Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Variabel Perbandingan Mol Terhadap Konversi Hidrolisa Minyak Jarak
Berdasarkan praktikum Hidrolisa Minyak Jarak yang kami lakukan, diperoleh
kebutuhan titran NaOH tiap variabel. Setelah mengolah dan menghitung data yang telah
kami dapat menggunakan Ms. Excel, diperoleh hasil konversi minyak jarak pada
berbagai variabel perbandingan mol minyak jarak dengan aquadest, sehingga
didapatkanlah grafik di bawah ini
0.35
R = 0.77
0.3

0.25 1. MJ : Aq (1:8)
R = 0.85 Linear (1. MJ : Aq
0.2 (1:8))
Konvrsi Minyak Jarak (XA) 0.15 2. MJ : Aq (1:9)
R = 0.64
Linear (2. MJ : Aq
0.1 (1:9))
0.05 3. MJ : Aq (1:10)
Linear (3. MJ : Aq
0 (1:10))
0 10 20

Waktu (menit)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Waktu Terhadap Konversi Hidrolisa Minyak Jarak Dengan
Variabel Perbandingan Mol Pereaktan

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa pada variable 1 yaitu perbandingan
mol pereaktan 1:8(mol minyak : mol air) didapatkan nilai konversi yang lebih besar
dibandingkan nilai konversi pada variable 2 (1:9) dan variable 3(1:10). Seharusnya jika
konsentrasi salah satu komponen diperbesar maka system bereaksi untuk mengurangi
komponen tersebut, dan sebaliknya jika konsentrasi komponen diperkecil maka system
bereaksi untuk menambah komponen tersebut. Hal ini disebabkan adanya hubungan
antara konsentrasi reaktan dengan konversi yang dapat dijelaskan dengan Azas Le
Chatelier (Reni, 2011). Namun pada percobaan kali ini semakin besar perbandingan mol
pereaktan, maka didapatkan nilai konversi yang lebih kecil. Hal ini dapat terjadi karena
kurangnya pengadukan pada labu leher tiga. Kecepatan pengadukan yang kami lakukan
dalam kecepatan sedang, dimana sedang itu relatif. Sedangkan kecepatan pengadukan
optimum pada hidrolisa jarak adalah 500 rpm. (Aziz dkk., 2013)
Pengadukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hidrolisa minyak jarak.
Reaksi dapat berjalan baik apabila dilakukan pencampuran dengan baik. Pengadukan
dapat menurunkan tahanan perpindahan massa dan mempercepat difusi zat reaksi.
(Fogler, 1999)

4.2 Pengaruh Variabel Perbandingan Mol Terhadap Konstanta Kecepatan Reaksi


Hidrolisa Minyak Jarak
Berdasarkan praktikum Hidrolisa Minyak Jarak yang kami lakukan, diperoleh
kebutuhan titran NaOH tiap variabel. Setelah mengolah dan menghitung data yang telah
kami dapat menggunakan Ms. Excel, diperoleh hasil konversi minyak jarak pada
berbagai variabel perbandingan mol minyak jarak dengan aquadest, sehingga
didapatkanlah grafik di bawah ini
0.4
R = 0.79
0.35
0.3 1. MJ : Aq (1:8)
0.25 R = 0.87 Linear (1. MJ : Aq
(1:8))
0.2
-ln (1-XA) 2. MJ : Aq (1:9)
0.15 R = 0.65
Linear (2. MJ : Aq
0.1 (1:9))

0.05 3. MJ : Aq (1:10)
Linear (3. MJ : Aq
0 (1:10))
0 2 4 6 8 10 12 14 16

Waktu (menit)

Grafik 4.2 Perbandingan konstanta kecepatan reaksi terhadap perbandingan mol


Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai dari konstanta laju reaksi
hidrolisa minyak berkurang seiring dengan bertambahnya konsentrasi air (variabel 1 1:8;
variabel 2 1:9; variabel 3 1:10). Seharusnya dengan bertambahnya jumlah air, secara
langsung menambah jumlah partikel air yang ada didalam reaktor. Dengan bertambahnya
jumlah partikel air maka akan meningkatkan nilai faktor frekuensi tumbukan antara
partikel air dengan partikel minyak didalam reaktor, sehingga nilai konstanta kecepatan
reaksi dari reaksi tersebut akan meningkat juga (Rahayu, S.S., 2009). Namun pada
percobaan kami kali ini didapatkan bahwa konstanta laju reaksi hidrolisa minyak jarak
berkurang seiring dengan bertambahnya volume air. Hal ini terjadi karena pada konversi
minyak jarak kami, semakin bertambah volume air, maka semakin kecil konversinya.
Sedangkan pada saat hidrolisa minyak jarak, pada labu leher 3 kecepatan pengadukannya
dalam ukuran sedang, dimana sedang itu relatif. Kecepatan optimum dari hidrolisa
minyak jarak adalah 500 rpm.(Aziz dkk., 2013)

4.3 Pengaruh Variabel Perbandingan Mol Terhadap Konstanta Kesetimbangan


Berdasarkan praktikum Hidrolisa Minyak Jarak yang kami lakukan, diperoleh
kebutuhan titran NaOH tiap variabel. Setelah mengolah dan menghitung data yang telah
kami dapat menggunakan Ms. Excel, diperoleh hasil konversi minyak jarak pada
berbagai variabel perbandingan mol minyak jarak dengan aquadest, sehingga
didapatkanlah grafik di bawah ini
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
Konstanta Kesetimbangan (K) 0.1
0.05
0

Variabel

Gambar 4.3 Grafik perbandingan mol terhadap konstanta kesetimbangan reaksi

Dari grafik yang terdapat pada gambar 4.2, didapatkan fenomena bahwa dengan
bertambahnya perbandingan mol(variabel 1 1:8; variabel 2 1:9; variabel 3 1:10), akan
mengakibatkan konstanta kesetimbangan reaksi (K) semakin kecil. Perhitungan untuk
konstanta kesetimbangan reaksi (K) sangat dipengaruhi oleh jumlah konsentrasi produk
dan reaktan pada kondisi setimbang. Tetapan kesetimbanggan (K) adalah hasil kali
produk dipangkatkan koefisien reaksinya dibagi hasil kali rekatan dipangkatkan
koefisien reaksinya (Aziz dkk., 2013). Adapun mekanisme perhitungan sebagai berikut:

Trigliserida + 3H2O (excess) 3 Asam Lemak bebas + Gliserol


A 3B 3C D
[ D][C]
Kc = [ A ][B]

Namun pada percobaan kali ini, terlihat penurunan konstanta kesetimbangan. Hal ini
karena karena pada konversi minyak jarak kami, semakin bertambah volume air, maka
semakin kecil konversinya. Sedangkan pada saat hidrolisa minyak jarak, pada labu leher
3 kecepatan pengadukannya dalam ukuran sedang, dimana sedang itu relatif. Kecepatan
optimum dari hidrolisa minyak jarak adalah 500 rpm.(Aziz dkk., 2013).
Nilai K praktis (konstanta arah kesetimbangan) diperoleh dari persamaan
berikut ini :

K = - XA/(XA - 1)

Untuk mengetahui nilai K teoritis pada suhu operasi maka dilakukan perhitungan
menggunakan rumus : G = -R T ln K

Berikut data Gf dan Hf dari reaktan dan produk (Smitt van ness, 1949) :
Gf C3H5(COOR)3 (Trigliserida) = -84842 kal/gmol
Gf H2O (Air) = -59690 kal/gmol
Gf RCOOH (AsamLemak) = -90098 kal/gmol
Gf C3H5(OH)3 (Gliserol) = -113650 kal/gmol
HfC3H5(COOR)3 (Trigliserida) = -382456 kal/gmol
Hf H2O (Air) = -68317 kal/gmol
Hf RCOOH (AsamLemak) = -138642 kal/gmol
HfC3H5(OH)3 (Gliserol) = -159,1 kal/gmol

G = Gf produk - Gf reaktan
G = [Gf C3H5(OH)3 + 3 Gf RCOOH]-[ Gf C3H5(COOR)3 + 3 Gf H2O]

G = [-113.650 kal/gmol + 3 (-90.098 kal/gmol)]-[ -84.842 kal/gmol + 3 (-

59.690 kal/gmol)] = -120,032 kal/gmol


H = Hf produk - Hf reaktan
H = [HfC3H5(OH)3 + 3 Hf RCOOH]-[ HfC3H5(COOR)3 + 3 Hf H2O]

H = [-159,1 kal/gmol + ( 3 -138642 kal/gmol)]-[ -382456 kal/gmol + (3 -

68317 kal/gmol] = 171321,9 kal/gmol

Kemudian menghitung nilai K pada suhu 25 (298 K)

ln K298 = exp-G/RT
ln K298 = exp0.2006
ln K298 = 1.2221

Menghitung nilai K pada suhu 60 (333 K)

ln
K
K 298 =
H
R [ 1

1
33 3 298 ]
ln
K
1.2221 =
171,321.9
1987 [ 1

1
333 298 ]
K = 1,2854
Setelah perhitungan akan diperoleh nilai K pada suhu 60 (333 K) adalah

1.2854 karena nilai K lebih dari 1 maka reaksinya adalah reversible. Sehingga supaya
reaksi bergeser ke arah produk dapat dilakukan dengan menaikkan suhu karena reaksi
bersifat endotermis maupun penambahan reaktan air secara excess (Setyopratomo,
2012). Nilai K teoritis lebih besar daripada nilai K praktis hal ini dikarenakan waktu
reaksi pada percobaan yang dilakukan adalah interval 0 - 20 menit dimana pengambilan
hasil hidrolisa dilakukan setiap 5 menit. Menurut data referensi yang diperoleh pada

suhu 70 , waktu reaksi seharusnya interval 0 - 30 menit dengan pengambilan hasil

hidrolisa setiap 10 menit. Karena pada waktu ini diperoleh konversi yang paling tinggi
sedangkan jika waktu reaksinya lebih rendah konversinya kurang optimal serta jika
waktunya lebih dari 30 menit maka tidak mempengaruhi konversi atau konversinya
bernilai konstan. Jadi pada waktu reaksi 30 menit terjadi kondisi kesetimbangan
(M.Said, 2009). Karena pada percobaan hanya 20 menit sehingga pada waktu ini belum
mencapai kondisi setimbang maka nilai K menjadi lebih kecil.

4.4 Mekanisme Reaksi Hidrolisis Minyak Jarak


Reaksi Hidrolisis terjadi ketika suatu asam bertemu dengan basa yang akan
menghasilkan garam dan air yang merubah pH dari campuran tersebut. Dalam reaksi
hidrolisis, terjadi penarikan H+ dan OH- dari senyawa asam dan basa. H+ dan OH-
berikatan menjadi air. Sedangkan pembentuk senyawa asam dan basa yang lain bersatu
membentuk dari garam campuran asam basa tersebut. Garam tersebut dapat bersifat asam
atau basa atau netral tergantung dari sifat sifat para campurannya apakan asam kuat,
asam lemah, basakuat, basa lemah.(Intan, 2013). Minyak jarak merupakan trigliserida
dari lemak, yang apabila dihidrolisa oleh air akan menghasilkan asam lemak bebas dan
gliserin. Dengan rumus bangun seperti gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Reaksi Hidrolisa Trigliserida

Reaksi hidrolisis akan dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak dan dapat
terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut (Ketaren, 2008).
Mekanisme hidrolisa minyak jarak dengan katalis mengikuti pemecahan ester. Radikal asam
lemak bebas dipindahkan dari molekul gliserida, sehingga pemecahan lemak tidak berjalan
sempurna. Pemecahan terjadi antara permukaan minyak dan lemak yang merupak reaksi
homogen melalui oksidasi air yang dilarutkan dalam fase minyak.(Fessenden, 1984)
Terjadi penyerangan atom dari molekul air ke minyak jarak (trigliserida). Di dalam
sistem, terdapat minyak jarak dengan air, molekul air terdapat kation (H +) dan anion (OH-).

Ion H+ akan menyerang molekul trigliserida dan akan berikatan dengan gugus
sehingga membentuk asam lemak bebas. Sedangkan ion OH - akan berikatan dengan gugus
lainnya sehingga membentuk gliserol. Trigliserida di atas merupakan trigliserida sederhana
karena merupakan triester yang terbuat dari gliserol dan tiga molekul asam lemak yang sama.
Beberapa lemak atau minyak menghasilkan satu atau dua ikatan ester akan terputus dan
dihasilkan gliserol dan garam dari asam lemaknya (Fessenden, 1999)
4.5 Aplikasi Hidrolisa Minyak Jarak dalam Industri
Pada praktikum kali ini, kami menghidrolisa minyak jarak yang menghasilkan asam
lemak dan gliserol. Gliserol dan asam lemak adalah bahan kimia yang berasal dari
minyak / lemak alami atau biasa disebut oleokimia. Gliserol pada industri oleokimia juga
sangat luas, yang digunakan pada produk kosmetika, farmasi, bahan peledak, serta
monogliserida yang digunakan sebagai bahan pengemulsi. Sehingga dari hidrolsa minyak
jarak ini dapat diaplikasikan ke berbagai macam industri, salah satunya adalah industri
sabun. Hidrolisis telah digunakan untuk waktu yang lama dalam produksi sabun. Selama
proses ini, yang dikenal sebagai saponifikasi, lemak dihidrolisis dalam reaksi dengan air
dan alkali kuat, natrium hidroksida. Reaksi menghasilkan garam asam lemak, umumnya
dikenal sebagai sabun.(Ismawati H., 2013).

Anda mungkin juga menyukai