Anda di halaman 1dari 18

TEORI SEBAGAI STRUKTUR:

PARADIGMA KUHN

Diajukan untuk memenuhi tugas


Mata kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum.

Disusun oleh:
PUTRI DWI HUMAERAH
17707251032

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul Teori
sebagai Struktur: Paradigma Kuhn. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas kuliah pada mata kuliah Filsafat Ilmu pada Jurusan Teknologi Pembelajaran,
Fakultas Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta. Alhamdulillah penulis
dapat menyusun makalah ini secara sistematik dan ringkas.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam membantu dan memperlancar pembuatan makalah ini,
diantaranya:

1. Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum., selaku Dosen Pengampu pada mata kuliah
Filsafat Ilmu jenjang S2.

2. Seluruh rekan kelas TP-B di Jurusan Teknologi Pembelajaran tahun 2017,


sebagai pemberi masukan dan motivasi selama penulisan berlangsung.

3. Dan semua pihak yang terlibat serta telah banyak membantu dan bekerja sama
selama penyelesaian makalah ini dari awal hingga akhir yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu.

Dalam pembuatan makalah ini, tentu saja masih jauh dari sempurna seperti
yang diharapkan. Untuk itu, kritik dan saran dari berbagai pihak tetap senantiasa
penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga segala bantuan dan
keterlibatan semua pihak menjadi amalan yang bermanfaat dan semoga pula
mendapatkan balasan yang lebih baik disisi Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya,
Semoga makalah ini dapat bermanfaat pada diri penulis khususnya dan semua orang
pada umumnya.

Yogyakarta, November 2017

Penulis

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | ii


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL. ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Pengantar .............................................................................................. 3
B. Paradigma dan Ilmu-biasa .................................................................... 8
C. Krisis dan Revolusi .............................................................................. 10
D. Fungsi Ilmu-biasa dan Revolusi ........................................................... 12

BAB III KESIMPULAN ................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | iii


BAB I

PENDAHULUAN

Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan (epistemologi),

epistemologi positivistik telah menjadi sebuah hegemoni, tetapi sekitar dua atau

tiga dasawarsa terakhir ini, terlihat perkembangan baru dalam filsafat ilmu

pengetahuan. Perkembangan ini dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Thomas S.

Kuhn, Paul Feyerabend, Norwood Russel Hanson, Robert Palter, Steven Toulmin

serta Imre Lakatos.

Ciri khas yang membedakan model filsafat ilmu baru ini dengan model yang

terdahulu adalah pendekatannya yang besar terhadap sejarah ilmu dan filsafat sains.

Dan peranan sejarah ilmu dalam upaya mendapatkan serta mengkonstruksikan

wajah ilmu pengetahuan dan kegiatan ilmiah yang terjadi.

Apa yang disebut dengan filsafat ilmu baru ini dimulai dengan terbitnya

karya Kuhn The Structure of Scientific Revolutions. Tulisan ini mempunyai arti

penting dalam perkembangan filsafat ilmu, tidak saja karena keberhasilannya

membentuk dan mengembangkan wacana intelektual baru dalam filsafat ilmu,

tetapi juga kontribusi konseptual yang memberi pengetahuan baru dalam berbagai

bidang disiplin intelektual dengan derajat sosialisasi dan popularitas yang baik.

Kuhn mengkritik doktrin-doktrin filsafat tertentu seperti pandangan tentang

verifikasi, falsifikasi, probabilistik, penerimaan dan penolakan teori-teori ilmiah.

Kuhn juga memperkenalkan teori Paradigm Switch (pergeseran paradigma) untuk

menjelaskan suatu ilmu. Bagi Kuhn sejarah ilmu merupakan kaca mata utamanya

dalam menyoroti permasalahan-permasalahan fundamental dalam epistemologi.

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 1


Menurutnya, dalam setiap perkembangan ilmu pengetahuan selalu terdapat dua fase

utama yaitu; normal science (ilmu biasa) dan revolutionary (revolusi). Singkatnya,

ilmu biasa adalah teori pengetahuan yang sudah mapan sementara revolusi adalah

upaya kritis dalam mempertanyakan ulang teori yang mapan tersebut dikarenakan

teori tersebut memang problematis.

Karena latarbelakang tersebut diatas, maka dianggap perlu untuk membahas

tentang pandangan Kuhn mengenai teori suatu ilmu, dimana dalam makalah ini,

pembahasannya akan meliputi:

1. Pengantar
2. Paradigma dan Ilmu-biasa
3. Krisis dan Revolusi
4. Fungsi Ilmu-biasa dan Revolusi

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGANTAR

1. Tentang Thomas Kuhn

Thomas Samuel Kuhn dilahirkan di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat

pada tanggal 18 Juli 1922. Kuhn lahir dari pasangan Samuel L. Kuhn, seorang

Insinyur industri dan Minette Stroock Kuhn. Dia mendapat gelar B.S di dalam

ilmu fisika dari Harvard University pada tahun 1943 dan M.S. Pada tahun 1946.

Khun mendapatkan gelar Ph.D dalam bidang ilmu fisika dari Harvard

University pada tahun 1949. Di universitas inilah, ia diangkat menjadi asisten

dosen bidang pendidikan umum dan sejarah ilmu. Tiga tahunnya dalam

kebebasan akademik sebagai Harvard Junior Fellow sangat penting dalam

perubahan perhatiannya dari ilmu fisika kepada sejarah (dan filsafat) ilmu. Dia

kemudian diterima di Harvard sebagai asisten profesor pada pengajaran umum

dan sejarah ilmu atas usulan presiden Universitas James Conant.

Setelah meninggalkan Harvard dia belajar di Universtitas Berkeley di

California sebagai pengajar di departemen filosofi dan sains. Dia menjadi

profesor sejarah ilmu pada 1961. Di Berkeley ini dia menuliskan dan

menerbitkan bukunya yang terkenal The Structure of Scientific

Revolution pada tahun 1962. Pada tahun 1964 dia menjadi profesor filsafat dan

sejarah seni di Princeton pada tahun 1964-1979. Kemudian di MIT sebagai

professor filsafat. Selanjutnya, tahun 1983 ia dianugerahi sebagai professor

dari Massachusetts Institude of University.

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 3


Pada tahun 1994 dia mewawancarai Niels Bohr sang fisikawan

sebelum fisikawan itu meninggal dunia. Pada tahun 1994, Kuhn didiagnostik

dengan kanker dari Bronchial tubes. Thomas Kuhn meninggal dunia pada

tanggal 17 Juni 1996 (umur 73 tahun) di rumahnya di Cambridge

Massachusetts karena penyakit kanker. Kuhn mendapat banyak penghargaan

di bidang akademik. Sebagai contohnya dia memegang posisi sebagai Lowel

lecturer pada tahun 1951, Guggeheim fellow dari 1954 hingga 1955, Dan

masih banyak penghargaan lain. Karya Kuhn cukup banyak, namun yang

paling terkenal dan mendapat banyak sambutan dari filsuf ilmu dan ilmuan

yaitu The Structure of Scientific Revolutions. Buku ini telah diterjemahkan

dalam 16 bahasa yang kemudian menjadi sebuah buku yang direkomendasikan

menjadi bahan bacaan dalam dalam kursus dan proses pembelajaran yang

berhubungan dengan pendidikan, sejarah, psikologi, riset dan sejarah serta

filsafat sains.

Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa Thomas Kuhn itu

merupakan tokoh yang beraliran analitis, minat utama pemikirannya terletak

pada filsafat sains, dan ia memiliki gagasan utama yaitu pergeseran paradigma.

Pemikiran dari Thomas Kuhn dipengaruhi oleh beberapa tokoh, antara lain:

Immanuel Kant, Alexandre Koyre, Michael Polanyl, J.H.V. Vieck Gaston

Bachelard, Jean Piaget, Bertrand Russell, dan Karl Popper. Pemikirannya

tentang filsafat sains mempengaruhi tokoh-tokoh yang muncul berikutnya,

seperti Paul Feyerabend, Imre Lakatos, dan Richard Rorty.

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 4


2. Teori Ilmu Kuhn

Kuhn yang memulai karir akademisnya sebagai ahli fisika,

mengalihkan perhatiannya pada bidang sejarah ilmu. Ia mulai merasa bahwa

prakonsepsi-prakonsepsinya mengenai watak ilmu telah gugur berantakan dan

menyadari bahwa pandangan tradisional tentang ilmu, apakah induktivis atau

falsifikasionis, semuanya tidak mampu bertahan dalam sejarah. Teori Kuhn

mengenai ilmu memberikan penekanan pada sifat revolusioner dari suatu

kemajuan ilmiah, revolusi yang membuang suatu struktur teori dan

menggantikannya dengan yang lain, dimana teori ini bertentangan dengan yang

semula. Dalam teori Kuhn ini menyebutkan pentingnya peranan sifat-sifat

sosiologis masyarakat ilmiah.

Pendekatan Lakatos memiliki beberapa kesamaan dengan pendekatan

Kuhn dalam memahami suatu ilmu. Keduanya mengemukakan pandangan

filosofisnya bahwa teori mereka tahan menghadapi kritik yang berdasar pada

sejarah ilmu. Teori Kuhn ini mendahului teori Lakatos, dan dapat dikatakan

bahwa hasil Kuhn juga digunakan dalam karya Lakatos.

Kuhn memandang ilmu dari perspektif sejarah, dalam arti sejarah ilmu.

Jika Popper menggunakan sejarah ilmu untuk mempertahankan pendapatnya,

Kuhn justru menggunakan sejarah ilmu sebagai titik tolak penyelidikannya.

Kuhn dengan mendasarkan pada sejarah ilmu, justru berpendapat bahwa

terjadinya perubahan-perubahan yang berarti tidak pernah terjadi berdasarkan

upaya empiris untuk membuktikan salah (falsifikasi) suatu teori atau sistem,

melainkan berlangsung melalui revolusi-revolusi ilmiah.

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 5


Gambaran Kuhn tentang cara ilmu berkembang dapat diringkas dalam

suatu skema yang open-ended, artinya, sebuah akhir yang selalu terbuka

untuk diperbaiki atau dikembangkan lebih lanjut. Skema tersebut yaitu:

Pra-ilmu ilmu-biasa krisis revolusi ilmu-biasa baru krisis baru

Pada pra-ilmu, aktivitas-aktivitas ilmiah dilakukan secara terpisah dan

tidak terorganisir. Hal ini disebabkan karena tidak adanya suatu pandangan

tersendiri yang diterima oleh semua ilmuwan tentang suatu teori. Disamping

itu, ada ilmuwan yang membuat kombinasi dan modifikasi lain yang masing-

masing aliran tersebut mendukung teorinya sendiri-sendiri. Peristiwa tersebut

berlangsung selama kurun waktu tertentu sampai suatu paradigma tunggal

diterima oleh semua aliran yang dianut ilmuwan tersebut. Dan ketika

paradigma tunggal diterima, maka jalan menuju ilmu biasa mulai ditemukan.

Aktivitas yang terpisah-pisah dan tidak terorganisasi pada awal

pembentukan suatu ilmu akan menjadi tersusun dan terarah pada saat

masyarakat ilmiah telah menganut suatu paradigma. Kuhn memakai istilah

paradigma untuk mengambarkan sistem keyakinan yang mendasari upaya

pemecahan teka-teki di dalam ilmu. Fokus pemikiran Kuhn menyatakan bahwa

perkembangan sains berlaku pada apa yang disebut paradigma ilmu. Menurut

Kuhn paradigma ilmu adalah suatu kerangka teoritis, atau suatu cara

memandang dan memahami alam, yang digunakan oleh sekelompok ilmuan

atau anggota masyarakat ilmiah sebagai pandangan dunianya. Paradigma ilmu

berfungsi seabagai lensa sehingga para ilmuan dapat mengamati dan

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 6


memahami masalah-masalah ilmiah dalam bidang masing-masing dan

jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah tersebut.

Saat suatu ilmu mentah telah dipengaruhi suatu paradigma, maka

lahirlah ilmu biasa (natural science). Para ilmuwan menggunakan dan

mengembangkan paradigma yang dianutnya untuk mempertanggungjawabkan

dan menjabarkan aspek-aspek ilmu dengan dunia nyata melalui hasil-hasil

eksperimen. Selama proses tersebut, suatu ilmu tidak akan terhindar dari

kesulitan dan falsifikasi. Setelah melewati kesulitan tersebut maka muncullah

keadaan krisis terhadap ilmu biasa. Krisis dapat teratasi apabila lahir paradigma

baru yang sepenuhnya berbeda dengan yang lama dan dapat diterima dan

dipercaya oleh para ilmuan sehingga paradigma sebelumnya dilepaskan dan

tergantikan dengan yang baru. Perubahan ini disebut dengan revolusi ilmiah.

Perkembangan ilmu bersifat revolusioner, artinya membuang suatu struktur

teori dan menggantikannya dengan yang lain. Paradigma baru juga tidak lepas

dari kesulitan-kesulitan baru yang menyebabkan krisis baru dan diikuti revolusi

baru, dan seterusnya tanpa akhir.

Dari analisis pendapat Kuhn di atas, penulis bisa menyimpulkan bahwa

Sains lebih dicirikan oleh paradigma dan revolusi yang menyertainya. Kuhn

menamakan sekumpulan ilmuan yang telah memiliki pandangan bersama

sebagai suatu komunitas ilmiah. Suatu komunitas ilmiah dengan suatu

paradigma bersama, memiliki kesamaan bahasa, nilai, asumsi, tujuan, norma

dan kepercayaan. Dari penjelasan tersebut, paradigma Kuhn diartikan dalam

definisi umumnya adalah sebagai disciplinary matrix atau pola ilmiah.

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 7


B. PARADIGMA DAN ILMU-BIASA

Paradigma berasal dari bahasa inggris paradigm dan bahasa Yunani para

deigma (), yang berarti model, contoh, arketipe, ideal. Paradigma

menurut Kuhn adalah pandangan dasar tentang pokok bahasan ilmu.

Mendefinisikan apa yang harus diteliti dan dibahas, pertanyaan apa yang harus

dimunculkan, bagaimana merumuskan pertanyaan, dan aturan-aturan apa yang

harus diikuti dalam menginterpretasikan jawabannya. Paradigma terkait dengan

pendefinisian, eksemplar ilmiah, teori, metode, serta instrumen yang tercakup

didalamnya. Analoginya, Paradigma menyediakan puzzle bagi para ilmuwan dan

sekaligus menyediakan alat untuk solusinya. Ilmu digambarkan oleh Thomas Kuhn

sebagai sebuah kegiatan menyelesaikan puzzle.

Paradigma menurut Kuhn mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Dasar munculnya kegiatan penelitian ilmiah secara koheren (masuk akal).

2. Pencapaian hasil-hasil ilmiah yang diakui secara umum.

3. Cara memandang dunia dari segi ilmu tertentu.

4. Kumpulan teori dan teknik yang sesuai dengan pemecahan masalah.

5. Perpaduan teori dan metode untuk mewujudkan sesuatu yang mendekati

pandangan dunia.

6. Matrik disipliner (disciplinary matrix atau pola ilmiah), yakni keseluruhan

kumpulan keyakinan, model, nilai, komitmen, teknik dan eksemplar yang

dianut oleh anggota komunitas ilmiah tertentu.

7. Eksemplar (contoh atau teladan), yaitu model atau penyelesaian (solusi)

teka-teki masalah ilmiah.

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 8


Menurut Kuhn, eksistensi suatu paradigma yang mampu mendukung

keberadaan ilmu biasa merupakan ciri yang membedakan ilmu dari non-ilmu.

Dengan penggunaan istilah paradigma itu, Kuhn hendak menunjuk pada praktik

ilmiah dimana dalam suatu komunitas ilmiah itu harus mencakup dalil, teori,

penerapan, dan instrumental yang didasarkan pada paradigma dan standar aturan

yang sama. Aturan-aturan itu menjadi prasyarat bagi adanya ilmu biasa.

Ilmu biasa (normal science) adalah kerangka referensi yang mendasari

sejumlah teori maupun praktik-praktik ilmiah dalam periode tertentu. Kuhn

menggambarkan ilmu biasa sebagai aktivitas pemecahan teka-teki yang dibimbing

oleh peraturan suatu paradigma. Pada tahap ini, aktivitas yang mengawali

pembentukan suatu ilmu menjadi tersusun dan terarah. Suatu paradigma yang

terdiri dari asumsi-asumsi teoritis yang umum dari hukum-hukum serta teknik-

teknik untuk penerapanya diterima oleh para anggota komunitas ilmiah. Pada tahap

kedua ini, tidak terdapat sengketa pendapat mengenai hal-hal yang fundamental

dalam suatu ilmu diantara para ilmuwan. Sehingga paradigma tunggal diterima oleh

semuanya (masyarakat ilmuan). Paradigma tunggal yang telah diterima tersebut

melindungi ilmu biasa dari kritik dan falsifikasi sehingga ia tahan dari berbagai

kritik dan falsifikasi.

Kegagalan memecahkan teka-teki selama masa ilmu biasa, dipandang

sebagai sebuah kegagalan si ilmuwan ketimbang kegagalan paradigma itu sendiri.

Teka-teki yang tidak terpecahkan dipandang sebagai sebuah anomaly (kelainan)

ketimbang sebagai falsifikasi suatu paradigma.

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 9


C. KRISIS DAN REVOLUSI

Selama menjalankan riset dalam ilmu biasa ini, ilmuwan bisa menjumpai

berbagai fenomena/kesulitan/permasalahan/teka-teki yang tidak terselesaikan dan

banyak diantaranya amat penting menurut asumsi ilmuwan. Yang pada akhirnya

akan muncul keganjilan, ketidaksepakatan dan penyimpangan. Maka oleh Kuhn

situasi ini disebut anomali. Teka-teki yang tidak terpecahkan dipandang sebagai

anomali ketimbang sebagai falasifikasi suatu paradigma oleh Kuhn. Jika anomali

semakin banyak, hingga suatu komunitas ilmiah mengumpulkan data-data yang

tidak sejalan dengan pandangan paradigma mereka, serta kegagalan dalam ilmu

masuk pada tingkat gawat dimana para ilmuwan mulai mempersoalkan

kesempurnaan paradigmanya, maka semenjak itu ilmu tesebut masuk dalam masa

krisis. Biasanya krisis ini timbul setelah mengalami ilmu biasa dalam waktu yang

lama, dan hal ini merupakan suatu fase yang harus dilewati untuk menuju kemajuan

ilmiah.

Dalam krisis inilah paradigma mulai dipertanyakan. Dengan demikian sang

ilmuwan sudah keluar dari sains normal. Untuk mengatasi krisis, ilmuwan bisa

kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang lama sambil memperluas cara-cara itu

(kembali ke cara-cara lama) atau mengembangkan sesuatu paradigma tandingan

yang bisa memecahkan masalah dan membimbing riset berikutnya (berpindah ke

paradigma baru). Jika yang kedua ini terjadi, maka lahirlah revolusi ilmiah. Apabila

suatu cara pandang tertentu mendapat tantangan dari luar atau mengalami krisis,

kepercayaan terhadap cara pandang tersebut menjadi luntur, dan cara pandang yang

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 10


demikian menjadi kurang berwibawa, pada saat itulah menjadi pertanda telah

terjadi pergeseran paradigma.

Kuhn menguti tanggapan Wolf Pauli sebagai contoh krisis terhadap fisika

pada sekitar tahun 1924. Pauli yang merasa kesal sedang mengeluh di depan

seorang temannya, sekarang ini, fisika sekali lagi sangat membingungkan.

Pendeknya, ia terlampau sulit bagiku, rasanya aku ingin menjadi bintang pelawak

atau semacamnya dan tidak kepingin lagi mendengar tentang fisika. Pernyataan

tesebut sebagai contoh bahwa sekali suatu paradigma telah diperlemah dan

digerowoti sampai pada suatu batas sehingga para pendukungnya kehilangan

kepercayaan padanya, berarti sudah waktunya untuk suatu revolusi.

Contoh lain tentang hal ini, misalnya bisa dilihat pada bidang fisika yang

berkenaan dengan teori cahaya. Mula-mula cahaya dinyatakan sebagai foton, yaitu

maujud mekanis kuantum yang memperlihatkan beberapa karakteristik gelombang

dan beberapa karakteristik partikel. Teori ini menjadi landasan riset selanjutnya

yang hanya berumur setengah abad dan berakhir ketika muncul teori baru dari

Newton yang mengajarkan bahwa cahaya adalah partikel yang sangat halus. Teori

ini pun sempat diterima oleh hampir semua praktisi sains optika, kemudian muncul

teori baru yang bisa dikatakan lebih "unggul" yang digagas oleh Young dan Fresnel

pada awal abad ke-19 yang selanjutnya dikembangkan oleh Planck dan Einstein,

yaitu bahwa cahaya adalah gerakan gelombang tranversal.

Transformasi-transformasi paradigma semacam ini adalah revolusi sains,

dan transisi yang berurutan dari paradigma yang satu ke paradigma yang lainnya

melalui revolusi. Paradigma baru bisa jadi akan sangat berlainan bahkan

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 11


berlawanan dengan yang lama. Paradigma yang alternatifnya berlawanan disebut

gestalt switch (perpindahan keselutuhan) oleh Kuhn. Dimana antara paradigma-

paradigma yang bersaing ini tidak dapat diukur kualitasnya dengan standar yang

sama. Hal ini merupakan perkembangan yang biasa dari sains yang telah matang.

D. FUNGSI ILMU-BIASA DAN REVOLUSI

Beberapa aspek pada tulisan karya Kuhn terkesan bahwa ia memandang

watak ilmu sebagai murni deskriptif, dimana ilmu bertujuan tidak lebih dari

menguraikan teori-teori ilmiah atau paradigma atas aktivitas ilmuwan. Jika benar,

maka pandangan Kuhn terlampau sangat dangkal sebagai teori tentang ilmu.

Namun Kuhn dengan tegas menyatakan bahwa pandangannya mengandung teori

tentang ilmu karena berisi tentang keterangan tentang fungsi komponennya.

Pada periode ilmu biasa, para ilmuwan diberi kesempatan untuk bekerja

mengembangkan detail-detail yang belum ditemukan dengan berbagai ekperimen

menggunakan paradigma yang diyakini. Namun jika semua ilmuwan adalah

ilmuwan biasa dan tetap menjadi ilmuwan biasa, maka suatu ilmu akan terjebak

dalam suatu paradigma dan tidak bisa maju lebih dari itu.

Karena suatu paradigma merupakan kerangka bagaimana para ilmuwan

pemegangnya memandang dan menjabarkan lingkungannya, tidak ada pegangan

bahwa suatu paradigma telah sempurna dan merupakan yang tebaik yang dapat

diperoleh. Hingga suatu paradigma akan menjadi tidak layak guna jika telah

mencapai suatu batas tertentu, terlebih jika keseimbangannya di alam menjadi

dipersoalkan. Semakin banyaknya observasi yang dilakukan terhadap suatu ilmu,

maka akan semakin banyak pula konsep-konsep baru yang terbentuk. Yang lama

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 12


akan disempurnakan menjadi paradigma baru.

Apabila paradigma baru dapat diterima dan dapat bertahan dalam kurun

waktu tertentu, maka ilmu tersebut akan menjadi ilmu biasa yang baru, dan

kemungkinan akan ditemukan anomali-anomali dan terjadi krisis baru begitu

seterusnya. Menurutnya tidak ada paradigma yang sempurna dan terbebas dari

kelainan-kelainan. Sehingga konsekuensinya ilmu harus mengandung suatu cara

untuk dapat berusaha keluar dari satu paradigma ke paradigma lain yang lebih

baik, inilah fungsi revolusi.

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 13


BAB III

KESIMPULAN

Suatu ilmu berkembang dalam struktur yang open-ended, artinya, sebuah

akhir yang selalu terbuka untuk diperbaiki atau dikembangkan lebih lanjut. Ilmu

diawali dengan pembentukan pra-ilmu dimana kegiatan-kegiatan ilmiah para

ilmuwan masih belum terorganisir hingga mereka memiliki sebuah paradigma

dalam setiap kegiatan observasi yang dipegang oleh anggota masyarakat ilmiah

atau sekolompok ilmuwan tersebut, pra-ilmu akan menjadi ilmu biasa (natural

science).

Paradigma melindungi suatu ilmu dari segala falsifikasi. Namun suatu

paradigma akan mengalami krisis kepercayaan oleh anggota masyarakat ilmiah jika

telah mencapai batas, tidak dapat memecahkan masalah/teka-teki dan tidak mampu

lagi melindungi ilmu dari anomaly atau kesulitan-kesulitan. Perlu dipahami, tidak

ada paradigma yang sempurna dan terbebas dari kelainan-kelainan (anomaly),

sebagai konsekuensinya ilmu harus mengandung suatu cara untuk mendobrak

keluar dari satu paradigma ke paradigma lain yang lebih baik (pergeseran

paradigma), inilah fungsi revolusi ilmiah.

Setelah terbentuk paradigma baru, maka terbentuk pula ilmu biasa baru yang

pastinya juga tidak akan lepas dari krisis kedepannya. Karenanya teori pradigma

Kuhn ini dianggap membuka kesempatan bagi suatu ilmu untuk terus berkembang.

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 14


DAFTAR PUSTAKA

Chalmers, Alan Francis. 1983. Apa itu yang dinamakan ilmu? (edisi baru).
Diterjemahkan oleh: Redaksi Hasta Mitra. Jakarta: Hasta Mitra.

Teori sebagai Struktur: Paradigma Kuhn | 15

Anda mungkin juga menyukai