Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HIPERTIROID

Disusun oleh :
1. Hanif Nur Rohmad (S.12 019) 6. Mareta Ovy Y (S.12 024)
2. Intan Sari (S.12 020) 7. Mayang Permata (S.12 025)
3. Listyan Marya H (S.12 021) 8. Miftahul Cillia (S.12 026)
4. Lola Ameria Devi (S.12 022) 9. Mila Rusita (S.12 027)
5. M. Arif Asrikan (S.12 023)
6.
7.
8.
9.
10. PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
11. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA
HUSADASURAKARTA
12. 2014
13.
14.
15.
16. SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
17. PENYAKIT HIPERTIROID PADA NY. N
18.
19. Mata Kuliah : Sistem Endokrin
20. Topik : Penjelasan Penyakit Hipertiroid
21. Sasaran : Warga Desa Tegal Asem Kadipiro,
Surakarta
22. Tempat: Balai Desa Tegal Asem Kadipiro, Surakarta
23. Hari/ Tanggal :Senin, 24 Februari 2014
24. Waktu : Pukul 10.00 WIB - selesai
25.
I. Latar Belakang
26. Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid
memproduksi hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena
kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan
baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan
thyrotoxicosis (Bararah, 2009).
27. Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling
umum dari hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat
penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan
menjadi 0,5 kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan
terjadinya puncak pada orang berusia 20-40 tahun. Gondok

2
multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di
daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat
menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang
dari kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma
toksik merupakan penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al.,
2011).
28. Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka
kejadian lebih kurang 10 per 100.000 wanita dibawah umur 40 tahun
dan 19 per 100.000 wanita yang berusia di atas 60 tahun. Prevalensi
kasus hipertiroid di Amerika terdapat pada wanita sebesar (1 ,9%) dan
pria (0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa prevalensi hipertiroid adalah
berkisar (1-2%). Di negara lnggris kasus hipertiroid terdapat pada 0.8
per 1000 wanita pertahun (Guyton, 1991 ).
29.
30.
II. Tujuan Instruksional Umum
31. Setelah diberikan penyuluhan, sasaran dapat menjelaskan tentang
penyakit Hipertiroid secara menyeluruh.
32.
III. Tujuan Instruksional Khusus
33. Setelah diberikan penyuluhan :
a. Peserta dapat menjelaskan tentang Pengertian Penyakit
Hipertiroid.
b. Peserta dapat menjelaskan tentang Penyebab Penyakit
Hipertiroid.
c. Peserta dapat menjelaskan tentang Tanda dan Gejala Penyakit
Hipertiroid.
34.
IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
35.
V. Media
1. Lcd
2. Laptop
36.

3
VI. Setting Tempat
37.
1
38. 2Baw
39.
40.
41.
42.
43.
7
44.
45. 4
46. Keterangan :
47. Moderator :
48. Notulen :
49. Narasumber :
50. Penyaji :
51. Operator :
52. Observer :
53. Fasilitator :
54. Peserta :
55.
56.
VII. Pengorganisasian
1. Ketua : Mareta Ovy Yulia
57. Tugas : Penanggung Jawab Jalannya
Penyuluhan
2. Moderator : Intan Sari
58. Tugas : Mengatur Jalannya Acara
3. Presentan : M. Arif Asrikan
59. Tugas : Menyampaikan Materi
4. Operator : Loloa Ameria Devi
60. Tugas : Mengoperasikan Media
5. Narasumber : Mila Rusita
6. Fasilitator : Hanif Nur Rohman
61. Tugas : Memfasilitasi Jalannya
Penyuluhan
7. Notulen : Mayang Permata
62. Tugas : Menyampaikan Hasil Penyuluhan
8. Observer : Miftahul Cillia
63. Tugas : Memantau Jalannya Penyuluhan
9. Fasilitator : Listyan Marya Hanung
64. Tugas : Memfasilitasi Jalannya Penyuluh
65.
66.

4
VIII. Kegiatan Penyuluhan
67. 68. 69. Kegiatan 70. Keg 71. 72.
T Mahasiswa iata
n
Aud
iens
73. 74. a. Menyampaikan salam a. Menjawab 75. 76.
b. Menjelaskan tujuan
P salam.
b. Memperhatikan.
c. Memberikan
respon

77. 78. a. Menjelaskan tentang a. Memperhatikan 81. 82.


P Pengertian Penyakit penjelasan yang
Hipertiroid. diberikan.
b. Menjelaskan tentang b. Memperhatikan
Penyebab Penyakit penjelasan yang 83.
Hipertiroid. diberikan.
c. Menjelaskan tentang c. Memperhatikan
Tanda dan Gejala penjelasan yang
Penyakit Hipertiroid. diberikan.
79.
80.

5
84. 85. a. Tanya jawab a. Menanyakan 86. 87.
P (Evaluasi). hasil yang
b. Menyimpulkan hasil
belum jelas dan
materi.
menjawab
c. Mengakhiri kegiatan
pertanyaan.
b. Menjawab
salam penutup.

88. 89. 90.


91.
92.
IX. Materi
93. Terlampir
X. Kriteria Evaluasi
A. Struktur
1. Mempersiapkan tempat penyuluhan
2. Mempersiapkan peserta yang akan mengikuti penyuluhan
3. Mempersiapkan media 2 hari sebelum penyuluhan
B. Proses
1. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai
2. Masing-masing mahasiwa berkeja sesuai dengan tugas
3. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
4. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar
5. Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat selama
penyuluhan
C. Hasil
1. Peserta dapat menjelaskan tentang Pengertian Penyakit
Hipertiroid.
2. Peserta dapat menjelaskan tentang Penyebab Penyakit
Hipertiroid.
3. Peserta dapat menjelaskan tentang Tanda dan Gejala Penyakit
Hipertiroid.
94.
95.
96.
97.

6
98.
99.
100. MATERI
101.
102. Penyakit Hipertiroid
A. Pengertian
103. Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid
memproduksi hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar
terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan baik secara
mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxicosis
(Bararah, 2009).
104. Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar
tiroid memproduksi hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal
ini kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid
terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk AS memiliki
hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin mengembangkan
hipertiroidisme daripada pria (Anonim, 2012).
105. Tirotoksikosis merupakan suatu kondisi dimana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks
fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan
hormon tiroid berlebihan (Rani., et.al., 2006).
106.
B. Etiologi
107. Penyebab Hipertiroidisme adalah adanya Imuoglobulin
perangsang tiroid (Penyakit Grave), sekunder akibat kelebihan sekresi
hipotalamus atau hipofisis anterior, hipersekresi tumor tiroid. Penyebab
tersering hipertiroidisme adalah penyakit Grave, suatu penyakit autoimun,
yakni tubuh secara serampangan membentuk thyroid-stymulating
immunoglobulin (TSI), suatu antibodi yang sasarannya adalah reseptor
TSH di sel tiroid (Sherwood, 2002).
108.
109.
C. Klasifikasi
110. Hipertiroidisme dapat timbul spontan atau akibat asupan
hormon tiroid yang berlebihan. Terdapat dua tipe hipertiroidisme spontan

7
yang paling sering dijumpai yaitu penyakit Graves dan goiter nodular
toksik. Pada penyakit Graves terdapat dua kelompok gambaran utama
yaitu tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya mungkin tak tampak. Ciri-
ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid, dan
hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Pasien
mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila
panas, kulit lembab, berat badan menurun, sering disertai dengan nafsu
makan yang meningkat, palpitasi dan takikardi, diare, dan kelemahan serta
atropi otot. Manifestasi ekstratiroidal oftalmopati ditandai dengan mata
melotot, fisura palpebra melebar, kedipan berkurang, lig lag, dan
kegagalan konvergensi. Goiter nodular toksik, lebih sering ditemukan pada
pasien lanjut usia sebagai komplikasi goiter nodular kronik,
manifestasinya lebih ringan dari penyakit Graves (Schteingart, 2006).
111.
D. Tanda dan Gejala Penyakit Hipertiroid
112. Gambaran klinik hipertiroidi dapat ringan dengan
keluhan- keluhan yang sulit dibedakan dari reaksi kecemasan,tetapi dapat
berat sampai mengancam jiwa penderita karena timbulnya hiperpireksia,
gangguan sirkulasi dan kolaps. Keluhan utama biasanya berupa salah
satu dari meningkatnya nervositas, berdebar-debar atau kelelahan. Dari
penelitian pada sekelompok penderita didapatkan 10 geiala yang
menonjol yaitu
1. Nervositas
2. Kelelahan atau kelemahan otot-otot
3. Penurunan berat badan sedang nafsu makan baik
4. Diare atau sering buang air besar
5. Intoleransi terhadap udara panas
6. Keringat berlebihan
7. Perubahan pola menstruasi
8. Tremor
9. Berdebar-debar
10. Penonjolan mata dan leher
113. Gejala-gejala hipertiroidi ini dapat berlangsung dari
beberapa hari sampai beberapa tahun sebelum penderita berobat ke
dokter, bahkan sering seorang penderita tidak menyadari penyakitnya.

8
Pada pemeriksaan klinis didapatkan gambaran yang khas yaitu : seorang
penderita tegang disertai cara bicara dan tingkah laku yang cepat, tanda-
tanda pada mata, telapak tangan basah dan hangat, tremor, onchlisis,
vitiligo, pembesaran leher, nadi yang cepat, aritmia, tekanan nadi yang
tinggi dan pemendekan waktu refleks Achilles. Atas dasar tanda-tanda
klinis tersebut sebenarnya suatu diagnosis klinis sudah dapat ditegakkan.
114.
E. Pencegahan pada Penyakit Hipertiroid
I. PENCEGAHAN PRIMER
a. Obat antitiroid.
115. Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah
thionamide, yodium, lithium, perchlorat dan thiocyanat.
Obat yang sering dipakai dari golongan thionamide
adalah propylthiouracyl (PTU), 1 - methyl - 2
mercaptoimidazole (methimazole, tapazole, MMI),
carbimazole. Obat ini bekerja menghambat sintesis hormon
tetapi tidak menghambat sekresinya, yaitu dengan
menghambat terbentuknya monoiodotyrosine (MIT) dan
diiodotyrosine (DIT), serta menghambat coupling
diiodotyrosine sehingga menjadi hormon yang aktif. PTU
juga menghambat perubahan T4 menjadi T3 di jaringan
tepi, serta harganya lebih murah sehingga pada saat ini
PTU dianggap sebagai obat pilihan.
b. Yodium.
116. Pemberian yodium akan menghambat sintesa
hormon secara akut tetapi dalam masa 3 minggu
efeknya akan menghilang karena adanya escape
mechanism dari kelenjar yang bersangkutan, sehingga
meski sekresi terhambat sintesa tetap ada. Akibatnya
terjadi penimbunan hormon dan pada saat yodium
dihentikan timbul sekresi berlebihan dan gejala hipertiroidi
menghebat.
c. Penyekat Beta (Beta Blocker).

9
117. Terjadinya keluhan dan gejala hipertiroidi
diakibatkan oleh
118. adanya hipersensitivitas pada sistim simpatis.
Meningkatnya rangsangan sistem simpatis ini diduga
akibat meningkatnya kepekaan reseptor terhadap
katekolamin. Penggunaan obat-obatan golongan
simpatolitik diperkirakan akan menghambat pengaruh
hati.Reserpin, guanetidin dan penyekat beta
(propranolol) merupakan obat yang masih digunakan.
Berbeda dengan reserpin/guanetidin, propranolol lebih
119. efektif terutama dalam kasus-kasus yang berat.
Biasanya dalam 24 - 36 jam setelah pemberian akan
tampak penurunan gejala. Khasiat propranolol :
120. penurunan denyut jantung permenit
121. penurunan cardiac output
122. perpanjangan waktu refleks Achilles
123. pengurangan nervositas
124. pengurangan produksi keringat
125. pengurangan tremor
126.
II. PENCEGAHAN SEKUNDER
a. Pembedahan
1. Radioaktif iodine.
127. Tindakan ini adalah untuk memusnahkan
kelenjar tiroid yang hiperaktif
2. Tiroidektomi.
128. Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat
kelenjar tiroid yang membesar.
129.
III. PENCEGAHAN TERSIER
a. Istirahat
130. Hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada
penderita tidak makin meningkat. Penderita dianjurkan
tidak melakukan pekerjaan yang melelahkan/mengganggu
pikiran balk di rmah atau di tempat bekerja. Dalam
keadaan berat dianjurkan bed rest total di Rumah Sakit.
b. Diet

10
131. Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta
mineral. Hal ini antara lain karena : terjadinya peningkatan
metabolisme, keseimbangan nitrogen yang negatif dan
keseimbangan kalsium yang negatif.
c. Obat penenang
132. Mengingat pada PG sering terjadi kegelisahan,
maka obat penenang dapat diberikan. Di samping itu perlu
juga pemberian psikoterapi.
133.
134.
135. DAFTAR PUSTAKA
136.
137. Bararah, V.F., 2009. Waspadai Gejala Hipertiroid Pada Wanita.
www.healthdetik.com (Diakses tanggal 22 Februari 2014)
138. Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah, Volume 2,
(Edisi 8), EGC, Jakarta
139. Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
140. Djokomoeljanto, R. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, Hipertiroidisme.
Dalam Aru, W.S., Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S.K., Siti, S. Editors.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing. Hal: 1993-
2008.
141. Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan
Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.
142. Gandhour, A., Reust, C. 2011. Hyperthyroidisme: A Stepwise Approach to
Management. The Journal of Family Practice Vol. 60, No. 07: 388-395
143. Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC,
Jakarta
144. Guyton, 1991. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi revisi.
Department of Physiologi and Biophysics. Mississippi.
145. Lee, S.L., Ananthankrisnan, S., Ziel, S.H., Talavera, S., Griffing, G.T., 2011.
Hyperthyroidism. http://emedicine.medscape.com (Diakses tanggal 23
Februari 2014).
146. Norman, J. 2010. Diagnosing Hyperthyroidism: Overactivity of the Thyroid
Gland. www.endocrineweb.com (Diakses tanggal 22 Februari 2014).
147. Paulev, P.E., 2011. Thyroid Hormones and Disorders. www.zuniv.net
(Diakses tanggal 24 Februari 2014)
148. Rani, A.A., Soegondo, S., Nasir, A.U.Z., Wijaya, I.P., Nafrialdi., Mansjoer,
A (Editors)., 2006. Paduan Pelayanan Medik dalam PAPDI. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal:16-19.
149. Schteingart, D.E. 2006. Gangguan Kelenjar Tiroid. Dalam Huriawati H.,
Natalia S., Pita W., Dewi A.M (Editors). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Dalam. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Hal: 1225-36.

11
150. Sherwood, L. 2002. Human Physiology: From Cells to Systems. Penerbit
buku kedokteran: EGC
151.

152.
153.
154.
155.

156.

12

Anda mungkin juga menyukai