Anda di halaman 1dari 16

KETERGANTUNGAN OBSERVASI PADA TEORI

[Resume Buku “Apa itu yang Dinamakan Ilmu” Karya Chalmers]

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu


Dosen Pengampu: Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum

Disusun oleh:
Ervina Puspitaningrum (NIM. 17707251027)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017

Ketergantungan Observasi pada Teori| i


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penyusunan makalah

resume dengan judul “Ketergantungan Observasi Pada Teori” dapat terselesaikan

dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Filsafat Ilmu.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum., selaku pengampu dan pembimbing pada

mata kuliah Filsafat Ilmu.

2. Semua rekan kelas TP-B jurusan Teknologi Pembelajaran 2017 sebagai

pemberi masukan dan motivasi selama penulisan berlangsung.

3. Semua pihak yang terlibat dalam membantu menyelesaikan makalah ini dari

awal hingga akhir.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah resume ini masih

banyak kekurangan baik isi maupun penulisannya. Oleh sebab itu, penyusun sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan makalah

ini. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 17 Oktober 2017

Penulis

Ketergantungan Observasi pada Teori| ii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Pandangan Populer tentang Observasi ............................................................. 3
B. Pengalaman Visual tidak Ditentukan oleh Gambar pada Retina ..................... 3
C. Keterangan Observasi Membutuhkan Teori..................................................... 7
D. Observasi dan Eksperimen Dibimbing oleh Teori ........................................... 9
E. Induktivisme tidak Disalahkan secara Konklusif ............................................. 11
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

Ketergantungan Observasi pada Teori| iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori dan observasi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Tanpa
teori tidak mungkin kita dapat melakukan observasi dan tanpa observasi tidak
mungkin sebuah teori dapat terbentuk. Keterangan observasi selalu dibuat
dalam bahasa satu teori dan akan persis seperti kerangka teoritis atau
konseptual yang dimanfaatkan, sedangkan teori-teori diformulasi secara
cermat dan jelas merupakan prasyarat untuk keterangan observasi yang tepat.
Oleh karena itu, teori-teori mendahului observasi. Hal ini sejalan dengan
Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam (Susanto, 2011: 149), suatu keterangan
mengenai suatu peristiwa, asas hukum yang menjadi dasar suatu ilmu
pengetahuan untuk melakukan sesuatu.
Hal inilah yang memicu timbulnya kritik terhadap kaum induktivis
yang memiliki pandangan bahwa membutuhkan penarikan keterangan
universal dari keterangan tunggal atau biasa disebut dengan metode induktif.
Menurut Susanto (2011: 104), induksi merupakan suatu metode yang
menyampaikan pernyataan-pernyataan hasil observasi dan disimpulkan dalam
suaut pernyataan yang lebih umum.
Ada dua asumsi penting menurut Chalmers (1983: 22), di dalam
pandangan induktivis naif tentang observasi. Yang pertama adalah bahwa ilmu
bertolak lewat observasi dan observasi menghasilkan landasan yang kukuh dan
dari situ pengetahuan dapat ditarik. Meskipun persoalan induksi tidak dapat
disalahkan secara konklusif, namun pandangan induktivisme harus
ditinggalkan karena induktivisme makin gagal memberikan keterangan baru
yang menarik tentang watak ilmu.

Ketergantungan Observasi pada Teori| 1


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan popular tentang observasi?
2. Mengapa pengalaman visual tidak ditentukan oleh gambar-gambar pada
retina?
3. Mengapa keterangan observasi membutuhkan teori?
4. Mengapa observasi dan eksperimen dibimbing oleh teori?
5. Mengapa induktivisme tidak disalahkan secara konklusif?
C. Tujuan
1. Mengetahui pandangan popular tentang observasi.
2. Mengetahui alasan pengalaman visual tidak ditentukan oleh gambar-gambar
pada retina.
3. Mengetahui alasan keterangan observasi membutuhkan teori.
4. Mengetahui alasan observasi dan eksperimen dibimbing oleh teori.
5. Mengetahui alasan induktivisme tidak disalahkan secara konklusif.

Ketergantungan Observasi pada Teori| 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Populer tentang Observasi


Manusia melihat dengan menggunakan mata. Komponen terpenting
dari mata, yaitu lensa dan retina yang berfungsi untuk menangkap objek-objek
yang kita amati. Sorotan sinar dari objek yang kita pandang masuk ke lensa
mata melalui perantara. Sorotan sinar ini terbias hingga berfokus pada retina,
dan terbentuklah gambaran objek yang kita amati. Lalu, objek yang telah
ditangkap melalui retina akan diteruskan ke otak untuk merekam hasil objek
yang telah kita amati.
Ada dua hal yang ditekankan tentang observasi melalui indera
penglihatan bagi kaum induktivis, yaitu:
1. Seorang pengamat dapat menangkap langsung beberapa sifat objek selama
dapat terekam oleh otak dengan tindakan melihat
Maksudnya, apabila ada pengamat yang sedang mengamati sebuah
objek, maka akan langsung mendapatkan sifat dari objek yang diamati.
Misalnya, seseorang sedang mengamati sungai yang bersih, maka seseorang
itu akan langsung dapat mengatakan bahwa air sungai itu jernih dan
mengalir dengan tenang.
2. Dua pengamat memandang objek yang sama dari tempat yang sama, dan
akan melihat hal yang sama.
Maksudnya, suatu kombinasi sorotan sinar yang sama akan
menyentuh mata tiap pengamat dan akan terfokus pada retina oleh lensa
mata sehingga melahirkan gambar yang sama.
B. Pengalaman Visual Tidak Ditentukan oleh Gambar-Gambar pada Retina
Pengalaman para pengamat ketika memandang sebuah objek tidak
hanya ditentukan oleh indera penglihatan. Dua pengamat memandang objek
yang sama dari tempat yang sama dan dalam keadaan fisik yang sama tidak
harus memiliki pengalaman visual yang sama, walaupun informasi yang

Ketergantungan Observasi pada Teori| 3


direkam pada otak juga sama. Beberapa contoh sederhana akan
mengilustrasikan hal ini:

Gambar 1. Tangga
Kebanyakan kita pertama kali akan melihat gambar itu seperti tangga
meskipun kita melihat dari bagian atas maupun bawah. Memang masuk akal
untuk mengatakan bahwa apa yang dilihat tetap merupakan objek yang sama,
maka gambar pada retina juga tidak berubah. Akan tetapi, hasil eksperimen
terhadap anggota sejumlah suku bangsa di Afrika yang belum mengenal
kebiasaan lukisan objek tiga dimensi akan mengatakan bahwa gambar itu suatu
jajaran garis dua dimensi bukanlah sebuah tangga.

Gambar 2. Lingkungan yang Menyerupai Wajah Manusia


Beberapa orang yang belum pernah melihat gambar ini pasti hanya akan
melihat bahwa gambar itu hanya sebatas lingkungan yang terdiri dari berbagai
macam pohon, patung, dan bangunan. Padahal jika dilihat secara cermat,
gambar di atas meyerupai wajah manusia. Bagi orang yang sering melihat
gambar ini, pasti jawabannya akan berbeda dengan jawaban orang yang belum

Ketergantungan Observasi pada Teori| 4


melihat sebelumnya dan mengatakan bahwa gambar ini lingkungan
menyerupai wajah manusia.

Gambar 3. Pemandangan Berbentuk Wajah


Kebanyakan orang yang belum melihat gambar di atas pasti akan
langsung menjawab bahwa gambar itu adalah pemandangan alam yang
mempunyai keindahan luar biasa. Namun, bagi orang yang telah melihat
gambar itu dengan jeli pasti akan mengatakan bahwa gambar itu pemandangan
alam yang terdiri dari berbagai wajah manusia dan hewan.

Gambar 4. Pegunungan Berbentuk Berbagai Wajah


Pertama kali, orang yang belum melihat gambar ini sebelumnya pasti
akan mengatakan bahwa gambar ini merupakan pegunungan yang terdiri dari
berbagai batu dan tanaman hijau. Namun, berbeda hal dengan orang yang
sebelumnya sudah melihat, pasti akan mengatakan bahwa terdapat gambar

Ketergantungan Observasi pada Teori| 5


wajah di gambar pegunungan tersebut. Hal inilah yang menunjukan bahwa
pengamatan yang dilakukan dua orang atau lebih tidak hanya ditentukan oleh
gambar yang diterima oleh retina saja, melainkan berdasarkan pengalaman dari
pengamat itu. Hal ini sejalan dengan pendapat Hanson (1958) mengatakan
bahwa pengalaman persepsual yang dimiliki pengamat tidak secara khusus
ditentukan oleh gambar pada retina. Ada contoh lain yang mungkin akan tidak
sependapat dengan saya.
Apa yang dilihat seorang pengamat sangat dipengaruhi oleh
pengalaman, kebudayaan, dan pengetahuan masing-masing. Pengalaman,
pengetahuan, kebudayaan itu menjadi semacam bank data. Informasi di dalam
pikiran yang kemudian menjadi penerjemah dan sudut pandang manusia, jika
suatu mata (sebagai alat menangkap objek/stimulus) melihat suatu benda
sehingga menginterpretasikan sesuai dengan pengalaman, pengetahuan,
kebudayaan yang telah dimiliki.
Hal ini dicontohkan ketika ada seorang ahli dalam mengaplikasikan
mikroskop yang membutuhkan pelatihan dan pendidikan di bidang tersebut.
Apa yang terlihat oleh orang awam dengan orang yang sudah ahli pasti akan
berbeda. Orang awam hanya melihat suatu hamparan bercak yang terang dan
gelap tidak teratur. Hal tersebut akan berbeda dengan hasil seorang ahli yang
terampil menggunakan mikroskop.
Beberapa contoh lain, yaitu seorang mahasiswa kedokteran yang
mengikuti pelajaran diagnosa sinnr-X tentang penyakit paru-paru. Mula-mula
mahasiswa itu bingung karena hanya melihat bayangan jantung, tulang rusuk,
dan sedikit bintik-bintik. Namun, setelah terus menerus mengikuti pelajaran
beberapa minggu, mahasiswa memandang gambar-gambar baru yang berlainan
kasusnya. Mahasiswa itu cepat atau lambat akan lupa tentang tulang rusuk dan
mulai dapat melihat paru-paru dan mulai dapat mengidentifikasi hasil gambar
sinar-X. Gambar awal yang menurut mahasiswa itu tidak mengandung arti apa-
apa, menjadi ada artinya setelah dia mempelajari secara terus menerus.
Berdasarkan beberapa contoh di atas akhirnya menemukan titik terang
bahwa pengalaman visual tidak hanya dari hasil penglihatan saja, melainkan

Ketergantungan Observasi pada Teori| 6


pengalaman dan pengetahuan, dan kebudayaan yang telah dimiliki
sebelumnya. Pengalaman, pengetahuan dan kebudayaan misal kita anggap
sebagai X. X itulah yang membuat setiap orang mampu
menerjemahkan/mengartikan objek. Mata hanya berperan sebagai benda mati
yang menangkap objek, tapi kemudian X yang membantu otak dalam
mengolah informasi sehingga otak mampu menghasilkan suatu maksud
mengenai objek itu. Jika X masing-masing orang berbeda, maka tidak heran
jika hasil pengamatan setiap orang juga berbeda. Pada hal-hal yang bersifat
general atau umum, X satu orang dengan yang lain hampir mirip. Itu juga yang
membuat banyak orang mengartikan objek yang sama sebagai suatu hal yang
sama. Semakin banyak X, semakin beragam juga pengamat mampu
menginterpretasikan satu objek menjadi banyak makna.
C. Keterangan Observasi Membutuhkan Teori
Keterangan observasi berdasarkan dan dibenarkan oleh pengalaman
persepsual para pengamat. Hal ini bertentangan dengan pandangan induktivis
tentang ilmu, dasar kukuh di mana teori-teori membangun ilmu, sebenarnya
lebih merupakan keterangan observasi publik daripada pengalaman subjektif
pengamat itu sendiri. Jelas, observasi yang pernah dilakukan oleh Darwin
selama dalam pelayaran di atas kapal Beagle akan menjadi tidak layak ilmu,
jika ia tetap merupakan pengalaman pribadi Darwin saja. Namun, akan menjadi
relevan dengan ilmu jika hanya di komunikasikan sebagai keterangan observasi
yang dapat dimanfaatkan maupun dikritik oleh ilmuwan lainnya. Maksudnya,
hasil observasi yang dilakukan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu, jika
keterangan observasi itu dikomunikasikan kepada publik. Hal ini bertujuan
agar para ilmuwan lain dapat langsung mengalami/mengujinya sendiri
sekaligus memberikan kritik atas apa yang dialaminya pula.
Kita boleh berasumsi bahwa bermacam-macam pengalaman persepsual
dapat secara langsung diperoleh seorang pengamat, tetapi belum tentu dengan
keterangan observasi. Dalam hal ini keterangan observasi harus dibuat dalam
bahasa suatu teori. Misalnya, terdapat kalimat “Awas, angin meniup gerobak
bakso itu ke pinggir tebing”. Banyak teori yang mempunyai anggapan bahwa

Ketergantungan Observasi pada Teori| 7


yang disebut angin, memiliki sifat dapat menyebabkan objek menjadi bergerak.
Pengertian gawatnya situasi disampaikan dengan “awas”. Awas menunjukkan
bahwa gerobak bakso akan jatuh dari tebing dan terbentur hancur di atas batu-
batu di bawah tebing. Dalam hal ini, diperlukan teori-teori untuk keterangan
observasi.
Keterangan observasi selalu dibuat dalam bahasa satu teori. Konsep
“daya” digunakan dalam fisika adalah Sesuatu yang sudah pasti karena
memiliki makna dari peranan di dalam teori tertentu, yakni teori mekanika
Newtonian. Teori-teori yang diformulasikan secara cermat dan jelas
merupakan prasyarat untuk keterangan observasi yang tepat. Dalam segi inilah
teori-teori mendahului observasi.
Pernyataan yang telah dikemukakan di atas tentang teori yang
mendahului observasi, bertentangan dengan induktivis. Induktivis menyatakan
bahwa makna dari banyak konsep dasar diperoleh melalui observasi. Misalnya,
bila ingin anak-anak mengerti konsep “merah”, maka orang tua dan guru
sebelumnya memilih dulu seperangkat objek-objek berwarna merah dari
pengalaman mereka. Ini bukanlah pembelaan yang baik bagi kaum induktivis
karena sebenarnya lebih merujuk pada bagaimana konsep itu pertama kali
mulai memperoleh maknanya. Pernyataan bahwa “merah” atau konsep lain
berasal dari pengalaman adalah tidak benar.
Terdapat cara lain untuk mengkritik pendapat para induktivis, yaitu
dilihat dari keterangan observasi bisa sama salahnya seperti teori yang
mendahuluinya. Oleh karena itu, tidak dapat memberikan dasar yang
sepenuhnya terjamin untuk membangun hukum-hukum dan teori ilmiah di
atasnya. Misalnya, ada pernyataan: “ada sebatang kapur tulis di sini!” yang
diucapkan oleh guru sambil menunjukkan sebuah benda berbentuk silinder
putih yang sedang dipegang. Dalam hal ini belum tentu yang dipegang oleh
guru itu kapur tulis melainkan hanya barang tiruan yang berbentuk seperti
kapur tulis. Hal inilah yang menyatakan bahwa keterangan observasi belum
tentu benar. Guru dapat menemukan kebenaran keterangan observasi dengan
cara menguji. Semakin meyakinkan hasil pengujian, makin banyak teori yang

Ketergantungan Observasi pada Teori| 8


diperlukan. Dengan demikian, jelaslah bahwa untuk memantapkan validitas
suatu keterangan observasi, memerlukan pertolongan teori, dan makin mantap
validitasnya, makin ekstensif pula pengetahuan teori yang digunakan.
Keterangan observasi ternyata diketahui salah ketika suatu harapan
tidak terpenuhi. Hal ini dikarenakan kesalahan teori yang dijadikan dasar
keterangan observasi. Misalnya, sebelum ditemukannya teleskop, ukuran
venus bila dilihat dari bumi besarnya tidak mengalami perubahan sepanjang
tahun. Kemudian, muncullah ramalan bahwa venus seharusnya nampak
berubah ukuran tiap tahunnya. Tetapi, observasi itu dianggap salah karena
mendasarkan pada teori salah bahwa besarnya sumber cahaya yang kecil dapat
diukur dengan akurat oleh mata telanjang. Teori modern dapat menerangkan
mengapa mata telanjang yang menilai besarnya ukuran sumber cahaya kecil
akan menyesatkan, dan mengapa observasi dengan teleskop dapat
menunjukkan dengan jelas berubahnya ukuran venus sepanjang tahun lebih
dapat diterima. Hal ini jelas mengilustrasikan ketergantungan keterangan
observasi pada teori dan karena itu bisa salah. Maksudnya, apa yang kita lihat
sekarang belum tentu menghasilkan sesuatu yang benar untuk ke depannya.
Hal ini dikarenakan semakin majunya zaman, maka akan muncul berbagai teori
baru yang mungkin terdapat ketidaksesuaian dengan teori lama.
Berdasarkan penjelasan di atas di dapat bahwa pandangan induktivis
salah dalam dua hal, yaitu ilmu tidak bertolak lewat keterangan observasi
karena ada teori yang mendahului segala keterangan observasi. Selain itu,
keterangan observasi tidak memberikan dasar kukuh untuk membangun
pengetahuan ilmiah makanya ia bisa salah.
D. Observasi dan Eksperimen Dibimbing oleh Teori
Induktivis naif lebih menekankan bahwa pengetahuan ilmiah dibangun
melalui berbagai observasi yang dilakukan tanpa prasangka dan tidak
memihak. Apabila diinterpretasikan, statement ini aneh dan tidak bisa
dipertahankan. Dalam hal ini berbagai contoh yang dapat mewakili maksud
dari sub-bab ini, yaitu:

Ketergantungan Observasi pada Teori| 9


1. Hertz yang melakukan percobaan teori elektromagnetik Maxwell untuk
mengetahui apakah ia dapat menghasilkan gelombang radio sesuai dengan
teori yang ada.
2. Seorang peneliti ingin bereksperimen tentang pengaruh media visual dengan
hasil belajar siswa. Hal ini bisa memberikan sumbangan yang berarti kepada
ilmu karena adanya teori tentang manfaat media visual dalam pembelajaran.
3. Seseorang yang ingin melakukan percobaan hubungan ukuran daun telinga
dengan terjadinya kanker. Eksperimen yang dilakukan tidak bisa
memberikan sumbangan yang berarti kepada ilmu. Hal ini hanya akan
membuang waktu dan tenaga saja karena sebelumnya tidak ada teori yang
mengatakan pentingnya berat daun telinga.
Berbagai contoh di atas menggambarkan segi penting yang menyatakan
bahwa di dalam ilmu, teori mendahului observasi. Observasi dan eksperimen
diadakan dengan maksud untuk menguji suatu teori. Namun, terkadang
beberapa teori yang membangun pengetahuan ilmiah bisa salah dan kurang
lengkap, maka bimbingan yang diberikan teori agar observasi menjadi relevan
bisa jadi menyesatkan.
Dalam percobaan Hertz, ia tidak memihak teori sehingga tidak hanya
mencatat jarum saja, tetapi berbagai macam perkakas meteran, dimensi-
dimensi sirkuit, keadaan cuaca, dsb. Artinya, irrelevan dengan teori yang
menarik perhatian Hertz untuk melakukan percobaan. Percobaan Hertz
memberikan contoh yang baik, di mana sesuatu yang irrelevan dengan teori
dalam kenyataan sebenarnya menjadi relevan. Hal ini merupakan konsekuensi
dari teori yang diuji bahwa gelombang radio harus mempunyai kecepatan yang
sama dengan kecepatan cahaya. Ketika Hertz mengukur kecepatan gelombang
radio, ia berulang kali melakukan percobaan hasilnya kecepatan gelombang
radio berbeda dengan kecepatan cahaya. Setelah ia meninggal, persoalan tadi
dapat dipecahkan. Ternyata gelombang radio yang dipancarkan dari pesawat
Hertz telah dipantulkan oleh dinding-dinding laboratoriumnya sehingga
mengacaukan pengukurannya. Dimensi laboratorium yang semula dianggap
irrelevan justru menjadi sangat relevan. Teori-teori yang kurang lengkap akan

Ketergantungan Observasi pada Teori| 10


menyebabkan bimbingan yang salah kepada pengamat. Namun, dapat teratasi
jika dilakukan pengembangan teori dan bukan mencatat hasil observasi tanpa
tujuan.
E. Induktivisme Tidak Disalahkan secara Konklusif
Ketergantungan observasi terhadap teori tentu menolak kaum
induktivis bahwa ilmu bertolak dari observasi. Namun, hanya induktivis paling
naif akan memegang teguh pernyataan itu. Kaum induktivis modern lebih
menekankan bahwa ilmu harus bertolak dari observasi tanpa memihak dengan
membedakan awalnya teori itu muncul dan dibenarkan oleh pihak lain. Dengan
pernyataan ini, dapat diakui bahwa teori-teori baru ditemukan dengan berbagai
macam jalan. Teori bisa jadi timbul dalam sekilas inspirasi pada penemunya,
penemuan baru yang kebetulan, atau penemuan baru yang membutuhkan
proses yang lama.
Pembedaan tajam antara observasi dan teori tidak dapat dipertahankan
karena observasi atau lebih tepatnya keterangan yang dihasilkan observasi
telah lebih dahulu kemasukan teori. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh
Mohammad Adib (2011: 97), suatu teori agar terlihat meyakinkan, maka tetap
harus didukung oleh fakta dapat dinyatakan dengan benar. Dalam bab ini, tidak
berisi kepastian tentang kesalahan induktivisme secara mutlak. Persoalan
induktivis tidak dapat dipandang sebagai kesalahan yang pasti karena
kebanyakan filsafat ilmu lainnya juga mengalami kesulitan yang serupa.

Ketergantungan Observasi pada Teori| 11


BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:


1. Ada dua hal yang ditekankan tentang observasi melalui indera penglihatan bagi
kaum induktivis, yaitu seorang pengamat dapat menangkap langsung beberapa
sifat objek selama dapat terekam oleh otak dengan tindakan melihat dan dua
pengamat memandang objek yang sama dari tempat yang sama, dan akan
melihat hal yang sama.
2. Suatu pengamatan yang dilakukan dua orang atau lebih tidak hanya ditentukan
oleh gambar yang diterima oleh retina saja, melainkan berdasarkan pengalaman,
pengetahuan, dan kebudayaan dari pengamat itu.
3. Ilmu tidak bertolak lewat keterangan observasi karena ada teori yang
mendahului segala keterangan observasi. Selain itu, keterangan observasi tidak
memberikan dasar kukuh untuk membangun pengetahuan ilmiah makanya ia
bisa salah.
4. Observasi dan eksperimen diadakan dengan maksud untuk menguji suatu teori.
5. Tidak berisi kepastian tentang kesalahan induktivisme secara mutlak. Persoalan
induktivis tidak dapat dipandang sebagai kesalahan yang pasti karena
kebanyakan filsafat ilmu lainnya juga mengalami kesulitan yang serupa.

Ketergantungan Observasi pada Teori| 12


DAFTAR PUSTAKA

Chalmers. 1983. Apa itu yang dinamakan Ilmu. Diterjemahkan oleh Redaksi Hasta
Mitra. Jakarta: Hasta Mitra.
Hanson. 1958. Patterns of Discovery. Cambridge: Cambridge University Press.
Mohammad Adib. 2011. Filsafat Ilmu Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ketergantungan Observasi pada Teori| 13

Anda mungkin juga menyukai