Anda di halaman 1dari 3

BANTUAN HIDUP LANJUT (BHL)

Posted by Arif Budi Santoso on 16.51

Defibrilasi AED
1. Definisi
Bantuan hidup lanjut (BHL) yaitu bagian dari chain of survival yang dilaksanakan setelah
bantuan hidup dasar (BHD) dikerjakan.
2.Tujuan
Tujuan BHL yakni mengupayakan agar jantung berdenyut kembali dan mencapai curah
jantung yang adekuat.
3. Komponen BHL;
a. Pengamanan jalan napas menggunakan alat bantu,
b. Ventilasi yang adekuat,
c. Pembuatan akses jalur intravena (IV) atau jalur alternatif untuk induksi obat,
d. Menginterpretasikan hasil EKG,
e. Mengupayakan sirkulasi spontan dengan cara defibrilasi jantung dan penggunaan
obat-obat emergensi yang sesuai indikasi.
4. Peralatan
a. Oropharyngeal airway (OPA) atau nasopharyngeal airway (NPA) ,
b. Resuscitation bag dan sungkup muka atau mesin ventilator,
c. Endotracheal tube (ET) dengan laringoskopi, laryngeal mask airway, atau supraglotic
airway device lainnya,
d. Defibrilator, baik otomatis maupun manual, yang memiliki monitor irama jantung
(EKG),
e. Alat monitor standard (pulse oxymetry, pengukur tekanan darah, dan PETC02),
f. Medikamentosa emergensi dan cairan infus.
5. Algoritme Bantuan Hidup Lanjut
Algoritma AHA 2010

Shockable: fibrilasi ventrikel (VF) dan takikardi ventrikel tanpa denyut nadi
(pulseless VT).
Non-shockable: asistol dan pulseless electrical activity (PEA). Pastikan untuk
mengecek sadapan jantung pada irama asistol untuk memastikan tidak ada yang
terlepas.
Penggunaan defibrilator bergantung pada jenis alat
Defibrilator monofasik: berikan 360 J sekali kejutan
Defibrilator bifasik: berikan 120-200 J sekali kejutan
*Kejutan berikutnya harus dengan daya yang sama atau lebih besar.
*Sebelum melakukan defibrilasi, pastikan area sekitar dan penolong bebas (clear).
7. Farmakologi
Epinefrin/Adrenalin IV/IO dengan dosis 1 mg setiap 3-5 menit.
Amiodaron IV/IO. Dosis pertama: 300 mg bolus; dosis kedua: 150 mg.
*AHA 2015 : vasopressin tidak lagi digunakan sebagai pengganti epinefrin karena dianggap
tidak lebih baik.
Perhatikan pemberian obat-obatan:
1. Henti jantung shockable, Obat lini pertama adalah epinefrin. Jika penggunaan
epinefrin dan defibrilasi belum berhasil, maka dapat diberikan amiodaron sebagai
obat alternatif.
2. Henti jantung non-shockable, Obat yang digunakan hanya epinefrin.
8. Alat Bantu Napas Lanjutan
Gunakan alat bantu supraglotik atau lakukan intubasi. Pemasangan alat bantu napas
harus selesai dalam jangka waktu 30 detik, jika tidak hentikan dan berikan napas
buatan, lalu coba pasang lagi.
Apabila alat bantu napas lanjutan sudah terpasang, berikan ventilasi sebanyak 8-10
kali per menit dengan tetap melakukan RJP (resusitasi jantung paru).
Return of Spontaneous Circulation (ROSC). Kembalinya sirkulasi spontan ditandai:
Kembalinya denyut nadi dan tekanan darah;
Peningkatan PETC02 secara cepat, biasanya 4 mmHg.
Setelah tercapai ROSC, hal-hal yang harus dilakukan:
Pemeriksaan EKG 12 sadapan,
Pastikan adekuatnya oksigenasi dan ventilasi,
Jaga temperatur tubuh,
Terapi perfusi/reperfusi.
Sembari melakukan BHL, tim penolong harus mencoba mencari penyebab henti jantung agar
dapat memberikan obat atau terapi spesifik yang tepat.
Penyebab tersering henti jantung yang harus dipertimbangkan dikenal dengan singkatan
5H5T, yang terdiri dari:

Penyebab tersering henti jantung

Pasca ROSC pasien memerlukan perawatan pasca henti jantung di ruang rawat intensif yang
bertujuan untuk mencegah henti jantung berulang.

Referensi
Neumar RW, Otto CW, Link MS, Kronick SL, Shuster M, Callaway CW, dkk. Part 8: adult
advanced cardiovascular life support: 2010 American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;
122 (suppl 3):S729-67.

Anda mungkin juga menyukai