Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki era globalisai dan abad ke-21 sekarang ini, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi mengakibatkan keinginan dan kebutuhan manusia semakin

bertambah. Oleh sebab itu keinginan dan kebutuhan manusia pada zaman modern ini

demikian banyaknya dan Kompleks, sehingga tidak mungkin dapat dipenuhi dengan

berusaha sendiri. Oleh karena itu manusia membentuk suatu wadah yaitu organisasi yang

merupakan suatu lembaga tempat berkumpulnya sejumlah manusia yang mempunyai

rangkaian proses kerjasama yang terikat dalam suatu hubugan formil guna mencapai tujuan

yang ditetapkan.

Oleh karena itu organisasi mempunyai beberapa tujuan diantaranya yaitu

memberikan pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan masa yang akan datang

yang senantiasa berusaha dikejar dan diwujudkan oleh organisasi tersebut. Selain itu tujuan

organisasi berfungsi sebagai patokan yang dapat di pergunakan oleh anggota organisasi

maupun kalangan luar untuk menilai keberhasilan organisasi. Misalnya mengenai segi

efektivitas maupun efisiensi. Etzioni (1985 : 7)

Tujuan daripada organisasi diatas dapat berupa laba, pemberian pendidikan,

pemeliharaan kesehatan dan sebagainya. Meskipun tujuan dari setiap organisasi itu

berbeda-berbeda namun ciri-ciri organisasi itu tetaplah sama, yaitu perilakunya terarah

pada tujuan dalam arti organisasi itu mengejar tujuan dan sasaran yang dapat dicapai secara

lebih efisiensi dan efektif dengan tindakan yang dilakukan secara bersama-sama.

Universitas Sumatera Utara


Dalam setiap organisasi, bahwa efektivitas merupakan unsur pokok dalam

efektivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan dalam perencanaan dengan

pencapaian sasaran atau tujuan yang akan dicapai. Secara sederhana efekfitivitas dapat di

artikan sebagai suatu bentuk penyelesaian yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Steers (1985 : 209) ada 4 faktor yang mempengaruhi efektivitas yaitu :

1. Ciri Organisasi

2. Ciri Lingkungan

3. Ciri Bekerja

4. Kebijakan dan Praktek Manajemen

Dari keempat faktor diatas, menurut Richard M. Steers salah satu faktor yang

mempengaruhi efektivitas adalah ciri organisasi. Sedangkan salah satu karakteristik

organisasi adalah struktur organisasi. Dengan demikian agar tercapainya tujuan yang telah

di tetapkan secara efektif, maka bagi suatu organisasi hendaklah dapat menyusun suatu

struktur atau hubungan pekerjaan tertentu diantara bermacam-macam komponen dari

kesatuan secara keseluruhan. Dalam hal ini struktur organisasi merupakan suatu kerangka

yang mempolahkan hubungan diantara orang-orang maupun bidang-bidang kerja dalam

organisasi tersebut sehingga jelas kedudukannya, wewenang dan tanggung jawab masing-

masing dalam suatu kebulatan yang teratur.

Seperti yang dikemukan oleh Pfiffner dkk (Dalam Sutarto, 1998 : 41) yaitu

:Organization structure is the relationship of workers and their activities to oeanother and

the whole, the parts being the tasks, jobs, or functions and the respective of the personnel

who perform them. Struktur organisasi adalah hubungan antara para pegawai dan

aktivitas-aktivitas mereka satu sama lain serta terhadap keseluruhan, bagian-bagiannya

Universitas Sumatera Utara


adalah tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan dan fungsi dan masing-masing anggota kelompok

pegawai yang melaksanakannya.

Dengan demikian struktur organisasi dapat dianggap sebagai suatu kerangka yang

merupakan titik pusat bagi manusia agar dapat mengabungkan usaha-usaha mereka dengan

baik, sehingga efektivitas dapat tercapai.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu lembaga Pemerintah

Dinas Kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak terlepas

dari peraturan dan dari tuntutan masyarakat yang menerima pelayanan tersebut. Salah satu

tujuan dari Puskesmas adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-

baiknya sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Berdasarkan visi daripada pembangunan kesehatan adalah ingin mencapai

penduduk dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya di seluruh wilayah RI.

Pelayanan kesehatan yang bermutu dimaksudkan adalah pelayanan kesehatan

yang memuaskan pemakai jasa pelayanan serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan

etika pelayanan profesi. Wujud nyata visi tersebut harus berupa pemeliharaan dan

peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau dengan mengikut

sertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat dan swasta.

Berdasarkan visi tersebut menurut William C. Hsiao (2000) merupakan tujuan

akhir yang ingin dicapai dalam sistem kesehatan, yaitu: good health for all citizens,

financial risk protection for all, equal access for everyone to quality health care, and

satisfaction of the people. Di Indonesia salah satu strategi pelaksanaan cita-cita ini adalah

Universitas Sumatera Utara


dengan memantapkan kemandirian masyarakat yang seluas-luasnya dalam peran serta

kesehatan bagi Semua.

Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 tertulis

bahwa Health is a fundamental human right, yang mengandung suatu kewajiban untuk

menyehatkan yang sakit dan mempertahankan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran

bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dan sehat sebagai investasi. Serta berdasarkan,

dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang mengamanatkan bahwa kesehatan

merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana dalam pasal 28 H

ayat (1) : setiap orang berhak hidup sejahterah lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan. (http://Majalah Kesehatan Inovasi Oline, 2007).

Pusat Kesehatan Masyarakat dirasakan mempunyai arti yang besar bagi

masyarakat (khususnya masyarakat ekonomi lemah), sehingga Puskesmas haruslah dapat

memberikan tingkat pelayanan seoptimal mungkin dalam usaha menjaga citra yang baik di

mata masyarakat ditengah-tengah kebutuhan pelayanan kesehatan yang semakin

meningkat. Dengan adanya pelayanan yang baik, diharapkan masyarakat dapat mencapai

kepuasan yang pada akhirnya akan berdampak pada tujuan organisasi.

Agar kegiatan yang dijalankan oleh Puskesmas tersebut dapat mencapai hasil

yang maksimal maka seluruh kegiatan harus terpadu dan terarah. Untuk mewujudkan hal

itu maka sudah tentu diperlukan sebuah struktur organisasi yang baik. Di dalam struktur

organisasi tersebut harus terlingkup semua kegiatan yang ada dan juga kegiatan-kegiatan

tersebut telah terkelompok secara baik.

Universitas Sumatera Utara


Namun berbagai laporan dari masyarakat berdasarkan hasil pengamatan pra

penelitian dilapangan bahwa frekuensi keluhan akan pelayanan kesehatan makin

meningkat, meskipun dibarengi dengan pengadaan fasilitas dan pengawasan mekanisme

pelayanan oleh pemerintah. Laporan dan berita semacam itu tentu merupakan control sosial

yang konstruktif dan harus ditanggapi secara serius. Dengan adanya keluhan seperti petugas

Puskesmas yang malas, kasar tidak ramah, jarang hadir, menunggu terlalu lama bila berobat

dan sebagainya, ini menunjukan suatu kelemahan akan mekanisme pelayanan. Juga sering

terdengar keluhan dari masyarakat bahwa bila berobat mereka tidak tahu harus kebagian

mana. Mungkin pada Puskesmas tersebut tidak terdapat masing-masing bagian yang secara

jelas mengatur kegiatan-kegiatannya. Sehingga masyarakat merasa tidak diperhatikan bila

berobat dan menimbulkan rasa malas serta kebingungan bagi masyarakat itu sendiri .

Dengan adanya keluhan-keluhan dari masyarakat tersebut maka mereka enggan

untuk berobat ke Puskesmas sebagai organisasi formal yang bergerak dibidang kesehatan

dalam memberikan pelayanan harus berusaha mengikutsertakan peran serta dari

masyarakat.

Hal-hal yang telah dikemukankan diatas, penulis merasa tertarik memilih judul

skripsi yaitu : Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Efektivitas Pelayanan

Kesehatan. (Studi Di Puskesmas Lubuk Jambi Kec. Kuantan Mudik Kab. Kuantan

Singingi).

Universitas Sumatera Utara


B. Perumusan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian dan memperlancar data dan fakta kedalam bentuk

penulisan ilmiah, maka perlu perumusan masalah dengan jelas, sehingga dapat

dipergunakan sebagai bahan kajian dan pedoman arah penelitian setiap penelitian dimulai

dengan perumusan masalah yaitu : yang memberikan gambaran ada sesuatu yang perlu

diselesaikan atau dipecahkan dalam arti dicari jawabannya, Nawawi (1990 : 42)

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan

yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah : Apakah ada Pengaruh

Struktur Organisasi Terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Lubuk

Jambi Kec. Kuantan Mudik Kab. Kuantan Singingi. ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah tentu mempunyai tujuan

tertentu.

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah :

a. Untuk mengetahui gambaran tentang struktur organisasi pada Puskesmas

Lubuk Jambi.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan efektivitas pelayanan kesehatan di Puskesmas

Lubuk Jambi

c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh struktur organisasi terhadap

efektivitas pelayanan kesehatan di PUSKESMAS tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah :

a. Untuk meningkatkan serta mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya

dan Ilmu Administrasi Negara Pada khususnya.

b. Sebagai Kontribusi bagi Puskesmas Lubuk Jambi Kecamatan Kuantan Mudik

Kabupaten Kuantan Singingi dalam memberikan pelayanan kesehatan.

c. Untuk memberikan masukan-masukan kepada pihak-pihak atau lembaga-

lembaga yang membutuhkannya.

d. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Administrasi Negara Universitas

Sumatera Utara.

D. Kerangka Teori

1. Pengertian Organisasi

Dalam memberikan pengertian atau defenisi tentang organisasi oleh para ahli

manajemen, terdapat berbagai pendekatan yang dilakukan serta pemikiran yang berlainan

mengenai persoalaan organisasi.

Beberapa ahli manajemen memberikan defenisi organisasi sebagai berikut :

Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama

untuk mencapai tujuan bersama, dan terikat secara formal dalam satu ikatan hierarki

dimana selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut

pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan. Siagian (Dalam

Kartini Kartono, 2005 : 7)

Serta menurut Manullang (2002 : 59) adalah sekelompok orang yang bekerja sama

untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu. Organisasi menurut D. Mooney

Universitas Sumatera Utara


(Dalam Hasibuan 2006 :120) adalah Organization is the form of every human association

for the attainment of common purpose. Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan

manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Dari defenisi ini organisasi diartikan sebagai badan atau lembaga yang merupakan

sekumpulan orang untuk mencapai tujuan bersama.

Berdasarkan defenisi ini dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang

memjadi unsur daripada suatu organisasi, yaitu :

1. Adanya sekelompok orang,

2. Antar hubungan terjadi dalam suatu kerja sama yang harmonis dan

3. Kerja sama didasarkan atas hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-

masing orang untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian defenisi organisasi yang telah disebutkan diatas dapat ditarik

suatu kesimpulan bahwa :

1. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerja sama

untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu.

2. Organisasi dalam arti bagan atau struktur adalah gambaran secara skematis

tentang hubungan-hubungan, kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam

rangka usaha mencapai suatu tujuan..

3. Dalam organisasi selalu terdapat atasan dan bawahan atau rangkaian hirarki

yang bersifat dinamis dalam arti orang-orang yang menduduki suatu jabatan

dapat digantikan setiap saat diperlukan.

Universitas Sumatera Utara


Pada dasarnya bahwa organisasi tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling kait

mengkait dan merupakan satu kesatuan. Disini organisasi merupakan suatu wadah setiap

kegiatan kerjasama, tempat menjalin kerja diantara pelaksananya atau juga sebagai suatu

sistem kerjasama, sistem hubungan dan sistem sosial. Dalam defenisi organisasi diatas

terdapat kata sistem, yang berati kesatuan berbagai faktor manusia yang membentuk

organisasi tersebut maupun faktor pendukung seperti kemampuan untuk bekerja,

kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, dan kemampuan untuk melaksanakan asas-

asas organisasi.

Berbagai faktor yang terdapat dalam defenisi organisasi yang disebutkan diatas

tidak dapat saling lepas (berdiri sendiri) melainkan saling kait mengkait dan merupakan

suatu kebulatan.

2. Pengertian Struktur Organisasi

Suatu struktur organisasi dapat diartikan sebagai serangkaian hubungan diantara

bidang-bidang kerja maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan, wewenang dan

tanggung jawab masing-masing dalam suatu kelompok. Struktur ini apabila dilukiskan

berupa sebuah gambar bagan atau diagram yang memperlihatkan garis-garis. Besar

hubungan tersebut menurut fungsi-fungsi didalam usaha, dan arus tanggung jawab dan

wewenang.

Di dalam pengertian yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa struktur organisasi

itu tergantung kepada tugas yang dilaksanakan dan wewenang yang dipergunakan oleh

individu-individu dan kelompok dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dengan bagan organisasi dimaksudkan sebagai gambaran struktur yang berbentuk

kota atau bentuk lainnya yang dihubungkan dengan garis satu sama lain, sesuai dengan arah

Universitas Sumatera Utara


dan tingkat hubungan antar unit yang satu dengan yang lain. Garis hubungan itu dapat

merupakan hubungan perintah, koordinasi laporan, ataupun fungsi lainnya.

Menurut pendapat Richard dkk (Dalam Sutarto, 1998 : 43) tentang struktur

organisasi adalah Struktur is the relationship of the various fungtion or activities in a

organization. Struktur adalah hubungan antara macam-macam fungsi atau aktifitas

didalam organisasi.

Sedangkan menurut Stonner (1989 : 316) adalah sebagai berikut : Struktur

organisasi dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antara bagian-bagian komponen

dan Posisi dalam suatu perusahaan/organisasi. Dan menurut Widjaja (1987 : 31) yaitu :

Struktur organisasi adalah sebagai bentuk atau wadah organisasi dan merupakan pengaturan

dari orang dan kegiatan fisik, serta hubungan antara mereka dalam pelaksanaan tugas

secara efektif.

Dengan demikian struktur organisasi dapat merupakan sebagai alat pembantu

yang baik dalam melihat organisasi secara keseluruhan.

3. Bentuk Organisasi

Bentuk organisasi ada bermacam-macam yang didasarkan pada wewenang,

tanggung jawab serta kedudukan masing-masing dalam organisasi sebagai satu kesatuan.

Bentuk-bentuk organisasi yang dikemukakan oleh Sutarto (1998 : 18) sebagai berikut :

1. Organisasi Garis (Line Organization)

Organisasi garis merupakan tipe organisasi yang sangat sederhana bila

dibandingkan dengan tipe organisasi yang lain. Dalam tipe organisasi ini, kekuasan berjalan

Universitas Sumatera Utara


secara lansung dari atasan ke bawahan dan perintah berasal dari atasan kebawahan dalam

garis lansung.

Dalam organisasi ini, bawahan hanya mengenal satu pimpinan / atasan sebagai

sumber yang memberikan perintah. Dengan demikian dalam orgnisasi garis ini ketegasan

dalam perintah serta kedisiplinan lebih terjamin. Organisasi ini sering juga disebut dengan

organisasi militer. Karena meliterlah yang mempopulerkan oragnisasi ini.

Kebaikan dari struktur organisasi ini adalah :

1. Keasatuan pimpinan terjamin sepenuhnya dan koodinasi relatif mudah

dilaksanakan.

2. Proses pengambilan keputusan dan instruksi-instruksi berjalan dengan cepat,

karena jumlah orang yang diajak berkonsultasi masih mutlak.

3. Garis pimpinan tegas, tidak mungkin terjadi kesimpang siuran karena atasan

lansung berhubungan dnegan karyawan.

Disamping itu organisasi garis juga memiliki kelemahan/keburukan,antara

lain :

1. Tujuan pribadi pucuk pimpinan seringkali tidak dapat dibedakan dengan

tujuan oraganisasi.

2. Kecenderungan pimpinan untuk bertindak secara otokrasi cukup besar.

3. Organisai secara keseluruhan terlalu begantung pada satu orang, sehingga

kalau pimpinan tidak mampu, maka seluruh organisasi akan terancam hancur.

4. Kesempatan para bawahan untuk berkembang terbatas.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan ciri-ciri dari struktur organisasi garis adalah sebagai berikut :

1. Tujuan organisasi masih sederhana.

2. Organisasi kecil

3. Jumlah karyawan sedikit sehingga pimpinan dan karyawan bersifat lansung.

2. Organisasi Garis dan Staf (Line and Staff Organization)

Organisasi garis dan staf merupakan gabungan kedua bentuk organisasi, yaitu

organisasi dan staff. ini mengurangi kelemahan-kelemahan organisasi garis yang antara lain

kurang memanfaatkan tenaga-tenaga ahli dan mengurangi kelemahan-kelemahan organisasi

garis yang antara lain kurang memanfaatkan tenaga-tenaga ahli dan mengurangi kelemahan

organisasi fungsional yang antara lain kurang memanfaatkan tenaga-tenaga ahli dan

mengurangi kelemahan organisasi fungsional yang antara lain kurangnya ketegasan dalam

perintah dan kedisiplinan.

Staf dalam organisasi garis dan staf ini bertugas terutama memberi nasehat sesuai

dengan keahliannya, baik diminta atau tidak. Dengan demikian dibentuklah staf untuk

membantu pejabat garis sehingga ia dapat bekerja lebih efisien dan efektif. Sehingga

tersedia lebih banyak waktu untuk memperhatikan hal-hal penting dan kebijakasanaan serta

tugasnya menjadi lebih ringan.

Para pimpinan staf yang dipertukan pada organisasi garis bermaksud untuk

meperlancar kegiatan organisasi garis agar lebih baik. Tipe oragnisasi garis dan staf ini

pada umumnya digunakan untuk organisasi yang besar, daerah kerjanya luas dan

mempunyai bidang-bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit.

Universitas Sumatera Utara


Kebaikan organisasi garis dan staf adalah :

1. Adanya pembagian tugas yang jelas antara pimpinan, staf dan pelaksana.

2. Dapat diterapkan pada organisasi garis besar/kecil, organisasi

pemerintah/swasta, karena fleksible.

3. Azas kesatuan pimpinan tetap dipertahankan, sebab pimpinan berada dalam

satu tangan.

4. Adanya kerja sama yang baik.

Sedangkan keburukan-keburukannya adalah :

1. Kekaburan antara tugas lini dan staf

2. Kurang baiknya koordinasi dan dapat pula merupakan hambatan dalam

pelaksanaan tugas.

3. Hubungan antara atasan dan bawahan tidak lagi semuanya bersifat lansung.

4. Pimpinan, begitu pula sesama karyawan tidak lagi semuanya saling mengenal.

3. Organisasi Fungsional (Functional Organization)

Organisasi fungsional disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi yang

harus dilakukan sesuai dengan kepentingan organisasi. Tiap-tiap fungsi/kegiatan seolah-

olah terpisah berdasarkan bidang keahliannya. Tetapi meskipun terpisah-pisah,tiap-tiap

fungsi tidak dapat berdiri sendiri, karena fungsi yang satu dengan yang lainnya saling

berkaitan. Tipe fungsional ini mencoba memanfaatkan tenaga ahli dalam bidang khusus

semaksimal mungkin. Dengan demikian seorang pekerja dapat saja mempunyai lebih dari

satu pimpinan yang masing-masing pimpinan tersebut dapat memerintah sesuai dengan

keahliannya dan bertanggung jawab sepenuhnya pada bidang tugasnya.

Universitas Sumatera Utara


Adapun kebaikan daripada organisasi fungsional ini adalah :

1. Adanya pembagian pekerjaan bagi pegawainya untuk berkembang.

2. Adanya kesempatan bagi pegawainaya untuk berkembang.

3. Ikut serta dalam pengambilan pengambilan keputusan dan adanya kerjasama

yang baik diantara pegawai.

Sedangkan keburukan adalah sebagai berikut

1. Para karyawan terlalu memspesialisasikan diri pada satu bidang saja.

2. Sukar untuk menga tour of duty atau tour of area tampa melalui pendidikan

yang intensif.

3. Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar dilaksanakan karena karyawan

mementingkan bidangnya saja

Ciri-ciri dari organisasi ini adalah :

1. Membidangi tugas secara jelas dan tugas dapat dibedakan

2. Dalam melaksanakan tugas tidak banyak memerlukan koordinasi karena

bidang tugasnya sudah jelas. Koordinasi di titik beratkan pada eselon atas.

3. Pembagian unit-unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas.

4. Organisasi Garis, Staf dan Fungsional (Line, Fungtional and Staff

Organization)

Organisasi ini merupakan kombinasi dari organisasi garis, fungsional,dan staf,

serta fungsional ini dilakukan dengan cara menggabungkan kebaikan dan menghilangkan

keburukan daripada ketiga tipe organisasi tersebut. Dengan demikian cocok untuk dipakai

pada suatu organisasi yang benar dan kompleks.

Universitas Sumatera Utara


5. Organisasi Komite (Committee Organization)

Organisasi komite adalah arganisasi yang masing-masing anggota mempunyai

wewenang yang sama dan pimpinannya kolektif. Organisasai komite mengutamakan

pimpinan artinya dalam organisasi terdapat pimpinan kolektif/presidium/plural/executif

dan komite ini bersifat manajerial. Organisasi komite ini ada yang bersifat sementara.

Ciri-ciri organisasi komite adalah :

1. Pembagian tugasnya jelas dan tertentu

2. Wewenag semua anggota sama besanya

3. Tugas pimpinan dilaksanakan secara kolektif dan tanggung jawabnya pun

secara kolektif .

4. Para pelaksana dikelompokan menurut bidang/komisis tugas tertentu yang

harus dilaksanakan dalam bnentuk gugus-gugus.

5. Keputusan merupakan keputusan semua anggota.

4. Pengertian Efektivitas

Dilihat dari segi keberhasilan bahwa organisasi yang berhasil mencapai tujuannya,

namun belum tentu terlaksana dengan efektivitas kerja yang baik.

Efektivitas menurut Partanto (1994 :128 ) dalam Kamus Ilmiah Populer disebut

dengan istilah Efektivitas, yang berasal dari kata dasar efek., yang mempunyai arti

akibat atau hasil. Jadi kalau melakukan sesuatu usaha itu harus diharapkan akan ada

atau menghasilkan suatu akibat tertentu, dan akibat yang diharapkan itu tercapai, berati

usaha tersebut efektif.

Universitas Sumatera Utara


Untuk lebih jelasnya pengertian mengenai efektivitas, akan dijelaskan berdasarkan

rumusan dari para ahli. Adapun rumusan tersebut akan diuraikan dibawah ini.

Siagian, (1983 : 151) mengatakan :Efektivitas kerja berati penyelesaian pekerjaan

tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya, apakah pelaksanaan itu diselesaikan dan

tidak terutama menjawab pertanyaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.

Dari pendapat siagian diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas berkaitan

dengan masalah waktu, satu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut berhasil

sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau dengan kata lain tepat waktu. Suatu

kegiatan tidak efektif apabila kegiatan tersebut tidak diselesaikan pada waktunya

Kemudian Widjaja (1987 : 79) memberikan defenisi efektif adalah : berhasil

guna, atau tepat guna. Efektivits adalah pencapaian sasaran menurut perhitungan terbaik

mengenai suasana dagang dan kemungkinan membuat laba atau keuntungan.

Sementara Handayaningrat (1983 : 16) mengatakan :Efectiveness is a

mensuring in term of stataining prescribebed goals or objectives. (efetivitas adalah

pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Selanjutnya perlu pula diperhatikan pendapat dari Sarwoto (1987 : 95) tentang

efektivitas yaitu :Efektif atau berhasil guna adalah pelayanan yang baik, corak maupun

mutunya, dan kegunaannya benar sesuai dengan kebutuhan lini dalam mencapai tujuan

organisasi.

Untuk melengkapi pengertian efektivitas secara mendasar Mochdarsyah Sinugan

(1992 : 15) menjelaskan konsep efektivitas berdasarkan pendapat para ahli dalam empat

kelompok yaitu :

1. Efektivitas berkaitan dengan hubungan antara teori-teori organisasi

Universitas Sumatera Utara


2. Menganggap efektivitas sebagai perbandingan/tingkatannya dimana sasaran
yang dikemukakan dapat dianggap tercapai.
3. Untuk memahami efektivitas adalah efektivitas eksternal output dan
eveluasi satu unit input, konsep ini pada prinsipnya tidak berbeda dengan
pendekatan yang disebutkan pertama.
4. Kemampuan sistem untuk tetap berlansung, teradapatasi dan berkembang
tampa memperdulikan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai

Bedasarkan pendapat para sarjana diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa

efektivitas berhubungan dengan hasil yang dicapai dalam suatu rencana yang telah

ditentukan terlebih dahulu. Oleh karenanya, tindakan yang efektif dapat dikatakan sebagai

suatu tindakan dalam usaha untuk mencapai tujuan dengan tidak memperhatikan bagaimana

cara yang ditempuh.

Dengan demikian dalam melaksanakan kegiatan di dalam suatu organisasi

hendaknya efektivitas harus benar-benar diperhatikan sebagai hasil dari suatu pekerjaan

agar dapat diperoleh hasil pekerjaan secara maksimal.

Didalam hal ini kegiatan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

dapat dilihat dari :

1. Pencapaian Tujuan

2. Ketepatan Waktu

3. Manfaat

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan efativitas

pelayanan kesehatan adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan,. Adanya ketentuan

waktu dalam memberikan pelayanan serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan padanya.

Universitas Sumatera Utara


5. Pengertian Pelayanan Kesehatan

Secara umum pelayanan dapat diartikan dengan melakukan pembuatan yang

hasilnya ditujukan untuk kepentingan orang lain, baik perorangan, kelompok atau

masyarakat. Menurut Moenir (1992 : 16) pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan

melalui aktivitas orang lain. Sedangkan pengertian pelayanan kesehatan merupakan salah

satu bidang dalam pelayanan kesehatan sosial dalam arti luas. Dan menurut Azwar (1995 :

1) pelayanan dalam bidang kesehatan dapat diartikan sebagai setiap upaya yang

diselenggarakan secara sendiri atau bersama dalam satu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan

kesehatan perseorangan,keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

Dalam pengertian ini, pelayanan kesehatan disamping sebagai suatu usaha untuk

memperbaiki kesejateraan masyarakat, sekaligus juga dalam rangka usaha pembinaan,

pengembangan pemanfaatan sumber daya manusia.

Jenis Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan pendapat Azwar (1983 : 42) ada 3 (tiga) jenis pelayanan kesehatan

yang ada dalam masyarakat yaitu :

1. Pelayanan kesehatan pada tingkat pertama (primary health care). Yang


dimaksud dengan pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar.
2. Pelayanan tingkat kedua (secondary health care) yaitu pelayanan kesehatan
yang lebih mengutamakan pelayanan spesialis dan bahkan kadang-kadang
sub spesialis tetapi masih terbatas.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertierry health care) yaitu pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan spesialis serta sub spesialis
yang lebih luas.

Pelayanan kesehatan tingkat dasar dilakukan secara bersama-sama oleh

masyarakat dan ditulang punggungi oleh tenaga medis. Tenaga medis, dalam hal ini seperti

Universitas Sumatera Utara


dokter umum atau para medis dengan sifat pelayanan berobat jalan (ambulatory service).

Jangkauan pelayanan berobat jalan dipengaruhi oleh peningkatan upaya kesehatan dan

kesadaran masyarakat untuk berobat.

Pelayanan tingkat dasar berhubungan erat dengan usaha masyarakat untuk

mencari pengobatan sendiri. Dalam pengobatan tingkat dasar ini beberapa upaya

pengobatan jalan dapat dilakukan seperti :

1. Pembinaan dan pengarahan yang baik tentang cara-cara berobat tradisonal,

yang dilaksanakan terus menerus bagi masyarakat.

2. Upaya pelayanan akan lebih lancar jika kemampuan ekonomi masyarakat

bekembang, pemanfaatan obat-obatan ditingkatkan, serta pengarahan dan

motivasi untuk mengobati sendiri penyakit-penyakit ringan dengan

penggunaan obat-obatan modern, sederhana maupun obat-obatan tradisional

yang telah diuji coba.

Pelayanan sekunderi (secondary health care) dilaksanakan oleh dokter spesialis

terbatas, serta sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau rawat (impatient service).

Sedangkan pelayanan tingkat tertier (tertiary health care) dilakukan oleh dokter spesialis

dan sub spesialis dilaksanakan oleh dokter spesialis, yang sifatnya dapat merupakan

pelayanan jalan atau rawat.

Tujuan Pelayanan Kesehatan

Pada hakekatnya, tujuan pelayanan kesehatan tidak berbeda dari tujuan

pelaksanaan pembangunan kesehatan secara luas. Dalam pemikiran dasar Sistem Kesehatan

Nasional (SKN) dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan merupakan cita-cita bangsa,

yaitu agar tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk yang berakibat kepada

Universitas Sumatera Utara


terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu untuk

kesejateraan umum yang merupakan bagian dsri tujuan nasional.

Dalam usaha memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tujuan

pelayanan kesehatan itu dapat dibagi atas 3 golongan, yaitu :

1. Pencegahan (Preventif)

Pelayanan kesehatan pada hakekatnya memberi penekanan pada upaya untuk

mencegah terjadinya atau gangguan kesehatan lainnya. Bahkan pencegahan mendapat

tempat yang utama karena dengan pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik serta

memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan pengobatan maupun rehabilitasi.

Pencegahan nsebagai strategi pemeliharahan dan peningkatan kesehatan

masyarakat, ditempuh dengan usaha-usaha seperti :

1. Untuk orang yang sehat : yakni untuk memenuhi permintaan pemeriksan

kesehatan ataupun dalam rangka mendeteksi kelainan sedini mungkin.

2. Untuk orang yang khawatir akan kesehatannya seperti melayani permintaan

pemeriksaan kesehatan Azwar (1983 : 28)

Pelayanan kesehatan yang bersifat pencegahan terutama ditujukan untuk

memperkuat keluarga dan kelompok serta kesatuan masyarakat. Maksudnya adalah bahwa

didalam masyarakat yang mengalami perubahan yang berlansung cepat, upaya pencegahan

ditekankan pada tingkah laku dan kegiatan untuk membagun kesehatan yang optimal.

Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang terbatas diperuntukan terutama dalam

rangka pencegahan. Oleh sebab itu upaya pengehan ini memperoleh perhatian besar

dibanyak negara. Selain itu juga karena penerapannya memungkinkan penggunaan secara

Universitas Sumatera Utara


efektif sumber-sumber yang terbatas, sedangkan lingkup intervensinya luas. Soetarso

(1982 : 13)

Pelayanan kesehatan dalam fungsi pencegahan ini disamping merupakan usaha

untuk mempertinggi nilai kesehatan sekaligus juga untuk memberikan perlindungan khusus

terhadap sesuatu penyakit (Specific Protection).

2. Pengobatan (Curative)

Mengobati Penderita yang sakit adalah salah satu usaha yang amat penting dalam

setiap bentuk pelayanan kesehatan. Untuk tujuan pengobatan diberikan bila suatu masalah

atau gangguan kesehatan terjadi diakibatkan oleh kegagalan seseorang,keluarga, kelompok

dan kesatuan masyarakat untuk melaksanakan peranannya atau tugas-tugas secara memadai

dan normal. Pengobatan dalam pelayanan kesehatan sebagai suatu bentuk dari pelayanan

sosial bertujuan untuk meniadakan hambatan atau masalah-masalah sosial yang ada.

Pengobatan yang terlambat menyebabkan beberapa hal yang kurang

menguntungkan seperti usaha menyembuhkan menjadi lebih sulit bahkan mungkin tidak

dapat sembuh lagi atau memungkinkan akan terjadinya kecelakaan lebih besar. Disamping

itu, pengobatan yang tidak secaepatnya, bisa menimbulkan penderitaan si sakit sembuh

lama dibandingkan dengan pengobatan yang diterimanya semenjak kenak sakit atau biaya

perawatan akan menajadi semakin banyak /semakin besar.

Pengobatan dimaksudkan menegakkan diagnosa penyakit sedini mungkin untuk

diberikan pengobatan yang tepat (ealy diagnosis and prompt treatment). Sumarnonugroho

(1984 : 43)

Tujuan dari pengobatan dapat bersifat respresif, artinya menekan agar gangguan

kesehatan yang timbul tidak makin parah dan tidak menjalar.

Universitas Sumatera Utara


3. Pemulihan (Rehabilitation)

Pemberian pelayanan untuk tujuan rehabilitasi adalah usaha untuk

mengembalikan bekas penderita sesuatu penyakit ketengah-tengah masyarakat.

Rehabilitasi diamsumsikan agar orang itu dapat kembali menjalankan fungsinya sebagai

anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat

dengan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pemulihan atau rehabilitasi

terutama untuk menamkan dan menumbuhkan fungsionalitas kembali dalam diri orang

maupun anggota masyarakat. Sumarnugroho, (1984 : 43)

Dengan rehabilitasi dapat diharapkan mengembangkan potensi dalam rangka lebih

meningkatkan fungsionalitasnya sehingga dapat secara produktif.

Pelayanan kesehatan dengan tujuan rehabilitasi atau pemulihan dapat dibagi


kedalam empat bidang, seperti yang dikemukan oleh Indan Entjang (1982 : 28-29) berikut :
1. Rehabilitasi fisik, yaitu agar bekas penedrita memperoleh perbaikan fisik
semaksimalnya.
2. Rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapat meneyesuaikan diri
dalam hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali
bersman dengan terjadinya cacat badanaiah muncul pula kalaianan-kelainan
atau ganagguan mental. Untuk itu bekas penderita perlu mendapatkan
bimbingan kejiwaan sebelum kembali kemasyarakat.
3. Rehabilitasi social vokasional, yaitu agar bekas penederita menepati suatu
pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang
semaksimalnya.
4. Rehabilitasi aestheis, yaitu usaha untuk mengembalikan rasa keindahan,
walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat
dikembalikan .

Prinsip lebih baik mencegah daripada mengobati apalagi merehabilitasi dalam

pelayanan sosial, termasuk bidang medis, oleh karena para ahli pekerjaan sosial lebih

diperdengarkan.

Universitas Sumatera Utara


Ketiga hal diatas, dimaksudkan agar setiap warga masyarakat dapat mencapai

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani, maupun kesehatan sosial

serta diharapkan berumur panjang.

6. Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Efektivitas Pelayanana Kesehatan

Setelah penulis menguraikan pengertian struktur organisasi dan efektivitas

pelayanan kesehatan, maka senjutnya penulis menjelaskan pengaruh struktur organisasi

terhadap efektivitas pelayanan kesehatan.

Menurut Steers (1985 : 71) ada enam faktor yang mempergaruhi beberapa segi

dari efektivitas organisasi. Keenam factor tersebut serta uraiannya adalah :

1. Tingkat Desentralisasi
Yang dimaksud dengan desentralisasi adalah batas perluasan bagi jenis
kekuasaan dan wewenang dari atas kebawah dalam hierki organisasi. Dengan
demikian pengertian desentralisasi berhubungan erat dengan konsep
partisipasi dalam pengambilan keputusan. Makin luas desentralisasi
oragnisasi sebuah oraganisasi makin luaslah ruang lingkup para pekerja.
Bawahan dapat turut serta dalam memikul tanggung jawab atas keputusan-
keputusan mengenai. Pekerjaan meraka dan kegiatan mendatang dari
organisasinya
2. Spesialisasi Tugas
Spesialisasi mengakibatkan peningkatan efektivitas, karena spesialisasi
memungkinkan setiap pekerja mencapai keahlian dibidang tertentu sehingga
dapat memberikan sumbangan secara maksimal pada kegiatan kearah tujuan.
3. Formalisasi
Fomulasi biasanya menunjukan batas penentuan atau pengaturan kegiatan
pekerja para pegawai melalui prosedur dan peraturan yang resmi. Jadi bila
formalisasi telah diterapkan dalam kehidupan para pegawai, maka efektivitas
akan tercapai
4. Rentang Kendali
Rentang kendali menyatakan jumlah rata-rata bawahan dari tiap penyelia.
Dengan jumlah dari masing-masing bawahan dapat dilakukan rentang
kendali sehingga memungkinkan untuk meningkatkan efektivitas.
5. Ukuran (Besarnya) Organisasi
Telah banyak perhatian dicurahkan pada masalah bagaimana besarnya
ukuran oragnisai dapat mempengaruhi berbagai aspek dari keberhasilan
organisasi. Bertambah besarnya ukuran organisasi tampaknya mempunyai

Universitas Sumatera Utara


hubungan positif dengan peningkatan efesiensi. Factor-faktor seperti
pengertian pempinan yang teratur, berkurangnya biaya tenaga kerja dan
pengenalan llingkungan dianggap sebagai aspek yang mempengaruhi
efetivitas pelaksanaan pekerjaan.
6. Ukuran (Besarnya) Unit Kerja
Berdasarkan unit kerja juga mempengaruhi efektivitas, karena diantara para
pekerja saling mengenal lebih baik akan membina persahabatan dan
membangun persatuan kelompok dengan erat.

Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa aspek struktur organisasi

dapat mempenagaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas organisasi.

Struktur organisasi yang disusun untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat

dalam hal ini bidang kesehatan akan tercipta dengan baik bila disesuaikan dengan situasi

dan kondisi yang dihadapi untuk menjalankan mekanisme pelayanan dengan efisien dan

efektif.

Dengan demikian, struktur organisasi memegang peranan yang penting dalam hal

pemberian kesehatan kepada masyarakat. Karena struktur oragnisasi yang jelas akan

mempermudah setiap organisasi untuk memahami posisinya. Pihak /bagian mana yang

akan membantu dalam melaksanakan tugas, dan kepada siapa harus memberikan

pertanggung jawaban atas tugas yang jelas serta didukung dengan tenaga ahli dan trampil.

Peraturan juga memegang peranan utama serta jumlah pegawai yang memadai akan

menambah terciptanya efektivitas kerja yang diharapkan.

7. Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)

Konsepsi pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) secara histories dilahirkan

pada tahun 1968 oleh rapat kerja kesehatan nasional (Rakernas I) di Jakarta. Sebelum

organisasi ada, sistem pelayanan di Indonesia masih bersifat kuratif belaka dan berjalan

Universitas Sumatera Utara


secara sendiri-sendiri. Pemberian bantuan kesehatanpun masih diselenggarakan secara

terpisah-pisah, minsalnya :

- Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) berfokus pada pelayanan ibu, bayi dan

anak.

- Balai Pengobatan (BP), yakni melayani pada bidang pengobatan penyakit.

Sistem pelayanan kesehatan yang terpisah ini membawa pengaruh yang

menghambat tujuan pembangunan kesehatan, karena yang mendapat pelayanan masih

terbatas pada orang yang mampu ekonominya. Untuk itu, usaha-usaha pemberian

pelayanan yang terpadu dan menyeluruh kemudian disatukan dalam satu wadah pelayanan

kesehatan masyarakat yang disebut dengan pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS).

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang lasung memberikan

pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam bentuk usaha-usaha kesehatan

pokok.

Untuk merealisasikan tanggung jawab itu, puskesmas mempunyai tugas pokok

antara lain :

1. Menjaga dan meningkatkan kesehatan anggota masyarakatnya. Dengan

demikian akan miningkatkan status kesehatan masyarakat dan mengurangi

penderita sakit.

2. Menggerakan/membimbing anggota msayarakat untuk secara aktif

berpartisipasi di bidang kesehatan dan kegiatan-kegaiatan pembangunan, yang

merupakan bagian integrasi dari pembangunan social secara menyeluruh di

wilayah kerjanya.

Universitas Sumatera Utara


Usaha-Usaha Pokok Puskesmas

Kegiatan-kegiatan pokok puskesmas yang diselenggarakan oleh puskesmas sejak

berdirinya semakin berkembang, mulai dari 7 usaha pokok kesehatan, 12 usaha pokok

usaha kesehatan, namun yang dapat dilaksanakan oleh puskesmas sesuai dengan

kemampuan yang ada dari tiap-tiap puskesmas baik dari segi tenaga, fasilitas dan biaya atau

anggaran yang tersedia.

Untuk memberikan pelayanan kesehatan Puskesmas menjalankan beberapa usaha,

kegiatan pokok yang meliputi 12 program kesehatan dikutif dari Nasrul Effendy (1995 : 38)

sebagai berikut :

1. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA)


2. Upaya Keluarga Berencana (KB)
3. Upaya Perbaikan Gizi
4. Upaya Kesehatan Lingkungan
5. Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Kesehatan Masyarakat
7. Upaya Kesehatan Sekolah
8. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
9. Upaya Kesehatan Gigi Dan Mulut
10. Upaya Kesehatan Sekolah
11. Upaya Laboratorium Serhana
12. Upaya Pencatatan Dan Pelaporan Dalam Rangka Sistem Informasi
Kesehatan

Untuk melaksanakan fungsi, kegiatan, pelayanan, dan pembinaan serta

pengembangan peran serta/swadaya masyarakat maka peranan petugas puskesmas

dikemukan seperti berikut :

1. Membina dan memelihara hubungan baik


2. Bertindak sebagai katalisator
3. Berperan sebagai penasehat teknis
4. Membentu masyarakat menggali sumber daya
5. Memberikan dorongan
(http :// www.warta puskesmas 2007)

Universitas Sumatera Utara


Dalam menjalankan pelayanan kepada masyarakat puskesmas mempunyai fungsi

utama dalam sistem pelayanan yang disebut dengan sistem rujukan (relasi sitem). Sistem

rujukan ini merupakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus

penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti unit yang berkemampuan

kurang kepada unit yang setingkat kemampuannya. Tujuan sistem ini adalah untuk

mendekatkan pelayanan dengan penderita atau masyarakat.

E. Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun (1995 : 33) adalah abstraksi mengenai suatu fenomena

yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik

kejadian,keadaan,kelompok atau individu tertentu yang menjadi pusat perhatian.

Pemberian defenisi konsep disini adalah untuk membantu memperjelas fenomena

pengamatan yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Struktur organisasi adalah ranka yang menunjukan keseluruhan tugas pekerjaan

untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antar fungsi-fungsi serta

wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap anggota organisasi yang mengemban

tiap-tiap pekerjaan itu.

2. Efektivitas pelayanan kesehatan adalah tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan waktu serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan kepadanya.

Universitas Sumatera Utara


Uraian yang ada dapat disederhanakan dengan bagan sebagai berikut :

STRUKTUR EFEKTIVITAS PELAYANAN


ORAGANISASI KESEHATAN
(X) (Y)
(Independent Variabel ) (Dependent Variabel)

- Pembagian Tugas - Pencapaian Tujuan


- Pelimpahan - Ketepatan Waktu
Wewenang dan - Manfaat
tanggung jawab
- Koordinasi
- Hubungan Antar
bagian

G. Defenisi Operasional

Berdasarkan pendapat Singarimbun (1995 : 46) defenisi operasional adalah unsur

penelitian yang meberitahukan bagiamana caranya mengukur suatu variable.

Defenisi operasional penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (X)

Struktur organisasi sebagai variable bebas, diukur (diteliti) melalui indicator-

indikator sebagai berikut :

1. Pembagian Tugas

Perincian tugas yang jelas, misalnya bagian administrasi melaksanakan

aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari (rutin)

Beban kerja yang merata, minsalnya dibidang KIA dimana kepala

puskesmas dibantu oleh bidan dan perawat sesuai dengan tanggung

jawab.

Universitas Sumatera Utara


2. Pelimpahan Wewenang dan Tanggung Jawab
Mempercayai pegawai yang diserahi wewenang, misalnya kepala
puskesmas memberikan delegasi kepada bawahannya.
Menerima saran-saran dari bawahannya demi terciptanya efektivitas

pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Melakukan evaluasi terhadap wewenang yang dilimpahkan dimana

dalam hal ini bawahan harus mempertaggung jawabkan pekerjaan

kepada atasan.

3. Koordinasi, adanya kesatuan sikap dan kerjasama diantara pegawai dan

kesatuan untuk saling membantu serta memberikan saran bila diperlukan.

4. Hubungan Antar Bagian

Yaitu, bentuk hubungan antar bagian yang satu dengan yang lainnya sebagai

satu kesatuan.

2. Variabel Terikat (Y)

Efektivitas pelayanan kesehatan sebagai variable terikat diukur (diteliti) melalui

indicator-indikator sebagai berikut :

1. Pencapaian Tujuan

Yaitu Pelayanan kesehatan dikatakan efektif apabila telah tercapai tujuan

dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya.

Meningkatkan pelayanan kesehatan

Memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

2. Ketepatan Waktu

Yaitu, kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah di

tetapkan.

Universitas Sumatera Utara


Jadwal pelayanan yang teratur

Prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit

Respon petugas terhadap pelayanan yang bersifat cepat dan tepat waktu

3. Manfaat

Yaitu masyarakat benar-benar merasakan adanya manfaat kesehatan dengan

menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada.

Meningkatkan derajat kesehatan pasien

Berkurangnya keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dengan

adanya fasilitas pelayanan kesehatan misalnya ruang tunggu.

F. Hipotesa

Hipotesa adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Sugiyono (2005 :70)

Adapun hipotesa yang penulis kemukan adalah :

1. Hipotesa Kerja (Ha)

Ada pengaruh struktur organisasi terhadap efektivitas pelayanan kesehatan.

2. Hipotesa Nol (Ho)

Tidak ada pengaruh struktur organisai terhadap efektivitas pelayanan

kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai