Oleh
M. Tommy Prima Taruna
I4A011031
Pembimbing
dr., Sp. S
I. DATA PRIBADI
Nama : Tn. HB
Umur : 67 tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Banjar
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Status : Menikah
II. ANAMNESIS
Perjalanan Penyakit :
muncul mendadak sejak empat jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan
2
Pasien juga merasakan kesulitan bicara/ bicara pelo. Keluhan ini dirasakan
Awalnya pasien sangat kesulitan berbicara namun keluhan ini juga sudah
berkurang.
Pasien tidak ada mengeluhkan nyeri kepala hebat, mual dan muntah, kejang
Pasien memiliki riwayat diabetes dan darah tinggi selama dua puluh tahun
yang lalu namun rutin mengkonsumsi obat, pasien juga memiliki riwayat
Intoksikasi :
Tidak ditemukan riwayat keracunan obat, zat kimia, makanan dan minuman.
Keluarga penderita tidak ada yang memiliki riwayat hipertensi dan kencing
manis
GCS : E4V5M6
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,3oC
3
Kepala/Leher :
Thoraks
Abdomen : supel, hepar dan lien tidak teraba, perkusi timpani, bising
usus normal
Penyerapan : baik
Kemauan : baik
Psikomotor : normoaktif
5. NEUROLOGIS
A. Kesan Umum:
4
Pembicaraan : Disartri : (+)
Monoton : (-)
Scanning : (-)
Sensorik : (-)
Anomik : (-)
Kepala:
Besar : Normal
Asimetri : (-)
Tortikolis : (-)
Muka:
Mask/topeng : (-)
Miophatik : (-)
Fullmooon : (-)
B. Pemeriksaan Khusus
Kernig : (-)/(-)
Laseque : (-)/(-)
Bruzinski I : (-)
Bruzinski II : (-)/(-)
2. Saraf Otak
5
Kanan Kiri
N. Olfaktorius
Kanan Kiri
Eksopthalmus : - -
Pupil
6
Perbedaan lebar isokor isokor
N. Trigeminus
Kanan Kiri
Cabang Motorik
Cabang Sensorik
N. Facialis
Kanan Kiri
Waktu Diam
7
Lipatan nasolabial kiri lebih tinggi
Waktu Gerak
Bersiul sde
Hyperakusis tdl
N. Vestibulocochlearis
Vestibuler
Vertigo : (-)
Nystagmus : (-)
Cochlearis : tdl
Bagian Motorik:
Menelan : Normal
8
Bising usus : normal
Bagian Sensorik:
N. Accesorius
Kanan Kiri
N. Hypoglossus
3. Sistem Motorik
Kekuatan Otot
Istirahat : normal
Lengan (Kanan/Kiri)
M. Deltoid : 4/5
9
M. Biceps : 4/5
M. Triceps : 4/5
Tungkai (Kanan/Kiri)
Besar Otot :
Atrofi :-
Pseudohypertrofi :-
Palpasi Otot :
Nyeri :-
Kontraktur :-
Konsistensi : Normal
10
Tonus Otot :
Lengan Tungkai
Hipotoni + - + -
Spastik - - - -
Rigid - - - -
Rebound - - - -
phenomen
Gerakan Involunter
Chorea : -/-
Athetose : -/-
Balismus : -/-
Fasikulasi : -/-
Myokimia : -/-
Koordinasi :
Telunjuk-hidung normal
4. Sistem Sensorik
Kanan/kiri
11
Rasa Eksteroseptik
Rasa Proprioseptik
Rasa Enteroseptik
Rasa Kombinasi
Streognosis : Normal
Barognosis : Normal
Grapestesia : Normal
Fungsi luhur
12
5. Refleks-refleks
Reflek kulit
Refleks cremaster :-
Refleks Patologis :
Tungkai
Lengan
Hoffmann-Tromner : -/-
Snout (-)
Sucking (-)
Palmomental (-)
13
Miksi : inkontinensi (-)
Salivasi : normal
7. Columna Vertebralis
Kelainan Lokal
Fleksi : normal
Ekstensi : normal
Rotasi : normal
8. Pemeriksaan Tambahan
14
MCV, MCH, MCHC
MCV 87,8 75,0 96,0 Fl
MCH 27 28,0 32,0 Pg
MCHC 30,8 33,0 37,0 %
HITUNG JENIS
Gran% 66,8 50,0 70,0 %
Limfosit% 24,1 25,0 40,0 %
MID% 9,1 4,0 11,0 %
Gran# 5,30 2,50-7,00 ribu/ul
Limfosit# 1,9 1,25-4,0 ribu/ul
MID# 0,7 0,3-1,0 ribu/ul
KIMIA
GULA DARAH
GDS 327 <200 mg/dl
HATI
SGOT 31 0 46 U/I
SGPT 14 0 45 U/I
GINJAL
Ureum 32 10 50 mg/dL
Kreatinin 1,6 0,7 1,4 mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium 135 135 - 146 mmol/l
Kalium 4,2 3,4 5,4 mmol/l
Chlorida 102 95 - 100 mmol/l
15
Hasil EKG
RESUME
16
1. ANAMNESIS
merokok dan penyakit hipertstensi serta diabetes yang diderita sudah sejak
2. PEMERIKSAAN
Interna
Nadi : 98 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,3o C
Status Neurologis
Pupil isokor, diameter 3/3 mm refleks cahaya +/+, gerak mata simetris
17
Saraf kranialis : Parese N.VII dan XII
Reflek fisiologis BPR : 2/2, TPR: 2/2, KPR : 2/2, APR : 2/2
3. DIAGNOSIS
4. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 18 tts/menit
18
PEMBAHASAN
neurologis yang bersifat sementara tanpa bukti adanya infark akut. Kelainan ini
merupakan faktor risiko utama dan penting untuk terjadinya stroke di masa yang
akan. Gejala umum biasanya bersifat mendadak dan sementara, serta meliputi
tekanan darah, dan pengujian laboratorium rutin. Penilaian ABCD2 (age, blood
ditentukan selama evaluasi awal dan dapat membantu menilai risiko segera
terjadinya iskemik berulang dan stroke. Pasien dengan skor ABCD2 yang lebih
tinggi harus diobati sebagai pasien rawat inap, sedangkan pasien yang memiliki
skor lebih rendah berisiko lebih rendah terhadap stroke di masa yang akan datang
Serikat. TIA membawa risiko jangka pendek sangat tinggi terhadap stroke, dan
Insiden TIA meningkat dengan bertambahnya usia, dari 1-3 kasus per
100.000 pada usia yang lebih muda dari 35 tahun meningkat menjadi 1.500 kasus
per 100.000 pada usia lebih dari 85 tahun. Kurang dari 3 % dari semua infark
serebral besar terjadi di anak-anak. Stroke Pediatric sering memiliki etiologi yang
19
sangat berbeda dari stroke dewasa dan cenderung terjadi dengan frekuensi lebih
sedikit.2
Insiden TIA pada pria (101 kasus per 100.000 penduduk) secara signifikan
lebih tinggi dibandingkan pada wanita (70 per 100.000). Insiden TIA di kulit
hitam (98 kasus per 100.000 penduduk) lebih tinggi dibandingkan dalam putih (81
Anamnesis
beberapa jam sebelum masuk rumah sakit. Pada perjalanananya keluhan ini
Pasien ini memiliki merokok sejak usia muda dan riwayat diabetes melitus
serta hipertensi yang sudah dialami sejak 20 tahun yang lalu. Riwayat adanya
tersebut berlangsung hanya sementara (tidak lebih lama dari 24 jam). Sekelompok
neurologis yang disebabkan oleh iskemik otak fokal atau retina, dengan gejala
klinis biasanya berlangsung < 1 jam, dan tanpa bukti infark akut. Setiap definisi
memiliki kelebihan dan kekurangan, dan definisi yang tepat saat ini masih dalam
klasik, yaitu defisit neurologis berlangsung < 24 jam karena iskemik fokal di otak
atau retina.2,3
20
Pada presentasi awal, sebuah riwayat yang komprehensif harus mencakup
identifikasi gejala yang sesuai dengan defisit neurologis fokal, dan waktu onset
gejala dan waktu terjadinya resolusi. Hal ini penting karena gejala sering telah
membaik pada saat pasien datang. Perhatian juga harus diberikan pada ada atau
tidaknya gejala nonspesifik yang biasa terjadi pada TIA. Keluarga/orang yang
berada didekat kejadian dapat membantu dalam menggambarkan gejala yang tidak
dirasakan oleh pasien. anamnesis faktor risiko yang terkait dengan penyakit
stroke, atau TIA. Gejala TIA terjadi secara tiba-tiba dan mencakup defisit atau
hilangnya fungsi neurologis. Sangat penting untuk menanyakan gejala TIA yang
segera.1,4
TIA disebabkan oleh faktor penyebab yang sama dengan stroke. Iskemia
suplai darah dan oksigen pada sel. Stroke iskemik terjadi saat arteri yang
oleh stenosis dari arteri, yang mengganggu aliran darah, kemudian menyebabkan
turbulensi yang dapat membentuk trombus. Klot tersebut dapat terbentuk pada
arteri yang memperdarahi otak, atau dapat terjadi pada bagian tubuh lainnya yang
Partikel bebas yang terbawa arus dinamakan embolus, dan klot yang
terbawa bebas dinamakan tromboemboli. Klot lokal dan yang berasal dari bagian
21
tubuh lainnya merupakan penyebab utama dari stroke dan TIA. Emboli otak yang
paling sering menjadi penyebab stroke berasal dari arteri carotis pada leher.5
Faktor resiko terjadinya TIA sama dengan faktor resiko penyebab stroke.
Definisi dari faktor resiko sendiri, yaitu karakteristik, tanda atau kumpulan gejala
pada penyakit yang diderita individu yang mana secara statistik berhubungan
dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa individu lain pada
suatu kelompok masyarakat). Beberapa faktor resiko TIA ada yang dapat
dimodifikasi dan ada yang tidak. Faktor yang dapat dimodifikasi yaitu:5
- Hipertensi
kali lipat. Tekanan darah yang lebih tinggi berarti resiko yang
- Merokok
22
merokok dengan kejadian iskemia serebral, perokok berat memiliki
kali lipat.
- Konsumsi Alkohol
stroke meningkat sebanyak 2-6,5 kali pada wanita dan 1,5-2 kali pada
pria.
23
Berikut merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi:5
- Jenis Kelamin
hidupnya lebih lama dibandingkan pria, lebih banyak wanita yang mati
- Usia
Usia adalah salah satu faktor resiko tunggal yang paling penting pada
- Genetik
Penyebab faktor familial juga berperan pada stroke antara lain adalah
keturunan terhadap faktor resiko stroke lain, dan pola hidup keluarga
peningkatan reisko pada pria dengan ibu yang meninggal akibat stroke
- Ras
Kejadian stroke dan angka mortalitas sangat bervariasi antara ras satu
dengan lainnya. Ras kulit hitam memiliki resiko sebesar 2 kali lipat
untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit putih. Pada usia
24
sampai 5 kali dibandingkan dengan ras kulit putih, perbedaan tersebut
Ras asia, terutama suku Cina dan Jepang, memiliki angka kejadian
penyakit jantung.
Gejala yang menyerupai TIA lebih sering terjadi pada pasien dengan
riwayat gangguan kognitif, kejang, hipotensi postural, dan vertigo. Gejala yang
penurunan kesadaran, tinitus, disfagia, skotoma, Sakit kepala, sakit mata, dan
nyeri dada. Penting untuk dicatat bahwa adanya gejala umum yang mnyerupai
TIA tersebut tidak menyingkirkan kecurigaan adanya TIA; Namun, kelainan yang
menyerupai TIA tersebut perlu dipertimbangkan pada pasien tanpa adanya defisit
25
Pemeriksaan fisik
motorik sisi sebelah kanan (4/5), wajah yang jatuh pada sisi sebelah kanan, serta
lidah yang sedikit miring kesebelah kanan. Tanda ini menunjukan hemiparese
berbicara sangat sugestif TIA, dan dapat juga dikaitkan dengan risiko lebih tinggi
terkena stroke dini setelah TIA. Pemeriksaan fisik harus mencakup pengukuran
Perlu diperiksa secara teliti adanya defisit neurologis fokal dan distribusi
sensorik somatik, pembicaraan dan bahasa, dan pengujian sistem serebelum harus
dilakukan. Temuan yang paling umum untuk TIA dalam pemeriksaan saraf kranial
jatuh sesisi, gerakan lidah lateral, disfagia, dan disfungsi vestibular. Uji sistem
klonus, kekakuan, atau kelemahan sesisi pada ekstremitas atas, bawah, dan lidah.
7,8
26
Kelemahan unilateral dan gangguan bicara adalah manifestasi klinis yang
paling umum pada pasien dengan TIA, dan gejala ini lebih mungkin dikaitkan
dengan infark serebral akut pada MRI. Dalam analisis pasien dengan TIA, 31
jam atau kurang, dan 37 sampai 72 persen memiliki gejala yang berlangsung lebih
Pemeriksaan penunjang
didapatkan sinus takikardi, depresi anterolateral dan hipertofi ventrikel kiri. Hal
ini juga sejalan dengan temuan X-Ray yang mengarah pada cardiomegali
faktor risiko yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu proses atherosklerosis dan
hiperglikemi.
terjadinya onset gejala. MRI merupaka modalitas yang lebih disarankan karena
27
Temuan infark pada MRI dapat memiliki implikasi prognostik yang
bahwa pasien dengan infark pada MRI memiliki angka rawat inap stroke sebesar
19,4%, dibandingkan dengan 1,3% pada pasien tanpa bukti adanya infark.
secara klasik dapat didefinisi ulang dengan stroke minor jika ditemukan infark
pada MRI. Penelitian terbaru menggunakan definisi baru TIA untuk mengevaluasi
pasien yang memiliki gejala yang membaik dalam 24 jam. Pasien dengan infark
pada MRI, 7,1% mengalami stroke dalam tujuh hari berikutnya, dibandingkan
paroksismal.13
Pada evaluasi awal gejala TIA, glukosa darah dan serum elektorlit perlu di
Profil lipid perlu dilakukan untuk menentukan risiko kardiovaskuler dan kadar
kolesterol, untuk menentukan dosis awal yang tepat terapi statin yang diperlukan
28
Stratifikasi risiko dan kriteria rawat inap
Pada pasien ini telah dilakukan evaluasi penilaian risiko berdasarkan Skor
ABCD2. Pasien ini memiliki skor maksimal, yaitu sebesar tujuh poin. Nilai ini
terjadinya TIA. Skor ABCD2 telah terbukti menjadi metode yang sangat prediktif
tingginya disabilitas dan lamanya rawat inap. Selain itu, penelitian berbasis
munculnya stroke dalam 24 jam. Pada studi tersebut, 76% pasien dengan
29
Tabel 2. Sistem skoring ABCD2 untuk mengevaluasi risiko stroke setelah
TIA1
Penatalaksanaan
tatalaksana secara farmakologis dan nor farmakologis. Pada pasien diberikan inf.
Rl 18 tpm, Inj. Ranitidin 2x1, inj. Citicholin 2x1, per oral aspilet 2x1,dan
metformin 2x500mg.
Pertahankan posisi kepala pada bidang lunak yang datar. Posisi ini telah terbukti
30
menekuk ke atas 30o. (2) Pertahankan euvolemi dan keseimbangan elektrolit. (3)
saraf .20
dimulai dalam 24 jam setelah terjadinya onset stroke iskemik akut. Terdapat
banyak variabel yang berpengaruh pada tekanan darah dan respon seseorang
31
AHA/ASA merekomendasikan hanya pasien dengan tekanan darah >
kemampuannya dalam autoregulasi dan MAP yang lebih tinggi diperlukan untuk
Target tekanan darah yang dianjurkan pada fase akut adalah 180/105
mmHg pada pasien dengan hipertensi dan 160-180/90-100 mmHg pada pasien
dengan tensi normal (harus dinaikan). Dalam 24-48 jam pertama, diperlukan
tekanan darah yang tinggi untuk mengkompensasi aliran darah otak hingga sistem
tekanan darah untuk mencegah terjadinya edema cerebri, stroke berulang, dan
jam adalah sesuai dengan JNC 7, yaitu <140/90 mmHg untuk pasien tanpa
komplikasi dan <130/80 pada pasien yang memiliki diabetes melitus atau
Aspirin adalah regimen yang paling banyak telah dipelajari dan diterima
sebagai obat antiplatelet, dan memiliki alasan yang kuat digunakan sebagai terapi
awal. Obat ini dapat menurunkan resiko rekurensi stroke hingga 15%, pada dosis
yang berkisar antara 50mg hingga 1500mg. Dosis yang lebih rendah (61mg-325
mg per hari) juga efektif dan memiliki insiden perdarahan gastrointestinal yang
lebih rendah. Dosis aspirin yang berkisar antara 25 mg 2 kali sehari hingga 325
mg 4 kali sehari telah menunjukan manfaat dalam pencegahan stroke pasca TIA.20
32
Pada TIA juga terdapat langkah pengobatan awal dan pengobatan lanjutan,
yaitu:21
signifikan.
b. Pengobatan lanjutan
ACE jika tekanan darah meningkat terutama pada pasien usia muda,
membran sel saraf. Cholin yang dilepaskan dari citicoline dapat dimetabolisme
33
glutathione yang signifikan telah dilaporkan terjadi pada TIA. Citicoline dapat
34
DAFTAR PUSTAKA
4. Shah KH, Edlow JA. Transient ischemic attack: review for the emergency
physician. Ann Emerg Med. 2004;43(5):592604.
6. Hand PJ, Kwan J, Lindley RI, Dennis MS, Wardlaw JM. Distinguishing
between stroke and mimic at the bedside: the brain attack study. Stroke.
2006;37(3):769775.
7. Shah KH, Edlow JA. Transient ischemic attack: review for the emergency
physician. Ann Emerg Med. 2004;43(5):592604.
8. Albucher JF, Martel P, Mas JL. Clinical practice guidelines: diagnosis and
immediate management of transient ischemic attacks in adults. Cerebrovasc
Dis. 2005;20(4):220225.
10. Cucchiara BL, Messe SR, Taylor RA, et al. Is the ABCD score useful for risk
stratification of patients with acute transient ischemic attack? Stroke.
2006;37(7):17101714.
11. Crisostomo RA, Garcia MM, Tong DC. Detection of diffusion-weighted MRI
abnormalities in patients with transient ischemic attack: correlation with
clinical characteristics. Stroke. 2003;34(4):932937.
35
12. Shah SH, Saver JL, Kidwell CS, et al. A multicenter pooled, patient-level data
analysis of diffusion-weighted MRI in TIA patients [abstract]. Stroke.
2007;38(2):463.
13. Easton JD, Saver JL, Albers GW, et al. Definition and evaluation of transient
ischemic attack. Stroke. 2009;40(6):22762293.
14. Edlow JA, Kim S, Pelletier AJ, Camargo CA Jr. National study on emergency
department visits for transient ischemic attack, 19922001. Acad Emerg Med.
2006;13(6):666672.
16. Giles MF, Albers GW, Amarenco P, et al. Early stroke risk and ABCD2 score
performance in tissue-vs time-defined TIA: a multicenter study. Neurology.
2011;77(13):12221228.
17. Adams HP Jr, del Zoppo G, Alberts MJ, et al. Guidelines for the early
management of adults with ischemic stroke: a guideline from the American
Heart Association/American Stroke Association Stroke Council, Clinical
Cardiology Council, Cardiovascular Radiology and Intervention Council, and
the Atherosclerotic Peripheral Vascular Disease and Quality of Care
Outcomes in Research Interdisciplinary Working Groups: the American
Academy of Neurology affirms the value of this guideline as an educational
tool for neurologists [published corrections appear in Stroke. 2007;38(9):e96,
and Stroke. 2007;38(6):e38]. Stroke. 2007;38(5):16551711.
18. Rothwell PM, Giles MF, Flossmann E, et al. A simple score (ABCD) to
identify individuals at high early risk of stroke after transient ischaemic
attack. Lancet. 2005;366(9479):2936.
36