Anda di halaman 1dari 6

Toxoplasmosis

Definisi
penyakit parasitik yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii.

Epidemiologi
Pertama kali ditemukan pada tahun 1908 oleh Nicolle dan Manceaux. Ditemukan di
seluruh belahan dunia kecuali di kutub utara. Orang-orang yang memiliki tingkat
resiko tinggi menderita toxoplasmosis adalah fetus, neonatus dan pasien dengan
gangguan imun. Menurut data WHO, diketahui sekitar 300 juta orang menderita
toxoplasmosis. Berdasarkan data prevalensi toxoplasmosis, sebagian besar
penduduk Indonesia pernah terinfeksi parasit toxoplasma gondii. Pemeriksaan
antibodi pada donor darah di Jakarta memperlihatkan 60% di antaranya
mengandung antibodi terhadap parasit tersebut.

Morfologi
Kerajaan : Protista
Filum : Apicomplexa
Kelas : Conoidasida
Upakelas : Coccidiasina
Ordo : Eucoccidiorida
Famili : Sarcocystidae
Genus : Toxoplasma
Spesies : T. Gondii
Kata toxoplasma berasal dari bahasa yunani toxon yang berarti berbentuk bulan
sabit. Toxoplasma gondii merupakan parasit intraselular obligat dengan distribusi
kosmopolitan.

Trofozoit
Motil
berukuran 4-6m X 2-3m
berbentuk seperti bulan sabit dengan bagian anterior lebih
lancip daripada bagian posterior
memiliki 1 nukleus yang terletak lebih ke ujung tumpul
ditubuh manusia memiliki 2 bentuk tachyzoit dan bradyzoit

Kista
5-50 um, merupakan takizoit yg membelah diri dan
membentuk dinding.
Ditemukan di dalam hospes seumur hidup
Terutama berada di otot jantung, otak dan otot skelet.

Ookista
Oval, 9-11 um x 11-14 um
2 sporokista x 4 sporozoit

Siklus Hidup
T. gondii memiliki 2 bagian siklus hidup, siklus
seksual dan siklus aseksual. Siklus seksual hanya terjadi di dalam tubuh kucing
(host definitif), sedangkan siklus aseksual terjadi di tubuh mammalia lain (termasuk
manusia) dan beberapa jenis burung. Di dalam tubuh host sekunder protozoa ini
memiliki 2 macam bentuk, tachyzoit (infeksius, cepat membelah diri, berhubungan
dengan fase akut dari infeksi)dan bradyzoit (pertumbuhan lambat, dan terdapat
dalam kista di berbagai jaringan tubuh).
Siklus seksual dimulai di dalam traktus gastrointestinal kucing.
Makrogametosit dan mikrogametosit berkembang dari bradyzoit yang termakan dan
bergabung membentuk zigot. Zigot ini kemudian di enkapsulasi menjadi ookista.
Zigot didalam ookista ini bersporulasi dan membelah diri membentuk sporozoit.
Sporozoit ini menjadi infeksius dalam 24 jam atau lebih setelah kucing
mengeluarkan ookista via feses. Diluar tubuh kucing, sporozoit ini akan menjadi
tachyzoit. Selama infeksi primer, kucing bisa mengeluarkan jutaan ookista tiap
harinya selama 1-3 minggu. Ookista ini bisa tetap infeksius selama lebih dari 1 tahun
dalam lingkungan manusia yang hangat.
Bentuk dari T. gondii yang dapat menginfeksi manusia adalah ookista,
tachyzoit dan bradyzoit. Infeksi dapat berasal dari ingesti ookista dari makanan atau
minuman yang tercemar atau daging kurang matang, transmisi via placenta, susu
yang tidak di pasteurisasi, transfusi darah, kecelakaan saat di laboratorium, atau
berasal dari transplantasi organ yang terinfeksi.
Setelah masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk ookista atau dalam
bentuk bradyzoit maka protozoa ini akan langsung berubah menjadi tachyzoit dan
menginvasi sel gastrointestinal. Di dalam sel, tachyzoit ber-multiplikasi sampai
menyebabkan ruptur sel dan kemudian menginfeksi sel sekitarnya. Tachyzoit ini
nantinya akan membentuk fokus nekrotik dikelilingi sel radang dan bila sistem
pertahanan tubuh baik akan hilang. Namun, pada orang dengan immunodefisiensi
tachyzoit ini akan masuk ke dalam sistem limfatik dan menyebar ke seluruh tubuh
secara hematogen menuju jaringan-jaringan otot dan saraf. Setelah sampai
tachyzoit ini akan membentuk kista yang berisi bradyzoit dalam 7 hari. Kista
tersebutlah yang pada umumnya menyebabkan berbagai gejala klinis pada
penderita toxoplasmosis. Pada ibu yang sedang hamil toxoplasma dapat menular
secara kongenital via aliran darah.

Gejala Klinis

80-90 % penderita toxoplasmosis asimtomatik. Perlu diwaspadai adanya


toxoplasmosis pada penderita dengan imunodefisiensi. Pada toxoplasmosis
kongenital pasien bisa mengalami serangan akut pada 1 bulan pertama hidupnya.
Namun, bisa menjadi laten dan mengalami eksaserbasi pada nantinya.

Gejala klinis toxoplasmosis pada orang dewasa:

1. toxoplasmosis akuisita
lymphadenopathy, fever, rash, korioretinitis, gejala psikotik, abses otak,
kejang, pneumonia, dyspnea, hepatosplenomegaly, jaundice. Bila toxoplasma
menyerang otot jantung atau otot lurik bisa tidak menimbulkan gejala.
2. toxoplasmosis kongenital
lymphadenopathy, fever, resiko penularan meningkat seiring berjalannya
waktu namun komplikasi makin berat bila fetus terinfeksi pada trimester awal.
Bila pada trimester 3 fetus terinfeksi bisa lahir cacat atau baru menimbulkan
gejala setelah beberapa tahun kemudian. Berupa: kalsifikasi serebral,
korioretinitis, hidrosefalus/mikrosefalus (triad klasik), bila ditambah dengan
gangguan psikomotor disebut Sabin Tetrade.

Pendekatan Diagnosa

Anamnesa

Kebanyakan asimtomatik dan kalaupun timbul gejala sulit dipastikan dari anamnesa
dan PF karena gejala yang timbul seringkali tidak khas untuk toxoplasmosis

perlu diketahui kemungkinan terpapar oleh toxoplasma (kebiasaan makan daging


setengah matang, memelihara kucing, berkebun, pekerjaan, dkk)

pasien mengeluh melihat sesuatu yang mengambang (floaters), rasa tidak enak di
dada, batuk, dyspnea, demam, kejang, perubahan status mental, dan pusing.

Pada neonatus keluhannya biasa berupa petechiae, jaundice, kejang dan


developmental delay.

Pemeriksaan fisik

Perlu diperhatikan adanya lymphadenopathy (pada umumnya cervical) atau gejala


klinik lainnya seperti demam, rash, dan lain-lain.

Pada korioretinitis ditemui penurunan lapangan pandang, lesi fokus berwarna putih
(headlight in the fog)

Pemeriksaan penunjang

Diagnosa pasti bisa ditegakkan bila ditemukan trofozoit dalam cairan peritoneum,
LCS, otak, sumsum tulang, hepar, limfonodus, dan organ yang berkaitan. Untuk
mendeteksi toxoplasmosis kongenital dapat diperiksa cairan amnion pada minggu ke
20-24.

Tes serologis yang bisa digunakan:


a. Indirect Hemaglutination test, latex agglutination Test, ELISA
b. Indirect Fluorescent Antibody Test
c. Sabin-Feldman Test

Pada pemeriksaan radiologi dapat ditemukan lesi serebral yang multipel dan
bilateral

Untuk skrining dapat digunakan Skin Test dengan menggunakan Ag T. gondii

Pengobatan

Pada orang dewasa asimtomatik pada umumnya tidak membutuhkan pengobatan


kecuali pada anak berumur 5 tahun kebawah. Obat-obatan yang tersedia sekarang
hanya membunuh bentuk tachyzoit, sedangkan bentuk bradyzoit/kista tidak
terjamah.

1. Pirimetamin
25-50 mg/hari selama 30 hari, harus ditambah asam folat karena merupakan
antagonis asam folat. Juga tidak dianjurkan untuk wanita hamil karena
bersifat teratogenik.
2. Sulfonamide
50-100 mg/kgBB/hari selama beberapa minggu atau bulan.
3. Spiramisin
100 mg/kgBB/hari selama 30-45 hari, aman untuk wanita hamil
4. Klaritromisin dan azitromisin
5. Hidroksinaftokuinon
6. klindamisin

pada umumnya diberikan 2 jenis antimikroba (pirimetamin +


sulfonamide/klindamisin + asam folat)

neonatus diberikan pirimetamin (0.5-1 mg/kg) dan sulfadiazine (100mg/kg) selama 1


tahun.

Komplikasi

kejang dan berbagai kelainan neurologis dapat terjadi pada orang dengan
toxoplasmosis cerebral.

Kebutaan komplit atau parsial.

berbagai sekuel pada toxoplasmosis kongenital, retardasi mental, kejang, tuli dan
buta.
Daftar Pustaka
http://emedicine.medscape.com/article/787505-overview
http://emedicine.medscape.com/article/229969-overview
http://id.wikipedia.org/wiki/Toksoplasmosis
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=2219
http://elementy.ru/news/430299
http://www.scribd.com/doc/4361654/Toxoplasma
Atlas helmintologi dan protozoologi kedokteran
Diktat yg entah punya dr. Lesmana ato dr. Monika
Harrrison 17th Ed

Anda mungkin juga menyukai