Infeksi yang didapatkan di rumah sakit disebut juga dengan infeksi nosokomial.
Infeksi ini disebabkan karena pemberian pelayanan kesehatan dalam fasilitas
perawatan kesehatan. Jumlah tenaga pelayanan kesehatan yang kontak langsung
dengan pasien, jenis dan jumlah prosedur invasif, terapi yang diterima dan lama
perawatan mempengaruhi resiko infeksi nosokomial. Tempat utama untuk
terjadinya infeksi nosokomial adalah saluran perkemihan, luka trauma bedah,
saluran pernafasan dan pembuluh darah (Potter and Perry, 2005;941).
Infeksi nosokomial merupakan suatu masalah yang nyata di seluruh dunia dan terus
meningkat (Alvarado, 2000 dalam Saifuddin dkk, 2004;204). Infeksi nosokomial
menyebabkan ketidakberdayaan fungsional, tekanan emosional, kondisi kecacatan
dan merupakan salah satu penyebab kematian (Ponce, 1991 dalam Saifuddin,
2004;204). Kejadian infeksi nosokomial berkisar 1% dibeberapa negara Eropa dan
Amerika, sebesar 40% dibeberapa negara Asia, Amerika Latin dan Afrika (Lynch,
1997dalam Saifuddin, 2004;204). Pada tahun 1987, suatu survey prevalensi
terhadap 55 rumah sakit, menemukan rata-rata 8,7% dari seluruh pasien di rumah
sakit menderita infeksi nosokomial. Dapat disimpulkan bahwa setiap saat terdapat
1,4 juta pasien di seluruh dunia terkena komplikasi infeksi nosokomial.
(Tikhomirov, 1987 dalamSaifuddin, 2004;204).
Penelitian World Health Organization (WHO), menemukan bahwa prevalensi infeksi
nosokomial yang tertinggi terjadi di ruang Intensive CareUnit (ICU), perawatan
bedah akut dan bangsal ortopedi.
Dari latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk meneliti faktor- faktor
yang berhubungan dengan infeksi nosokomial di Rumah Sakit Umum
Daerah ZZZ tahun 2009.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.2.1 Infeksi nosokomial merupakan suatu masalah yang nyata di seluruh dunia dan
terus meningkat.
1.2.2 Kejadian infeksi nosokomial berkisar 1% dibeberapa negara Eropa dan Amerika,
sebesar 40% dibeberapa negara Asia, Amerika Latin dan Afrika.
1.2.3 Pada tahun 1987, suatu survey prevalensi terhadap 55 rumah sakit, menemukan
rata-rata 8,7% dari seluruh pasien di rumah sakit menderita infeksi nosokomial.
Dapat disimpulkan bahwa setiap saat terdapat 1,4 juta pasien di seluruh dunia
terkena komplikasi infeksi nosokomial.
1.2.4 Menurut Center of Disease Control, di Amerika Serikat tahun 1995, sebanyak
88.000 kematian disebabkan oleh infeksi nosokomial, di Perancis prevalesi infeksi
nosokomial sebesar 6,87-7,5%. Di Italia tahun 2000 sekitar 6,7% pasien di rumah
sakit terinfeksi oleh infeksi nosokomial.
1.2.5 Angka kejadian infeksi nosokomial di Indonesia, berdasarkan penelitian yang
dilakukan di 11 rumah sakit di Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 persen
pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat.
1.2.6 Hasil studi deskriptif Suwarni (1999) di semua rumah sakit di Yogyakarta
menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0%
hingga 12,06%, dengan rata-rata keseluruhan 4,26%.
1.2.7 Berdasarkan catatan Pelaporan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum
Daerah ZZZ (ZZZ) Provinsi ZZZ periode Januari-Februari tahun 2009 diadapatkan
data dari 4.898 pasien yang dirawat, sebanyak 646 pasien mengalami infeksi
saluran kemih akibat pemasangan kateter, sebanyak 658 pasien mengalami infeksi
akibat operasi, sebanyak 1 pasien mengalami pneumonia, sebanyak 248 pasien
mengalami dekubitus, sebanyak 3.712 mengalami flebitis akibat pemasangan infus
dan injeksi (Rekam Medik ZZZ tahun 2009).