Anda di halaman 1dari 4

ggu, 22 April 2012

Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Infeksi


Nosokomial
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kesehatan yang baik dipengaruhi oleh lingkungan yang aman. Petugas yang
memantau atau mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan
petugas kesehatan dari penyakit. Pasien dalam lingkungan perawatan kesehatan
berisiko terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun terhadap
mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif. Dengan cara
mempraktekkan teknik pencegahan dan pengendalian infeksi, perawat dapat
menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien (Potter and Perry,
2005;933).

Infeksi yang didapatkan di rumah sakit disebut juga dengan infeksi nosokomial.
Infeksi ini disebabkan karena pemberian pelayanan kesehatan dalam fasilitas
perawatan kesehatan. Jumlah tenaga pelayanan kesehatan yang kontak langsung
dengan pasien, jenis dan jumlah prosedur invasif, terapi yang diterima dan lama
perawatan mempengaruhi resiko infeksi nosokomial. Tempat utama untuk
terjadinya infeksi nosokomial adalah saluran perkemihan, luka trauma bedah,
saluran pernafasan dan pembuluh darah (Potter and Perry, 2005;941).

Infeksi nosokomial merupakan suatu masalah yang nyata di seluruh dunia dan terus
meningkat (Alvarado, 2000 dalam Saifuddin dkk, 2004;204). Infeksi nosokomial
menyebabkan ketidakberdayaan fungsional, tekanan emosional, kondisi kecacatan
dan merupakan salah satu penyebab kematian (Ponce, 1991 dalam Saifuddin,
2004;204). Kejadian infeksi nosokomial berkisar 1% dibeberapa negara Eropa dan
Amerika, sebesar 40% dibeberapa negara Asia, Amerika Latin dan Afrika (Lynch,
1997dalam Saifuddin, 2004;204). Pada tahun 1987, suatu survey prevalensi
terhadap 55 rumah sakit, menemukan rata-rata 8,7% dari seluruh pasien di rumah
sakit menderita infeksi nosokomial. Dapat disimpulkan bahwa setiap saat terdapat
1,4 juta pasien di seluruh dunia terkena komplikasi infeksi nosokomial.
(Tikhomirov, 1987 dalamSaifuddin, 2004;204).
Penelitian World Health Organization (WHO), menemukan bahwa prevalensi infeksi
nosokomial yang tertinggi terjadi di ruang Intensive CareUnit (ICU), perawatan
bedah akut dan bangsal ortopedi.

Menurut Center of Disease Control, di Amerika Serikat tahun 1995, sebanyak


88.000 kematian disebabkan oleh infeksi nosokomial, di Perancis prevalesi infeksi
nosokomial sebesar 6,87-7,5%. Di Italia tahun 2000 sekitar 6,7% pasien di rumah
sakit terinfeksi oleh infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial banyak terjadi pada
negara berkembang karena kebersihan yang buruk dan perilaku masyarakat
ataupun petugas kesehatan yang tidak mengikuti standar operasional prosedur
yang sesuai (Riza, 2008 dalamwww.phipet.blog.com).

Angka kejadian infeksi nosokomial di Indonesia, berdasarkan penelitian yang


dilakukan di 11 rumah sakit di Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 persen
pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat. Hasil studi
deskriptif Suwarni (1999) di semua rumah sakit di Yogyakarta menunjukkan bahwa
proporsi kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0% hingga 12,06%, dengan
rata-rata keseluruhan 4,26%. Untuk rerata lama perawatan berkisar antara 4,3
11,2 hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari. Setelah diteliti lebih lanjut maka
didapatkan bahwa angka kuman lantai ruang perawatan mempunyai hubungan
bermakna dengan infeksi nosokomial (www.wordpress.com).

Berdasarkan catatan Pelaporan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah


ZZZ (ZZZ) Provinsi ZZZ periode Januari-Februari tahun 2009 diadapatkan data dari
4.898 pasien yang dirawat, sebanyak 646 pasien mengalami infeksi saluran kemih
akibat pemasangan kateter, sebanyak 658 pasien mengalami infeksi akibat operasi,
sebanyak 1 pasien mengalami pneumonia, sebanyak 248 pasien mengalami
dekubitus, sebanyak 3.712 mengalami flebitis akibat pemasangan infus dan injeksi
(Rekam Medik ZZZ tahun 2009).

Dari latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk meneliti faktor- faktor
yang berhubungan dengan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum
Daerah ZZZ tahun 2009.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.2.1 Infeksi nosokomial merupakan suatu masalah yang nyata di seluruh dunia dan
terus meningkat.
1.2.2 Kejadian infeksi nosokomial berkisar 1% dibeberapa negara Eropa dan Amerika,
sebesar 40% dibeberapa negara Asia, Amerika Latin dan Afrika.
1.2.3 Pada tahun 1987, suatu survey prevalensi terhadap 55 rumah sakit, menemukan
rata-rata 8,7% dari seluruh pasien di rumah sakit menderita infeksi nosokomial.
Dapat disimpulkan bahwa setiap saat terdapat 1,4 juta pasien di seluruh dunia
terkena komplikasi infeksi nosokomial.
1.2.4 Menurut Center of Disease Control, di Amerika Serikat tahun 1995, sebanyak
88.000 kematian disebabkan oleh infeksi nosokomial, di Perancis prevalesi infeksi
nosokomial sebesar 6,87-7,5%. Di Italia tahun 2000 sekitar 6,7% pasien di rumah
sakit terinfeksi oleh infeksi nosokomial.
1.2.5 Angka kejadian infeksi nosokomial di Indonesia, berdasarkan penelitian yang
dilakukan di 11 rumah sakit di Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 persen
pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat.
1.2.6 Hasil studi deskriptif Suwarni (1999) di semua rumah sakit di Yogyakarta
menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0%
hingga 12,06%, dengan rata-rata keseluruhan 4,26%.
1.2.7 Berdasarkan catatan Pelaporan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum
Daerah ZZZ (ZZZ) Provinsi ZZZ periode Januari-Februari tahun 2009 diadapatkan
data dari 4.898 pasien yang dirawat, sebanyak 646 pasien mengalami infeksi
saluran kemih akibat pemasangan kateter, sebanyak 658 pasien mengalami infeksi
akibat operasi, sebanyak 1 pasien mengalami pneumonia, sebanyak 248 pasien
mengalami dekubitus, sebanyak 3.712 mengalami flebitis akibat pemasangan infus
dan injeksi (Rekam Medik ZZZ tahun 2009).

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: faktor- faktor yang
berhubungan dengan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah ZZZ Provinsi
ZZZ tahun 2009.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan infeksi nosokomial di
Rumah Sakit Umum Daerah ZZZ Provinsi ZZZ tahun 2009.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Untuk mengetahui faktor umur yang berhubungan dengan infeksi nosokomial di
Rumah Sakit Umum Daerah ZZZ Provinsi ZZZ tahun 2009.
1.4.2.2 Untuk mengetahui faktor status nutrisi yang berhubungan dengan infeksi
nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah ZZZ Provinsi ZZZ tahun 2009.
1.4.2.3 Untuk mengetahui faktor stress yang berhubungan dengan infeksi nosokomial di
Rumah Sakit Umum Daerah ZZZ Provinsi ZZZ tahun 2009.
1.4.2.4 Untuk mengetahui faktor proses penyakit yang berhubungan dengan infeksi
nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah ZZZ Provinsi ZZZ tahun 2009.
1.4.2.5 Untuk mengetahui faktor terapi medis yang berhubungan dengan infeksi
nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah ZZZ Provinsi ZZZ tahun 2009.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Rumah Sakit ZZZ Provinsi ZZZ
Agar mengoptimalkan pelayanan kepada pasien dengan melakukan tindakan sesuai
dengan standar operasional prosedur dengan baik dan benar dalam upaya
mencegah infeksi nosokomial.
1.5.2 Bagi Institusi Prodi Keperawatan ZZZ
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi Politeknik Kesehatan Depkes Program
Studi Keperawatan ZZZ khususnya pentingnya pencegahan infeksi nosokomial.
1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai aplikasi dari materi keperawatan yang telah didapatkan di bangku
perkuliahan serta menerapkannya dalam metode riset.

Anda mungkin juga menyukai