Anda di halaman 1dari 8

1.

Ardiansah Tugas PKn


2. Amelia Fernandha

XII IPA 1

Sejarah Pers
A. Di Dunia

Kegiatan jurnalistik awalnya terjadi sekitar 3000 tahun lalu, ketika raja
Firaun di Mesir, Amenthop II, mengirim ratusan pesan kepada para
perwiranya di berbagai provinsi, yang berisi informasi tentang hal-hal yang
terjadidi ibukota kerajaan itu. Namun, media pertama yang terbentuk barang
cetakan disebut Acta Diurna (catatan harian) di Roma dan Gazetta di Venesia
yang masih berbentuk newssheet, yaitu kertas-kertas lepas yang
digantungkan. Isi Acta Diurna berupa informasi dari pusat pemerintahan
Romawi kepada rakyatnya sekitar tahun 59 SM. Informasi itu dipasang di
Forum Romanum (Stadion Romawi) agar diketahui rakyat. Sedangkan
berbagai undang-undang, peraturan, dan tata tertibyang disahkan senat
negeri tersebut diumumkan di depan gedung senat Romawi dan disebut Acta
Senatus. Informasi keagamaan diumumkan Imam Agung di papan halaman
gereja dengan nama Anales, sedangkan orang-orang yang menyebarluaskan
hal itu disebut diurnalis.
Surat kabar pertama yang terbit teratur menurut Kusumaningrat &
Kusumaningrat (2006) dimulai di Jerman, yang bernama Aviso di
Wolfenbuttel dan Relation di Strabourg. Setelah itu, berdasarkan catatan
ensiklopedi, muncul berbagai terbitan reguler di negara-negara lain di Eropa.
Weekly News tahun 1622 merupakan terbitan media cetak pertama di
Inggris. Surat kabar pertama yang terbit setiap hari atau sudah menjadi
harian bernama Einkommende Zeitung, di Leipzig Jerman. Sedangkan surat
jabar harian pertama di Inggris bernama The Daily Courant, terbit di London
tahun 1702. Benyamin H. Day di Amerika Serikat, pertama kali memunculkan
penny newspaper (surat kabar murah) yang harganya satu sen, penny
pertama kali terbit di New York tahun 1883.
Setelah surat kabar, bentuk-bentuk lain dari media cetak juga
bermunculan. Majalah mulai berkembang sekitar 2 abad lalu. Perkembangan
teknologi telah memunculkan kemajuan pesat dalam dunia media massa
karena setelah media cetak, kemudian muncul media elektronik. Radio
muncul ke dunia sekitar tahun 1920 dan televisi menyusul kemudian setelah
Perang Dunia Kedua.
B. Di Indonesia

Zaman Belanda
a) Pada tahun 1774, muncul surat kabar yang pertama terbit di Indonesia
pada masa penjajahan Belanda, yang pada masa itu dipimpin oleh
Jendral van Jonhoff Baviasche Nouveles.
b) Pada tahun 1886, Meulen Hoff mendirikan Pemberitaan Betawi di
Batavia.
c) Tahun 1887, Stevanus Sandiman dan Mas Marcus Garito mendirikan
Bianglala.
d) Tahun 1888-1891, Yap Gan Ho menerbitkan Sinar Terang.
e) Tahun 1890-1933, Liem Soen Hian menerbitkan Liem Bian Go dan Tjaja
Soematra di Padang.
f) Tahun 1861-1887, terbit Bientang Timoer di Surabaya oleh Parada
Harahap, yang kemudian namanya diubah menjadi Bientang Soerabaja
pada tahun 1887-1924.
g) Tahun 1902-1942, Tio Ie Soei menerbitkan koran Pewarta Soerabaja.
h) Tahun 1901-1925, muncul koran-koran dengan nama Cina seperti:
Keng Po di Batavia, Lin Po di Sukabumi, dan Sin Bin di Bandung.

Zaman Jepang
Sesudah proklamasi kemerdekaan, pers Indonesia berada di Zaman
Jepang. Pemerintahan penjajahan Jepang melarang pers berbahasa Belanda
dan Cina. Koran berbahasa Indonesia mendapat sensor ketat dari jepang dan
jumlahnya hanya beberapa saja yang tersisa, antara lain Asia Raja (Jakarta),
Sinar Baroe (Semarang), Sinar Matahari (Jogjakarta), Soeara Asia
(Soerabaja), Kita Sumatra Shinbun (Tapanuli), Shinbun (Taratung), Atjeh
Shinbun (Kutaraja). Kantor berita Antara diganti namanya menjadi Domei
(berbahasa Indonesia) dan Yashima (berbahasa Jepang).

Periode 1945-1950
Pada masa awal Indonesia merdeka, beberapa surat kabar terbit di
berbagai daerah, antara lain koran Merdeka, Pedoman, dan Berita Indonesia
di Jakarta, Waspada di Medan, Mimbar Oemoem diTebing Tinggi, Adil di Solo,
Kedaulatan Rakjat dan Kantor Berita Antara di Jogjakarta. Sedangkan secara
nasional, pada saat itu diperkirakan terdapat sekitar 75 surat kabar dan
majalah, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, Belanda atau
Cina.

Periode 1950-1959
Era tahun 1950-1959, pers nasional berada pada masa pers liberal,
sesuai dengan kondisi pemerintahan yang menggunakan sistem liberal saat
itu. Waktu itu, beberapa surat kabar muncul, seperti Soerabaja Post dan Jawa
Pos di Surabaya, Kedaulatan Rakjat dan Minggoean Pagi di Jogjakarta, serta
Pemandangan di Jakarta, dan banyak lagi di daerah lainnya di Indonesia.
Periode ini tercatat sekitar 104 surat kabar dan 226 majalah yang terbit dan
bahasa yang digunakan juga beragam: Indonesia, Inggris, Belanda, atau
Cina. Setelah tahun 1954, di seluruh Indonesia tercatat ada sekitar 286 surat
kabar yang terbit.

Periode 1959-1965
Sesudah Dekrit Presiden, Indonesia memasuki sistem demokrasi
terpimpin, termasuk surat kabar dan majalah yang di seluruh Indonesia
berjumlah sekitar 187 buah. Pada masa itu cirinya, informasi media massa
tidak boleh bertentangan dengan presiden. Justru yang berperan besar
adalah media yang dikelola partai politik, seperti Soeloeh Indonesia (PNI),
Harian Rakjat (PKI), Warta Bhakti (Baperki), Doeta Masjarakat (NU), dan
Pedoman (PSI). surat kabar umum yang terbit di masa itu, antara lain
Merdeka (1961), Sinar Harapan (1961), dan Kompas (1965).

Periode Orde Baru


Pemberontakan G30S/PKI berakhir menyebabkan beberapa surat kabar
yang berhaluan kiri dilarang, seperti Harian Rakjat, Warta Bhakti, dan
Soeloeh Indonesia. Bersamaan dengan itu, muncul pers dan surat kabar
mahasiswa sebagai media perjuangannya, seperti Harian KAMI dan
Minggoean Mahasiswa Indonesia di Bandung.

Namun, pers nasional mengalami peristiwa kelabu pada tanggal 15


Januari 1974, yang dikenal dengan sebutan Malapetaka Lima Belas Januari
(Malari), beberapa surat kabar dilarang terbit, seperti Indonesia Raja,
Pedoman, Abadi, KAMI, El-Bahar, Mingguan Mahasiswa Indonesia, dan
Mingguan Srikandi. Setelah peristiwa itu, surat kabar yang berkembang
justru surat kabar independen dan profesional. Terbukti, sesudah tahun
1970-an, tercatat 1.599 surat izin terbit (SIT) yang dikeluarkan pemerintah
untuk persuratkabaran.
Guna membedakan pers umum milik lembaga independen dan pers
khusus, seperti milik perguruan tinggi atau lembaga lain, pemerintah
menetapkan surat kabar umum harus memiliki surat izin usaha penerbitan
pers (SIUP), sedangkan pers khusus tetap menggunakan SIT. Pada masa itu,
dikembangkan pula moto pers bebas yang bertanggung jawab.
1.Tokoh Pers Dunia

Peter Jennings (ABC Robin Meade (HLN)


News) Rudi Bakhtiar (CNN)
Tom Brokaw ( NBC Melissa Theuriau
News) Sharon Tay (BNN)
Maria Bartimoro (CNB) Jackie Guerrido
Connie Chung Win Tin

WIN TIN


Win Tin adalah seorang jurnalis Burma, politisi
dan tahanan politik. Ia mendirikan Liga Nasional
untuk Demokrasi (NLD). Ia dipenjarakan oleh
pemerintah militer selama 19 tahun (1989-2008)
untuk tulisan-tulisannya dan posisi
kepemimpinannya di NLD. Dia adalah anak tertua
dari 3 bersaudara. Dia sekolah di Myoma High School
di Yangon. Ia menerima gelar Bachelor of Arts dalam sastra Inggris, sejarah
modern dan ilmu politik dari Universitas Rangoon pada tahun 1953.
Beberapa teman sekolah kontemporer adalah Kyaw Aung dan Mya Dari Tint.

Sebelum 88 pemberontakan

Ia menjabat sebagai editor-in-chief dari Kyemon (The Mirror), salah
satu surat kabar Burma paling populer pada saat itu setelah dinasionalisasi
dan pendiri asli, U Thaung, dipenjarakan pada tahun 1964. Pada tahun 1969,
ia diangkat sebagai Editor-in-chief dari suatu Negara yang dimiliki koran
harian baru, Hanthawaddy harian di Mandalay oleh pemerintah militer Ne
Win. Ini menjadi salah satu sukses dalam beberapa tahun. Namun berkat
keengganan untuk berkompromi kemerdekaan editorial dan kecenderungan
untuk menjalankan cerita mengkritik rezim, kertas ditutup dan ia dipecat
pada tahun 1978.

Dia menulis Cari untuk kecantikan dengan nama pena Paw Thit.
Terjemahan dari Northern Light dan Queed yang karya-karyanya terkenal. Ia
juga menulis buku tentang tur di negara-negara komunis. Otobiografinya,
Apa Neraka Manusia, diterbitkan pada tahun 2010 dan dijelaskan secara rinci
dari penyiksaan dan interogasi praktik tidak manusiawi di penjara.

penjara politik

Win Tin menjalani hukuman 20 tahun atas tuduhan termasuk
"propaganda anti-pemerintah." Dia telah mencoba untuk menginformasikan
PBB pelanggaran hak asasi manusia yang sedang berlangsung di penjara
Burma. Pada tahun 2001, Win Tin dianugerahi UNESCO / Guillermo Cano
Kebebasan Pers Dunia Prize atas usahanya untuk mempertahankan dan
mempromosikan hak untuk kebebasan berekspresi. Tahun itu, ia juga
dianugerahi Asosiasi Surat Kabar Dunia 'Golden Pen of Freedom Award. Dari
tahun 2006 dan seterusnya, ia tidak bisa menerima kunjungan dari Komite
Internasional Palang Merah (ICRC).
Pada 81, dia dalam keadaan miskin kesehatan, diperburuk oleh
pengobatan di penjara, termasuk penyiksaan, akses memadai untuk
perawatan medis, ditahan di sel yang dirancang untuk anjing militer, tanpa
tempat tidur, dan yang tidak diberi makanan dan air untuk jangka waktu
yang lama. [3] D Wave, berkala resmi NLD, dimulai di penjara dengan
menulis tangan.

pelepasan

Ia dibebaskan pada tanggal 23 September 2008, setelah menjalani 19
tahun penjara. Setelah dibebaskan dari penjara Win Tin melakukan upaya
untuk membenahi NLD. Dia diluncurkan pada pertemuan mingguan Komite
Eksekutif Sentral partai yang telah teratur diselenggarakan sejak tahun
2003. Dia juga kembali sebuah meja bundar yang biasa disebut "Pemuda
dan Masa Depan" yang Aung San Suu Kyi telah berpartisipasi di masa lalu.
Win Tin mengunjungi keluarga tahanan politik untuk memberikan dukungan
moral. [5]

Menurut The Economist, ia melihat Aung San Suu Kyi sebagai "terlalu
lembut dan terlalu pro-kemapanan," seseorang yang "dinegosiasikan dengan
para jenderal, di mana ia tidak akan pernah, dan dihormati oleh anggota
partai dengan cara yang dia pikir adalah buruk bagi demokrasi. "[6]

Ia mendirikan U Win Tin Foundation untuk membantu mantan tahanan
politik dan keluarga mereka termasuk beasiswa untuk pendidikan universitas
di 2012. Sebagian besar uang yang diberikan digunakan untuk tujuan itu.

Masalah kesehatan dan kematian

Ia dibawa ke rumah sakit swasta pada tanggal 12 Maret tahun 2014
untuk masalah pernapasan dan nyeri pinggul sebelum dipindahkan ke
Rumah Sakit Umum Yangon. [8] Ia meninggal karena gagal multiorgan pada
tanggal 21 April 2014. [9] [10] Ia ingin dikremasi segera setelah
kematiannya. Tubuhnya dikremasi di Yayway Cemetery di Yangon Utara
Okkalapa Township di malam 23 April [11]

2.Tokoh Pers Indonesia

o Mochtar Lubis o Atang Ruswita


o Adam Malik o Adam Malik
o Adi Nugroho o Adinegoro
o Maria Margaretha o Arswendo Atmowiloto
Hartiningsih o Abdullah Ahmad
o Rosihan Anwar o Goenawan Mohammad
o Abdoel Rivai
o DR. ABDUL RIVAI
o
o Dr. Abdul Rivai lahir pada tahun 1871. Dia adalah seorang dokter,
namun dia mengabdikan dirinya dalam dunia kewartawanan. Tulisannya
berisi anjuran-anjuran politik untuk kemajuan bangsa Indonesia saat itu.
Bahkan ada salah satu surat kabar Pewarta Deli (9 Oktober 1930)
menyebutnya sebagai bapak dalam golongan jurnalistik. Cita-citanya
adalah ingin bersekolah di sekolah dokter. Sampai pada
saatnya beliau berangkat ke JAwa dan mendaftarkan diri
sebagai murid di STOVIA. Beliau lulus pada tahun 1895
lalu ditempatkan sebagai dokter di Medan.
o Pada tahun 1918, beliau diangkat sebagai anggota
Volksraad, terbukti saat itu beliau juga merupakan orator
yang tangguh. Dalam waktu satu tahun menjadi anggota
Volksraad,beliau kehilangan penghasilannya. Akhirnya
beliau pergi ke Eropa, Amerika dan Swiss. Sekembalinya
dari perjalanan itu, beliau menetap di Jakarta. Beliau sering menulis artikel di
Bintang Timoer, pimpinan Parada Harahap pada masa jayanya. Saat itu,
beliau mulai sakit-sakitan sehingga dokter menyarankannya untuk tinggal di
tempat yang dingin, maka pindahlah beliau k Bandung. Namun tak lama
tinggal di Bandung, tanggal 16 Oktober 1933 beliau meninggal dunia dalam
usia 62 tahun.
o

o Perbedaan Reporter dan Jurnalis


Reporter
o Reporter adalah salah satu jenis jabatan kewartawanan yang
bertugas melakukan peliputan berita (news gathering) di lapangan dan
melaporkannya ke pada publik, baik dalam bentuk tulisan untuk media cetak
atau dalam situs berita di internet, atau pun secara lisan, bila laporannya
disampaikan melalui media elektronik radio atau televisi. Hasil kerja reporter,
baik merupakan naskah tulisan ataupun lisan, umumnya harus melalui
penyuntingan redaktur atau produser berita sebelum bisa disiarkan kepada
public.
o
Jurnalis
o Wartawan atau jurnalis adalah seseorang yang melakukan
jurnalisme atau orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa
laporan) dan tulisannya dikirimkan/dimuat di media massa secara teratur.
Laporan ini lalu dapat dipublikasi dalam media massa, seperti koran, televisi,
radio, majalah, film dokumentasi, dan internet. Wartawan mencari sumber
mereka untuk ditulis dalam laporannya; dan mereka diharapkan untuk
menulis laporan yang paling objektif dan tidak memiliki pandangan dari
sudut tertentu untuk melayani masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai