Oleh:
Idama Asido Rohana Simanjuntak, S.Ked
I1A010052
Pembimbing
dr. H. Adenan, M.Kes
Halaman Judul............................................................................................................ i
Daftar Isi..................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Wabah merupakan peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak
daripada keadaan normal di suatu area tertentu atau pada suatu kelompok tertentu,
selama suatu periode waktu tertentu. Informasi tentang terjadinya wabah biasanya
datang dari sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan pasien, keluarga pasien, kader
kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi informasi tentang terjadinya wabah bisa
juga berasal dari petugas kesehatan, laporan kematian, laporan hasil pemeriksaan
laboratorium, atau media lokal (surat kabar dan televisi). Pada dasarnya wabah
merupakan penyimpangan dari keadaan normal karena itu wabah ditentukan dengan
cara membandingkan jumlah kasus sekarang dengan rata-rata jumlah kasus dan
variasinya di masa lalu (minggu, bulan, tahun) (1)
Kenaikan jumlah kasus belum tentu mengisyaratkan terjadinya wabah. Terdapat
sejumlah faktor yang bisa menyebabkan jumlah kasus tampak meningkat (1):
(1) Variasi musim (misalnya, diare meningkat pada musim kemarau ketika air
bersih langka)
(2) Perubahan dalam pelaporan kasus;
(3) Kesalahan diagnosis (misalnya, kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium);
(4) Peningkatan
kesadaran
petugas
kesehatan
(meningkatkan
intensitas
pelaporan);
(5) Media yang memberikan informasi bisa dari sumber yang tidak benar.
Terjadinya wabah dan teridentifikasinya sumber dan penyebab wabah perlu
ditanggapi dengan tepat. Jika terjadi kenaikan signifikan jumlah kasus sehingga
disebut wabah, maka pihak dinas kesehatan yang berwewenang harus membuat
keputusan apakah akan melakukan investigasi wabah. Sejumlah faktor mempengaruhi
dilakukan atau tidaknya investigasi wabah (2):
(1) Keparahan penyakit;
(2) Potensi untuk menyebar;
(3) Perhatian dan tekanan dari masyarakat;
(4) Ketersediaan sumber daya.
Langkah pencegahan kasus dan pengendalian wabah dapat dimulai sedini
mungkin setelah tersedia informasi yang memadai. Bila investigasi atau penyelidikan
wabah telah memberikan fakta yang jelas mendukung hipotesis tentang penyebab
terjadinya wabah, sumber agen infeksi, dan cara transmisi yang menyebabkan wabah,
maka upaya pengendalian dapat segera dimulai tanpa perlu menunggu pengujian
hipotesis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Wabah
Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya penemuan
kuman kolera oleh John Snow sehingga ia terkenanl dengan metode investigasi
wabah kolera di London (1854). Wabah adalah istilah umum untuk menyebut
kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun
untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut (1,2).
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah
meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit .
Undang-undang RI No.4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
Benenson, 1985
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk
suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa .
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia th 1989
Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang
sejumlah besar orang di daerah yang luas.
Dari Sudut Arti Kata
Wabah atau epidemic berasal dari bahasa Yunani yaitu epi berarti pada dan
demos yang berarti penduduk atau rakyat. Jadi epidemic diartikan sebagai halhal yang terjadi pada penduduk.
Dari Sudut Epidemiologi
Dari sudut epidemiologi wabah berarti suatu peningkatan kejadian kesakitan
atau kematian suatu penyakit di suatu tempat tertentu yang melebihi keadaan
biasanya (2).
Tinjauan definisi menurut undang-undang no.4 tahun 1984 dapat
mencakup empat hal berikut (1,3) :
-
Penyakit menular
Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak,
yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup
global (pandemi) (4):
a. OUTBREAK
Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit yang
sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.
b. EPIDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang
ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya
meningkat.
6
c. PANDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya
dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup
wilayah yang luas
d. ENDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya
pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya
penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.
2.2. Pembagian Wabah Menurut Sifatnya
a. Common Source Epidemic / Point Source Epidemic
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya
sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi
dalam waktu yang relatif singkat. Adapun Common Source Epidemic itu
berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan,
polusi kimia di udara terbuka. Dapat ditandai oleh (2,4) :
-
c.
Endotoxin
2. Infeksi
a. Virus
b.
Bakteri
c. Protozoa
d. Cacing
3. Toxin Biologis
a. Racun jamur, Plankton, racun ikan, racum tumbuhan.
b. Afla toxin
4. Toxin Kimia
a. Zat kimia organik : logam berat (Hg).
b.
2.4
yang
dapat
menimbulkan
wabah
(Permenkes
RI
no.
560/Menkes/Per/VIII/1989) (4):
1. Kholera
a. Berak-berak mendadak disertai muntah-muntah, Tinja mengucur seperti
air sehingga dalam waktu singkat tubuh kekurangan cairan (dehidrasi).
b. Pemeriksaan laboratorium pada najis/ muntahan menunjukkan adanya
kuman cholera (vibrio cholera) dan dalam darah terdapat zat antinya.
2. Demam kuning
a. Demam tinggi mendadak, kulit kuning, sakit kepala, lemah/lesu, mual,
muntah, denyut nadi lemah dan lambat, seringkali disertai dengan
perdarahan berupa mimisan, perdarahan mulut, muntah darah, berak
darah.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya virus demam
kuning atau zat antinya.
3. Tifus bercak
a. Demam 2 minggu, sakit kepala, menggigil, badan lemah, kadangkadang selama masa demam ditemukan bercak-bercak merah menimbul
pada kulit.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya zat anti
terhadap tifus bercak wabah I (Rickettsia prowazeki).
4. Campak
10
a. Panas tinggi, sakit kepala, batuk pilek dan conjungtivitis fotophoby yang
berakhir lebih kurang setelah 3-7 hari. Masa timbulnya bercak-bercak
merah (rash) pada kulit sesudah kira-kira 3 hari panas. Mula-mula timbul
pada belakang telinga menyebar ke seluruh muka, dada dan anggota badan
lainnya. Bercak bertahan selama 4-6 hari.
b. Pemeriksaan laboratorium pada lendir konjungtiva dan tenggorokan
menunjukkan adanya virus campak, dan pada darah terdapat virus campak
atau zat antinya.
5. Difteri
a. Panas lebih kurang 38 0, adanya pseudomembran putih keabu-abuan, tak
mudah lepas dan mudah berdarah. Letak pseudomembran bisa di faring,
laring atau tonsil, sakit waktu menelan, leher membengkak seperti leher
sapi disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher dan sesak nafas
disertai bunyi (stridor).
b. Pemeriksaan laboratorium pada jaringan luka menunjukkan adanya kuman
difteri.
6. Rabies
a. Demam tinggi, sakit kepala hebat, kelumpuhan mulai dari tungkai
menjalar ke atas, sulit menelan, takut air (hydrophobia), sulit bernafas,
kesadaran menurun, terjadi beberapa minggu sampai satu tahun setelah
digigit anjing, kucing, kera, atau hewan penular rabies lainnya yang
menderita rabies.
11
b. Pemeriksaan laboratorium pada otak dan kelenjar air liur hewan yang
menggigit, dan pada air liur, air mata serta jaringan otak penderita
menunjukkan adanya virus rabies.
7. Influenza
Demam, perasaan dingin dan ingusan 1-6 hari, sering kali disertai sakit
kepala, sakit pada otot-otot dan batuk. Pemeriksaan laboratorium pada darah
menunjukkan adanya virus influenza atau zat antinya.
8. Tifus Perut
Demam tinggi terus menerus 1 minggu atau lebih, badan lemah, sakit kepala,
sembelit kadang-kadang diare, permukaan lidah kotor dan pinggirnya merah,
disertai dengan kesadaran menurun. Pemeriksaan laboratorium pada darah, air
seni, tinja atau sumsum tulang menunjukkan kuman salmonella typhi dan
pada darah terdapat kenaikan kadar zat antinya.
9. Encephalitis
a. Panas tinggi, kejang-kejang, kesadaran menurun dan reflek patologis
positif.
b. Pemeriksaan lab darah atau cairan serebrospinal menunjukkan adanya
virus/ kuman atau zat antinya.
10. Pes
a. Demam tinggi mendadak, disertai pembengkakan kelenjar (bubo) dilipat
paha atau ketiak, atau leher, batuk darah mendadak (tanpa didahului sakit
batuk).
12
laboratorium
pada
tinja
atau
lendir
tenggorokan
menunjukkan adanya virus polio dan pada darah terdapat zat antinya.
13
14. Pertusis
a. Batuk beruntun, pada akhir batuk anak menarik nafas panjang dan
terdengar suara hup (whoop) khas, biasanya disertai muntah. Serangan
batuk lebih sering pada malam hari. Anak mengeluarkan riak liat dan
kental. Akibat batuk yang dapat terjadi perdarahan konjungtiva atau edema
periorbital. Lamanya batuk 1-3 bulan (batuk 100 hari).
b. Pemeriksaan laboratorium pada lendir tenggorokan menunjukkan adanya
kuman pertusis (Bordetella pertusis).
15. Malaria
a. Demam, berkeringat, dingin, menggigil, yang berulang setiap 1-3 hari,
sakit kepala hebat, badan lemah, muka pucat, sering disertai mual, muntah
dan nyeri otot. Kadang-kadang limpa membesar, kejang dan kesadaran
menurun.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya parasit
malaria.
16. Hepatitis
a. Demam, badan lemas, mual, selaput mata kuning, air seni berwarna seperti
air the kental.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah/ tinja menunjukkan adanya virus
hepatitis dan darah juga terdapat antigen virus tersebut.
17. Meningitis
14
19. Diare
Penyakit
yang
ditandai
dengan
bertambahnya
frekuensi
buang air
2.5
Penanggulangan Wabah
Untuk dapat melakukan penanggulangan wabah banyak kegiatan yang harus
dilakukan. Untuk suatu Puskesmas, kegiatan tersebut secara sederhana dapat
dibedakan atas empat macam, yaitu (5):
17
Anamnesis
- Terhadap kasus & keluarga
- Identitas : nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
agama
- Keluhan utama, keluhan tambahan
18
- Riwayat penyakit
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Diagnosis
Terapi
Isolasi
Promosi Kesehatan:
DHF : PSN dengan 3M
Specific Protection
- Memberikan imunisasi
- Obat untuk pencegahan (chloroquin untuk malaria)
- Mematikan vektor penyebab penyakit (DHF : abatisasi dan
fogging)
Lingkungan fisik
1) Terhadap lingkungan fisik yang masih baik
19
Contoh:
g.
h.
i.
j.
Pemberian antiseptic
k.
Lingkungan biologik
1) Tindakan terhadap binatang yang sehat
Tujuan : agar tidak menjadi reservoir bibit penyakit
Contoh : imunisasi rabies pada anjing yang sehat
2) Tindakan terhadap binatang yang sakit
Tujuan: agar tidak sampai menjadi penyebab timbulnya penyakit
Contoh: membunuh anjing yang terserang rabies
3) Tindakan terhadap vektor
20
21
22
BAB III
PENUTUP
epidemic,
dan
mix
source
epidemic.
Wabah
juga
23
24
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
25