Anda di halaman 1dari 26

Referat

WABAH DAN PENANGGULANGANNYA

Oleh:
Idama Asido Rohana Simanjuntak, S.Ked
I1A010052

Pembimbing
dr. H. Adenan, M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
Maret, 2015
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................ i
Daftar Isi..................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1

Latar Belakang ....................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Definisi Wabah........................................................................................ 4
2.2. Contoh Wabah Menurut Sifatnya............................................................ 7
2.3. Klasifikasi Wabah................................................................................... 8
2.4. Penyakit yang Sering Menimbulkan Wabah........................................... 9
2.5. Penanggulangannya Wabah.................................................................... 15
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang
Wabah merupakan peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak

daripada keadaan normal di suatu area tertentu atau pada suatu kelompok tertentu,
selama suatu periode waktu tertentu. Informasi tentang terjadinya wabah biasanya
datang dari sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan pasien, keluarga pasien, kader
kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi informasi tentang terjadinya wabah bisa
juga berasal dari petugas kesehatan, laporan kematian, laporan hasil pemeriksaan
laboratorium, atau media lokal (surat kabar dan televisi). Pada dasarnya wabah
merupakan penyimpangan dari keadaan normal karena itu wabah ditentukan dengan
cara membandingkan jumlah kasus sekarang dengan rata-rata jumlah kasus dan
variasinya di masa lalu (minggu, bulan, tahun) (1)
Kenaikan jumlah kasus belum tentu mengisyaratkan terjadinya wabah. Terdapat
sejumlah faktor yang bisa menyebabkan jumlah kasus tampak meningkat (1):
(1) Variasi musim (misalnya, diare meningkat pada musim kemarau ketika air
bersih langka)
(2) Perubahan dalam pelaporan kasus;
(3) Kesalahan diagnosis (misalnya, kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium);

(4) Peningkatan

kesadaran

petugas

kesehatan

(meningkatkan

intensitas

pelaporan);
(5) Media yang memberikan informasi bisa dari sumber yang tidak benar.
Terjadinya wabah dan teridentifikasinya sumber dan penyebab wabah perlu
ditanggapi dengan tepat. Jika terjadi kenaikan signifikan jumlah kasus sehingga
disebut wabah, maka pihak dinas kesehatan yang berwewenang harus membuat
keputusan apakah akan melakukan investigasi wabah. Sejumlah faktor mempengaruhi
dilakukan atau tidaknya investigasi wabah (2):
(1) Keparahan penyakit;
(2) Potensi untuk menyebar;
(3) Perhatian dan tekanan dari masyarakat;
(4) Ketersediaan sumber daya.
Langkah pencegahan kasus dan pengendalian wabah dapat dimulai sedini
mungkin setelah tersedia informasi yang memadai. Bila investigasi atau penyelidikan
wabah telah memberikan fakta yang jelas mendukung hipotesis tentang penyebab
terjadinya wabah, sumber agen infeksi, dan cara transmisi yang menyebabkan wabah,
maka upaya pengendalian dapat segera dimulai tanpa perlu menunggu pengujian
hipotesis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Wabah
Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya penemuan

kuman kolera oleh John Snow sehingga ia terkenanl dengan metode investigasi
wabah kolera di London (1854). Wabah adalah istilah umum untuk menyebut
kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun
untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut (1,2).
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah
meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit .
Undang-undang RI No.4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari

pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
Benenson, 1985
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk
suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa .
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia th 1989
Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang
sejumlah besar orang di daerah yang luas.
Dari Sudut Arti Kata
Wabah atau epidemic berasal dari bahasa Yunani yaitu epi berarti pada dan
demos yang berarti penduduk atau rakyat. Jadi epidemic diartikan sebagai halhal yang terjadi pada penduduk.
Dari Sudut Epidemiologi
Dari sudut epidemiologi wabah berarti suatu peningkatan kejadian kesakitan
atau kematian suatu penyakit di suatu tempat tertentu yang melebihi keadaan
biasanya (2).
Tinjauan definisi menurut undang-undang no.4 tahun 1984 dapat
mencakup empat hal berikut (1,3) :
-

Penyakit menular

Yang dimaksud penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh


mikroorganisme atau produk toksinnya, yang ditularkan dari penderita
atau reservoirnya kepada manusia lain yang rentan
-

Keadaan yang lazim


Jumlah penderita suatu penyakit menular dalam suatu masyarakat atau
wilayah sangat bervariasi tergantung dari penyebab penyakitnya, sifatsifat penduduk yang terserang serta lingkungan dimana penykait itu
terjangkit. Pada umumnya jumlah penderita penyakit menular di suatu
wilayah diamati dalam suatu kurun waktu tertentu (mingguan, bulan, atau
tahunan).

Peningkatan jumlah penderita

Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak,
yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup
global (pandemi) (4):
a. OUTBREAK
Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit yang
sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.
b. EPIDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang
ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya
meningkat.
6

c. PANDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya
dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup
wilayah yang luas
d. ENDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya
pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya
penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.
2.2. Pembagian Wabah Menurut Sifatnya
a. Common Source Epidemic / Point Source Epidemic
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya
sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi
dalam waktu yang relatif singkat. Adapun Common Source Epidemic itu
berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan,
polusi kimia di udara terbuka. Dapat ditandai oleh (2,4) :
-

Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang cepat.

Masa inkubasi yang pendek.

Episode penyakit merupakan episode tunggal.

Waktu munculnya penyakit jelas.

Lenyapnya penyakit dalam waktu yang cepat.

b. Propagated/Progresive Epidemic atau Contagious disease epidemic


Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu
lebih lama dan masa tunas yang lebih lama pula. Propagated atau
progressive epidemic terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang
baik langsung maupun melalui vector, relatif lama waktunya dan lama
masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran
anggota masyarakat yang rentan serta morbilitas dari penduduk setempat,
masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita
dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota masyarakat yang
rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan
urutan generasi kasus (2,4). Ditandai oleh :
-

Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang pelan.

Masa inkubasi yang panjang.

Episode penyakit yang bersifat majemuk.

Waktu munculnya penyakit tidak jelas.

Lenyapnya penyakit dalam waktu yang lama.

c. Mix Source Epidemic


Yang dimaksud disini adalah suatu keadaan wabah yang disamping
ditemukan gejala-gejala dari wabah bentuk pertama juga ditemukan
gejala-gejala dari wabah bentuk kedua (2,4).

2.3 Klasifikasi Wabah


Menurut penyebabnya, penyakit yang menimbulkan wabah digolongkan
menjadi (3) :
1. Toxin, terdiri dari :
a. Enterotoxin (Stapylococcus aureus)
b.

Exotoxin (Clostridium botolinum)

c.

Endotoxin

2. Infeksi
a. Virus
b.

Bakteri

c. Protozoa
d. Cacing
3. Toxin Biologis
a. Racun jamur, Plankton, racun ikan, racum tumbuhan.
b. Afla toxin
4. Toxin Kimia
a. Zat kimia organik : logam berat (Hg).
b.

Gas beracun : CO2, CO.

2.4

Penyakit yang Sering Menimbulkan Wabah


Penyakit

yang

dapat

menimbulkan

wabah

(Permenkes

RI

no.

560/Menkes/Per/VIII/1989) (4):
1. Kholera
a. Berak-berak mendadak disertai muntah-muntah, Tinja mengucur seperti
air sehingga dalam waktu singkat tubuh kekurangan cairan (dehidrasi).
b. Pemeriksaan laboratorium pada najis/ muntahan menunjukkan adanya
kuman cholera (vibrio cholera) dan dalam darah terdapat zat antinya.
2. Demam kuning
a. Demam tinggi mendadak, kulit kuning, sakit kepala, lemah/lesu, mual,
muntah, denyut nadi lemah dan lambat, seringkali disertai dengan
perdarahan berupa mimisan, perdarahan mulut, muntah darah, berak
darah.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya virus demam
kuning atau zat antinya.
3. Tifus bercak
a. Demam 2 minggu, sakit kepala, menggigil, badan lemah, kadangkadang selama masa demam ditemukan bercak-bercak merah menimbul
pada kulit.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya zat anti
terhadap tifus bercak wabah I (Rickettsia prowazeki).
4. Campak
10

a. Panas tinggi, sakit kepala, batuk pilek dan conjungtivitis fotophoby yang
berakhir lebih kurang setelah 3-7 hari. Masa timbulnya bercak-bercak
merah (rash) pada kulit sesudah kira-kira 3 hari panas. Mula-mula timbul
pada belakang telinga menyebar ke seluruh muka, dada dan anggota badan
lainnya. Bercak bertahan selama 4-6 hari.
b. Pemeriksaan laboratorium pada lendir konjungtiva dan tenggorokan
menunjukkan adanya virus campak, dan pada darah terdapat virus campak
atau zat antinya.
5. Difteri
a. Panas lebih kurang 38 0, adanya pseudomembran putih keabu-abuan, tak
mudah lepas dan mudah berdarah. Letak pseudomembran bisa di faring,
laring atau tonsil, sakit waktu menelan, leher membengkak seperti leher
sapi disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher dan sesak nafas
disertai bunyi (stridor).
b. Pemeriksaan laboratorium pada jaringan luka menunjukkan adanya kuman
difteri.
6. Rabies
a. Demam tinggi, sakit kepala hebat, kelumpuhan mulai dari tungkai
menjalar ke atas, sulit menelan, takut air (hydrophobia), sulit bernafas,
kesadaran menurun, terjadi beberapa minggu sampai satu tahun setelah
digigit anjing, kucing, kera, atau hewan penular rabies lainnya yang
menderita rabies.
11

b. Pemeriksaan laboratorium pada otak dan kelenjar air liur hewan yang
menggigit, dan pada air liur, air mata serta jaringan otak penderita
menunjukkan adanya virus rabies.
7. Influenza
Demam, perasaan dingin dan ingusan 1-6 hari, sering kali disertai sakit
kepala, sakit pada otot-otot dan batuk. Pemeriksaan laboratorium pada darah
menunjukkan adanya virus influenza atau zat antinya.
8. Tifus Perut
Demam tinggi terus menerus 1 minggu atau lebih, badan lemah, sakit kepala,
sembelit kadang-kadang diare, permukaan lidah kotor dan pinggirnya merah,
disertai dengan kesadaran menurun. Pemeriksaan laboratorium pada darah, air
seni, tinja atau sumsum tulang menunjukkan kuman salmonella typhi dan
pada darah terdapat kenaikan kadar zat antinya.
9. Encephalitis
a. Panas tinggi, kejang-kejang, kesadaran menurun dan reflek patologis
positif.
b. Pemeriksaan lab darah atau cairan serebrospinal menunjukkan adanya
virus/ kuman atau zat antinya.
10. Pes
a. Demam tinggi mendadak, disertai pembengkakan kelenjar (bubo) dilipat
paha atau ketiak, atau leher, batuk darah mendadak (tanpa didahului sakit
batuk).
12

b. Pemeriksaan laboratorium pada darah, cairan bubo, sputum atau usap


tenggorok menunjukkan adanya kuman pes (Yersinia pestis).
11. Demam bolak-balik
a. Demam 2-9 hari diikuti masa tanpa demam 3-4 hari yang berulang-ulang
2-10 kali. Kadang-kadang selama masa masa demam ditemukan bercakbercak merah dikulit.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya virus kuman
demam bolak-balik (Borellia recurrentis).
12. DBD
a. Demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu atau
gelisah, nyeri ulu hati, hati membesar, dan disertai perdarahan dikulit
berupa bintik merah (petechiae), ruam, lebam. Kadang-kadang berak
darah, muntah darah, kesadaran menurun, dan renjatan (shock).
b. Pemeriksaan lab pada darah menunjukkan adanya pengentalan darah
(hemokonsentrasi) dan kekurangan sel pembekuan darah (trombosit), dan
ditemukan virus dengue atau zat antinya.
13. Polio
a. Panas, ingusan, batuk, lemas, muntah, diare. Panas menurun kemudian
timbul kelemahan/ kelumpuhan anggota gerak (lengan/kaki), biasanya
asimetris.
b. Pemeriksaan

laboratorium

pada

tinja

atau

lendir

tenggorokan

menunjukkan adanya virus polio dan pada darah terdapat zat antinya.
13

14. Pertusis
a. Batuk beruntun, pada akhir batuk anak menarik nafas panjang dan
terdengar suara hup (whoop) khas, biasanya disertai muntah. Serangan
batuk lebih sering pada malam hari. Anak mengeluarkan riak liat dan
kental. Akibat batuk yang dapat terjadi perdarahan konjungtiva atau edema
periorbital. Lamanya batuk 1-3 bulan (batuk 100 hari).
b. Pemeriksaan laboratorium pada lendir tenggorokan menunjukkan adanya
kuman pertusis (Bordetella pertusis).
15. Malaria
a. Demam, berkeringat, dingin, menggigil, yang berulang setiap 1-3 hari,
sakit kepala hebat, badan lemah, muka pucat, sering disertai mual, muntah
dan nyeri otot. Kadang-kadang limpa membesar, kejang dan kesadaran
menurun.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya parasit
malaria.
16. Hepatitis
a. Demam, badan lemas, mual, selaput mata kuning, air seni berwarna seperti
air the kental.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah/ tinja menunjukkan adanya virus
hepatitis dan darah juga terdapat antigen virus tersebut.
17. Meningitis

14

Panas, kaku kuduk, kejang-kejang, kesadaran menurun, reflek patologis


positif. Pemeriksaan laboratorium pada LCS.
18. Anthrax
a. Tipe kulit : Kulit melepuh (vesikel) tanpa sebab yang jelas atau tukak
(ulkus) dengan pinggir menonjol dan bagian tengahnya berwarna merah
tua-kehitaman, kadang-kadang disertai demam tinggi.
b. Tipe gastrointestinal : Sakit perut hebat terjadi beberapa jam sesudah
makan daging hewan yang menderita penyakit anthrax (Bacillus
anthracis).

19. Diare
Penyakit

yang

ditandai

dengan

bertambahnya

frekuensi

buang air

besar/defekasi (lebih 3 kali sehari) disertai adanya perubahan bentuk atau


kondisi tinja dari penderita.
20. Keracunan
a. Penderita jatuh sakit mendadak dengan gejala pusing, mual/muntah, dan
kejang (cramp) perut atau usus, kadang-kadang disertai adanya kejang otot
serta gejala khas keracunan lainnya.
b. Pada pemeriksaan laboratorium tinja atau muntahan menunjukkan adanya
penyebab keracunan dan konsentrasinya melebihi ambang normal.
15

2.5

Penanggulangan Wabah
Untuk dapat melakukan penanggulangan wabah banyak kegiatan yang harus
dilakukan. Untuk suatu Puskesmas, kegiatan tersebut secara sederhana dapat
dibedakan atas empat macam, yaitu (5):

1) Menetapkan terjangkitnya keadaan wabah


Merupakan kegiatan pertama yang harus dilakukan. Untuk dapat menetapkan
terjangkit atau ridaknya wabah tersebut, perlu dilakukan pengumpulan data,
penganalisaan data, dan penarikan kesimpulan. Agas kesimpulan tersebut
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya perlu dimiliki suatu pedoman
pengambilan kesimpulan. Pedoman yang dimaksud dikenal dengan nama
Nilai Batas Keadaan Wabah (NBKW). NBKW adalah suatu nilai yang dipakai
untuk menentukan ada atau tidaknya suatu wabah. NBKW tidaklah sama
tergantung pada jenis penyakit, ciri-ciri penduduk yang terserang penyakit,
situasi dan kondisi daerah yang terjangkit. Menghitung NBKW untuk satu
periode waktu tertentu perlu 2 angka:
1. Jumlah rata-rata penderita penyakit (Mean)
2. Standar deviasi
Periode waktu: disesuaikan dengan situasi dan kondisi PUSKESMAS adalah
1 minggu. Apabila data tersedia gunakan data tahun yang lalu. Bila tidak
tersedia gunakan data untuk 12 minggu
16

17

2) Melaksanakan penanganan keadaan wabah


Apabila telah dibuktikan adanya wabah, kegiatan selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah melaksanakan penanganan wabah. Untuk ini ada tiga hal
yang harus dilakukan yakni :
a. Kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada penderita

Anamnesis
- Terhadap kasus & keluarga
- Identitas : nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
agama
- Keluhan utama, keluhan tambahan

18

- Riwayat penyakit

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan laboratorium

Diagnosis

Terapi

Isolasi

b. Kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat

Promosi Kesehatan:
DHF : PSN dengan 3M

Specific Protection
- Memberikan imunisasi
- Obat untuk pencegahan (chloroquin untuk malaria)
- Mematikan vektor penyebab penyakit (DHF : abatisasi dan
fogging)

Pencarian Kasus Baru


e. Cara telusur ke belakang (Backward tracing)
f. Cara telusur ke depan (Forward tracing)

c. Kegiatan-kegiatan yang ditujukan terhadap lingkungan

Lingkungan fisik
1) Terhadap lingkungan fisik yang masih baik

19

Contoh:
g.

Perlindungan sumber air minum

h.

Perlindungan makanan & minuman


2) Terhadap lingkungan fisik yang teklah tercemar
Contoh :

i.

Kloridasi sumber air

j.

Pemberian antiseptic

k.

Pemusnahan barang-barang yang telah tercemar.


3) Terhadap lingkungan fisik yang dipakai sebagai
sarang vektor
Contoh: Pengobatan atau pemusnahan abatisasi dan penimbunan
rawa

Lingkungan biologik
1) Tindakan terhadap binatang yang sehat
Tujuan : agar tidak menjadi reservoir bibit penyakit
Contoh : imunisasi rabies pada anjing yang sehat
2) Tindakan terhadap binatang yang sakit
Tujuan: agar tidak sampai menjadi penyebab timbulnya penyakit
Contoh: membunuh anjing yang terserang rabies
3) Tindakan terhadap vektor

20

Tujuan : Memusnahkan vektor


Contoh: fogging pada DBD (DHF)
3) Menetapkan berakhirnya keadaan wabah
Cara menetapkan berakhirnya keadaan wabah adalah sama dengan
menetapkan terjangkitnya wabah, yakni melakukan pengumpulan data,
penganalisaan data, dan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan disini
juga memanfaatkan Nilai Batas Keadaan Wabah yang telah ditetapkan.
4) Pelaporan wabah
Pada dasarnya laporan wabah tersbut meliputi laporan terjangkitnya keadaan
wabah, laporan penanganan wabah serta laporan berakhirnya keadaan wabah.
Semua laporan ini dipersiapkan oleh Puskesmas untk dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Tingkat II. Adanya laporan seperti ini dipandang penting dalam
rangka penyusunan rencana-rencana dan pelaksanaan rencana kerja
penanggulangan wabah itu sendiri.

21

Ruang lingkup penanggulangan wabah di Indonesia masih terbatas pada penyakit


menular. Jika ditinjau dari sudut program kesehatan masyarakat, maka ada
tidaknya penyakit menular di suatu Negara merupakan petunjuk dari maju atau
tidaknya program kesehatan masyarakat di Negara tersebut. Lazimnya jika
penyakit menular banyak ditemukan ini berarti program kesehatan masyarakat
belum maju dan demukian juga sebaliknya.

22

BAB III
PENUTUP

Wabah merupakan peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak


daripada keadaan normal di suatu area tertentu atau pada suatu kelompok tertentu,
selama suatu periode waktu tertentu. Pada dasarnya wabah merupakan penyimpangan
dari keadaan normal karena itu wabah ditentukan dengan cara membandingkan
jumlah kasus sekarang dengan rata-rata jumlah kasus dan variasinya di masa lalu
(minggu, bulan, tahun).
Wabah memiliki sifat-sifatnya diantara lain: common source epidemic,
propragate/progressive

epidemic,

dan

mix

source

epidemic.

Wabah

juga

diklasifikasikan berdasarkan sumbernya yaitu wabah akibat toksin, bakteri, zat


biologis, dan zat kimia. Banyak penyakit yang dapat menimbulkan wabah
kebanyakan adalah penyakit yang menular seperti diare dan cholera.
Apabila muncul suatu wabah di daerah tertentu maka dilakukan
penanggulangan wabah dengan berbagai langkahnya, seperti:
1.
2.
3.
4.

Menetapkan terjangkitnya keadaan wabah


Melaksanakan penanganan wabah
Menetapkan berakhirnya wabah
Pelaporan wabah.

23

Ruang lingkup penanggulangan wabah di Indonesia masih terbatas pada


penyakit menular. Jika ditinjau dari sudut program kesehatan masyarakat, maka ada
tidaknya penyakit menular di suatu Negara merupakan petunjuk dari maju atau
tidaknya program kesehatan masyarakat di Negara tersebut. Lazimnya jika penyakit
menular banyak ditemukan ini berarti program kesehatan masyarakat belum maju dan
demukian juga sebaliknya.

24

DAFTAR PUSTAKA

1.

Rajab Wahyudin, M,Epid . 2008 . Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa

2.

Kebidanan . Jakarta: EGC


Soerawidjaja, Resna A dan Azrul Azwar, 1989. Penanggulangan Wabah oleh

3.

Puskesmas Edisi Pertama. Jakarta. Bina Rupa Aksara.


Kunthi, Dyah. Epidemiologi dan Informatika Kesehatan. Available at

4.

www.blogspot.com/dyahkunthi.com. diakses tanggal 20 Maret 2015


Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2004. Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid

5.

ke II. Hal 78-81.


Resna A. Soerawidjaja dan Azrul Anwar. Penanggulangan Wabah oleh
Puskesmas. Edisi Pertama. Jakarta: PT Binarupa Aksara, 1989

25

Anda mungkin juga menyukai