PEMBAHASAN KASUS
KASUS:
Tn. G umur 40 tahun datang ke poli Rumah sakit dengan keluhan badan terasa dingin
menggigil yang hilang timbul suhu badan makin lama makin panas (40o) dan banyak
mengeluarkan keringat seperti orang mandi, dan gejala seperti itu sudah tiga kali berulang, perut
mual disertai muntah kepala terasa sakit timbulnya sakit setiap dua hari sekali, mukosa tampak
kering pada bibir, TD=110/70,
DS :
Tn. G mengeluhkan badan terasa dingin dan menggigil yang hilang timbul.
Tn. G mengeluhkan mual disertai muntah dan sakit kepala yang timbul dua hari sekali
Tn. G mengeluhkan badannya semakin lama makin panas dan banyak mengeluarkan keringat dan
telah berulang tiga kali.
DO :
TD = 110/70 mmHg
Mukosa bibir kering
Suhu = 40o C
B. ANALISA DATA
Tn. G mengeluhkan
badannya semakin lama
makin panas dan banyak
mengeluarkan keringat dan
telah berulang tiga kali.
DO :
Suhu = 40o C
Tn.G mengeluhkan
mengeluarkan keringat
seperti orang mandi
DO :
DO:
TD = 110/70
C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi
kuman pada hipotalamus.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran keringat yang berlebihan dan muntah.
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
D. NCP
- supaya mengetahui
- balance cairan (input berapa banyak cairan
dan output cairan) yang masuk dan
keluar dari tubuh
- menjaga kenyamanan
pasien
kolaborasi:
- pemberian cairan
- untuk
infus dextrosa sesuai
mempertahankan
dengan indikasi
volume cairan dalam
tubuh pasien
- Pemberian Obat
antiemetik
- dapat mengurangi
muntah
- Observasi keluhan
- Iskemia seluler
nyeri dada, palpitasi.
mempengaruhi
jaringan
miokardial/potensial
resiko infark.
- Evaluasi respon
verbal melambat,
- Dapat
agitasi, gangguan
mengindikasikan
memori, bingung.
gangguan perfusi
serebral karena
hipoksia.
- Evaluasi keluhan
dingin, pertahankan
suhu lingkungan dan
- vasokonstriksi (ke
tubuh supaya tetap
organ vital)
hangat.
menurunkan sirkulasi
perifer.
- Observasi hasil
pemeriksaan
- mengidentifikasi
laboratorium darah
defisiensi dan
lengkap
kebutuhan
Kolaborasi pengobatan/respons
terhadap terapi.
- Berikan transfusi
darah lengkap/packed
sesuai indikasi.
- meningkatkan jumlah
sel pembawa oksigen,
memperbaiki
defisiensi untuk
mengurangi resiko
- Berikan oksigen
perdarahan.
sesuai indikasi.
- memaksimalkan
.
transpor oksigen ke
jaringan.
ASKEP MALARIA
http://yandrifauzan.blogspot.com/
MALARIA
A. Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium,
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan gambaran penyakit berupa demam
yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala dan pengaruhnya
pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal.
B. Etiologi
Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa. Terdapat empat
spesies Plasmodium pada manusia yaitu : Plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax
(malaria tertiana ringan). Plasmodium falcifarum menimbulkan malaria falsifarum (malaria
tertiana berat), malaria pernisiosa dan Blackwater faver. Plasmodium malariae menimbulkan
malaria kuartana, dan Plasmodium ovale menimbulkan malaria ovale.
Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya dengan membandingkan
bentuk skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit yang terdapat di dalam darah perifer maupun
bentuk pre-eritrositik dari skizon yang terdapat di dalam sel parenkim hati.
Tanda dan Gejala
Pada anamnesa adanya riwayat bepergian ke daeah yang endemis malaria tanda dan gejala yang
dapat ditemukan adalah :
Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporulasi) pada malaria
tertiana (P. Vivax dan P. Ovale). Pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya
setiap hari ke 3, sedangkan malaria kuartania (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan
periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap seangan ditandai dengan bebeapa serangan demam
periodik. Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit 1 jam), puncak
demam (2 6 jam), dan tingkat berkeringat (2 4 jam). Demam akan mereda secara bertahan
karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada respon imun.
Splenomegali
Merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongeori menghitam dan menjadi
keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling kerap adalah anemia karena P.
Falciparum. Anemia disebabkan oleh :
a. Penghancuran eritrosit yang berlebihan
b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama
c. Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritrosit dalam sum-sum tulang belakang.
d. Ikterus
Disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.
C. Patofisiologi
Terjadinya infeksi oleh parasit Plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui dua
cara yaitu : Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit
malaria. Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia,
misalnya melalui transfuse darah, suntikan, atau pada bayi yang baru lahir melalui plasenta ibu
yang terinfeksi (congenital).
Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut
:
1. Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena : pecahnya eritrosit yang mengandung parasit,
fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasit, akibatnya terjadi anemia
dan anoksia jaringan dan hemolisis intravaskuler
2. Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag
Pada proses skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan berbagai mediator
endotoksin.
3. Pelepasan TNF
Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF ini bertanggung jawab
terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.
4. Sekuetrasi eritrosit
Eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya. Knob ini mengandung antigen
malaria yang kemudian akan bereaksi dengan antibody. Eritrosit yang terinfeksi akan menempel
pada endotel kapiler alat dalam dan membentuk gumpalan sehingga terjadi bendungan.
D. Pemeriksaan diagnostik
E. Diagnosa Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh/ hipertermia b.d peningkatan tingkat metabolisme, dehidrasi, perubahan
pada regulasi temperatur.
Gangguan pemenuhan nutrisi b. d mual, muntah dan anoreksia.
Nyeri akut, sakit kepala b.d peningkatan tekanan vaskular serebral
Gangguan mobilitas b.d kelemahan tubuh
F. Intervensi keperawatan
Peningkatan suhu tubuh/ hipertermia b.d peningkatan tingkat metabolisme, dehidrasi, perubahan
pada regulasi temperatur.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Pantau suhu pasien, perhatikan pasien Suhu 38,9- 41,1 c menunjukkan proses
menggigil/ diaforesis. penyakit infeksius akut. Pola demam dapat
membantu dalam diagnosis mis: kurva
demam lanjut berakhir lebih dari 24 jam
menunjukkan pneumonia, demam. Menggil
merupakan puncak suhu.
Pantau suhu lingkungan , batasi / Suhu ruangan/ jumalh selimut harus diubah
tambahkan linen tempat tidur sesuai untuk mempertahankan suhu mendekati
indikasi. normal.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Catat status nutrisi pasien, catat turgor kulit Berguna untuk mendefinisikan derajat/
, berat badan dan derajat kekurangan berata luasnya masalah dan pilihan intervensi
badan, integritas kulit, adanya tonus usus, yang tepat.
riwayat mual/ muntah atau diare.
Pastikan pola diet biasa pasien, yang
disukai/ tidak disukai. Membantu dalam mengidentifikasi
kebutuhan/ kekuatan khusus.
Pertimbangkan keinginan individu untuk
Awasi masukan/ pengeluaran dan berat memperbaiki makanan.
badan secara periodik. Berguna dalam menukur keefektifan nutrisi
dan dukungan cairan.
Selidiki anoreksia, mual, muntah dan catat
kemungkinan hubungan dengan obat. Dapat mempengaruhi pilihan diet dan
Awasi frekuensi, volume, konsistensi feses. mengidentifikasi area pemecahan masalah
untuk meningkatkan pemasukan /
Dorong makan dengan sering dengan porsi penggunaan nutrien.
sedikit.
Membantu menghemat energi khususnya
bila kebutuhan metabolik meningkat saat
Berika perawatan mulut sesudah maupun demam.
sebelum tindakan.
Menurunkan rasa tak enak karena sisa
muntah atau obat untuk pengobatan
Dorong orang terdekat untuk memberikan respirasi yang merangsang pusat muntah.
makanan.
Membuat lingkungan sosial lebih normal
selama makan dan membantu memenuhi
Kolaborasi kebutuhan personal dan kultural.
Rujuk ke ahli diet untuk menentukan
komposisi diet.
Memberikan bantuan dalam perencanaan
Konsul dengan terapi pernafasan untuk diet dengan nutrisi adekuat untuk
jadwal pengobatan 1- 2 jam sebelum/ kebutuhan metabolik pasien.
sesudah makan. Dapat membantu menurunkan insiden
mual/ muntah sehubungan dengan obat
atau efek pengobatan pernafasan pada perut
Awasi pemeriksaan laboratorium yang penuh.
contohnya: BUN, protein, serum, dan
albumin. Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan
menunjukkann kebutuhan intervensi/
Berikan terapi yang tepat. perubahan program terapi.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
Pertahankan tirah baring pada pasien Meminimalkan stimulasi/meningkatkan
selama fase akut. relaksasi.
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk Menurunkan tekanan vaskular serebral dan
menghilangkan sakit kepala, misal; memperlambat respon simpatis efektif
kompres dingin, pijat, relaksasi. dalam menghilangkan sakit kepala dan
komplikasinya.
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai Pasien biasanya mengalami pusing juga
kebutuhan. kadang mengalami hipotensi postural.
Meningkatkan kenyamanan umum.
Berikan cairan, makanan lunak, perawatan
Kompres hidung dapat mengganggu
mulut yang teratur jika terjadi perdarahan
menelan atau membutuhkan napas mulut.
hidung.
Kolaborasi:
Berikan analgesic sesuai indikasi Menurunkan nyeri dan menurunkan
rangsang simpatis.
Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai Memungkinkan periode tambahan istirahat
toleransi. tanpa gangguan
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu Tirah baring lama dapat menurunkan
melakukan latihan rentang gerak sendi kemampuan.
pasif atau aktif.
DAFTAR PUSTAKA
FK UI. (1996). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Balai penerbit FKUI.
Spiritia. (2000), Malaria. (http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/malaria.html, diperoleh pada