Anda di halaman 1dari 22

PENGERTIAN EKONOMI POLITIK

CAPORASO DAN LEVINE, 1992 :31 INTERELASI DIANTARA


ASPEK, PROSES DAN INSTITUSI POLITIK DENGAN KEGIATAN
EKONOMI (PRODUKSI, INVESTASI, PENCIPTAAN HARGA,
PERDAGANGAN, KONSUMSI DAN LAIN SEBAGAINYA);
MASALAH UTAMA

KETERBATASAN SUMBERDAYA EKONOMI;


BAGAIMANA MENGALOKASIKAN SUMBERDAYA YANG
TERBATAS TERSEBUT SECARA EFISIEN SEHINGGA DAPAT
MENGHASILKAN OUTPUT YANG OPTIMAL;
MENYUSUN FORMULASI KERJASAMA (CO-OPERATION)
ATAUPUN KOMPETISI (COMPETITION) SECARA DETAIL
SEHINGGA TIDAK TERJADI KONFLIK)
INSENTIF
BAGAIMANA PEMERINTAH MENYUSUN MEKANISME
YANG MEMUNGKINKAN SELURUH PARTISIPAN DI PASAR
MAU BERBAGI INFORMASI
KEBIJAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERIODE
1999 - 2012
Dicanangkan tahun 1999 (Ditjen Dicanangkan Tahun 2003 Periode 2005-2009
Perikanan Departemen (Periode 2000-2005-Megawati Dicanangkan oleh Presiden
Pertanianberlanjut sampai Gus Soekarnoputri ) Susilo Bambang Yudoyono
Dur) Target produksi perikanan 9,5 pada tanggal 11 Juni 2005 di
Peningkatan ekspor perikanan juta ton dan nilai devisa ekspor Jatiluhur Jawa Barat;
naik menjadi 10 miliar dolar AS Target produksi perikanan 9
tahun 2003 sebesar 10 milyar
pada tahun 2006; juta ton
dollar AS (2,64 milyar dollar AS
dari perikanan tangkap dan 6,78
milyar dollar AS dari budidaya);
Protekan Revitalisasi Kelautan
Gerbang Mina Bahari
2003 dan Perikanan

KEPENTINGAN ASING LEBIH DOMINAN IKAN BAGUS UNTUK EKSPOR, IKAN JELEK UNTUK KONSUMSI
NASIONAL
November 2009-November November 2011-2014
2011 Meningkatkan Produktivitas dan Nilai Tambah Produk Kelautan dan
Target pada tahun 2015 Perikanan
menjadi produsen ikan Udang dan Bandeng (Pantura Jawa), Patin (Sumatera), Rumput Laut
terbesar di dunia melalui (Sulawesi dan NTB), Tuna (5 Pelabuhan Perikanan), Pindang (Jawa),
minapolitan; Garam (Jabar, Jateng dan Jatim)
Peningkatan usaha budidaya Impor bahan baku ikan asin di legalkan
hingga 300 persen

Revolusi Industrialisasi Kelautan


Biru dan Perikanan
Kondisi Pemanfaatan Sumberdaya
Ikan Tangkap Nasional
7.000.000
Produksi
JTB (5,22 Juta Ton Pertahun)
6.500.000
Potensi SDI (6,52 Juta Ton Per Tahun)
Peran asing di sektor
6.000.000 Peran asing di sektor perikanan
sangat diperketat dan lebih perikanan kembali
mendorong keterlibatan dibuka oleh Menteri
nelayan, pembudidaya Kelautan (Fadel
ikan, investor dalam negeri dan Muhammad)
Ton

5.500.000 pengusaha ikan nasional

5.000.000

Titik Kritis dimana Jumlah


4.500.000 Produksi Tahun 2010 ( 5,4 juta on
pertahun) diatas Jumlah
Tangkapan yang diperbolehkan
(JTB), yaitu 5,2 juta ton pertahun
4.000.000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun suhanaipb@gmail.com
Perkembangan Izin Usaha Perikanan
Tangkap Tahun 2000-2010
Total Izin Usaha Perikanan Tangkap Tahun Total Izin Kapal Tahun 2007 diatas 30 GT
2010 diatas 30 GT
(Per September 2010)
Total Perusahaan Total Kapal Total Perusahaan Total Kapal
2.741 5.436 33 4000-an

Sumber Data : BPS dan KKP (2010)


Perkembangan Persentase
Investasi Perikanan Nasional
Tahun 2006 - 2014

65,01

98,62 99,39 94,79 95,67


99,93 100,00 99,89 100,00

34,99

1,38 0,61 5,21 4,33


0,07 - 0,11 -
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014*
Persentase PMDN Persentase PMA Keterangan :
Satuan dalam %
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 2014 * : Triwulan 1; Nilai Kurs : Rp. 9000 Per $ US
suhanaipb@gmail.com
Permen KP No 5 Tahun 2008 tentang Izin
Usaha Perikanan Tangkap (Pasal 51)
(1) Perusahaan swasta nasional yang memiliki kapal
penangkap ikan pengadaan dari luar negeri wajib
mengolah pada UPI di dalam negeri yang dimiliki atau
melakukan kemitraan dengan UPI di dalam negeri.
(2) Perusahaan swasta nasional yang memiliki kapal
penangkap ikan yang dibuat di galangan kapal dalam
negeri dengan jumlah tonase kapal keseluruhan
sekurang-kurangnya 2.000 (dua ribu) GT diwajibkan
mengolah pada UPI di dalam negeri yang dimiliki atau
melakukan kemitraan dengan UPI di dalam negeri.
Perizinan Kapal Ikan Pro Asing
Total Izin Usaha Perikanan Jumlah UPI Yang Dapat
Tangkap Tahun 2010 diatas 30 Asumsi Ukuran Kapal dibentuk Sesuai Kepmen
GT No 5 Tahun 2008
(Per September 2010) 30 GT 200 GT
30 GT 200 GT
Total Perusahaan Total Kapal Jumlah Tonase
2,741 5,436 163,080 1,087,200 82 544

Dengan asumsi ukuran kapal 30 GT maka jumlah tonase kapal keseluruhan yang telah
mendapat izin adalah 163.080 GT dan 200 GT adalah 1.087.200 GT
Rata-Rata Per Perusahaan 2 izin Kapal dengan total tonase antara 60 GT sampai 400 GT
untuk menghindari kewajiban mendirikan UPI sesuai Permen KP No 5 Tahun 2008
tentang Izin Usaha Perikanan Tangkap

Industri pengolahan nasional terpuruk


Sumberdaya Ikan di perairan nasional dikuras dan hasil tangkapannya
didaratkan langsung di negara asal investor Paradigma indonesia sebagai
penyedia bahan baku bagi negara lain tidak mengalami perubahan
PERKEMBANGAN
PERDAGANGAN IKAN DAN
PRODUK PERIKANAN
PRO ASING
Proyeksi Kebutuhan Ikan Konsumsi Nasional Tahun
2014
Menurut Provinsi

Sumber : Dianalisis dari Data Kementerian Kelautan dan Perikanan 2011

10
Belum efisien dan kompetitifnya sistem logistik

Data PT. Pelindo II (2011) biaya


angkutan logistik untuk domestik
(antar pulau) jauh lebih besar
dibandingkan dengan angkutan ke
tujuan luar negeri (ekspor).
Misalnya biaya pengapalan
kontainer rute Padang Jakarta
butuh 600 dolar AS/kontainer,
sementara biaya pengiriman
kontainer dari Jakarta Singapore
hanya sebesar 185 dollar AS per
kontainer.
Bahkan, untuk mendatangkan
barang dari China ke Jakarta masih
lebih murah ketimbang harus
mendatangkan kontainer dari
Pontianak

Logistics Performance Index Indonesia 2010


(Sumber : World Bank 2010)
Perkembangan Ekspor Ikan dan Produk Perikanan
Indonesia Tahun 2012 (Per September)

1) Pendekatan Kwalitas menjadi utama dalam ekspor ikan dan produk perikanan
Indonesia ke negara tujuan secara sistematis telah berperan dalam
meningkatkan pasokan kebutuhan gizi SDM negara-negara tujuan
ekspor;
2) Berdasarkan riset penulis (2010) di Bali dan Kalimantan Barat menunjukan
bahwa ikan-ikan yang di ekspor adalah ikan-ikan berkwalitas 1 dan 2,
sementara untuk konsumsi dalam negeri berkwalitas 3 ke bawah
Perkembangan Impor Ikan dan Produk Perikanan
Indonesia Tahun 2012 (Per September)

1) Pendekatan Volume menjadi ciri khas ikan dan produk ikan yang di impor Indonesia
Bukan Pendekatan Kwalitas Ikan dan Produk Perikanan secara sistematis telah
berperan dalam menyediakan ikan dan produk perikanan kwalitas rendahan bagi
penduduk Dalam Negeri untuk bahan baku Industri Ikan Asin dan olahan lainnya;
2) Volume impor ikan meningkat terjadi pada saat nelayan nasional panen ikan (Cuaca
baik) ikan hasil tangkapan nelayan tidak terserap karena kalah bersaing dengan ikan
impor yang harga murah;
Ironis Bayi Kekurangan Gizi di Sentra
Perikanan Nasional
Dokumen BAPPENAS (2010) menunjukan bahwa bayi yang masih
kekurangan gizi masih sangat tinggi, terutama di provinsi-provinsi
berbasis sektor kelautan dan perikanan. Misalnya Maluku (27,8 %),
Maluku Utara (22,8 %), Nusa Tenggara Timur (33,6 %), Nusa
Tenggara Barat (24,8 %), Sulawesi Tenggara (27,6 %), Papua (21,2
%), Papua Barat (23,2 %), Gorontalo (25,4 %), Riau (21,4 %),
Kalimantan Barat (22,5 %), dan Kalimantan Timur (19,3 %)
15
DUGAAN EKSPOR-IMPOR
ILLEGAL
Dugaan Kasus Impor Ikan Illegal Dari China
Ke Indonesia Tahun 2010

17
Dugaan Ekspor Ikan Tuna Albacore Illegal
Indonesia ke Thailan Tahun 2010

Impor Albacore Frozen Thailand dari Indonesia Ekspor Albacore Frozen Indonesia Ke Thailand

3.399.979 Kg

2010

1.047.255 Kg
Terdapat Selisih sebesar 2.352.724 Kg (69,20
Persen) dengan Nilai 8.326.839 US $

Sumber : Dianalisis dari data UN-Comtrade 2011


REKONSTRUKSI
KEBIJAKAN PERIKANAN
NASIONAL
IKAN UNTUK NEGERI, BUKAN UNTUK ASING
Moratorium Perikanan Tangkap

Hubungan antara upaya (effort) dengan kondisi sumberdaya ikan (harves)


Keterangan : (1) E = upaya (effort), (2) Eop = effort optimal, (3) x = kondisi
sumberdaya ikan pada saat E=0 dan (4) Xoa = kondisi sumberdaya ikan pada
saat Eop
Dari Pertumbuhan Volume ke Pertumbuhan
Kwalitas Untuk SDM Nasional
Reorientasi kebijakan ekonomi perikanan dari kepentingan asing ke kepentingan
nasional. Hal ini sesuai dengan amanat Pasal 25B Ayat (2) UU No 45 Tahun 2009
tentang Perubahan UU No 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan yang secara tegas
menyatakan bahwa pengeluaran hasil produksi usaha perikanan (yang
berkwalitas baik) ke luar negeri (ekspor) dilakukan apabila produksi dan pasokan
di dalam negeri telah mencukupi kebutuhan konsumsi nasional.
Perbaikan sistem jaringan pasar ikan antar pulau dan antar wilayah;
Penguatan armada kapal pengangkut ikan antar pulau;
Kembalikan manfaat subsidi perikanan (BBM, Kapal, Pakan Ikan dan Pupuk) untuk
rakyat melalui penyediaan ikan berkwalitas baik dengan harga terjangkau;
Tindak tegas para pelaku ekspor dan impor ikan illegal, termasuk penjualan ikan di
tengah laut. Data UN-Comtrade (2011) mengindikasikan semakin maraknya ekspor
ikan Tuna illegal dari Indonesia ke Thailand. Pada Tahun 2000 tercatat dugaan
ekspor ikan tuna Albacore secara illegal mencapai 52 persen dari total volume
ekspor ikan tuna Albacore Indonesia ke Thailand, yaitu mencapai 271.419 Kg
dengan nilai mencapai 1.070.630 US $. Sementara itu pada Tahun 2010, dugaan
ekspor ikan tuna Albacore illegal ke Thailand semakin meningkat sampai 69,20
persen dari total volume ekspor ikan tuna Albacore Indonesia ke Thailand. Volume
ekspor ikan tuna Albacore illegal dari Indonesia ke Thailand tahun 2010
diperkirakan mencapai 2.352.724 Kg dengan nilai mencapai 8.326.839 US $
Perlindungan Nelayan dan Pembudiaya
Ikan
Perlindungan dari perubahan iklim (Asuransi Kecelakaan
Nelayan, dll)
Perlindungan dari ancaman impor ikan illegal ikan impor
dilarang masuk ke sentra nelayan dan pasar tradisional;
Perlindungan dari ancaman ekspor ikan illegal ikan harus di
daratkan dan diolah di dalam negeri;
Perlindungan dari ancaman lingkungan (Pencemaran air laut,
pembabatan hutan mangrove, pengrusakan terumbu karang);
Perlindungan dari perubahan biaya input produksi (kenaikan
harga BBM);
Perlindungan dari ancaman alih fungsi lahan tambak jari fungsi
lain, misalnya industri , kelapa sawit dan perumahan

Anda mungkin juga menyukai