Anda di halaman 1dari 4

PRAKTIKUM PEMETAAN TOPOGRAFI DAN SURVEI TOPONIMI [GKP 0107]

Judul Acara Penamaan Objek Geografi dan Standar Penaman Objek


Geografis di Indonesia
Nama Ariani Puji Astuti Nilai Total Laporan :
NIM 14/365019/GE/07771
Kelompok Praktikum Selasa, 15.00-17.00
Asisten 1. Vina Idamatussilmy
2. Ayuni Nur Fitriani
Komponen Penilaian Laporan dikumpulkan pada
A : Pretest A: Tanggal : Jam :
B : Kegiatan Praktikum B: Praktikan Asisten
C : Laporan Praktikum C:
D : Tugas D:
(Ariani Puji Astuti) ( )

TUJUAN
1. Mengetahui prinsip panamaan objek-objek geografi.
2. Mengenali penamaan objek-objek geografi berdasarkan generic name dan specific name-
nya.
3. Mengenali standar penamaan objek geografis di Indonesia.
4. Mengaplikasikan prosedur penamaan objek geografis di Indonesia sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
5. Mengevaluasi penulisan toponimi di Indonesia berdasarkan standar tersebut.
Nilai

MEDIA PEMBELAJARAN
1. Peta provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
2. Tabel isian evaluasi toponimi
3. Alat tulis
Nilai

LANGKAH KERJA

Peta provinsi Nanggroe Aceh Tabel isian evaluasi


Darussalam Alat tulis toponimi

Membuat garis kontur dari peta titik


Membuat contoh perhitungan
tinggi dengan Ci 12,5; 25; 50; dan
Kartografi Fakultas Geografi UGM 2016| Halaman 1 dari
interpolasi
Laboratorium
kombinasi 25 dan 50 m
4
PRAKTIKUM PEMETAAN TOPOGRAFI DAN SURVEI TOPONIMI [GKP 0107]

Contoh Melayout peta


perhitungan
interpolasi

Peta Peta kontur Peta kontur Peta kontur


kontur dengan Ci dengan Ci interval 25
dengan Ci 25 m 50 m dan 50 m
12,5 m

Nilai

HASIL PEMBELAJARAN
Hasil praktikum terlampir berupa:
1. Contoh perhitungan interpolasi
2. Peta kontur dengan Ci 12,5 m
3. Peta kontur dengan Ci 25 m
4. Peta kontur dengan Ci 50 m
5. Peta kontur dengan Ci 25 m dan 50 m
Nilai

PEMBAHASAN
Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang
tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Ketinggian suatu tempat dapat dihubungkan
dengan metode interpolasi yang menghasilkan garis kontur. Garis kontur merupakan garis
imajiner yang menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian yang sama di atas atau di
bawah bidang datum di muka bumi (Campbell, 1998). Garis kontur dipilih karena dapat
memberikan informasi secara relatif maupun absolut. Informasi secara relatif dapat diketahui
pada kerapatan garis kontur, dimana untuk daerah terjal dengan beda tingginya yang besar
kerapatan garis konturnya rapat, sebaliknya daerah yang landai diperlihatkan dengan kontur
yang memiliki kerapatan lebih renggang. Sedangkan, informasi secara absolut dapat diketahui
dengan cara menuliskan nilai kontur pada kontur indeks yang biasanya direpresentasikan
dengan garis yang tebal. Selain kontur indeks, terdapat pula kontur antara dan kontur bantu

Laboratorium Kartografi Fakultas Geografi UGM 2016| Halaman 2 dari


4
PRAKTIKUM PEMETAAN TOPOGRAFI DAN SURVEI TOPONIMI [GKP 0107]

yang juga memiliki nilai absolut.


Terdapat keterkaitan antara kontur dengan peta, dimana peta skala kecil
menggunakan kontur interval yang semakin besar sehingga kenampakan yang ditampilkan
tidak detail karena jarak antar kontur makin renggang yang menjadikan detail garis kontur
berkurang. Berbeda dengan peta skala besar yang memiliki kontur interval yang rapat
sehingga detail topografi semakin tinggi. Selain skala peta, penggunaan kontur interval harus
memperhatikan luas wilayah yang akan dipetakan, tujuan pembuatan peta (untuk survei detil
atau tidak), serta bentuk wilayahnya (apakah terdapat kontras beda tinggi atau tidak).
Pembuatan peta kontur perlu memperhatikan interval kontur, yaitu jarak antar garis kontur
yang dibuat. Pembuatan peta kontur dapat dilakukan secara digital, yaitu menggunakan
perangkat lunak ArcGIS. Pembuatan peta kontur yang dilakukan menggunakan interval kontur
12,5 m, 25 m, 50 m dan kombinasi antara 12,5 m dan 25 m. Teknik pembuatan garis kontur
menggunakan interpolasi antar titik ketinggian yang telah diketahui sehingga membantu
dalam interval kontur. Penyajian interval kontur menurut Sinaga (1998) dengan rumus Ci=
1/2000 x penyebut skala sehingga dalam batas ketelitian teknis tertentu, kerapatan titik detil
ditentukan oleh skala peta. Namun, rumus tersebut bukan aturan baku dalam penentuan
interval kontur dimana pembuatan interval kontur yang berbeda bergantung pada tujuan
penggunaan peta dan kondisi lapangan sehingga dalam hal ini rumus Ci tidak dapat selalu
diterapkan.
Peta kontur yang pertama adalah peta kontur dengan Ci 12,5 m. Peta kontur ini
kurang cocok karena terdapat banyak overcrowding atau antar garis kontur sangat rapat
bahkan dapat bertampalan di daerah yang terjal. Menurut sinaga (1998) untuk
menggambarkan relief pada peta kontur skala 1:30.000 memiliki interval yang sesuai 15 m.
Sedangkan Ci 12,5 m ini cocok digunakan untuk wilayah yang relatif landai agar
overcrowding dapat dihindari. Namun, interval kontur 12,5 m ini terlihat jelas reliefnya pada
daerah relatif datar.
Peta selanjutnya adalah peta kontur dengan interval kontur 25 m dan interval
kontur 25 m. Peta dengan Ci 25 m ini terlihat lebih rapi daripada peta kontur dengan Ci 12,5
m. Meskipun kedetailan informasi reliefnya tidak sedetail Ci 12,5 meter, namun masih dapat
merepresentasikan relief wilayah kajian dengan baik. Selain itu, daerah yang landai juga
masih dapat terepresentasikan reliefnya. Kemudian, pada peta kontur dengan interval kontur
50 m tidak terjadi overcrowding. Namun, peta kontur dengan Ci 50 meter tidak dapat
merepresentasikan area kajian dengan baik karena jarak antar nilai konturnya yang jauh,
terutama pada area landai. Relief area landai tidak dapat terepresentasikan dengan baik.
Kontur seperti ini kurang baik karena kontur sebisa mungkin dapat menampilkan relief yang
Laboratorium Kartografi Fakultas Geografi UGM 2016| Halaman 3 dari
4
PRAKTIKUM PEMETAAN TOPOGRAFI DAN SURVEI TOPONIMI [GKP 0107]

sesuai dengan kenampakan aslinya. Hasil pengamatan peta kontur dengan Ci 50 meter dapat
dilihat bahwa daerah bagian timur banyak mengalami kekosongan sehingga terlihat memiliki
relief yang datar sedangkan pada bagian barat tidak telihat relief yang sebenarnya, yaitu terjal.
Daerah kajian pada perbukitan Menoreh ini memiliki perbedaan relief yang nyata,
dimana pada bagian baratnya memiliki relief yang terjal, sedangkan bagian timur memiliki
relief datar. Oleh karena itu, dapat digunakan kombinasi dua interval kontur. Secara teknik
untuk tujuan tertentu, dua interval kontur dapat digunakan dalam satu peta. Tujuan dari
menggabungkan dua interval kontur adalah untuk menyeimbangkan antara kontur yang landai
dan kontur yang terjal karena apabila hanya satu interval kontur yang digunakan seperti 25
meter dan 50 meter saja, maka pada bagian timur memiliki garis kontur yang sedikit sehingga
perbedaan ketinggiannya kurang terlihat.
Nilai

KESIMPULAN
1. Variabel relief dalam bentuk peta dapat disajikan menggunakan garis kontur yang
menghubungakan ketinggian yang sama.
2. Penentuan kontur interval harus memperhatikan luas wilayah yang akan dipetakan, skala
peta yang akan dibuat, tujuan pembuatan peta, serta bentuk wilayahnya.
3. Garis kontur dapat merepresentasikan relief muka bumi, dimana semakin rapat garis
kontur, maka relief wilayah semakin terjal, dan sebaliknya.
Nilai

DAFTAR PUSTAKA
Sinaga, Maruli. 1998. Pemetaan Topografi (Topographic Mapping). Yogyakarta: Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Nilai

Laboratorium Kartografi Fakultas Geografi UGM 2016| Halaman 4 dari


4

Anda mungkin juga menyukai