Anda di halaman 1dari 41

1

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR KB

SUNTIK TENTANG EFEK SAMPING DMPA

DI BPS INDRANA BOLU

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menurut WHO, dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan

keluarga berencana dan 65-75 juta diantaranya, terutama dinegara berkembang,

menggunakan kontrasepsi hormonal, kontrasepsi hormonal yang digunakan dapat

memiliki dampak positif maupun negatif terhadap berbagai organ wanita, baik

organ genetalia maupun non genetalia.

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan

Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis

Empat Pilar Safe Motherhood. Dewasa ini, Program Keluarga Berencana (KB)

sebagai pilar pertama, telah dianggap berhasil (Saifudin, 2002). Program Keluarga

Berencana (KB) adalah bagian yang terpadu (Integral) dalam program

Pembangunan Nasional yang bertujuan untuk turut serta menciptakan

kesejahteraan ekonomi, sprititual dan sosial budaya penduduk Indonesia

(Dep. Kes RI, 1994).

Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan

dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan

1
2

penjarangan kelahiran (Dep. Kes RI, 1994). Metode KB yang dapat digunakan

terdiri dari 2 macam yaitu metode sederhana (kondom, spermiside, koitus

interuptus, pantang berkala) dan metode efektif (hormonal, mekanis dan metode

KB darurat) (Manuaba, 1998).

Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan kaum ibu adalah

KB suntik, ini disebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah. Cara ini

mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai

kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan (1983) (Muchtar. R, 2002).

Namun demikian KB suntik juga mempunyai banyak efek samping, seperti

amenorea (30%), spoting (bercak darah) dan menoragia, seperti halnya dengan

kontrasepsi hormonal lainnya dan dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala

(<1-17%) (pusing), galaktorea (90%), perubahan berat badan (7-9%) (Hartanto,

jones, 2005 ).

Keluarga berencana menurut UU NO. 10 Tahun 1992 tentang

perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adlah usaha

peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan

program perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga ,

peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan, sejahtera. Secara umum,

tujuan program keluarga berencana (KB) adalah untuk memenuhi perintah

masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,

menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah

kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas.

(Noviawati,2009) Berdasarkan data yang di peroleh dari BPS Statistik

Kesejahteraan Rakyat di Indonesia pada tahun 2003, jumlah akseptor KB suntik

2
3

menduduki tingkat pertama (51,08%), dan untuk tingkat Propinsi berjumlah

337.257 peserta.

Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor

termasuk status kesehatan mereka, eek samping potensial suatu metode,

konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, kerjasama pasangan dan

norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak sehingga konseling

merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan keluaraga

berencana (Prawirohardjo,2003,hal 352).

Gerakan keluarga berencana telah menjadi salah satupilar gerakan sayang

ibu, sehingga dapat dicapai pembatasan jumlah anak, terlalu muda untuk hamil,

interval kehamilan tidak terlalu pendek dan menambah kesehatan rohani dan

jasmani sehingga ibu hamil pada tingkat kesejahteraan optimal.

Paradigma baru program keluarga berencana nasional telah diubah visinya

dan mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi

untuk mewujudkan Kelurga Berkeluarga Tahun 2015. Keluarga yang

berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki anak

yang ideal, berwawasan depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa (saifuddin, 2006, hal VII).

Kepala BKKBN Pusat dr Sugiri Syarif, MPA, menyatakan program KB di

daerah selama ini berjalan lambat karena lemahnya fungsi otonomi daerah. Meski

demikian secara nasional target akseptor KB di indonesiadari tahun ke

tahunmengalami perkembangan, Di tahun 2007 dicapai akseptor baru sebanyak

5,6juta, tahun 2008 sebanyak 6,6 juta pencapaian peserta KB baru Sulawesi

3
4

Selatan tahun 2008 sebanyak 254.738 peserta atau 99,18% terhadap perkiraan

permintaan masyarakat masyarakat (PPM) peserta baru 256.850 peserta

(http://www.ghabo.com, 20 april 2009).

Hasil pendataan Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Tana Toraja

jumlah penduduk pada tahun 2007 sebesar 476.661 jiwa dan bertambah menjadi

452.663 jiwa pada tahun 2008. Dengan demikian dari tahun 2007-2008 rata-rata

laju pertumbuhan penduduk di kabupaten Tana Toraja mencapai 1,34% pertahun

dan pencapaian KB bulan januari-desember 2008 berjumlah 45.225 peserta

(92,42%).

Data yang diperoleh dari kantor BKKBN Tana Toraja pada tahun 2008.

Dari PUS 68.366 orang yang menjadi akseptor KB 45.158 orang (66.05%) yang

terdiri dari IUD 7.454 orang (16,50%), MOP 2 orang (0,0044%), MOW 1.955

orang (4,329%), implant 3.642 orang (8,065%), suntik 14.226 orang (31,50%),

PIL 16.495 orang (36,52%) dan kondom 1.384 orang (3,06%).

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat di rumuskan sebagai

berikut : Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang

Efek Samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) di BPS INDRANA

BOLU.

4
5

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sifat penelitian : Deskriptif

2. Subjek penelitian : Akseptor KB suntik Depo Medroxyprogesterone Asetat

(DMPA).

3. ObjSek penelitian : Pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping

Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA)

4. Lokasi penelitian : Dilaksanakan di BPS INDRANA BOLU

B. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek

samping Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA) di BPS INDRANA BOLU.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Bidan

Menjadi bahan masukan bagi program kerja bidan untuk meningkatkan

konseling yang berkaitan dengan efek samping pada kontrasepsi khususnya

kontrasepsi suntik.

2. Instansi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan menjadi sumber Pustaka untuk penelitian

selanjutnya.

3. Peneliti

5
6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan,

khususnya dalam bidang penelitian terhadap Gambaran Pengetahuan Ibu

Tentang Efeksamping KB Suntik di BPS INDRANA BOLU.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kontrasepsi Suntik

1. Pengertian kontrasepsi

a. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamialan, upaya itu

dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen yang pada

wanita disebut tubektomi dan pada pria disebut vasektomi

(Wiknjosastro Hanifa,2007,hal 905).

b. Kontrasepsi adalah cara untuk mencengah terjadinya konsepsi

dengan alat atau obat-obatan ((Mochtar Rustam, 1998,hal 255)

6
7

c. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencengah kehamilan.

Kontrasepsi berasal dari 2 kata yaitu kontra dan sepsi yang

disatukan menjadi kontrasepsi. Dengan demikian kehamilan dan

pengertian keluarga berencana adalah saat terjadinya konsepsi

(Manuaba, 2002, hal 136).

Kontrasepsi suntik merupakan suatu tindakan invasif karena menembus

pelindung kulit, penyuntikan harus dilakukan hati-hati dengan teknik aseptik

untuk mencegah infeksi (Sarwono, 2003). Salah satu tujuan utama dari

kontrasepsi ini adalah untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang

berdaya kerja panjang (lama, yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau

setiap akan bersenggama, tetapi tetap reversibel. Dua kontrasepsi suntikan

berdaya kerja lama yang sekarang banyak dipakai adalah Depo Medroxy

Progesteron Acetat (DMPA) = Depo-Provera, dan NET-EN (Norethindrone

enanthate). Efek samping utama : gangguan pola haid. Sedangkan efek samping

lain kecil sekali, antara lain :

d. Berat badan naik, antara 1 5 kg (DMPA)

e. Sebagian besar wanita belum kembali infertilitasnya selama 4 5 bulan

setelah menghentikan suntikannya (Hartanto, 2003).

Jenis metode KB yang biasa digunakan :

a. Metode sederhana

1) Kondom

2) Spermiside

7
8

3) Koitus interuptus (senggama terputus)

4) Pantang berkala

b. Metode efektif

1) Hormonal (pil KB, DMPA, NET EN)

2) Mekanis (AKDR)

3) Metode KB darurat (Manuaba, 1998).

2. Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA)

a. Pengertian

1) Depo Medroxyprogesterone Asetat (DMPA)

DMPA adalah suatu sintesa progestin yang mempunyai efek

progestin asli dari tubuh wanita dan merupakan suspensi steril

medroxy progesteron acetat dalam air, yang mengandung medroxy

progesteron acetat 150 mg (setiap 3 ml) (FKUI, 1980).

DMPA ini telah dipakai lebih dari 90 negara, telah digunakan

selama kurang lebih 20 tahun dan sampai saat ini akseptornya

berjumlah kira-kira 5 juta wanita (Hartanto, 2002).

2) Jenis

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung

progestin yaitu :

a) Depo medroxyprogesteron asetat (DMPA), mengandung 150

mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik

IM (di daerah bokong).

8
9

b) Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung

200 mg noretindron enantat, di berikan setiap 2 bulan dengan

cara disuntik IM (Sarwono, 2003)

3) Cara Kerja

Cara kerja kontrasepsi ini

a. Mencegah ovulasi

b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma.

c. Menjadikan selaput rahim tipis dan atropi

d. Menghambat tranportasi gamet oleh tuba (Sarwono, 2003).

4) Efektifitas

Kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi,

dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya

dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah di tentukan

(Sarwono, 2003). Tingginya minat pemakaian alat kontrasepsi ini oleh

karena murah, aman, sederhana, efektif dan dapat dipakai pada pasca

persalinan (Manuaba, 1998).

5) Keuntungan

Keuntungan penggunaannya adalah :

a) Sangat efektif dan tidak perlu takut lupa

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri

9
10

d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah

e) Tidak berpengaruh terhadap ASI

f) Sedikit efeksamping

g) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai

primenopause.

h) Mencegah kanker andometrium dan kehamilan ektopik

i) Menurunkan kejadian penyakit tumor jinak payudara

j) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul

(Sarwono, 2003).

6) Kerugian/Keterbatasannya

Dapat terjadi perdarahan yang tidak teratur karena tidak

terdapatnya estrogen yang diperlukan untuk pengelupasan

endometrium secara teratur pada haid (Dep. kes RI, 1994).

7) Efek samping

Efek samping adalah dampak dari obat-obatan yang tidak di

inginkan. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia efek samping

adalah akibat atau gejala yang timbul secara tidak langsung disamping

proses utamanya. Efek samping DMPA adalah dampak dari DMPA

yang tidak diinginkan. Efek samping penggunaan DMPA adalah :

a) Gangguan haid

10
11

Pola haid yang normal dapat menjadi amenore, perdarahan

ireguler, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi yang

lama. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian.

Perdarahan inter menstrual dan perdarahan bercak berkurang

dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore

bertambah besar. Insiden yang tinggi dari amenore diduga

berhubungan dengan atropi endometrium. Sedangkan sebab-

sebab dari perdarahan ireguler masih belum jelas, dan

nampaknya tidak ada hubungan dengan perubahan-perubahan

dalam kadar hormon. DMPA lebih sering menyebabkan

perdarahan.

b) Mual / Pusing / Gelisah

c) Sakit kepala

Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET-

EN dan terjadi pada kurang dari 1 17% akseptor

d) Berat Badan yang Bertambah

Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar,

bervariasi antara kurang dari 1 kg 5 kg dalam setahun

pertama. Penyebab perdarahan tidak jelas tampaknya terjadi

karena bertambahnya lemak tubuh.

e) Galaktorea

11
12

Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah

mungkin dapat memperbaiki kuantitas ASI (memperbanyak

produksi ASI). DMPA tidak merubah komposisi dari ASI

f) Depresi

g) Tromboflebitis (Hartanto, 2003).

12
13

8) Penanganan Efek Samping dan Masalah Kesehatan

a) Gangguan haid

(1) Amenorea adalah tidak datangnya haid pada setiap bulan

selama akseptor mengikuti KB suntik.

Penilaian :

Hindarkan kemungkinan hamil dengan memeriksa ada

tidaknya tanda-tanda kehamilan, lakukan pemeriksaan

dengan pp tes.

Penanganan :

Gejala amenorea adalah biasa pada peserta kontrasepsi

suntikan, walau begitu amenorea selama 6 minggu setelah

haid yang teratur mungkin terjadi kehamilan. Bila ya, dapat

dipastikan rujuk klien sesuai dengan tata cara yang berlaku,

dan jelaskan pada ibu bahwa hormon progestin yang

disuntikkan tidak akan menyebabkan kelainan pada janin.

Haid normal biasanya kembali setelah 1-3 bulan suntikan

dihentikan (Sarwono, 1996)

(2) Menorrhagia adalah datangnya darah haid yang berlebihan

jumlahnya

Penilaian :

Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa

perdarahan tersebut bukan dari saluran alat kelamin, bila

13
14

diduga hamil (diluar kandungan) atau keguguran spontan,

lakukan pemeriksaan dan bila perlu lakukan tes kehamilan.

Penanganan :

Bila terdapat kelainan segera diobati dan bila perlu rujuk

kesarana pelayanan yang lebih lengkap untuk evaluasi lebih

lanjut. Hentikan penyuntikan KB. Anjurkan klien untuk

konseling kembali setelah mengalami pengobatan.

(3) Spotting adalah perdarahan inter-menstival yang jumlahnya

sedikit sekali sehingga tidak memerlukan pemakaian

tampon.

Penilaian :

Bila tidak ditemukan kelainan periksalah adanya tanda-

tanda anemia berat (daerah-daerah ekstrimitas yang pucat).

Penanganan :

Bila hematokrit < 30 atau hemoglobin < 9 g/dl, dapat

diberikan Fe (FeSO4), 200 mg/hari (selama 3 bulan) dan

konseling gizi, hentikan suntik KB anjurkan cara lain.

Catatan :

Biasanya justru pada peserta KB suntik, haid bulanan

sangat sedikit/tidak ada sehingga kecil kemungkinan untuk

anemia.

14
15

b) Mual/Pusing/Gelisah

Penilaian :

Pastikan tidak terdapat kehamilan dengan pemeriksaan

jasmani, periksa pekaian spekulum, periksa bimanual dan tes

kehamilan bila perlu.

Penanganan :

Bila ibu hamil segera rujuk, bila tidak hamil, informasikan

bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu

dekat.

c) Sakit Kepala (disertai gangguan penglihatan)

Penilaian :

Tanyakan apakah ada perubahan menjadi bertambah berat

dalam pola sakit kepala sejak mengikuti KB suntik. Lakukan

pemeriksaan dan ukur tekanan darah.

Penanganan :

Bila sakit kepala sangat berat dan atau berulang atau tekanan

darah meningkat sejak penggunaan KB suntik maka rujuk atau

hentikan penyuntikan. Bila gangguan penglihatan menetap

rujuk atau hentikan penyuntikan. Bila sakit kepala ringan-

sedang, berikan analgesik dan berikan konseling.

15
16

d) Perubahan Berat Badan (BB naik atau turun)

Penilaian :

Bandingkan sebelum dan sesudah mengikuti KB suntik,

pastikan tidak terdapat adanya kehamilan, pastikan klien makan

dan olahraga dengan baik dan tepat.

Penanganan :

Informasikan bahwa kenaikan-penurunan BB sebanyak 1-2 kg

dapat terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat

badan terlalu menyolok. Bila berat badan berlebihan

hentikan penyuntikan dan anjurkan cara KB lain (Sarwono,

1996)

e) Galaktorea (pengeluaran ASI yang berlebihan)

Penilaian :

Laksanakan pemeriksaan hormon pralaktin

Penanganan :

Bila terdapat peningkatan kadar hormon pralaktin hentikan

pemberian suntikan.

f) Depresi

Penilaian :

Tanyakan faktor-faktor yang mungkin berpengaruh misalnya

depresi pada keluarga dan masalah keuangan dan sosial.

16
17

Penanganan :

Berikan konseling, bila akseptor merasa depresinya bertambah

berat pada pemakaian KB suntik atau karena pengaruh selama

penyuntikan hentikan penyuntikan. Jika KB suntik tidak

memperberat kondisi maka penyuntikan dapat dilanjutkan.

g) Tromboflebitis/Penyakit trumboemboli

Penilaian :

Kemungkinan penyakit tromboemboli

Penanganan :

Trimboemboli adalah kontra indikasi pemkaian KB suntik

rujuk dan kemungkinan hentikan penyuntikan.

9) Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

a) Usia reproduksi

b) Nulipara dan yang telah memiliki anak

c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki

efektifitas tinggi

d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

f) Setelah abortus atau keguguran

g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi

h) Perokok

i) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan

pembekuan darah atau anemia bulan sabit.

17
18

j) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau

obat tuberkolosis.

k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen

l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

m) Anemia defisiensi besi (Sarwono, 2003).

10) Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan

Progestin

a) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin per

100.000 kelahiran)

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama

amenorea.

d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

e) Diabetes melitus disertai komplikasi (Sarwono, 2003).

11) Kapan Suntikan KB Dapat Diberikan

a) Pasca persalinan

(1) Segera ketika masih di rumah sakit

(2) Jadwal suntikan berikutnya

b) Pasca abortus

(1) Segera setelah perawatan

(2) Jadwal waktu suntikan diperhitungkan

18
19

c) Interval

(1) Segera setelah perawatan

(2) Jadwal waktu diperhitungkan

Jadwal waktu suntikan berikutnya di perhitungkan dengan

pedoman

Depoprovera : Interval 12 mgg

Norigest : Interval 8 mgg (Manuaba, 1998).

12) Informasi Lain yang Perlu Disampaikan

a) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan

haid (amenorea)

b) Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit

sekali mengganggu kesehatan.

c) Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan BB, sakit

kepala dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak

berbahaya dan cepat hilang.

d) Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu

diberikan pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan

dan bagi ibu yang merencanakan kehamilan berikutnya dalam

waktu dekat.

e) Setelah suntikan di hentikan, haid tidak segera datang haid baru

datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan, selama tidak

haid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6

19
20

bulan tidak haid juga, klien harus kembali kedokter atau tempat

pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.

f) Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah

ditentukan, suntikan diberikan 2 minggu. Setelah jadwal yang

ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak

diberikan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau

menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari.

g) Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu

kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta untuk. Digantikan

dengan kontrasepsi suntik yang lain, sebaiknya jangan

dilakukan.

h) Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera

diberikan asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil (Sarwono,

2003).

13) Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntik Progestin

a) Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan

kehamilan.

b) Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala

kehamilan ektopik terganggu.

c) Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.

d) Sakit kepala migran, sakit kepala berulang yang berat atau

kaburnya penglihatan.

20
21

e) Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau

2 kali lebih banyak dalam satu periode masa haid.

Bila terjadi hal-hal yang di sebutkan diatas, hubungi segera

Nakes atau Klinik terdekat (Sarwono, 2003).

B. Pengetahuan

1. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan adalah hasil pengindraan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), pengetahuan adalah

segala sesuatu yang diketahui (kepandaian) atau segala sesuatu yang diketahui

berkaitan dengan mata pelajaran.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan mempunyai 6 tingkat yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

21
22

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang di

maksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek tertentu.

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002).

Sesuai dengan uraian tinjauan pustaka diatas mengenai gambaran

pengetahuan ibu akseptor KB suntik terhadap efek samping Depo

Medroxyprogesterone Asetat (DMPA), maka penulis membuat kerangka konsep

sebagai berikut :

22
23

Independen Dependen

Pengetahuan Akseptor DMPA Efek Samping DMPA

Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

D. Definisi Operasional

Mendefinisikan variabel secara operasional ialah memeriksa

(mendeskripsikan) variabel penelitian sedemikian rupa sehingga bersifat spesifik

(tidak berinterpretasi ganda) dan terukur (Praktiknya, 2003).

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Definisi Operasional/Penelitian

N Definisi Cara Alat Hasil Ukur


Variabel Skala
o Opersional Ukur Ukur Kriteria Nilai
1. Pengetahua Pemahaman Angke Kuesion a.Baik 76-100% Ordina
n akseptor KB t er b.Cukup 56-75% l
Tentang suntik tentang c.Kurang
DMPA efek samping Baki 40-55%
Depo d.Tidak
Medroxyprogeste Baik < 40%
rone Asetat
(DMPA)
- Ganguan
Haid
- Produksi
ASI
- Perubaha
n Berat badan
- Sakit
Kepala dan
infertilitas

2. Efek Dampak dari

23
24

samping DMPA yang


DMPA tidak diinginkan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis metode

penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian

yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif,

tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2002).

Pada penelitian ini penulis ingin menggambarkan pengetahuan akseptor

KB suntik tentang efeksamping DMSPA, khususnya di BPS INDRANA BOLU.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002). Dalam

penelitian ini adalah semua akseptor KB suntik dengan Depo Porgestin /

DMPA (3 bulan) di BPS INDRANA BOLU.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik pengambilan sampel

Accidental sampling yaitu dengan mengambil kasus atau responden yang

kebetulan ada dan melakukan kunjungan ulang di BPS INDRANA BOLU.

24
25

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah penjabaran lebih lanjut tentang sesuatu yang

diteliti. Menurut Notoatmodjo (2002) Variabel mengandung pengertian ukuran

atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda

dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Variabel dalam penelitian ini terdiri

dari variabel :

1. Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel

terikat, yang dalam penelitian ini yaitu : pengetahuan akseptor DMPA.

2. Variabel dependen adalah variabel yang terikat atau variabel yang dipengaruhi

oleh variabel bebas, dalam penelitian ini yaitu efek samping DMPA.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di BPS INDRANA BOLU dan akan di

laksanakan pada tanggal ....... 2012. Lokasi ini dipilih karena didapatkan jumlah

akseptor yang berpengetahuan kurang sebesar 50%.

E. Alat Ukur dan Cara Pengumpulan Data

1. Alat Ukur

Menurut Notoatmodjo (2002), Instrumen adalah alat-alat yang akan

digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa :

kuesioner (daftar pertanyaan).

Pada penelitian ini yang digunakan sebagai alat ukur untuk mengumpulkan

data adalah kuesioner. Kuesioner disini diartikan sebagai daftar pertanyaan

yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal

25
26

memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu

(Notoatmodjo, 2002). Sedangkan cara ukurnya berupa angket yang berisi

pertanyaan dengan 2 alternatif jawaban yaitu benar dan salah yang mencakup

10 pertanyaan. Jika jawaban benar mendapat skor 1 (nilai tertinggi) dan bila

jawaban yang diberikan salah mendapat skor 0 (nilai terendah). Pertanyaan

yang akan diajukan pada tingkat pengetahuan jawaban dikelompokkan

menjadi 4 kategori yaitu baik, cukup, kurang dan kurang sekali (Arikunto,

1998).

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data melalui tahap-tahap :

a. Tahap Persiapan

Mengurus perijinan kepada pemimpin wilayah setempat dan pemimpin

institusi penelitian.

b. Melakukan survey pendahuluan

c. Menyusun kuesioner penelitian

d. Tahap Pelaksanaan

1) Menyerahkan surat izin penelitian

2) Menetapkan sampel penelitian

3) Menentukan pertemuan dengan bidan setempat

4) Penyebaran kuesioner sekalian pengumpulan kuesioner

5) Memperoses dan menganalisa data

26
27

e. Akhir

Setelah data terkumpul dilakukan tabulasi selanjutnya dilakukan

pengolahan dan analisa data

F. Pengolahan Data dan Analisis

Setelah data terkumpul melalui angket dan kuesioner, maka dilakukan

tehap pengolahan data yang melalui tahap berikut ini :

1. Editing

Pada tahap ini penulis melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh

kemudian diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisiannya.

2. Coding

Setelah dilakukan editing selanjutnya penulis memberikan kode pada tiap-

tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisa data.

3. Tabulasi

Pada tahap ini jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti

dan teratur, lalu dihitung, dijumlahkan dan ditulis dalam bentuk tabel.

4. Analisis

Analisis data dilakukan secara manual, dengan menggunakan rumus :


a
P= x100 %
B

Keterangan :

P = Presentase

a = Jumlah pertanyaan yang dijawab benar

B = Jumlah seluruh pertanyaan

(Pratiknya, 2003)

27
28

Dalam penentuan kategori penilaian, dinilai dengan menggunakan

presentase menurut (Arikunto 1998)

1. Kategori baik dengan jumlah 76 100%

2. Kategori cukup dengan jumlah 56 75%

3. Kategori kurang baik dengan jumlah 40 55%

4. Kategori kurang sekali dengan jumlah < 40%.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Bps Indrana Bolu

1. Sejarah Singkat RB D

Rumah Bersalin Doa Ibu terletak di Desa Girimulyo, Kecamatan Sekampung

Kabupaten Lampung Timur. Pada awalnya rumah Bersalin Doa Ibu berbentuk Bidan

Swasta (BPS) yang berdiri pada tahun 1980 yang pelayanan masih banyak dilakukan

dari rumah kerumah dengan jumlah persalinan 5-20 persalian dalam 1 bulan

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan, maka

pada tahun1999, didirikan Rumah Bersalin Doa Ibu sebagai pengembangan dari

BPS menjadi rumah bersalin dengan Akte Notaris No : 02 tanggal 11 Mei 1999,

Departemen Kesehatan RI No : Y.M 0001.62.42009 dan sebagai penanggung

jawabnya adalah dr. Hi. Aris Gunawan.

Sejak berdirinya RB Doa Ibu hingga tahun 2006, banyak usaha yang

dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehaan untuk masyarakaat,

28
29

salah atu faktor penting berkembangnya RB Doa Ibu, selain kualitas

pelayanannya juga letak geografisnya yang strategis, yaitu :

1. Sebelah utara berbaasan dengan Desa Sumber Gede

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sidomulya

3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sidodadi

4. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukoharjo

Selain itu RB Doa Ibu juga berdekatan dengan pasar sekampung sebagai

pusat kegiatan perekonomian masyarakat dan letaknya tidak jauh dari jalan utama

bagi kendaraan umum sehigga mudah dijangkau oleh masyarakat.

2. Ketenagaan

Ketenagaan yang dimiliki rumah bersalin Doa Ibu Sekampung terdiri dari

berbagai latar belakang profesi. Hal ini merupakan salah satu uapya untuk dapat

memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat sesuai dengan

kewenangannya.

Adapun ketenagaan yang dimilki oleh RB doa ibu adalah sebagai berikut

Tabel 3. Ketenagaan Yang Dimiliki Oleh RB Doa Ibu

No Jenis Ketenagaan Jumlah Keterangan

1. Dokter umum 2 orang - Sebagai


penanggung jawab sekaligus
pengawas RB yaitu dr.Hi.Aris
Gunawan
- Sebagai
pelaksana RB Doa Ibu yaitu
dr. Linda Delanie Agustin
2. Bidan 2 orang Lulusan akademi kebidanan
3. Perwat 1 orang Lulusan akademi keperawatan

29
30

4. Sopir 1 orang -
5. Cleaning servis 1 orang -

3. Pelayanan Keluarga Berencana RB Doa Ibu

Pelayanan bagi pasangan usia subur yang ingin menunda kehamilan

maupun manjarangkan kehamilan juga ada di RB Doa Ibu Sekampung.

Pelayanan keluarga berencana meliputi :

a. Metode suntikan : 3 bulan dan 1 bulan

b. Implan : indoplan dan sinoplan

c. IUD : (CT 800)

d. Pil KB : pil KB kombinasi

Adapun cakupan akseptor KB di RB Doa Ibu Sekampung tahun 2006

adalah sebagai berikut :

Akseptor KB Baru

a. Suntikan : 229 akseptor

b. Impalnt : 20 akseptor

c. Pil : 35 akseptor

d. IUD : 24 akseptor

Akseptor KB Lama :

a. Suntikan : 1.779 akseptor

b. Impalnt : 178 akseptor

c. Pil : 44 akseptor

d. IUD : 11 akseptor

30
31

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, melalui penyebaran

kuesioner kepada 30 akseptor KB suntik dengan 15 pertanyaan yang meliputi

pengetahuan dan efek samping DMPA.

Untuk memberikan gambaran data penunjang mengenai akseptor KB

suntik tentang efek samping DMPA dapat terlihat pada :

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Klasifikasi usia Jumlah Presentasi


1. <20 dan >35 7 23,33
tahun
2. 20-35 tahun 23 76,67
Jumlah 30 100

Dari tabel 5 diketahui bahwa 76,67% responden berusia 20-35 tahun

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan

Klasifikasi Pendidikan Jumlah Presentasi


1. SD 6 20
2. SLTP 17 56,67

31
32

3. SLTA 7 23,33
4. Perguruan tinggi - -
Jumlah 30 100

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir responden

yang terbanyak 17 responden (56,67%) yaitu berpendidikan SLTP.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Klasifikasi Pekerjaan Jumlah Presentasi


1. Ibu Rumah Tangga 24 80
2. Petani 3 10
3. Pedagang 3 10
Jumlah 30 100

Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa 24 responden (80%) bekerja

sebagai Ibu Rumah Tangga

2. Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping DMPA.

Berdasarkan lampiran 7, 8, 9, 10 maka pengetahuan akseptor KB

suntik tentang efek samping DMPA adalah :

a. Gangguan Haid

Tabel 8. Kategori Pengetahuan Akseptor KB Suntik Terhadap


Gangguan Haid

Presentase
No Kategori pengetahuan Jumlah Responden
(%)
1. Baik - -
2. Cukup 9 30

32
33

3. Kurang Baik 15 50
4. Kurang Sekali 6 20
Jumlah 30 100

Dari tabel 8 diketahui bahwa pengetahuan akseptor KB suntik tentang

efek samping DMPA terhadap gangguan haid yang terbanyak masuk

dalam katagori kurang baik yaitu 15 responden (50%)

Tabel 11. Kategori Pengetahuan Akseptor KB Suntik Terhadap


Sakit Kepala
Presentase
No Kategori pengetahuan Jumlah Responden
(%)
1. Baik 17 56,67
2. Cukup 7 23,33
3. Kurang Baik 6 20,00
4. Kurang Sekali - -
Jumlah 30 100

Dari tabel 11 diketahui bahwa pengetahuan akseptor KB suntik tentang

efek samping DMPA terhadap sakit kepala berkatagori baik yaitu

sebesar 17 responden (56,67%).

Tabel 12. Kategori Pengetahuan Akseptor KB Suntik Terhadap


Infertilitas
Presentase
No Kategori pengetahuan Jumlah Responden
(%)
1. Baik 9 30
2. Cukup - -
3. Kurang Baik - -
4. Kurang Sekali 21 70
Jumlah 30 100

33
34

Dari tabel 11 diketahui bahwa pengetahuan akseptor KB suntik tentang

efek samping DMPA terhadap Infertilitas berkatagori kurang sekali

yaitu sebesar 21 responden (70,00%).

Berdasarkan uraian diatas mengenai gambaran pengetahuan akseptor KB

suntik tentang efek samping DMPAdi RB Doa Ibu Sekampung Lampung Timur

dapat disimpulkan seperti pada tabel dibawah ini :

34
35

Tabel 13. Kategori pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping


DMPA di RB Doa Ibu Sekampung Lampung Timur.

Presentase
No Kategori pengetahuan Jumlah Responden
(%)
1. Baik 1 3,33
2. Cukup 15 50,00
3. Kurang 13 43,33
4. Kurang Sekali 1 3,33
Jumlah 30 100

Secara keseluruhan pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping

DMPA adalah cukup yaitu sebesar 57,78%, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada lampiran 6.

C. Pembahasan

Menurut Notoatmodjo (2005), Pengetahuan adalah hasil pengindraan

manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya,

sesuai dengan teori yang ada bahwa pengetahuan merupakan faktor yang sangat

penting untuk terbentuknya suatu sikap atau tindakan seseorang, karena dari

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasarkan pengetahuan

akan berpengaruh dan lebih menimbulkan kesadaran dalam diri dibandingkan

tidak didasarkan pengetahuan.

Berdasarkan lampiran 6 didapatkan bahwa pengetahuan akseptor KB

suntik terhadap gangguan haid adalah kurang baik yaitu 15 responden (50%), ini

disebabkan karena ibu menganggap hal tersebut adalah hal yang biasa.

Pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping DMPA terhadap ASI

berkategori cukup namun masih ada yang berpengetahuan kurang sekali yaitu 1

responden (3,33%), ini dikarenakan kurangnya keingintahuan ibu tentang adanya

35
36

hubungan jumlah produk ASI yang meningkat dengan adanya penggunaan KB

suntik DMPA. Pada perubahan berat badan terdapat 27 akseptor (90%)

mempunyai pengetahuan berkategori kurang baik, hal ini disebabkan karena

perubahan yang dialami ibu tidak begitu mencolok berkisar 2-3 dari berat badan

semula dan ibu menganggap hal ini adalah hal yang biasa. Pengetahuan responden

terhadap sakit kepala sebanyak 17 responden (56,67%) dan berkatagori baik.

Pengetahuan responden terhadap infertilitas masuk dalam katagori kurang sekali

yaitu sebanyak 21 responden (70%), hal ini disebabkan kurangnya komunikasi

dan pengetahuan ibu terhadap infertilitas yang disebabkan oleh penggunaan

kontrasepsi suntik DMPA

Secara keseluruhan dari 30 responden didapatkan 17 responden (56,67%)

berpendidikan SLTP yang sebagian akseptor KB bekerja sebagai Ibu Rumah

Tangga (80%) dan berusia 20 - 35 tahun sebanyak 23 responden (76,67%).

Dimana tingkat pendidikan akan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang, sehingga berpengaruh kepada pola pikirnya maka akan semakin tinggi

pula kemampuan mereka dalam menerima informasi dan menerapkan dalam

kehidupan sehari-hari hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (1997 : 94),

bahwa pengetahuan adalah pemahaman seseorang akan sesuatu hal yang didapat

baik secara formal maupun non formal.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai gambaran

pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping DMPA di RB Doa Ibu

Sekampung secara keseluruhan responden sudah masuk dalam kategori cukup

yaitu sebesar 57,78%. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (1997) bahwa

36
37

tindakan atau prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dengan adanya keseimbangan

antara prilaku dan pengetahuan diharapkan akseptor KB dapat memilih alat

kontrasepsi apa yang cocok untuk dirinya.

37
38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam penelitian yang telah di lakukan tentang efek samping DMPA

terhadap 30 responden di RB Doa Ibu Sekampung Lampung Timur, maka dapat

di tarik kesimpulan sebagai berikut :

Sebagian besar gambaran tingkat pengetahuan responden (Akseptor KB

suntik DMPA) termasuk dalam katagori cukup yaitu 57,78% sehingga hal ini

merupakan alasan yang baik bagi responden untuk mempertahankan penggunaan

DMPA atau sebaliknya akan berpindah ke alat kontrasepsi yang lain yang lebih

cocok untuknya.

B. Saran

Adapun saran - saran dalam penelitian ini adalah:

1. Bidan RB Doa Ibu Sekampung

Untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan KB dan memberikan

konseling pada akseptor KB suntik.

2. Bagi Instansi Pendidikan Prodi Kebidanan Metro

Diharapkan dapat memperbanyak literatur yang berkaitan dengan

kebidanan khususnya tentang penerapan alat kontrasepsi dan efek sampingnya.

3. Bagi Para Peneliti Selanjutnya

38
39

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para

peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang efek samping DMPA

dan dapat mengkaji hal-hal yang belum dapat dimunculkan penulis dalam

penelitian ini.

39
40

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rhineka


CIpta, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek,

Yogyakarta: PT. Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:


Bakti Husada

Departemen Kesehatan RI. 1994. Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan


Dasar. Jakarta : Depkes RI.

Hartanto, Hanafi. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka


Sinar Harapan

Hartanto, H. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.

Hartanto. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : EGC

Ida Bagus Gde Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana untuk pendidikan bidan, Jakarta: EGC.

Jones. 2005. Setiap Wanita. Jakarta : Delup Ratansa Publhising.

Manuaba.1998.Ilmu Kebidanan,Penyakit Dan Kandungan&Keluarga Berencana

Untuk Pendikdikan Bidan.Jakarta:EGC

Mochtar. 2000. Sinopsis Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.

Pratiknya. A.W. 2003. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan, PT. Grafindo Persada, Jakarta.

40
41

Saifudin, A.B. 2002. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, 2005, Metodologi Pendidikan Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

Prawirohardjo, Sarwono, 2003. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatural, Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2003. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.


Sarwono Prawirohardjo, 1994. Ilmu Kebidanan. Jakarta, YBPSP

41

Anda mungkin juga menyukai