Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia

Penerapan Model Pembelajaran Langsung


(MPL) dengan Multimedia untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Kimia Siswa
Kelas XI IPA SMAN 9 Kendari pada Materi
Larutan Penyangga

[implementation of direct instruction model (mpl) with


multimedia to improve student learning outcomes on buffers
topic of chemistry subject in class XI IPA SMAN 9 Kendari]

Putri Dwi Humaeraha , Arniah Dalia, Maysaraa


a
Jurusan PKimia FKIP Universitas Halu Oleo, Kendari

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perbandingan hasil belajar siswa,
keefektifan pembelajaran serta respon siswa antara kelas yang pembelajarannya menggunakan
MPL dan multimedia dengan MPL tanpa multimedia pada materi larutan penyangga.Sampel dari
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA4 (N1=30) dan XI IPA3 (N2=33) di SMAN 9 Kendari.
Metode penelitian yang digunakan yaitu Quasi Eksperiment Design dengan Nonequivalent Control
Grup Design. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan: (1) pada kelas kontrol XI IPA 4
untuk rata-rata nilai posttest mencapai 62.00, sedangkan pada kelas eksperimen XI IPA3 untuk
rata-rata nilai posttest mencapai 79.85; (2) NGain siswa setelah pembelajaran dengan MPL tanpa
Multimedia sebesar 0,48 (kategori sedang) lebih rendah dibandingkan Ngain pembelajaran
menggunakan MPL dan multimedia sebesar 0,72 (kategori tinggi); (3) respon siswa untuk kelas
kontrol sebesar 75.1% lebih rendah dari pada respon siswa pada kelas eksperimen sebesar 81.7%.

Kata kunci: multimedia pembelajaran, model pembelajaran langsung, larutan penyangga

Abstract
The purpose of this research is to determine how the comparison of student learning outcomes, the
effectiveness of learning and student responses on buffers topic between the class which learn
using MPL with Multimedia and the class which learn using MPL without Multimedia. The
sample of this research are students in class XI IPA4 (N1=30) and XI IPA3 (N2=33) of SMAN 9
Kendari. The method used in this research is Quasi Experiment Design with Nonequivalent
Control Group Design. Based on the analysis of the result data, we concluded: (1) the control
class, XI IPA4, reached posttest average value of 62.00, whereas the experimental class, XI IPA 3,
reached posttest average value of 79.85; (2) the N-Gain with learning using MPL without
Multimedia of 0.48 (medium category) is lower than learning using MPL with Multimedia of 0.72
(high category); (3) the responses of students in the control class of 75.1% is lower than the
experimental class of 81.7%.


Putri Dwi Humaerah, Hp.: 085298278709
Email: putrihumaerah@gmail.com
Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia

Keywords: Multimedia learning, direct instruction model, buffers

1. Pendahuluan pada materi larutan penyangga juga

Materi larutan penyangga kurang. Kegiatan belajar hanya

merupakan salah satu materi ilmu didominasi oleh siswa-siswa tertentu

kimia yang menuntut siswa dapat yang biasa diharapkan oleh siswa

menguasai konsep kimia dan lain untuk bertanya ataupun

aplikasinya dalam perhitungan menjawab pertanyaan.

kimia. Dalam memahami konsep Cara belajar siswa diduga

larutan penyangga, siswa harus adalah salah satu penyebab berbagai

paham terlebih dahulu tentang masalah diatas. Dimana keaktifan

konsep kesetimbangan reaksi, mol seluruh siswa dalam tahap proses

dan asam basa. Apabila kurang pengalaman belajar sangat

menguasai konsep, siswa akan diperlukan untuk membentuk

kesulitan dalam menyelesaikan soal- pemahaman pada siswa. Keaktifan

soal aplikasi dari konsep larutan dapat ditunjukkan dengan adanya

penyangga (Vitria et al, 2014). interaksi di dalam kelas. Peran guru

Hasil observasi awal berupa dalam proses belajar sangat penting,

wawancara dengan guru mata baik dalam memilih model

pelajaran Kimia di SMAN 9 pembelajaran maupun merancang

Kendari, menunjukkan bahwa proses jalannya proses interaksi dalam

belajar tidak berlangsung secara belajar untuk membimbing siswa

efektif karena kemauan dan kesiapan berpartisipasi secara aktif di dalam

siswa untuk belajar kimia khususnya mengembangkan pengetahuan baru


Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia

melalui pengalaman belajar dalam belajar, serta (4) Pertanyaan

(Rusman, 2012). yang digunakan harus sesuai dengan

Guru kimia di SMAN 9 tingkat kemampuan siswa.

Kendari pada umumnya MPL merupakan model

menggunakan Model Pembelajaran pembelajaran yang umum digunakan

Langsung (MPL) yang dipadukan di sekolah-sekolah. Penerapannya

dengan berbagai metode seperti dapat dipadukan dengan berbagai

metode ceramah yang sering metode dan pendekatan

dianggap membosankan, metode pembelajaran. Selain itu, model ini

diskusi dan tanya jawab yang dinilai dianggap efektif untuk membangun

kurang menarik perhatian siswa serta pengetahuan siswa secara bertahap

penyajiannya memerlukan waktu sesuai jenjang kemampuannya

yang banyak. melalui sintaks yang efisien serta

Slavin (dalam Moalosi, 2013) kontrol oleh guru yang sangat besar

menyebutkan ada empat karakteristik didalamnya. Namun dalam

dari MPL, diataranya (1) Guru pelaksanaannya guru hanya

mengatur dan menginstruksikan apa menjelaskan materi, memberi tugas

yang akan dipelajari oleh siswa, (2) tanpa dukungan media yang

Adanya perbaikan keterampilan dan memadai serta kurang

konsep dari yang telah dipelajari memperhitungkan masalah aktivitas

sebelumnya, (3) Guru harus siswa dalam pembelajaran.

menghadirkan informasi baru beserta Pembelajaran kimia menuntut

contohya untuk membantu siswa partisipasi aktif dari para siswa,


Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia

Karenanya pengalaman belajar dan yang dapat menyampaikan atau

berpikir siswa harus berkembang menyalurkan pesan dari suatu

selama proses belajar (Ustad, 2012). sumber secara terencana, sehingga

Variasi yang minim dalam terjadi lingkungan belajar yang

pembelajaran serta pelaksanaan kondusif dimana penerimanya dapat

model pembelajaran yang dipilih melakukan proses belajar secara

kurang dikemas secara baik akan efisien dan efektif. Menurut Haryadi

berdampak pada hasil belajar siswa (dalam Inayati et al, 2012)

yang tidak maksimal karena pembelajaran dengan media Visual,

berkurangnya motivasi, peran dan Audio, dan Kinestetik (VAK)

aktivitas siswa selama proses belajar dipusatkan pada cara belajar siswa

(Apriani et al, 2012). Karena itu, dengan langkah yang sistematis yaitu

guru harus kreatif untuk memotivasi belajar melalui melihat sesuatu,

siswa agar aktif sesuai dengan gaya belajar melalui mendengar sesuatu,

belajarnya. Salah satunya dengan dan belajar melalui aktivitas fisik dan

menyediakan media pembelajaran keterlibatan langsung. Pada

yang bervariasi dan dapat penelitian yang dilakukan

mengoptimalkan hasil belajar siswa. Gilakjani (2011) menunjukkan

Asyhar (2012) mengungkapkan bahwa 50% siswa menggunakan

media pembelajaran berperan untuk gaya belajar visual, 35% siswa

menyampaikan pesan pembelajaran. menggunakan gaya belajar auditori,

Jadi, media pembelajaran dapat dan 15% siswa menggunakan gaya

dipahami sebagai segala sesuatu belajar kinestetik. Penelitian Felton


Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia

et al (2001) mengenai perbandingan dengan menggunakan Nonequivalent

pengajaran berbasis media dan Control Group Design.

pengajaran konvensional Eksperimen O1 X Q1


Kontrol O2 - Q2
menunjukkan penggunaan media
Keterangan :
dalam proses pembelajaran secara O : pretest (tes awal)
Q2 : posttest (tes akhir)
signifikan mampu meningkatkan X : Perlakuan (treatment) berupa
pembelajaran menggunakan
pencapaian hasil belajar hingga MPL dan Multimedia.

92,7%. MPL yang diterapkan dengan Penelitian ini menggunakan

bantuan multimedia membuat proses instrumen soal pretest dan posttest

belajar akan berlangsung secara yang berupa soal objektif (pilihan

efektif dan efisien. ganda), Lembar Observasi Aktivitas

2. Metodologi Siswa (LOAS), Lembar Observasi

Penelitian dilakukan di SMAN Aktivitas Guru (LOAG) dan angket

9 Kendari pada siswa kelas XI IPA respon siswa. selanjutnya data dari

dan dilaksanakan pada semester instrumen dianalisis deskriptif untuk

genap Tahun Ajaran 2015/2016. menentukan nilai hasil belajar,

Sampel penelitian dipilih dengan persen keterlaksanaan pembelajaran,

teknik purposive sampling, yaitu N-Gain hasil belajar dan persen

kelas XI IPA3 sebagai kelas respon siswa serta dianalisis

eksperimen dan XI IPA4 sebagai inferensial menggunakan uji-t.

kelas kontrol. Desain pada penelitian

ini berdasarkan Sugiyono (2014)

adalah Quasi Experimental Design


Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia

3. Hasil dan Pembahasan pengamatan pada aktivitas siswa,

3.1. Aktivitas Belajar Siswa dan Tabel 2 menunjukkan persentase


Mengajar Guru
aktivitas guru juga telah berada pada
Data aktivitas belajar siswa dan
kriteria Baik, dengan rata-rata persen
mengajar guru yang disajikan dalam
aktivitas guru kelas kontrol yaitu
Tabel 1 menunjukkan bahwa
83.93% dan untuk kelas ekperimen
persentase rata-rata pada setiap
yaitu 84.82%. Berdasarkan data
pertemuan relatif meningkat dan
tersebut dapat disimpulkan bahwa
telah berada pada kriteria Baik
pembelajaran telah terlaksana sesuai
(>75%) dengan rata-rata persentase
dengan tahapan yang seharusnya dan
untuk aktivitas siswa kelas kontrol
siswa sudah aktif dalam proses
yaitu 86.46% dan kelas eksperimen
pembelajaran.
yaitu 88.54%. Sejalan dengan hasil

Tabel 1. Aktivitas belajar siswa


Persentase Aktivitas Tiap Pertemuan
Siswa
I II III IV
Kelas Kontrol 83.33% 83.33% 87.50% 91.57%
Kelas Eksperimen 87.50% 100% 83.33% 83.33%

Tabel 2. Aktivitas mengajar guru


Persentase Akrivitas Tiap Pertemuan (%)
Guru
I II III IV
Kelas Kontrol 82.14% 82.14% 85.71% 85.67%
Kelas Eksperimen 78.57% 85.71% 89.33% 85.67%
Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia

3.2. Hasil Belajar Siswa pada pretest dan menjawab salah

3.2.1. Nilai Rata-rata Hasil Belajar pada posttest, hal ini menunjukkan
Siswa
adanya siswa yang belum memahami
Hasil belajar siswa pada kelas
materi yang diberikan, terdapat juga
kontrol dan eksperimen disajikan
siswa yang hanya menebaknebak
dalam bentuk grafik (Gambar 1).
jawaban. Hal tersebut dimungkinkan
Dari nilai pretest tersebut diketahui
terjadi karena kelemahan soal pilihan
bahwa perbedaan pengetahuan awal
ganda yaitu: (1) lebih bersifat
siswa pada kedua kelas terhadap
bersifat tebak-tebakan; (2) tidak
materi larutan penyangga tidak jauh
dapat mengetahui proses atau
berbeda dan masih sangat rendah.
langkah-langkah siswa dalam
Hal ini menunjukkan bahwa
menyelesaikan soal; (3)
pengetahuan siswa mengenai materi
memungkinkan jawab spekulasi
larutan penyangga yang akan
(Hamzah, 2015).
dipelajari, masih sangat kurang
Data nilai posttest pada
karena tidak adanya persiapan dari
Gambar 1, menunjukkan bahwa rata-
siswa untuk belajar tentang materi
rata nilai posttest kelas eksperimen
larutan penyangga, meskipun telah
lebih besar daripada kelas kontrol
diinformasikan pada pertemuan
meskipun perbedaan nilai yang
sebelumnya.
didapatkan tidak terlalu jauh. Selisih
Setelah analisis hasil pretest
rata-rata nilai posttest antara kedua
dan posttest, ditemukan beberapa
kelas adalah sebesar 17.85.
siswa memberikan jawaban benar
Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia

Gambar 1. Hasil Belajar Siswa

3.2.2. Persentase Ketuntasan Belajar yang telah mencapai 87.9% dari

Nilai hasil belajar pada kedua seluruh jumlah siswa dalam kelas

kelas juga dikategorikan berdasarkan tersebut, menunjukkan bahwa

nilai KKM yaitu 74, yang datanya adanya pengaruh penerapan MPL

dapat dilihat pada Tabel 3. dan Multimedia terhadap ketuntasan

Persentase jumlah siswa dengan belajar siswa Kelas XI IPA3 pada

kriteria tuntas pada kelas eksperimen materi larutan penyangga.

Tabel 3. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa


Kontrol Ekperimen
Kriteria
f % f %
Tuntas 1 3.3 29 87.9
Tidak Tuntas 29 96.7 4 12.1

Rendahnya tingkat ketuntasan hasil analisis butir soal ditemukan

siswa pada kelas kontrol berbanding bahwa soal pada sub materi

terbalik dengan hasil pengamatan menghitung pH dan prinsip kerja

keterlaksanaan pembelajaran yang larutan penyangga, kurang dari

telah berada pada kategori baik. Dari setengah jumlah siswa pada kelas
Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia

kontrol yang dapat menjawab dengan multimedia dapat mempersingkat

benar. Hal ini disebabkan oleh waktu dalam penyampaian materi

pemahaman terhadap konsep dasar ajar pada kelas eksperimen sehingga

mol, asam-basa serta kemampuan waktu untuk soal latihan juga

perhitungan dan logaritma siswa semakin banyak. Sebaliknya pada

masih rendah. Karena itu diperlukan kelas kontrol, cara menyajikan

upaya agar dapat memaksimalkan materi dengan komunikasi satu arah

waktu belajar, salah satunya dengan kurang membuat siswa memahami

menggunakan multimedia. materi dengan baik dan dalam waktu

Penggunaan Multimedia pada singkat sehingga waktu untuk latihan

kelas eksperimen sangat membantu soal menjadi lebih sedikit. Hal

dalam mengefisiensikan waktu tersebut yang diidentifikasi sebagai

belajar, baik itu dalam penyajian penyebab lebih besarnya rata-rata

materi larutan penyangga maupun nilai posttest kelas eksperimen

pemberian latihan, interaksi dalam daripada rata-rata nilai posttest kelas

kelas juga lebih baik. Multimedia kontrol.

juga dapat membantu dalam 3.2.3. N-Gain Hasil Belajar Siswa

menyamakan persepsi guru dan Nilai N-Gain yang disajikan

siswa sehingga siswa lebih cepat pada Tabel 4, menunjukkan

memahami materi. Materi pada LKS efektivitas penerapan MPL dan

juga dapat menjadi bahan bacaan multimedia yang dilihat dari

tambahan siswa saat mengerjakan perbedaan peningkatan hasil belajar

tugas di rumah. Selain itu, pada kedua kelas.


Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia

Tabel 4. Persentase N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen


Kontrol Eksperimen
No. Interval Kategori
f (%) f (%)
1 g < 0,3 Rendah 3 10 0 0
2 0,3 g < 0,7 Sedang 26 86.67 15 45.45
3 g 0,7 Tinggi 1 3.33 18 54.55
N-Gain Total 0.48 0.72

Kelas eksperimen memiliki pada pernyataan tentang motivasi

persentase N-Gain yang lebih besar untuk belajar, proses tanya jawab

daripada kelas kontrol untuk kategori dalam kelas serta kegiatan latihan

sedang dan tinggi. Begitupula untuk menyelesaikan soal. Hal ini yang

rata-rata N-Gain kelas eksperimen dapat menyebabkan rendahnya hasil

lebih besar daripada kelas kontrol. posttest pada kelas tersebut karena

Perbedaan kategori N-Gain tersebut siswa masih kurang tertarik dengan

menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran menggunakan MPL

pembelajaran dengan MPL dan tanpa multimedia.

multimedia lebih efektif dalam Data respon siswa pada kelas

meningkatkan hasil belajar siswa eksperimen disajikan pada Gambar

pada materi larutan penyangga 3. Siswa pada kelas eksperimen

daripada pembelajaran dengan MPL memberikan respon sangat positif

tanpa multimedia. (>85) terhadap pernyataan bahwa

3.3. Respon Siswa multimedia dapat menjadi sumber

Data respon siswa kelas belajar, membuat materi lebih mudah

kontrol disajikan pada Gambar 2. dipahami serta dapat menambah

Siswa pada kelas kontrol motivasi. Selain itu, multimedia juga

memberikan respon kurang positif dapat membuat penyampaian materi


Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia

oleh guru menjadi lebih menarik dan multimedia telah berada pada

serta latihan soal pada LKS sangat kategori positif, meskipun persentase

membantu siswa dalam memahami respon pada kelas eksperimen lebih

materi larutan penyangga. tinggi daripada kelas kontrol yaitu

Penerimaan siswa terhadap masing-masing sebesar 81.7% dan

pembelajaran menggunakan MPL 75.1% .

Gambar 2. Respon Siswa Kelas Kontrol

Gambar 3. Respon Siswa Kelas Eksperimen

3.4. Analisis Inferensial (Uji-t) nilai hasil belajar siswa telah

Penelitian ini menggunakan terdistribusi normal dan homogen

rumus uji-t polled varian karena data (dengan uji normalitas Chi kuadrat
Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia

dan uji homogenitas F) dengan 4. Kesimpulan

peluang kesalahannya 5%. Dari hasil Berdasarkan hasil penelitian

perhitungan diperoleh bahwa thitung dan pembahasan maka dapat ditarik

(10,17) lebih besar daripada ttabel kesimpulan: (1) Rata-rata nilai hasil

(1,67 dengan dk = 61 dan = 5%) belajar siswa kelas eksperimen yaitu

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. 79.85, lebih besar dari pada kelas

Hal ini berarti bahwa rata-rata hasil kontrol yaitu 62.00, (2) Penerapan

belajar siswa yang pembelajarannya MPL dengan multimedia lebih

dengan MPL dan multimedia lebih efektif dalam meningkatkan hasil

besar dari pada dengan MPL tanpa belajar kimia siswa pada Materi

multimedia. Larutan Penyangga Kelas XI IPA

Hasil Uji-t N-Gain SMAN 9 Kendari. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai thitung ditunjukkan dengan nilai rata-rata N-

(8,48) lebih besar daripada ttabel (1,67 Gain pada kelas XI IPA3 yaitu 0.72

dengan dk = 61 dan = 5%) maka (kategori tinggi), lebih besar dari

H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini pada kelas XI IPA4 yaitu 0.48

berarti bahwa pembelajaran dengan (kategori sedang), (3) Respon siswa

menggunakan MPL dan multimedia Kelas XI IPA4 adalah positif dengan

lebih efektif dalam meningkatkan persentase penerimaan sebesar

hasil belajar siswa dalam ranah 75.1%, serta respon siswa Kelas XI

kognitif daripada pembelajaran IPA3 adalah positif dengan

dengan MPL tanpa multimedia. persentase penerimaan sebesar

81.7%.
Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia

Pustaka Kinestetik Menggunakan


Media Swishmax Materi
Apriani, D. N., Saptorini dan Larutan elektrolit dan
Nurhayati, S. (2012). Nonelektrolit. Jurnal
Pembelajaran Learning Cycle Chemistry in Education, 2 (1),
7E terhadap Hasil Belajar dan 35-41.
Keterampilan Generik Sains
Siswa. Jurnal Chemistry in Moalosi. (2013). Effects of Direct
Education, 2 (1), 52-60. Instruction and Social
Constructivism on Learners
Asyhar, R. (2012). Kreatif Cognitive Development: A
Mengembangkan Media Comparative Study. Journal of
Pembelajaran. Referensi. Academic Research
Jakarta. International, 4 (6), 301-305.

Felton, L. A., Keesee, K., Rusman. (2012). Model-Model


McCloskey, R., dan Medley, Pembelajaran. Raja Garfindo
G. (2001). Comparison of Persada. Jakarta.
Video Instruction and
Conventional Learning on Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Students' Understanding of Kuantitatif, Kualitatif dan
Tablet Manufacturing. R&D. Alfabeta. Bandung.
American Journal of PE, 65
(1), 53-55. Ustad, M. J. (2012). Teori
Perkembangan Kognitif dalam
Gilakjani, A. F. (2012). Visual, Proses Belajar Mengajar.
Auditory, Kinaesthetic Jurnal Edukasi, 7 (2), 44-63.
Learning Style and Their
Impact on Teaching. Journal of Vitria, L. N., Utami, B., dan
Studies in Education, 2 (1), Mulyani, S. (2014). Penerapan
104-113. Metode Pembelajaran
Kooperatif Team Assisted
Hamzah, H. (2015). Kelebihan dan Individualization (TAI) untuk
Kekurangan Soal Pilihan Meningkatkan Prestasi Belajar
Ganda. Siswa pada Materi Larutan
http://animasipembelajaranpai. Penyangga Kelas XI IPA4
com. Diunduh pada tanggal 30 SMAN 2 Karanganyar. Jurnal
Januari 2016. Pendidikan Kimia (JPK), 3 (4),
59-65.
Inayati, I., Subroto, T., dan Supardi,
K. I. (2012). Pembelajaran
Visualisasi, Auditori,

Anda mungkin juga menyukai