur diana terjadi kerusakan saraf seperti pada thorakotomy, hemiotomy, amputasi. Terasa panas seperti terbakar, timbulnya mendadak tanpa faktor pencetus yang jelas. Terdapat dysaesthesia (rasa tidak nyaman), hyperalgesia (rasa nyeri yang berlebihan dengan rangsang nyeri yang normal), allodynia (timbul rasa nyeri hanya dengan rangsangan yang normalnya tidak menimbulkan nyeri seperti sentuhan ringan, adanya area hypoesthesia, adanya phantom fenomena. BABI TATALAKSANA Untuk dapat mengelola manajemen nyeri yang efektif sesuai kebutuhan masing- ‘masing pasien, diperlukan penilaian nyeri yang akurat serta mudah diterapkan. Penilaian serta Pengukuran tethadap nyeri juga memberikan kontribusi tethadap penegakan diagnosis Penyebab pasien merasa nyeri, serta diperlukan untuk menentukan terapi yang dibutuhkan, baik secara farmakologis ataupun non farmakologis. Peailaian terhadap nyeri meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, serta sifat nyeri yang spesifik. Penilaian sebaiknya berulang, selain sebagai evaluasi terapi juga untuk mengenali adanya efek terhadap fungsi tubuh serta efek samping yang terjadi 1 PENGKAJIAN NYERI 1, Riwayat penyakit sckarang. @. Onset nyeri akut atau kronik, traumatik atau non-traumatik b. Karakter dan derajat keparahan nyeri: nyeri tumpul, nyeri tajam, rasa terbakar, tidak nyaman, kesemutan, neuralgia, ¢, Pola penjalaran atau penyebaran nyeri, primer di lokasi nyeri ataukah menjalar 4. Durasi dan fokasi nyeri ¢. Intensitas nyeri : 1. Saat istirahat 2, Dengan gerakan 3. Faktor pencetus. 4, Durasi 5. Terus menerus atau kadang-kadang a iit ee J. Riwayat pengobatan yang sedang dijalani maupun riwayat pengobatan sebelumnya, meliputi : desis, frekuensi, efektivitas, efck samping pengobatan nyeri dengan menggunakan metode lain konsultasi dengan tenaga konsultan. k. Hasil pemeriksaan dan penanganan nyeri sebelumnya, termasuk respon terapi 1. Gangguan atau kehilangan fungsi akibat nyeri atau Iuka m. Penggunaan alat bantu n. Perubahan fungsi mobilitas, kognitif, irama tidur, dan aktivitas hidup dasar o. Pengetahuan tentang penyebab nyerinya serta harapan dan penanganan nyeri yang diinginkan p. Hilangkan kemungkinan potensi emergensi pembedahan, seperti adanya fraktur yang tidak stabil, gejala neurologis progresif cepat yang berhubungan dengan sindrom kauda ekuina. . Riwayat pembedahan atau penyakit dahulu : Jenis dan lokasi operasi yang dialami. a. Riwayat psiko-sosial Riwayat konsumsi alkohol, merokok, atau narkotika Identifikasi pengasuh atau perawat utama (primer) —pasien Identifikasi kondisi tempat tinggal pasien yang berpotensi_ menimbulkan ‘eksaserbasi nyeri 4, Pembatasan atau restriksi partisipasi pasien dalam aktivitas sosial yang berpotensi menimbulkan stres. Pertimbangkan juga aktivitas penggantinya. 5. Masalah psikiatri (misalnya depresi, cemas, ide ingin bunuh diri) dapat ‘menimbulkan pengaruh negatif techadap motivasi dan kooperasi pasien dengan eet resins teprmy. Pa yas Gap BREEEED \ b. Obat-obatan dan alergi 1. Daftar obat-obatan yang dikonsumsi pasien untuk mengurangi nyeri (suatu studi menunjukkan bahwa 14% populasi di Amerika Serikat ‘mengkonsumsi suplemen atau herbal, dan 36% mengkonsumsi vitamin) 2. Cantumkan juga mengenai dosis, tujuan minum obst, durasi, efektifitas, dan efek samping. 3. Direkomendasikan untuk mengurangi atau memberhentikan obat-obatan dengan efek samping kognitif dan fisik. © Riwayat keluarga Evaluasi riwayat medis Keluarga terutama penyakit genetik. d_ Penilaian fungsi sistem organ yang komprehensif 1, Evaluasi gejala kardiovaskular, psikiatri, pulmoner, gastrointestinal, neurologi, reumatologi, genitourinaria, endokrin, dan muskuloskeletal 2. Gejala konstitusional: penurunan berat badan, nyeri malam hari, keringat ‘alam, dan sebagainya. 3. Skor atau Skala nyeri Penilaian atau skala nyeri dapat menggunakan berbagai macam alat sesuai dengan usia pasien, antara lain : a. Neonatal Infants Pain Scale! NPS i. Digunakan untuk usia <1 tahun ii, Penilaian ini dipersepsikan atau dinilai langsung oleh tenaga medis sesuai dengan kondisi pasion saat itu, penilaian ini dilambangkan dengan angka atau " ii, Penlaian ini dipersepsikan atan dinilal langsung olch tenage medis sesual | dengan konsi pasien seat itu, penilaian ini dilambangkan dengan angks sat i skor 0-10, yaitu = a Shor 0 ‘Skor 1-3 Shor 4-5 ¢ Numeric Rating Scale i. Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusi rmenggunakan engka untuk melambangki ‘Skor 7-10. =nyeri hebat ia > 9 tahun yang dapat an intensitas nyeri yang diresakannya. ii Instruksi: pasien akan ditanya mengenat intensitas nyeri yang dirasakan dan dilambangken dengan angka antara 0-10, 1 2, 3. 4. 7-1 (0=tidak nyeri 1-3 3 tahun) yang tidak dapat ‘menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, gunakan asesmen Instruksi: pasien diminta untuk menunjuk atau memilin gambar mana yang aa paling sesuai dengan yang dirasakan, Tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri. 1, 0-1 = sangattabagia Karena tidak merasa nyeri samnasekal | i Moderate © Pada pasien dalam pengaruh obst anestesi atax dalam kondisi sedasi sedang, asesmen dan penanganan ayeri dilakukan saat pasien menunjukkan respon berupa ckspresi tbah atau £ Penilaian wlang nyeri: dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam ‘Wong Baker FACES Pain Scale verbal akan 1 nyeri ‘dan memunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut & Lakukan asesmen nyeri yang komprensif setiap kali melakukan pemeriksaan fisik pada pasien 4 Dillakulcan pada: pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah tatalaksana ner, Setiap empat jam (pada pasien yang sedar aiau bangun), pasien yang menjalani Prosedur menyakitkan, scbelum transfer pasien, dan sebelum pasien pulang dari rumah sakit, 4. Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (antung), akukan asesmen ulang Setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau cbat-obat intravena ‘& Dersat nyeri yang meningkat hebor secara tbacite, terstama bila samp ‘meniibulkan perubahan tanda vital, merupakan anda adanya diagnosis medis atau ‘eda yang baru (nissinya komplikasi pasca-pembodahan ayeri neuropaik) fi 4. Pemeriksaan motorik a iv. Perhatikan jugs sdanya ketidaksegarisan tulang (malalignment), atrofi otot, fasikulasi,diskolorasi, dan edema, ‘Status mental i. Nilai orientasi pasien i, Nilai Kemampuan mengingat jangka panjang, pendek, dan segera, iii, Nilai kemampuan kognitif: iv. Nilai kondisi emosional pasion, termasuk gejala-gejala depresi, tidak ada harapan, atau cemas Pemeriksaan sendi Selalu periksa kedua sisi untuk menitai kesimetrisan Nilai dan catat pergerakan aktif semua sendi, pethatikan adanya keterbatasan ‘gerak, diskinesis, raut wajah meringis, atau asimetris. Nilai dan catat pergerakan pasif dari sendi yang telinat abnonmal stau dikeluhkan ‘oleh pasien (saat menilai pergerakan aktif). Perhatikan adanya limitasi gorak, caut wajah meringis, atau asimetris, iv. Palpasi setap sendi untuk menilai adanya nyeri '¥, Pemeriksaan sibilites sendi untuk mengidentiikasi adanya cederaligamen, ‘Nilai dan catat kekuatan motorik pasion dengan menggunakan kriteria di bawah ini ees. mmelawan gaviasi . Pemeriksaan sensorike ‘Lakukan pemeriksaan: senshen sngan, nye (wsukan jarumcpin prick), getaran, 380 suhu. 5. Pemeriksaan radiologi t degeneratif tulang belekang, i. pasion ayeri dengan kecarigaan penyakil plasma, infeksi tulang belakang, penyakit ji. pasien dengan kecurigean adanya neo inflamatorik, dan penyakit vascular. iii Pasion dengan defisit neurologis motorik, kolon. k pembedahan tulang belakang andung kemibh, atau ereksi. iv, Pasion dengan riwayat _y. Gejala nyeri yang menctap > 4 mings 'b, Pemilihan pemeriksaan radiologi: bergantung skrining inisial pada tulang belakang (fraktur, Ketidaksegarisan pada lokasi dan karakteristik nyeri i, Foto polos: untuk vertebra, spondilolistesis, spondilotisis, neoplasma) ti. MRE: gold standard dalam mengevahuasi twang belakang (hemiasi diskus,sisneSs spinal, osteomyelitis, infeksi ruang diskus, keganasan, kompresi tulang belakang. infeksi) si CT-sean evaluas trauma tulang belakang, hernasi diskus, stenosis spina. 6, Pemeriksaan atau Penilaian psikologis ‘a Nilai mood pasien, apakcah dalam kondisi cemes, ketakatan, deprest. '. Nilai adanya gangguan tidus, masalah terkait pekerjaan. oe s ilaportan rmulai dari ayeri sedang dengan skor minimal 4 (empat), Khusus untuk pasien rawat inap dilakukan juga asesmen wlang techadap penilaian myer, asesmen tulang ini dilakukan dengan interval tertenta yang teratwr, yaitu = 1. Pemberian parenteral: 30 menit berikutnya 2. Pemberian oral: 60 menit berikutnya 3, Intervensi non-farmakologi: 30-60 menit berikutnya Pasicn post operasi (bedah), Untuk anamnese pasien sama dengan asesmen pasien non bedah, pengkajizn dilakuikan setclah pasien berada di cuangan, Perawat Tuangan harus berkolaborsst dengan dokter anestesi yang merawat. Dalam hal ini instruksi dokter anestesi harus dimengerti, Perawat harus melaporkan pengkajian nyeri kepada dokter anestesi seielh 6 jam post operasi stan bila pasien mengeluh nyeri ringan dengan skor minimal 1, Dokter anestesi akan memberikan insiuksi yang harus dilkukan oleh perawat, Pengkajian nyeri pasien post operasi ini dilakukan setiap pemeriksaan tanda tanda vital dilakukan. Ditdakan secara berkala diruangan pata mass pasea operas, asesmen dirvangin ilankan oleh perawat ruangan menggunakan Numeric Rating scale ‘Asesmen ulang dilakukan pada seat 2. 6jam pasca operas. b. Setiap kali pemerikssan tanda-tanda vital dilakukan. cc, Setiap saat pasion mengeluh sakit nyeri timbul. ‘Assamen seger dilaporkan ke dokter anestesi untuk sepera mendapatian isstwksi valua wlang setelah iosruksi dokter dislsmakan, bisa diluporkan 2 Jan -— berikkutnya. 2. Karakteristik: onset cepat, terlokalisasi dengan baik, dan nyeri bersifat tajam, menusuk, atau seperti ditikam. 3. Contoh: nyeri akibat laserasi, sprain, fraktur, dislokasi IL Nyeri visceral: 1 Nosiseptor visceral lebih setikit dibandingkan somatic, sehingga jika terstimulasi akan menimbulkan nyeri yang kurang bisa dilokalisasi, bersifat difus, tumpul, seperti ditekan benda berat. 2 Penyebsb: iskemi atau nekrosis, inflamasi, peregangan ligament, spasme tot polos, distensi organ berongga atau lumen. 3 Biasanya disertai dengan gejala otonom, seperti mual, muntah, hipotensi, bradikardia, berkeringat. ULL Nyeri neuropatik: 1 Berasal dari cedera jaringan saraf 2 Sift nyeri: rasa terbakar, nyeri menjalar, kesemutan, alodinia (nyeri saat disentuh), hiperalgesia. 3 Gejala nyeri biasanya dialami pada bagian distal dan tempat cedera (sementara pada nyeri nosiseptif, nyeri dialami pada tempat cederanya) 4 Biasanya diderita oleh pasien dengan diabetes, multiple sclerosis, hemniasi diskus, AIDS, pasien yang menjalani kemoterapi atau radioterapi. ‘a. Tatalaksana sesuai mekanisme nyerinya. - | Nycri somatik: 1. Diakibatkan adanya kerusakan jaringan yang menyebabkan pelepasan zat kkimia dari sel yang cedera don memediasi inflamasi dan nyeri melalui nosiseptor kulit. I u OAINS atau opioid lemah (langkah 1 dan 2) en meer eS 0 = BR 10 Jika langkah 1 dan 2 Kurang cfektif atau nyeri menjadi sedang-berat, dapat ditingkatkan menjadi langkah 3 (ganti dengan opioid kuat dan pm analgesik dalam kurun waktu 24 jam setelah langkah 1). Penggunaan opioid harus dititrasi. Opioid standar yang sering digunakan ‘adalah morfin, kodein. Jika pasien memiliki kontraindikasi absolut OAINS, dapat diberikan opioid ringan. Jika fase nyeri akut pasien telah terlewati, lakukan pengurangan dosis secara bertahap 1. Intravena: antikonvulsan, ketamine, OAINS, opioid 2. Oral: antikonvulsan, antidepresan, _antihistamin, anxiolytic, kortikosteroid, anestesi lokal, OAINS, opioid, tramadol. 3. Rektal (supositoria): parasetamol, aspirin, opioid, fenotiazin 4. Topical: lidokain patch, EMLA anestesi lokal 7 Istilah: a. NSAID: non-steroidal anti-inflammatory drug b. SR :slow release © PRN: when required Berikut adalah algoritma pemberian opioid intermiten (pm) intravena untuk nyeri alcut, dengan syarat: 2 Hanya digunakan oleh staf yang telah mendapat instruksi ’. Tidak sesuai untuk pemberian analgesik secara rutin di ruang rawat inap biasa ©. Efek puncak dari dosis intravena dapat terjadi selama 15 menit sehingga semua pasien harus diobservasi dengan ketat selama fase ini. Algoritma Pemberian Opioid Intermiten Intravena untuk Nyer Aleut oe = tidak 7elesin at} am a 1. Saat doss telah diberikan,lakukan ‘Monitor setap 3 ment selama minimal 20 menit. 1. Gmnatan spit 10m 2. Ambil 10mg morfis sult dan 2 Tunggu hingga 30 menit dari pemberan dois rar sebelum engl ‘amps engin acl 9% 2. Dokter munis peru unk " Wings om ingel) imeresplan dost angan 9 Berta bel pd spk + [ Sisokan acl [Cara = Sore 1 Ganatan spat 10m 2 Amb 100mg petidin din tela ventana ‘campar dengan NaCl 0.9% hinge 10m (1Gmg/ml) erika ibe! pada spit dost aj Observasirutin, 3 ‘Sibrsodasi Oman? 1 Minta saran ke dakter senior J] 2 Tunda doris hingea shor cdl <2 dan ex ‘Kecepatan pernapacan > Kaliinenit. ya = 3. Perimtangkan nslokson IV (100ue) Pa | iene nid ‘Tekanan darah sistolik tidak 210nmige | —L_Mnnasaan | 1. Sika skor meri 7-10: berkan 2d 2. Ha skor meri 4-6: berikan 1m 2. Tika shor nyeri 7-10: berikan Sat 2. Sika shor nyeri 446: berikan 2 ml . Follow-up atau asesmen ulang a. Asesmen ulang sebaiknya dilakukan dengan interval yang teratur. ‘b. Panduan umum: i. Pemberian parenteral: 30 menit ii, Pemberian oral: 60 menit iii, Intervensi non-farmakologi: 30-60 menit. q a " 1, Berikan informasi mengenai kondisi dan penyakit pasien, sertatatalaksananya a 2, Diskusikan tujuan dari manajemen nyeri dan manfaatnya untuk pasien 3, Beritahukan bahwa pasien dapat mengubungi tim medis jika memiliki pertanyaan a ‘atau ingin berkonsultasi mengenai kondisinya. 4, Pasien dan keluarga ikut dilibatkan dalam menyusun manajemen nyeri (termasuk a penjadwalan medikasi, pemilihan analgesik, dan jadwal kontsol) . Kepatuhan pasien dalam menjalani manajemen nyeri dengan baik a 3. Medikasi saat pasien pulang ‘a. Pasien dipulangkan segera setelah nyeri dapat teratasi dan dapat beraktivitas seperti Z biasa atau normal. Pemilihan medikasi analgesik bergantung pada kondisi pasien. : pemeriksaan fisik ‘Asesmen nyeri = ” Apakah etiologi nyeri Prioritas utama: identif bersifiat reversiber? dan atasi etiologi nye tidak ¥ Lihat manajemen nyeri Apakah erlang > me Koni pat re tctmernn> 6) 2 Pertimbangkan untk merujuk ke spesialis yang sesuai peers Pencegahan Fadukasi pasien Terapi farmakologi Konsultasi Gika perl) Prosedar pembedshan Non-farmakologi tidak ¥ Mekanisme anyeri sesuai ? Analgesik adckuat? ya ‘isiklik (amitriptilin) 2. Manajemen N a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik (Karakteristik nyeri, riwayat manajemen ess sebelumnya) b. Pemeriksaan peaunjang : radiologi | . Penilaian fungsional: 1. Nilai aktivitas hidup dasar (ADL), identifikasi kecacatan atau disabilitas 2, Buatlah tujuen fungsional spesifik dan rencana perawatan pasien. 3, Nilai efektifitas rencana perawatan dan manajemen pengobatan. 2. ‘Tentukan mekanisme nyeri: ‘a. Mansjemen bergantung pada jenis atau Klasifikasi nyerinya 'b. Pasien sering mengalami > 1 jenis nyeri. cc, Terbagi menjadi 4 jenis: 1, Nyeri neuropatik: ‘a. Disebabkan oleh kerusakan atau disfungsi sistem somatosensorik. b. Contoh: neuropati DM, neuralgia trigeminal, neuralgia pasca-herpetik. cc. Karokteristik: nyesi persisten, rasa terbakar, terdapat penjalaran nyeri sesuai I | dengan persarafannya, baal, kesemutan, alodinia. 4. Fibromyalgia: gatal, kaku, dan nyeri yang difus pada musculoskeletal (bahu, ekstremitas), nyeri berlangsung, selama > 3 bulan. 2, Nyeri otot: tersering adalah nyeri miofasial a. mengenai otot ieher, baiu, lengan, punggung bawah, panggul, dan ekstremitas bawah. b. Nyeti dirasakan skibat disfungsi pada Wlebih jenis otot, berakibat ‘Terdapat riwayat cedera atau luka. c. Tatalaksana: manajemen proses inflamasi dengan antibiotik atau antirematik, OAINS, kortikosteroid. 4, Nyeri mekanis atau kompresi: a. Diperberat dengan alivitas, dan nyeri berkurang dengan istirahat. b. Contoh: nyeri punggung dan leher (berkaitan dengan strain atau sprain ligament atau otot), degenerasi diskus, osteoporosis, dengan fraktur Kompresi, fraktur. ¢. Merupakan nyeri nosiseptif d. Tatalaksana: beberapa memerlukan dekompresi atau stabilisast. 5. Nyeri kronik: nyeri yang persisten atau berlangsung > 6 ming 6. Penilaian lainnya: a. Penilaion psikologi: nilai apakah pasien mempunysi masala psikiats (depresi, cemas, riwayat penyalahgunaan obat-obatan, riwayat penganiayaan secara seksual/isik verbal, eangeuan tidur) b. Masalah pekerjaan dan disabilitas Fektor yang mempengarubi: 1. Kebiaszan akan postur Icher dan kepala yang buruk. 2. Penyakit lain yang memperburuk atau memicu nyen kronik pasien. d. Hambatan terhadap tatalaksana: }. Hambatan komunikasi atau bahasa. 2. Faktor financial. 3. Rendahnya motivasi dan jarak yang jauh terhadap fasilitas fungsi f 3. Dokter dapat mempertimbangkan pendekatan perilalas kognitif restorasi fangsi untuk membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi : a. Beritahukan kepada pasien bahwa nyeri kronik adalah masalah yang rumit dan kompleks. Tatalaksana sering ~mencakup ‘manajemen stress, latihan fisik, terapi relaksasi, dan sebagainya b. Beritahukan pasien bahwa focus dokter adalah manajemen nyerinya ¢. Ajaklah pasien untuk berpartisipasi aktif dalam manajemen nyeri d. Berikan medikasi nyeri yang teratur dan terkontrol e. Jadwalkan control pasien secara rutin, jangan biarkan penjadwalan ‘untuk contro! dipengaruhi oleh peningkatan level nyeri pasien ££ Bekerjasama dengan keluarga untuk memberikan dukungan ‘kepada pasien g. Bantulah pasien agar dapat kembali bekerja secara bertahap hh. Atasi keengganan pasien untuk bergerak karena takut nyeri 4, Manajemen psikososial (atasi depresi, kecemasan, ketakutan pasien) a. Manajemen level 1; menggunakan pendekatan standar dalam penatalaksanaan nyeri kronik termasuk farmakologi, intervenst, non-farmakologi, dan tetapi pelengkap atau tambahan. 1. Nyeri Neuropatik a. Atasi penyebab yang mendasari timbulnya nyeri: 1. Kontrol gula darah pada pasien DM. 2, Pembedahan, kemoterapi, radioterapi untuk pasien ‘tumor dengan kompresi saraf. 2 3. Kontrol infeksi (antibiotik) |. OAINS, kortikosteroid, opioid. Anestesi regional: blok simpatik, blok epidural atau intratekal, infu epidural atau intratekcal. Terapi berbasis-stimulasi: akupuntur, stimulasi spinal, pijat. Rehabilitasi fisik: bidai, manipulasi, alat bantu, latihan mobilisasi, metode ergonomik. Terapi lainnya: hypnosis, terapi relaksasi (mengurangi tegangan otot dan toleransi terhadap nyeri), terapi perilaku kognitif (mengurangi perasean terancam atau tidak nyaman karena nyeri kronis). 2. Nyeri otot 2 Lakukan skrining terhadap patologi medis yang. serius, faktor psikososial yang dapat menghambat pemulihan Berikan program latihan secara bertahap, dimulai dari latihan dasar /awal dan ditingkatkan secara bertahap. Rehabilitasi fisik: a. Fitness: angket beban bertahap, kardiovaskular, b. Mekanik cc. Pijat, terapi akuatik a. Stress atau depresi . oe 1. Kontrol dan atasi penyebabnya 2. Obat anti-inflamasi utama: OAINS, kortikosteroid 4. Nyeri mekanis atau kompresi 1. Penyebab yang sering: tumor atau kista yang menimbulkan kompresi pada struktur yang. sensitif dengan nyeri, dislokasi, fraktur. 2. Penanganan efektif: dekompresi dengan pembedahan atau stabilisasi, bidai, alat bantu. 3. Medikamentosa kurang efektif Opioid dapat digunakan ‘untuk mengatasi nyeri saat terapi Jain diaplikasikan. b. Manajemen level | lainnya i, OAINS dapat digunakan untuk nyeri ringan-sedang atau nyeri non-neuropati. ii, Intervensi: injeksi spinal, blok saraf, stimulator spinal, infus intratekal, injeksiintra-sendi,injeksi epidural . Manajemen level 2 i. Meliputi rajukan ke tim multidisiplin dalam manajemen nyeri ‘dan rehabilitasinya atau pembedahan (sebagai ganti stimulator spinal atau infus intratekal) ii, Indikasi: pasien nyeri kronik yang gagal terapi konservatif atau Pasien dapat mengalami jenis nyeri dan faktor yang mempengaruhi yang beragam Nyeri otot yeti miofasial Nyerimekanis/kompresi Nyeri pungzung bawah 2 Nyerilener 3. Nyeri musculoskelent (tabu, sik) 4 Nyeri viseral ‘Bulahreecara dan ttapkan tujuan Refabiltas fs dengan tujeanfungsional Manajemen psikososial dengan ujuanfangsional sind Ae] oe ee aera Lea “Manajemen level 1: Nyer ‘Manajemen level 1 ‘Manajemea level ‘Mamajemen Hevel 1: mmekanis/komprest J “Manajemen level lainaya Pelonghap stautambahan pencapaiantyjuan dan meninjau wlang || manajemen level 1 ‘Manajemen level 2 Rujuk ke im interdisiplin, ata Rujuk ke kink khusus rmangjemen nyesi Prevalensi nyeri yang sering dialami oleh anak adalah: sakit kepala kronik, trauma, ssakit perut dan faktor psikologi Sistem nosiseptif pada anak dapat memberikan respons yang berbeda terhadap kerusakan jaringan yang sama atau sederajat. Neonatus lebih sensitifterhadap stimulus nyeri Penitaian nyeri menggunakan Neonatal Infant Pain Scale (NIPS untuk usia <1 tahun) dan (F) Face; (1) Legs: (A) Activity: (C) Cry; (C) Consolability (FLACC untuk usia 1 ~ 3 tahun) Berikut adalah algoritma manajemen nyeri mendasar pada pediatrik: Algoritma Manajemen Nyeri Mendasar Pada Pediatrik 1._Penilaian nyeri pada anak 1. Nilai karakteristik nyeri 2. Lakukan pemeriksaan medis dan penunjang yang sesuai 3. Evaluasi kemungkinan adanya keterlibatan mekanisme nosiseptif dan neuropatik 4. Kajilah faktor yang mempengaruhi nyeri pada anak ¥ 2. Diagnosis penyebab primer dan sckunder 1, Komponen nosiseptif dan neuropatik yang ada saat ini 2. Kumpulkan gejala-gejala fisik yang ada 3. Pikirkan faktor emosional, kognitif, dan perilaku 4 ‘By the ladder’: pemberian analgesic secara bertahap sesuai dengan level nyeri anak (ringan, sedang, berat). 1. Awalnya, berikan analgesik ringan-sedang (level 1). 2. Jika nyeri menctap dengan pemberian analgesik level 1, naiklah ke level 2 (pemberian analgesik yang lebih poten). 3. Pada pasien yang mendapat terapi opioid, pemberian parasetamol tetap diaplikasikan sebagai analgesik adjuvant. 4, Analgesik adamant ‘Menupakan obat yang memiliki indikasi primer bukan untuk nyen tetapi dapat berefek analgesik dalam kondisi tertentu 1, Pada anak dengan nyeri neuropatik, dapat diberikan analgesik adjuvant sebagai level 1 2. Analgesik adjuvant ini lebih spesifik dan efektif untuk mengatasi nyen neuropatik, 3, Kategori: a. Analgesik multi-tujuan: antidepressant, agonis adrenergic alfa-2, kortikosteroid, anestesi topical. 'b, Analgesik untuk nyeri neuropatik: antidepressant, antikonvulsan, agonis GABA, anestesi oral-lokal ©. Analgesik untuk nyeri musculoskeletal: relaksan —otct, benzodiazepine, inhibitor osteoklas, radiofarmaka . “By the clock’: mengacu pada waktu pemberian analgesik. Pemberian haruslah teratur, misalnya: setiap 4-6 jam (disesuaikan dengan masa kerja obat dan derajat keparahan nyeri pasien), tidak boleh pm (jika diprediksi. ‘c. ‘By the child’: mengacu pada peemberian analgesik yang sesuai dengan ii ee ee , Obat harus diberikan melalui jalur yang paling sederhana, tidak invasive, dan efektif, biasanya per oral. b. Karena pasien takut dengan jarum suntik, pasien dapat menyangkal bahwa mereka mengalami nyeri atau tidak memerlukan pengobatan. © Untuk mendapatkan efek analgesik yang cepat dan langsung, pemberian parenteral terkadang merupakan jalur yang paling efisien. 4. Opioid kurang poten jika diberikan per oral ©. Scbisa mungkin jangan memberikan obat via intramuscular karena nyeri dan absorbsi obat tidak dapat diandalkan. £ Infus Kontinu memiliki keuntungan yang lebih dibandingkan IM, [V, dan subkutan intermiten, yaitu: tidak nyeri,-mencegah _terjadinya Penundaarlambatan pemberian obat, memberikan control nyeri yang kontinu pada anak. Indikas:: pasien nyeri di mana pemberian per oral dan opioid parenteral intermiten tidak memberikan hasil yang memuaskan, adanya muntah hhebat (tidak dapat memberikan obat per oral). ©. Analgesik dan anestesi regional: epidural atau spinal @ Songat berguna untuk anak dengan nyeri kanker stadium lanjut yang sulit diatasi dengan terapi konservatif. b, Harus dipantau dengan baik ¢. Berikan edukasi dan pelatihan kepada staf, ketersediaan segera obat- Vital atau skor nyeri. £ Manajemen nyeri kronikc: biasanya memiliki penyebab multipel, dapat melibatkan komponen nosiseptif dan neuropatik. TT 7 === PEPPERS [Ger Keterangan | Parasetamot | 10-1SmgkeBB. ‘oral, setiap | Efek antiinflamasi kecil, efek gastrointestinal | 4-6 jam dan hematologi minimal ames ‘S-10mg/kgisB oral, setiap | Efek antiinflamasi. Hatichati pada pasien | | eau dengan gsngeuan heparenal,rwayat | | Perdarahan gastrointestinal atau hipertensi, [Naproksen | 10-20mg/keBByhari oral, | Efek antiinflamas’ Wati-hati pada pasien terbagi dalam 2 dosis dengan disfungsi renal. Dosis maksimal Ighhari, Diklofenak | Img/xgBB oral, setiap 8- | Efek antiinflamasi, Efek ‘samping sama 12jam dengan ibuprofen dan naproksea. Dosis maksimal S0mg/kali. ‘h. Panduan penggunaan opioid pada anak: 4 Pilih rute yang paling sesuai. Untuk pemberian jangka panjang, pilihlah Jalur oral. >, Pada penegunaaa infis kontinu IV, sediakan obat opioid Kena singkat dengan dosis $0%-200% dari dosis infus perjam kontina pr. © Jka diperiulan >6 kali opioid kerja singkat pm dalam 24 jam, naikkan esis infus TV perjam kontinu sejumlah: total dosis opioid pm yang Aiberikan datm 24 jam dibagi 24. Altematif lninnya adalah dengan ‘menaikkan kecepatan infus sebesar 50%. 4. Pilih opioid yang sesuai dan dosisnya, © Tika ef analgesik tidak adekuat dan tidak ada toksistas, tngkatkan smorfin orl (0,6 mgkgBB/tri), opioid dapat dientkan. 2 Mependin tidak boleh digunakan untuk jangka lama karena dapat terakumulasi dan menimbulkan mioklonus, hiperrefleks, dan kejang- i. Terapialternatif tambahan: 1. Konseling b.-Manipulas! hiropract ¢. Herbal 4, Manajemen Nyeri Pada Kelompok Usia Lanjut (Geriatri) a Lanjut usia(lansia) didefinisikan schagai orang ~ orang yang berusia > 65 tahun. b. Pada lansia, prevalensi nyeri dapat meningkat hingen dua_kali_lipatnya dibandingkan dewasa muda 2 Peayakit yang sering menysbabkan nyeri pada lansia adalah artritis, kanker, Gee neuralgia trigeminal, neuralgia pasca-herpetik, reumatika polimialgia, dan penyakit degenerative. 4. Lokasi_yang sering mengalami nyeri: sendi tama atau penyangga twubuh, ‘punggung, tungkai bawah, dan kaki . Alasan seringnya terjadi manajemen nyeri yang buruk adalah £ Kurangnya pelatihan untuk dokter mengenai manajemen nyeri pada geriatric. '& Asesmen nyeri yang tidak adekuat +h. Keengganan dokter untuk meresepkan opioid 'S. Intervensi farmakologi (tekankan pada keamanan pasien) -anitriptilin, ansiolitik. 2) Opioid: i. risiko adiksi rendah jika digunakan untuk nyeri akut Gjangka pendek). li, ‘Hidrasi yang cukup dan konsumsi serat atau bulking agent untuk mencegah SE EEEEEEEED DEES _ T= =e 8 Pl 2 iv, Dosis rutin dan teratur pemberian intermiten \v- Mulailah dengan desis ronda, alu naikkan pecahan. vi_ Jka efek analgesik masih kurang edekuat, dapat menaikkan opioid sebesar SO- 100% dari dosi semula 3) Analgesik adjuvant 1. OAINS dan amfetamin; meningkatkan toleransi opioid dan resolusi nyeri ti. Nortriptili, Klonazepam, karbamazepin, fenitoin, gabapentin, tramadol, mexiletne: efekti untuk nyeri neuropatik iii Anikonvulsen: untuk neuralgia trigeminal Gabapentin: neuralgia pascatherpetik 1-3 x 100 mg sehari dan dapat dlitingkatkan menjadi 300 mg/hari Risiko efek samping OAINS meningkat pada lansia, Insidens perdarahan fsirointestinal meningkat hampir dua kali lipat pada pasien > 65 tahun Semua fase fammakokinetik dipengaruhi oleh penuaan, termasuk absorbsi, distribusi, imetabolisme, dan eliminasi Pasien Jansia cenderang memerlukan pengurangan dosis analgesik. Absorbs sering tidak teratur karena adanya penundaan waktu transit atau sindrom malabsorbsi Ambang batas nyeri sedikit meningkat pada lansia, 10, Lebih disarankan mengeunakan obat dengan waktu paruh yang lebih singkat 11. Lakukan monitor ketat jika mengubsh atau meningkatkan dosis pengobatan. 12, Efek samping penggunaan opioid yang paling sering dialami: konstipasi. 13. Penyebab tersering timbulnya efek samping obst: polifarmasi (misalnya pasien -mengkonsumsi analgesik, antidepressant, dan sedasi secara rutin harian.) 1M. Prinsip dasarterapi frmakologi: mulailah dengan dosis rendah, lalu naikkan perlahan 115, Nyeri yang tidak dikontrol dengan baik dapat mengakibatkan: 4 Penurunan atau keterbatasan mobilitas. Pada akhirnya dapat mengarah ke depresi ‘Karena pasien frustasi dengan keterbatasan mobilitasnya dan menurunaya

Anda mungkin juga menyukai