Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

II.1.1 Definisi

Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode

penetapan kadar secara kuantitatif dengan mengunakan larutan baku

natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi

antara amina aromatic primer dengan asam nitrit dalam suasana asam

membentuk garam diazonium (Gandjar, 2007).

II.1.2 Prinsip

Nitrimetri didasarkan pada reaksi diazotasi. Adapun prinsip dari

reaksi diazotasi adalah sebagai berikut (Anonim, 2012):

1. Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatic primer

(amin aromatic sekuder dan gugus nitro aromatic);


2. Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder;
3. Pembentukan senyawa azi dari gugus hidrazida, dan
4. Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi

dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana asam.

Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatik primer misalnya

benzokain, sulfa; yang mempunyai gugus amin alifatis misalnya Na

siklamat; yang memiliki gugus hidrazida misalnya INH; yang memiliki

gugu amin aromatis sekunder adalah parasetamol, fenasetin, dan yang

memiliki gugus nitroaromatik adalah kloramfenikol.

II.1.3 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Nitrimetri

3
4

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan titrasi nitrimetri

adalah (Said, 1986):

1. Suhu

Pada saat melakukan titrasi, suhu harus antara 5-15 0C. walaupun

sebenarnya pembentukan garam diazonium berlangsung pada suhu

yang lebih rendah yaitu 0-50C. Pada temperatur 5-150C digunakan

KBr sebagai stabilisator. Titrasi tidak dapat dilakukan dalam suhu

tinggi karena:

HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi.


Garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi fenol.
2. Keasaman

Titrasi ini berlangsung pada PH + 2, hal ini dibutuhkan untuk:

a. Mengubah NaNO2 menjadi HNO2


b. Pembentukan garam diazonium.
3. Kecepatan reaksi

Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi

sempurna maka titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan

pengocokan yang kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kira-kira 1

ml/menit, lalu menjelang titik-titik akhir menjadi 2 tetes/menit.

II.1.4 Indikator Nitrimetri

Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat

menggunakan indikator luar, indicator dalam, dan secara potensiometri

yang akan diuraikan sebagai berikut (Gandjar, 2007):

1. Indikator Luar

Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat

pula menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan


5

pada pasta atau kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan

mengoksidasi iodide menjadi iodium dan dengan adanya kanji-iodida

ini peka terhadap kelebihan 0,05 0,10 ml natrium nitrit dalam 200

ml larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut :

NaNO2 + HCl HNO2 + NaCl

KI + HCl KCl + HI

2HI + 2HONO I2 + 2NO + 2H2O

I2 + kanji kanji iod (biru)

Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang

dititrasi pada pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan

terbentuk warna biru segera sebab warna biru juga terbentuk

beberapa saat setelah dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan karena

oksidasi iodide oleh udara (O2) menurut reaksi :

4 KI + 4 HCI + O2 2H2O + 212 + 4 KCl

I2 + kanji kanji iod (biru)

Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir

titrasi, maka pengujian seperti di atas dilakukan lagi setelah dua

menit.

2. Indikator Dalam

Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru.

Tropeolin OO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah

dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh

adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai

pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi


6

perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa

yang dititrasi.

Pemakaian kedua indikator ini ternyata memiliki kekurangan. Pada

indikator luar harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang

diperlukan, sebab kalau tidak tahu perkiraan jumlah titran yang

dibutuhkan, maka sering melakukan pengujian apakah sudah tercapai

titik akhir titrasi atau belum. Di samping itu, kalau sering melakukan

pengujian, dikhawatirkan akan banyak larutan yang dititrasi (sampel)

yang hilang pada saat pengujian titik akhir. Sementara itu pada

pemakaian indikator dalam walaupun pelaksanaannya mudah tetapi

seringkali untuk mengatasi hal ini, maka digunakan metode

pengamatan titik akhir secara potensiomerti.

3. Metode Potensiometri

Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah

metode potensiometri dengan menggunakan elektroda kolomel

platina yang dicelupkan ke dalam titrat. Pada saat titik akhir titrasi

(adanya kelebihan asam nitrit), akan terjadi depolarisasi elektoda

sehingga akan terjadi perubahan arus yang sangat tajam sekitar +0,80

Volt sampai +0,90 Volt. Metode ini sangat cocok untuk sampel dalam

bentuk sediaan sirup yang berwarna.

II.1.5 Penggunaan Titrasi Nitrimetri

Titrasi diazotasi dapat digunakan untuk (Gandjar, 2007):


7

1. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin

aromatis primer bebas seperti sulfanilamida.


2. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatis

terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol

dan parasetamol.
Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatis

yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus

dihidrolisis lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis

bebas untuk selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit dalam

suasana asam membentuk garam diazonium.


3. Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti

kloramfenikol.
Senyawa-senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan kadarnya secara

nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu untuk menghasilkan

senyawa amin aromatis primer.

Kloramfenikol yang mepunyai gugus nitro aromatis direduksi

terlebih dahulu dengan Zn/HCI untuk menghasilkan senyawa amin

aromatis primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam

nitrit untuk membentuk garam diazonium.

Dalam farmakope Indonesia, titrasi diazotasi digunakan untuk

menetapkan kadar: benzokain, primakuin fosfat dan sediaan tabletnya,

prokain HCI, sulfasetamid, natrium sulfasetamid, sulfametazin,

sulfadoksin, sulfametoksazol, tetrakain dan tetrakain HCl.

II.2 Uraian Bahan

II.2.1 Aethanolum 70 % (Dirjen POM, 1997)

Nama resmi : Ethanolum


8

Nama lain : Alkohol, Etanol, Ethyl alkohol

RM/BM : C2H6O/46,07

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah

menguap dan mudah bergerak; bau khas

rasa panas, mudah terbakar dan

memberikan nyala biru yang tidak berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform P dan dalam Eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari

cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api

Kegunaan : Sebagai antiseptik

II.2.2 Amilum (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Amylum maydis

Sinonim : Pati jagung

RM/BM : C12H20O10/324

Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk sangat halus, putih

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan

dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


9

Kegunaan : Sebagai indikator

II.2.3 Aqua Destillata (Dirjen POM, 1997)

Nama resmi : Aqua Destilata

Nama lain : Air Suling

RM/BM : H2O/18,02

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak

mempunyai rasa.

Kelarutan : Tidak mempunyai kelarutan karena secara

umumnya air merupakan pelarut dan

pembanding suatu larutan.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pelarut

II.2.4 Asam Klorida (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : Acidum Hydrochloridum

Nama Lain : Asam Klorida

RM/BM : HCl/36,45

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap; bau

merangsang. Jika diencerkan dengan 2

bagian air, asap dan bau hilang

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Memberi suasana asam


10

II.2.5 Kloramfenikol (Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : Chloramphenicolum

Nama lain : Kloramfenikol

RM/BM : C11H12Cl2N2O6 / 323,12

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng

memanjang; putih hingga putih, kelabu atau

putih kekuningan, larutan praktis netral

terhadap lakmus P, stabil dalam larutan

netral, atau larutan agak asam.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam

etanol, dalam propilen glikol, dalam aseton

dan dalam etil asetat.

Kegunaan : Sebagai sampel

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

II.2.6 Natrium Nitrit (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Natrii Nitrit

Nama Lain : Natrium Nitrit

RM/BM : NaNO2/69,00

Rumus struktur :
11

Pemerian : Hablur atau granul, tidak

berwarna atau putih kekuningan rapuh

Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut

dalam etanol 95 % P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai Titran

II.2.7 Serbuk Zn (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Serbuk Zn

Nama Lain : Serbuk seng

RM/BM : -

Pemerian : Serbuk, kelabu kebiruan.

Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 90,0 % Zn.

Kelarutan : Hampir larut sempurna dalam asam klorida

encer P, disertai pembentukan gas hidrogen

Kegunaan : Reduktor

II.2.8 Sulfanilamida (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Sulfanilamidum

Nama Lain : Sulfanilamida

RM/BM : C6H8N2O2S/172,21

Rumus struktur :
12

Pemerian : Hablur , serbuk habluratau butiran : putih ;

tidak berbau ; rasa agak pahit kemudian

manis

Kelarutan : Larut dalam 200 bagian air, sangat mudah

larut dalam air mendidih ; agak sukar larut

dalam etanol (95 %) P, sangat sukar larut

dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam

benzen P ; mudah larut dalam aseton P ;

larut dalam gliserol P, dalam asam klorida P

dan dalam alkil hidroksida

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya

Kegunaan : Zat baku primer

Anda mungkin juga menyukai