Bab IV Baru Bukan
Bab IV Baru Bukan
2. Metil ester
Tabel 4.2 Hasil AnalisisMassa Metil Ester Minyak Kedelai
III 70 78,68
IV 45 96,03
VI 70 89,19
VII 45 90,58
IX 70 75,64
Tabel 4.3 Hasil Analisis Massa Metil Ester Minyak Biji Bunga Matahari
Katalis Waktu Suhu Perbandingan Massa Metil
Run
(%) (Menit) (oC) Mol Ester (gr)
I 45 85,44
II 0,75 60 93,32
III 70 75,06
IV 45 91,64
VI 70 94,32
VII 45 93,62
IX 70 90,77
III 70 121,18
IV 45 95,16
VI 70 115,01
VII 45 93,15
IX 70 98,74
III 70 91,24
IV 45 100,10
VI 70 72,50
VII 45 100,22
IX 70 81,78
III 70 93,87
IV 45 75,18
VI 70 70,42
VII 45 91,02
IX 70 42,08
III 70 52,04
IV 45 48,86
VI 70 56,02
VII 45 63,47
IX 70 72,08
Tabel 4.8 Hasil Analisis Metil Ester Hasil Transesterifikasi Minyak Kedelai
Viskositas
Densitas (40
Massa Viskositas (40 C) Kinematik Yield
Run C)
(gram) 3
X 10-3 (kg/m.s) (40 C) (%)
(kg/m )
(mm2/s)
I 97,59 0,8260 2,978 3,60 97,96
II 70,77 0,8591 4,650 5,41 71,04
III 78,68 0,7701 2,503 3,25 78,69
IV 96,03 0,8473 3,116 3,68 96,40
V 78,39 0,8125 4,807 5,92 78,69
VI 89,19 0,8260 2,804 3,39 89,53
VII 90,58 0,8119 2,890 3,56 90,93
VIII 54,92 0,7992 2,839 3,55 55,13
IX 75,64 0,8375 2,910 3,48 75,93
Tabel 4.9 Hasil Analisis Metil Ester Hasil Transesterifikasi Minyak Biji Bunga
Matahari
Run Massa Densitas (40 Viskositas (40 C) Viskositas Yield
(gram) C) X 10-3 (kg/m.s) Kinematik (%)
(kg/m3) (40 C)
(mm2/s)
Tabel 4.10 Hasil Analisis Metil Ester Hasil Transesterifikasi Minyak Kelapa
Viskositas
Densitas (40
Massa Viskositas (40 C) Kinematik Yield
Run C)
(gram) 3
X 10-3 (kg/m.s) (40 C) (%)
(kg/m )
(mm2/s)
I 113,91 0,825 9,010 5,943 81,23
II 94,52 0,831 4,615 5,559 72,38
121,1
III 0,831 6,119 92,79
8 5,084
IV 95,16 0,828 4,986 6,019 72,87
V 95,33 0,864 4,621 5,386 73,00
VI 115,01 0,823 5,471 6,645 88,07
VII 93,15 0,867 5,330 6,146 71,33
VIII 92,22 0,863 4,390 5,082 70,62
IX 98,74 0,822 5,212 6,336 75,61
Tabel 4.11 Hasil Analisis Metil Ester Hasil Transesterifikasi Minyak Bimoli
Viskositas
Densitas (40
Massa Viskositas (40 C) Kinematik Yield
Run C)
(gram) 3
X 10-3 (kg/m.s) (40 C) (%)
(kg/m )
(mm2/s)
I 89,24 0,836 1,112 1,330 86,77
II 84,32 0,862 0,744 0,860 81,99
III 91,24 0,868 0,676 0,780 88,72
100,1
IV 0,864 0,940 97,33
0 0,812
V 87,76 0,883 0,727 0,820 85,33
VI 72,50 0,788 0,552 0,700 70,50
100,2
VII 0,854 0,930 97,45
2 0,792
100,1
VIII 0,851 0,950 97,36
3 0,810
IX 81,78 0,825 0,647 0,780 79,52
Tabel 4.12 Hasil Analisis Metil Ester Hasil Transesterifikasi Minyak Jagung
Viskositas
Massa Densitas (40
Viskositas (40 C) Kinematik Yield
Run (gram C)
X 10-3 (kg/m.s) (40 C) (%)
) (kg/m3)
(mm2/s)
I 88,19 0,861 4,46 0,518 87,82
II 75,11 0, 847 3,76 0,443 74,79
III 93,87 0,857 4,44 0,528 93,48
IV 75,18 0,874 3,80 0,434 75,46
V 90,28 0,870 3,68 0,422 89,90
VI 70,42 0,872 3,82 0,438 70,12
VII 91,02 0,864 3,77 0,436 90,64
VIII 67,26 0,879 3,72 0,422 66,98
IX 42,08 0,850 3,22 0,379 41,90
Tabel 4.13 Hasil Analisis Metil Ester Hasil Transesterifikasi Minyak Jelantah
Viskositas
Massa Densitas (40
Viskositas (40 C) Kinematik Yield
Run (gram C)
X 10-3 (kg/m.s) (40 C) (%)
) (kg/m3)
(mm2/s)
I 77,55 0,859 1,072 1,250 78,32
II 52,28 0,842 1,022 1,210 52,80
III 52,04 0,842 1,010 1,200 52,56
IV 48,86 0,851 1,039 1,220 49,34
V 39,37 0,846 1,049 1,240 39,76
VI 56,02 0,851 1,047 1,230 56,57
VII 63,47 0,859 1,042 1,210 64,10
VIII 66,07 0,851 1,050 1,230 66,72
IX 72,08 0,842 1,059 1,260 72,79
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Kadar FFA Bahan Baku
Analisa kadar FFA bahan baku dari beberapa bahan baku minyak nabati seperti
gambar 4.1 berikut ini.
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Pada gambar 4.1 didapat hasil kadar FFA yang terdapat dalam beberapa varian
sampel seperti minyak kedelai, minyak biji bunga matahari, minyak kelapa, minyak
bimoli, minyak jagung, dan minyak jelantah.
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa kadar FFA yang paling tinggi adalah
minyak jelantah dan kadar FFA yang paling rendah adalah minyak bimoli. Kadar
FFA yang diperoleh dengan sampel minyak kedelai, minyak biji bunga matahari,
minyak kelapa, minyak bimoli, minyak jagung, dan minyak jelantah masing-masing
adalah 0,556%, 0,287%, 0,369%, 0,282%, 0,278%, dan 0,832%.
Berdasarkan teori, asam lemak bebas adalah asam lemak yang terlepas dari
trigliseridanya, berdasarkan kandungannya biodiesel dapat diklasifikasikan :
a. Refined Oil: minyak nabati dengan kandungan FFA kurang dari 1,5%
b. Minyak nabati dengan kandungan FFA rendah kurang dari 4%
c. Minyak nabati dengan kandungan FFA tinggi lebih dari 20%
Berdasarkan kadungan FFA dalam minyak nabati maka proses pembuatan
biodiesel dapat dibedakan atas dua bagian yaitu:
a. Transeseterifikasi dengan menggunakan katalis basa untuk refined Oil atau
minyak nabati dengan kandungan FFA rendah.
b. Esterifikasi dengan katalis asam untuk minyak nabati dengan kandungan
FFA yang tinggi di lanjutkan dengan transesterifikasi dengan katalis basa.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa seluruh sampel biodiesel
yang divariankan, termasuk minyak nabati dengan kandungan FFA kurang dari 1,5%
atau biasa disebut dengan refined oil yang dapat dilakukan dengan proses
transesterifikasi untuk peroses pembuatan biodiesel.
Gambar 4.2 Hubungan Densitas Metil Ester dengan Suhu Reaksi pada Setiap Sampel
dengan Konsentrasi Katalis 0,75%
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara densitas dengan
suhu reaksi pada tiap sampel dengan konsentrasi katalis 1,0%
1
0.9
0.8
0.7
Minyak Kedelai Minyak0.6
Biji Bunga Matahari Minyak Kelapa Minyak Bimoli Minyak Jagung
Gambar 4.3 Hubungan Densitas Metil Ester dengan Suhu Reaksi pada Setiap Sampel
dengan Konsentrasi Katalis 1,0%
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara densitas dengan
suhu reaksi pada tiap sampel dengan konsentrasi katalis 1,25%
1
0.9
0.8
0.7
Minyak Kedelai Minyak0.6
Biji Bunga Matahari Minyak Kelapa Minyak Bimoli Minyak Jagung
Gambar 4.4 Hubungan Densitas Metil Ester dengan Suhu Reaksi pada Setiap Sampel
dengan Konsentrasi Katalis 1,25%
Gambar 4.5 Hubungan Viskositas dengan Suhu Reaksi pada Konsentrasi Katalis
0,75%
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara viskositas dengan
suhu reaksi pada konsentrasi katalis 1,0%
6.00
5.50
5.00
4.50
4.00
Minyak Kedelai Minyak3.50
Biji Bunga Matahari Minyak Kelapa Minyak Bimoli
Viskositas x10-3 (gram/cm.s) 3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
Minyak Jagung Minyak0.50
Jelantah
0.00
45 60 70
Suhu Reaksi (oC)
Gambar 4.6 Hubungan Viskositas dengan Suhu Reaksi pada Konsentrasi Katalis
1,0%
Gambar 4.7 Hubungan Viskositas dengan Suhu Reaksi pada Konsentrasi Katalis
1,75%
6.20
5.20
2.20
0.20
45 60 70
Suhu Reaksi (oC)
6.20
5.20
2.20
0.20
45 60 70
Suhu Reaksi (oC)
Gambar 4.9 Hubungan Viskositas Kinematik dengan Suhu Reaksi pada Konsentrasi
Katalis 1,0%
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara viskositas kinematik
dengan suhu reaksi pada konsentrasi katalis 1,25%
6.2
5.2
2.2
0.2
45 60 70
Suhu Reaksi (oC)
Gambar 4.10 Hubungan Viskositas Kinematik dengan Suhu Reaksi pada Konsentrasi
Katalis 1,25%
100
80
Minyak Kedelai Minyak Biji Bunga Matahari Minyak Kelapa Minyak Bimoli
Yield ( % ) 60
40
20
Minyak Jagung Minyak Jelantah
0
45 60 70
Suhu Reaksi (oC)
Gambar 4.11 Hubungan Yield dengan Suhu Reaksi pada Konsentrasi Katalis 0,75%
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara yield dengan suhu
reaksi pada konsentrasi katalis 1,0%
120.00
100.00
80.00
Minyak Kedelai Minyak Biji Bunga Matahari Minyak Kelapa Minyak Bimoli
Yield ( % ) 60.00
40.00
20.00
Minyak Jagung Minyak Jelantah
0.00
45 60 70
Suhu Reaksi (oC)
Gambar 4.12 Hubungan Yield dengan Suhu Reaksi pada Konsentrasi Katalis 1,0%
Berikut adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara yield dengan suhu
reaksi pada konsentrasi katalis 1,25%
120
100
80
Minyak Kedelai Minyak Biji Bunga Matahari Minyak Kelapa Minyak Bimoli
Yield ( % ) 60
40
20
Minyak Jagung Minyak Jelantah
0
45 60 70
Suhu Reaksi (oC)
Gambar 4.13 Hubungan Yield dengan Suhu Reaksi pada Konsentrasi Katalis 1,25%