PARADIGMA KUHN
Disusun oleh:
PUTRI DWI HUMAERAH
17707251032
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul Teori
sebagai Struktur: Paradigma Kuhn. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas kuliah pada mata kuliah Filsafat Ilmu pada Jurusan Teknologi Pembelajaran,
Fakultas Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta. Alhamdulillah penulis
dapat menyusun makalah ini secara sistematik dan ringkas.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam membantu dan memperlancar pembuatan makalah ini,
diantaranya:
1. Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum., selaku Dosen Pengampu pada mata kuliah
Filsafat Ilmu jenjang S2.
3. Dan semua pihak yang terlibat serta telah banyak membantu dan bekerja sama
selama penyelesaian makalah ini dari awal hingga akhir yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu.
Dalam pembuatan makalah ini, tentu saja masih jauh dari sempurna seperti
yang diharapkan. Untuk itu, kritik dan saran dari berbagai pihak tetap senantiasa
penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga segala bantuan dan
keterlibatan semua pihak menjadi amalan yang bermanfaat dan semoga pula
mendapatkan balasan yang lebih baik disisi Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya,
Semoga makalah ini dapat bermanfaat pada diri penulis khususnya dan semua orang
pada umumnya.
Penulis
PENDAHULUAN
epistemologi positivistik telah menjadi sebuah hegemoni, tetapi sekitar dua atau
tiga dasawarsa terakhir ini, terlihat perkembangan baru dalam filsafat ilmu
Kuhn, Paul Feyerabend, Norwood Russel Hanson, Robert Palter, Steven Toulmin
Ciri khas yang membedakan model filsafat ilmu baru ini dengan model yang
terdahulu adalah pendekatannya yang besar terhadap sejarah ilmu dan filsafat sains.
Apa yang disebut dengan filsafat ilmu baru ini dimulai dengan terbitnya
karya Kuhn The Structure of Scientific Revolutions. Tulisan ini mempunyai arti
tetapi juga kontribusi konseptual yang memberi pengetahuan baru dalam berbagai
bidang disiplin intelektual dengan derajat sosialisasi dan popularitas yang baik.
menjelaskan suatu ilmu. Bagi Kuhn sejarah ilmu merupakan kaca mata utamanya
utama yaitu; normal science (ilmu biasa) dan revolutionary (revolusi). Singkatnya,
ilmu biasa adalah teori pengetahuan yang sudah mapan sementara revolusi adalah
upaya kritis dalam mempertanyakan ulang teori yang mapan tersebut dikarenakan
tentang pandangan Kuhn mengenai teori suatu ilmu, dimana dalam makalah ini,
1. Pengantar
2. Paradigma dan Ilmu-biasa
3. Krisis dan Revolusi
4. Fungsi Ilmu-biasa dan Revolusi
PEMBAHASAN
A. PENGANTAR
pada tanggal 18 Juli 1922. Kuhn lahir dari pasangan Samuel L. Kuhn, seorang
Insinyur industri dan Minette Stroock Kuhn. Dia mendapat gelar B.S di dalam
ilmu fisika dari Harvard University pada tahun 1943 dan M.S. Pada tahun 1946.
Khun mendapatkan gelar Ph.D dalam bidang ilmu fisika dari Harvard
dosen bidang pendidikan umum dan sejarah ilmu. Tiga tahunnya dalam
perubahan perhatiannya dari ilmu fisika kepada sejarah (dan filsafat) ilmu. Dia
profesor sejarah ilmu pada 1961. Di Berkeley ini dia menuliskan dan
Revolution pada tahun 1962. Pada tahun 1964 dia menjadi profesor filsafat dan
sebelum fisikawan itu meninggal dunia. Pada tahun 1994, Kuhn didiagnostik
dengan kanker dari Bronchial tubes. Thomas Kuhn meninggal dunia pada
lecturer pada tahun 1951, Guggeheim fellow dari 1954 hingga 1955, Dan
masih banyak penghargaan lain. Karya Kuhn cukup banyak, namun yang
paling terkenal dan mendapat banyak sambutan dari filsuf ilmu dan ilmuan
menjadi bahan bacaan dalam dalam kursus dan proses pembelajaran yang
filsafat sains.
Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa Thomas Kuhn itu
pada filsafat sains, dan ia memiliki gagasan utama yaitu pergeseran paradigma.
Pemikiran dari Thomas Kuhn dipengaruhi oleh beberapa tokoh, antara lain:
menggantikannya dengan yang lain, dimana teori ini bertentangan dengan yang
filosofisnya bahwa teori mereka tahan menghadapi kritik yang berdasar pada
sejarah ilmu. Teori Kuhn ini mendahului teori Lakatos, dan dapat dikatakan
Kuhn memandang ilmu dari perspektif sejarah, dalam arti sejarah ilmu.
upaya empiris untuk membuktikan salah (falsifikasi) suatu teori atau sistem,
suatu skema yang open-ended, artinya, sebuah akhir yang selalu terbuka
tidak terorganisir. Hal ini disebabkan karena tidak adanya suatu pandangan
tersendiri yang diterima oleh semua ilmuwan tentang suatu teori. Disamping
itu, ada ilmuwan yang membuat kombinasi dan modifikasi lain yang masing-
diterima oleh semua aliran yang dianut ilmuwan tersebut. Dan ketika
paradigma tunggal diterima, maka jalan menuju ilmu biasa mulai ditemukan.
pembentukan suatu ilmu akan menjadi tersusun dan terarah pada saat
perkembangan sains berlaku pada apa yang disebut paradigma ilmu. Menurut
Kuhn paradigma ilmu adalah suatu kerangka teoritis, atau suatu cara
eksperimen. Selama proses tersebut, suatu ilmu tidak akan terhindar dari
keadaan krisis terhadap ilmu biasa. Krisis dapat teratasi apabila lahir paradigma
baru yang sepenuhnya berbeda dengan yang lama dan dapat diterima dan
tergantikan dengan yang baru. Perubahan ini disebut dengan revolusi ilmiah.
teori dan menggantikannya dengan yang lain. Paradigma baru juga tidak lepas
dari kesulitan-kesulitan baru yang menyebabkan krisis baru dan diikuti revolusi
Sains lebih dicirikan oleh paradigma dan revolusi yang menyertainya. Kuhn
Paradigma berasal dari bahasa inggris paradigm dan bahasa Yunani para
Mendefinisikan apa yang harus diteliti dan dibahas, pertanyaan apa yang harus
sekaligus menyediakan alat untuk solusinya. Ilmu digambarkan oleh Thomas Kuhn
pandangan dunia.
keberadaan ilmu biasa merupakan ciri yang membedakan ilmu dari non-ilmu.
Dengan penggunaan istilah paradigma itu, Kuhn hendak menunjuk pada praktik
ilmiah dimana dalam suatu komunitas ilmiah itu harus mencakup dalil, teori,
penerapan, dan instrumental yang didasarkan pada paradigma dan standar aturan
yang sama. Aturan-aturan itu menjadi prasyarat bagi adanya ilmu biasa.
oleh peraturan suatu paradigma. Pada tahap ini, aktivitas yang mengawali
pembentukan suatu ilmu menjadi tersusun dan terarah. Suatu paradigma yang
terdiri dari asumsi-asumsi teoritis yang umum dari hukum-hukum serta teknik-
teknik untuk penerapanya diterima oleh para anggota komunitas ilmiah. Pada tahap
kedua ini, tidak terdapat sengketa pendapat mengenai hal-hal yang fundamental
dalam suatu ilmu diantara para ilmuwan. Sehingga paradigma tunggal diterima oleh
melindungi ilmu biasa dari kritik dan falsifikasi sehingga ia tahan dari berbagai
Selama menjalankan riset dalam ilmu biasa ini, ilmuwan bisa menjumpai
banyak diantaranya amat penting menurut asumsi ilmuwan. Yang pada akhirnya
situasi ini disebut anomali. Teka-teki yang tidak terpecahkan dipandang sebagai
anomali ketimbang sebagai falasifikasi suatu paradigma oleh Kuhn. Jika anomali
tidak sejalan dengan pandangan paradigma mereka, serta kegagalan dalam ilmu
kesempurnaan paradigmanya, maka semenjak itu ilmu tesebut masuk dalam masa
krisis. Biasanya krisis ini timbul setelah mengalami ilmu biasa dalam waktu yang
lama, dan hal ini merupakan suatu fase yang harus dilewati untuk menuju kemajuan
ilmiah.
ilmuwan sudah keluar dari sains normal. Untuk mengatasi krisis, ilmuwan bisa
kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang lama sambil memperluas cara-cara itu
paradigma baru). Jika yang kedua ini terjadi, maka lahirlah revolusi ilmiah. Apabila
suatu cara pandang tertentu mendapat tantangan dari luar atau mengalami krisis,
kepercayaan terhadap cara pandang tersebut menjadi luntur, dan cara pandang yang
Kuhn menguti tanggapan Wolf Pauli sebagai contoh krisis terhadap fisika
pada sekitar tahun 1924. Pauli yang merasa kesal sedang mengeluh di depan
Pendeknya, ia terlampau sulit bagiku, rasanya aku ingin menjadi bintang pelawak
atau semacamnya dan tidak kepingin lagi mendengar tentang fisika. Pernyataan
tesebut sebagai contoh bahwa sekali suatu paradigma telah diperlemah dan
Contoh lain tentang hal ini, misalnya bisa dilihat pada bidang fisika yang
berkenaan dengan teori cahaya. Mula-mula cahaya dinyatakan sebagai foton, yaitu
dan beberapa karakteristik partikel. Teori ini menjadi landasan riset selanjutnya
yang hanya berumur setengah abad dan berakhir ketika muncul teori baru dari
Newton yang mengajarkan bahwa cahaya adalah partikel yang sangat halus. Teori
ini pun sempat diterima oleh hampir semua praktisi sains optika, kemudian muncul
teori baru yang bisa dikatakan lebih "unggul" yang digagas oleh Young dan Fresnel
pada awal abad ke-19 yang selanjutnya dikembangkan oleh Planck dan Einstein,
dan transisi yang berurutan dari paradigma yang satu ke paradigma yang lainnya
melalui revolusi. Paradigma baru bisa jadi akan sangat berlainan bahkan
paradigma yang bersaing ini tidak dapat diukur kualitasnya dengan standar yang
sama. Hal ini merupakan perkembangan yang biasa dari sains yang telah matang.
watak ilmu sebagai murni deskriptif, dimana ilmu bertujuan tidak lebih dari
menguraikan teori-teori ilmiah atau paradigma atas aktivitas ilmuwan. Jika benar,
maka pandangan Kuhn terlampau sangat dangkal sebagai teori tentang ilmu.
Pada periode ilmu biasa, para ilmuwan diberi kesempatan untuk bekerja
ilmuwan biasa dan tetap menjadi ilmuwan biasa, maka suatu ilmu akan terjebak
dalam suatu paradigma dan tidak bisa maju lebih dari itu.
bahwa suatu paradigma telah sempurna dan merupakan yang tebaik yang dapat
diperoleh. Hingga suatu paradigma akan menjadi tidak layak guna jika telah
maka akan semakin banyak pula konsep-konsep baru yang terbentuk. Yang lama
Apabila paradigma baru dapat diterima dan dapat bertahan dalam kurun
waktu tertentu, maka ilmu tersebut akan menjadi ilmu biasa yang baru, dan
seterusnya. Menurutnya tidak ada paradigma yang sempurna dan terbebas dari
untuk dapat berusaha keluar dari satu paradigma ke paradigma lain yang lebih
KESIMPULAN
akhir yang selalu terbuka untuk diperbaiki atau dikembangkan lebih lanjut. Ilmu
dalam setiap kegiatan observasi yang dipegang oleh anggota masyarakat ilmiah
atau sekolompok ilmuwan tersebut, pra-ilmu akan menjadi ilmu biasa (natural
science).
paradigma akan mengalami krisis kepercayaan oleh anggota masyarakat ilmiah jika
telah mencapai batas, tidak dapat memecahkan masalah/teka-teki dan tidak mampu
lagi melindungi ilmu dari anomaly atau kesulitan-kesulitan. Perlu dipahami, tidak
keluar dari satu paradigma ke paradigma lain yang lebih baik (pergeseran
Setelah terbentuk paradigma baru, maka terbentuk pula ilmu biasa baru yang
pastinya juga tidak akan lepas dari krisis kedepannya. Karenanya teori pradigma
Kuhn ini dianggap membuka kesempatan bagi suatu ilmu untuk terus berkembang.
Chalmers, Alan Francis. 1983. Apa itu yang dinamakan ilmu? (edisi baru).
Diterjemahkan oleh: Redaksi Hasta Mitra. Jakarta: Hasta Mitra.