Disusun oleh:
Ervina Puspitaningrum (NIM. 17707251027)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu.
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
1. Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum., selaku pengampu dan pembimbing pada
3. Semua pihak yang terlibat dalam membantu menyelesaikan makalah ini dari
banyak kekurangan baik isi maupun penulisannya. Oleh sebab itu, penyusun sangat
ini. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Pandangan Populer tentang Observasi ............................................................. 3
B. Pengalaman Visual tidak Ditentukan oleh Gambar pada Retina ..................... 3
C. Keterangan Observasi Membutuhkan Teori..................................................... 7
D. Observasi dan Eksperimen Dibimbing oleh Teori ........................................... 9
E. Induktivisme tidak Disalahkan secara Konklusif ............................................. 11
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13
A. Latar Belakang
Teori dan observasi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Tanpa
teori tidak mungkin kita dapat melakukan observasi dan tanpa observasi tidak
mungkin sebuah teori dapat terbentuk. Keterangan observasi selalu dibuat
dalam bahasa satu teori dan akan persis seperti kerangka teoritis atau
konseptual yang dimanfaatkan, sedangkan teori-teori diformulasi secara
cermat dan jelas merupakan prasyarat untuk keterangan observasi yang tepat.
Oleh karena itu, teori-teori mendahului observasi. Hal ini sejalan dengan
Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam (Susanto, 2011: 149), suatu keterangan
mengenai suatu peristiwa, asas hukum yang menjadi dasar suatu ilmu
pengetahuan untuk melakukan sesuatu.
Hal inilah yang memicu timbulnya kritik terhadap kaum induktivis
yang memiliki pandangan bahwa membutuhkan penarikan keterangan
universal dari keterangan tunggal atau biasa disebut dengan metode induktif.
Menurut Susanto (2011: 104), induksi merupakan suatu metode yang
menyampaikan pernyataan-pernyataan hasil observasi dan disimpulkan dalam
suaut pernyataan yang lebih umum.
Ada dua asumsi penting menurut Chalmers (1983: 22), di dalam
pandangan induktivis naif tentang observasi. Yang pertama adalah bahwa ilmu
bertolak lewat observasi dan observasi menghasilkan landasan yang kukuh dan
dari situ pengetahuan dapat ditarik. Meskipun persoalan induksi tidak dapat
disalahkan secara konklusif, namun pandangan induktivisme harus
ditinggalkan karena induktivisme makin gagal memberikan keterangan baru
yang menarik tentang watak ilmu.
Gambar 1. Tangga
Kebanyakan kita pertama kali akan melihat gambar itu seperti tangga
meskipun kita melihat dari bagian atas maupun bawah. Memang masuk akal
untuk mengatakan bahwa apa yang dilihat tetap merupakan objek yang sama,
maka gambar pada retina juga tidak berubah. Akan tetapi, hasil eksperimen
terhadap anggota sejumlah suku bangsa di Afrika yang belum mengenal
kebiasaan lukisan objek tiga dimensi akan mengatakan bahwa gambar itu suatu
jajaran garis dua dimensi bukanlah sebuah tangga.
Chalmers. 1983. Apa itu yang dinamakan Ilmu. Diterjemahkan oleh Redaksi Hasta
Mitra. Jakarta: Hasta Mitra.
Hanson. 1958. Patterns of Discovery. Cambridge: Cambridge University Press.
Mohammad Adib. 2011. Filsafat Ilmu Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: PT. Bumi Aksara.