Anda di halaman 1dari 18

KRISIS MORAL BANGSA INDONESIA

MENCIPTAKAN KORUPSI

KELAS MPKT-A 06

KELOMPOK HOME GROUP 3

1. Elisabeth Maya Rosa (1506674652)


2. Ardiansah (1506673523)
3. Sarah FairuzImani (1506675655)
4. Farida Ulfah (1506672395)
5. Salma Amaliani Putri (1506673334)
6. Reza Isqar Amanda (1506723446)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

ii
ABSTRAK

Korupsi sudah merupakan masalah yang akut yang terjadi di bangsa Indonesia. Degradasi moral
dalam bangsa Indonesia menjadi penyebab korupsi. Fenomena-fenomena yang terjadi adalah
budaya permisif yang timbul di masyarakat dimana ingin akan hadirnya Negara yang bebas dari
korupsi tetapi masih mempraktekkan perilaku-perilaku koruptif. Korupsi berdampak pada semua
sektor yang ada di negara ini dan memperbesar angka kemiskinan. Penegakan hukum atas tindak
pidana korupsi masih kurang dan harus lebih ditegaskan.
Kata kunci : korupsi, moral, dampak, undang-undang, hukum

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul Krisis Moral Bangsa Indonesia Menciptakan
Korupsi ini dapat tersusun hingga selesai dengan baik. Tidak lupa kami dari
kelompok Home Group 3 juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari teman-
teman dan fasilitator yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.

Harapan kami adalah semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Depok, April 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Abstrak .................................................................................................................. i
Pengantar ............................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah............................................................................................ 1
1.3 Tujuan penulisan ............................................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan .................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Teori
2.1.1 Definisi Krisis Moral........................................................................ 3
2.1.2 Faktor Penyebab Krisis Moral di Indonesia ..................................... 3
2.1.3 Keterkaitan antara Krisis Moral dan Korupsi
di Indonesia Sekarang ...................................................................... 5
2.1.4 Hukum yang Mengatur Korupsi ...................................................... 6
2.2 Data Kasus ...................................................................................................... 6

BAB 3 ANALISIS
3.1 Pandangan Hukum terhadap Kasus Korupsi Terkait ...................................... 8
3.2 Korupsi bertentangan dengan sila pertama Pancasila ..................................... 10
3.3 Kerusakan Moral Menembus Budaya, Etika
dalam Lembaga Pemerintahan ....................................................................... 10
3.4 Nilai Berprilaku sebagai Aparat Negara yang Seharusnya
(Mengacu Pancasila) ......................................................................................
3.5 Solusi Mengatasi Kerusakan Moral dan Perluasan Budaya
Korupsi karena Krisis Moral ..........................................................................

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................
4.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dengan semakin berkembangnya sektor ekonomi dan politik serta semakin


majunya usaha-usaha pembangunan di suatu negara, maka semakin kuat dorongan
individu terutama di kalangan petinggi negara dan pegawai negeri untuk
melakukan praktek korupsi. Merosotnya moral bangsa Indonesia telah
menyebabkan korupsi yang berdampak terpuruknya perekonomian Indonesia. Di
Indonesia sendiri praktik korupsi sudah sedemikian parah dan akut. Korupsi di
Indonesia dewasa ini sudah menjadi patologi sosial (penyakit sosial) yang sangat
berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Nilai moral yang selalu ditanamkan dalam kehidupan bermasyarakat
kian menurun dan pudar. Hal ini menjadi suatu yang ironi jika mengharapkan
Negara ini menjadi Negara yang bebas dari korupsi tapi perbuatan-perbuatan yang
mengarah pada korupsi justru dibiarkan dan nilai-nilai yang mendukung untuk
hilangnya korupsi malah dianggap hal yang aneh dan mengakibatkan pengucilan
bagi yang mempraktekannya.

Kami dari Home Goup 3 kelas MPKT-A 06 akan membahas mengenai


semua hal yang berhubungan dengan krisis moral di Indonesia serta korupsi yang
menjadi ujung dari krisis moral tersebut. Penulis akan mencoba memberikan solusi
untuk mengatasi masalah krisis moral dan korupsi sehingga bisa meminimalisasi
tingkat korupsi di Indonesia

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana keterkaitan antara krisis moral dengan maraknya korupsi di
Indonesia saat ini?
2. Bagaimana kaitan kasus korupsi yang terjadi di Indonesia dengan nilai
pancasila?

1
3. Bagaimana kerusakan moral menembus etika dan budaya dalam lembaga
pemerintahan yang korup?
4. Bagaimana solusi terbaik yang dapat diterapkan dalam mengatasi
kerusakan moral dan perluasan budaya korupsi di Indonesia?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui keterkaitan antara krisis moral dengan korupsi yang


terjadi di Indonesia
2. Untuk mengetahui apa saja yang sejauh ini bertentangan dengan kasus
korupsi yang terjadi saat ini
3. Untuk mengetahui
4. Untuk mengetahui solusi dalam menghadapi dan mengatasi korupsi di
Indonesia

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan dalam penulisan makalah kelompok ini, kami membuat


sistematika penulisan dalam 4 bab, yaitu :

a) Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah yang akan dibahas. perumusan
masalah dan ruang lingkupnya. tujuan penulisan. jenis penelitian dan
metode analisis yang digunakan, serta sistematik penulisan
b) Pembahasan
Berisi pembahasan mengenai pokok masalah yang dibahas yang
mencakup berbagai aspek
c) Analisis
Berisi pemikiran-pemikiran kritis yang kelompok kami berikan serta
solusi dari permasalahan yang telah dibahas pada bab sebelumnya
d) Penutup
Berisi kesimpulan materi serta saran yang kelompok kami berikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TEORI
2.1.1 Definisi Krisis Moral

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, krisis memiliki arti keadaan yang


berbahaya atau keadaan yang genting/kemelut atau juga keadaan suram. Sedangkan
pengertian moral menurut Chaplin (2006), yaitu moral mengacu pada akhlak yang
sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang
mengatur tingkah laku. Maka, krisis moral adalah kemerosotan dalam bidang moral
dimana hampir tidak ada lagi akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, hukum,
atau adat kebiasaan baik yang mengatur tingkah laku.

2.1.2 Faktor Penyebab Krisis Moral di Indonesia


1. Pengaruh budaya asing

Masuknya budaya barat bisa dikatakan sebagai penyebab jatuhnya moral di


Indonesia. Budaya barat seakan mendoktrin masyarakat untuk perlahan menjauh
dari kebudayaannya sendiri. Akan tetapi, kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan
budaya tersebut. Setiap individu pun patut disalahkan karena tidak bisa menyaring
dan menyesuaikan budaya barat yang masuk dengan budaya mereka sendiri.
Dengan budaya asing yang masuk, banyak yang menganggap kebiasaan disana
seperti hubungan bebas dan materialisme menjadi hal yang biasa. Hal ini sangat
memprihatinkan mengingat banyak remaja yang mulai bahkan sudah menerapkan
hubungan bebas dalam pergaulannya. Materialisme pun dapat kita lihat dalam
kehidupan masyarakat yang berubah menjadi gaya hidup konsumtif. Gaya hidup
mewah yang hanya mementingkan dirinya sendiri, tanpa melihat keadaan sekitar
dan masa depannya.

2. Perkembangan teknologi

Selain itu, perkembangan teknologi juga membawa pengaruh besar dalam


krisis moral yang melanda Indonesia. Mudahnya mengakses informasi dengan
menjamurnya warung internet (warnet), tersedianya tempat-tempat gratis

3
mengakses internet dengan sistem koneksi wireless dan mudahnya menggunakan
handphone dalam akses internet menjadikan banyak orang menyalah gunakan
perkembangan tersebut dengan mengakses konten perusak moral seperti gambar
atau video porno. Saking mudahnya akses, setiap orang dapat dengan mudah
melakukan pelanggaran moral termasuk pelajar di bawah umur. Jika dibiarkan tentu
hal ini akan semakin merusak moral bangsa karena terpengaruh doktrin barat yang
salah tersebut.

3. Memudarnya kualitas keimanan

Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat
dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragam mulai terdesak,
kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan
Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran
agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan
demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah
masyarakat dengan hukum dan peraturanya.

Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari


dalam diri sendiri. Jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta
menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan
yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau
melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan
semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin susah memelihara moral orang
dalam masyarakat itu, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran hak,
hukum dan nilai moral.

4. Pengaruh lingkungan

Salah satu penyebab krisis moral yang cukup memberikan pengaruh besar
pada moral suatu masyarakat adalah faktor lingkungan. Orang yang berada dan
tinggal di lingkungan dengan moral yang baik cenderung memiliki nilai moral yang
baik pula. Sebaliknya, orang yang terbiasa hidup di lingkungan dengan moral yang
buruk akan mendorong orang tersebut untuk melakukan tindakan yang sama
dengan lingkungannya. Misalnya seorang pelajar yang bergaul dengan teman-

4
temannya yang merokok, cenderung ingin melakukan tindakan coba-coba untuk
merokok seperti teman-temannya sehingga menimbulkan kebiasaan baru yang
tidak baik bagi pelajar tersebut.

5. Kurangnya pendidikan moral sejak dini

Pendidikan moral bagi generasi muda itu sangat penting karena dengan
adanya pendidikan moral ini akan membentuk sebuah karakter yang baik dalam
kepribadian seseorang. Pendidikan yang memberikan ilmu perngetahuan mengenai
pendidikan moral bagaimana bertingkah laku yang baik sesuai dengan norma-
norma yang berlaku. Misalnya norma hukum: kita harus mematuhi rambu-rambu
lalu lintas, harus mematuhi perarturan hukum yang ada, norma kesopanan: kita
harus bersikap sopan dengan orang yang lebih tua dan juga norma kesusilaan
misalnya mencium tangan orang tua pada saat kita akan berpamitan. Dengan
adanya penerapan pendidikan moral tersebut akan membantu para orang tua dalam
membentuk karakter dan kepribadian yang baik .

2.1.3 Keterkaitan antara Krisis Moral dan Korupsi di Indonesia


Sekarang
Sebagaimana yang telah dijelaskan, krisis moral secara garis besarnya dapat
diartikan sebagai kemerosotan moralitas. Etika atau adat kebiasaan yang dimiliki
oleh masyrakat sudah hampir pudar, sehingga terdapat pihak-pihak tertentu yang
melanggar norma demi kepentingannya sendiri. Contohnya, kasus korupsi di
Indonesia saat ini.

Kasus korupsi di Indonesia telah menjadi masalah negara yang sulit untuk
diselesaikan. Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan, seperti membentuk
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun, tetap saja korupsi di Indonesia
semakin memarak. Hal ini tercerminkan dari keadaan ekonomi masyrakat yang kian
memburuk, masyarkat sangat sulit untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.

Korupsi awalnya disebabkan oleh menurunnya moral masyarakat (Krisis


moral). Norma dan etika, yang terwujud melalui akhlak, peraturan sosial, dan
hukum, sudah tidak lagi dipatuhi oleh pihak-pihak tertentu sehingga merugikan
pihak yang lain. Krisis moral sendiri disebabkan oleh adanya perbedaan

5
kepentingan, baik antar komunitas, kelompok, maupun individu. Sehingga,
terjadilah tindakan-tindakan yang mencela atau tidak sesuai dengan etika, seperti
kasus korupsi di Indonesia. Di Indonesia, sering kali para petinggi negara
melakukan tindakan korupsi. Dan parahnya, tindakan korupsi semakin menjadi-jadi
dikarenakan kepentingan setiap pihak semakin berbeda-beda, seperti kepentingan
dalam mencari harta pribadi, alhasil terjadilah korupsi.

Akar dari permasalahan korupsi di Indonesia adalah merendahnya moral yang


dimiliki oleh masyarakat Indonesia, terutama para petinggi negara. Kewajiban
mereka adalah untuk menyejahterakan masyarakat dengan memberikan hak-hak
masyrakat, bukan merampasnya. Jika krisis moral di Indonesia terus menerus
dibiarkan, maka keadaan negara Indonesiapun semakin memburuk.

2.1.4 Hukum yang Mengatur Korupsi

UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Dalam bab II pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa orang yang melakukan


tindakan memperkaya diri atau orang lain melewati suatu korporasi yang
merugikan keuangan dan perekonomian negara dapat dipidana seumur hidup, atau
pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun serta denda paling
sedikit 200.000.000 (dua ratus) juta rupiah dan paling banyak 1.000.000.000(satu
milyar) rupiah

Lalu dijelaskan lagi pada pasal 2 ayat 2 jika dalam hal tindak pidana korupsi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana
mati dapat dijatuhkan.

2.2 DATA KASUS

Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia, KPK, telah menetapkan Menteri


Agama SDA sebagai tersangka kasus tindak pidana korupsi pengadaan barang dan
jasa haji pada 2012-2013 di Kementerian Agama.

6
"Pimpinan KPK dari hasil gelar perkara menyimpulkan, bahwa proses
penyelenggaraan haji diduga telah terjadi tindak pidana korupsi, dengan
menetapkan SDA selaku Menteri Agama sebagai tersangka," kata juru bicara KPK
Johan Budi dalam jumpa pers di kantor KPK, Kamis (22/05) sekitar pukul 19.30
WIB.

Menurut Johan, tersangka diduga melanggar pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 UU


nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah UU nomor 20 tahun 2001 tentang
pemberantasan korupsi. "Sementara dugaan kerugian negara masih sedang
dihitung," kata Johan, seraya menambahkan penyelenggaraan haji pada tahun
anggaran 2012-2013 yang dipakai mencapai di atas Rp1 triliun.

Johan mengatakan sampai sejauh ini SDA merupakan satu-satunya


tersangka, walaupun pihaknya akan mengembangkan penyidikan perkara kasus ini
sehingga tidak menutup kemungkinan akan ada tersangka baru. Pimpinan KPK dari
hasil gelar perkara menyimpulkan, bahwa proses penyelenggaraan haji diduga telah
terjadi tindak pidana korupsi, dengan menetapkan SDA selalu Menteri Agama
sebagai tersangka.

Dalam keterangannya, Johan Budi mengatakan penetapan SDA sebagai


tersangka tidak terkait persoalan politik. "Saya tidak ada unsur apapun, selain
penegakan hukum. Bahwa kemudian orang luar mempersepsikan atau menariknya
ke wilayah politik, itu urusan luar KPK. KPK tidak bermain politik," kata Johan.
Pernyataan resmi KPK ini disampaikan setelah Wakil Ketua KPK Busyro
Muqoddas menyampaikan penetapan status tersangka kepada para wartawan,
melalui pesan singkat, Kamis (22/05) petang. "Sudah naik penyidikan dengan SDA
dan kawan-kawan sebagai tersangka," kata Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas.
Menurut Busyro, SDA menjadi tersangka dengan sejumlah nama lainnya, tetapi dia
tidak menjelaskan siapa mereka.

Sumber: http://www.bbc.com/indonesia/

7
BAB III

ANALISIS

3.1 Pandangan Hukum terhadap Kasus Korupsi Terkait

Berdasarkan isu yang telah kelompok HG 3 pilih yaitu mengenai kasus


korupsi yang dilakukan oleh Menteri Agama Surya Dharma Ali dalam pengadaan
barang dan jasa haji 2012-2013, tersangka diduga telah melanggar pasal 2 ayat 1
UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah UU nomor 20 tahun 2001 tentang
pemberantasan korupsi.

Menteri Agama SDA telah menyalahgunakan wewenangnya sehingga


menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 28 miliar. Dalam penyelenggaraan haji
tersebut, Suryadharma menunjuk orang-orang tertentu yang tidak memenuhi
persyaratan menjadi petugas panitia penyelenggara ibadah haji di Arab Saudi. Hal
tersebut tentu telah melanggar pasal 3 UU nomor 31 tahun 1999 juncto Undang-
undang No. 20 Tahun 2001, dengan unsur-unsur berikut :

1. Setiap orang menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi.

Pelanggaran yang dilakukan oleh Suryadharma pada unsur ini yaitu


tersangka mengakomodasi permintaan Komisi VIII DPR untuk memasukkan
orang-orang tertentu supaya bisa menjadi petugas panitia penyelenggara ibadah haji
(PPIH) Arab Saudi. Tak hanya itu, dia juga memasukkan orang-orang dekatnya,
termasuk keluarga, ajudan, pengawal pribadi, dan sopir terdakwa ataupun sopir istri
terdakwa agar dapat menunaikan ibadah haji secara gratis. Suryadharma juga
dianggap menggunakan dana operasional menteri (DOM) untuk kepentingan
pribadinya.

Dari hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Menteri Agama SDA
telah menguntungkan pihak-pihak lain dengan menjadikan orang-orang tertentu
yang tidak sesuai persyaratan menjadi petugas haji serta dapat menjalankan ibadah

8
haji secara gratis. Selain itu ia juga memperkaya diri sendiri dengan cara
menggunakan DOM untuk kepentingan pribadinya.

2. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya


karena jabatan atau kedudukan

Dengan kewenangan dan jabatan yang dimilikinya sebagai Menteri Agama,


Suryadharma menyalahgunakan kedudukannya untuk kepentingan pribadi maupun
kelompoknya. Pada perkara ini, Suryadharma Ali telah menyalahgunakan
wewenang dalam hal penunjukan petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji.

3. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Selama menjadi menteri, DOM yang bersumber dari anggaran pendapatan


dan belanja negara yang diterima Suryadharma berjumlah Rp 100 juta per bulan.
Suryadharma menggunakan DOM untuk biaya pengobatan anaknya dan juga
membayar ongkos transportasinya beserta keluarga dan ajudan ke Singapura untuk
liburan. Ia juga menggunakan dana tersebut dalam membayar biaya pengurusan
visa, membeli tiket pesawat, pelayanan di bandara, transportasi, dan akomodasi
untuk dia beserta keluarga dan ajudan ke Australia.

Hal tersebut tentu dianggap telah merugikan keuangan negara dengan


menyalahgunakan Dana Operasional Menteri demi kepentingan pribadi dan
keluarganya.

Berdasarkan hukum yang berlaku, Menteri Agama Suryadharma Ali telah


melanggar pasal 2 ayat 1 dan pasal 3 UU No. 20 Tahun 2001, Tentang Revisi Atas
UU No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
disebutkan bahwa: setiap orang baik pejabat pemerintah maupun swasta yang
secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).

9
3.2 Korupsi bertentangan dengan sila pertama Pancasila

Sila pertama pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa


memiliki makna bahwa setiap warga negara mengakui Tuhan Yang Maha Esa
sebagai pencipta dan tujuan akhir kehidupan, baik dalam hati dan tutur kata maupun
dalam tingkah laku sehari-hari. Jika di dalam agama diajarkan berperilaku, maka
pastilah terdapat perilaku baik maupun tercela.
Korupsi jelas bertentangan dengan nilai sila pertama Ketuhanan Yang Maha
Esa karena sesungguhnya korupsi mweupakan perilaku yang tidak mencerminkan
ajaran agama yang baik yang seharusnya tidak merugikan orang banyak. Orang
yang beriman terhadap agamanya akan menganggap korupsi sebagai perilaku yang
tercela dan berdosa. Bangsa Indonesia ini dikenal sebagai bangsa yang religius
namun kenyatanyaan kehidupan religius tadi hanya sebagai baju pengaman di
ruang ibadah setelah keluar dari ruang ibadah sudah lain urusannya. . Seharusnya
perilakunya tetap mencerminkan apa yang diajarkan dalam kitab suci dan ajaran
agama yang diimaninya.

3.3 Kerusakan Moral Menembus Budaya, Etika, dalam Lembaga


Pemerintahan

Etika dan budaya merupakan hal yang sudah tertanam dalam suatu
kebangsaan. Contohnya di negara Indonesia, pancasila telah tertanam sebagai suatu
pedoman hidup untuk seluruh rakyat Indonesia. Namun, belakangan ini, sering kali
perbuatan warga negara, khususnya lembaga pemerintahan, menyeleweng dari
pancasila. Sebagai contoh pada sila kedua pancasila; kemanusiaan yang adil dan
beradab. Tetapi, yang kerap terjadi belakangan ini adalah ketidakadilan dan
perbuatan yang tidak berprikemanusiaan, seperti korupsi, penggelapan dana, dll.

Kasus yang diambil sebagai contoh adalah penggelapan dana oleh lembaga
keagamaan. Sebagai lembaga keagamaan, sudah semestinya lembaga tersebut
berpegang teguh pada moral dan etika yang ditanamkan oleh agama. Namun, pada
kenyataannya, lembaga keagamaan tersebut tetap saja melakukan perbuatan yang
melanggar etika tersebut. Penyebab dari semuanya adalah kerusakan moral;
keadaan dimana melemahnya moral atau budaya yang dimiliki oleh suatu

10
masyrakat. Perbedaan kepentingan dan hasrat terus mendorong individu maupun
suatu kelompok untuk mendahululan kepentingannya sendiri, meskipun mereka
harus melanggar nilai-nilai yang ada. Akibatnya, pihak yang tetap berpegang teguh
pada nilai tersebut mendapat kerugian (penalty). Contoh kasus kecil yang telah
membudaya yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari; keterlambatan
peserta rapat tertentu menyebabkan peserta rapat lainnya harus menunggu
(penalty).
Seperti inilah keadaan negara Indonesia saat ini; bagi pihak yang melanggar
norma, maka akan mendapatkan keuntungan dengan merugikan pihak yang
berpegang pada norma tersebut. Sudah jelas, dengan keadaan yang seperti ini,
kerusakan moral akan semakin merusak etika serta budaya bangsa, terutama bagi
pihak yang berkuasa seperti lembaga pemerintah. Tidak hanya itu, bahkan
kerusakan moral sendiri dapat menembus ideologi negara Indonesia; pancasila.
Sila-sila yang terkandung dalam pancasila sudah tidak lagi menjadi pedoman
lembaga-lembaga pemerintah dalam menjalankan tugas negara. Ini menjelaskan
kerusakan moral yang sedang dialami oleh lembaga-lembaga pemerintahan di
Indonesia. Dengan demikian, sudah jelas bahwa kerusakan moral dalam lembaga
pemerintahan dapat menghapus etika dan budaya yang ada, yaitu dengan
menjunjung egoisme dan melanggar nilai yang telah tertanam dalam suatu bangsa
dan negara.

11
BAB IV

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Korupsi awalnya disebabkan oleh menurunnya moral masyarakat (Krisis


moral). Krisis moral sendiri disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan, baik
antar komunitas, kelompok, maupun individu. Sehingga, terjadilah tindakan-
tindakan yang mencela atau tidak sesuai dengan etika, seperti kasus korupsi di
Indonesia.

Kerusakan moral sendiri dapat menembus ideologi negara Indonesia.


Dalam kasus yang marak terjadi pun menunjukan sila-sila yang terkandung dalam
pancasila sudah tidak lagi menjadi pedoman lembaga-lembaga pemerintah dalam
menjalankan tugas negara. Ini menjelaskan kerusakan moral yang sedang dialami
oleh lembaga-lembaga pemerintahan di Indonesia

Solusi untuk mengatasi korupsi adalah dengan melakukan upaya-upaya


preventif dan memberikan pendidikan anti-korupsi bagi aparatur pemerintah dan
calon aparatur pemerintah, masyarakat, dan mahasiswa; serta dengan memberi
hukuman kepada pelaku tindakan korupsi sesuai UU yang berlaku

3.2 SARAN

Memperkuat peran KPK dalam melakukan kegiatan penegakan hukum di


bidang korupsi khususnya pada proses penyelidikan, penyidikan dan pentuntutan.

Mengembangkan nilai-nilai anti korupsi sejak dini, dan menciptakan


pendidikan berkarakter dan bermoral karakter guna membangun bangsa yang jujur
dan bersih dari korupsi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Moral Menurut para Ahli. (2016). [Online]. Tersedia di


http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-moral-menurut-para-
ahli.html (24 April 2016)
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (2016). [Online]. Tersedia di
http://kbbi.web.id/krisis (24 April 2016)
Hariyanto. (2012). Pengertian Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia di
http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/ (24 April 2016)
Larasati, Lesty. 2014. Dampak Masif Korupsi.
Ikiplesty.blogspot.com/2014/07/dampak-masif-korupsi.html (Diakses pada : 22
April 2016)
http://acch.kpk.go.id/documents/10157/27903/Buku-Pendidikan-Anti-Korupsi-
untuk-Perguruan-Tinggi.pdf (Diakses pada : 23 April 2016)
Pancasila dan Korupsi {http://www.kompasiana.com/suwarno_yoseph/pancasila-
dan-korupsi_5528be87f17e6144028b4582. Diakses pada: 23 April 2016}

13

Anda mungkin juga menyukai