Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GERONTIK

A. Pendahuluan
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang
telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain . Proses
menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu,
kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations),
ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan
dengan proses kemunduran.
Lanjut Usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan, yang akan dilalui oleh setiap individu. Masa
lanjut usia merupakan suatu proses alamiah yang berlangsung secara perlahan-lahan serta
pengaruhnya berbeda-beda pada setiap individu, oleh karena itu lanjut usia ini perlu
dipersiapkan dengan baik agar seorang lanjut usia dapat hidup secara mandiri. Dalam UU
Kesehatan No. 13 tahun 1988 tentang kesejahteraan lanjut usia, pasal 1 ayat 2 dinyatakan
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas.
B. Definisi
Beberapa istilah yang terkait dengan lanjut usia yaitu gerontology, geriatric dan
keperawatan gerontik.
Gerontology berasal dari geros yang berarti lanjut usia dan logos yang berarti ilmu,
jadi gerontology adalah ilmu yang mempelajari scara khusus mengenai faktor-faktor yang
menyangkut lanjut usia (keperawatan gerontik edisi 2 thn 2002). Gerontology merupakan
ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua (kozier, 1987). Gerontology merupakan
cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi pada
lanjut usia ( miller, 1990) Gerontology nursing adalah ilmu yang mempelajari tentang
perawatan lanjut usia (kozier, 1987)
Geriatri berasal dari kata geros lanjut usia dan Eatrie kesehatan/medikal, jadi
geriatri merupakan:
1. Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lanjut usia.
2. Cabag ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis, preventif
maupun terapeutik bagi klien lanjut usia.

1
3. Ilmu yang mempelajari prosess mejadi tua pada manusia serta akibat-akibatnya
pada tubuh manusia, dengan demikian objek geriatri adalah lanjut usia.
4. Bagian dari ilmu kedikteran yang mempelajari tentang pencegahan penyakit
dan kekurangan-kekurangannya pada lanjut usia.
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran (medicine) yang berfokus pada masalah
kedokteran yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black dan Mattasari jaco, 1997)
Geriatric nursing adalah praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada
proses menua (Kozier, 1987)

C. Batasan Lanjut Usia


Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur yang di
sebut lanjut usia:
1. Menurut WHO (World Health Organisation)
a. Usia pertengahan (mddle age) usia antara 45 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) usia antara 60 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia antara 75 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun.
2. Menurut Dep Kes UU No. 4 tahun 1965
Menurut UU No. 4 yang tertuang dalam pasal 1 lanjut usia adalah seseorang
yang dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri
untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.
Namun saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteran lanjut usia
yang berbunyi sebagai berikut: lanjut usia dalah seseorang yang berusia 60 tahun
keatas.
3. Menurut para ahli
a. Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohamad
1) Masa bayi : 0 1 tahun
2) Masa pra sekolah : 1 6 tahun
3) Masa sekolah : 6 10 tahun
4) Masa pubertas : 10 20 tahun
5) Masa setengah umur (pra senium) : 40 65 tahun
6) Masa lanjut usia ( senium) : 65 tahun keatas.

2
b. Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog UI)
Mengatakan bahwa lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kesewasaan
dapat dibagi menjadi 4 bagian:
1) Fase inventus : antara 25 40 tahun
2) Fase verilitas : antara 40 50 tahun
3) Fase pra senium : antara 55 65 tahun
4) Fase senium : antara 65 tahun sampai tutup
usia.
c. Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro
1) Usia dewasa (elderly aduldhood) : 18 atau 20
25 tahun
2) Usia sewasa penuh (middle years/maturitas) :
25 60 atau 65 tahun
3) Lanjut usia (geriatric age) : lebih dari 65 atau
70 tahun:
a) Young old : 70 75 tahun
b) Old : 75 80 tahun
c) Very old : 80 tahun keatas
D. Tipologi Lanjut Usia
Dalam literature lama lajut usia di bagi dalam golongan yaitu:
1. Serat Werdatama ( Mangku Negora IV)
a. Wong Sepuh
Orang tuas yang sepi hawa napsu, menguasai ilmu Dwi Tunggal, yakn
mampu membedakan antara baik dan buruk, antara sejati dan palsu, antara Gusti
(Tuhan) dan kawulanya.
b. Tua Sepah
Orang yang kosong, tidak tahu rasa, bicara muluk-muluk tanpa isi, tingkah
lakunya dibuat-buat dan berlebih-lebihan serta memalukan.
2. Serat Kalatida (Ronggo Warsito)
a. Orang yang berbudi sentosa
Orang tua yang meskipun diridohi Tuhan dengan rezeki, namun tetap
berusdaha terus disertai ingat dan waspada.
b. Orang yang lemah

3
Orang tua yang putus asa, sudah tua mau apa, sebaiknya hanya menjauhkan
diri dari keduniawian supaya mendapat kasih sayang Tuhan.

Pada zaman sekarang di jumpai banyak macam tipe lanjut usia, diantaranya yang menonjol
adalah:
1. Type Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan dan menjadi panutan.
2. Type Mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan serta memenuhu undangan.
3. Type Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang ketuaan, yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status, teman yang
disayangi, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan mengkritik.
4. Type Pasrah
Menerima dan menuggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap terbitlah
terang, mengikuti kegiatan beribadat, ringan tangan, pekerjaan apa saja dlakukan.

5. Type Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal,
pasif, acuh tak acuh.

E. Teori-Teori Proses Menua


Secara individual proses menua pada setiap orang terjadi pada usia yang berbeda,
masing-masing mempunyai kebiasaan yang berbeda serta tidak ada satu faktor pun di
temukan untuk mencegah proses menua. Proses ini dikaitkan pada teori. Teori yang
mendasari antara lain:
1. Teori Biologis
Teori biologis menekankan pada proses menua. Proses perubahan-perubahan
yang berkaitan dengan usia.
a. Teori genetik

4
Merupakan teori instrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat
jam biologis yang mengatur gen dan menentukan jalannya proses penuaan. Setiap
spesies mempunyai jam biologis sendiri dan masing-masing spesies mempunyai
batas usianya. Teori genetik mengakui adanya mutasi somatik (somatic mutation),
yang mengakibatkan kegagalan atau kesalahan di dalam penggandaan
desoxyribonucleic acid atau DNA. Teori ini juga menjelaskan bahwa menua telah
terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b. Teori non genetik
Merupakan teori ekstrinsik yang terdiri dari berbagai teori seperti:
1) Teori radikal bebas
Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan
bermotor dan rokok, zat pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet
mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuaan.
2) Teori rantai silang (Cross-link theory)
Molekul kolagen dan zat kimia mengubah fungsi jaringan, mengakibatkan
terjadinya jaringan yang kaku pada proses penuaan.
3) Teori kekebalan (Immunolgy theory)
Perubahan pada jaringan limfoid mengakibatkan tidak adanya
keseimbangan dalam sel T sehingga produksi antibody dan kekebalan menurun.
2. Teori Kejiwaan Sosial
a. Teori Penarikan Diri (Disengagement Theory)
Cumming dan Henry (1961) mengarang teori social tentang penuaan pertama
dengan judul Growing old = the process of disengagement, menyatakan bahwa
penelitian keseimbangan sosial dicapai melalui suatu proses penarikan timbal balik
yang saling bermanfaat antara masyarakat dan lansia.
Para lansia menginginkan suatu proses penarikan mereka merasa bahagia
manakala pelepasan terjadi. Proses ini terus berlanjut sejalan dengan jumlah,
keaslian, dan perbedaan kontak social pada lansia, pelepasan menjadi sebuah proses
sirkulasi yang akhirnya membatasi kesempatan lansia untuk berinteraksi
b. Teori Aktivitas (Activity Theory)
Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972)
yang menyatakan, bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang

5
lanjut usia merasakan kepuasaan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin.

c. Teori Kesinambungan (Continuity Theory)


Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lanjut usia, dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat terlihat
bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tak berubah, walaupun
ia menjadi lanjut usia.
d. Teori Perkembangan (Development Theory)
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami olah
lanjut usia pada saat muda hingga dewasa.
Erikson (1930) membagi kehidupan menjadi delapan fase dan lanjut usia
perlu menemukan integritas diri melawan keputusaasaan (ego integrity vs despairs),
seperti berikut:

Ego integrity Despair


Lanjut usia menerima apa adanya Lanjut usia takut mati
Merasakan hidup penuh arti Penyesalan diri
Lanjut usia yang bertanggung- Merasakan kegetiran dan
jawab dan kehidupannya berhasil merasa terlambat untuk
memperbaiki

Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan


(development task) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lanjut usia, yaitu:
1) Penyesuaian terhadap penurunan fisik da psikis
2) Penyesuaian terhadap pension dan penurunan pendapatan
3) Menemukan makna kehidupan
4) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
5) Menemukan kepuasaan dalam hidup berkeluarga
6) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
7) Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia

6
Joan Birchenall RN, Med dan Mary E. Streight RN (1973), menekankan
perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan emosi dan
social seseorang selama fase kehidupannya.

e. Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)


Willey (1971), menyusun stratifikasi lanjut usia berdasarkan usia kronologis
yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas, peran,
kewajiban serta hak mereka berdasarkan usia.

F. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia


Proses menua adalah proses yang tidak dapat dihentikan dan tidak dapat ditunda, dimana
terjadi perubahan dari aspek fisik, psikologis, dan sosial. Pada proses menua terjadi
penurunan fungsi-fungsi organ tubuh seperti kardiovaskular, pernapasan, pencernaan,
perkemihan, mobilisasi, kognitif, sensori, kulit, pola tidur, dan seksualitas (Miller, 1995).
Keadaan tersebut menyebabkan terhambatnya berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
pemenuhan lansia. Menjadi tua dapat ditandai oleh berbagai kemunduran baik itu biologis,
psikologis maupun sosial.
1. Perubahan Fisik
Peruahan-perubahan pada fisik meliputi:
a. Sistem Persyarafan
1) Cepatnya menurun hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.
3) Mengecilnya syaraf panca indra: Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
b. Sistem Pendengaran
1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran): Hilangnya kemampuan atau daya
pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata.
2) Membran tympani menjadi atrofi, menyebabkan otosklerosis.
3) Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
c. Sistem Penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

7
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
4) Meningkatnya ambang penangkap sinar: Daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat susah melihat dalam cahaya gelap.
5) Hilangnya daya akomodasi.
6) Menurunnya lapangan pandang: Berkurangnya luas pandangan.
7) Menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau pada skala.
d. Sistem Kardiovaskuler
1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
4) Tekanan darah meninggi, diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer.
e. Sistem Respirasi
1) Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2) Menurunnya aktivitas dari silia.
3) Alveoli ukurannya menebal dari biasa dan jumlahnya berkurang.
4) O2 pada arteri menurun menjadi 755 mmHg.
5) CO2 pada arteri tidak berganti.
6) Kemampuan untuk batuk berkurang.
7) Paru-paru kehilangan elastisitas: Kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih
berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas
menurun.
f. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan gigi.
2) Indera pengecap menurun.
3) Oesophagus melebar.
4) Lambung; rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun.
5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorpsi melemah.
7) Liver (hati): Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.

8
g. Sistem Genito Urinaria
1) Ginjal: Mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menjadi
menurun sampai 50%, penyaringan di glomerulo menurun sampai 50%, fungsi
tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengonsentrasi urin, berat
jenis urin menurun, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika Urinaria: Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria Lanjut Usia, sehingga menyababkan retensi urine.
3) Pembesaran prostat.
4) Atrofi vulva.
5) Vagina: Selaput lendir menjadi kering, elastisitas jaringan menurun,
permukaannya menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih
alkali, terjadi perubahan-perubahan warna.
6) Daya Seksual: Frekuensi sexual intercourse cenderung menurun secara bertahap
tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai
tua.
h. Sistem Endokrin
1) Produksi hamper dari semua hormone menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
3) Pituitari: Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktifitas tiroid: Menurunnya BMR (Basal Metabolik Rate),
menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormone kelamin: Progesteron, Estrogen, Testosteron.
i. Sistem Kulit
1) Kulit mengkerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Kulit kapala dan rambut menipis, berwarna kelabu.
3) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
4) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.
5) Kuku manjadi keras dan rapuh.
6) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
7) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
j. Sistem Muskuluskletal

9
1) Tulang kehilangan density dan makin rapuh.
2) Kifosis.
3) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
4) Discusintervertebralis menipis dan menjadi pendek.
5) Tendon mengkerut dan mengalami sklerosis.
6) Atrofi seranut otot, sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot
menjadi kram dan menjadi tremor.
2. Perubahan Mental
a. Perubahan yang berhubungan dengan fisik khususnya perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan umum
d. Lingkungan
3. Perubahan Psikososial
a. Pension
b. Kesadaran akan kematian
c. Perubahan cara hidup
d. Ekonomi
e. Kehilangan
f. Hilangnya kekuatan dan kemunduran fisik
4. Perubahan Spiritual
a. Agama makin terintegrasi dalam kehidupan.
b. Lansia makin matur dalam kehidupan agamanya.
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut kalber. Perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dengan cara memberikan contoh cara
mencintai dan keadilan.

10
G. Pengkajian Keperawatan pada lansia
1. Pengkajian Fungsional
Indeks katz merupakan instrument sederhana yang digunakan untuk menilai
kemampuan fungsional AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari), dapat juga untuk
meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada lansia. Adapun aktivitas
yang dinilai adalah Bathing, Dressing, Toileting, transferring, continence dan feeding,
dengan penilaian sbb:
a. Bathing/ mandi
1) Mandiri: memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau dapat
melakukan seluruhnya sendiri.
2) Tergantung:memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh atau tidak
dapat mandi sendiri
b. Dressing/ berpakaian
1) Mandiri: menaruh, mengambil, memakai dan menanggalkan pakaian sendri serta
menalikan sepatu sendiri.
2) Tergantung: tidak dapat berpakaian sebagian.
c. Toileting/ pergi ke toilet
1) Mandiri: pergi ke toilet, duduk sendiri di kloset, memakai pakaian dalam,
membersihkan kotoran.
2) Tergantung: mendapat bantuan orang lain
d. Transferring/ berpindah
1) mandiri: berpindah dari dan ke tempat tidur, dari dank e tempat
duduk(memakai/tidak memakai alat Bantu)
2) tergantung: tidak dapat melakuakan sendiri dengan /bantuan
e. Continence/ kontrol BAB dan BAK
1) mandiri: dapat mengontrol BAB/BAK
2) tergantung: tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya dengan bantuan
manual atau kateter
f. Feeding/makan

11
1) Mandiri: mengambil makanan dari piring atau yang lainnya dan mmasukkan ke
dalam mulut (tidak termasuk kemampuan memotong daging dan menyiapkan
makanan seperti mengoleskan mentega pada roti)
2) Tergantung: memelukan bantuan untuk makan atau tidak dapat makan sendiri
secara parenteral.
Dari kemampuan melaksanakan 6 aktivitas dasar tersebut, kemudian di klasifikasikan
menjadi 7 tahapan, dan disebut sesuai dengan aktivitas yng bias dikerjakan sendiri.
Tahapan aktivitas diatas kemudian disebut dengan Indeks Katz secara berurutan adalah
sbb:
Kemandiran dalam makan, kontinensia (BAB,BAK), berpindah, pergi ke
A
toilet, berpakaian, dan mandi
B Kemandirian dalam semua hal, KECUALI SATU dari fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua hal, KECUALI MANDI dan SATU fungsi
C
tambahan
Kemandirian dalam semua hal, KECUALI MANDI, BERPAKAIAN dan
D
SATU fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal, KECUALI MANDI, BERPAKAIAN,
E
PERGI KE TOILET dan SATU fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal, KECUALI MANDI, BERPAKAIAN,
F
PERGI KE TOILET , BERPINDAH dan SATU fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke ENAM fungsi tersebut
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
H
sebagai C, D, E atau F

Keterangan : Maandiri berarti tanpa pengawasan, pengawrahan dan bantuan aktif dari
orang lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.

2. Kognitif dan Perseptual


Pengkajian MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi,perhatian dan kalkulasi,
mengingat kembali dan bahasa. Nilai kemungkinan paling tinggi adalah 30, dengan nilai
24 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan
penyelidikan leboh lanjut.

12
Item Pertanyaan Keterangan Skor
Max
1 Sekarang (hari), (tgl), (bulan), (tahun) siang /malam Orientasi 5
2 Sekarang kita berada dimana ? (nama panti) Orientasi 5
(kelurahan) (kecamatan) (kota) (provinsi)
3 Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda; Registrasi 3
almari, sepatu, buku, satu detik untuk setiap benda.
Lansia mengulang ke 3 nama benda tersebut.
Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar
4 Hitunglah mundur dari serial 7 point dan berhenti Atensi dan 5
setelah lima hitungan atau disuruh mengeja terbalik kalkulasi
kata WAHYU (nilai diberi pada huruf yang benar
sebelum kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai)
5 Tanyakan kembali nama 3 benda yang telah disebutkan Mengingat 3
di atas. Berilah nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar
6 Apakah nama benda ini ? Perlihatkan pensil dan jam Bahasa 2
tangan (nilai 2). Jika jawaban benar
7 Ulangi kalimat berikut : tanpa kalau, dan, atau, tetapi Bahasa 1
8 Laksanakan 3 buah perintah ini: Peganglah selembar Bahasa 3
kertas dengan tangan kanan, lipatlah kertas itu pada
pertengahan dan letakkan di lantai!
9 Bacalah dan laksanakan perintah berikut : Bahasa 1
Angkat tangan kiri anda! (nilai 1)
10 Tulislah sebuah kalimat : Senyum sehat jiwa (nilai 1) Bahasa 1
11 Tirulah gambar ini : Bahasa 1
Skor total 30

Catatan :
Skor kurang dari 24 berarti klien mengalami gangguan kognitif
Dilaksanakan dalam waktu 5 10 menit

3. Masalah Kesehatan Kronis

13
Keluhan kesehatan yang dirasakan klien dalam waktu 3
No 3 2 1 0
bulan terakhir berkaitan dengan fungsi-fungsi.
A Fungsi penglihatan
1. Penglihatan kabur
2. Mata berair
3. Nyeri pada mata
B Fungsi pendengaran
4. Pendengaran berkurang
5. Telinga berdenging
C Fungsi paru (pernapasan)
6. Batuk lama disertai keringat malam
7. Sesak nafas
8. Berdahak/sputum
D Fungsi Jantung jantung
9. berdebar-debar
10. Cepat lelah
11. Nyeri dada
E Fungsi pencernaan
12. Mual/muntah
13. Nyeri ulu hati
14. Makan dan minum banyak (berlebihan)
15. Perubahan kebiasaan BAB (mencret/sembelit)
F Fungsi pergerakan
16. Nyeri kaki saat berjalan
17. Nyeri pinggang atau tulang belakang
18. Nyeri persendian/bengkak
G Fungsi persarafan
19. Lumpuh/kelemahan pada kaki dan tangan
20. Kehilangan rasa
21. Gemetar/tremor
22. Nyeri/pegal pada daerah tengkuk
H Fungsi saluran perkemihan
23. Buang air kecil banyak
24. Sering BAK pada malam hari
25. Tidak mampu mengontrol pengeluaran air kemih (ngompol)
JUMLAH
Keterangan :
3: Selalu 1: Jarang
2: Sering 0: Tidak pernah

Analisi hasil :
Skor 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis
Skor 26-50 : masalah kesehatan kronis sedang
Skor 51 : masalah kesehatan kronis berat

4. Geriatric Depression Scale (GDS)

14
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah anda merasa puas dengan hidup anda ? Ya Tidak
2 Apakah anda sering merasa tidak berminat untuk melakukan Ya Tidak
kegiatan ?
3 Apakah anda merasa hidup anda terasa hampa / tidak Ya Tidak
bermakna ?
4 Apakah anda sering merasa bosan / jenuh? Ya Tidak
5 Apakah anda sangat bersemangat di setiap waktu ? Ya Tidak
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Ya Tidak
7 Apakah anda sering merasa bahagia setiap waktu? Ya Tidak
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak
9 Apakah anda lebih suka diam di rumah daripada keluar atau Ya Tidak
melakukan sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa memiliki masalah memori/ingatan Ya Tidak
daripada orang lain?
11 Apakah menurut anda sangat menyenangkan bisa hidup saat Ya Tidak
ini?
12 Apakah anda merasa kurang berharga/bernilai saat ini ? Ya Tidak
13 Apakah anda merasa banyak tenaga (energi)? Ya Tidak
14 Apakah anda merasa tidak ada harapan saat ini? Ya Tidak
15 Apakah anda merasa orang lain berada pada posisi yang lebih Ya Tidak
baik dari pada anda?

Penilaian GDS:
Jawaban yang di bold jika sesuai dengan jawaban maka di beri nilai 1 dan jika tidak
di beri nilai 0 atau Jawaban tidak untuk butir 1, 5,7,11,13 mendapat skor 1, Jawaban ya
untuk butir 2, 3,4,6,8, 9, 10,12,14,15 mendapat skor 1 selainnya mendapat skor 0
Penilaian depresi dengan menghitung total skor seluruh jawaban kemudian
diklasifikasikan dalam 4 kategori yaitu skor 0 4 kategori normal, skor 5 -8 kategori
ringan, skor 9 11 kategori sedang dan 12 15 kategori depresi berat.

5. Pengkajian Posisi Dan Keseimbangan


Pada pengkajian Sullivan yang dilakukan untuk mengetahui keseimbangan klien

No Tes Koordinasi Nilai


1 Berdiri dengan postur normal

15
2 Berdiri dengan postur normal menutup mata
3 Berdiri dengan kaki rapat
4 Berdiri dengan satu kaki
5 Berdiri, fleksi trunk dan berdiri ke posisi netral
6 Berdidi, lateral dan fleksi trunk
7 Berjalan, tempatkan tumit salah satu kaki di depan jari kaki
yang lain
8 Berjalan sepanjang garis lurus
9 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai
10 Berjalan menyamping
11 Berjalan mundur
12 Berjalan mengikuti lingkaran
13 Berjalan pada tumit
14 Berjalan dengan ujung kaki
Jumlah

Keterangan
4 mampu melakukan aktivitas dengan lengkap
3 mampu melakukan aktivitas dengan bantuan
2 mampu melakukan aktivitas dengan bantuan maksimal
1 tidak mampu melakukan aktivitas dengan

Nilai
42 54 mampu melakukan aktivitas
28 41 mampu melakukan sedkit bantuuan
14 27 mampu melakukan bantuan maksimal
14 tidak mampu melakukan

Daftar Pustaka

Azizah, Lilik (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu


Branden, Nathaniel. (2005). The Power of Self-Esteem, alih bahasa Anne Natanael. Batam :
Interksa
Annete G. Lueckenotte (1996). Gerontologic nursing. St. Louis: Mosby, Inc
Burns. (1999). Assessment Scale in Old Age Psychiatry. London : Martin Dunitz Ltd.
Bulechek. G.M., Iet all, 2016, Nursing Interventions Classification (NIC) sixEdition,
Edisibahasa Indonesia, IOWA Intervention Project, Mosby.
Carpenito. (2001). Diagnosa Keperawatan ed.8. alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
Dariuszky, G. (2004). Membangun Harga Diri. Bandung : Pioner Jaya
Departemen Kesehatan RI. (1995). Asuhan keperawatan kesehatan jiwa usia lanjut.
Jakarta: Direktorat jenderal pelayanan medik.

16
Hardywinoto & Setiabudhi, T. (1999). Panduan gerontologi : tinjauan dari berbagai aspek.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Herdman, T Heather (2015) NANDA International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
klasifikasi 2015-2017, edisi 10; Jakarta: EGC
Johnson, M.,et all,2016, Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcomes
kesehatan, Edisikelima, Edisibahasa Indonesia, IOWA Intervention Project, Mosby.
Luechennotte, A.G. (1996). Gerontologic nursing.USA : Mosby Year Book, Inc.
Lumbantobing, S.M. (1997). Kecerdasan pada usia lanjut dan denemsia. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI.
Mc. Connel, E.S & Matteson, M.A. (1998). Gerontological nursing: concept and Pratice.
SA: W.B Sounders Company.
Miler, C.A. (1995). Nursing care of older adults: theory and practice. (2nd ed). Philadelphia:
Lippincott.
Nugroho, W (2000). Keperawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta. EGC
Stuart, G. W. & Laraia, M.T. (2005). Principle and practice of psychiatric nursing. (7th ed.).
Philadelphia, USA: Mosby, Inc
Sheikh, Jl, Yesavage JA (1986). Geriatric Depression Scale adaptasi Landefeld et al (2004)
p.101 dan dalam Ham et al (2007) p.243.

17

Anda mungkin juga menyukai