Anda di halaman 1dari 238

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

PROVINSI MALUKU
UNTUK MENDUKUNG INDUSTRIALISASI KP

Pusat Data, Statistik dan Informasi


Sekretariat Jenderal
Kementerian Kelautan dan Perikanan
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN
PROVINSI MALUKU
UNTUK MENDUKUNG INDUSTRIALISASI KP

Naskah : Pusat Data, Statistik dan Informasi


Tim Penyusun : 1. Ir. Anang Noegroho, M.EM.
2. Ismayanti, DFM, DEA
3. Rennisca Ray Damanti, S.Pi, MA, M.Eng
4. Mareta Nirmalanti, S.Pi, M.Si
5. Krisna Fery Rahmantya, S.Si
6. Anggie Destiti Asianto, S.Si
7. Hermina Nainggolan, S.Kom
8. Walim Abdul Somad, A.Md
9. Tri Wahyuni, S.Kom
10. Dr. Ir. Eko Sri Wiyono, M.Si
11. Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si
12. Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, M.Si
13. Dr. Joko Santoso, M.Si
14. Dr. Mahmud Effendi
15. Shinta Yuniarta, S.Pi, M.Si
16. Nandi Sukri, S.Pi, M.Si
17. Agustin Ross, S.Pi, M.Si
18. Paul Hultera, S.Pi
19. Muhammad Ahya Rafiuddin, S.Pi
20. Ani Rahmawati, S.Pi
21. Yulfiperus
Publikasi : Pusat Data, Statistik dan Informasi
Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm
Jumlah Halaman : xxx + 208 halaman
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha
Kuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya, buku Profil Kelautan
dan Perikanan Provinsi Maluku Untuk Mendukung Industrialisasi
KP ini dapat kami selesaikan.
Publikasi ini menyajikan data dan informasi kelautan dan
perikanan Provinsi Maluku Untuk Mendukung Industrialisasi
KP yang merupakan salah satu lokasi industrialisasi kelautan dan
perikanan. Data dan informasi yang tersaji di dalamnya diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan penyusunan kebijakan
kelautan dan perikanan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan
kerjasamanya kepada semua pihak dalam penyusunan publikasi
ini. Semoga data dan informasi yang tersaji di dalam publikasi
ini dapat bermanfaat bagi para pengguna data kelautan dan
perikanan.

Jakarta, September 2013


Plt. Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi

Anang Noegroho
iv

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


v

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Daftar Isi

1 PENDAHULUAN....................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................ 3
1.2 Tujuan .......................................................... 6

2 GAMBARAN UMUM KELAUTAN DAN PERIKANAN


PROVINSI MALUKU................................................. 7
2.1 Geografis ....................................................... 9
2.2 Geologi .......................................................... 10
2.3 Iklim dan Klasifikasi ....................................... 12
2.4 Potensi Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut ...... 14
2.4.1 Ekosistem Mangrove ........................ 14
2.4.2 Terumbu Karang .............................. 16
2.5 Pulau - Pulau Kecil .......................................... 19

3 PROFIL LAPANGAN USAHA PERIKANAN


PROVINSI MALUKU................................................. 21
3.1 Cakupan Lapangan Usaha Perikanan
di Indonesia..................................................... 23
3.2 Profil Lapangan Usaha Perikanan dalam
Struktur Perekonomian Provinsi Maluku......... 23
3.3 Profil Ketenagakerjaan Lapangan Usaha
Perikanan di Provinsi Maluku ......................... 27

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


vi

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

4 PERIKANAN TANGKAP........................................... 35
4.1 Perikanan Tangkap Perairan Laut..................... 37
4.2 Perikanan Tangkap Perairan Umum.................. 69
4.3 Peta Tematik Perikanan Provinsi Maluku ........ 73
4.4 Industrialisasi Perikanan Tangkap..................... 93
4.4.1 Kota Ambon .......................................... 93
4.4.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon.. 93

5 PERIKANAN BUDIDAYA PROVINSI MALUKU ...... 103


5.1 Budidaya Laut (Marine Culture) ..................... 106
5.2 Budidaya Tambak............................................ 110
5.3 Budidaya Kolam ............................................. 115
5.4 Peta Tematik Perikanan Budidaya..................... 119

6 PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN....................... 123


6.1 Pengolahan Ikan Segar .................................... 129
6.2 Pengolahan Pembekuan.................................... 134
6.3 Pengolahan Penggaraman/Pengeringan............. 137
6.4 Pengolahan Pemindangan................................. 141
6.5 Pengolahan Pengasapan/Pemanggangan............ 143
6.6 Pengolahan Fermentasi ................................... 146
6.7 Pengolahan Lainnya ........................................ 149
6.8 Peta Tematik Pengolahan Produk Perikanan..... 152

7 KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL.. 163


7.1 Potensi .......................................................... 165
7.2 Sarana dan Prasarana Pariwisata Bahari............ 168
7.3 Sumberdaya Manusia....................................... 171

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


vii

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

8 KEBIJAKAN BIDANG KELAUTAN DAN


PERIKANAN DI PROVINSI MALUKU ..................... 173
8.1 Rencana Tata Ruang (RTR) Kepulauan
Maluku .......................................................... 175
8.2 RPJM Daerah Provinsi Maluku
Tahun 2008-2013 ........................................... 182
8.3 Rencana Pengembangan Kawasan
Lumbung Ikan Nasional Maluku...................... 186

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


viii

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


ix

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Luasan Ekosistem Mangrove


di Provinsi Maluku ......................................... 16
Tabel 2.2 Luas Terumbu Karang, Padang Lamun
dan Pasir di Provinsi Maluku .......................... 18
Tabel 2.3 Jumlah Pulau di Provinsi Maluku ................... 19
Tabel 3.1 Perkembangan Sejumlah Indikator Terkait
Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan
dalam PDRB Provinsi Maluku ......................... 24
Tabel 3.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas
YBSSYL di Lapangan Usaha Perikanan dan
Total Seluruh Lapangan Usaha Tahun 2000
dan 2010 (Orang) .......................................... 28
Tabel 3.3 Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk
Berumur 15 Tahun Ke atas YBSSYL dalam
Lapangan Usaha Perikanan dan Total
Seluruh Lapangan Usaha Tahun 2000
dan 2010 (% per tahun) ................................. 29
Tabel 3.4 Kontribusi Jumlah Penduduk 15 Tahun
Ke Atas terhadap Total Penduduk 15 Tahun
Ke Atas Pada Lapangan Usaha Perikanan dan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


x

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Total Lapangan Usaha Tahun 2000


dan 2010 (%)................................................... 31
Tabel 3.5 Struktur Penduduk Berumur 15 Tahun
Ke Atas YBSSYL dalam Lapangan Usaha
Perikanan dan Total Seluruh Lapangan
Usahanya Pada Tahun 2000 dan 2010 (%)....... 32
Tabel 3.6 Angka LQ Jumlah Penduduk Berumur
15 Tahun Ke Atas YBSSYL dalam Lapangan
Usaha Perikanan dan Total Seluruh
Lapangan Usaha Tahun 2000 dan 2010
dengan Provinsi Maluku sebagai Wilayah
Referensinya.................................................... 33
Tabel 4.1 Jumlah Produksi Perikanan Tangkap
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2010..................................................... 38
Tabel 4.2 Produksi Ikan Cakalang Menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2011..................................................... 40
Tabel 4.3 Produksi Ikan Tongkol Komo Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2011..................................................... 42
Tabel 4.4 Produksi Ikan Kembung Menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2011..................................................... 43
Tabel 4.5 Produksi Ikan Tembang Menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2011 .................................................... 45

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xi

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.6 Produksi Ikan Layur Menurut


Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2011 .................................................... 46
Tabel 4.7 Produksi Ikan Gulama/Tiga Waja Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2010..................................................... 48
Tabel 4.8 Produksi Ikan Lencam Menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2011 .................................................... 49
Tabel 4.9 Produksi Ikan Kakap Merah Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2011 .................................................... 51
Tabel 4.10 Produksi Ikan Beloso Menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2010..................................................... 52
Tabel 4.11 Produksi Ikan Biji Nangka Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2010..................................................... 54
Tabel 4.12 Produksi Rajungan Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2010..................................................... 55
Tabel 4.13 Produksi Udang Putih Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2010 .................................................... 57
Tabel 4.14 Produksi Cumi-Cumi per Kabupaten
di Provinsi Maluku Tahun 2010....................... 58
Tabel 4.15 Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Laut per
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku pada
Tahun 2010..................................................... 60

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xii

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.16 Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Masing-


Masing Kabupaten di Provinsi Maluku pada
Tahun 2010..................................................... 62
Tabel 4.17 Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Laut per
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku pada
Tahun 2010..................................................... 63
Tabel 4.18 Jumlah Unit Penangkapan Ikan di Masing-
Masing Kabupaten/kota di Provinsi Maluku
Tahun 2011..................................................... 66
Tabel 4.19 Produksi Perikanan Tangkap di Perairan
Umum Provinsi Maluku pada Tahun 2010....... 69
Tabel 4.20 Jumlah Produksi Udang Galah di Masing-
Masing Kabupaten/kota di Provinsi Maluku
Tahun 2010..................................................... 70
Tabel 4.21 Produksi Ikan Nila per Kabupaten/kota
di Provinsi Maluku Tahun 2010 ...................... 71
Tabel 4.22 Produksi Ikan Mujair per Kabupaten/kota
di Provinsi Maluku Tahun 2010....................... 72
Tabel 4.23 Indikator Kinerja Utama di PPN
Ambon 2011 ................................................... 95
Tabel 4.24 Outcome dari Indikator Produksi TTC
di PPN Ambon (ton) ....................................... 96
Tabel 4.25 Outcome dari Indikator Kelas Mutu TTC
di PPN Ambon (%).......................................... 97
Tabel 4.26 Outcome dari Indikator Nilai Tambah TTC
di PPN Ambon (Rp) ........................................ 98
Tabel 4.27 Outcome dari Indikator Pendapatan Nelayan
di PPN Ambon (Rp.) ....................................... 99

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xiii

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.28 Outcome dari Indikator Pendapatan Nelayan


di PPN Ambon (orang) .................................... 99
Tabel 4.29 Fasilitas di PPN Ambon.................................... 100
Tabel 5.1 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan
Budidaya di Provinsi Maluku pada
Periode 2001-2010.......................................... 105
Tabel 5.2 Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi
Perikanan Budidaya Laut di Provinsi Maluku
pada Periode 2006-2011 ................................. 106
Tabel 5.3 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan
Budidaya Laut di Provinsi Maluku menurut
Jenis Budidaya Tahun 2011 ............................. 107
Tabel 5.4 Luas Usaha, Jenis Komoditas, Produksi dan
Nilai Produksi Perikanan Budidaya Laut
di Provinsi Maluku Tahun 2011 ...................... 108
Tabel 5.5 Perkembangan Rumah Tangga Perikanan
Budidaya Laut di Provinsi Maluku
periode 2006 2011....................................... 110
Tabel 5.6 Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi
Perikanan Budidaya Tambak di Provinsi
Maluku pada Periode 2006-2011..................... 111
Tabel 5.7 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan
Budidaya Tambak di Provinsi Maluku
Menurut Jenis Budidaya Tahun 2011............... 112
Tabel 5.8 Luas Usaha, Jenis Komoditas, Produksi dan
Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak
di Provinsi Maluku Tahun 2011....................... 113

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xiv

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 5.9 Perkembangan Rumah Tangga Perikanan


Budidaya Tambak di Provinsi Maluku
Periode 2006 2011........................................ 114
Tabel 5.10 Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi
Perikanan Budidaya Kolam di Provinsi
Maluku pada Periode 2006-2011..................... 115
Tabel 5.11 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan
Budidaya Kolam di Provinsi Maluku
Menurut Jenis Budidaya Tahun 2011............... 116
Tabel 5.12 Luas Usaha, Jenis Komoditas, Produksi
dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya
Kolam di Provinsi Maluku Tahun 2011........... 117
Tabel 5.13 Perkembangan Rumah Tangga Perikanan
Budidaya Kolam di Provinsi Maluku
Periode 2006 2011........................................ 118
Tabel 6.1 Banyaknya Unit Pengolahan Hasil Perikanan
Menurut Kabupaten/Kota dan Klasifikasi
Usaha pada Tahun 2011 .................................. 125
Tabel 6.2 Volume Produksi Pengolahan Hasil
Perikanan Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Maluku .......................................... 127
Tabel 6.3 Banyaknya Tenaga Kerja Pengolahan Ikan
Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin
Tenaga Kerja pada Tahun 2011 ....................... 128
Tabel 6.4 Tanda-Tanda Ikan Segar dan Ikan yang
Sudah Tidak Segar .......................................... 130
Tabel 6.5 Tanda-Tanda Udang Segar dan Udang yang
Sudah Tidak Segar........................................... 130

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xv

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 6.6 Sebaran UPI Penanganan Produk Segar


di Provinsi Maluku........................................... 132
Tabel 6.7 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Penanganan
Produk Segar di Provinsi Maluku ................... 133
Tabel 6.8 Sebaran UPI Pembekuan di Provinsi Maluku.... 135
Tabel 6.9 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Pembekuan
di Provinsi Maluku ......................................... 136
Tabel 6.10 Sebaran UPI Penggaraman/Pengeringan
di Provinsi Maluku........................................... 139
Tabel 6.11 Sebaran UPI Penggaraman/Pengeringan
di Provinsi Maluku Jumlah Tenaga Kerja
pada UPI Penggaraman/Pengeringan
di Provinsi Maluku .......................................... 140
Tabel 6.12 Sebaran UPI Pemindangan
di Provinsi Maluku .......................................... 142
Tabel 6.13 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Pemindangan
di Provinsi Maluku .......................................... 142
Tabel 6.14 Sebaran UPI Pengasapan/Pemanggangan
di Provinsi Maluku .......................................... 144
Tabel 6.15 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Pengasapan/
Pemanggangan di Provinsi Maluku ................. 145
Tabel 6.16 Sebaran UPI Fermentasi di Provinsi Maluku .... 147
Tabel 6.17 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Fermentasi
di Provinsi Maluku .......................................... 148
Tabel 6.18 Sebaran UPI Pengolahan Lainnya
di Provinsi Maluku .......................................... 149
Tabel 6.19 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Penanganan
Produk Lainnya di Provinsi Maluku................. 150

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xvi

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 7.1 Potensi Pariwisata Bahari Tiap


Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku................. 166
Tabel 7.2 Jumlah dan Jenis Transportasi Menuju
Lokasi Pariwisata Bahari di Provinsi Maluku ... 169
Tabel 7.3 Jumlah Penginapan di Lokasi Wisata Bahari
Provinsi Maluku .............................................. 170
Tabel 7.4 Jumlah Kedai/Rumah Makan di Lokasi
Wisata Bahari Provinsi Maluku........................ 171
Tabel 7.5 Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Wisata Bahari
Provinsi Maluku .............................................. 172

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xvii

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Wilayah Provinsi Maluku ......................... 10


Gambar 2.2 Informasi Spasial Ekosistem Mangrove
di Provinsi Maluku .................................... 15
Gambar 2.3 Informasi Spasial Terumbu Karang,
Lamun dan Pasir di Provinsi Maluku ......... 17
Gambar 4.1 Jumlah Produksi Perikanan di Provinsi
Maluku 2006-1020 ................................. 37
Gambar 4.2 Kontribusi Produksi Perikanan Tangkap
dari Perairan Laut untuk Setiap
Kabupaten/Kota Pesisir di Provinsi
Maluku pada Tahun 2010.......................... 38
Gambar 4.3 Ikan Cakalang/Skipjack Tuna
(Katsuwonus pelamis) ............................... 40
Gambar 4.4 Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis
(Cantor, 1849)).......................................... 41
Gambar 4.5 (a) Ikan Kembung Laki-laki (Rastrelliger
kanagurta) dan (b) Ikan Kembung
Perempuan (Rastrelliger brachysoma)......... 43
Gambar 4.6 (a) Sardinella brachysoma (Bleeker, 1852),
(b) Sardinella fimbriata (Valenciennes, 1847),
(c) Sardinella gibbosa (Bleeker, 1849)......... 44

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xviii

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.7 Ikan Kwee (Caranx sexfaciatus).................. 46


Gambar 4.8 Ikan Gulama (Nibea albiflora).................... 47
Gambar 4.9 Ikan Lencam (Lethrinus spp) ..................... 48
Gambar 4.10 Ikan Kakap Merah (Lutjanus spp) ............. 50
Gambar 4.11 Ikan Beloso/Buntut kerbo(Saurida tumbil).. 51
Gambar 4.12 Ikan Biji Nangka (Upeneus vittatus) ........... 53
Gambar 4.13 Rajungan (Portunus pelagicus) ................... 55
Gambar 4.14 Udang Putih (Penaeus merguensis).............. 56
Gambar 4.15 Cumi-Cumi (Loligo sp) .............................. 57
Gambar 4.16 Persentase Jumlah Kapal Penangkap Ikan
di Provinsi Maluku..................................... 60
Gambar 4.17 Persentase Jumlah Unit Penangkapan Ikan
di Provinsi Maluku..................................... 64
Gambar 4.18 Proporsi Produksi Perikanan Tangkap
di Perairan Umum per Kabupaten/Kota
di Provinsi Maluku .................................... 70
Gambar 4.19 Peta Produksi Perikanan Tangkap Perairan
Laut Tahun 2010 ....................................... 73
Gambar 4.20 Peta Produksi Perikanan Tangkap
Ikan Cakalang .......................................... 74
Gambar 4.21 Peta Produksi Perikanan Tangkap
Ikan Kembung ......................................... 75
Gambar 4.22 Peta Produksi Perikanan Tangkap
Ikan Tembang............................................ 76
Gambar 4.23 Peta Produksi Perikanan Tangkap
Ikan Tenggiri.............................................. 77
Gambar 4.24 Peta Produksi Perikanan Tangkap
Ikan Tongkol.............................................. 78

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xix

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.25 Peta Produksi Perikanan Tangkap


Ikan Beloso................................................ 79
Gambar 4.26 Peta Produksi Perikanan Tangkap
Ikan Biji Nangka ....................................... 80
Gambar 4.27 Peta Produksi Perikanan Tangkap
Ikan Kakap Merah..................................... 81
Gambar 4.28 Peta Produksi Perikanan Tangkap
Ikan Layur ................................................. 82
Gambar 4.29 Peta Produksi Perikanan Tangkap
Ikan Lencam.............................................. 83
Gambar 4.30 Peta Produksi Perikanan Tangkap
Cumi-Cumi................................................ 84
Gambar 4.31 Peta Produksi Perikanan Tangkap
Rajungan.................................................... 85
Gambar 4.32 Peta Produksi Perikanan Tangkap Udang.... 86
Gambar 4.33 Peta Jumlah Kapal Penangkap Ikan............. 87
Gambar 4.34 Peta Unit Penangkapan Ikan....................... 88
Gambar 4.35 Peta Produksi Perikanan Tangkap
Perairan Umum Tahun 2010 ...................... 89
Gambar 4.36 Peta Produksi Perikanan Tangkap
Ikan Mujair Tahun 2010 .......................... 90
Gambar 4.37 Peta Produksi Perikanan Tangkap
Ikan Nila Tahun 2010 .............................. 91
Gambar 4.38 Peta Produksi Perikanan Tangkap Udang
Galah Tahun 2010...................................... 92
Gambar 5.1 Peta Produksi Perikanan Budidaya Laut...... 119
Gambar 5.2 Peta Produksi Perikanan Budidaya
Tambak...................................................... 120
Gambar 5.3 Peta Produksi Perikanan Budidaya Kolam... 121

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xx

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 6.1 Persentase Pusat Sebaran UPI Penanganan


Produk Segar di Provinsi Maluku............... 134
Gambar 6.2 Persentase Sebaran UPI Pembekuan
di Provinsi Maluku..................................... 137
Gambar 6.3 Persentase Pusat Sebaran UPI
Penggaraman/Pengeringan di Provinsi
Maluku...................................................... 141
Gambar 6.4 Persentase Pusat Sebaran UPI
Pemindangan di Provinsi Maluku............... 143
Gambar 6.5 Persentase Sebaran UPI Pengasapan/
Pemanggangan di Provinsi Maluku............. 146
Gambar 6.6 Persentase Pusat Sebaran UPI Fermentasi
di Provinsi Maluku..................................... 148
Gambar 6.7 Persentase Pusat Sebaran UPI Pengolahan
Lainnya di Provinsi Maluku........................ 151
Gambar 6.8 Peta Produksi Pengolahan........................... 152
Gambar 6.9 Peta Unit Pengolahan Ikan.......................... 153
Gambar 6.10 Peta Penyerapan SDM Pengolahan.............. 154
Gambar 6.11 Peta Pengolahan Ikan Segar........................ 155
Gambar 6.12 Peta Pengolahan Ikan Pembekuan.............. 156
Gambar 6.13 Peta Pengolahan Ikan Penggaraman............ 157
Gambar 6.14 Peta Pengolahan Ikan Pemindangan........... 158
Gambar 6.15 Peta Pengolahan Ikan Pengasapan.............. 159
Gambar 6.16 Peta Pengolahan Ikan Fermentasi................ 160
Gambar 6.17 Peta Pengolahan Ikan Lainnya................... 161
Gambar 8.1 Skema Kegiatan di Lumbung
Ikan Nasional Maluku................................ 187

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xxi

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran

Lampiran 1. Struktur Klasifikasi dan Uraian


Masing-Masing Kelompok dalam
Lapangan Usaha Perikanan pada
KBLI 2005................................................. 195

Lampiran 2. Perkembangan PDB Indonesia Menurut


Sektor/Lapangan Usaha/Sub-Lapangan
Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha Pada
Periode Tahun 2006 2010 Atas Dasar
Harga Berlaku (dalam Rp miliar)................ 197

Lampiran 3. Perkembangan PDB Indonesia Menurut
Sektor/Lapangan Usaha/Sub-Lapangan
Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha Periode
Tahun 2006 2010 Atas Dasar Harga
Konstan (dalam Rp miliar)......................... 198

Lampiran 4. Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Barat


Menurut Sektor/Lapangan Usaha/Sub-

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xxii

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha


Periode Tahun 2006 2010 Atas Dasar
Harga Berlaku (dalam Rp miliar)................ 199

Lampiran 5. Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Barat


Menurut Sektor/Lapangan Usaha/Sub-
Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha
Periode Tahun 2006 2010 Atas Dasar
Harga Konstan (dalam Rp miliar)............... 200

Lampiran 6. Perkembangan Kontribusi PDRB Provinsi


Jawa Barat dalam PDB Indonesia Menurut
Masing-Masing Sektor/Lapangan Usaha/Sub-
Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan
Usahanya Pada Periode Tahun 2006 2010
(dalam %).................................................. 201

Lampiran 7. Perkembangan Kontribusi Nilai Tambah


Masing-Masing Sektor/Lapangan Usaha/
Sub-Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan
Usaha dalam PDRB Provinsi Jawa Barat
Pada Periode Tahun 2006 2010
(dalam %).................................................. 202
Lampiran 8. Perkembangan Laju Pertumbuhan Nilai
Tambah Masing-Masing Sektor/Lapangan
Usaha/Sub-Lapangan Usaha/Sub-Sub-
Lapangan Usaha dalam PDB Indonesia
Pada Periode Tahun 2007 2010
(dalam % per tahun).................................. 203

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xxiii

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran 9. Perkembangan Laju Pertumbuhan Nilai


Tambah Masing-Masing Sektor/Lapangan
Usaha/Sub-Lapangan Usaha/Sub-Sub-
Lapangan Usaha dalam PDRB Provinsi
Jawa Barat Pada Periode Tahun 2007
2010 (dalam % per tahun)......................... 204

Lampiran 10. Perkembangan Angka LQ Nilai Tambah


Masing-Masing Sektor/Lapangan Usaha/
Sub-Lapangan Usaha/Sub-Sub-Lapangan
Usaha dalam PDRB Provinsi Jawa Barat
Pada Periode Tahun 2006 2010............... 205
Lampiran 11. Matriks Klasifikasi Peranan Masing-Masing
Sektor/Lapangan Usaha/Sub-Lapangan
Usaha/Sub-Sub-Lapangan Usaha Provinsi
Jawa Barat Berdasarkan Hasil Analisis LQ
(Basis/Non-Basis) Pada Periode
Tahun 2006 2010.................................... 206

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xxiv

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xxv

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Daftar Istilah

Perikanan Semua kegiatan yang berhubungan dengan


pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
ikan dan lingkungannya, mulai dari
praproduksi, produksi, pengolahan sampai
dengan pemasaran, yang dilaksanakan
dalam suatu sistem bisnis perikanan
Sumberdaya ikan Potensi semua jenis ikan
Ikan Segala jenis organisme yang seluruh atau
sebagian dari siklus hidupya berada di dalam
lingkungan perairan
Penangkapan ikan Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan
yang tidak dalam keadaan dibudidayakan
dengan alat atau cara apapun, termasuk
kegiatan yang menggunakan kapal untuk
memuat, mengangkut, menyimpan, men
dinginkan, menangani, mengolah dan/atau
mengawetkannya
Benih ikan Ikan yang masih muda namun bentuk
tubuhnya sudah sempurna seperti ikan
dewasa

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xxvi

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Budidaya air tawar Kegiatan untuk memelihara, membesarkan,


dan/atau membiakkan ikan di lingkungan air
tawar
Budidaya laut Kegiatan untuk memelihara, membesarkan,
dan/atau membiakkan ikan di lingkungan air
laut
Budidaya payau Kegiatan untuk memelihara, membesarkan,
dan/atau membiakkan ikan di lingkungan air
payau
Feed Convertion Ratio Berapa rasio pakan atau banyaknya pakan
(FCR) (kg) yang diberikan untuk menghasilkan 1
kg daging ikan.
Kolam air deras Kolam yang didesain untuk memungkinkan
terjadinya aliran air (flow through) dalam
pemeliharaan ikan dengan padat penebaran
yang tinggi. Debit air di kolam air deras
dapat ditentukan dengan patokan setiap
10 menit seluruh air kolam sudah berganti
semua
Kolam air tenang Lahan yang dibuat untuk menampung
air dalam jumlah tertentu sehingga dapat
digunakan untuk pemeliharaan ikan dengan
kondisi perairan yang tenang atau debit air
rendah.
Keramba Keranjang tempat ikan yang terbuat dari
anyaman bambu dengan kerangka kayu
untuk membudidayakan ikan di sungai,
danau atau bendungan.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xxvii

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Keramba jaring Tempat pemeliharaan ikan dalam jaring


apung kurung apung yang terikat pada suatu
rangka dengan disukung oleh pengapung-
pengapung.
Larva ikan Fase atau tingkatan benih ikan yang berumur
4 hari sejak telur menetas sampai mencapai
umur 90 hari serta mempunyai kriteria yang
berbeda dengan ikan dewasa
Pakan ikan Makanan yang khusus dibuat atau diproduksi
agar mudah dan tersedia untuk dimakan
dan dicerna dalam proses pencernaan
ikan sehingga menghasilkan energy untuk
aktivitas hidup dan disimpan dalam bentuk
daging untuk pertumbuhan.
Pakan ikan alami Organisme hidup baik tumbuhan ataupun
hewan yang dapat dikonsumsi oleh ikan.
Pakan ikan buatan Makanan ikan yang dibuat dari campuran
bahan-bahan alami dan atau bahan
olahan yang selanjutnya dilakukan proses
pengolahan serta dibuat dalam bentuk
tertentu sehingga tercipta daya tarik
(merangsang) ikan untuk memakannya
dengan mudah.
Perikanan budidaya Kegiatan untuk memelihara, membesarkan,
dan/atau membiakkan ikan serta memanen
hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal
untuk memuat, mengangkut, menyimpan,

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xxviii

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

mendinginkan, menangani, mengolah, dan/


atau mengawetkannya.
Pembenihan ikan Aktivitas pembudidayaan ikan yang meng
hasilkan benih ikan.
Pembesaran ikan Aktivitas pembudidayaan ikan untuk
membesarkan ikan sampai ukuran konsumsi.
Pembudidaya ikan Orang yang mata pencahariannya melakukan
pembudidayaan ikan
Pendederan ikan Aktivitas pembudidayaan ikan mulai dari
pemeliharaan benih ikan untuk dijadikan
input dalam usaha pembesaran ikan.
Penggelondongan Benih ikan untuk dijadikan input dalam
ikan usaha atau pendederan ikan pembesaran
ikan.
Produk Perikanan Setiap bentuk produksi pangan berupa ikan
utuh atau produk yang mengandung bagian
ikan, termasuk produk yang sudah di olah
dengan care apapun yang berbahan baku
utama ikan.
Tambak Lahan basah buatan berbentuk kolam berisi
air payauatau air laut di daerah pesisir yang
digunakan untuk membudidayakan hewan-
hewan air payau (terutama ikan dan udang).
Survival rate (SR) Persentase tingkat keberhasilan dalam
pemeliharaan/budidaya ikan yang diukur
dari banyaknya jumlah ikan yang hidup dari
total ikan yang dipelihara.
UPI Singkatan dari Unit Pengolahan Ikan.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xxix

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Produk olahan Hasil akhir atau produk jadi dari suatu


porses pengolahan atau industri.
Penanganan segar Proses pengolahan yang menghasilkan
produk dalam bentuk ikan segar.
Pengalengan Cara pengawetan bahan pangan dalam
wadah yang tertutup rapat dandisterilkan
dengan panas. Proses pengolahan ini
menghasilkan produk dalam bentuk ikan
kaleng.
Pembekuan Cara pengawetan dengan mempertahankan
sifat-sifat alami ikan dengan cara pemberian
suhu rendah yang jauh dibawah titik beku
ikan. Proses pengolahan yang menghasilkan
produk dalam bentuk ikan beku.
Penggaraman Cara pengawetan ikan dengan penambahan
garam dan menurunkan kadar air melalui
proses pengeringan atau penjemuran. Proses
pengolahan yang menghasilkan produk
dalam bentuk ikan asin atau ikan kering.
Pemindangan Cara pengawetan ikan dengan kadar garam
rendah yang mengalami proses perebusan.
Proses pengolahan yang menghasilkan
produk dalam bentuk ikan pindang
Pengasapan Cara pengawetan ikan dengan memberikan
perlakuan asap pada ikan. Proses pengolahan
yang menghasilkan produk dalam bentuk
ikan asap atau ikan panggang

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


xxx

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Fermentasi Proses pengolahan yang menghasilkan


produk dalam bentuk hasil peragian atau
pun pengasaman berupa terasi, ikan peda
dan kecap ikan.
Surimi Produk olahan hasil perikanan setengah jadi
berupa daging ikan lumat beku yang telah
mengalami proses pencucian (leaching),
pengepresan, penambahan bahan tambahan
(cryoprotectant), dan pengepakan. Surimi
disebut juga dengan nama jelly ikan.
Pereduksian Proses pengolahan ikan dengan memanfaat
hasil samping pengolahan ikan. Produk
olahan pereduksian ini berupa tepung tulang
ikan, kitin dan kitosan.
Olahan lainnya Unit pengolahan ikan lainnya yang meng
hasilkan produk lainnya berupa kerupuk
ikan, value added products (seperti nugget,
otak-otak, bakso, kaki naga) dan petis.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


1
Pendahuluan
2

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


3

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

1.1 Latar Belakang

Luasnya perairan Maluku menjadikan sektor kelautan dan


perikanan memiliki potensi besar sebagai sektor unggulan dan
penggerak utama (prime mover) pembangunan perekonomian
daerah Provinsi Maluku. Ketersediaan sumberdaya alam
yang melimpah dan potensi ekonomi luar biasa yang mampu
menghasilkan produk dan jasa dengan daya saing tinggi, sepanjang
dapat mengelolanya dengan tepat. Di sisi lain ketersediaan sumber
daya alam yang ada di daratan semakin terbatas, khususnya yang
berbasiskan lahan, sejalan dengan bertambahnya penduduk
dan berkembangnya kegiatan ekonomi sebagai dampak dari
pelaksanaan pembangunan.
Potensi ekonomi sektor kelautan dan perikanan dapat
dijabarkan menjadi 5 (lima) kelompok pengembangan meliputi:
(1) pengembangan kekayaan laut non ikan dan energi laut, (2)
pengembangan kapal perikanan, termasuk industri galangan kapal,
(3) pengembangan jasa kelautan berupa industri jasa pelabuhan,
dalam hal ini pelabuhan perikanan, (4) pengembangan pariwisata
bahari, dan (5) pengembangan usaha perikanan, baik perikanan
tangkap maupun budidaya. Hingga saat ini, belum semua potensi
pengembangan kelautan dan perikanan digarap secara serius
oleh pemerintah maupun pemerintah daerah (provinsi dan
kabupaten/kota). Sektor yang dominan mendapat perhatian baru
pengembangan usaha perikanan.
Namun demikian, permasalahan dan kendala yang dihadapi
sektor kelautan dan perikanan juga cukup besar. Isu pokok
pembangunan yang menghambat pembangunan sektor kelautan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


4

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

dan perikanan ini, diantaranya: kemiskinan, degradasi lingkungan,


sumberdaya manusia dan orientasi pembangunan yang masih
berorientasi pada daratan (Teresterial).
Selain isu pokok pembangunan yang menghambat
pembangunan kelautan dan perikanan sebagaimana disebutkan di
atas, secara internal kondisi pembangunan kelautan dan perikanan
juga menghadapi kendala meliputi: Illegal, Unregulated and
Unreported (IUU) Fishing, pencemaran laut, gejala penangkapan
berlebih (over fishing), degradasi habitat pesisir (mangrove,
terumbu karang, padang lamun, estuaria, dll), konflik penggunaan
ruang dan sumberdaya, kemiskinan nelayan dan pembudidaya
ikan, terbatasnya teknologi kelautan dan perikanan, serta
terbatasnya sumber permodalan yang dapat digunakan untuk
investasi serta kemiskinan yang masih melilit sebagian besar
penduduk di wilayah pesisir, khususnya pembudidaya ikan dan
nelayan dalam skala kecil. Permasalahan tersebut muncul karena
paradigma pembangunan masa orde baru yang lebih berorientasi
ke darat (terresterial) sehingga menyebabkan pengalokasian
segenap sumberdaya pembangunan lebih diprioritaskan pada
sektor-sektor daratan.
Pengembangan sektor kelautan dan perikanan dapat
diandalkan untuk pertumbuhan ekonomi di masa depan jika
permasalahan yang ada dapat diatasi secara bertahap. Sektor
kelautan dan perikanan dalam jangka pendek diketahui
sebagai sektor yang mampu memberikan dampak terhadap
kegiatan produksi dari sektor lain (Output Multiplier/OM) dan
peningkatan pendapatan masyarakat (Income Multiplier/IM). Hal
ini menambah keyakinan bahwa sektor kelautan dan perikanan
dapat menopang ekonomi Provinsi Maluku.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


5

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Upaya yang diperlukan untuk memecahkan permasalahan


tersebut adalah keterlibatan seluruh pemangku kepentingan
(stakeholder) baik masyarakat, pemerintah, maupun pelaku
usaha dalam rangka percepatan pembangunan sektor kelautan
dan perikanan di Provinsi Maluku. Berkaitan dengan hal itu,
Pusat Data, Statistik dan Informasi perlu menyusun Buku Potensi
Kelautan dan Perikanan Daerah salah satunya Provinsi Maluku
sebagai dasar pijakan untuk menentukan pembangunan kelautan
dan perikanan ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan kerangka pikir ini, dalam upaya meningkatkan
kontribusi sektor usaha kelautan dan perikanan dalam
perekonomian dan implementasi revitalisasi perikanan, maka
dipandang perlu penyediaan informasi dalam bentuk profil
perikanan dan kelautan yang yang akurat. Keberhasilan
pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan baik perikanan
tangkap, budidaya, pengolahan maupun pariwisata bahari salah
satunya ditentukan oleh ketersediaan informasi yang akurat
dan aktual. Informasi yang akurat akan membantu penyusunan
kebijakan ataupun perencanaan pengelolaan pesisir sehingga
keluaran yang dihasilkan lebih efektif dan tepat sasaran.
Selain untuk kepentingan perencanaan bagi pemerintah,
informasi tersebut juga bermanfaat untuk menumbuhkan dan
sekaligus menarik sektor swasta dalam peningkatan penanaman
modal dalam bidang perikanan. Dengan informasi tersebut
diharapkan akan semakin memacu para investor untuk
menanamkan modalnya di bidang-bidang usaha penangkapan
ikan, budidaya, pengolahan dan pemasaran serta kegiatan-kegiatan
usaha lainnya yang sekaligus akan mendorong terwujudnya
pembangunan perekonomian Provinsi Maluku.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


6

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

1.2 Tujuan

Secara umum, tujuan penyusunan profil perikanan dan


kelautan ini adalah untuk memberikan informasi potensi
perikanan dan kelautan untuk pengembangan industrialisasi
perikanan di Provinsi Maluku. Secara rinci, tujuan penyusunan
profil perikanan dan kelautan ini adalah:
a. Menyediakan informasi tentang potensi perikanan dan
kelautan secara akurat
b. Menyediakan informasi tentang sebaran wilayah
pengembangan potensial komoditas perikanan dan
kelautan
c. Menyediakan informasi tentang sarana dan prasarana
perikanan dan kelautan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


7

2
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambaran Umum
Kelautan dan
Perikanan
Provinsi Maluku

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


8

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


9

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

2.1 Geografis

Provinsi Maluku dengan Ibukota Ambon, secara astronomis


terletak antara 2 30 8 30 LS dan 124 00 135 30 BT
(Gambar 2.1). Secara geografis Provinsi Maluku dibatasi oleh
Provinsi Maluku Utara dan Laut Seram di sebelah utara, di
sebelah timur dengan Provinsi Papua, Provinsi Sulawesi Tenggara
dan Sulawesi Tengah di sebelah barat dan Negara Timor Leste,
Australia, Samudera Indonesia dan Laut Arafura di sebelah selatan.
Luas keseluruhan wilayah ialah 646.295 km2 yang terdiri dari
wilayah perairan dan wilayah daratan yang terbentuk dari 1.412
buah pulau (hasil analisa, 2005). Provinsi Maluku memiliki kondisi
dominan wilayah perairan sekitar 90%. Perbandingan antara luas
daratan dan luas lautan adalah 1 : 9. Pulau terbesar adalah Pulau
Seram (18.625 km2) kemudian Pulau Buru (9.000 km2), Pulau
Yamdena (5.085 km2) dan Pulau Wetar (3.624 km2). Provinsi
Maluku sangat terbuka aksesnya untuk berinteraksi dengan
provinsi sekitar, bahkan sangat terbuka bagi jalur perdagangan
internasional, mengingat eksistensinya sebagai penghubung
perdagangan antara Utara dengan Selatan.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


10

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 2.1
Wilayah Provinsi Maluku

2.2 Geologi

Menurut RePPProt (1989), geologi wilayah Kepulauan


Maluku ini rumit namun secara umum perkembangan wilayah
ini berlangsung melalui tumbukan yang berangsur-angsur
dan bercampur-baurnya dua lempeng benua kerak bumi yang
relatif kaku, yaitu lempeng Sunda dan lempeng Australia dan
pertambahan pada busur depan pulau vulkanik.
Tujuh kelompok pulau yang berbeda di wilayah ini mewakili
bagian-bagian yang berbeda dari sistem tektonik yang rumit
tersebut. Pertama adalah di bagian utara, Halmahera merupakan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


11

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

campuran busur-busur vulkanik Plio-Pleistosen dan berikatan


dengan kompleks benturan yang lebih tua, yang terbentuk pada
pinggir depan taji Irian yang bergerak ke barat dari lempeng
Australia. Kedua, kepulauan Banggai-Sula dan pulau Bacan
mewakili potongan-potongan kecil taji Irian yang telah terpisah
darinya dan bergerak kira-kira 1.000 km ke arah Barat dan
membentur ke dalam Sulawesi bagian Timur, ke arah Utara
dan Selatan pulau-pulau ini dibatasi oleh garis-garis keretakan
dan terdiri atas sebuah dasar granit Palaeozoikum yang tertutup
batu-batuan Metamorf Mesozoikum. Tepat di Selatan zona retak
ini adalah kelompok pulau-pulau ketiga yang didominasi oleh
Buru dan Seram, ini mewakili kompleks-kompleks vulkanik
Palaeozoikum dan Meso-zoikum yang tua pada pinggir depan
lempeng Australia dan menyerupai Halmahera. Keempat, terpusat
di sekitar pulau Obi yang memiliki banyak ciri geologi yang sama
dengan Buru di Selatan (RePPProt, 1989).
Dua diantara tiga tipe geologi pulau terakhir ini adalah
rangkaian ganda pulau-pulau Busur Banda yang masih aktif.
Busur dalam, dari Wetar hingga pulau-pulau Banda, terbentuk
terutama dari gunung-gunung berapi muda dari zaman Kuarter
yang berkembang di atas zona subduksi lempeng Australia.
Busur luar, dari pulau-pulau Leti hingga kelompok Tanimbar,
Kai, Watubela dan Gorong, pada dasarnya adalah kompleks
batu-batuan muda dan tua yang disebut melange. Batu-batuan
tersebut terbentuk dari bahan-bahan benua purba yang berasal
dari pinggiran lempeng Australia dan endapan-endapan Tersier
yang lebih muda. Terakhir adalah kepulauan Aru di timur jauh
wilayah ini sebagai satu-satunya yang tidak terpengaruh secara

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


12

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

langsung oleh kejadian lempeng tektonik, pulau-pulau tersebut


tersusun oleh susunan endapan muda yang terletak pada dasar
laut Arafura yang dangkal (RePPProt, 1989).
Ditinjau dari struktur tanah, di Maluku saat ini telah
ditemukan 8 (delapan) jenis karakteristik tanah yang berbeda dan
pengelompokannya didasarkan pada jenis vegetasi dan lokasinya,
antara lain: tanah regosol (Psamments), aluvial (Fluvents), gleisol
(Aquents / aquepts), litosol (Lithic orthents), rensina (Rendoll),
kambisol (Tropepts), bruzinem (Udalfs), dan podsolik (Udults).
Sedangkan dari aspek geologi, ditemukan 3 (tiga) kelompok
batuan antara lain: batuan sedimen, batuan metamofik, dan
batuan beku.

2.3 Iklim dan Klasifikasi

Iklim yang terdapat di kepulauan Maluku adalah iklim Tropis


dan iklim Muzon, karena daerah Maluku merupakan daerah
kepulauan dan dikelilingi oleh lautan yang luas. Dengan demikian,
iklim di daerah ini sangat dipengaruhi oleh lautan yang luas dan
berlangsung seirama dengan iklim yang terdapat di sini. Daerah
Maluku mengenal 2 musim yakni: musim barat atau utara dan
tenggara atau timur yang diselingi oleh dua macam pancaroba
yang merupakan transisi kedua musim tersebut.
Musim barat di Maluku berlangsung sejak bulan Desember
hingga bulan Maret, sedangkan bulan April adalah masa transisi
ke musim tenggara. Musim tenggara berlaku rata-rata 6 bulan
berawal dari bulan Mei dan berakhir pada bulan Oktober. Masa
transisi ke musim barat adalah pada bulan November. Keadaan
musim tidak homogen dalam arti setiap musim berlaku di daerah

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


13

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

ini memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada daratan


maupun lautannya. Temperatur rata-rata 26,2C (di Maluku
Tenggara terutama pada musim hujan).
Klasifikasi :
Berdasarkan klasifikasi Koppen, iklim di Maluku
tergolong type Alpa, dan hanya sebagian kecil yang
tergolong type Ae, seperti daerah-daerah Obi, Tual dan
Dobo.
Berdasarkan klasifikasi Schmid Fergusen, iklim di Maluku
tergolong type A dan B dan hanya sebagian kecil saja
tergolong type C seperti Daerah Tual (Maluku Tenggara).
Keadaan curah hujan di Maluku dapat dibagi 4 katagori :
Curah Hujan kurang dari 1.000 mm/thn, terjadi di Pulau
Wetar dan sekitarnya.
Curah hujan antara 1.000 2.000 mm/thn, terjadi di
Pulau Babar, Tanibar, Aru dan sebagian Pulau Buru,
Kepulauan Sula, Bacan dan sekitar Tobelo.
Curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm/thn, terjadi di
Pulau Seram, Gorom, Obi, Morotai dan Kei Kecil.
Curah hujan lebih dari 3.000 mm/thn terdapat di Pulau
Lease, Pulau Kei Kecil, Pulau Ambon dan Kao.
a. Curah hujan tertinggi terdapat di Gunung Darlisa
(di Pulau Seram bagian barat ) sebesar 3.384 mm /
tahun.
b. Curah hujan terendah terdapat di Tiwakar (Pulau
Wetar) sebesar 991 mm / tahun.
Suhu rata-rata pada tahun 1998 sesuai data klimatologi hasil
pencatatan Badan Meteorologi dan Geofisika stasiun Meteorologi

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


14

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Pattimura Ambon, Tual dan Saumlaki masing-masing sebesar


27.4C, 27.7C dan 27.7C. Suhu Minimum masing-masing
sebesar 24.5C, 24.5C dan 24.9C, dan suhu maksimum masing-
masing sebesar 30.5C, 31.4C dan 31.2C. Kelembaban nisbi
udara sesuai pencatatan Stasiun Meteorologi Ambon rata-rata
sebulan dalam tahun 1998 adalah 83% dimana terendah pada
bulan Januari sebesar 72% dan tertinggi pada bulan Juli dan
Agustus sebesar 87%. Sesuai pencatatan peralatan meteriologi
Tual pada tahun yang sama rata-rata sebulan adalah 87% dimana
terendah pada bulan Januari sebesar 85% dan tertinggi pada
bulan April sebesar 90%. Sedangkan sesuai pencatatan peralatan
meteorologi Saumlaki pada tahun yang sama rata-rata sebulan
82% di mana terendah pada bulan Januari sebesar 77% dan
tertinggi pada bulan Desember sebesar 87%.

2.4 Potensi Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut

2.4.1 Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove sangat berperan dalam menyangga


keseimbangan ekosistem wilayah pesisir, fungsinya sebagai
penahan abrasi pantai dan sebagai habitat serta tempat pemijahan,
pembesaran dan tempat mencari makan berbagai macam biota
laut. Pengembangan usaha budidaya laut dan pariwisata di sekitar
wilayah hutan mangrove akan berdampak terhadap kerusakan
hutan mangrove, sehingga mengakibatkan hilangnya pelindung
pantai dan tempat/habitat biota laut di pesisir pantai.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


15

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 2.2
Informasi Spasial Ekosistem Mangrove di Provinsi Maluku

Tutupan lahan untuk ekosistem mangrove di Provinsi Maluku


memiliki luasan sebesar 1.322,907 km2 atau 132.290,7 Ha (Tabel
2.1) Beberapa spesies mangrove yang ditemukan di Propinsi
Maluku diantaranya Sonneratia alba, Avicenia marina, Rhizophora
stylosa, R. mucronata, R. apiculata, Bruguiera gymhorrhiza, B.
parviflora, B. cylindrica, Ceriops decandra, C. tagal, Xylocarpus
granatum, X. mollucensis, Aegiceras orniculatum, Nypa fruticans
dan Heritiera lit.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


16

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 2.1 Luasan Ekosistem Mangrove di Provinsi Maluku


Kabupaten/Kota Hutan Mangrove (Km2)

Buru 21,486

Kepulauan Aru 833,571

Kota Ambon 0,599

Maluku Tengah 57,117

Maluku Tenggara Barat 273,821

Maluku Tenggara 17,785

Seram bagian Barat 41,358

Seram bagian Timur 77,170

Total 1.322,907
Sumber: Statistik Perikanan Provinsi Maluku (2011)

2.4.2 Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang yang terdiri dari karang dan


derivatnya serta habitat yang ada di dalamnya. Dengan demikian
maka yang dimaksud dengan data luas dan sebaran terumbu
karang dalam pekerjaan ini adalah luas dan sebaran dari pasir
karang, rataan terumbu tengah, tubir dan lereng terumbu dimana
karang masih membentuk terumbu. Peta sebaran terumbu karang,
padang lamun, dan pasir di seluruh Provinsi Maluku dapat dilihat
pada Gambar 2.3.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


17

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 2.3
Informasi Spasial Terumbu Karang, Padang Lamun dan Pasir Karang
di Provinsi Maluku

Luas terumbu karang di Provinsi Maluku yaitu seluas


1.323,34 km2, padang lamun seluas 393,07 km2 dan pasir karang
seluas 1.728,53 km2. Berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi
Maluku, luas terumbu karang yang paling luas terdapat di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan luas sebesar 518,20
km2 dan luas terumbu karang yang paling kecil terdapat di Kota
Ambon yaitu seluas 0,64 km2. Luas pasir yang paling luas terdapat
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan luas sebesar 736,91
km2 dan luas pasir yang paling kecil terdapat di Kota Ambon yaitu

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


18

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

seluas 6,39 km2. Luas padang lamun yang paling luas terdapat
di Kabupaten Maluku Tenggara dengan luas sebesar 140,43 km2
dan luas padang lamun yang paling kecil terdapat di Kota Ambon
yaitu seluas 1,14 km2 (Tabel 2.2). Beberapa spesies terumbu
karang yang dijumpai di Propinsi Maluku diantaranya Acropora
acumminata, Acropora aspera, Acropora clathrata, Acropora
cytherea, Acropora divaricata, dan lain-lain. Sementara spesies
lamun yang dijumpai Propinsi Maluku antara lain adalah Enhalus
acoroides, Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Halophila
ovata, Halophila minor, Syrigodium isoetifilium, Halodule
pinifolia, Halodule uninervis.

Tabel 2.2 Luas Terumbu Karang, Padang Lamun dan Pasir di Provinsi
Maluku
Luasan (km2)
Kabupaten/Kota
Karang Pasir Lamun

Ambon 0,64 6,39 1,14

Buru 16,23 47,34 7,57

Kepulauan Aru 455,87 438,86 83,94

Maluku Tengah 51,66 80,01 21,99

Maluku Tenggara 144,13 243,18 140,43

Maluku Tenggara Barat 518,20 736,91 104,18

Seram Bagian Barat 19,23 45,61 11,45

Seram Bagian Timur 117,37 130,24 22,38

JUMLAH 1.323,34 1.728,53 393,07

Sumber: Statistik Perikanan Provinsi Maluku (2011)

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


19

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

2.5 Pulau-Pulau Kecil

Perhitungan jumlah pulau dihitung dengan menjumlahkan


seluruh pulau yang ada di wilayah Provinsi Maluku berdasarkan
hasil pengolahan data citra satelit Landsat 7-ETM yang sudah
dikonversi ke dalam format Sistem Informasi Geografis. Jumlah
pulau di Provinsi Maluku adalah 1.412 pulau. Berdasarkan
kabupaten/kota di Provinsi Maluku, jumlah pulau terbanyak
terdapat pada Kepulauan Aru yaitu sebanyak 875 pulau (Tabel
2.3).

Tabel 2.3 Jumlah Pulau di Provinsi Maluku

No Kabupaten/kota Jumlah Pulau Luas

1 Kota Ambon 1 303,83

2 Kepulauan Aru 875 8104,37

3 Buru 18 8640,61

4 Seram Bagian Barat 46 408,50

5 Seram Bagian Timur 51 219,79

6 Maluku Tengah 51 7656,30

7 Maluku Tenggara 117 1257,49

8 Maluku Tenggara Barat 253 9082,24

Jumlah 1412 35.673,12

Sumber: Statistik Perikanan Provinsi Maluku (2011)

Hasil perhitungan seluruh luas pulau di Provinsi Maluku


adalah 35.673,12 km2. Berdasarkan kabupaten/kota di Provinsi

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


20

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Maluku, luas pulau yang terluas adalah Kabupaten Buru dengan


luas sebesar 8640,61 km2, sedangkan luas pulau yang terkecil
adalah Kabupaten Seram Bagian Timur seluas 219,79 km2 (Tabel
2.3).
Panjang garis pantai Provinsi Maluku adalah 10.662,92 km
dimana panjang garis pantai dihitung pada seluruh garis pantai
yang mengelilingi pulau di Provinsi Maluku. Garis pantai di
daerah delta sungai dihitung dengan menarik garis rata-rata
terluar delta. Garis sungai tidak dihitung sebagai garis pantai,
sehingga garis ini diputus pada saat perhitungan dan dibuat garis
baru yang menghubungi muara sungai.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


21

3
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Profil Lapangan
Usaha Perikanan
Provinsi Maluku

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


22

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


23

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

3.1 Cakupan Lapangan Usaha Perikanan di Indonesia

Pada buku Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)


2005, Lapangan Usaha Perikanan di Indonesia diklasifikasikan
sebagai Kategori B (Perikanan) dan di dalamnya mencakup:
1 Golongan Pokok Perikanan (berkode 2 digit, yakni 05),
1 Golongan Perikanan (berkode 3 digit, yakni 050), 5 Sub-
Golongan (berkode 4 digit), dan 19 Kelompok (berkode 5 digit).
Kelima Sub-Golongan tersebut adalah: Penangkapan Biota di Laut
(0501), Budidaya Biota di Laut (0502), Penangkapan Biota di
Perairan Umum (0503), Budidaya Biota Air Tawar dan Air Payau
(0504), serta Jasa Perikanan (0505). Secara lebih lengkap struktur
klasifikasi dan uraian masing-masing Kelompok (5 digit) dalam
Lapangan Usaha Perikanan di Indonesia disajikan pada Lampiran
1.

3.2 Profil Lapangan Usaha Perikanan dalam Struktur


Perekonomian Provinsi Maluku

Profil Lapangan Usaha Perikanan dalam struktur perekonomian


Provinsi Maluku bisa dilakukan dengan melihat perkembangan
nilai tambah lapangan usaha tersebut dalam Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku selama periode tertentu.
Tabel 3.1 menyajikan data hasil olahan sejumlah indikator yang
terkait dengan perkembangan nilai tambah Lapangan Usaha
Perikanan dalam PDRB Provinsi Maluku selama periode tahun
2006 2010.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


24

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 3.1 Perkembangan Sejumlah Indikator Terkait Nilai Tambah


Lapangan Usaha Perikanan dalam PDRB Provinsi Maluku

Standar Koefisien
Indikator 2006 2007 2008 2009 2010 Rataan
Deviasi Variasi (%)

Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan dalam


74.335 97.697 137.250 176.621 199.384 137.057 52.281 38,1
PDB Indonesia ADH Berlaku (Rp miliar)
Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan dalam
842 938 1.014 1.100 1.259 1.031 159 15,4
PDRB Prov. Maluku ADH Berlaku (Rp miliar)
Kontribusi Nilai Tambah Lapangan Usaha
Perikanan Prov. Maluku dalam Nilai Tambah 1,13 0,96 0,74 0,62 0,63 0,82 0,22 27,25
Lapangan Usaha Perikanan Indonesia (%)
Nilai Tambah Lapangan Usaha Perikanan Prov.
509 534 556 584 646 566 53 9,3
Maluku ADH Konstan Tahun 2000 (Rp miliar)
Laju Pertumbuhan Lapangan Usaha Perikanan
4,91 4,12 5,04 10,62 6,17 2,99 48,47
Prov. Maluku (% per tahun)
Kontribusi Nilai Tambah Lapangan Usaha
Perikanan Prov. Maluku dalam PDRB Prov. 16,57 16,46 16,17 15,56 15,57 16,07 0,48 3,00
Maluku (%)
Angka LQ Nilai Tambah Lapangan Usaha
7,44 6,66 5,83 4,94 5,03 5,98 1,07 17,97
Perikanan Prov. Maluku

Sumber : BPS, 2011 (diolah)

Selama periode tahun 20062010, berdasarkan Tabel 3.1 di


atas, rata-rata kontribusi nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan
Provinsi Maluku dalam nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan
Indonesia relatif masih kecil, yakni hanya sebesar 0,82% dengan
kecenderungan menurun. Jika pada tahun 2006 kontribusinya
masih sebesar 1,13%, maka pada tahun 2010 hanya sebesar
0,63%.
Pada tahun 2010, nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan
Provinsi Maluku atas dasar harga (ADH) konstan tahun 2000
adalah sebesar Rp.646 miliar, sementara pada tahun 2006
masih sebesar Rp.509 miliar. Artinya, selama periode tersebut
nilai tambah Lapangan Usaha Perikanan Provinsi Maluku

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


25

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

telah meningkat sebesar Rp.137 miliar atau telah mengalami


pertumbuhan positif sebesar 26,92%. Angka 26,92% tersebut
merupakan hasil akumulasi dari laju pertumbuhan tahunan selama
periode tahun 2006 2010 dengan laju pertumbuhan rata-rata
(20072010) sebesar 6,17% per tahun.
Selama periode tahun 20072010, meskipun rata-rata laju
pertumbuhan Lapangan Usaha Perikanan di tingkat nasional
(5,17% per tahun) lebih rendah dibanding rata-rata laju
pertumbuhan ekonomi nasional (5,8%per tahun), namun rata-
rata laju pertumbuhan Lapangan Usaha Perikanan di tingkat
Provinsi Maluku (6,17% per tahun) melebihi rata-rata laju
pertumbuhan ekonomi nasional. Secara lebih rinci perkembangan
laju pertumbuhan PDB Indonesia dan PDRB Provinsi Maluku
menurut sektor/lapangan usaha/sub lapangan usaha/sub-sub
lapangan usaha selama periode tahun 20062010 bisa dilihat
pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.
Selama periode 20062010, secara umum perekonomian
Provinsi Maluku sudah didominasi oleh Sektor Tersier (sektor
yang bercirikan jasa-jasa), yakni sudah berkontribusi sebesar
58,5% dalam PDRB Provinsi Maluku (secara lebih lengkap bisa
dilihat pada Lampiran 7). Adapun Sektor Primer dan Sektor
Sekunder masing-masing berkontribusi sebesar 34,8% dan 6,7%.
Pada level lapangan usaha, ada 6 lapangan usaha yang masing-
masing berkontribusi lebih dari 9%, yaitu Lapangan Usaha:
1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan (34,0%);
2) Perdagangan, Hotel dan Restoran (27,5%);
3) Jasa-jasa (17,0%);
4) Pengangkutan & Komunikasi (9,2%).

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


26

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Dalam struktur perekonomian (PDRB) Provinsi Maluku


selama periode tahun 20062010, (Sub) Lapangan Usaha
Perikanan berkontribusi cukup besar, yakni rata-rata sebesar
16,07%, namun dengan kecenderungan menurun. Jika pada
tahun 2006 kontribusinya sebesar 16,57%, maka pada tahun
2010 hanya sebesar 15,57%.
Untuk menganalisis lebih lanjut peranan Lapangan Usaha
Perikanan dalam struktur perekonomian suatu wilayah, dalam
hal ini Provinsi Maluku bisa digunakan indikator angka Location
Quotient (LQ). 1 Pada Tabel 3.1 di atas tampak bahwa pada
periode Tahun 20062010, Lapangan Usaha Perikanan merupakan
lapangan usaha basis di Provinsi Maluku dalam penyerapan
tenaga kerja. Hal ini tampak dari rata angka LQ-nya yang rata-
rata bernilai lebih dari 1 (LQ > 1), bahkan relatif sangat tinggi,

1
Angka LQ umumnya digunakan untuk menentukan lapangan usaha (sektor)
basis suatu daerah. Keunggulan LQ terletak kepada kemampuannya untuk
menunjukkan tingkat keunggulan relatif dari suatu lapangan usaha di suatu
daerah terhadap lapangan usaha tersebut di daerah-daerah lainnya dalam suatu
negara (wilayah referensi). Angka LQ berkisar antara 0 sampai dengan positif tak
berhingga. Angka LQ yang kurang dari 1 (LQ < 1) menunjukkan bahwa lapangan
usaha yang bersangkutan tidak lagi memiliki keunggulan relatif (lapangan usaha
non basis). Bila Angka LQ sama dengan 1 (LQ = 1), maka lapangan usaha yang
bersangkutan memiliki keunggulan relatif yang sama dengan rata-rata semua
daerah. Sedangkan Angka LQ yang lebih besar dari 1 (LQ > 1) menunjukkan bahwa
lapangan usaha yang bersangkutan memiliki keunggulan relatif yang lebih tinggi
dari rata-rata (lapangan usaha basis). Lapangan usaha basis adalah lapangan
usaha yang mampu memenuhi atau melayani kebutuhan atau pasar di daerah
sendiri, bahkan dapat mengekspor barang dan jasa yang dihasilkannya ke luar
daerah yang bersangkutan. Adapun lapangan usaha non basis adalah lapangan
usaha yang hanya mampu memenuhi atau melayani kebutuhan atau pasar
daerahnya sendiri, atau bahkan harus mengimpor dari luar daerah tersebut.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


27

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

yakni sebesar 5,98. Dengan perkatan lain, selama periode tersebut


Lapangan Usaha Perikanan Provinsi Maluku memiliki keunggulan
relatif terhadap lapangan usaha yang sama di provinsi-provinsi
lainnya di Indonesia. Namun demikian, selama periode tersebut,
angka LQ tersebut ternyata cenderung menurun. Jika pada tahun
2006 nilainya sebesar 7,44, maka pada tahun 2010 sudah turun
menjadi 5,03.

3.3 Profil Ketenagakerjaan Lapangan Usaha Perikanan


di Provinsi Maluku

Dalam menganalisis profil perkembangan perekonomian


suatu wilayah, selain PDRB, analisis perkembangan indikator
ketenagakerjaan juga sangat penting untuk dilakukan. Indikator
ini akan mampu menunjukkan seberapa besar peranan suatu/
masing-masing lapangan usaha dalam menyediakan lapangan kerja
di suatu wilayah. Tabel 3.2 di bawah menyajikan data penduduk
berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu
(YBSSYL) di Lapangan Usaha Perikanan dan total seluruh lapangan
usaha di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Maluku Pada
Tahun 2000 dan 2010 berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun
2000 (SP 2000) dan Sensus Penduduk Tahun 2010 (SP 2010).

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


28

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 3.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL di Lapangan


Usaha Perikanan dan Total Seluruh Lapangan Usaha
Tahun 2000 dan 2010 (Orang)

Lapangan Usaha Perikanan Total Lapangan Usaha


Kabupaten/Kota
SP 2000 SP 2010 SP 2000 SP 2010
Kab. Maluku Tenggara Barat + Kab.
1.643 5.479 72.366 76.256
Maluku Barat Daya
Kab. Maluku Tenggara + Kab. Kep. Aru +
3.037 16.200 79.006 89.877
Kota Tual
Kab. Maluku Tengah + Kab. Seram Bagian
7.981 16.322 203.261 234.805
Barat + Kab. Seram Bagian Timur
Kab. Buru + Kab. Buru Selatan 998 2.013 49.490 63.713
Kota Ambon 1.528 2.755 62.471 110.297
Total Provinsi Maluku 15.187 42.769 466.594 574.948
Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)

Hasil SP 2010 menunjukkan bahwa penduduk Provinsi


Maluku yang bekerja di Lapangan Usaha Perikanan berjumlah
42.769 orang. Sementara berdasarkan hasil SP 2000 jumlahnya
masih 15.187 orang. Artinya, selama periode tahun 20002010
jumlah penduduk yang bekerja (tenaga kerja) di Lapangan Usaha
Perikanan Provinsi Maluku telah bertambah sebanyak 27.582
orang atau meningkat sebesar 181,62%. Angka 181,62% tersebut
merupakan hasil akumulasi dari laju pertumbuhan tahunan selama
periode tersebut dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar
1,11% per tahun (lihat Tabel 3.3 di bawah). Angka tersebut lebih
tinggi dibanding rata-rata laju pertumbuhan tenaga kerja total di
seluruh lapangan usaha di Provinsi Maluku (1,02% per tahun).

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


29

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Ada 2 wilayah di Provinsi Maluku yang laju pertumbuhan


tenaga kerja di Lapangan Usaha Perikanannya tergolong paling
tinggi selama periode tahun 20002010. Kedua wilayah tersebut
adalah: 1) wilayah yang mencakup seluruh kabupaten/kota hasil
pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara (Kabupaten Maluku
Tenggara, Kabupaten Kepulauan Aru, dan Kota Tual), yakni
sebesar 1,18% per tahun; serta 2) wilayah yang mencakup seluruh
kabupaten/kota hasil pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara
Barat (Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kabupaten Maluku
Barat Daya), yakni sebesar 1,13% per tahun.

Tabel 3.3 Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk Berumur 15


Tahun Ke atas YBSSYL dalam Lapangan Usaha Perikanan
dan Total Seluruh Lapangan Usaha Tahun 2000 dan 2010
(% per tahun)

Laju Laju
Pertumbuhan Pertumbuhan
Tenaga Kerja di Tenaga Kerja
Kabupaten/Kota
Lapangan Usaha Total Lapangan
Perikanan Usaha
(%/tahun) (%/tahun)
Kab. Maluku Tenggara Barat + Kab.
1,13 1,01
Maluku Barat Daya
Kab. Maluku Tenggara + Kab. Kep. Aru +
1,18 1,01
Kota Tual
Kab. Maluku Tengah + Kab. Seram Bagian
1,07 1,01
Barat + Kab. Seram Bagian Timur
Kab. Buru + Kab. Buru Selatan 1,07 1,03
Kota Ambon 1,06 1,06
Total Provinsi Maluku 1,11 1,02

Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


30

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Hasil SP 2000 dan SP 2010 menunjukkan bahwa ada dua


wilayah di Provinsi Maluku yang berkontribusi paling besar
dalam penyerapan tenaga kerja di Lapangan Usaha Perikanan
(Tabel 3.4). Kedua wilayah tersebut adalah: 1) wilayah yang
mencakup seluruh kabupaten/kota hasil pemekaran Kabupaten
Maluku Tenggara (Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten
Kepulauan Aru, dan Kota Tual); serta 2) wilayah yang mencakup
seluruh kabupaten/kota hasil pemekaran Kabupaten Maluku
Tengah (Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian
Barat, dan Kabupaten Seram Bagian Timur). Sementara itu,
selama periode tahun 20002010 hanya ada dua wilayah yang
kontribusinya meningkat. Kedua wilayah tersebut adalah: 1)
Wilayah yang mencakup seluruh kabupaten/kota hasil pemekaran
Kabupaten Maluku Tenggara (Kabupaten Maluku Tenggara,
Kabupaten Kepulauan Aru, dan Kota Tual); serta 2) Wilayah yang
mencakup seluruh kabupaten/kota hasil pemekaran Kabupaten
Maluku Tenggara Barat (Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan
Kabupaten Maluku Barat Daya).

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


31

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 3.4 Kontribusi Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas terhadap


Total Penduduk 15 Tahun Ke Atas Pada Lapangan Usaha
Perikanan dan Total Lapangan Usaha Tahun 2000 dan
2010 (%)

Lapangan Usaha Perikanan Total Lapangan Usaha


Kabupaten/Kota
SP 2000 SP 2010 SP 2000 SP 2010
Kab. Maluku Tenggara Barat + Kab.
10,82 12,81 15,51 13,26
Maluku Barat Daya
Kab. Maluku Tenggara + Kab. Kep. Aru +
20,00 37,88 16,93 15,63
Kota Tual
Kab. Maluku Tengah + Kab. Seram Bagian
52,55 38,16 43,56 40,84
Barat + Kab. Seram Bagian Timur
Kab. Buru + Kab. Buru Selatan 6,57 4,71 10,61 11,08
Kota Ambon 10,06 6,44 13,39 19,18
Total Provinsi Maluku 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)

Selama periode tahun 20002010, kontribusi Lapangan


Usaha Perikanan dalam penyerapan tenaga kerja di masing-masing
wilayah yang berada di Provinsi Maluku mengalami peningkatan
(Tabel 3.5). Selama periode tersebut, wilayah yang kontribusi
Lapangan Usaha Perikanan dalam penyerapan tenaga kerjanya
paling tinggi adalah wilayah yang mencakup seluruh kabupaten/
kota hasil pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara (Kabupaten
Maluku Tenggara, Kabupaten Kepulauan Aru, dan Kota Tual),
yakni sebesar 3,84% di tahun 2000 dan 18,02% di tahun 2010.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


32

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 3.5 Struktur Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas YBSSYL


dalam Lapangan Usaha Perikanan dan Total Seluruh
Lapangan Usahanya Pada Tahun 2000 dan 2010 (%)

Lapangan Usaha Perikanan Total Lapangan Usaha


Kabupaten/Kota
SP 2000 SP 2010 SP 2000 SP 2010
Kab. Maluku Tenggara Barat + Kab.
2,27 7,19 100,00 100,00
Maluku Barat Daya
Kab. Maluku Tenggara + Kab. Kep. Aru +
3,84 18,02 100,00 100,00
Kota Tual
Kab. Maluku Tengah + Kab. Seram Bagian
3,93 6,95 100,00 100,00
Barat + Kab. Seram Bagian Timur
Kab. Buru + Kab. Buru Selatan 2,02 3,16 100,00 100,00
Kota Ambon 2,45 2,50 100,00 100,00
Total Provinsi Maluku 3,25 7,44 100,00 100,00
Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)

Untuk menganalisis lebih lanjut karakteristik profil


penyerapan tenaga kerja pada Lapangan Usaha Perikanan di
Provinsi Maluku bisa digunakan analisis Location Quotient (LQ).
Tabel 3.6 di bawah menyajikan angka LQ jumlah penduduk
yang bekerja (tenaga kerja) di Lapangan Usaha Perikanan dan
total seluruh lapangan usaha di masing-masing kabupaten/kota
di Provinsi Maluku pada tahun 2000 dan 2010, dimana Provinsi
Maluku menjadi wilayah referensinya.
Pada Tabel 3.6 di bawah tampak bahwa hanya satu wilayah di
Provinsi Maluku yang Lapangan Usaha Perikanannya merupakan
lapangan usaha basis dalam penyerapan tenaga kerja selama
periode tahun 2000 2010. Wilayah tersebut adalah wilayah yang

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


33

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

mencakup seluruh kabupaten/kota hasil pemekaran Kabupaten


Maluku Tenggara (Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten
Kepulauan Aru, dan Kota Tual). Hal ini tercermin dari angka LQ
penyerapan tenaga kerja Lapangan Usaha Perikanan di wilayah
tersebut yang lebih besar daripada satu (LQ > 1), baik pada
tahun 2000 maupun 2010. Dengan perkatan lain, Lapangan
Usaha Perikanan di wilayah tersebut memiliki keunggulan relatif
terhadap lapangan usaha yang sama di wilayah-wilayah lainnya di
Provinsi Maluku dalam penyerapan tenaga kerja.

Tabel 3.6 Angka LQ Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas


YBSSYL dalam Lapangan Usaha Perikanan dan Total
Seluruh Lapangan Usaha Tahun 2000 dan 2010 dengan
Provinsi Maluku sebagai Wilayah Referensinya

Lapangan Usaha Perikanan


Kabupaten/Kota
SP 2000 SP 2010
Kab. Maluku Tenggara Barat + Kab.
0,70 0,97
Maluku Barat Daya
Kab. Maluku Tenggara + Kab. Kep. Aru +
1,18 2,42
Kota Tual
Kab. Maluku Tengah + Kab. Seram Bagian
1,21 0,93
Barat + Kab. Seram Bagian Timur
Kab. Buru + Kab. Buru Selatan 0,62 0,42
Kota Ambon 0,75 0,34
Sumber: SP 2000 dan SP 2010 (diolah)

Selama periode tahun 20002010, di Provinsi Maluku, ada


satu wilayah yang pada tahun 2000 Lapangan Usaha Perikanannya
termasuk lapangan usaha basis dalam penyerapan tenaga kerja di
wilayah tersebut, namun pada tahun 2010 sudah tidak lagi menjadi

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


34

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

lapangan usaha basis. Wilayah tersebut adalah wilayah yang


mencakup seluruh kabupaten/kota hasil pemekaran Kabupaten
Maluku Tengah (Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram
Bagian Barat, dan Kabupaten Seram Bagian Timur). Pada pada
tahun 2000 angka LQ penyerapan tenaga kerja Lapangan Usaha
Perikanan wilayah tersebut lebih besar daripada 1 (1,21), namun
pada tahun 2010 sudah lebih kecil daripada 1 (0,93).

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


35

4
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Perikanan
Tangkap

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


36

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


37

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

4.1 Perikanan Tangkap Perairan Laut

A. Potensi Perikanan Laut

Provinsi Maluku memiliki luas wilayah mencapai 81.376


km . Luas lautan mencapai 27.191 km2 sedangkan luas daratan
2

mencapai 54.185 km2. Dengan jumlah pulau yang terdiri dari 559
pulau, menjadikan Provinsi Maluku sebagai daerah kepulauan.
Provinsi Maluku terdiri dari 9 kabupaten dan 2 kota. Pada tahun
2010, Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan Provinsi
Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional 2030.
Selama periode 2006-2010, jumlah produksi ikan di Provinsi
Maluku sangat berfluktuasi. Produksi terendah pada periode
itu mencapai nilai 353 ribu ton yaitu pada tahun 2008, dimana
produksi ikan menurun hingga 27,95% dan terulang pada tahun
2009 sebesar 1,57%, akan tetapi kembali meningkat pada tahun
2010 mencapai 6,90%.

Gambar 4.1
Jumlah Produksi Perikanan di Provinsi Maluku 2006-2010
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


38

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.1 Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Menurut


Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010

Kabupaten/Kota Produksi (ton)

Kota Ambon 100.922,4

Kab. Maluku Tengah 82.860,5

Kab. Seram Bagian Barat 20.676,4

Kab. Seram Bagian Timur 10.764,9

Kab. Buru 20.242,8

Kab. Maluku Tenggara 62.625,8

Kab. Maluku Tenggara Barat 8.088,9

Kab. Kepulauan Aru 64.747,7

Jumlah 370.929,4

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

Gambar 4.2
Kontribusi Produksi Perikanan Tangkap dari Perairan Laut untuk
Setiap Kabupaten/Kota Pesisir di Provinsi Maluku pada Tahun 2010.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


39

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Produksi perikanan tangkap di Provinsi Maluku didominasi


dari Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah. Jumlah
produksinya pada tahun 2010 masing-masing mencapai 27,21%
dan 22,34%. Produksi perikanan tangkap dari perairan laut
secara garis besar terdiri dari kelompok ikan pelagis, kelompok
ikan demersal, dan kelompok non-ikan (krustacea dan moluska).
Produksi ikan ekonomis penting pada kelompok ikan pelagis
didominasi oleh 5 jenis ikan, yaitu: cakalang, tongkol komo,
kembung, tembang dan gulama/tiga waja. Sementara, untuk
kelompok ikan demersal, produksi ikan yang bernilai ekonomi
pentingnya didominasi oleh jenis ikan: kuwe, lencam, kakap
merah, beloso/buntut kerbo dan biji nangka. Selanjutnya,
untuk kelompok non-ikan yang bernikai ekonomis penting,
produksinya didominasi oleh jenis: rajungan dan udang putih/
jerbung (krustacea) serta cumi-cumi (moluska).

Kelompok Ikan Pelagis

1) Ikan Cakalang

Ikan cakalang termasuk dalam famili Scombridae dengan


nama latin Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758) atau lebih sering
dikenal dengan Skipjack tuna. Ikan ini merupakan salah satu
jenis ikan pelagis besar yang bernilai ekonomis penting. Daerah
penyebaran ikan cakalang berada hampir di seluruh perairan
Provinsi Maluku. Pendaratannya dilakukan pada Kabupaten/
Kota Ambon, Maluku Tengah, Seram bagian barat, Seram bagian
Timur, Buru, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat, dan
Kepulauan Aru.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


40

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.2 Produksi Ikan Cakalang Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Maluku Tahun 2011
Produksi Nilai Produksi
Kabupaten/Kota
(Ton) (Rp 1.000,-)
Kota Ambon 9.659,3 48.296.500
Kab. Maluku Tengah 20.254,5 60.763.500
Kab. Seram Bagian Barat 1.233,3 3.699.900
Kab. Seram Bagian Timur 764,0 2.674.000
Kab. Buru 1.768,4 5.305.200
Kab. Maluku Tenggara 201,2 2.515.000
Kab. Maluku Tenggara Barat 101,2 20.000
Kab. Kepulauan Aru 1.970,5 11.823.000
Jumlah 35.952,4 135.097.100
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

Jumlah produksi didominasi dari Maluku Tengah yang


mencapai 56,34%, dan Kota Ambon yang mencapai 26,87%.
Jumlah produksi pada beberapa Kabupaten/Kota lainnya jumlah
berkontribusi di bawah 10% dari total produksi pada tahun 2010,
dengan urutan Kabupaten/Kota Kepulauan Aru, Buru, Seram
bagian barat, Seram bagian timur, Maluku Tenggara dan Maluku
Tenggara bagian barat.

Gambar 4.3
Ikan Cakalang/Skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis).
Sumber : www.pipp.kkp.go.id

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


41

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

2) Ikan Tongkol Komo

Jenis ikan tongkol yang dominan didaratkan di Provinsi


Maluku adalah ikan tongkol komo. Ikan tongkol komo termasuk
dalam famili Scombridae dengan nama latin Euthynnus affinis
(Cantor, 1849). Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan pelagis
yang bernilai ekonomis penting. Ikan tongkol komo didaratkan
hampir di seluruh wilayah pesisir Provinsi Maluku kecuali
Kepulauan Aru.

Gambar 4.4
Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis (Cantor, 1849)).
Sumber : www.pipp.kkp.go.id

Pada tahun 2010, produksi ikan tongkol komo didominasi dari


Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah yang kontribusinya
masing-masing sebesar 46,92% dan 35,93%. Selanjutnya adalah
Seram Bagian Barat, Buru, Seram Bagian Timur, Maluku Tenggara
dan Maluku Tenggara Barat dengan proporsi kontribusi masing-
masing adalah 6,12%, 5,37%, 3,24%, 1,83% dan 0,58%.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


42

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.3 Produksi Ikan Tongkol Komo Menurut Kabupaten/Kota


di Provinsi Maluku Tahun 2011
Produksi Nilai Produksi
Kabupaten/Kota
(Ton) (Rp 1.000,-)
Ambon 11.094,3 22.188.600
Maluku Tengah 8.496,8 16.993.600
Seram Bagian Barat 1.448,4 1.448.400
Seram Bagian Timur 767,3 1.918.250
Buru 1.269,3 3.807.900
Maluku Tenggara 433,0 3.680.500
Maluku Tenggara Barat 136,1 20.000
Kepulauan Aru - -
Jumlah 23.645,2 50.057.250
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

3) Ikan Kembung

Ikan kembung termasuk dalam famili Scombridae dengan


nama latin Rastrelliger spp. Ikan ini adalah ikan pelagis kecil yang
berenang berkelompok dan merupakan salah satu ikan ekonomis
penting. Pendaratan ikan kembung di Provinsi Maluku terjadi di
setiap kabupaten/kota yaitu di Ambon, Maluku Tengah, Seram
Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Buru, Maluku Tenggara,
Maluku Tenggara Barat, dan Kepulauan Aru.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


43

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

(a) (b)
Gambar 4.5 (a)
Ikan Kembung Laki-laki (Rastrelliger kanagurta) dan (b) Ikan
Kembung Perempuan (Rastrelliger brachysoma).
Sumber : www.pipp.kkp.go.id

Pada tahun 2010, produksi ikan kembung didominasi dari


Kota Ambon yang proporsi kontribusinya mencapai 53,43%.
Kontribusi dari kabupaten/kota lainnya sesuai proporsi
kontribusinya adalah Kepulauan Aru, Seram Bagian Barat, Buru,
Maluku Tengah, Maluku Tenggara, Seram Bagian Timur, dan
Maluku Tenggara Barat dengan jumlah masing-masing 20,39%,
8,45%, 7,42%, 6,23%, 2,29% dan 1,18%, 0,59%.

Tabel 4.4 Produksi Ikan Kembung Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Maluku Tahun 2010
Produksi Nilai Produksi
Kabupaten/Kota (Ton) (Rp 1.000,-)
Kota Ambon 7.929,2 23.787.600
Kab. Maluku Tengah 924,4 1.386.600
Kab. Seram Bagian Barat 1.254,5 1.881.750
Kab. Seram Bagian Timur 175,9 615.650
Kab. Buru 1.102,1 3.306.300
Kab. Maluku Tenggara 340,1 3.401.000
Kab. Maluku Tenggara Barat 87,1 30.000
Kab. Kepulauan Aru 3.025,3 6.050.600
Jumlah 14.838,6 40.459.500
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


44

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

4) Ikan Tembang

Ikan tembang termasuk dalam famili Clupeidae. Ikan tembang


merupakan pemakan plankton, berenang berkelompok dan
merupakan salah satu ikan ekonomis penting. Pendaratan ikan
tembang di Provinsi Maluku tersebar di kabupaten/kota Ambon,
Maluku Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Buru,
Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat dan Kepulauan Aru.

(a) (b)

(c)

Gambar 4.6
(a) Sardinella brachysoma (Bleeker, 1852), (b) Sardinella fimbriata
(Valenciennes, 1847), (c) Sardinella gibbosa (Bleeker, 1849).
Sumber : www.pipp.kkp.go.id

Pada tahun 2010, produksi ikan tembang didominasi dari


Kabupaten Maluku Tengah yang proporsi kontribusinya mencapai
51,25%. Proporsi produksi ikan tembang dari kabupaten/kota

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


45

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Seram Bagian Barat, Buru, Kepulauan Aru, Maluku Tenggara,


Maluku Tenggara Barat, Seram Bagian Timur dan Ambon dengan
proporsi masing-masing mencapai 16,67%, 16,52%, 8,60%,
4,34%, 1,69%, 0,93% dan 0,002%.

Tabel 4.5 Produksi Ikan Tembang Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Maluku Tahun 2011
Produksi Nilai Produksi
Kabupaten
(Ton) (Rp 1.000,-)
Kota Ambon 0,2 600
Kab. Maluku Tengah 6.300,9 6.300.900
Kab. Seram Bagian Barat 2.049,2 1.024.600
Kab. Seram Bagian Timur 114,7 114.700
Kab. Buru 2.031,8 4.814.750
Kab. Maluku Tenggara 533,7 2.668.500
Kab. Maluku Tenggara Barat 207,7 20.000
Kab. Kepulauan Aru 1.057,0 1.056.900
Jumlah 12.295,1 16.000.950
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

5) Ikan Kuwe/ Kwee

Ikan kuwe/kwee termasuk dalam famili Carangidae dengan


nama latin Caranx sexfaciatus. Ikan ini merupakan ikan demersal
yang bernilai ekonomis penting. Daerah penyebaran ikan layur
di perairan Maluku berada di perairan Kota Ambon, Kabupaten
Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram
bagian Timur, Kabupaten Buru, Kabupaten Maluku Tenggara,
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kepulauan Aru.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


46

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.7
Ikan Kwee (Caranx sexfaciatus)
Sumber : www.pipp.kkp.go.id

Pada tahun 2011 jumlah produksi ikan layur di Provinsi


Maluku mencapai 7.377,8 ton. Jumlah produksi ini didominasi
dari Kepulauan Aru yang mencapai 60,2% dari total produksi,
selanjutnya produksi dari Kota Ambon yang mencapai 18,51%
dari total produksi. Kabupaten/kota lainnya memberikan
kontribusi masing-masing dibawah 5%

Tabel 4.6 Produksi Ikan Layur Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi


Maluku Tahun 2011
Produksi Nilai Produksi
Kabupaten/Kota
(Ton) (Rp 1.000,-)

Kota Ambon 1.365,8 6.419.260


Kab. Maluku Tengah 341,5 853.750
Kab. Seram Bagian Barat 76,5 153.000
Kab. Seram Bagian Timur 294,6 883.800
Kab. Buru 225,6 676.800
Kab. Maluku Tenggara 288,3 3.603.750
Kab. Maluku Tenggara Barat 344,1 20.000
Kab. Kepulauan Aru 4.441,4 11.103.500
Jumlah 7.377,8 23.713.860
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


47

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Kelompok Ikan Demersal

1) Ikan Gulama/Tiga Waja

Ikan Gulama termasuk dalam famili Scienidae dengan nama


latin Nibea albiflora. Daerah penyebaran ikan gulama di perairan
Maluku berada di sekitar perairan Kota Ambon, Kabupaten Seram
Bagian Barat, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Tenggara
Barat dan Kepulauan Aru.

Gambar 4.8
Ikan Gulama (Nibea albiflora).
Sumber : www.pipp.kkp.go.id

Pada tahun 2011 jumlah produksi ikan Gulama di Provinsi


Maluku mencapai 10.852,7 ton. Hasil tangkapan gulama
terbanyak didaratkan di Kota Ambon yang mencapai 88,83%,
selanjutnya di Kepulauan Aru mencapai 9,26%, Kabupaten
Maluku Tenggara sebanyak 1,5% dan kabupaten lainnya yang
jumlahnya kurang dari 1%.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


48

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.7 Produksi Ikan Gulama/Tiga Waja Menurut Kabupaten/


Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010
Produksi Nilai Produksi
Kabupaten/Kota
(Ton) (Rp 1.000,-)

Kota Ambon 9.640,5 28.921.500


Kab. Seram Bagian Barat 5,2 3.900
Kab. Maluku Tenggara 163,4 1.388.900
Kab. Maluku Tenggara Barat 38,9 20.000
Kab. Kepulauan Aru 1.004,70 4.018.800
Jumlah 10.852,7 34.353.100
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

2) Ikan Lencam

Ikan Lencam termasuk dalam famili Lethrinidae dengan nama


latin Lethrinus spp. Daerah penyebaran ikan lencam di perairan
Maluku berada di sekitar perairan Kota Ambon, Kabupaten
Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian
Timur, Buru, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Tenggara
Barat dan Kepulauan Aru.

Gambar 4.9
Ikan Lencam (Lethrinus spp).
Sumber : www.pipp.kkp.go.id

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


49

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Pada tahun 2011 jumlah produksi ikan Lencam di Provinsi


Maluku mencapai 6,593,6 ton. Hasil tangkapan lencam terbanyak
didaratkan di Kepulauan Aru yang mencapai 20,56%, selanjutnya
di Kabupaten Seram bagian Barat mencapai 19,01%, Kabupaten
Maluku Tengah sebanyak 18,84%, Kota Ambon yang mencapai
15,17%, Kabupaten Buru mencapai 10,76%, Kabupaten Maluku
Tenggara mencapai 8,99%, Maluku bagian Barat mencapai 5,75%
dan kabupaten Seram bagian Timur yang jumlahnya 0,9%.

Tabel 4.8 Produksi Ikan Lencam Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Maluku Tahun 2011

Produksi Nilai Produksi


Kabupaten/Kota
(Ton) (Rp 1.000,-)

Kota Ambon 1.000,6 2.025.140

Kab. Maluku Tengah 1.242,3 12.423.000

Kab. Seram Bagian Barat 1.253,7 3.761.100

Kab. Seram Bagian Timur 60,1 540.900

Kab. Buru 709,6 1.774.000

Kab. Maluku Tenggara 592,6 7.407.500

Kab. Maluku Tenggara Barat 379,5 20.000

Kab. Kepulauan Aru 1.355,5 4.744.250

Jumlah 6.593,9 32.695.890


Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


50

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

3) Ikan Kakap Merah

Ikan kakap merah atau dikenal dengan nama lokal bambangan


termasuk dalam famili Lutjanidae dengan nama latin Lutjanus
spp. Ikan ini merupakan ikan demersal yang bernilai ekonomis
penting. Daerah penyebaran ikan kakap merah di perairan
Maluku berada di perairan utara maupun selatan. Umumnya
hidup di perairan dengan dasar karang, lumpur dan pasir. Ikan
ini berada di sekitar perairan Kota/Kabupaten Ambon, Maluku
Tengah, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Buru, Maluku
Tenggara, Maluku Tenggara Barat, dan Kepulauan Aru.

Gambar 4.10
Ikan Kakap Merah (Lutjanus spp).
Sumber : www.pipp.kkp.go.id

Pada tahun 2011 jumlah produksi ikan kakap merah di


Provinsi Maluku mencapai 4.324,8 ton. Jumlah produksi ini
didominasi dari Kepulauan Aru yang mencapai 30,38% dari total
produksi, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Maluku Tengah
mencapai hampir 21,66%, dan Kota Ambon yang produksi ikan
kakap merah mencapai 16,44%.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


51

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.9 Produksi Ikan Kakap Merah Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Maluku Tahun 2011
Produksi Nilai Produksi
Kabupaten/Kota
(Ton) (Rp 1.000,-)
Kota Ambon 711,1 3.285.700
Kab. Maluku Tengah 936,6 9.366.000
Kab. Seram Bagian Barat 362,3 1.086.900
Kab. Seram Bagian Timur 279,7 2.797.000
Kab. Buru 148,9 372.250
Kab. Maluku Tenggara 398,5 5.978.100
Kab. Maluku Tenggara Barat 173,7 20.000
Kab. Kepulauan Aru 1.314,0 13.140.000
Jumlah 4.324,8 36.045.950
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

4) Ikan Beloso/Buntut Kerbo

Ikan beloso atau dengan nama latin Saurida tumbil merupakan


salah satu ikan ekonomis penting dari famili Synodontidae. Daerah
penyebaran ikan beloso/buntut kerbo di perairan Maluku berada
di perairan Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten
Seram Bagian Barat, Kabupaten Buru, Kabupaten Maluku
Tenggara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Kepulauan Aru.

Gambar 4.11
Ikan Beloso/Buntut kerbo(Saurida tumbil).
Sumber : www.pipp.kkp.go.id

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


52

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Pada tahun 2011 jumlah produksi ikan beloso di Provinsi


Maluku mencapai 4.129,1 ton. Produksi ikan beloso didominasi
di Kota Ambon yang mencapai 68,50% dari total produksi,
selanjutnya di Kepulauan Aru yang mencapai 25,90%, Kabupaten
Maluku Tenggara mencapai 2,17%, Kabupaten Maluku Tenggara
Barat mencapai 1,63% dan kabupaten lainnya yang jumlah
proporsinya kurang dari 1%.

Tabel 4.10 Produksi Ikan Beloso Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Maluku Tahun 2010
Produksi Nilai Produksi
Kabupaten/Kota
(Ton) (Rp 1.000,-)

Kota Ambon 2.828,3 9.197.400

Kab. Maluku Tengah 37,8 28.350

Kab. Seram Bagian Barat 16,6 12.450

Kab. Buru 19,9 49.750

Kab. Maluku Tenggara 89,6 617.500

Kab. Maluku Tenggara Barat 67,5 20.000

Kab. Kepulauan Aru 1.069,4 2.138.800

Jumlah 4.129,1 12.064.250


Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


53

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

5) Ikan Biji Nangka

Ikan biji nangka atau dengan nama latin Upenus vittatus


merupakan salah satu ikan ekonomis penting dari famili Mullidae.
Daerah penyebaran ikan biji nangka di perairan Maluku berada
di perairan Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten
Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten
Buru, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Maluku Tenggara
Barat dan Kepulauan Aru.

Gambar 4.12
Ikan Biji Nangka (Upeneus vittatus).
Sumber : www.pipp.kkp.go.id

Pada tahun 2010 jumlah produksi ikan biji nangka di


Provinsi Maluku mencapai 3.289,3 ton. Produksi ikan biji nangka
didominasi di Kota Ambon yang mencapai 39,32% dari total
produksi, selanjutnya di Kepulauan Aru yang mencapai 23,54%,
Kabupaten Maluku Tenggara mencapai 13,56%, kabupaten
lainnya yang jumlah proporsinya kurang dari 10%.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


54

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.11 Produksi Ikan Biji Nangka Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Maluku Tahun 2010

Produksi Nilai Produksi


Kabupaten/Kota
(Ton) (Rp 1.000,-)

Kota Ambon 1.293,3 4.828.150

Kab. Maluku Tengah 446,1 1.115.250

Kab. Seram Bagian Barat 429,8 1.289.400

Kab. Seram Bagian Timur 43,0 150.500

Kab. Buru 57,2 143.000

Kab. Maluku Tenggara 189,0 1.606.500

Kab. Maluku Tenggara Barat 56,5 20.000

Kab. Kepulauan Aru 774,4 3.097.600

Jumlah 3.289,3 12.250.400


Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

Kelompok Non-Ikan

1) Rajungan

Rajungan termasuk dalam famili Portunidae dengan nama latin


Portunus pelagicus. Rajungan memiliki nilai ekonomis penting
yang tinggi. Daerah penyebarannya berada di perairan utara
dari Provinsi Maluku, berada sekitar perairan Kota/Kabupaten
Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian
Barat, Kabupaten Buru, dan Kepulauan Aru.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


55

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.13
Rajungan (Portunus pelagicus).
Sumber : www.pipp.kkp.go.id

Pada tahun 2011 jumlah produksi rajungan di Provinsi


Maluku mencapai 1.553,1 ton. Jumlah produksi ini didominasi
dari Kepulauan Aru yang mencapai 92,33%%. Produksi rajungan
masing-masing kabupaten/kota disajikan pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Produksi Rajungan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi


Maluku Tahun 2010
Produksi Nilai Produksi
Kabupaten/Kota
(Ton) (Rp 1.000,-)
Kota Ambon 66,9 334.500
Kab. Maluku Tengah 28,0 140.000
Kab. Seram Bagian Barat 18,8 28.200
Kab. Buru 5,4 16.200
Kab. Kepulauan Aru 1.434,0 5.736.000
Jumlah 1.553,1 6.254.900
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


56

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

2) Udang Putih/Jerbung

Udah putih atau sering dikenal dengan udang jerbung


termasuk dalam famili Peneidae dengan nama latin Penaeus
merguensis. Udang putih juga sering dikenal dengan nama dagang
banana prawn dimana komoditas ini memiliki nilai ekonomis
penting yang tinggi. Daerah penyebarannya berada di perairan
utara maupun selatan dari Provinsi Maluku. Penyebaran udang
berada di Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten
Serem Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, dan
Kepulauan Aru.

Gambar 4.14
Udang Putih (Penaeus merguensis).
Sumber : www.pipp.kkp.go.id

Pada tahun 2011 jumlah produksi Udang putih di Provinsi


Maluku mencapai 2.082,9 ton. Produksi udang didominasi oleh
Kepulauan Aru yang mencapai 69,31% dari total produksi udang.
Selanjutnya diikuti oleh Kota Ambon yang mencapai 29,35%.
Produksi udang putih masing-masing kabupaten/kota dapat
dilihat pada tabel 4.13.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


57

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.13 Produksi Udang Putih Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Maluku Tahun 2010

Produksi Nilai Produksi


Kabupaten/Kota
(Ton) (Rp 1.000,-)
Kota Ambon 611,3 24.452.000
Kab. Maluku Tengah 10,4 208.000
Kab. Seram Bagian Timur 15,6 312.000
Kab. Maluku Tenggara Barat 2,0 160.000
Kab. Kepulauan Aru 1.443,6 28.872.000
Jumlah 2.082,9 54.004.000
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

3) Cumi-Cumi

Cumi-cumi termasuk dalam komoditas yang memiliki nilai


ekonomis penting yang tinggi memiliki nama latin Loligo spp.
Daerah penyebaran cumi-cumi berada di Kota Ambon, Kabupaten
Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram
Bagian Timur, Kabupaten Buru, Kabupaten Maluku Tenggara,
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, dan Kepulauan Aru.

Gambar 4.15
Cumi-Cumi (Loligo sp).
Sumber : www.pipp.kkp.go.id

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


58

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Pada tahun 2011 jumlah produksi cumi-cumi di Provinsi


Maluku mencapai 3.698,9 ton. Produksi cumi-cumi didominasi
oleh Kota Ambon yang mencapai 58,41% dari total produksi
cumi-cumi di Provinsi Maluku, selanjutnya diikuti oleh Kepulauan
Aru yang mencapai 30,85% dari total produksi cumi-cumi.
Produksi cumi-cumi di masing-masing Kabupaten/Kota disajikan
pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.14 Produksi Cumi-Cumi per Kabupaten/Kota di Provinsi


Maluku Tahun 2010

Produksi Nilai Produksi


Kabupaten/Kota
(ton) (Rp.000)

Ambon 2.160,7 22.687.350

Maluku Tengah 136,4 1.364.000

Seram Bagian Barat 41,6 62.400

Seram Bagian Timur 154,5 3.835.000

Buru 44,4 133.200

Maluku Tenggara 11,6 174.000

Maluku Tenggara Barat 8,6 20.000

Kepulauan Aru 1.141,1 8.558.250

Jumlah 3.698,9 36.834.200


Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


59

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

B. Sarana Perikanan Tangkap

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan


Nomor PER.17/MEN/2006 tentang Usaha Perikanan Tangkap,
pada pasal 1 ayat 14 disebutkan bahwa yang termasuk dalam
sarana dalam kegiatan perikanan adalah alat penangkap ikan
dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan
untuk menangkap ikan, termasuk di dalamnya adalah kapal
penangkap ikan. Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai profil
dari alat penangkap ikan dan kapal penangkapan ikan yang ada
di Provinsi Maluku.

1) Kapal Perikanan

Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung


lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan,
mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidaya ikan,
pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan
penelitian/eksplorasi perikanan (UU No.45 tahun 2006 tentang
Perikanan). Kapal penangkap di Provinsi Maluku didominasi
di Maluku Tengah dengan proporsi mencapai 29,17%. Jumlah
kapal penangkap terendah di Kota Ambon yang proporsinya
mencapai 4,11% dari total jumlah kapal penangkap di Provinsi
Maluku. Proporsi jumlah kapal penangkap pada masing-masing
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku disajikan pada gambar
4.16.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


60

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.15 Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Laut per Kabupaten/


Kota di Provinsi Maluku pada Tahun 2010

Kabupaten/Kota Jumlah (buah)

Ambon 2.073

Maluku Tengah 14.723

Seram Bagian Barat 3.204

Seram Bagian Timur 5.896

Buru 2.992

Maluku Tenggara 5.125

Maluku Tenggara Barat 9.617

Kepulauan Aru 6.842

Jumlah 50.472
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

Gambar 4.16
Persentase Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Provinsi Maluku.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


61

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Kapal penangkap ikan terbagi menjadi perahu tanpa motor,


motor tempel dan dengan kapal motor. Kapal penangkap ikan
di Provinsi Maluku didominasi oleh perahu tanpa motor yang
proporsinya mencapai 72,63%. Jumlah terbanyak berada di
Kabupaten Maluku Tengah. Proporsi motor tempel di Provinsi
Maluku mencapai 17,77% dan perahu motor mencapai 9,60%.
Pada tahun 2010, perahu tanpa motor didominasi dari jenis
jukung dengan proporsi mencapai 65,65% dari total perahu
tanpa motor. Urutan proporsi jumlah selanjutnya adalah perahu
papan kecil, perahu papan sedang dan perahu papan besar dengan
proporsi mencapai 22,59%, 7,57% dan 4,20%. Jenis perahu
tanpa motor didominasi dari Kabupaten Maluku Tengah dimana
pada kabupaten ini banyak ditemukan perahu tanpa motor jenis
jukung.
Jenis kapal motor didominasi dari ukuran <5GT dan 5-10GT,
di mana masing-masing ukuran tersebut mencapai 52,90% dan
25,96% dari total kapal motor di Provinsi Maluku. Kapal motor
ukuran tersebut banyak ditemukan di Kepulauan Aru. Sedangkan
kapal motor ukuran 500-1000GT merupakan ukuran kapal
motor yang terendah di Provinsi Maluku dengan proporsi 0,10%.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


Tabel 4.16 Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Masing-Masing Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku pada
Tahun 2010
Perahu Tanpa Motor Kapal Motor

Kabupaten/ Perahu Papan Motor Ukuran Kapal Motor


Kota Ju- Tempel 10- 20- 30- 50- 100- 200- 500-
kung Se 5-10
kecil Besar < 5GT 20 30 50 100 200 500 1.000
dang GT
GT GT GT GT GT GT GT
TOTAL 24.066 8.279 2.776 1.538 8.970 2.562 1.257 549 294 128 8 25 15 5
Ambon 669 624 145 72 486 - - 24 - - 8 25 25 5
Maluku
6.560 1.795 1.696 415 3.726 205 175 92 33 26 - - - -
Tengah
62

Seram
910 812 195 364 825 60 30 8 - - - - - -
Bagian Barat
Seram
Bagian 2.652 2.097 258 505 314 45 25 - - - - - - -
Timur
Buru 2.216 372 110 13 252 19 6 4 - - - - - -
Maluku
4.089 25 - - 889 80 42 - - - - - - -
Tenggara
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Maluku
Tenggara 6.717 2.250 245 78 167 160 - - - - - - - -
Barat
Kepulauan
253 304 127 91 2.311 1.993 979 421 261 102 - - - -
Aru
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2012

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


63

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

2) Unit Penangkapan Ikan

Pada tahun 2010, unit penangkapan ikan mencapai 65.292 unit


di Provinsi Maluku. Jumlah tersebut didominasi dari Kabupaten
Maluku Tengah dan Maluku Tenggara yang masing-masing
proporsinya mencapai 27,30% dan 21,77%. Sedangkan proporsi
unit penangkapan ikan terendah di Provinsi Maluku berada di
Kota Ambon mencapai 1,62% dari total unit penangkapan ikan
di Provinsi Maluku. Jumlah proporsi masing-masing kabupaten/
kota di Provinsi Maluku disajikan pada gambar di bawah ini.

Tabel 4.17 Jumlah Kapal Penangkap Ikan di Laut per Kabupaten/


Kota di Provinsi Maluku pada Tahun 2010

Kabupaten/Kota Jumlah (unit)

Ambon 1.057

Maluku Tengah 17.827

Seram Bagian Barat 4.821

Seram Bagian Timur 6.113

Buru 3.534

Maluku Tenggara 14.215

Maluku Tenggara Barat 10.219

Kepulauan Aru 7.506

Jumlah 65.292
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2012

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


64

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.17
Persentase Jumlah Unit Penangkapan Ikan di Provinsi Maluku

Unit penangkapan ikan berdasarkan jenis alat tangkap


terbagi menjadi pukat tarik, pukat kantong, pukat cincin, jaring
insang, jaring angkat, pancing, perangkap, alat pengumpul dan
penangkap dan lain-lain. Pukat tarik terbagi menjadi pukat tarik
udang tunggal, pukat tarik udang ganda dan pukat tarik ikan.
Jaring insang terdiri dari jaring insang hanyut, jaring insang
lingkar, jaring klitik, jaring insang tetap dan jaring tiga lapis. Jaring
angkat terbagi menjadi bagan perahu/rakit, bagan tancap, serok
dan songko, dan anco. Pancing terbagi menjadi rawai tuna, rawai
hanyut, rawai tetap, rawai tetap dasar, huhate, pancing tonda,
pancing ulur, pancing tegak, pancing cumi dan pancing lainnya.
Perangkap terbagi menjadi sero, bubu dan perangkap lainnya.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


65

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Alat pengumpul dan penangkap terbagi menjadi alat pengumpul


rumput laut, alat penangkap kerang, alat penangkap teripang dan
alat penangkap kepiting. Alat tangkap lainnya terbagi menjadi
jala tebar dan garpu,tombak dan lain-lain.
Pada tahun 2010, Provinsi Maluku didominasi dengan unit
penangkapan pancing tonda yang jumlahnya mencapai 13%.
Unit penangkapan ini banyak ditemukan di Kabupaten Maluku
Tenggara. Unit penangkapan lainnya yang cukup mendominasi
adalah pancing tegak yang banyak ditemukan juga di Kabupaten
Maluku Tenggara.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


Tabel 4.18 Jumlah Unit Penangkapan Ikan di Masing-Masing Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Tahun 2011
Pukat Pukat
Pukat Tarik Jaring Insang Jaring Angkat
Kabupaten/Kota Kantong Cincin

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

TOTAL 60 107 38 573 492 7.680 5.512 104 4.720 221 1.290 169 511 44

Ambon 25 16 7 58 540 - 6 8 12

Maluku Tengah 422 272 1.472 1.528 846 396 110 380
66

Seram Bagian
43 46 543 738 404 26 14 72
Barat

Seram Bagian
22 936 1.052 471 25 -
Timur

Buru 101 19 423 343 141 25 12 59 44

Maluku Tenggara 8 1.050 708 947 49


PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Maluku Tenggara
5 1.255 1.098 9 1.815 224
Barat

Kepulauan Aru 35 107 22 62 1.461 45 95 90 188 558 33

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2012

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


Tabel 4.18 lanjutan
Alat Pengumpul dan
Pancing Perangkap Lain-lain
Kabupaten Penangkap
/Kota
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

TOTAL 1.668 754 792 311 587 8.487 7.180 8.423 1.068 5.201 254 2.231 520 220 267 221 259 391 4.937

Ambon 124 24 230 - 7

Maluku
336 352 2.405 2.432 2.240 227 1.221 120 996 332 101 135 113 98 217 1.076
Tengah

Seram
Bagian 20 72 184 33 371 547 540 110 331 28 177 24 9 18 36 117 318
Barat

Seram
67

Bagian 35 583 22 1.039 889 748 181 10 85 15


Timur

Buru 67 78 338 1.469 83 209 79 44

Maluku
2.600 2.896 3.896 101 330 4 323 48 85 1.170
Tenggara

Maluku
Tenggara 7 17 756 879 1.481 489 27 5 12 2.140
Barat
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Kepulauan
1.626 151 295 110 954 186 120 630 181 19 27 60 48 125 45 233
Aru

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2012

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


Keterangan Tabel 4.18:

1 : Pukat Tarik Udang Ganda 2 : Pukat Tarik Udang Tunggal 3 : Pukat tarik ikan 4 : Pukat Pantai

5 : Pukat Cincin 6 : Jaring Insang Hanyut 7 : Jaring Lingkar 8 : Jaring Klitik

9 : Jaring Insang Tetap 10 : Jaring Tiga Lapis 11 : Bagan Perahu 12 : Bagan Tancap

13 : Serok dan Songko 14 : Anco 15 : Rawai Tuna 16 : Rawai Hanyut


68

17 : Rawai Tetap 18 : Rawai tetap dasar 19 : Huhate 20 : Pancing Tonda

21 : Pancing Ulur 22 : Pancing Tegak 23 : Pancing Cumi 24 : Pancing Lainnya

: Alat pengumpul rumput


25 : Sero 26 : Bubu 27 : Perangkap Lainnya 28
laut

: Alat Penangkap
29 : Alat Penangkap Kerang 30 : Alat Penangkap Teripang 31 32 : Jala Tebar
Kepiting
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

33 : Garpu, Tombak dll - - - - - -

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


69

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

4.2 Perikanan Tangkap Perairan Umum

Provinsi Maluku memiliki perairan umum antara lain sungai,


danau, waduk, rawa dan lainnya. Perairan tersebut tersebar di
3 kabupaten di Provinsi Maluku. Pada tahun 2010, produksi
perikanan tangkapnya mencapai 35,6 ton. Kabupaten Maluku
Tengah mendominasi hasil produksi perikanan perairan umum
dengan produksi mencapai 43,26% dari total produksi perairan
umum yang dihasilkan. Produksi selanjutnya diikuti oleh
Kabupaten Seram Bagian Barat yang mencapai 34,27 % dari total
produksi dan Kabupaten Buru yang mencapai 22,47% dari total
produksi. Produksi perikanan tangkap di perairan umum pada
masing-masing kabupaten di Provinsi Maluku disajikan pada
tabel di bawah ini.

Tabel 4.19 Produksi Perikanan Tangkap di Perairan Umum Provinsi


Maluku pada Tahun 2010
Kabupaten/kota Produksi Nilai Produksi
Maluku Tengah 15,4 22.750
Seram Bagian Barat 12,2 13.250
Buru 8 82.200
Jumlah 35,6 118.200
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


70

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.18
Proporsi Produksi Perikanan Tangkap di Perairan Umum per
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku

Jenis Ikan

1) Udang Galah

Udang galah memberikan kontribusi tertinggi pada produksi


perikanan umum di Provinsi Maluku pada tahun 2010. Jumlah
produksinya mencapai 20,22% dari total produksi perikanan
umum. Produksi udang galah didominasi dari Maluku Tengah
yang mencapai 55,56% dari total udang galah di Provinsi Maluku.
Selanjutnya adalah Seram Bagian Barat dan Buru. Jumlah produksi
masing-masing kabupaten disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.20 Jumlah Produksi Udang Galah di Masing-Masing


Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Tahun 2010
Kabupaten/kota Produksi Nilai Produksi
Maluku Tengah 4 10.000
Seram Bagian Barat 2,8 5.500
Buru 0,4 600
Jumlah 7,2 16.100
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


71

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

2) Ikan Nila

Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang merupakan


salah satu ikan ekonomis penting. Pada tahun 2010 jumlah
produksi ikan nila di Provinsi Maluku mencapai 5,2 ton. Jumlah
produksi ini didominasi dari Kabupaten Buru yang mencapai
hampir 62,07% dari total produksi nila di Provinsi Maluku,
selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Maluku Tengah. Jumlah
produksinya masing-masing disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.21 Produksi Ikan Nila per Kabupaten/Kota di Provinsi


Maluku Tahun 2010
Kabupaten/kota Produksi Nilai Produksi
Maluku Tengah 2,2 2.200
Buru 3,6 54.000
Jumlah 5,8 56.200
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2012

3) Ikan Mujair

Ikan Mujair merupakan komoditas tertinggi ketiga di Provinsi


Maluku untuk perikanan umum. Jumlah produksinya pada tahun
2010 mencapai 14,61% dari total produksi perikanan umum di
Provinsi Maluku. Dominasi produksi ikan mujair berada di Seram
Bagian Barat yang produksinya mencapai 38,46% dari total
produksi ikan mujair. Selanjutnya adalah Kabupaten Maluku
Tengah dan Buru. Jumlah produksi ikan mujair masing-masing
kabupaten/kota disajikan pada tabel di bawah ini.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


72

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.22 Produksi Ikan Mujair per Kabupaten/kota di Provinsi


Maluku Tahun 2010

Kabupaten/kota Produksi Nilai Produksi

Maluku Tengah 1,6 1.600

Seram Bagian Barat 2 1.000

Buru 1,6 6.400

Jumlah 5,2 9.000


Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


73

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

4.3 Peta Tematik Perikanan Provinsi Maluku

Gambar 4.19
Peta Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut Tahun 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


74

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.20
Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Cakalang

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


75

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.21
Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Kembung

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


76

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.22
Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Tembang

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


77

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.23
Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Tenggiri

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


78

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.24
Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Tongkol

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


79

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.25
Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Beloso

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


80

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.26
Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Biji Nangka

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


81

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.27
Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Kakap Merah

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


82

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.28
Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Layur

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


83

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.29
Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Lencam

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


84

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.30
Peta Produksi Perikanan Tangkap Cumi-Cumi

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


85

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.31
Peta Produksi Perikanan Tangkap Rajungan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


86

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.32
Peta Produksi Perikanan Tangkap Udang

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


87

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.33
Peta Jumlah Kapal Penangkap Ikan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


88

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.34
Peta Unit Penangkapan Ikan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


89

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.35
Peta Produksi Perikanan Tangkap Perairan Umum Tahun 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


90

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.36
Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Mujair Tahun 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


91

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.37
Peta Produksi Perikanan Tangkap Ikan Nila Tahun 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


92

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 4.38
Peta Produksi Perikanan Tangkap Udang Galah Tahun 2010

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


93

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

4.4 Industrialisasi Perikanan Tangkap

4.4.1 Kota Ambon

Kota Ambon merupakan pusat ibukota dari Provinsi Maluku.


Batas wilayah administratif Kota Ambon sebagai berikut: di
sebelah Utara dengan Kabupaten Maluku Tengah, disebelah
Selatan dengan Laut Banda, di sebelah Barat dengan Kabupaten
Maluku Tengah, disebelah Timur dengan Maluku Tengah. Kota
Ambon terdiri dari 5 kecamatan mencapai luas wilayah mencapai
377 km2. Pada tahun 2010 pada acara Sail Banda, Menteri KKP
menetapkan Provinsi Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional
2030. Pertimbangan dari penetapan itu bahwa Provinsi Maluku
merupakan kepulauan bahari di Nusantara dan sumberdaya
perikanan yang potensial.

4.4.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon

1) Kelembagaan PPN Ambon

Legalitas PPN Ambon dikeluarkan oleh Menteri Kelautan


dan Perikanan RI pada tanggal 6 Oktober 2008 yaitu Peraturan
Menteri Nomor Per.19/MEN/2008. Visi PPN Ambon adalah
menjadikan PPN Ambon sebagai pusat ekonomi, pusat industri,
dan peningkatan ekspor di tahun 2015, sedangkan misinya adalah
mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan, membuka
lapangan kerja dan meningkatkan ekspor melalui industrialisasi

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


94

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

perikanan. Dalam rangka mewujudkan visi misi tersebut, rencana


strategis PPN Ambon adalah :
a) Memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi
b) Mengelola sumberdaya kelautan dan perikanan secara
berkelanjutan
c) Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis
pengetahuan
d) Memperluas akses pasar domestik dan internasional

2) Indikator Kinerja Utama PPN Ambon

Pengukuran kinerja di PPN Ambon dievaluasi berdasarkan


indikator jumlah ikan yang didaratkan, ekspor, frekuensi
kunjungan kapal dan PNBP. Pada tahun 2011 jumlah pendaratan
ikan di PPN Ambon melebihi target yang ditetapkan sebesar
113,51%, kondisi ini juga dialami pada nilai produksinya yang
melebihi target sebesar 131,61%. Jumlah ekspor dan nilainya
masing-masing mencapai 125,97% dan 318,39% dari target yang
ditetap-kan. Jumlah frekuensi kapal belum mencapai targetnya
pada tahun tersebut di mana kondisi ini disebabkan penertiban
aktivitas kegiatan bongkar muat di PPN Ambon. Indikator PNBP
pada tahun 2011 berhasil dicapai oleh PPN Ambon sesuai target.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


95

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.23 Indikator Kinerja Utama di PPN Ambon 2011


Indikator Kegiatan
Satuan Target Realisasi
Utama
Volume
63.442 72.012
Jumlah Ikan Yang (Ton)
Didaratkan Nilai
610.218.578.935 803.080.707.500
(Rp.)
Volume
55.271 69.627
(Ton)
Ekspor
Nilai
521.494.462.131 1.660.368.069.000
(Rp.)
Frekuensi Kunjungan
(Kali) 11.343 10.563
Kapal
PNBP (Rp.) 513.991.000 515.478.750

Sumber : PPN Ambon 2012

3) Indikator Industrialisasi PPN Ambon

PPN ambon menetapkan indikator kinerja outcome untuk


kegiatan industrialisasi perikanan adalah produksi yang mencakup
volume, kelas mutu dan nilai tambah dari tuna, tongkol dan
cakalang, pendapatan nelayan, dan penyerapan tenaga kerja yang
mencakup tenaga kerja nelayan maupun non nelayan.

a. Produksi

Indikator produksi pada industrialisasi perikanan mencakup


volume, kelas mutu dan nilai tambahnya. Volume produksi ikan
tuna tongkol dan cakalang diharapkan meningkat. PPN Ambon
menetapkan rata-rata target peningkatan produksi TTC selama

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


96

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

periode 20112014 adalah 17,64%. Target output untuk masing-


masing ikan selama periode waktu tersebut disajikan pada tabel
di bawah ini.

Tabel 4.24 Outcome dari Indikator Produksi TTC di PPN Ambon (ton)

Kondisi yang diinginkan


Jenis ikan 2011
2012 2013 2014

Tuna 1.492 2.659 2.835 3.029

Tongkol 1.195 1.226 1.307 1.396

Cakalang 1.573 2.056 2.192 2.343

Jumlah 4.260 5.941 6.334 6.768


Sumber : PPN Ambon(2012)

Sampai dengan bulan Agustus 2012, produksi ikan tuna,


tongkol dan cakalang adalah sebesar 3.960.667 dengan rincian
berturut-turut adalah 1.772.667 kg, 817.333 kg dan 1.370.667
kg. Jumlah tersebut telah mencapai 66,66% dari target output
produksi TTC pada tahun 2012. Peningkatan kelas mutu 3
menjadi mutu 2 dan mutu 2 menjadi mutu 1. Target yang
ditetapkan PPN Ambon adalah tidak adanya mutu 3 untuk TTC
(0%). Peningkatan target dari masing-masing kelas mutu pada
TTC dijelaskan pada tabel 4.25.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


97

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.25 Outcome dari Indikator Kelas Mutu TTC di PPN Ambon
(%)

Kondisi yang diinginkan


Jenis ikan 2011
2012 2013 2014

Ikan Tuna

Mutu 1 24,80 28,80 32,80 36,80

Mutu 2 75,20 71,20 67,20 63,20

Mutu 3 0,00 0,00 0,00 0,00

Ikan Tongkol

Mutu 1 33,30 36,30 39,30 42,30

Mutu 2 66,70 63,70 60,70 57,70

Mutu 3 0,00 0,00 0,00 0,00

Ikan Cakalang

Mutu 1 41,60 44,10 46,60 49,10

Mutu 2 58,40 55,90 53,40 50,90

Mutu 3 0,00 0,00 0,00 0,00

Sampai dengan Agustus 2012, capaian mutu ikan tuna di PPN


Ambon adalah 32,77% mutu 1 dan 21,85% mutu 2. Capaian
mutu ikan tongkol adalah 76,5% mutu 1 dan 28,81% mutu 2
sedangkan capaian mutu ikan cakalang adalah 31,79% mutu 1
dan 23,44% mutu 2. Berdasarkan hal tersebut, maka capaian
mutu ikan tongkol telah melampaui target, sedangkan untuk ikan
tuna dan cakalang masing-masing mencapai 54,62% dan 55,24%
dari target kelas mutu di PPN Ambon.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


98

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Dengan meningkatnya kelas mutu jenis TTC, maka


diharapkan dapat meningkatkan nilai tambahnya. Target tersebut
juga mempertimbangkan harga elastis untuk jenis TTC. Penetapan
target untuk nilai tambah jenis TTC disajikan pada tabel 4.26.

Tabel 4.26 Outcome dari Indikator Nilai Tambah TTC di PPN Ambon
(Rp)
Kondisi yang diinginkan
Jenis ikan
2012 2013 2014
Ikan Tuna
Nilai tambah mutu 1 23.617.760.000 37.756.940.000 55.680.621.600
Nilai tambah mutu 2 19.210.896.000 23.664.224.000 28.519.731.360
Ikan Tongkol
Nilai tambah mutu 1 1.374.102.000 3.353.740.650 5.820.467.220
Nilai tambah mutu 2 774.915.000 2.036.091.125 3.438.463.396
Ikan Cakalang
Nilai tambah mutu 1 5.487.961.600 9.305.809.920 14.029.307.248
Nilai tambah mutu 2 4.492.831.200 6.470.189.440 8.693.116.861

Sumber : PPN Ambon (2012)

b. Pendapatan Nelayan

Pendapatan nelayan menjadi salah satu indikator dalam


industrialisasi. Peningkatannya menjadi tanda bahwa kegiatan
industrialisasi memberikan tingkat kesejahteraan bagi pelaku
utamanya yaitu nelayan. PPN Ambon menargetkan peningkatan
pendapatan nelayan mencapai 30,56% sampai 40% selama
periode 2012 sampai 2014 dengan rata-rata mencapai 35,19%.
Rincian target pendapatan nelayan yang ditetapkan oleh PPN
Ambon disajikan pada tabel di bawah ini.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


99

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 4.27 Outcome dari Indikator Pendapatan Nelayan di PPN


Ambon (Rp.)
Kondisi yang diinginkan
Kondisi saat ini
2012 2013 2014

1.394.000 1.820.000 2.457.000 3.440.000


Sumber : PPN Ambon (2012)

c. Penyerapan Tenaga Kerja

Kegiatan perikanan memberikan dampak kegiatan ekonomi


baik secara langsung maupun tidak langsung pada berbagai
stakeholder yang terkait. PPN Ambon menetapkan penyerapan
tenaga kerja sebagai indikator dalam industrialisasi dengan
peningkatan jumlah per tahunnya antara 2,11% sampai 2,23%
selama periode 2012 sampai 2014 dengan rata-rata 2,15%.
Outcome dari indikator penyerapan tenaga kerja di PPN Ambon
disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.28 Outcome dari Indikator Pendapatan Nelayan di PPN


Ambon (orang)

Penyerapan tenaga Kondisi yang diinginkan


2011
kerja 2012 2013 2014

Nelayan 9.518 9.730 9.936 10.146

Non Nelayan 575 675 780 860


Sumber : PPN Ambon (2012)

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


100

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

4) Fasilitas PPN Ambon

Untuk mendukung kegiatan operasional di pelabuhan


perikanan, PPN Ambon menyediakan fasilitas pokok, fasilitas
fungsional maupun fasilitas penunjang. Fasilitas-fasilitas tersebut
dan kapasitasnya disajikan pada tabel 4.29.

Tabel 4.29 Fasilitas di PPN Ambon

No Fasilitas Kapasitas/Volume

Fasilitas Pokok

1 Areal Daratan Pelabuhan 6 ha

2 Dermaga 3.556,8 m2

3 Penehan Tanah (Revetmet) 600 m2

4 Jalan 3000 m2

5 Drainase

Drainase 1.317 m2

Drainase Terbuka 110 m2

Fasilitas Fungsional

1 Tempat Pelelangan Ikan 375 m2

2 Pabrik Es (2 unit) 10 ton

3 Cold Storage 45 m2

4 Tempat Parkir 115,95 m2

5 Kantor Administrasi Pelabuhan 1.133 m2

6 Tangki BBM 500 KL

7 Kapal Pengawas 1 unit

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


101

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

No Fasilitas Kapasitas/Volume

8 Lampu Suar 3 unit

9 Genset 1.350 KVA

10 Rumah Genset 125 m2

Fasilitas Penunjang

1 Rumah Karyawan (5 unit) 120-36 m2

2 Mess Karyawan (2 unit) 20 m2

3 Pos Jaga 4 m2

4 MCK 40 m2

5 Kios Iptek 10 m2

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


102

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


103

5
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Perikanan
Budidaya

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


104

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


105

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Untuk mengantisipasi tingkat permintaan sumberdaya


ikan yang akan meningkat pada masa yang akan datang, maka
pengembangan sub-sektor perikanan budidaya menjadi alternatif
yang penting. Kondisi produksi per-ikanan budidaya di Provinsi
Maluku sejak tahun 2006 hingga 2011 terlihat pada tabel 5.1 di
bawah ini. Secara umum, produksi dan nilai produksinya terlihat
fluktuatif dari tahun ke tahun, namun terjadi peningkatan yang
signifikan antara tahun 2010 dan 2011.

Tabel 5.1 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya di


Provinsi Maluku pada Periode 2001-2010

Tahun Produksi (Ton) Nilai Produksi (Rp. 1000)

2006 3.952,10 60.759.098

2007 17.824,20 22.400.124

2008 37.427,60 37.399.961

2009 50.899,30 2.464.659.036

2010 380.814,66 782.623.934

2011 815.961,90 1.241.345.430

Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012

Berdasarkan media hidup ikan, kegiatan perikanan budidaya


di Maluku dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis kegiatan, yakni
budidaya laut (air laut), tambak (air payau), dan kolam (air tawar).

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


106

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

5.1 Budidaya Laut (Marine Culture)

Perkembangan kegiatan budidaya laut di Provinsi Maluku


masih fluktuatif mulai tahun 2006 sampai tahun 2011. Luas
usaha, produksi, dan nilai produksinya mengalami pasang
surut. Secara umum luas usaha, produksi, dan nilai produksinya
terlihat fluktuatif dari tahun ke tahun, namun terjadi peningkatan
yang signifikan antara tahun 2010 dan 2011. Untuk jelas-nya
perkembangan perikanan budidaya laut di Provinsi Maluku sejak
tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel
5.2 dibawah.

Tabel 5.2 Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan


Budidaya Laut di Provinsi Maluku pada Periode 2006-
2011

Nilai Produksi (Rp.


Tahun Luas Usaha (Ha) Produksi (Ton)
1000)

2006 295,70 3.952,10 60.759.098

2007 314.504,30 17.824,20 22.400.124

2008 13.293,30 37.427,60 37.399.961

2009 68.852,50 50.899,30 2.464.659.036

2010 6.194,90 380.814,66 782.623.934

2011 164.825,67 814.169,10 1.248.935.790

Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


107

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

A. Sumberdaya Potensial

Jenis komoditas perikanan budidaya laut di provinsi Maluku


ada tiga jenis, yaitu rumput laut, ikan kerapu, dan teripang.
Tingginya produksi budidaya rumput laut tak lepas dari kebijakan
strategi yang dijalankan bagi komoditas ini sejak tahun 2006
mulai dari bantuan paket sarana, prasarana, maupun dana.
Produksi dan nilai produksinya jauh lebih tinggi dibandingkan
tahun sebelumnya (Tabel 5.2).
Pencapaian produksi dan nilai produksi budidaya laut di
Maluku tahun 2011 menurut jenis budidayanya selengkapnya
diuraikan pada Tabel 5.3. Dari tabel terlihat jelas bahwa komoditas
rumput laut menduduki peringkat tertinggi dalam budidaya laut.
Hal itu tak lepas dari kebijakan strategi untuk rumput laut mulai
tahun 2006 sampai sekarang.

Tabel 5.3 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Laut di


Provinsi Maluku menurut Jenis Budidaya Tahun 2011

Jenis Budidaya Laut Produksi (Ton) Nilai Produksi (x Rp. 1000)

Rumput Laut 813.820,3 1.050.716.805

Ikan Kerapu 174,9 10.429.665

Teripang 97,1 38.101.000

Tiram Mutiara 48,1 641.200

Mutiara 1,8 147.610.000

Lainnya 26,9 1.437.120

Jumlah 814.169,1 1.248.935.790

Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


108

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Kegiatan perikanan budidaya laut paling banyak dilakukan di


tiga wilayah, yaitu Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kepulauan
Aru, dan Kota Tual. Luas usaha, jenis komoditas, produksi dan
nilai produksinya pada tahun 2011 selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.4 Luas Usaha, Jenis Komoditas, Produksi dan Nilai Produksi
Perikanan Budidaya Laut di Provinsi Maluku Tahun 2011

Nilai
Kabupaten/ Luas Usaha Jenis Produksi
Produksi
Kotamadya (Ha) Komoditas (Ton)
(Rp.1000)

Rumput Laut 172.658,40 172.658.400


Maluku
3.041 Ikan Kerapu 20,70 1.654.400
Tenggara Barat
Teripang - -

Rumput Laut 101.117,60 303.534.120

Kepulauan Aru 119.481 Ikan Kerapu 116,70 1.400.040

Teripang 95,00 37.996.000

Rumput Laut 398.038,10 400.530.450

Kota Tual 30.600 Ikan Kerapu 6,90 1.027.500

Teripang - -

Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


109

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

B. Sarana dan Prasarana

Untuk sarana dalam budidaya laut, dibutuhkan lokasi


usaha pemeliharaan yang memiliki kondisi fisik, kimia, biologi
dan ekologi yang sesuai untuk hidup komoditas yang akan
dibudidayakan. Budidaya laut di Provinsi Maluku tersebar di 10
kabupaten/kota dari jumlah total 11 kabupaten/kota. Kabupaten/
kota tersebut adalah Kota Ambon, Maluku Tengah, Seram Bagian
Barat, Seram Bagian Timur, Buru, Maluku Tenggara, Maluku
Tenggara Barat, Kepulauan Aru, Maluku Barat Daya, dan Kota
Tual. Hampir seluruhnya memiliki wilayah perairan laut yang
memungkinkan budidaya laut.
Luas areal budidaya laut tahun 2011 tercatat seluas
164.825,67Ha, jauh lebih luas dari tahun sebelumnya yaitu
6.194,90 Ha (Tabel 5.2). Terjadinya lonjakan tersebut dikarenakan
adanya ekstensifikasi lahan bagi komoditas rumput laut. Hal itu
terlihat dari melonjaknya produksi rumput laut tahun 2010 dari
380.814,66 ton menjadi 814.169,10 ton di tahun 2011 (Tabel
5.2).

C. Sumberdaya Manusia

Perkembangan jumlah rumah tangga dan petani budidaya


perikanan laut di Provinsi Maluku sejak tahun 2006 sampai
dengan tahun 2011 juga bervariasi. Untuk jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 5.5 berikut ini.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


110

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 5.5 Perkembangan Rumah Tangga Perikanan Budidaya Laut


di Provinsi Maluku periode 2006 2011

Tahun Rumah Tangga Perikanan (Unit)

2006 -
2007 716
2008 358
2009 8.745
2010 13.524
2011 17.763
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012

Ini menunjukkan semakin tingginya minat masyarakat untuk


budidaya laut di Provinsi Maluku.

5.2 Budidaya Tambak (Brackish Water Pond)

Kegiatan budidaya tambak di Provinsi Maluku tahun 2011


berkembang lebih baik dari tahun sebelumnya. Luas usaha,
produksi, maupun nilai produksi budidaya tambak di Provinsi
Maluku sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 menunjukan
peningkatan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut:

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


111

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 5.6 Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan


Budidaya Tambak di Provinsi Maluku pada Periode 2006-
2011

Tahun Luas Usaha (Ha) Produksi (Ton) Nilai Produksi (Rp. 1000)

2006 723,50 482,40 11.730.100


2007 726,20 121,30 2.728.100
2008 909,50 180,30 2.958.919
2009 1.188,40 629,30 4.596.887
2010 27,20 800,56 15.375.787
2011 275,40 1.740,80 71.421.650
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012

A. Sumberdaya Potensial

Jenis komoditas perikanan budidaya tambak di provinsi


Maluku ada 3 jenis, yaitu udang windu (Giant tiger prown),
kepiting, dan ikan bandeng (Chanos chanos). Tingginya produksi
udang windu disebabkan karena komoditas ini masih menjadi
primadona masyarakat untuk keperluan konsumsi. Udang windu,
yang nama latinnya Penaeus monodon merupakan jenis udang
yang digemari konsumen karena rasanya yang manis. Masyarakat
pun menyukai daging kepiting dan bandeng untuk dikonsumsi.
Pencapaian produksi dan nilai produksi budidaya tambak di
Maluku tahun 2011 menurut jenis budidayanya selengkapnya
diuraikan pada Tabel 5.7. Dari tabel terlihat jelas bahwa komoditas
udang windu menduduki peringkat tertinggi dalam budidaya
tambak.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


112

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 5.7 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak


di Provinsi Maluku Menurut Jenis Budidaya Tahun 2011

Jenis Budidaya Tambak Produksi (Ton) Nilai Produksi (x Rp. 1000)

Udang Windu 1.400,0 56.000.000

Kepiting 338,0 15.337.650

Bandeng 2,8 84.000

Jumlah 1.740,8 71.421.650

Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012

Di Maluku, hanya terdapat 3 kabupaten yang melaksanakan


budidaya tambak, yaitu Maluku Tengah, Buru, dan Kepulauan
Aru di tahun 2011. Luas usaha, jenis komoditas, produksi dan
nilai produksinya pada tahun 2011 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 5.8.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


113

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 5.8 Luas Usaha, Jenis Komoditas, Produksi dan Nilai Produksi
Perikanan Budidaya Tambak di Provinsi Maluku Tahun
2011

Kabupaten/ Luas Usaha Jenis Produksi Nilai Produksi


Kotamadya (Ha) Komoditas (Ton) (Rp.1000)
Udang Windu 1.400,00 56.000.000
Maluku
267,2 Kepiting - -
Tengah
Ikan Bandeng 2,80 84.000
Udang Windu - -
Buru 4,5 Kepiting 5,90 390.000
Ikan Bandeng - -
Udang Windu - -
Kepulauan
3,7 Kepiting 332,20 14.947.650
Aru
Ikan Bandeng - -
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012

B. Sarana dan Prasarana

Untuk sarana dalam budidaya tambak, dibutuhkan lokasi


usaha pemeliharaan yang memiliki kondisi fisik, kimia, biologi
dan ekologi yang sesuai untuk hidup komoditas yang akan
dibudidayakan. Budidaya tambak di Provinsi Maluku tersebar di 3
kabupaten/kota dari jumlah total 11 kabupaten/kota. Kabupaten/
kota tersebut adalah Maluku Tengah, Buru, dan Kepulauan Aru.
Luas areal budidaya tambak tahun 2011 tercatat seluas 275,40
ha, jauh lebih luas dari tahun sebelumnya yaitu 27,2 ha (Tabel
5.6). Terjadinya lonjakan tersebut dikarenakan ekstensifikasi
lahan bagi komoditas udang windu dan kepiting.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


114

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

C. Sumberdaya Manusia

Walaupun terjadi peningkatan produksi, perkembangan


jumlah rumah tangga dan petani budidaya perikanan tambak di
Provinsi Maluku sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2011
tercatat mengalami penurunan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 5.9 berikut ini.

Tabel 5.9 Perkembangan Rumah Tangga Perikanan Budidaya


Tambak di Provinsi Maluku Periode 2006 2011

Tahun Rumah Tangga Perikanan (Unit)

2006 128

2007 301

2008 307

2009 38

2010 32

2011 24

Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012

Hal tersebut terjadi karena beralihnya petani tambak


menjadi petani budidaya laut, khususnya komoditas rumput laut.
Ini menunjukkan semakin tingginya minat masyarakat untuk
melakukan budidaya laut dengan komoditas rumput laut di
Provinsi Maluku.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


115

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

5.3 Budidaya Kolam

A. SUMBERDAYA POTENSIAL

Kegiatan budidaya kolam di Provinsi Maluku tahun 2011 telah


berkembang lebih baik dari tahun sebelumnya, produksi totalnya
meningkat dari 45,1 ton menjadi 52 ton (Tabel 5.10). Namun hasil
tersebut jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan produksi
antara tahun 2006 sampai 2009 yang rata-rata per tahunnya
sebesar 132,875 ton. Terlihat juga dari luas usaha, produksi,
maupun nilai produksi budidaya kolam di Provinsi Maluku
sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 yang menunjukan
penurunan. Ini menunjukkan bahwa minat masyarakat Maluku
terhadap budidaya kolam semakin berkurang.

Tabel 5.10 Luas Usaha, Produksi dan Nilai Produksi Perikanan


Budidaya Kolam di Provinsi Maluku pada Periode 2006-
2011

Tahun Luas Usaha (Ha) Produksi (Ton) Nilai Produksi (Rp. 1000)

2006 138,00 117,00 1.221.015


2007 153,70 133,60 518.200
2008 408,90 135,00 442.711
2009 234,60 145,90 229.365
2010 14,30 45,10 323.020
2011 20,70 52,00 1.387.990
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


116

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Terdapat hanya 3 jenis komoditas perikanan budidaya


kolam di provinsi Maluku, yaitu ikan mas, ikan mujair, dan
ikan nila. Produksi tertinggi adalah komoditas ikan mas, disusul
dengan ikan nila, dan yang terakhir adalah ikan mujair. Dilihat
dari syarat hidupnya, ketiga komoditas ini termasuk jenis ikan
yang mudah dibiakkan. Tidak salah jika petani kolam banyak
membudidayakannya. Konsumen pun masih meminati ketiga
jenis ikan ini.
Pencapaian produksi dan nilai produksi budidaya kolam di
Maluku tahun 2011 menurut jenis budidayanya selengkapnya
diuraikan pada Tabel 5.11. Dari tabel terlihat jelas bahwa
komoditas ikan nila menduduki peringkat tertinggi dalam
budidaya kolam.

Tabel 5.11 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Kolam


di Provinsi Maluku Menurut Jenis Budidaya Tahun 2011
Jenis Budidaya
Produksi (Ton) Nilai Produksi (x Rp. 1000)
Kolam
Ikan Nila 27,9 498.550
Ikan Mas 17,2 788.340
Ikan Mujair 6,9 101.100
Jumlah 52,0 1.387.990
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012

Tahun 2011 di Maluku, terdapat 4 kabupaten yang


melaksanakan budidaya kolam, yaitu Ambon, Maluku Tengah,
Seram Bagian Barat, dan Buru. Luas usaha, jenis komoditas,
produksi dan nilai produksinya pada tahun 2011 selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 5.12.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


117

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 5.12 Luas Usaha, Jenis Komoditas, Produksi dan Nilai Produksi
Perikanan Budidaya Kolam di Provinsi Maluku Tahun 2011
Kabupaten/ Luas Usaha Jenis Produksi Nilai Produksi
Kotamadya (Ha) Komoditas (Ton) (Rp.1000)
Ikan Nila 1,20 65.050
Ambon 12,5 Ikan Mas 1,30 84.840
Ikan Mujair - -
Ikan Nila 1,30 39.000
Maluku
1,5 Ikan Mas - -
Tengah
Ikan Mujair 2,80 600
Ikan Nila 2,70 54.000
Seram
5,4 Ikan Mas 3,70 92.500
Bagian Barat
Ikan Mujair 6,70 100.500
Ikan Nila 22,70 340.500
Buru 1,3 Ikan Mas 12,20 611.000
Ikan Mujair - -
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012

B. Sarana dan Prasarana

Untuk sarana dalam budidaya kolam, dibutuhkan lokasi


usaha pemeliharaan yang memiliki kondisi fisik, kimia, biologi
dan ekologi yang sesuai untuk hidup komoditas yang akan
dibudidayakan. Budidaya kolam di Provinsi Maluku tersebar di 4
kabupaten/kota dari jumlah total 11 kabupaten/kota. Kabupaten/
kota tersebut adalah Ambon, Maluku Tengah, Seram Bagian Barat,
dan Buru. Keempatnya memiliki sarana bagi budidaya kolam.
Di tahun 2011 juga tercatat bahwa produksi benih ikan nila
dan ikan mas menempati urutan pertama dan ketiga. Masing

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


118

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

masing jumlahnya adalah sebanyak 76.760 dan 36.607 ekor.


Urutan kedua ditempati oleh ikan kerapu, yakni sebanyak 71.997
ekor (Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012).
Luas areal budidaya kolam tahun 2011 tercatat seluas 20,70
ha, jauh lebih luas dari tahun sebelumnya yaitu 14,30 ha (Tabel
5.10). Terjadinya lonjakan tersebut dikarenakan ekstensifikasi
lahan bagi komoditas ikan nila dan ikan mas.

C. Sumberdaya Manusia

Walaupun terjadi peningkatan produksi dari tahun


sebelumnya, perkembangan jumlah rumah tangga dan petani
budidaya perikanan kolam di Provinsi Maluku sejak tahun 2009
sampai dengan tahun 2011 tercatat mengalami penurunan. Ini
menandakan adanya intensifikasi di sektor budidaya kolam pada
tahun 2011. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.13 berikut
ini.

Tabel 5.13
Perkembangan Rumah Tangga Perikanan Budidaya
Kolam di Provinsi Maluku Periode 2006 2011

Tahun Rumah Tangga Perikanan (Unit)


2006 91
2007 77
2008 98
2009 414
2010 165
2011 77
Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Maluku, 2012

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


119

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

5.4 Peta Tematik Perikanan Budidaya

Gambar 5.1
Peta Produksi Perikanan Budidaya Laut

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


120

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 5.2
Peta Produksi Perikanan Budidaya Tambak

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


121

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 5.3
Peta Produksi Perikanan Budidaya Kolam

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


122

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


123

6
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Pengolahan
Hasil Perikanan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


124

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


125

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Berdasarkan cara atau metode pengolahannya jenis


pengolahan ikan dapat dikelompokkan menjadi 10 jenis, yaitu:
pengolahan ikan segar, pengalengan, pembekuan, penggaraman/
pengeringan, pemindangan, pengasapan, fermentasi, pereduksian,
surimi, dan pengolahan lainnya. Selanjutnya, aktivitas usaha
pengolahan hasil perikanan di provinsi Maluku secara umum
masih didominasi oleh usaha skala kecil dan menengah dengan
segala keterbatasannya, diantaranya: lemah dalam pemodalan,
teknologi dan informasi, manajemen dan pemasaran, bersifat
subsisten, dan tersebar secara parsial. Banyaknya unit pengolahan
hasil perikanan menurut Kabupaten/Kota dan klasifikasi usaha
pada tahun 2011 disajikan pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Banyaknya Unit pengolahan Hasil Perikanan Menurut


Kabupaten/Kota dan Klasifikasi Usaha pada Tahun 2011
Unit
Pengolahan
No Kabupaten/ Klasifikasi Pengolahan Hasil Perikanan
Hasil
Kota
Perikanan

Mikro Kecil Menengah Besar

Kab. Maluku
1 Tenggara 19 19 0 0 0
Barat
Kab. Maluku
2 1 1 0 0 0
Tenggara
Kab. Maluku
3 63 60 2 0 1
Tengah
4 Kab. Buru 37 37 0 0 0

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


126

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Unit
Pengolahan
No Kabupaten/ Klasifikasi Pengolahan Hasil Perikanan
Hasil
Kota
Perikanan
Kab.
5 Kepulauan 10 7 1 1 1
Aru
Kab. Seram
6 Bagian 3 3 0 0 0
Barat
Kab. Seram
7 Bagian 59 58 0 1 0
Timur
Kab. Maluku
8 0 0 0 0 0
Barat Daya
Kab. Buru
9 0 0 0 0 0
Selatan
10 Kota Ambon 40 26 2 0 12
11 Kota Tual 32 31 0 0 1
Total 264 242 5 2 15
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi
Maluku Tahun 2011

Besaran volume produksi pengolahan hasil perikanan


menurut kabupaten/kota di Provinsi Maluku disajikan pada
Tabel 6.2. Kabupaten Maluku Tengah memiliki volume produksi
pengolahan yang paling besar yaitu 11.848 ton. Nilai produksi
tersebut sama dengan 41,7% dari total produksi pengolahan hasil
perikanan di provinsi Maluku. Setelah itu, Kabupaten Maluku
Tenggara Barat memiliki volume produksi terbesar kedua di
Provinsi Maluku dengan volume produksi sebesar 25,9% dari
total produksi pengolahan hasil perikanan di provinsi Maluku.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


127

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 6.2 Volume Produksi Pengolahan Hasil Perikanan Menurut


Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku

No Nama Kabupaten/Kota Jumlah (ton)

1 Kab. Maluku Tenggara Barat 7.355


2 Kab. Maluku Tenggara -
3 Kab. Maluku Tengah 11.848
4 Kab. Buru 4.490
5 Kab. Kepulauan Aru 2.365
6 Kab. Seram Bagian Barat -
7 Kab. Seram Bagian Timur 2.179
8 Kab. Maluku Barat Daya 72
9 Kab. Buru Selatan -
10 Kota Ambon 58
11 Kota Tual 37
Total 28.404
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi
Maluku Tahun 2011

Banyaknya tenaga kerja pengolahan ikan menurut kabupaten/


kota dan jenis kelamin tenaga kerja pada tahun 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6.3. Jumlah tenaga kerja pengolahan secara
keseluruhan di provinsi Maluku adalah sebanyak 9.218 orang.
Persentase jumlah tenaga kerja perempuan adalah sebesar 67%.
Secara umum dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja perempuan
lebih banyak dari tenaga kerja laki-laki.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


128

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 6.3 Banyaknya Tenaga Kerja Pengolahan Ikan Menurut


Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tenaga Kerja pada
Tahun 2011

Nama Kabupaten/
No. Tenaga Kerja Pengolahan
Kota

Laki-laki Perempuan Jumlah

Kab. Maluku Tenggara


1 57 95 152
Barat

2 Kab. Maluku Tenggara 73 4 77

3 Kab. Maluku Tengah 488 1.050 1.538

4 Kab. Buru 21 152 173

5 Kab. Kepulauan Aru 252 625 877

Kab. Seram Bagian


6 0 17 17
Barat

Kab. Seram Bagian


7 429 797 1.226
Timur

Kab. Maluku Barat


8 0 0 0
Daya

9 Kab. Buru Selatan 0 0 0

10 Kota Ambon 1.647 3.092 4.739

11 Kota Tual 81 338 419

Total 3.048 6.170 9.218


Sumber : Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi
Maluku Tahun 2011

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


129

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

6.1 Pengolahan Ikan Segar

Komoditas atau produk perikanan baik dari hasil tangkapan


ataupun budidaya harus dijaga agar kondisinya tetap segar atau
prima. Kesegaran ikan itu sendiri menjadi tolak ukur mutu baik
atau jeleknya ikan. Ikan dikatakan segar apabila masih memiliki
sifat-sifat seperti ikan hidup, diantaranya perubahan-perubahan
biokimiawi, mikrobiologik, dan fisikawi belum menyebabkan
kerusakan berat pada ikan. Tingkat kesegaran atau mutu ikan
terbagi menjadi 4 kategori, antara lain:
1. Kesegaran ikan masih baik sekali disebut dengan prima
2. Kesegaran ikan masih baik disebut advanced.
3. Kesegaran ikan sudah mulai mundur disebut sedang
4. Ikan sudah tidak segar lagi/busuk disebut ikan bermutu
rendah/jelek.

Kesegaran ikan dapat ditentukan secara fisik, mikrobiologi


dan biokimiawi. Secara mikrobiologi dapat ditentukan dengan
mengamati nilai Angka Lempeng Total (ALT/TPC), Kapang atau
bakteri-bakteri patogen lainnya yang spesifik terhadap spesies
atau komoditas tertentu. Parameter biokimiawi dapat diukur
melihat nilai Total Volatile Base (TVB), TMA, pH dan parameter-
paramater lainnya. Parameter mikrobiologi dan biokimia tiap
spesies atau komoditas perikanan berbeda, sehingga penanganan
dan tingkat kualitas mutunya pun berbeda. Namun secara umum
dan mudah ikan segar dapat dilihat atau dinilai secara fisik.
Parameter fisik dapat diketahui dengan mengamati tanda-tanda
visualnya menggunakan beberapa parameter. Parameter tersebut
antara lain kenampakan, mata, mulut, sisik, insang, daging, anus,

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


130

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

bau, dan lain-lain. Tanda-tanda ikan masih segar dan sudah tidak
segar disajikan pada Tabel 6.4 dan Tabel 6.5.

Tabel 6.4 Tanda-Tanda Ikan Segar dan Ikan yang Sudah Tidak Segar

Parameter Ikan Segar Ikan Tidak segar

Cerah, terang, mengkilat, tak


Kenampakan Suram, kusam, berlendir
berlendir

Cekung, masuk kedalam


Mata Menonjol keluar
rongga mata

Mulut Terkatup Terbuka

Sisik Melekat kuat Mudah dilepaskan

Insang Merah cerah Merah gelap

Daging Kenyal, lentur Tidak kenyal, lunak

Anus Merah jambu, pucat Merah, menonjol keluar

Segar, normal seperti rumput


Bau Busuk, bau asam
laut

Lain-lain Tenggelam dalam air Terapung diatas air


Sumber : Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi
Maluku Tahun 2011

Tabel 6.5 Tanda-Tanda Udang Segar dan Udang yang Sudah Tidak
Segar

Parameter Udang Segar Udang Tidak segar

Banyak warna merah jambu


Cerah, cemerlang, warna
timbul terutama pada kepala,
Kenampakan asli, udang menurut jenisnya
antena, dan kaki. Banyak
belum berubah
noktah hitam pada kakinya

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


131

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Parameter Udang Segar Udang Tidak segar

Kelabu gelap, pudar, menonjol


Bulat, hitam, mengkilat, tidak
Mata keluar, bola mata melekat
terlalu menonjol keluar
pada tangkai mata

Melekat kuat pada dagingnya, Mudah dilepaskan dari


Kulit tidak berlendir pada dagingnya, lendir tebal pada
permukaan permukaannya

Hubungan antar ruas kuat dan


Hubungan antar ruas, kepala,
kompak, hubungan kepala
Ruas dan tubuh tidak kuat, mudah
dan tubuhnya tidak mudah
dipisahkan
dipisahkan

Kendor, mudah dilepaskan


Kompak (padat), lentur,
Daging dari kulitnya, apabila ditekan
melekat kuat pada kulitnya
dengan jari terasa lengket

Segar, tidak tercampur bau Busuk, bau asam, bau


Bau
asing ammonia
Sumber : Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi
Maluku Tahun 2011

A. Produksi

Produksi pengolahan ikan segar tersebar di dua kabupaten/


kota. Kabupaten/kota tersebut yaitu Kota Ambon dan Kabupaten
Maluku Tenggara. Produksi pengolahan ikan segar di Provinsi
Maluku sebesar 390 ton. Nilai produksi pengolahan segar
tersebut dapat juga dikatakan sebesar 1,37 % dari total produksi
pengolahan yang ada di Provinsi Maluku.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


132

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

B. Unit Pengolahan Ikan Produk Segar

Dalam melakukan pengolahan ikan yang menangani produk


segar dilaksanakan oleh Unit Pengolahan Ikan. Unit Pengolahan
Ikan (UPI) untuk ikan segar ini tersebar di dua kabupaten/kota.
Jumlah total UPI yang tersebar di Provinsi Maluku adalah sebanyak
3 unit. Sebaran UPI penanganan produk segar di Provinsi Maluku
disajikan pada Tabel 6.6.

Tabel 6.6 Sebaran UPI Penanganan Produk Segar di Provinsi Maluku

No. Nama Kabupaten/Kota Penanganan Produk Segar

1 Kota Ambon 2

2 Kab. Maluku Tenggara 1

Total 3

Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi


Maluku Tahun 2011

C. Sumberdaya Manusia

Jumlah tenaga kerja pada UPI penanganan produk ikan segar


di Provinsi Maluku adalah 1267 orang, yang terdiri dari 669 orang
tenaga kerja laki-laki dan 598 orang tenaga kerja perempuan. Kota
Ambon memiliki tenaga kerja pengolah produk segar terbanyak
yaitu sebanyak 1.190 orang. Apabila dilihat perbandingan antara
tenaga kerja laki-laki dengan tenaga kerja perempuan di Provinsi

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


133

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Maluku, secara umum jumlah tenaga kerja perempuan hampir


sama dengan tenaga kerja laki-laki. Jumlah tenaga kerja pada UPI
penanganan produk ikan segar di Provinsi Maluku disajikan pada
Tabel 6.7.

Tabel 6.7 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Penanganan Produk Segar
di Provinsi Maluku

Tenaga Kerja Pengolahan Produk Segar


No. Nama Kabupaten/Kota
Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Kab. Maluku Tenggara 73 4 77

2 Kota Ambon 596 594 1.190

Total 669 598 1.267

Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi


Maluku Tahun 2011

D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan

Kota Ambon merupakan Kabupaten yang memiliki UPI


penanganan produk segar terbanyak di Provinsi Maluku.
Persentase sebaran UPI penanganan produk segar di Kota Ambon
adalah sebesar 67%. Kemudian UPI penanganan produk segar
di Provinsi Maluku ini tersebar di Kabupaten Maluku Tenggara.
Oleh karena itu, apabila dilihat dari persentase sebaran UPI
maka Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tenggara memiliki
potensi pengembangan industri pengolahan produk segar yang
paling besar. Persentase sebaran UPI penanganan produk segar di
Provinsi Maluku dapat dilihat pada Gambar 6.1.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


134

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 6.1
Persentase Pusat Sebaran UPI Penanganan Produk Segar di Provinsi
Maluku

6.2 Pengolahan Pembekuan

Pembekuan dimaksudkan untuk mengawetkan sifat-sifat


alami ikan. Pembekuan menggunakan suhu yang lebih rendah
( -12C sampai -30C), yaitu jauh dibawah titik beku ikan.
Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan
menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan (thawing)
kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti
sebelum dibekukan. Dalam proses pembekuan, bentuk/besar
ikan, cara dan kecepatan pembekuan, turut mempengaruhi mutu,
penampilan (appearance) dan biaya pembekuan. Pada pembekuan
komersial dikenal dua penggolongan yaitu Pembekuan lambat
(slow freezing) dan pembekuan cepat (quick freezing). Fasilitas
pembekuan pun beragam, secara umum proses pembekuan dapat
menggunakan air blast freezer, contact plate freezer, imersion
freezer dan jenis lainnya. Setelah proses pembekuan diperlukan
ruangan penyimpanan dingin atau beku yang biasa disebut cold
storage. Cold Storage mampu menjaga kualitas produk beku tetap

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


135

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

prima dalam jangka waktu yang lama.


A. Produksi

Industri pembekuan di Provinsi Maluku berkembang di lima


Kabupaten/Kota. Total produksi pembekuan di Provinsi Maluku
sebesar 8.246 ton. Nilai tersebut sama dengan 29% dari total
produksi pengolahan pembekuan yang ada di Provinsi Maluku.

B. Unit Pengolah Ikan Pembekuan

Unit Pengolahan Ikan (UPI) pembekuan di Provinsi Maluku


berjumlah 23 UPI. UPI pembekuan di Provinsi Maluku ini
tersebar pada 5 Kabupaten/Kota. Tabel 6.8 menyajikan sebaran
UPI pembekuan di Provinsi Maluku.

Tabel 6.8 Sebaran UPI Pembekuan di Provinsi Maluku

No. Nama Kabupaten/Kota Pembekuan

1 Kota Ambon 12

2 Kab. Maluku Tengah 4

3 Kab. Kepulauan Aru 3

4 Kab. Seram Bagian Timur 3

5 Kota Tual 1

Jumlah 23
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi
Maluku Tahun 2011

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


136

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

C. Sumberdaya Manusia

Jumlah total tenaga kerja pada UPI pembekuan di Provinsi
Maluku adalah 6.642 orang, yang terdiri dari 1.865 orang tenaga
kerja laki-laki dan 4.577 orang tenaga kerja perempuan. Tenaga
kerja pengolah pada UPI pembekuan tersebar di 5 Kabupaten/
Kota. Jumlah tenaga kerja pada UPI pembekuan ini terpusat di
Kota Ambon. Secara umum, jumlah tenaga kerja perempuan lebih
dominan dari jumlah tenaga kerja laki-laki. Jumlah tenaga kerja
pada UPI pembekuan di Provinsi Maluku disajikan pada Tabel
6.9.

Tabel 6.9 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Pembekuan di Provinsi


Maluku
Tenaga Kerja Pembekuan Ikan
No Kabupaten/Kota
Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Kab. Maluku Tengah 326 796 1.122


2 Kab. Kepulauan Aru 243 597 840
Kab. Seram Bagian
243 597 840
3 Timur
4 Kota Ambon 972 2.388 3.360
5 Kota Tual 81 199 280
Total 1.865 4.577 6.442

Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


137

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Maluku Tahun 2011


D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan

Sebaran UPI pembekuan di Provinsi Maluku terpusat di Kota


Ambon. Dimana, persentase sebaran UPI pembekuan di Provinsi
Maluku sebesar 52%. Oleh karena itu, peluang pengembangan
UPI pembekuan ini dapat diarahkan pada Kota Ambon tersebut.
Persentase sebaran UPI pembekuan di Provinsi Maluku dapat
dilihat pada Gambar 6.2.

Gambar 6.2
Persentase Sebaran UPI Pembekuan di Provinsi Maluku

6.3 Pengolahan Penggaraman/Pengeringan

Pengolahan ikan asin adalah proses pengawetan ikan dengan


menggunakan teknik kombinasi penggaraman dan pengeringan.
Proses Penggaraman atau pengasinan juga turut membantu proses
pengeringan ikan. Proses pengasinan diawali dengan proses
pembersihan, kemudian penyiangan, pencucian dan perendaman

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


138

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

ikan dalam larutan garam. Perendaman dilakukan selama lebih


kurang 3 hari, setelah itu dilakukan proses pengeringan untuk
menurunkan kadar air dari dalam tubuh ikan. Proses pengeringan
dapat dilakukan secara alamiah dengan sinar matahari atau secara
mekanik. Proses pengeringan merupakan faktor penentu kualitas
ikan asin. Ikan asin yang terlalu basah atau masih memiliki
kandungan air yang tinggi menghasilkan produk ikan asin dengan
kualitas yang rendah.

A. Produksi

Industri pengasinan di Provinsi Maluku berkembang di


enam kabupaten/kota. Total produksi penggaraman/pengeringan
di Provinsi Maluku adalah sebesar 11.477 ton. Nilai tersebut
sama dengan 40,4% dari total produksi pengolahan yang ada di
Provinsi Maluku.

B. Unit Pengolahan Ikan Penggaraman/Pengeringan

Unit Pengolahan penggaraman/pengeringan yang terdapat


di Provinsi Maluku adalah sebanyak 83 UPI. Unit pengolahan
tersebut tersebar di 2 Kota dan 4 Kabupaten. Sebaran UPI
penggaraman/pengeringan di Provinsi Maluku dapat dilihat pada
Tabel 6.10.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


139

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 6.10 Sebaran UPI Penggaraman/Pengeringan di Provinsi


Maluku

No. Nama Kabupaten/Kota Penggaraman/Pengeringan

1 Kab. Seram Bagian Timur 27

2 Kab. Maluku Tenggara Bara 19

3 Kab. Maluku Tengah 16

4 Kota Tual 15

5 Kab. Buru 4

6 Kota Ambon 2

Jumlah 83

Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi


Maluku Tahun 2011

C. Sumberdaya Manusia

Tenaga kerja pengolah penggaraman/pengeringan ini tersebar


di 6 kabupaten/kota. Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki
tenaga kerja pengolah produk penggaraman terbanyak yaitu
sebanyak 197 orang, yang terdiri dari 116 orang tenaga kerja
laki-laki dan 81 orang tenaga kerja perempuan. Jumlah total
tenaga kerja pada UPI penggaraman/pengeringan di Provinsi
Maluku adalah 602 orang dengan 40% tenaga kerja laki-laki
dan 60% tenaga kerja perempuan. Jumlah tenaga kerja pada UPI
penggaraman/pengeringan di Provinsi Maluku disajikan pada
Tabel 6.11.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


140

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 6.11
Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Penggaraman/
Pengeringan di Provinsi Maluku
Tenaga Kerja Penggaraman Ikan
No Kabupaten/Kota
Laki-laki Perempuan Jumlah
Kab. Maluku Tenggara
1 57 95 152
Barat
2 Kab. Maluku Tengah 67 76 143
3 Kab. Buru 0 20 20
Kab. Seram Bagian
4 116 81 197
Timur
5 Kota Ambon 3 12 15
6 Kota Tual 0 75 75
Total 243 359 602

Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi


Maluku Tahun 2011

D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan

Sebaran UPI penggaraman/pengeringan di Provinsi Maluku


ini terpusat di 6 kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Seram Bagian
Timur, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Maluku
Tengah, Kota Tual, Kabupaten Buru dan Kota Ambon. Apabila
melihat persentase sebaran UPI di provinsi Maluku, dapat
dikatakan bahwa Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten
Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Maluku Tengah dan Kota
Tual tersebut memiliki potensi pengembangan yang lebih besar
dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Persentase pusat
sebaran UPI penggaraman/pengeringan ini dapat dilihat pada

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


141

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 6.3
Persentase Pusat Sebaran UPI Penggaraman/Pengeringan
di Provinsi Maluku

6.4 Pengolahan Pemindangan

A. Produksi

Industri pemindangan yang terdapat di Provinsi Maluku baru


berkembang di dua kabupaten. Kabupaten yang mengembangkan
pengolahan pemindangan tersebut adalah Kabupaten Seram
Bagian Barat dan Kabupaten Maluku Tengah.

B. Unit Pengolahan Ikan Pemindangan

Jumlah UPI pemindangan yang berkembang di Provinsi


Maluku berjumlah 4 unit. Unit Pengolahan Ikan tersebut tersebar
di dua kabupaten. Sebaran UPI pemindangan di Provinsi Maluku
dapat dilihat pada Tabel 6.12.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


142

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 6.12 Sebaran UPI Pemindangan di Provinsi Maluku

No. Nama Kabupaten/Kota Pemindangan

1 Kab. Seram Bagian Barat 3


2 Kab. Maluku Tengah 1
Total 4

Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi


Maluku Tahun 2011

C. Sumberdaya Manusia

Jumlah total tenaga kerja pada UPI pemindangan di Provinsi
Maluku adalah 22 orang dengan persentase jumlah tenaga kerja
perempuan adalah 100%. Kabupaten Seram Bagian Barat memiliki
tenaga kerja pengolah produk segar terbanyak yaitu sebanyak 17
orang. Jumlah tenaga kerja pada UPI pemindangan di Provinsi
Maluku disajikan pada Tabel 6.13.

Tabel 6.13 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Pemindangan di Provinsi


Maluku
Tenaga Kerja Pemindangan Ikan
No Kabupaten/Kota
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kab. Maluku Tengah 0 5 5
2 Kab. Seram Bagian Barat 0 17 17
Total 0 22 22

Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi


Maluku Tahun 2011

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


143

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan

Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan kabupaten yang


memiliki jumlah UPI pemindangan terbanyak di Provinsi Maluku.
Persentase jumlah UPI pemindangan yang terdapat di Kabupaten
Seram Bagian Barat adalah sebesar 75%. Kemudian, Kabupaten
Maluku tengah memiliki persentase jumlah UPI sebesar 25%.
Oleh karena itu, dengan melihat jumlah sebaran UPI pemindangan
maka kedua kabupaten tersebut memiliki potensi pengembangan
industri pengolahan pemindangan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kabupaten/kota lainnya. Persentase pusat sebaran UPI
pemindangan di Provinsi Maluku dapat dilihat pada Gambar 6.4.

Gambar 6.4
Persentase Pusat Sebaran UPI Pemindangan di Provinsi Maluku

6.5 Pengolahan Pengasapan/Pemanggangan

A. Produksi

Industri pengasapan di Provinsi Maluku berkembang di empat


kabupaten/kota. Total produksi pengasapan/pemanggangan di
Provinsi Maluku sebesar 117 ton. Nilai tersebut sama dengan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


144

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

44,3% dari total produksi pengolahan yang ada di Provinsi


Maluku.

B. Unit Pengolahan Ikan Pengasapan/Pemanggangan

Unit Pengolah Ikan pengasapan/pemanggangan di Provinsi


Maluku tersebar pada empat kabupaten/kota. Jumlah UPI
pengasapan/ pemanggangan di Provinsi Maluku adalah sebanyak
117 UPI. Sebaran UPI pengasapan/pemanggangan di Prpinsi
Maluku disajikan pada Tabel 6.14.

Tabel 6.14 Sebaran UPI Pengasapan/Pemanggangan di Provinsi


Maluku
No. Nama Kabupaten/Kota Pengasapan/Pemanggangan

1 Kab. Maluku Tengah 38


2 Kab. Buru 33
3 Kab. Seram Bagian Timur 23
4 Kota Ambon 23
Total 117
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi
Maluku Tahun 2011

C. Sumberdaya Manusia

Kabupaten Maluku Tengah memiliki tenaga kerja pengolah


pengasapan/pemanggangan terbanyak yaitu sebanyak 252 orang
yang terdiri dari 95 orang tenaga kerja laki-laki dan 157 orang
tenaga kerja perempuan. Jumlah total tenaga kerja pada UPI
pengasapan/pemanggangan di Provinsi Maluku adalah 740 orang

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


145

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

dengan persentase jumlah tenaga kerja laki-laki adalah 35% dan


persentase jumlah tenaga kerja perempuan adalah 65%. Tenaga
kerja pengolah pengasapan/pemanggangan ini tersebar di empat
kabupaten/kota. Jumlah tenaga kerja pada UPI pengasapan/
pemanggangan di Provinsi Maluku disajikan pada Tabel 6.15.

Tabel 6.15
Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Pengasapan/
Pemanggangan di Provinsi Maluku
No Kabupaten/Kota Tenaga Kerja Pengasapan Ikan

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Kab. Maluku Tengah 95 157 252


2 Kab. Buru 21 132 153
3 Kab. Seram Bagian Timur 70 95 165
4 Kota Ambon 76 94 170
Total 262 478 740
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi
Maluku Tahun 2011

D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan

Kabupaten Maluku Tengah merupakan kabupaten/kota


dengan persentase sebaran UPI pengasapan/pemanggangan
terbesar yaitu sebesar 32%. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Buru
dengan persentase sebaran UPI sebesar 28 %. Dengan demikian,
Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Buru memiliki potensi
pengembangan industri pengolahan ikan asap yang lebih tinggi
dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Persentase sebaran UPI
pengasapan/pemanggangan di Provinsi Maluku dapat dilihat pada
Gambar 6.5.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


146

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 6.5
Persentase Sebaran UPI Pengasapan/Pemanggangan di Provinsi
Maluku

6.6 Pengolahan Fermentasi

A. Produksi

Jenis produksi fermentasi yang biasanya dikembangkan


seperti ikan peda, jambal roti, jambal roti tawar, jambal roti
asin, terasi dan kecap ikan. Produk fermentasi sangat popular
dikarenakan cita rasanya yang khas. Selain itu, produk fermentasi
tercatat memiliki kandungan gizi yang sederhana sehingga lebih
mudah diserap oleh tubuh.
Industri fermentasi di Provinsi Maluku berkembang di dua
kabupaten yaitu Kabupaten Kepulauan Aru dan Kabupaten
Maluku Tengah. Total produksi pengolahan fermentasi di Provinsi
Maluku sebesar 11 ton. Nilai tersebut sama dengan 4,2% dari
total produksi pengolahan yang ada di Provinsi Maluku.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


147

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

B. Unit Pengolahan Ikan Fermentasi

Di Provinsi Maluku, jumlah Unit Pengolahan Ikan (UPI)


fermentasi sebanyak 11 UPI. UPI fermentasi ini tersebar pada 2
kabupaten. Tabel 6.16 menyajikan sebaran UPI fermentasi yang
terdapat di Provinsi Maluku.

Tabel 6.16 Sebaran UPI Fermentasi di Provinsi Maluku


No. Nama Kabupaten/Kota Fermentasi

1 Kab. Kepulauan Aru 7


2 Kab. Maluku Tengah 4
Total 11
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi
Maluku Tahun 2011

C. Sumberdaya Manusia

Jumlah total tenaga kerja pada UPI fermentasi di Provinsi


Maluku adalah 53 orang. Pada UPI fermentasi, jumlah tenaga
kerja perempuan mendominasi dibandingkan dengan jumlah
tenaga kerja laki-laki. Persentase jumlah tenaga kerja perempuan
adalah 83% dan tenaga kerja laki-laki adalah 17%. Tenaga kerja
pengolah pada UPI fermentasi ini tersebar di dua kabupaten.
Kabupaten Kepulauan Aru memiliki tenaga kerja fermentasi
terbanyak yaitu sebanyak 37 orang, sedangkan Kabupaten Maluku
Tengah memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 16 orang. Jumlah
tenaga kerja pada UPI fermentasi di Provinsi Maluku disajikan
pada Tabel 6.17.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


148

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 6.17 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Fermentasi di Provinsi


Maluku
Tenaga Kerja Peragian Ikan
No. Nama Kabupaten/Kota
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kab. Maluku Tengah 0 16 16
2 Kab. Kepulauan Aru 9 28 37
Total 9 44 53
Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi
Maluku Tahun 2011

D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan

Kabupaten Kepulauan Aru merupakan Kabupaten dengan


persentase sebaran UPI terbanyak di Provinsi Maluku, yaitu
sebesar 64%. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Maluku Tengah
dengan persentase sebaran UPI sebesar 36%. Dengan demikian,
Kabupaten Kepulauan Aru dan Kabupaten Maluku Tengah
memiliki potensi pengembangan industri pengolahan fermentasi
paling besar. Persentase pusat sebaran UPI fermentasi di Provinsi
Maluku dapat dilihat pada Gambar 6.6.

Gambar 6.6
Persentase Pusat Sebaran UPI Fermentasi di Provinsi Maluku

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


149

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

6.7 Pengolahan Lainnya

A. Produksi

Industri pengolahan lainnya di Provinsi Maluku berkembang


di tiga kabupaten/kota. Kabupaten/kota pengolahan lainnya
tersebut antara lain Kota Tual, Kabupaten Seram Bagian Timur
dan Kota Ambon. Total produksi pengolahan lainnya pada
provinsi Maluku adalah 23 ton. Nilai tersebut sama dengan 8,7%
dari total produksi pengolahan yang ada di Provinsi Maluku.

B. Unit Pengolahan Ikan Lainnya

Unit Pengolahan Ikan (UPI) pengolahan lainnya di Provinsi


Maluku tersebar pada 3 kabupaten/kota. Jumlah UPI pengolahan
lainnya di Provinsi Maluku adalah sebanyak 23 UPI. Sebaran UPI
pengolahan lainnya di Provinsi Maluku disajikan pada Tabel 6.18.

Tabel 6.18 Sebaran UPI Pengolahan Lainnya di Provinsi Maluku

No. Nama Kabupaten/Kota Pengolahan Lainnya

1 Kota Tual 16
2 Kab. Seram Bagian Timur 6
3 Kota Ambon 1
Total 23

Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi


Maluku Tahun 2011

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


150

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

C. Sumberdaya Manusia

Jumlah total tenaga kerja pada UPI pengolahan lainnya di


Provinsi Maluku adalah 92 orang yang keseluruhannya adalah
tenaga kerja perempuan. Kota Tual memiliki jumlah tenaga kerja
pengolah produk lainnya yang paling banyak yaitu sebanyak 64
orang. Jumlah tenaga kerja pada UPI penanganan produk lainnya
di Provinsi Maluku disajikan pada Tabel 6.19.

Tabel 6.19 Jumlah Tenaga Kerja pada UPI Penanganan Produk


Lainnya di Provinsi Maluku

Tenaga Kerja Pengolahan Ikan Lainnya


No. Nama Kabupaten/Kota
Laki-laki Perempuan Jumlah

Kab. Seram Bagian


1 0 24 24
Timur

2 Kota Ambon 0 4 4

3 Kota Tual 0 64 64

Total 0 92 92

Sumber: Statistik Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Provinsi


Maluku Tahun 2011

D. Potensi Pengembangan Industri Pengolahan

UPI pengolahan ikan lainnya paling banyak terdapat di Kota


Tual dengan persentase sebaran UPI sebesar 70%. Kemudian,
Kabupaten Seram Bagian Timur dengan persentase sebaran
sebesar 26%. Apabila dilihat dari persentase sebaran UPI maka
Kota Tual dan Kabupaten Seram Bagian timur memiliki potensi

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


151

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

pengembangan yang lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten/


Kota lainnya. Persentase pusat sebaran UPI pengolahan lainnya di
Provinsi Maluku disajikan pada Gambar 6.7.

Gambar 6.7
Persentase Pusat Sebaran UPI Pengolahan Lainnya di Provinsi
Maluku

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


152

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

6.8 Peta Tematik Pengolahan Produk Perikanan

Gambar 6.8
Peta Produksi Pengolahan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


153

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 6.9
Peta Unit Pengolahan Ikan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


154

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 6.10
Peta Penyerapan SDM Pengolahan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


155

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 6.11
Peta Pengolahan Ikan Segar

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


156

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 6.12
Peta Pengolahan Ikan Pembekuan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


157

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 6.13
Peta Pengolahan Ikan Penggaraman

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


158

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 6.14
Peta Pengolahan Ikan Pemindangan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


159

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 6.15
Peta Pengolahan Ikan Pengasapan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


160

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 6.16
Peta Pengolahan Ikan Fermentasi

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


161

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Gambar 6.17
Peta Pengolahan Ikan Lainnya

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


162

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


163

7
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Kelautan, Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


164

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


165

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

7.1 Potensi

Provinsi Maluku memiliki 9 kabupaten dan 2 kota. Kabupaten/


kota tersebut antara lain Kota Ambon, Kabupaten Maluku
Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram
Bagian Timur, Kabupaten Buru, Kabupaten Maluku Tenggara,
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Kepulauan Aru,
Kota Tual, Kabupaten Buru Selatan dan Kabupaten Maluku Barat
Daya. Kondisi alam di wilayah pesisir dan pantai Maluku banyak
dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Potensi pariwisata bahari
di wilayah pesisir dan pantai antara lain adalah keindahan alam
pesisir dan pantai, renang, diving, snorkling, goa bawah laut
dan keindahan bawah laut dan selancar angin. Jumlah lokasi
pariwisata bahari di Provinsi Maluku sebanyak 180 lokasi.
Daerah pesisir yang memiliki potensi pariwisata bahari antara
lain Kota Ambon, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten
Buru, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, Kabupaten Kepulauan Aru, Kota Tual, Kabupaten Buru
Selatan dan Kabupaten Maluku Barat Daya. Jenis pariwisata
bahari yang terdapat di wilayah pesisir didukung oleh keindahan
pantainya. Selain itu banyaknya jumlah wisata bahari di Provinsi
Maluku disebabkan wilayah Maluku yang memiliki banyak
wilayah yang berbatasan dengan laut. Kabupaten yang memiliki
lokasi pariwisata bahari terbanyak adalah Kabupaten Maluku
Tenggara Barat.
Jenis pariwisata bahari yang dapat paling banyak dinikmati
terdapat di Kota Tual yaitu jenis keindahan alam pesisir dan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


166

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

pantai dengan data jumlah pengunjung sebanyak 7.200 orang/


tahun dengan jenis wisata buatan. Jumlah pengunjung terbanyak
kedua di Provinsi Maluku adalah wisata keindahan alam pesisir
dan pantai di Kabupaten Buru dengan jumlah pengunjung
4.236 orang/tahun yang merupakan wisata buatan. Banyaknya
pengunjung di Kabupaten Buru disebabkan murahnya biaya
masuk ke tempat wisata. Jenis pariwisata bahari yang terdapat di
Kabupaten Buru, Kepulauan Aru, Maluku Tenggara Barat sangat
bervariasi yaitu berupa: selancar angin, renang, diving, snorkling,
goa bawah laut dan keindahan bawah laut. Sedangkan kabupaten
lain minimal memiliki keindahan alam pesisir dan pantai. Selain
kabupaten yang memiliki potensi wisata bahari, ada juga kabupaten
yang tidak memiliki potensi untuk kegiatan wisata bahari yaitu
Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Maluku Tengah.
Potensi pariwisata bahari di masing-masing kabupaten/kota di
Provinsi Maluku disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 7.1 Potensi Pariwisata Bahari Tiap Kabupaten/Kota di


Provinsi Maluku

Kabupaten/Kota Jenis Pariwisata Lokasi Pariwisata

Pantai Pulau Oki


Kabupaten Buru Selatan 2 Pantai Wamsisi
Pantai Wailua

Pantai Jikumerasa
Pantai Mutiara Sanleko
Kabupaten Buru 6 Teluk Bara
Wamlana
Air Buaya

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


167

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Kabupaten/Kota Jenis Pariwisata Lokasi Pariwisata

Rar Gwamar
Kora Ever
Kabupaten Kepulauan Aru 4
Papalesiran
Pantai Durjela

Kota Ambon 2

Pantai Difur
Kota Tual 6 Pulau Adranan
Pulau Tayando

Pantai Natsepa
Pantai Liang
Kabupaten Maluku
3 Pantai Kuako
Tengah
Pantai Sawai
Pantai Rutah

Kabupaten Maluku
1
Tenggara

Desa Olilit
Pantai Nustabun
Pantai Angwarmase
Kabupaten Maluku Pantai Selaru
1
Tenggara Barat Desa Lauran
Desa Lorulun
Tumbur
Desa Sangliat

Gumumae Beach
Kabupaten Seram Bagian
2 Englas Beach
Timur
Danau Air Asin Solle

Sumber: Laporan Data Statistik KP3K Kab/Kota Tahun 2011, Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Maluku.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


168

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

7.2 Sarana dan Prasarana Pariwisata Bahari

1) Aksesibilitas

Provinsi Maluku, dalam hal dukungan untuk pariwisata bahari


menyediakan aksesibilitas menuju lokasi pariwisata tersebut.
Berdasarkan Data Kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K)
Maluku tahun 2010, aksesibilitas lokasi pariwisata yaitu :
(1) Angkutan Darat
a. Roda Empat
b. Roda Dua
(2) Angkutan Air/Laut
(3) Angkutan Udara

Aksesibilitas menuju lokasi pariwisata bahari di Provinsi


Maluku didominasi dengan angkutan umum roda dua yang
mencapai 82,9%. Tidak terdapat angkutan umum roda tiga.
Sedangkan angkutan darat roda empat dan angkutan laut memiliki
proporsi yang sama yaitu 8,4%. Angkutan udara yang digunakan
untuk aksesibilitas menuju tempat wisata hanya terdapat satu
yaitu di Kabupaten Buru Selatan. Jumlah dan jenis transportasi
menuju lokasi pariwisata bahari di Provinsi Maluku disajikan
pada tabel di bawah ini.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


169

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 7.2 Jumlah dan Jenis Transportasi Menuju Lokasi Pariwisata


Bahari di Provinsi Maluku

Kabupaten/Kota Berpesisir Jenis Transportasi (unit)

Roda empat 10, roda dua 55, angkutan


Kabupaten Buru Selatan
udara 1, angkutan laut 15

Roda empat 42, roda dua 457, angkutan


Kabupaten Buru
laut 27

Kota Tual Angkutan air/laut 10

Roda Empat :52


Roda Dua : 512
TOTAL
Perahu/Angkutan Air : 52
Angkutan Udara : 1

Sumber: Laporan Data Statistik KP3K Kab/Kota Tahun 2011, Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Maluku.

2) Penginapan

Prasarana penginapan pada lokasi wisata bahari merupakan


salah satu bagian penting dalam kegiatan pariwisata bahari. Di
Provinsi Maluku terdapat 101 unit penginapan yang berlokasi
di kawasan pesisirnya. Jumlah penginapan terbanyak berada
di kawasan wisata bahari Kabupaten Buru, dengan jumlah
penginapan sebanyak 20 penginapan atau sebanyak 56%. Jumlah
penginapan terbanyak selanjutnya di Provinsi Maluku adalah
Kabupaten Kepulauan Aru 25%, Kabupaten Maluku Tengah 17%,
terakhir Kabupaten Tual yang hanya memiliki 1 penginapan (2%).
Jumlah penginapan di tiap kabupaten/kota di Provinsi Maluku
dapat dilihat pada tabel 7.3

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


170

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 7.3 Jumlah Penginapan di Lokasi Wisata Bahari Provinsi


Maluku

Kabupaten/Kota Berpesisir Jumlah (unit)

Kabupaten Buru 20

Kabupaten Kepulauan Aru 9

Kota Tual 1

Kabupaten Maluku Tengah 6

Jumlah 36
Sumber: Laporan Data Statistik KP3K Kab/Kota Tahun 2011, Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Maluku.

3) Kedai/Rumah Makan

Kedai atau rumah makan yang berada di kawasan wisata bahari


menyediakan makanan bagi para wisatawan yang datang. Rumah
makan yang berada di kawasan wisata bahari di Provinsi Maluku
paling banyak terdapat di Kabupaten Maluku Tengah. Kabupaten
lain yang memiliki jumlah kedai/rumah makan yang banyak
adalah Kabupaten Buru, Kota Tual dan Kabupaten Kepulauan
Aru. Jumlah kedai/rumah makan pada setiap kabupaten/kota
lokasi wisata bahari sebagai penunjang wisata bahari disajikan
pada tabel 7.4.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


171

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 7.4 Jumlah Kedai/Rumah Makan di Lokasi Wisata Bahari


Provinsi Maluku

Kabupaten/Kota Berpesisir Jumlah (unit)

Kabupaten Buru 17

Kabupaten Kepulauan Aru 8

Kota Tual 10

Maluku Tengah 31

Jumlah 66

Sumber: Laporan Data Statistik KP3K Kab/Kota Tahun 2011, Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Maluku.

7.3 Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia yang dimaksud disini merupakan jumlah


tenaga kerja yang terserap dari adanya kegiatan pariwisata bahari.
Baik dari sisi pariwisata itu sendiri, penginapan dan kedai/rumah
makan. Jumlah tenaga kerja yang terserap di Provinsi Maluku dari
sektor pariwisata bahari yaitu sejumlah 201 orang. Komposisi
penyerapan sumberdaya terbesar terdapat di Kabupaten Maluku
Tengah dan Kabupaten Buru yang mencapai 39,3% dan 37,3%
dari total jumlah sumnberdaya. Secara berurutan kemudian
diikuti oleh Kota Tual (12,4%) dan Kabupaten Kepulauan Aru
(11%). Jumlah masing-masing tenaga kerja yang terserap karena
adanya kegiatan wisata bahari di Provinsi Maluku disajikan pada
tabel di bawah ini.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


172

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Tabel 7.5 Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Wisata Bahari Provinsi


Maluku

Kabupaten/Kota Berpesisir Jumlah (orang)

Kabupaten Buru 76

Kabupaten Kepulauan Aru 21

Kota Tual 25

Kabupaten Maluku Tengah 79

Jumlah 201

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


173

8
PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Kebijakan
Bidang Kelautan dan
Perikanan
Di Provinsi Maluku

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


174

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


175

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Sejumlah dokumen perencanaan pembangunan yang akan


ditinjau dalam rangka penyusunan profil kebijakan bidang
kelautan dan perikanan di Provinsi Maluku adalah: Rancangan
Peraturan Presiden RI Tentang Rencana Tata Ruang (RTR)
Kepulauan Maluku, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Daerah Provinsi Maluku Tahun 2008 20131, dan
Rencana Pengembangan Kawasan Lumbung Ikan Nasional (LIN)
Maluku.

8.1 Rencana Tata Ruang (RTR) Kepulauan Maluku

A. Tujuan dan Kebijakan

Salah satu tujuan penetapan Rencana Tata Ruang (RTR)


Kepulauan Maluku adalah untuk menciptakan keseimbangan
pemanfaatan ruang wilayah darat, laut, pesisir, dan pulau-pulau
kecil dalam satu kesatuan wilayah kepulauan Maluku (termasuk
di dalamnya Provinsi Maluku). Dalam hal ini RTR Kepulauan
Maluku akan menjadi acuan, antara lain dalam memadukan
penataan ruang wilayah darat, laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil
di Kepulauan Maluku dalam satu kesatuan ekosistem Kepulauan
Maluku.
RTR Kepulauan Maluku disusun antara lain berdasarkan
kepada kebijakan:
1) Mengembangkan kota-kota pesisir sebagai pusat
pelayanan kegiatan industri kemaritiman terpadu yang
merupakan sektor basis dengan dukungan prasarana dan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


176

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

sarana yang memadai, khususnya tansportasi, energi, dan


sumber daya air.
2) Memacu pertumbuhan ekonomi wilayah Kepulauan
Maluku melalui pengembangan sektor-sektor unggulan
yang berbasis sumber daya setempat dan meningkatkan
keterkaitan antar pusat-pusat pertumbuhan (growth
centers) di darat, pesisir, dan pulau-pulau kecil.
Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Kepulauan
Maluku meliputi upaya untuk mengembangkan pusat indutri
pengolahan hasil kelautan dan perikanan melalui pembangunan
prasarana dan sarana perkotaan dan pemukiman. Hal ini sejalan
dengan program industrialisasi kelautan dan perikanan yang
dicanangkan oleh KKP.

B. Kawasan Lindung Yang Terkait Bidang Kelautan dan


Perikanan

Pola ruang kawasan lindung yang terkait dengan bidang


Kelautan dan Perikanan di Provinsi Maluku dalam Rancangan
RTR Kepulauan Maluku adalah: kawasan perlindungan setempat,
serta kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya.

Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat di Provinsi Maluku dalam


Rancangan RTR Kepulauan Maluku mencakup: sempadan pantai,
sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan
sekitar mata air.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


177

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Pemanfaatan ruang pada kawasan yang memberikan


perlindungan setempat meliputi upaya untuk:
a) Melindungi kawasan pantai dari gangguan kegiatan yang
mengganggu kelestarian fungsi pantai;
b) Melindungi sungai dari kegiatan budidaya penduduk
yang dapat meng-ganggu dan/atau merusak kualitas air
sungai, kondisi fisik bantaran sungai dan dasar sungai,
serta mengamankan aliran sungai; serta
c) Melindungi danau/waduk dari kegiatan budidaya yang
dapat menggang-gu dan/atau merusak kualitas air danau
serta kelestarian fungsi danau/ waduk.

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya


di Provinsi Maluku dalam Rancangan RTR Kepulauan Maluku,
antara lain mencakup kawasan: cagar alam laut, taman nasional
laut, serta taman wisata alam laut.
Pemanfaatan ruang pada kawasan suaka alam, pelestarian
alam, dan cagar budaya meliputi upaya untuk:
a) Mengelola kawasan cagar alam (CA), antara lain CA:
Masbait (6.250 ha), Sahuwai (18,62 ha), Pulau Pombo
( 4,68 ha), Pulau Nustaram (2.420 ha), Pulau Nuswotar
(2.052 ha), Pulau Larat (4.505 ha), Daab (14.218 ha),
Bekau Huhun (128.886,4 ha), Tafermaar (3.039,3 ha),
Pulau Angwarmase (295 ha), Pulau Pombo (4,68 ha),
Laut Kep. Aru Tenggara (114.000 ha), dan Laut Banda
(2.500 ha).

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


178

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

b) Mengelola Taman Wisata Alam (TWA), antara lain


meliputi TWA: Pulau Marsegu dsk (11.000 ha), dan
Taman Laut Banda (280 ha).
c) Taman Wisata Alam Laut yang meliputi TWA: Laut
Banda (2.500 Ha), Laut Pulau Kassa (1.100 Ha), Laut P.
Marsegu dsk (11.000 Ha), dan Laut Pulau Pombo (1.000
Ha).

C. Kawasan Budidaya Yang Terkait Bidang Kelautan dan


Perikanan

Pola ruang kawasan budidaya di Provinsi Maluku dalam


Rancangan RTR Kepulauan Maluku yang terkait dengan bidang
Kelautan dan Perikanan meliputi: kawasan budidaya kelautan dan
perikanan, kawasan pariwisata, kawasan indus-tri, dan kawasan
andalan laut.

Kawasan Budidaya Kelautan dan Perikanan

Pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya kelautan dan


perikanan di Kepulauan Maluku (di dalamnya termasuk Provinsi
Maluku) meliputi upaya untuk:
a) Mengoptimalkan pemanfaatan potensi perikanan
tangkap dan budidaya secara berkelanjutan melalui
pengembangan pusat-pusat kegiatan per-ikanan yang
terpadu dengan pusat-pusat koleksi dan distribusi;
b) Mendorong peningkatan nilai tambah manfaat hasil-
hasil perikanan yang didukung oleh fasilitas pelayanan

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


179

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

informasi dan jasa terpadu serta industri pengolahan ikan


yang memiliki dukungan akses yang baik ke pasar; serta;
c) Mengembangkan kerjasama perdagangan/pemasaran
dengan daerah-daerah produsen lainnya dan kerjasama
perdagangan antar negara.
Adapun prioritas penanganannya adalah meliputi:
Budidaya laut di wilayah pantai barat dan selatan P.
Seram, pantai selatan P. Buru, Kep. Aru, Kep. Kei, Kep.
Yamdena, P. Bacan, dan P. Obi.
Perikanan tangkap di wilayah pesisir Ambon, P. Buru,
Laut Banda, Kep. Aru, Kep. Yamdena, dan sebelah utara
P. Seram.

Kawasan Peruntukan Industri

Berkaitan dengan kebijakan percepatan industrialisasi kelautan


dan perikanan (berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan RI Nomor Tahun 2012 tentang Industrialisasi Kelautan
dan Perikanan), maka perlu dilakukan peninjauan terhadap pola
pemanfaatan ruang untuk kawasan industri di Provinsi Maluku,
khususnya yang terkait dengan bidang kelautan dan perikanan.
Pemanfaatan ruang pada kawasan industri meliputi upaya
untuk:
a) Mendorong pengembangan industri pengolahan
dan agroindustri untuk meningkatkan nilai tambah
sektor-sektor produksi wilayah, diantaranya pertanian
(pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, dan
perikanan); serta

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


180

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

b) Memberikan prioritas penanganan kawasan-kawasan


industri yang meliputi kawasan industri di Kabupaten
Maluku Tengah.

Kawasan Pariwisata

Berkaitan dengan kebijakan pengembangan pariwisata bahari,


maka perlu dilakukan peninjauan terhadap pola pemanfaatan
ruang untuk kawasan pariwisata di Provinsi Maluku, khususnya
pariwisata bahari.
Pemanfaatan ruang kawasan pariwisata meliputi upaya untuk:
a) Meningkatkan nilai manfaat keanekaragaman hayati melalui
pengembangan kegiatan wisata alam maupun bahari;
b) Membentuk badan pengelola kawasan wisata yang
melibatkan stakeholder terkait; serta
c) Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan
kegiatan wisata.
Adapun prioritas penanganannya antara lain adalah
mengembangkan wisata bahari di pesisir: kawasan Ambon, Pulau
Seram, Pulau Banda, dan Pulau Kei.

D. Kawasan Andalan, Kawasan Andalan Laut, serta


Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Gugus Pulau)

Untuk mendukung pemerataan pemanfaatan ruang nasional


telah ditetap-kan kawasan andalan dan kawasan andalan laut
di Kepulauan Maluku, sebagai-mana disebutkan dalam RTRW
Nasional.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


181

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Pemanfaatan ruang pada kawasan andalan antara lain meliputi


upaya untuk:
1) Meningkatkan nilai tambah hasil-hasil produksi kawasan
melalui pengembangan industri: maritim, agroindustri,
manufaktur, dan petro-kimia.
2) Meningkatkan fungsi dan kualitas pelayanan prasarana
dan sarana kawasan; serta
3) Menciptakan iklim investasi yang kondusif pada kawasan
andalan.
Adapun pemanfaatan ruang pada kawasan andalan laut
meliputi upaya untuk:
1) Mengembangkan potensi sumberdaya kelautan secara
optimal dengan memperhatikan prinsip-prinsip
konservasi dan pembangunan berkelanjutan;
2) Mengembangkan pusat pengolahan hasil produksi
kelautan untuk me-ningkatkan nilai tambahnya termasuk
pengembangan pelabuhan khusus untuk mendukung
kegiatan ekspor-impor;
3) Meningkatkan aksesibilitas dari kawasan andalan laut ke
kota-kota di wilayah pesisir dan tujuan-tujuan pemasaran
melalui pembangunan pra-sarana dan sarana transportasi;
4) Mengurangi tingkat dampak pengembangan kawasan
andalan laut terhadap kawasan lindung di sekitarnya;
serta
5) Mengembangkan potensi dan fungsi pulau-pulau kecil
atau gugus pulau sebagai pendorong kegiatan ekonomi
lokal, regional dan nasional melalui pengembangan
investasi, khususnya pada bidang pariwisata bahari.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


182

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Ada sejumlah kawasan prioritas dalam penanganan kawasan


andalan, andalan laut, serta wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
atau gugus pulau. Prio-ritas penanganan kawasan andalan meliputi
Kawasan Andalan: Seram, Kei, Aru, P.Wetar, P.Tanimbar, dan
Buru. Prioritas penanganan pada kawasan andalan laut meliputi
Kawasan Andalan Laut: Banda dsk, Banda-Arafuru dsk, serta
Batutoli. Adapun prioritas penanganan pada wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil atau gugus pulau meliputi: pulau-pulau kecil
atau gugus pulau di Wilayah Pesisir Maluku, seperti: P. Karang, P.
Enu, dan P. Batugoyang.

8.2 RPJM Daerah Provinsi Maluku Tahun 2008-2013

A. Visi dan Misi

Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa


Barat Tahun 2008 2013 adalah Membangun Maluku yang
Sejahtera, Rukun, Religius, dan Berkualitas Dijiwai Semangat
Siwalima Berbasis Kepulauan Secara Berkelanjutan. Dalam
upaya mewujudkan visi tersebut, ada 4 (empat) misi yang akan
dilakukan dalam periode 2008 2013, yaitu:
1) Mewujudkan Masyarakat Maluku Yang Sejahtera;
2) Mewujudkan Masyarakat Maluku Yang Rukun;
3) Mewujudkan Masyarakat Maluku Yang Religius; serta
4) Mewujudkan Masyarakat Maluku Yang Berkualitas.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


183

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

B. Kebijakan Pembangunan Terkait Bidang Kelautan dan


Perikanan

Dalam upaya mewujudkan visi dan melaksanakan misi


RPJM Daerah Provinsi Maluku tahun 2008 2013, khususnya
yang terkait dengan misi 1 Mewujudkan Masyarakat Maluku
Yang Sejahtera, salah satu prioritas pembangunan di Provinsi
Maluku tahun 2008 2013 adalah: Percepatan Pertumbuhan
Yang Berkualitas dengan Memperkuat Daya Tahan Ekonomi
yang Didukung oleh Pembangunan Pertanian, Infrastruktur, dan
Energi. Salah satu sasaran dari prioritas pembangunan tersebut
adalah Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas sektor
pertanian (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
dan perikanan).
Agenda 1 di dalam Pembangunan Provinsi Maluku Tahun 2008
2013 adalah Meningkatkan kemajuan, kemandirian, kualitas,
dan kesejahteraan masyarakat Maluku. Salah satu strategi yang
dilakukan terkait Agenda 1 tersebut adalah melalui pengembangan
klaster-klaster industri berbasis komoditas unggulan gugus pulau
yang diprioritaskan pada komoditas perikanan dan kelautan,
serta pariwisata.
Arah kebijakan di bidang kelautan dan perikanan terkait
agenda dan strategi di atas, antara lain adalah:
1) Penguatan modal usaha bagi nelayan kecil/pembudidaya
ikan, koperasi nelayan, serta bantuan armada tangkap
dan peralatan budidaya;
2) Penataan pengelolaan sumberdaya perikanan dan
kelautan serta dukungan penetapan regulasinya;

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


184

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

3) Menindaklanjuti naskah akademis tata ruang pesisir, laut,


dan pulau-pulau kecil menjadi peraturan daerah; serta
4) Penyediaan sumberdaya manusia (SDM) aparatur
kelautan dan perikanan yang lebih profesional.
Arah kebijakan di bidang pariwisata terkait agenda dan
strategi di atas, khususnya pariwisata bahari, antara lain adalah:
1) Meningkatkan dan mengembangkan investasi, event,
jenis, dan paket wisata, serta kunjungan wisatawan pada
wisata bahari;
2) Meningkatkan promosi pariwisata di dalam dan luar
negeri;
3) Meningkatkan frekuensi koordinasi antar lembaga dan
pemangku kepentingan;
4) Melaksanakan litbang potensi wisata alam dan budaya;
5) Mengembangkan kerjasama di bidang pariwisata; serta
6) Meningkatkan pemberdayaan dan pembinaan bagi
masyarakat di bidang pariwisata.
Adapun arah kebijakan di bidang industri, terkait agenda
dan strategi di atas, antara lain adalah: penataan faktor-faktor
produksi, prasarana dan sarana usaha, terutama aksesibilitas
terhadap perbankan, serta peningkatan kemampuan daya saing
Industri Kecil dan Dagang Kecil (IKDK).

C.
Program-Program Pembangunan Terkait Bidang
Kelautan dan Perikanan

Penjabaran strategi dan kebijakan pembangunan terkait bidang


kelautan dan perikanan yang dituangkan dalam RPJMD Provinsi

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


185

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Maluku Tahun 2008 2013 diwujudkan ke dalam sejumlah


program dan kegiatan. Dalam hal ini mencakup program dan
kegiatan di dalam urusan: kelautan dan perikanan, pariwisata,
dan industri.
Sejumlah program dalam urusan kelautan dan perikanan
adalah sebagai berikut:
1) Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir;
2) Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawsan
dan pengen-dalian sumberdaya kelautan;
3) Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum
dalam pen-dayagunaan sumberdaya laut;
4) Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan
prakiraan iklim laut;
5) Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan
wawasan maritim kepada masyarakat;
6) Program pengembangan budidaya perikanan;
7) Program pengembangan penangkapan ikan;
8) Program optimalisasi pengelolaan dan produksi
perikanan;
9) Program pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil; serta
10) Program pengembangan kelembagaan dan SDM.
Sejumlah program dalam urusan pariwisata (bahari) adalah
sebagai berikut:
1) Program pengembangan pemasaran pariwisata;
2) Program pengembangan destinasi pariwisata; serta
3) Program pengembangan kemitraan.
Adapun sejumlah program dalam urusan industri terkait
industrialisasi kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut:

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


186

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

1) Program pengembangan industri kecil dan menengah;


2) Program peningkatan kemampuan teknologi industri;
serta
3) Program penataan struktur industri.

8.3 Rencana Pengembangan Kawasan Lumbung Ikan


Nasional Maluku2

Sejak digelarnya Sail Banda 2010, Pemerintah telah


menetapkan Maluku sebagai kawasan Lumbung Ikan Nasional
(LIN) agar dapat segera mendongkrak peningkatan ekonomi
daerah maupun ekonomi nasional. Untuk mewujudkan Kepulauan
Maluku sebagai LIN, maka disusunlah Rencana Pengembangan
Kawasan Lumbung Ikan Nasional yang mencakup rencana strategi
dan rencana program pengembangan wilayah. Dalam hal ini
Ada 4 (empat) lokasi pusat pengembangan dalam pembangunan
LIN, yaitu: Kota Ambon (di kawasan PPN Ambon), Kota Tual
(di kawasan PPN Tual), Kab. Maluku Tenggara (di kawasan PPS
Benjina), dan Kab. Seram Barat (di PPI Piru-Seram dan kegiatan
perikanan budidaya).
Dalam hal ini Kota Ambon akan mengemban fungsi sebagai
pusat pe-layanan barang dan jasa untuk mendukung fungsinya
sebagai ibukota provinsi dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN).
Selain itu, karena PPN Ambon berada pada lokasi dengan tingkat
konsentrasi penduduk yang padat, maka arahan pengembangannya
akan lebih diprioritaskan pada peningkatan kualitas mutu
pelayanan dan kualitas mutu lingkungan.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


187

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Kota Tual akan mengemban fungsi sebagai pusat industrialisasi


perikanan dengan pembangunan kawasan industri perikanan
dari hulu sampai hilir. Pe-ngembangannya akan terkonsentrasi
pada kawasan PPN Tual dan pengem-bangan kawasan industri
terpadu di sekitarnya. Ada indikasi bahwa lokasi PPN Tual dapat
diintegrasikan dengan lokasi pengembangan kawasan perikanan
ter-padu. Hal ini diharapkan pula dapat memicu peningkatan
status Kota Tual dari Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) menjadi
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dalam RTRWN.

Gambar 8.1
Skema Kegiatan di Lumbung Ikan Nasional Maluku

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


188

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Kawasan Benjina di Kabupaten Maluku Tenggara akan


mengemban fungsi sebagai pusat produksi perikanan tangkap.
Lokasi kawasan PP Benjina ini dianggap dapat dikerjasamakan
dengan pengembangan kawasan pelabuhan perikanan baru yang
dapat mengakomodasi peningkatan produktivitas perikanan
tangkap. Yang terakhir adalah Kawasan PPI Piru-Seram di
Kabupaten Seram Barat akan mengemban fungsi sebagai pusat
produksi perikanan budidaya. Indi-kasi awal menggambarkan
bahwa lokasi eksisting kawasan ini dapat mendukung percepatan
peningkatan produksi perikanan budidaya.
Dalam pengembangan koridor ekonomi nasional, kebijakan
LIN di Kepulauan Maluku ditetapkan sebagai salah satu sektor
basis pada koridor ekonomi Maluku-Papua. Pengembangan LIN
Maluku merupakan kebijakan KKP yang akan mengupayakan
sektor kelautan dan perikanan sebagai penggerak ekonomi
wilayah di masa yang akan datang. Kontribusi ekonomi ini
diperkirakan tidak hanya mempengaruhi percepatan ekonomi
untuk tingkat lokal, tetapi diharapkan dapat berkontribusi besar
dalam peningkatan perekonomian nasional. Adapun Rencana Aksi
menuju Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional tersebut adalah:
1) Optimalisasi pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan
secara lestari, antara lain melalui:
Peningkatan produksi perikanan budidaya yang
ramah lingkungan (kerapu, rumput laut, teripang,
dan tiram mutiara);
Rasionalisasi armada perikanan tangkap; serta
Penetapan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


189

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

2) Peningkatan nilai tambah produk hasil perikanan dan


peningkatan pendapatan pembudidaya, nelayan dan
pengolah hasil perikanan, antara lain melalui:
Pengembangan kawasan perikanan (Minapolitan);
Meningkatkan nilai tambah produk perikanan;
Pengembangan benih unggul; serta
Pengembangan pakan ikan berbasis bahan baku lokal.
3) Pengembangan dukungan sarana dan prasarana kelautan
dan perikanan, antara lain:
Pelabuhan Perikanan,
Balai Benih Ikan,
Pengolahan Ikan, dan
Pemukiman Nelayan.
Dalam upaya merealisasikan Maluku sebagai LIN, KKP telah
menetapkan 3 (tiga) kebijakan utama, yaitu:2
1) Pengembangan Pusat Pertumbuhan Kelautan Primer
Kebijakan ini ditempuh melalui 3 (tiga) langkah berikut:
Peningkatan kualitas jaringan infrastruktur antar dan
intra wilayah;
Mendorong investasi asing pada kegiatan ekonomi
tersier berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan;
serta
Menyiapkan SDM yang terampil dan terdidik
untuk mendukung pertumbuhan kegiatan ekonomi
tersier.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


190

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

2) Pengembangan Pusat Pertumbuhan Kelautan Sekunder


Kebijakan ini ditempuh melalui 2 (dua) langkah berikut:
Membuka akses dari dan ke kawasan-kawasan pusat
kegiatan produksi dan pemasaran hasil kelautan dan
perikanan unggulan; dan
Mendorong pembangunan infrastruktur di dalam
kawasan perikanan dan wisata bahari.
3) Pengembangan Pusat Pertumbuhan Kelautan Tersier
Kebijakan ini ditempuh melalui 2 (dua) langkah berikut:
Membuka akses dari dan ke kawasan pusat
permukiman; dan
Mendorong pembangunan infrastruktur dari dan ke
lokasi pemasaran.

KKP akan mensinergikan 4 (empat) pihak, yakni: Pemerintah


Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta dan Nasional. Pemerintah
Pusat yang dimotori KKP akan menempatkan diri sebagai
pihak pengambil kebijakan dan regulasi, fasilitas dan
dukungan anggaran, zonasi tata ruang, infrastruktur, serta
program pemberdayaan. Pemda akan mengambil peran dalam
hal penyediaan lahan, penyusunan masterplan, penyediaan
tenaga kerja, serta kemudahan perizinan dan penciptaan iklim
kondusif. Adapun swasta dan masyarakat, masing-masing akan
menempatkan diri dalam hal industri hulu dan hilir, perbankan,
kegiatan usaha perikanan, enterpreneurship, serta keamanan dan
ketertiban.

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


191

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Maluku Nomor 04 Tahun 2009 Tentang


1

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Maluku


Tahun 2008 2013.

2
Maluku, Lumbung Ikan Nasional (Sumber: http://malukueyes.com/in-depth/
notes/1517-maluku-lumbung-ikan-nasional/)

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


192

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


193

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran
9

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


194

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


195

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran 1 Struktur Klasifikasi dan Uraian Masing-Masing


Kelompok dalam Lapangan Usaha Perikanan pada
KBLI 2005

Sumber: Buku KBLI 2005 (BPS, 2006)

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


196

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran 1 (Lanjutan)

Sumber: Buku KBLI 2005 (BPS, 2006)

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


197

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran 2 Perkembangan PDB Indonesia Menurut Sektor /


Lapangan Usaha / Sub-Lapangan Usaha / Sub-Sub-
Lapangan Usaha pada Periode Tahun 2006 2010
Atas Dasar Harga Berlaku (dalam Rp miliar)

Standar Koefisien
Sektor (Lapangan Usaha) 2006 2007 2008 2009 2010 Rataan
Deviasi Variasi (%)

A. Sektor Primer 799.744 982.541 1.257.991 1.449.258 1.703.586 1.238.624 360.252 29,1
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 433.223 541.932 716.656 857.197 985.449 706.891 224.937 31,8
a. Tanaman Pangan 214.346 265.091 349.795 419.195 482.378 346.161 109.373 31,6
b. Tanaman Perkebunan 63.401 81.664 105.961 111.380 136.027 99.687 28.010 28,1
c. Peternakan 51.075 61.325 83.276 104.884 119.372 83.986 28.662 34,1
d. Kehutanan 30.066 36.154 40.375 45.120 48.290 40.001 7.221 18,1
e. Perikanan 74.335 97.697 137.250 176.621 199.384 137.057 52.281 38,1
2. Pertambangan dan Galian 366.521 440.610 541.334 592.061 718.137 531.733 136.085 25,6
a. Pertambangan Migas 200.082 234.162 283.283 254.949 288.893 252.274 36.612 14,5
b. Pertambangan Non-Migas 130.716 160.267 195.286 254.243 332.971 214.697 80.537 37,5
c. Penggalian 35.723 46.180 62.765 82.870 96.273 64.762 25.067 38,7
B. Sektor Sekunder 1.201.026 1.408.375 1.837.042 2.079.416 2.305.790 1.766.330 458.732 26,0
3. Industri Pengolahan 919.539 1.068.654 1.376.442 1.477.541 1.595.780 1.287.591 283.880 22,0
a. Industri Migas 172.095 182.324 237.772 209.842 211.140 202.635 26.000 12,8
1. Pengilangan Minyak Bumi 117.952 122.118 145.943 129.457 122.404 127.575 11.068 8,7
2. Gas Alam Cair 54.143 60.206 91.829 80.385 88.736 75.060 16.991 22,6
b. Industri Non-Migas 747.444 886.330 1.138.670 1.267.701 1.384.640 1.084.957 264.319 24,4
4. Listrik, Gas & Air Bersih 30.355 34.724 40.889 46.681 49.119 40.353 7.887 19,5
a. Listrik 21.204 23.052 25.859 28.417 30.450 25.796 3.780 14,7
b. Gas 5.036 6.912 9.817 13.028 13.354 9.629 3.672 38,1
c. Air Bersih 4.115 4.760 5.213 5.237 5.315 4.928 504 10,2
5. Bangunan 251.132 304.997 419.712 555.194 660.891 438.385 170.556 38,9
C. Sektor Tersier 1.338.446 1.559.978 1.853.656 2.077.532 2.426.896 1.851.302 427.313 23,1
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 501.542 592.304 691.488 744.514 882.487 682.467 145.604 21,3
a. Perdagangan Besar & Eceran 393.047 468.734 551.344 586.111 703.566 540.560 117.984 21,8
b. Hotel 16.074 17.320 18.900 20.782 23.876 19.391 3.065 15,8
c. Restoran 92.421 106.249 121.244 137.621 155.045 122.516 24.790 20,2
7. Pengangkutan & Komunikasi 231.524 264.263 312.190 353.740 423.165 316.976 75.385 23,8
a. Pengangkutan 142.770 149.974 171.247 182.909 217.311 172.842 29.617 17,1
1. Angkutan Rel 1.355 1.398 1.650 1.905 2.260 1.714 377 22,0
2. Angkutan Jalan Raya 81.271 85.183 100.500 103.528 121.863 98.469 16.196 16,4
3. Angkutan Laut 16.106 16.043 16.019 15.813 16.930 16.182 432 2,7
4. Angkutan SDP 4.488 4.656 5.570 6.207 6.912 5.567 1.026 18,4
5. Angkutan Udara 14.669 16.547 19.666 24.248 34.781 21.982 8.021 36,5
6. Jasa Penunjang Angkutan 24.881 26.146 27.841 31.208 34.565 28.928 3.946 13,6
b. Komunikasi 88.754 114.290 140.943 170.832 205.854 144.135 46.071 32,0
8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan 269.121 305.214 368.130 405.162 466.564 362.838 78.552 21,6
a. Bank 95.708 105.537 125.515 132.187 146.915 121.173 20.590 17,0
b. Lembaga Keuangan Non-Bank 26.779 32.582 41.753 49.220 59.201 41.907 12.927 30,8
c. Jasa Penunjang Keuangan 2.011 2.490 2.807 3.002 3.481 2.758 551 20,0
d. Real Estat 97.397 110.240 132.024 145.261 168.221 130.628 28.059 21,5
e. Jasa Perusahaan 47.226 54.365 66.030 75.494 88.746 66.372 16.543 24,9
9. Jasa-Jasa 336.259 398.197 481.848 574.116 654.680 489.020 128.764 26,3
a. Pemerintahan Umum 167.800 205.344 257.548 318.582 354.156 260.686 77.118 29,6
b. Swasta 168.459 192.853 224.301 255.536 300.525 228.335 51.990 22,8
1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan 58.183 69.969 83.835 97.489 114.237 84.742 22.118 26,1
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 10.172 11.293 13.028 14.807 17.345 13.329 2.851 21,4
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 100.104 111.591 127.438 143.240 168.941 130.263 27.067 20,8
PDB 3.339.217 3.950.893 4.948.688 5.606.203 6.436.271 4.856.254 1.243.835 25,6
PDB Nonmigas 2.967.040 3.534.407 4.427.634 5.141.412 5.936.238 4.401.346 1.195.105 27,2

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


198

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran 3 Perkembangan PDB Indonesia Menurut Sektor /


Lapangan Usaha / Sub-Lapangan Usaha / SubSub-
Lapangan Usaha Periode Tahun 2006 2010 Atas
Dasar Harga Konstan (dalam Rp miliar)
Koefisien
Standar
Sektor (Lapangan Usaha) 2006 2007 2008 2009 2010 Rataan Variasi
Deviasi
(%)
A. Sektor Primer 430.435 442.788 457.115 476.085 491.371 459.559 24.600 5,4
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 262.403 271.509 284.619 295.884 304.737 283.830 17.277 6,1
a. Tanaman Pangan 129.549 133.889 142.000 149.057 151.501 141.199 9.456 6,7
b. Tanaman Perkebunan 41.318 43.199 44.784 45.558 47.111 44.394 2.224 5,0
c. Peternakan 33.430 34.221 35.425 36.650 38.215 35.588 1.909 5,4
d. Kehutanan 16.687 16.548 16.543 16.844 17.249 16.774 293 1,7
e. Perikanan 41.419 43.653 45.866 47.776 50.662 45.875 3.582 7,8
2. Pertambangan dan Galian 168.032 171.278 172.496 180.201 186.634 175.728 7.557 4,3
a. Pertambangan Migas 95.853 94.747 95.168 95.231 95.628 95.325 430 0,5
b. Pertambangan Non-Migas 55.242 58.151 57.569 63.819 68.482 60.653 5.394 8,9
c. Penggalian 16.936 18.381 19.760 21.151 22.525 19.751 2.205 11,2
B. Sektor Sekunder 638.585 673.411 703.768 727.508 765.207 701.696 48.701 6,9
3. Industri Pengolahan 514.100 538.085 557.764 570.103 597.135 555.437 31.500 5,7
a. Industri Migas 47.851 47.823 47.663 46.935 47.199 47.494 407 0,9
1. Pengilangan Minyak Bumi 20.807 20.781 20.972 21.083 21.348 20.998 231 1,1
2. Gas Alam Cair 27.044 27.042 26.691 25.852 25.854 26.497 605 2,3
b. Industri Non-Migas 466.249 490.262 510.102 523.168 549.935 507.943 31.823 6,3
4. Listrik, Gas & Air Bersih 12.251 13.517 14.994 17.137 18.050 15.190 2.421 15,9
a. Listrik 8.475 9.123 9.730 10.484 11.051 9.772 1.031 10,5
b. Gas 1.839 2.394 3.188 4.496 4.719 3.327 1.266 38,0
c. Air Bersih 1.937 2.001 2.076 2.157 2.282 2.091 135 6,5
5. Bangunan 112.234 121.809 131.010 140.268 150.022 131.068 14.869 11,3
C. Sektor Tersier 778.107 848.129 921.572 975.259 1.057.260 916.066 108.533 11,8
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 312.519 340.437 363.818 368.463 400.475 357.142 32.866 9,2
a. Perdagangan Besar & Eceran 257.845 282.116 301.941 302.029 331.313 295.049 27.215 9,2
b. Hotel 12.951 13.646 14.262 15.201 16.232 14.458 1.291 8,9
c. Restoran 41.723 44.676 47.615 51.233 52.932 47.636 4.602 9,7
7. Pengangkutan & Komunikasi 124.809 142.327 165.906 192.199 217.978 168.644 37.451 22,2
a. Pengangkutan 70.796 72.791 74.787 79.572 85.290 76.647 5.827 7,6
1. Angkutan Rel 623 631 721 792 832 720 94 13,0
2. Angkutan Jalan Raya 29.764 30.868 32.391 34.226 35.975 32.645 2.505 7,7
3. Angkutan Laut 9.497 9.279 8.810 8.856 8.865 9.061 309 3,4
4. Angkutan SDP 2.432 2.513 2.632 2.762 2.962 2.660 210 7,9
5. Angkutan Udara 11.466 12.385 13.044 14.566 17.331 13.759 2.295 16,7
6. Jasa Penunjang Angkutan 17.013 17.115 17.188 18.372 19.327 17.803 1.015 5,7
b. Komunikasi 54.013 69.536 91.119 112.627 132.687 91.996 31.739 34,5
8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan 170.074 183.659 198.800 209.163 221.025 196.544 20.189 10,3
a. Bank 72.474 78.241 84.040 86.058 90.168 82.196 6.929 8,4
b. Lembaga Keuangan Non-Bank 14.009 15.150 16.518 18.148 19.333 16.632 2.161 13,0
c. Jasa Penunjang Keuangan 1.214 1.331 1.376 1.425 1.508 1.371 110 8,0
d. Real Estat 51.755 55.819 60.775 63.958 67.497 59.961 6.283 10,5
e. Jasa Perusahaan 30.622 33.118 36.090 39.576 42.517 36.385 4.789 13,2
9. Jasa-Jasa 170.705 181.706 193.049 205.434 217.782 193.735 18.646 9,6
a. Pemerintahan Umum 76.618 80.778 84.378 88.684 92.743 84.640 6.351 7,5
b. Swasta 94.087 100.928 108.671 116.752 125.041 109.096 12.299 11,3
1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan 24.178 25.777 27.659 29.689 31.591 27.779 2.965 10,7
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 7.247 7.752 8.345 9.000 9.671 8.403 965 11,5
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 62.662 67.399 72.667 78.063 83.777 72.914 8.368 11,5
PDB 1.847.127 1.964.327 2.082.456 2.178.851 2.313.838 2.077.320 181.681 8,7
PDB Nonmigas 1.703.422 1.821.758 1.939.626 2.036.685 2.171.011 1.934.500 182.012 9,4

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


199

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran 4 Perkembangan PDRB Provinsi Maluku Menurut


Sektor / Lapangan Usaha / Sub-Lapangan Usaha /
Sub-Sub-Lapangan Usaha Periode Tahun 2006
2010 Atas Dasar Harga Berlaku (dalam Rp miliar)

Standar Koefisien
Sektor (Lapangan Usaha) 2006 2007 2008 2009 2010 Rataan
Deviasi Variasi (%)

A. Sektor Primer 1.847 2.056 2.202 2.388 2.625 2.224 299 13,5
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 1.803 2.013 2.155 2.335 2.566 2.174 293 13,5
a. Tanaman Pangan 439 475 492 525 575 501 52 10,3
b. Tanaman Perkebunan 366 421 456 499 529 454 64 14,1
c. Peternakan 58 65 68 74 82 69 9 13,1
d. Kehutanan 98 114 125 137 121 119 14 12,1
e. Perikanan 842 938 1.014 1.100 1.259 1.031 159 15,4
2. Pertambangan dan Galian 44 43 47 53 59 49 7 13,7
a. Pertambangan Migas 20 16 18 20 20 19 2 9,5
b. Pertambangan Non-Migas - - - - - - - n.a.
c. Penggalian 24 27 29 33 39 30 6 19,1
B. Sektor Sekunder 330 386 424 471 565 435 89 20,5
3. Industri Pengolahan 227 269 295 337 364 298 54 18,2
a. Industri Migas - - - - - - - n.a.
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - - - - n.a.
2. Gas Alam Cair - - - - - - - n.a.
b. Industri Non-Migas 227 269 295 337 364 298 54 18,2
4. Listrik, Gas & Air Bersih 40 43 46 40 48 43 4 8,2
a. Listrik 37 40 43 36 44 40 4 8,8
b. Gas - - - - - - - n.a.
c. Air Bersih 3 3 3 4 4 3 1 16,1
5. Bangunan 63 74 83 94 153 93 35 37,7
C. Sektor Tersier 2.904 3.255 3.644 4.211 4.896 3.782 789 20,9
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1.325 1.501 1.721 2.015 2.339 1.780 405 22,7
a. Perdagangan Besar & Eceran 1.267 1.436 1.651 1.938 2.240 1.706 390 22,8
b. Hotel 24 27 29 32 48 32 9 29,4
c. Restoran 34 38 41 45 51 42 7 15,6
7. Pengangkutan & Komunikasi 469 528 573 641 754 593 110 18,5
a. Pengangkutan 426 480 521 585 692 541 103 19,0
1. Angkutan Rel - - - - - - - n.a.
2. Angkutan Jalan Raya 141 159 170 186 238 179 37 20,7
3. Angkutan Laut 99 110 121 134 147 122 19 15,5
4. Angkutan SDP 29 34 38 42 49 38 8 19,9
5. Angkutan Udara 126 143 155 182 212 164 34 20,7
6. Jasa Penunjang Angkutan 31 34 37 41 46 38 6 15,6
b. Komunikasi 43 48 52 56 62 52 7 14,0
8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan 254 282 305 333 363 307 43 13,8
a. Bank 65 72 77 84 89 77 10 12,3
b. Lembaga Keuangan Non-Bank 42 46 49 53 58 50 6 12,5
c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - - - n.a.
d. Real Estat 145 161 176 193 212 177 26 14,8
e. Jasa Perusahaan 2 3 3 3 4 3 1 23,6
9. Jasa-Jasa 856 944 1.045 1.222 1.440 1.101 233 21,2
a. Pemerintahan Umum 768 849 946 1.115 1.322 1.000 222 22,2
b. Swasta 88 95 99 107 118 101 12 11,4
1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan 59 64 67 72 79 68 8 11,2
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 4 4 4 5 5 4 1 12,4
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 25 27 28 30 34 29 3 11,9
PDRB 5.081 5.697 6.270 7.070 8.086 6.441 1.176 18,3
PDRB Nonmigas 5.061 5.681 6.252 7.050 8.066 6.422 1.176 18,3

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


200

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran 5 Perkembangan PDRB Provinsi Maluku Menurut


Sektor / Lapangan Usaha / Sub-Lapangan Usaha /
Sub-Sub-Lapangan Usaha Periode Tahun 2006
2010 Atas Dasar Harga Konstan (dalam Rp miliar)
Koefisien
Standar
Sektor (Lapangan Usaha) 2006 2007 2008 2009 2010 Rataan Variasi
Deviasi
(%)
A. Sektor Primer 1.157 1.203 1.237 1.287 1.361 1.249 79 6,3
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 1.129 1.177 1.210 1.259 1.330 1.221 77 6,3
a. Tanaman Pangan 288 299 300 306 317 302 11 3,5
b. Tanaman Perkebunan 234 248 257 271 273 257 16 6,3
c. Peternakan 39 41 42 43 45 42 2 5,3
d. Kehutanan 59 55 55 55 49 55 4 6,6
e. Perikanan 509 534 556 584 646 566 53 9,3
2. Pertambangan dan Galian 28 26 27 28 31 28 2 6,7
a. Pertambangan Migas 15 12 12 13 14 13 1 9,9
b. Pertambangan Non-Migas - - - - - - - n.a.
c. Penggalian 13 14 15 15 17 15 1 10,0
B. Sektor Sekunder 224 249 259 272 300 261 28 10,8
3. Industri Pengolahan 160 180 188 202 202 186 18 9,4
a. Industri Migas - - - - - - - n.a.

1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - - - - n.a.

2. Gas Alam Cair - - - - - - - n.a.


b. Industri Non-Migas 160 180 188 202 202 186 18 9,4
4. Listrik, Gas & Air Bersih 20 21 21 17 20 20 2 8,3
a. Listrik 18 19 19 15 18 18 2 9,2
b. Gas - - - - - - - n.a.
c. Air Bersih 2 2 2 2 2 2 - 0,0
5. Bangunan 44 48 50 53 78 55 13 24,7
C. Sektor Tersier 2.057 2.184 2.292 2.434 2.586 2.311 207 9,0
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 863 923 972 1.030 1.094 976 90 9,2
a. Perdagangan Besar & Eceran 825 882 929 985 1.042 933 85 9,1
b. Hotel 14 15 16 17 23 17 4 20,8
c. Restoran 24 26 27 28 29 27 2 7,2
7. Pengangkutan & Komunikasi 354 388 408 437 464 410 43 10,4
a. Pengangkutan 334 367 385 413 439 388 41 10,5
1. Angkutan Rel - - - - - - - n.a.
2. Angkutan Jalan Raya 112 122 127 133 138 126 10 8,0
3. Angkutan Laut 78 85 89 93 95 88 7 7,7
4. Angkutan SDP 22 25 26 28 30 26 3 11,6
5. Angkutan Udara 99 110 117 131 147 121 19 15,5
6. Jasa Penunjang Angkutan 23 25 26 28 29 26 2 9,1
b. Komunikasi 20 21 23 24 25 23 2 9,2
8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan 190 201 209 219 223 208 13 6,4
a. Bank 49 52 54 57 58 54 4 6,8
b. Lembaga Keuangan Non-Bank 28 29 30 32 32 30 2 5,9
c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - - - n.a.
d. Real Estat 111 118 123 128 131 122 8 6,5
e. Jasa Perusahaan 2 2 2 2 2 2 - 0,0
9. Jasa-Jasa 650 672 703 748 805 716 62 8,7
a. Pemerintahan Umum 591 610 639 683 738 652 59 9,1
b. Swasta 59 62 64 65 67 63 3 4,8
1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan 37 39 40 41 43 40 2 5,6
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 3 3 3 3 3 3 - 0,0
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 19 20 21 21 21 20 1 4,4
PDRB 3.438 3.636 3.788 3.993 4.247 3.820 313 8,2
PDRB Nonmigas 3.423 3.624 3.776 3.980 4.233 3.807 314 8,2

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


201

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran 6 Perkembangan Kontribusi PDRB Provinsi Maluku


dalam PDB Indonesia Menurut Masing-Masing
Sektor / Lapangan Usaha / Sub-Lapangan Usaha /
Sub-Sub-Lapangan Usaha-nya Pada Periode Tahun
2006 2010 (dalam %)
Koefisien
Standar
Sektor (Lapangan Usaha) 2006 2007 2008 2009 2010 Rataan Variasi
Deviasi
(%)
A. Sektor Primer 0,23 0,21 0,18 0,16 0,15 0,19 0,03 17,23
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 0,42 0,37 0,30 0,27 0,26 0,32 0,07 20,69
a. Tanaman Pangan 0,20 0,18 0,14 0,13 0,12 0,15 0,04 23,96
b. Tanaman Perkebunan 0,58 0,52 0,43 0,45 0,39 0,47 0,07 15,78
c. Peternakan 0,11 0,11 0,08 0,07 0,07 0,09 0,02 23,36
d. Kehutanan 0,33 0,32 0,31 0,30 0,25 0,30 0,03 9,76
e. Perikanan 1,13 0,96 0,74 0,62 0,63 0,82 0,22 27,25
2. Pertambangan dan Galian 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 15,71
a. Pertambangan Migas 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 19,1
b. Pertambangan Non-Migas - - - - - - - n.a.
c. Penggalian 0,07 0,06 0,05 0,04 0,04 0,05 0,01 23,75
B. Sektor Sekunder 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 0,03 0,00 9,24
3. Industri Pengolahan 0,02 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,00 6,54
a. Industri Migas - - - - - - - n.a.
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - - - - n.a.
2. Gas Alam Cair - - - - - - - n.a.
b. Industri Non-Migas 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,00 8,10
4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,13 0,12 0,11 0,09 0,10 0,11 0,02 17,04
a. Listrik 0,17 0,17 0,17 0,13 0,14 0,16 0,02 13,28
b. Gas - - - - - - - n.a.
c. Air Bersih 0,07 0,06 0,06 0,08 0,08 0,07 0,01 12,03
5. Bangunan 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,00 15,61
C. Sektor Tersier 0,22 0,21 0,20 0,20 0,20 0,21 0,01 3,79
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 0,26 0,25 0,25 0,27 0,27 0,26 0,01 3,45
a. Perdagangan Besar & Eceran 0,32 0,31 0,30 0,33 0,32 0,32 0,01 3,97
b. Hotel 0,15 0,16 0,15 0,15 0,20 0,16 0,02 13,24
c. Restoran 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,00 5,26
7. Pengangkutan & Komunikasi 0,20 0,20 0,18 0,18 0,18 0,19 0,01 5,96
a. Pengangkutan 0,30 0,32 0,30 0,32 0,32 0,31 0,01 3,26
1. Angkutan Rel - - - - - - - n.a.
2. Angkutan Jalan Raya 0,17 0,19 0,17 0,18 0,20 0,18 0,01 5,77
3. Angkutan Laut 0,61 0,69 0,76 0,85 0,87 0,75 0,11 14,2
4. Angkutan SDP 0,65 0,73 0,68 0,68 0,71 0,69 0,03 4,7
5. Angkutan Udara 0,86 0,86 0,79 0,75 0,61 0,77 0,10 13,41
6. Jasa Penunjang Angkutan 0,12 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,00 2,66
b. Komunikasi 0,05 0,04 0,04 0,03 0,03 0,04 0,01 19,30
8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan 0,09 0,09 0,08 0,08 0,08 0,09 0,01 8,29
a. Bank 0,07 0,07 0,06 0,06 0,06 0,06 0,00 5,58
b. Lembaga Keuangan Non-Bank 0,16 0,14 0,12 0,11 0,10 0,12 0,02 19,56
c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - - - n.a.
d. Real Estat 0,15 0,15 0,13 0,13 0,13 0,14 0,01 7,03
e. Jasa Perusahaan 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 12,85
9. Jasa-Jasa 0,25 0,24 0,22 0,21 0,22 0,23 0,02 7,61
a. Pemerintahan Umum 0,46 0,41 0,37 0,35 0,37 0,39 0,04 11,04
b. Swasta 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 0,05 0,01 11,74
1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan 0,10 0,09 0,08 0,07 0,07 0,08 0,01 15,85
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,00 12,20
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,00 9,27
PDRB 0,15 0,14 0,13 0,13 0,13 0,13 0,01 9,19
PDRB Nonmigas 0,17 0,16 0,14 0,14 0,14 0,15 0,02 10,48

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


202

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran 7 Perkembangan Kontribusi Nilai Tambah Masing-


Masing Sektor / Lapangan Usaha / Sub-Lapangan
Usaha / Sub-Sub-Lapangan Usaha dalam PDRB
Provinsi Maluku Pada Periode Tahun 2006 2010
(dalam %)
Koefisien
Standar
Sektor (Lapangan Usaha) 2006 2007 2008 2009 2010 Rataan Variasi
Deviasi
(%)

A. Sektor Primer 36,35 36,09 35,12 33,78 32,46 34,76 1,63 4,70
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 35,49 35,33 34,37 33,03 31,73 33,99 1,60 4,70
a. Tanaman Pangan 8,64 8,34 7,85 7,43 7,11 7,87 0,63 8,00
b. Tanaman Perkebunan 7,20 7,39 7,27 7,06 6,54 7,09 0,33 4,66
c. Peternakan 1,14 1,14 1,08 1,05 1,01 1,09 0,06 5,21
d. Kehutanan 1,93 2,00 1,99 1,94 1,50 1,87 0,21 11,34
e. Perikanan 16,57 16,46 16,17 15,56 15,57 16,07 0,48 3,00
2. Pertambangan dan Galian 0,87 0,75 0,75 0,75 0,73 0,77 0,05 7,08
a. Pertambangan Migas 0,39 0,28 0,29 0,28 0,25 0,30 0,06 18,6
b. Pertambangan Non-Migas - - - - - - - n.a.
c. Penggalian 0,47 0,47 0,46 0,47 0,48 0,47 0,01 1,60
B. Sektor Sekunder 6,49 6,78 6,76 6,66 6,99 6,74 0,18 2,67
3. Industri Pengolahan 4,47 4,72 4,70 4,77 4,50 4,63 0,14 2,97
a. Industri Migas - - - - - - - n.a.
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - - - - n.a.
2. Gas Alam Cair - - - - - - - n.a.
b. Industri Non-Migas 4,47 4,72 4,70 4,77 4,50 4,63 0,14 2,97
4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,79 0,75 0,73 0,57 0,59 0,69 0,10 14,60
a. Listrik 0,73 0,70 0,69 0,51 0,54 0,63 0,10 15,75
b. Gas - - - - - - - n.a.
c. Air Bersih 0,06 0,05 0,05 0,06 0,05 0,05 0,00 8,85
5. Bangunan 1,24 1,30 1,32 1,33 1,89 1,42 0,27 18,92
C. Sektor Tersier 57,15 57,14 58,12 59,56 60,55 58,50 1,51 2,58
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 26,08 26,35 27,45 28,50 28,93 27,46 1,26 4,60
a. Perdagangan Besar & Eceran 24,94 25,21 26,33 27,41 27,70 26,32 1,25 4,75
b. Hotel 0,47 0,47 0,46 0,45 0,59 0,49 0,06 11,81
c. Restoran 0,67 0,67 0,65 0,64 0,63 0,65 0,02 2,68
7. Pengangkutan & Komunikasi 9,23 9,27 9,14 9,07 9,32 9,21 0,10 1,12
a. Pengangkutan 8,38 8,43 8,31 8,27 8,56 8,39 0,11 1,32
1. Angkutan Rel - - - - - - - n.a.
2. Angkutan Jalan Raya 2,78 2,79 2,71 2,63 2,94 2,77 0,12 4,17
3. Angkutan Laut 1,95 1,93 1,93 1,90 1,82 1,90 0,05 2,7
4. Angkutan SDP 0,57 0,60 0,61 0,59 0,61 0,59 0,01 2,4
5. Angkutan Udara 2,48 2,51 2,47 2,57 2,62 2,53 0,06 2,55
6. Jasa Penunjang Angkutan 0,61 0,60 0,59 0,58 0,57 0,59 0,02 2,68
b. Komunikasi 0,85 0,84 0,83 0,79 0,77 0,82 0,03 4,25
8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan 5,00 4,95 4,86 4,71 4,49 4,80 0,21 4,30
a. Bank 1,28 1,26 1,23 1,19 1,10 1,21 0,07 5,90
b. Lembaga Keuangan Non-Bank 0,83 0,81 0,78 0,75 0,72 0,78 0,04 5,66
c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - - - n.a.
d. Real Estat 2,85 2,83 2,81 2,73 2,62 2,77 0,09 3,38
e. Jasa Perusahaan 0,04 0,05 0,05 0,04 0,05 0,05 0,01 11,61
9. Jasa-Jasa 16,85 16,57 16,67 17,28 17,81 17,04 0,51 3,00
a. Pemerintahan Umum 15,12 14,90 15,09 15,77 16,35 15,45 0,60 3,90
b. Swasta 1,73 1,67 1,58 1,51 1,46 1,59 0,11 6,98
1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan 1,16 1,12 1,07 1,02 0,98 1,07 0,07 7,01
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 0,08 0,07 0,06 0,07 0,06 0,07 0,01 9,64
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 0,49 0,47 0,45 0,42 0,42 0,45 0,03 6,89
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 - -

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


203

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran 8 Perkembangan Laju Pertumbuhan Nilai Tambah


Masing-Masing Sektor / Lapangan Usaha / Sub-
Lapangan Usaha / Sub-Sub-Lapangan Usaha dalam
PDB Indonesia Pada Periode Tahun 2007 2010
(dalam % per tahun)

Koefisien
Standar
Sektor (Lapangan Usaha) 2007 2008 2009 2010 Rataan Variasi
Deviasi
(%)
A. Sektor Primer 2,87 3,24 4,15 3,21 3,37 0,55 16,28
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 3,47 4,83 3,96 2,99 3,81 0,78 20,56
a. Tanaman Pangan 3,35 6,06 4,97 1,64 4,00 1,93 48,19
b. Tanaman Perkebunan 4,55 3,67 1,73 3,41 3,34 1,18 35,35
c. Peternakan 2,36 3,52 3,46 4,27 3,40 0,78 23,06
d. Kehutanan (0,83) (0,03) 1,82 2,40 0,84 1,52 181,17
e. Perikanan 5,39 5,07 4,16 6,04 5,17 0,78 15,12
2. Pertambangan dan Galian 1,93 0,71 4,47 3,57 2,67 1,68 62,74
a. Pertambangan Migas (1,2) 0,4 0,1 0,4 (0,1) 0,8 (1.327,4)
b. Pertambangan Non-Migas 5,3 (1,0) 10,9 7,3 5,6 5,0 88,7
c. Penggalian 8,53 7,50 7,04 6,50 7,39 0,86 11,66
B. Sektor Sekunder 5,45 4,51 3,37 5,18 4,63 0,93 20,02
3. Industri Pengolahan 4,67 3,66 2,21 4,74 3,82 1,18 30,89
a. Industri Migas (0,1) (0,3) (1,5) 0,6 (0,3) 0,9 (257,9)
1. Pengilangan Minyak Bumi (0,1) 0,9 0,5 1,3 0,6 0,6 92,1
2. Gas Alam Cair (0,0) (1,3) (3,1) 0,0 (1,1) 1,5 (133,9)
b. Industri Non-Migas 5,15 4,05 2,56 5,12 4,22 1,22 28,87
4. Listrik, Gas & Air Bersih 10,33 10,93 14,29 5,33 10,22 3,70 36,18
a. Listrik 7,64 6,66 7,75 5,41 6,87 1,09 15,85
b. Gas 30,2 33,2 41,0 5,0 27,3 15,6 57,1
c. Air Bersih 3,28 3,74 3,91 5,80 4,18 1,11 26,5
5. Bangunan 8,53 7,55 7,07 6,95 7,53 0,72 9,55
C. Sektor Tersier 9,00 8,66 5,83 8,41 7,97 1,45 18,21
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 8,93 6,87 1,28 8,69 6,44 3,56 55,33
a. Perdagangan Besar & Eceran 9,41 7,03 0,03 9,70 6,54 4,50 68,85
b. Hotel 5,37 4,51 6,59 6,78 5,81 1,07 18,39
c. Restoran 7,08 6,58 7,60 3,32 6,14 1,93 31,41
7. Pengangkutan & Komunikasi 14,04 16,57 15,85 13,41 14,97 1,49 9,93
a. Pengangkutan 2,82 2,74 6,40 7,19 4,79 2,34 48,87
1. Angkutan Rel 1,3 14,3 9,8 5,1 7,6 5,7 74,4
2. Angkutan Jalan Raya 3,71 4,93 5,66 5,11 4,85 0,82 16,98
3. Angkutan Laut (2,3) (5,1) 0,5 0,1 (1,7) 2,6 (152,7)
4. Angkutan SDP 3,3 4,7 4,9 7,2 5,1 1,6 32,1
5. Angkutan Udara 8,02 5,32 11,66 18,98 11,00 5,92 53,88
6. Jasa Penunjang Angkutan 0,60 0,43 6,89 5,20 3,28 3,27 99,67
b. Komunikasi 28,74 31,04 23,60 17,81 25,30 5,88 23,24
8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan 7,99 8,24 5,21 5,67 6,78 1,56 22,99
a. Bank 7,96 7,41 2,40 4,78 5,64 2,56 45,51
b. Lembaga Keuangan Non-Bank 8,14 9,03 9,87 6,53 8,39 1,43 17,01
c. Jasa Penunjang Keuangan 9,7 3,4 3,5 5,8 5,6 2,9 52,2
d. Real Estat 7,85 8,88 5,24 5,53 6,88 1,78 25,82
e. Jasa Perusahaan 8,15 8,97 9,66 7,43 8,55 0,97 11,3
9. Jasa-Jasa 6,44 6,24 6,42 6,01 6,28 0,20 3,18
a. Pemerintahan Umum 5,43 4,46 5,10 4,58 4,89 0,46 9,31
b. Swasta 7,27 7,67 7,44 7,10 7,37 0,24 3,31
1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan 6,62 7,30 7,34 6,41 6,92 0,47 6,87
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 6,97 7,65 7,85 7,46 7,48 0,38 5,0
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 7,56 7,82 7,43 7,32 7,53 0,21 2,85
PDB 6,35 6,01 4,63 6,20 5,80 0,79 13,62
PDB Nonmigas 6,95 6,47 5,00 6,60 6,25 0,86 13,71

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


204

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran 9 Perkembangan Laju Pertumbuhan Nilai Tambah


Masing-Masing Sektor / Lapangan Usaha / Sub-
Lapangan Usaha / Sub-Sub-Lapangan Usaha dalam
PDRB Provinsi Maluku Pada Periode Tahun 2007
2010 (dalam % per tahun)
Koefisien
Standar
Sektor (Lapangan Usaha) 2007 2008 2009 2010 Rataan Variasi
Deviasi
(%)
A. Sektor Primer 3,98 2,83 4,04 5,75 4,15 1,20 29,04
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 4,25 2,80 4,05 5,64 4,19 1,16 27,74
a. Tanaman Pangan 3,82 0,33 2,00 3,59 2,44 1,62 66,43
b. Tanaman Perkebunan 5,98 3,63 5,45 0,74 3,95 2,37 59,91
c. Peternakan 5,13 2,44 2,38 4,65 3,65 1,45 39,59
d. Kehutanan (6,78) - - (10,91) (4,42) 5,38 (121,60)
e. Perikanan 4,91 4,12 5,04 10,62 6,17 2,99 48,47
2. Pertambangan dan Galian (7,14) 3,85 3,70 10,71 2,78 7,38 265,45
a. Pertambangan Migas (20,0) - 8,3 7,7 (1,0) 13,2 (1.331,0)
b. Pertambangan Non-Migas n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.
c. Penggalian 7,69 7,14 - 13,33 7,04 5,47 77,61
B. Sektor Sekunder 11,16 4,02 5,02 10,29 7,62 3,63 47,57
3. Industri Pengolahan 12,50 4,44 7,45 - 6,10 5,25 86,12
a. Industri Migas n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.
1. Pengilangan Minyak Bumi n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.
2. Gas Alam Cair n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.
b. Industri Non-Migas 12,50 4,44 7,45 - 6,10 5,25 86,12
4. Listrik, Gas & Air Bersih 5,00 - (19,05) 17,65 0,90 15,23 1.692,65
a. Listrik 5,56 - (21,05) 20,00 1,13 17,02 1.511,88
b. Gas n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.
c. Air Bersih - - - - - - n.a.
5. Bangunan 9,09 4,17 6,00 47,17 16,61 20,48 123,30
C. Sektor Tersier 6,17 4,95 6,20 6,24 5,89 0,63 10,71
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6,95 5,31 5,97 6,21 6,11 0,68 11,11
a. Perdagangan Besar & Eceran 6,91 5,33 6,03 5,79 6,01 0,66 11,04
b. Hotel 7,14 6,67 6,25 35,29 13,84 14,31 103,40
c. Restoran 8,33 3,85 3,70 3,57 4,86 2,32 47,62
7. Pengangkutan & Komunikasi 9,60 5,15 7,11 6,18 7,01 1,90 27,15
a. Pengangkutan 9,88 4,90 7,27 6,30 7,09 2,10 29,62
1. Angkutan Rel n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.
2. Angkutan Jalan Raya 8,93 4,10 4,72 3,76 5,38 2,40 44,64
3. Angkutan Laut 9,0 4,7 4,5 2,2 5,1 2,8 55,9
4. Angkutan SDP 13,6 4,0 7,7 7,1 8,1 4,0 49,6
5. Angkutan Udara 11,11 6,36 11,97 12,21 10,41 2,74 26,32
6. Jasa Penunjang Angkutan 8,70 4,00 7,69 3,57 5,99 2,58 43,14
b. Komunikasi 5,00 9,52 4,35 4,17 5,76 2,53 44,01
8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan 5,79 3,98 4,78 1,83 4,10 1,68 41,12
a. Bank 6,12 3,85 5,56 1,75 4,32 1,96 45,49
b. Lembaga Keuangan Non-Bank 3,57 3,45 6,67 - 3,42 2,72 79,61
c. Jasa Penunjang Keuangan n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.
d. Real Estat 6,31 4,24 4,07 2,34 4,24 1,62 38,28
e. Jasa Perusahaan - - - - - - n.a.
9. Jasa-Jasa 3,38 4,61 6,40 7,62 5,50 1,88 34,10
a. Pemerintahan Umum 3,21 4,75 6,89 8,05 5,73 2,16 37,73
b. Swasta 5,08 3,23 1,56 3,08 3,24 1,44 44,56
1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan 5,41 2,56 2,50 4,88 3,84 1,52 39,67
2. Jasa Hiburan & Rekreasi - - - - - - n.a.
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 5,26 5,00 - - 2,57 2,96 115,55
PDRB 5,76 4,18 5,41 6,36 5,43 0,92 16,94
PDRB Nonmigas 5,87 4,19 5,40 6,36 5,46 0,93 16,99

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


205

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran 10 Perkembangan Angka LQ Nilai Tambah Masing-Masing


Sektor / Lapangan Usaha / Sub-Lapangan Usaha
/ Sub-Sub-Lapangan Usaha dalam PDRB Provinsi
Maluku Pada Periode Tahun 2006 2010
Koefisien
Standar
Sektor (Lapangan Usaha) 2006 2007 2008 2009 2010 Rataan Variasi
Deviasi
(%)
A. Sektor Primer 1,52 1,45 1,38 1,31 1,23 1,38 0,12 8,36
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 2,74 2,58 2,37 2,16 2,07 2,38 0,28 11,63
a. Tanaman Pangan 1,35 1,24 1,11 0,99 0,95 1,13 0,17 14,79
b. Tanaman Perkebunan 3,79 3,58 3,40 3,55 3,10 3,48 0,26 7,43
c. Peternakan 0,75 0,74 0,64 0,56 0,55 0,65 0,09 14,54
d. Kehutanan 2,14 2,19 2,44 2,41 1,99 2,23 0,19 8,43
e. Perikanan 7,44 6,66 5,83 4,94 5,03 5,98 1,07 17,97
2. Pertambangan dan Galian 0,08 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,01 7,41
a. Pertambangan Migas 0,07 0,05 0,05 0,06 0,06 0,06 0,01 13,9
b. Pertambangan Non-Migas - - - - - - - n.a.
c. Penggalian 0,44 0,41 0,36 0,32 0,32 0,37 0,05 14,56
B. Sektor Sekunder 0,18 0,19 0,18 0,18 0,20 0,19 0,01 3,64
3. Industri Pengolahan 0,16 0,17 0,17 0,18 0,18 0,17 0,01 4,69
a. Industri Migas - - - - - - - n.a.
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - - - - n.a.
2. Gas Alam Cair - - - - - - - n.a.
b. Industri Non-Migas 0,20 0,21 0,20 0,21 0,21 0,21 0,00 2,33
4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,87 0,86 0,89 0,68 0,78 0,81 0,09 10,57
a. Listrik 1,15 1,20 1,31 1,00 1,15 1,16 0,11 9,56
b. Gas - - - - - - - n.a.
c. Air Bersih 0,48 0,44 0,45 0,61 0,60 0,52 0,08 15,76
5. Bangunan 0,16 0,17 0,16 0,13 0,18 0,16 0,02 11,36
C. Sektor Tersier 1,43 1,45 1,55 1,61 1,61 1,53 0,09 5,66
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,74 1,76 1,96 2,15 2,11 1,94 0,19 9,86
a. Perdagangan Besar & Eceran 2,12 2,12 2,36 2,62 2,53 2,35 0,23 9,80
b. Hotel 0,98 1,08 1,21 1,22 1,60 1,22 0,24 19,28
c. Restoran 0,24 0,25 0,27 0,26 0,26 0,26 0,01 4,05
7. Pengangkutan & Komunikasi 1,33 1,39 1,45 1,44 1,42 1,40 0,05 3,36
a. Pengangkutan 1,96 2,22 2,40 2,54 2,53 2,33 0,24 10,46
1. Angkutan Rel - - - - - - - n.a.
2. Angkutan Jalan Raya 1,14 1,29 1,34 1,42 1,55 1,35 0,15 11,40
3. Angkutan Laut 4,04 4,75 5,96 6,72 6,91 5,68 1,25 22,0
4. Angkutan SDP 4,25 5,06 5,38 5,37 5,64 5,14 0,54 10,5
5. Angkutan Udara 5,64 5,99 6,22 5,95 4,85 5,73 0,53 9,30
6. Jasa Penunjang Angkutan 0,82 0,90 1,05 1,04 1,06 0,97 0,11 11,10
b. Komunikasi 0,32 0,29 0,29 0,26 0,24 0,28 0,03 10,93
8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan 0,62 0,64 0,65 0,65 0,62 0,64 0,02 2,61
a. Bank 0,45 0,47 0,48 0,50 0,48 0,48 0,02 4,38
b. Lembaga Keuangan Non-Bank 1,03 0,98 0,93 0,85 0,78 0,91 0,10 10,89
c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - - - n.a.
d. Real Estat 0,98 1,01 1,05 1,05 1,00 1,02 0,03 3,19
e. Jasa Perusahaan 0,03 0,04 0,04 0,03 0,04 0,03 0,00 12,29
9. Jasa-Jasa 1,67 1,64 1,71 1,69 1,75 1,69 0,04 2,38
a. Pemerintahan Umum 3,01 2,87 2,90 2,78 2,97 2,90 0,09 3,14
b. Swasta 0,34 0,34 0,35 0,33 0,31 0,34 0,01 4,22
1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan 0,67 0,63 0,63 0,59 0,55 0,61 0,05 7,42
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 0,26 0,25 0,24 0,27 0,23 0,25 0,01 5,96
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga 0,16 0,17 0,17 0,17 0,16 0,17 0,00 2,93

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


206

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

Lampiran 11 Matriks Klasifikasi Peranan Masing-Masing Sektor /


Lapangan Usaha / Sub-Lapangan, Usaha / Sub-Sub-
Lapangan Usaha Provinsi Maluku Berdasarkan Hasil
Analisis LQ (Basis/Non-Basis) Pada Periode Tahun
2006 2010
Sektor
Sektor Basis
Sektor (Lapangan Usaha) Non Basis
LQ > 3 3 LQ > 2 2 LQ > 1 LQ 1
A. Sektor Primer
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
a. Tanaman Pangan
b. Tanaman Perkebunan
c. Peternakan
d. Kehutanan
e. Perikanan
2. Pertambangan dan Galian
a. Pertambangan Migas
b. Pertambangan Non-Migas
c. Penggalian
B. Sektor Sekunder
3. Industri Pengolahan
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
2. Gas Alam Cair
b. Industri Non-Migas
4. Listrik, Gas & Air Bersih
a. Listrik
b. Gas
c. Air Bersih
5. Bangunan
C. Sektor Tersier
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
a. Perdagangan Besar & Eceran
b. Hotel
c. Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
a. Pengangkutan
1. Angkutan Rel
2. Angkutan Jalan Raya
3. Angkutan Laut
4. Angkutan SDP
5. Angkutan Udara
6. Jasa Penunjang Angkutan
b. Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan Bangunan & Jasa Perusahaan
a. Bank
b. Lembaga Keuangan Non-Bank
c. Jasa Penunjang Keuangan
d. Real Estat
e. Jasa Perusahaan
9. Jasa-Jasa
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
1. Jasa Sosial & Kemasyarakatan
2. Jasa Hiburan & Rekreasi
3. Jasa Perorangan & Rumah Tangga

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


207

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


208

PROFIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI MALUKU

PUSAT DATA STATISTIK DAN INFORMASI - KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Anda mungkin juga menyukai