Anda di halaman 1dari 7

Kak Sampang, Tolong bikinin video tentang kajian Blok Masela

Blok Masela

Blok Masela merupakan kawasan kilang minyak dan gas yang terletak di lepas pantai
Laut Arafura sekitar 155 kilometer arah barat daya Kota Saumlaki yang berbatasan langsung
dengan Australia dan Timor Leste.

Pada 23 Maret 2016, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan lokasi eksplorasi
Blok Masela akan dilakukan di darat (onshore). Jokowi mengatakan eksplorasi di darat
diputuskan setelah melihat besarnya dampak pelaksanaan proyek tersebut terhadap
perkembangan daerah sekitar dan biaya yang dikeluarkan lebih kecil. Proyek Blok Masela
bukanlah proyek yang hanya melibatkan waktu satu atau dua tahun, namun proyek yang
berjalan 10 sampai 15 tahun dan membutuhkan biaya ratusan triliun rupiah.

Keputusan ini muncul setelah sebelumnya terjadi silang pendapat antara Menteri
ESDM dan Menko Kemaritiman Rizal Ramli perihal keberadaan lokasi eksplorasi Blok
Masela antara di darat (onshore) atau laut (offshore). Blok Masela direncanakan akan
dikelola dua perusahaan yakni Inpex dan Shell. Pembangunan kilang LNG terapung adalah
konsep teknologi yang ingin diterapkan keduanya.

Kegiatan Ekplorasi Gas

Inpex, perusahaan asal Jepang, mendapatkan hak melakukan kegiatan eksplorasi di


Blok Masela melalui penandatanganan kontrak Masela PSC pada 16 November 1998. Sejak
saat itu Inpex melalui Inpex Masela Ltd melakukan kegiatan eksplorasi hidrokarbon di Blok
ini, dengan kepemilikan saham 100 persen.

Cadangan gas Blok Masela secara resmi ditemukan tahun 2000. Saat itu Inpex Masela
Ltd telah mengebor sumur eksplorasi pertama yaitu sumur Abadi-1 yang terletak di tengah-
tengah struktur Abadi dengan kedalaman laut 457 meter dan total kedalaman 4.230 meter.

Kemudian perusahaan pada 30 Desember 2008 memiliki persetujuan sementara POD


1 dari Menteri ESDM di bawah kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY). Untuk
pengembangan lapangan gas abadi, Inpex Masela Ltd telah melakukan beberapa studi detail
yang meliputi penghitungan cadangan (reserve calculation), skenario pengembangan
(development scenario) dan studi pemasaran gas (gas marketing study) untuk pengembangan
blok ini.
Produksi gas

Saat ini, Masela, dimiliki Inpex Masela Ltd yang sekaligus bertindak sebagai operator
sebesar 65 persen dan sisanya dimiliki oleh Shell Corporation sebesar 35 persen. Blok Masela
ditargetkan dapat memproduksi gas 421 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dan minyak 8.400
barel per hari.

Kegaduhan Blok Masela

Pada Desember 2010, saat era pemerintahan SBY posisi kilang sudah diputuskan di
laut atau terapung. Hal ini tertuang pada rencana pengembangan pengembangan (Plan of
Development/POD) Masela yang disetujui pemerintah pada Desember 2010 atau 12 tahun
setelah kontrak ditandatangani pada November 1998.

Namun, muncul keinginan agar dibangun di darat. Sehingga, kegaduhan terjadi.


Silang pendapat muncul dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman
Said dan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli. Keduanya berpendapat pilihan
lokasi berdasarkan biaya pembangunan.

Sudirman Said berpegang pada hitungan SKK Migas. Sementara Rizal Ramli pada
hitungan kementeriannya sendiri. Berdasarkan kajian Kemenko Maritim dan Sumber Daya
menyebutkan, biaya pembangunan kilang darat sekitar US$ 16 miliar. Sedangkan jika
dibangun kilang apung di laut, nilai investasi lebih mahal mencapai US$ 22 miliar. Dengan
demikian, kilang di darat lebih murah US$ 6 miliar dibandingkan dengan kilang di laut.

Sementara berdasarkan hitungan SKK Migas, biaya yang diperlukan jika infrastruktur
gas menggunakan pipa disalurkan kedaratan sebesar US$ 19,3 miliar. Sedangkan jika fasilitas
dilakukan di atas laut menggunakan fasilitas pengolahan terapung (FLNG), hanya
membutuhkan biaya US$ 14,8 miliar. Penyaluran gas dengan pipa juga lebih rumit dan
memakan waktu lebih lama sekitar 1,5 tahun, belum termasuk pembebasan lahan.

Demikian pula, Inpex dan Shell memiliki hitungan sendiri. Keduanya kompak
menyatakan, pembangunan kilang offshore hanya menelan dana US$ 14,8 miliar. Sedangkan
pembangunan kilang di darat mencapai US$ 19,3 miliar.
Proses Pengembangan Blok Masela

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengklaim semua klausul
yang menjadi bahan diskusi dalam pengembangan kilang gas alam cair (liquefied natural
gas/LNG) Blok Masela sudah selesai. Saat ini, Kementerian ESDM tinggal menunggu
penyelesaian kajian pre-FEED (Front End Engineering Design) dari Inpex Corporation.

Menurut Archandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, pengembangan Blok Masela


ditargetkan selesai pada tahun 2023 2024. Pre feed yang sedang dilakukan ditargetkan
utnuk selesai tahun 2016, Final Investment Decision ditargetkan selesai di awal 2019, dan
EPCI ditargetkan selesai tahun 2023, sehingga pada tahun 2024 sudah bisa dilakukan
onstream.

FEED (Front End Engineering Design) adalah basic enginering yang dilakukan
setelah selesaiunya Conseptual Design atau Feasibility Study. Pada tahap ini, berbagai studi
dilakukan untuk mencari tahu masalah teknis dan memperkirakan biaya investasi secara
kasar. Produk dari FEED disebut FEED Package yang berisi dokumen dan akan dijadikan
dasar penawaran kontrak EPC. Final Investment Decision adalah keputusan akhir dari
Capital Investment Decision (CID) sebagai bagian dari keputusan keuangan perusahaan
secara jangka panjang berdasarkan kriteria utama untuk mengelola aset perusahaan dan
struktur modal.

sama ditambahin table yang ini ya kak...


Sama tambahin ini ya kak, di akhir videonyaa...

Pertamina Siap Akuisisi 20 Persen Hak


Partisipasi Blok Masela
Senin, 30 Januari 2017 - 14:01 Dilihat: 418 kali Komentar: 0

JAKARTA PT Pertamina (Persero) siap mengakuisisi 20 persen hak partisipasi


pengelolaan Blok Masela yang saat ini dikuasai Inpex Corporation dan Shell. Dwi
Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, menyatakan sebagai entitas bisnis yang
bergerak di sektor minyak dan gas, Pertamina tidak akan membiarkan begitu saja
peluang dan potensi dari blok migas di wilayah tanah air, termasuk di Masela.
Ya kita sudah sampaikan niat masuk di PSC-nya dengan partisipasi 10 persen-20
persen, tapi belum ada balasan, kata Dwi saat ditemui di Kantor Pertamina, Senin
(30/1).
Menurut Dwi, sambil mengajukan minatnya, Pertamina juga mempersiapkan kontrak
yang dibutuhkan untuk bisa mengolah gas yang dihasilkan Blok Masela. Meski
Pertamina tidak masuk dalam kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC),
pengelola kegiatan bisnis gas tetap bisa dilakukan secara business to business.
Apalagi pemerintah ataupun operator sekarang membutuhkan kontrak pembelian
gas sesuai dengan alokasi yang tengah dicanangkan.
Pertamina akan ambil produknya, sejauh memang harganya sesuai dengan harga
market yang akan kita jual. Karena itu kita akan secepatnya menyelesaikan kontrak
mengenai ini, karena investor pasti butuh kontrak, berapa kemampuannya, ungkap
Dwi.
Pemerintah saat ini masih melakukan negosiasi mengenai kapasitas produksi
proyek Masela. Pihak Inpex Corporation menghendaki kapasitas produksi sebesar
9,5 metric ton per annum (MTPA) dalam bentuk LNG dan tambahan 150 juta kaki
kubik per hari (MMSCFD) gas pipa.
Disisi lain, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM), bersikeras menginginkan tambahan gas pipa sebesar 474 MMSCFD dan
LNG sebesar 7,5 MTPA. Gas pipa sendiri dimaksudkan untuk bisa menumbuhkan
industri petrokimia.
Dengan adanya permintaan alokasi gas tersebut, Pertamina juga melihat adanya
peluang untuk bisa masuk di industri hilir gas Masela. Itu kita juga pertimbangkan
kita akan masuk di hilirnya, tukas Dwi.
Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, menyatakan
Pertamina bisa sebagai offtaker alokasi gas yang diminta pemerintah dari kontraktor.
Mungkin dia (Pertamina) salah satu jadi off taker pada 474 MMSCFD-nya, atau
masuk petrokimia, tandas Luhut.(RI)
Referensi:

liputan6.com. (2017). Kronologi Perjalanan Blok Masela. [online] Available at:


http://bisnis.liputan6.com/read/2466159/kronologi-perjalanan-blok-masela [Accessed 24 Mar.
2017].

DEVELOP. (2017). Front End Engineering Design (FEED) Project Control Training.
[online] Available at: http://oilgascourse.com/ogc/FEED-Project+Control+Training
[Accessed 24 Mar. 2017].

The Project Definition. (2017). FID (Final Investment Decision) - The Project Definition.
[online] Available at: http://www.theprojectdefinition.com/fid-final-investment-decision/
[Accessed 24 Mar. 2017].

Anda mungkin juga menyukai