Anda di halaman 1dari 11

KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM

“MINYAK SEREH”
Disusun Oleh :

1. Aflah Maulida (4301416006)


2. Izatul Azalia (4301416040)
3. Ida Rosida (43014160)
4. Siti Nurfaijah (4301416026)
5. Nanda Ayu Hellen (4301416047)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
1.1 Minyak Sereh dalam konteks pembelajaran STEM Terintegrasi Etnosains
Sereh wangi adalah tumbuhan dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman ini memiliki
nama lain Cymbopogon nardus, tumbuh dengan tinggi sekitar 50-100 cm. Berdaun
tunggal berjumbai seperti pita dengan panjang sampai 1 meter dan lebar 1,5 cm.
Batangnya tidak berkayu, berusuk-rusuk, dan berwarna putih. Tanaman sereh wangi
berkembang biak dengan system bonggol akar. Tanaman ini mengandung geraniol,
metilheptenon, terpen, terpen-alkohol, asam-asam organic, dan terutama sitronela.
Sebagian besar masyarakat mengenal sereh wangi sebagai bumbu penyedap makanan
yang member cita rasa dan aroma pada makanan. Hanya sebagian kecil yang mengetahui
manfaat sereh wangi sebagai bahan baku untuk citronella oil yang bernilai tinggi
disbanding sekedar menjadi bumbu dapur. Minyak sereh wangi merupakan komoditi di
sektor agribisnis yang memiliki pasaran bagus dan berdaya saing kuat di pasaran luar
negeri. Sereh wangi sebagai salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri
juga bisa dijadikan bahan dasar sabun, obat anti nyamuk, pestisida bahkan bahan dasar
bio aditif, yang bisa bermanfaat untuk penghemat bahan bakar kendaraan.
Di daerah Jawa Barat terdapat penyulingan Minyak Sereh secara konvensional
menggunakan dua cara yaitu Penyulingan dengan Air dan Penyulingan dengan Air dan
Uap atau biasa di sebut system kukus. Alat yang digunakan adalah alat-alat sederhana dan
mudah dijangkau. Masyarakat setempat telah menggunakan cara ini selama bertaun-taun
dan turun menurun, sehingga sebenarnya mereka tidak mengerti tentang bagaimana dan
mengapa minyak sereh tersebut dapat diambil dengan cara seperti itu. Penyulingan
Minyak Sereh secara konvensional ini terdapat prinsip sains dan teknologi, sehingga
dapat diterapkan dalam model pembelajaran STEM terintegrasi Etnosains.
Menurut Tsupros (2009), STEM adalah pendekatan interdisipliner untuk mempelajari
berbagai konsep akademik yang disandingkan dengan dunia nyata dengan menerapkan
prinsip-prinsip sains, matematika, rekayasa dan teknologi ; yang menghubungkan antara
sekolah, komunitas, pekerjaan, dan dunia global, memberikan ruang untuk
pengembangan STEM literasi, dan dengannya memiliki kemampuan untuk bersaing
dalam dunia ekonomi baru. Sedangkan etnosains adalah pembelajaran yang mengangkat
budaya atau kearifan local untuk dijadikan suatu objek pembelajaran sains diharapkan
mampu meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk mempelajari sains. Pembelajaran
yang terorganisir dalam suatu system pengetahuan dari budaya dan kearifan local yang
dimiliki, terkait dengan fenomena dan kejadian alam tertentu. (Sudarmin, dan Pujiastuti,
S., E., 2015).
Pembelajaran dengan model STEM terintegrasi Etnosains yang tidak memisahkan
antara sains budaya dan kearifan local juga masyarakat dapat digunakan sebagai suatu
pendekatan pembelajaran guna meningkatkan minat dan motivasi siswa terhadap sains.
Dengan model pembelajaran STEM terintegrasi Etnosains siswa tidak memandang sains
sebagai suatu budaya asing yang mereka pelajari, tetapi dipandang sebagai bagian dari
budaya dan kearifan local yang ada. Cara ini dapat diajarkan dengan pembelajaran yang
berpusat pada siswa sehingga dapat memperbaiki respon siswa terhadap sains dan
meningkatkan kegunaan praktis dari sains, nilai kemanusiaan, dan hubungan antara
individu dengan lingkungan. (Suastra, 2006. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP
Negeri Singaraja, 3.)
1.2 Minyak Sereh
Minyak sereh merupakan minyak atsiri yang banyak mengandung senyawa geraniol
dan sitronelol (Pirhonen dan Sohreck, 2002).
Minyak sereh wangi adalah salah satu minyak atsiri komersial Indonesia yang
diperoleh melalui proses penyulingan. Menurut Boelens (1994), Indonesia adalah
produsen minyak sereh wangi nomor dua terbesar di dunia setelah Cina. Akan tetapi, dari
minyak sereh wangi yang dihasil-kan hampir 75% diekspor dalam bentuk minyak kasar
sedangkan sisanya digunakan untuk keperluan dalam negeri. Indonesia juga mengimpor
minyak sereh wangi dalam bentuk ”pure oil” dengan harga yang jauh lebih mahal dari
harga minyak kasar yang diekspor. Misalnya, selama tahun 2004, ekspor minyak sereh
wangi Indonesia mencapai nilai US$ 469.726 dengan volume ekspor sebesar 115.673 kg,
namun dalam tahun yang sama jumlah impornya mencapai 2,8 kali nilai ekspornya
(BPS, 2005).
Rendahnya harga jual minyak sereh dapat ditingkat-kan melalui usaha mengisolasi
fraksi aktif minyak sereh wangi sehingga akan meningkatkan nilai tambahnya. Teknik
isolasi minyak sereh wangi dapat dilakukan dengan cara penyulingan bertingkat. Hasil
isolasi tersebut berupa senyawa yang disebut Sitronellal, Geraniol, dan Sitronellol. Ketiga
komponen tersebut merupakan komponen yang dominan dalam minyak sereh wangi
(Minyak, Wangi, Oil, & Geraniol, n.d.).
1.3 Analisis STEM dalam pembelajaran Minyak Sereh
Menurut Brown, dkk (2011) STEM adalah meta-disiplin di tingkat sekolah dimana
guru sains, teknologi, teknik, dan matematika mengajar pendekatan terpadu pada masing-
masing materi disiplin ilmu tidak dibagi-bagi tapi ditangain dan diperlakukan sebagai satu
kesatuan yang dinamis. Sedangkan menurut Tsupros (2009) menyatakan bahwa
pendidikan STEM terpadu adalah pendekan interdisiplin pada pembelajaran yang
didalamnya peserta didik menggunakan sains, teknologi, teknik, dan matematika dalam
konteks nyata yang mengkoneksikan antara sekolah, dunia kerja, dan dunia global,
sehingga mengembangkan literasi STEM yang memampukan peserta didik bersaing
dalam era ekonomi baru.
Tabel 1. Analisis STEM dalam Pembuatan Minyak Sereh

No Bidang Kajian Science Tehnologi Enginering Matematika

[Rekayasa]

. Pembuatan Bahan Pada Cara Ukuran ketel


minyak sereh dasar pembuatan penyulinganya penyulingan, diameter
dengan teknik pembuatan minyak menggunakan 1,5 m dan tinggi 1,8 m
penyulingan. minyak sereh ini, cara uap yaitu terbuat dari pelat tebal
sereh daun sereh Saat direbus 4 mm atau 5 mm.
digunakan dikeringkan dan air Kapasitas ketel
daun sereh terlebih mendidih, uap dengan ukuran ini
yang dahulu, agar yang terbentuk dapat memuat daun
sudah dapat akan melalui sereh wangi sebanyak
berumur masuk lebih sarangan lewat satu ton.
3-4 bulan. banyak lubang -
kedalam lubang kecil
drum dan melewati
padahal celah - celah
agar minyak bahan. Hasil
sereh yang rendemen
dihasilkan minyak lebih
lebih besar, mutunya
banyak. lebih baik dan
waktu yang
lebih singkat.

1.4 Struktur Komponen Minyak Sereh


Menurut Surahadikusumah (1989) kandungan batang sereh wangi adalah 0,4%
minyak atsiri dengan komponen utama sitronelol 66-85%, Berdasarkan penelitian pada
daun tanaman ini ditemukan minyak atsiri 1% dengan komponen utama sitronella, geranil
25–35% Kandungan dari sereh terutama minyak atsiri dengan komponen sitronelal 32-
45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-4%,
sitral,kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limonen, kamfen.
Terdapat sebelas komponen dari minyak sereh yang dapat diidentifikasi dengan
analisis Kromatografi Gas dan Spektrometri massa. Komponen-komponen tersebut
adalah α- pinen, limonen, linalool, sitronelal, sitronelol, geraniol, sitronelil asetat, ß-
kariofilen,geranil asetat, d-kadinen dan elemol, dengan komponen utamanya adalah
sitronelal (Budi , 1992).
Komponen-komponen lain yang penting adalah geraniol dan sitronelol yang mudah
diisolasi sebagai campuran yang dikenal sebagai “rodinol” (Sastrohamidjojo,2004).
Komposisi minyak sereh wangi ada yang terdiri dari beberapa komponen, ada yang
mempunyai 30 - 40 komponen, yang isinya antara, lain alkohol, hidrokarbon, ester,
aldehid, keton, oxida, terpene dan sebagainya. Menurut Guenther (2006), komponen
utama penyusun minyak sereh wangi adalah sebagai berikut :
1. Sitronelal

Gambar 2.2. Struktur Sitronelal

Rumus Molekul : C10H16


Massa molar : 154,25 g / mol O
Kepadatan : 0,855 g/cm
Titik didih : 201-207°C 3

Sitronelal (gambar 2.2) atau rhodinal atau 3,7-dimethyloct-6-en-1-al


(C10H18O) adalah monoterpenoid, komponen utama dalam campuran senyawa kimia
terpenoid yang memberikan minyak sereh wangi lemon yang khas. Sitronelal adalah
mengisolasi utama dalam minyak suling dari tanaman Cymbopogon, beraroma lemon
gusi, dan beraroma lemon teatree.Sitronelal memiliki sifat pengusir serangga.
2. Geraniol

Gambar 2.3. Struktur Geraniol

Rumus Molekul : C10H18


Massa molar : 154,25 g mol-1
Kepadatan : 0,889 g/cm -1
Titik lebur : 15°C, 288° K,59°F
Titik didih : 229°C, 502° K,444°F

Geraniol (gambar 2.3 ) adalah monoterpenoid dan alkohol. Ini adalah bagian
utama dari minyak mawar, Palmarosa minyak, dan minyak sereh (jenis Jawa). Hal ini
juga terjadi dalam jumlah kecil pada geranium, lemon, dan banyak minyak esensial
lainnya.
3. Sitronelol

Gambar 2.4 Struktur Sitronellol


(a) (+) Sitronellol (b) (-) Sitronellol
Molekul rumus : C10H20
Massa molar : 156,27 g mol-1
Kepadatan : 0,855 g/cm -1
Titik didih : 225 ° C, 498 K, 437 ° F

Sitronelol (gambar2.4) atau dihydrogeraniol, adalah monoterpenoid asiklik


alam. Kedua enantiomer terjadi di alam. (+)- Sitronelol, yang ditemukan dalam
minyak sereh, termasuk Cymbopogon nardus (50%), adalah isomer yang lebih
umum.(-)-

1.5 Teknik Penyulingan Minyak Sereh Secara Tradisional


Menurut hasil survey Aviasti Anwar, dkk (2016) di beberapa daerah di Jawa Barat,
diperoleh hasil teknologi yang digunakan untuk penyulingan minyak sereh wangi
menggunakan dua cara dari dua cara penyulingan minyak atsiri yaitu :
1) Penyulingan dengan Air (Water Distillation)
Teknologi penyulingan dengan air merupakan cara paling mudah dibanding
metode lainnya. Pada cara ini, bahan tanaman dimasukkan dalam ketel suling yang
sudah diisi air sehingga bahan baku daun sereh bercampur dengan air. Cara ini relatif
sederhana, demikian juga bahan untuk ketel pun yang mudah didapat. Beberapa
penyuling bahkan dapat mengunakan drum bekas oli, minyak tanah, atau drum bekas
aspal sebagai ketel. Perbandingan air dan bahan baku daun harus seimbang. Bahan
baku dimasukkan dan dipadatkan, selanjutnya ketel ditutup rapat agar tidak ada celah
untuk uap keluar. Uap yang hasil perebusan air dan bahan dialirkan melalui pipa
menuju ketel kondensator yang mengandung air dingin sehingga terjadi pengembunan
(kondensasi). Selanjutnya air dan minyak ditampung dalam tangki pemisah.
Pemisahan air dan minyak ini berdasarkan perbedaan berat jenis. Cara ini dilakukan
di Gunung Halu Cililin serta di Kampung Palugon Cilacap Jawa Tengah.

2) Penyulingan dengan Air dan Uap (Water And Steam Distillation)


Teknologi ini disebut juga sistim kukus. Cara pengukusan, bahan diletakkan
pada piringan besi berlubang seperti ayakan yang terletak beberapa centi diatas
permukaan air. Pada prinsipnya, cara ini menggunakan uap bertekanan rendah,
dibandingkan dengan cara water distillation perbedaannya terletak pada pemisahan
bahan dan air. Namun penempatan keduanya masih dalam satu ketel. Air dimasukkan
kedalam ketel hingga 1/3 bagian. Lalu bahan dimasukkan kedalam ketel sampai padat
dan tutup rapat.
Saat direbus dan air mendidih, uap yang terbentuk akan melalui sarangan lewat
lubang - lubang kecil dan melewati celah - celah bahan. Minyak atsiri yang terdapat
pada bahan ikut bersama uap panas melalui pipa menuju ketel kondensator.
Kemudian, uap air dan minyak akan mengembun dan ditampung dalam tangki
pemisah. Pemisahan terjadi berdasarkan berat jenis.
Keuntungan dari cara ini adalah uap yang masuk terjadi secara merata kedalam
jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 100°C. Cara ini dibandingkan
dengan penyulingan air, hasil rendemen minyak lebih besar, mutunya lebih baik dan
waktu yang lebih singkat, tempat penyulingan yang melakukan cara ini Balitro
Lembang, Desa Cimungkal Sumedang dan Desa Ciapus Bogor.

Berdasarkan hasil wawancara Aviasti Anwar, dkk (2016) diperoleh beberapa


informasi sebagai berikut : Proses pembuatan mesin penyulingan yang dilakukan di
bengkel Las Harapan Mulya ada dua cara yaitu dengan cara :
a. Sistem broiler dengan kapasitas 800 kg sampai dengan 1 ton sereh wangi, sistem ini
dapat menghasilkan minyak sereh wangi yang bagus karena proses pengapiannya
stabil dan sudah di stell dengan menggunakan 3 buah dandang. Proses pembuatan
mesin penyulingan dengan sistem broiler untuk 1 set menghabiskan waktu selama 1
bulan. Penutup untuk proses penyulingannya harus pas dan tidak boleh terlalu rapat,
karena akan berpengaruh pada proses penyulingannya. Khusus sereh wangi dan
nilam proses penyulinganya harus baik agar kualitas rendemen yang dihasilkan
bagus karena berpengaruh ke harga jual, sedangkan untuk bahan baku minyak atsiri
yang lain tidak dipengaruhi oleh kualitas rendeman karena tetap laku terjual.
- Spesifikasi dan Ukuran Alat Penyulingan dengan sistem broiler sebagai berikut :
- Alat penyulingan terdiri dari boiler (ketel pendidih air), ketel penyulingan
(destillation), ketel pendingin dan penampungan minyak sereh wangi.
- Boiler; berfungsi untuk mendidihkan air, kemudian uapnya dialirkan dengan pipa
sepanjang dua meter ke ketel penyulingan. Dengan cara ini temperatur uap relatip
stabil yang diperlukan untuk mengukus daun sereh wangi di dalam ketel
penyulingan. Boiler terbuat dari pelat dengan tebal 4 mm atau 5 mm dan ukuran
boiler yaitu diameter 1,5 m dan tinggi 1,2 m.
- Ketel Penyulingan; ukuran ketel penyulingan, diameter 1,5 m dan tinggi 1,8 m
terbuat dari pelat tebal 4 mm atau 5 mm. Kapasitas ketel dengan ukuran ini dapat
memuat daun sereh wangi sebanyak satu ton. Uap sereh wangi hasil pengukusan
dialirkan dengan pipa sepanjang 1,5 m ke ketel pendingin.
- Ketel Pendingin; terbuat dari pelat yang sama dengan boiler dan ketel
penyulingan dengan ukuran diameter 1,8 m dan tinggi 2,4 m diisi dengan pipa
spiral dan air.
- Penampungan Minyak Sereh Wangi; minyak sereh wangi yang masih bercampur
dengan air dari ketel pendingin, ditampung dengan ember plastik 20 liter. Di
dalam ember penampungan, minyak sereh wangi akan terpisah dengan air.
Minyak sereh wangi berada di atas air karena berat jenis air lebih besar dari
minyak, kemudian diambil dengan gayung dan dimasukkan ke dalam jerigen atau
kompan.
- Pemasangan Alat Penyulingan dengan sistem broler sebagai berikut :
- Boiler diletakkan lebih rendah dari ketel penyulingan, bagian atas boiler rata
dengan bagian dasar ketel penyulingan. Bagian atas boiler dengan bagian bawah
ketel penyulingan (lebih kurang 20 cm dari dasar) dihubungkan dengan pipa
diameter 2 inchi sepanjang 2 m.
- Bagian dasar boiler dengan dasar tempat kayu bakar atau bisa juga bahan bakar
dari sisa penyulingan berjarak kurang lebih 40 cm, jarak ideal yang diperoleh dari
pengalaman para pelaku penyulingan. Sekeliling boiler ditembok dengan jarak
bagian depan 20 cm dan bagian belakang 15 cm. Kemudian dibuat lorong
pembuangan asap yang dihubungkan dengan cerobong asap.
- Bagian atas ketel penyulingan dan pipa spiral di ketel pendingin dihubungkan
dengan pipa sepanjang 1,5 m. Bagian atas ketel penyulingan dengan bagian atas
ketel pendingin sama rata. Ember penampungan minyak sereh wangi diletakkan
dekat dengan bagian bawah ketel pendingin. Bagian atas ember sama rata dengan
dasar ketel pendingin dan dihubungkan dengan pipa diameter 2 inchi dengan
panjang sesuai keperluan.
- Berdasarkan pengalaman para pelaku penyulingan, ketel penyulingan kapasitas
500 kg daun sereh wangi memerlukan dua orang tenaga kerja, begitu juga ketel
kapasitas 1000 kg. Bahan bakar yang digunakan juga relatif sama untuk kedua
kapasitas tersebut. Oleh karena itu, pelaku penyulingan lebih menyukai kapasitas
1000 kg atau satu ton.
b. Sistem kukus yang menggunakan langseng dengan diameter 150 dan 180 cm, tetapi
hasilnya tidak begitu bagus karena harus selalu mengatur dan menyesuaikan proses
pengapiannya. Sistem kukus kapasitasnya sekitar 80 - 100 kg. Proses pembuatan
mesin penyulingan dengan sistem kukus menghabiskan waktu 10 hari. Untuk sistem
langseng hanya memerlukan satu dandang dan pipanya dapat langsung dialirkan ke
kolam. Tetapi jika pipanya tidak dialirkan ke kolam, maka harus ada dua buah
dandang dimana yang satunya untuk tempat pipa. Agar proses pengapiannya bagus
maka dibuat juga tungku dari lima buah batu sarangan, batu sarangan ini dalam
kondisi panas tidak dapat disiram dengan air karena akan menyebabkan patah. Lima
buah batu tersebut diletakkan dibawah dandang yang berdiameter 160 cm dengan
jarak masing-masing batu sekitar 30 cm.
3.1 Simpulan
3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai