Kelompok 3/AP2
Cecep Sumantri J3E114028
Farras Chairun Nisa J3E114029
Soleha Safitri S. M. J3E114045
Upit Puspitasari J3E114049
a. Warga Negara Indonesia yang telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih;
b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. Cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia;
e. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK), atau bentuk lain yang sederajat;
f. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945;
g. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
h. Sehat jasmani dan rohani;
i. Terdaftar sebagai pemilih;
j. Bersedia bekerja penuh waktu;
k. Mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional
Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, pengurus pada badan
usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah, serta badan lain yang
anggarannya bersumber dari keuangan negara, yang dinyatakan dengan surat
pengunduran diri dan yang tidak dapat ditarik kembali;
l. Bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat/pengacara notaris,
pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan tidak melakukan pekerjaan penyedia
barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain
yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak
sebagai anggota DPD sesuai peraturan perundangundangan;
m. Bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat-negara lainnya, pengurus
pada badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah,serta badan lain
yang anggarannya bersumber dari keuangan negara;
n. Dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan;
o. Dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan; dan
p. Mendapat dukungan minimal dari pemilih dari daerah pemilihan yang
bersangkutan.
I. Pemberhentian DPD
- Pemberhentian Antarwaktu, Penggantian Antarwaktu, dan Pemberhentian
Sementara
Pemberhentian Antarwaktu
Anggota DPD berhenti antarwaktu karena:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri; atau
c. diberhentikan.
Hal tersebut diusulkan oleh pimpinan DPD yang diumumkan dalam sidang
paripurna. Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak usul pimpinan DPD diumumkan dalam
sidang paripurna, pimpinan DPD menyampaikan usul pemberhentian anggota DPD
kepada Presiden untuk memperoleh peresmian pemberhentian. Presiden meresmikan
pemberhentian paling lama 14 (empat belas) Hari sejak diterimanya usul
pemberhentian anggota DPD dari pimpinan DPD.
Anggota DPD diberhentikan antarwaktu apabila:
a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
sebagai anggota DPD selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apa
pun;
b. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPD;
c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
d. tidak menghadiri sidang paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPD yang
menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa
alasan yang sah;
e. tidak memenuhi syarat sebagai calon anggota DPD sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum; atau
f. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 17
Tahun 2014.
Pemberhentian anggota DPD sebagaimana yang dimaksud pada huruf a,
huruf b, huruf d, huruf e, dan huruf f, dilakukan setelah adanya hasil penyelidikan dan
verifikasi yang dituangkan dalam keputusan Badan Kehormatan DPD atas pengaduan
dari pimpinan DPD, masyarakat dan/atau pemilih. Badan Kehormatan DPD dapat
meminta bantuan dari ahli independen.
Keputusan Badan Kehormatan DPD mengenai pemberhentian anggota DPD
dilaporkan oleh Badan Kehormatan DPD kepada sidang paripurna paling lama 7
(tujuh) Hari sejak keputusan Badan Kehormatan DPD yang telah dilaporkan dalam
sidang paripurna, pimpinan DPD menyampaikan keputusan Badan Kehormatan DPD
kepada Presiden untuk memperoleh peresmian pemberhentian.
Penggantian Antarwaktu
Anggota DPD yang berhenti antarwaktu digantikan oleh calon anggota DPD
yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dalam daftar peringkat
perolehan suara calon anggota DPD dari provinsi yang sama. Dalam hal calon
anggota DPD yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dalam daftar
peringkat perolehan suara calon anggota DPD yaitu meninggal dunia, mengundurkan
diri, atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPD, anggota DPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh calon anggota DPD yang
memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya. Masa jabatan anggota DPD
pengganti antarwaktu melanjutkan sisa masa jabatan anggota DPD yang
digantikannya.
J. Alat Kelengkapan
Alat kelengkapan DPD terdiri atas:
a. Pimpinan;
b. Panitia Musyawarah;
c. Panitia kerja;
d. Panitia Perancang Undang-Undang;
Tugas
Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) dibentuk oleh DPD dan
merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat tetap dan mempunyai tugas:
1. Merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan
usul rancangan undang-undang untuk 1 (satu) masa keanggotaan DPD dan
setiap tahun anggaran;
2. Membahas usul rancangan undang-undang berdasarkan program prioritas
yang telah ditetapkan;
3. Melakukan kegiatan pembahasan, harmonisasi, pembulatan, dan
pemantapan konsepsi usul rancangan undang-undang yang disiapkan oleh
DPD;
4. Melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan
undang-undang yang secara khusus ditugaskan oleh Panitia Musyawarah
dan/atau Sidang Paripurna;
5. Melakukan pembahasan terhadap rancangan undang-undang dari DPR atau
Presiden yang secara khusus ditugaskan oleh Panitia Musyawarah atau
Sidang Paripurna;
6. Melakukan koordinasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka mengikuti
perkembangan materi usul rancangan undang-undang yang sedang dibahas
oleh komite;
7. Melakukan evaluasi terhadap program penyusunan usul rancangan undang-
undang;
8. Melakukan tugas atas keputusan Sidang Paripurna dan/atau Panitia
Musyawarah;
9. Mengusulkan kepada Panitia Musyawarah hal yang dipandang perlu untuk
dimasukkan dalam acara DPD;
10. Mengadakan persiapan, pembahasan dan penyusunan RUU yang tidak
menjadi lingkup tugas komite;
11. Mengoordinasikan proses penyusunan RUU yang pembahasannya
melibatkan lebih dari 1 (satu) Komite; dan
12. Membuat inventarisasi masalah hukum dan perundang-undangan pada
akhir tahun sidang dan akhir masa keanggotaan untuk dapat dipergunakan
sebagai bahan Panitia Perancang Undang-Undang pada masa keanggotaan
berikutnya
Selain tugas sebagaimana dimaksud di atas Panitia Perancang Undang-
Undang mempunyai tugas:
1. Memberikan pendapat dan pertimbangan atas permintaan daerah tentang
berbagai kebijakan hukum dan tentang masalah hukum yang berkaitan
dengan kepentingan daerah dan kepentingan umum;
2. Memberikan masukan yang objektif kepada pimpinan, pemerintah daerah, dan
masyarakat mengenai pelaksanaan pembangunan hukum dan saran-saran
lain yang berkaitan dengan penyusunan rancangan undang-undang di DPD;
dan
3. Mengoordinasikan secara substansi dan fungsional Pusat Perancangan
Kebijakan dan Informasi Hukum Pusat-Daerah (Law Center) DPD.
e. Panitia Urusan Rumah Tangga;
Tugas
Pimpinan Panitia Urusan Rumah Tangga (PURT) merupakan Alat
Kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap dan mempunyai tugas[ :
1. membantu pimpinan dalam menentukan kebijakan kerumah tanggaan DPD
RI, termasuk kesejahteraan Anggota dan pegawai Sekretariat Jenderal;
2. membantu pimpinan dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas dan kewajiban yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal, termasuk
pengelolaan kantor DPD RI di daerah;
g. Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna.
Selain alat kelengkapan DPD diatas, adapun alat kelengkapan lainnya yaitu :
Komite I
Tugas
Komite I DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang
mempunyai lingkup tugas pada otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; serta
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah.
Lingkup tugas Komite I sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan
urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut :
Pemerintah daerah;
Hubungan pusat dan daerah serta antar daerah;
Pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah;
Pemukiman dan kependudukan;
Pertanahan dan tata ruang;
Politik, hukum, HAM dan ketertiban umum; dan
Permasalahan daerah di wilayah perbatasan negara.
Komite II
Tugas
Komite II DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap,
yang mempunyai lingkup tugas pada pengelolaan sumber daya alam; dan pengelolaan
sumber daya ekonomi lainnya.
Lingkup tugas Komite II sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan
memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut :
Pertanian dan Perkebunan;
Perhubungan;
Kelautan dan Perikanan;
Energi dan Sumber daya mineral;
Kehutanan dan Lingkungan hidup;
Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Daerah Tertinggal;
Perindustrian dan Perdagangan;
Penanaman Modal; dan
Pekerjaan Umum.
Komite III
Tugas
Komite III DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap,
yang mempunyai lingkup tugas pada pendidikan dan agama.
Lingkup tugas Komite III sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan
memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut:
Pendidikan;
Agama;
Kebudayaan;
Kesehatan;
Pariwisata;
Pemuda dan olahraga;
Kesejahteraan sosial;
Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
Ekonomi Kreatif;
Administrasi Kependudukan/Pencatatan Sipil;
Pengendalian Kependudukan/Keluarga Berencana; dan
Perpustakaan.
Komite IV
Tugas
Komite IV DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap,
yang mempunyai lingkup tugas pada rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan APBN; perimbangan keuangan pusat dan daerah; memberikan pertimbangan
hasil pemeriksaan keuangan negara dan pemilihan Anggota BPK; pajak; dan usaha
mikro, kecil dan menengah.
Lingkup tugas Komite IV sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan
memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut :
Anggaran pendapat dan belanja negara;
Pajak dan pungutan lain;
Perimbangan keuangan pusat dan daerah;
Pertimbangan hasil pemeriksaan keuangan negara dan pemilihan anggota
BPK;
Lembaga keuangan; dan
Koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah.
Badan Kerjasama Parlemen
Tugas
Badan Kerjasama Parlemen dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan
DPD yang bersifat tetap dan mempunyai tugas :
1. Membina, mengembangkan dan meningkatkan hubungan persahabatan dan
kerja sama antara DPD dan lembaga sejenis, lembaga pemerintah ataupun
lembaga nonpemerintah, baik secara regional maupun internasional, atas
penugasan Sidang Paripurna ataupun atas dasar koordinasi dengan Panitia
Musyawarah, dan Komite;
2. Mengoordinasikan kegiatan kunjungan kerja yang dilakukan oleh alat
kelengkapan baik regional maupun internasional;
3. Mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan kunjungan delegasi
lembaga negara sejenis yang menjadi tamu DPD;
4. Memberikan saran atau usul kepada pimpinan tentang kerjasama antara DPD
dan lembaga negara sejenis, baik secara regional maupun internasional;
5. Mengadakan sidang gabungan dengan pimpinan, Panitia Musyawarah, Panitia
Urusan Rumah Tangga, Panitia Perancang Undang-Undang, dan Komite
dalam rangka pembentukan delegasi DPD; dan
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan antar lembaga diatur lebih lanjut
dengan keputusan Panitia Hubungan Antar Lembaga.
Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
Tugas
Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Dewan Perwakilan Daerah (BPKK
DPD) bertugas antara lain mengkaji sistem ketatanegaraan guna mewajudkan
lembaga perwakilan daerah yang mengejawantahkan nilai demokrasi. Dalam
melaksanakan tugasnya, Kelompok DPD dibantu anggota/pimpinan BPKK DPD.
Badan Akuntabilitas Publik
Tugas
Panitia Akuntabilitas Publik (PAP) dibentuk oleh DPD dan merupakan alat
kelengkapan DPD yang bersifat tetap mempunyai tugas[ :
1. Melakukan penelaahan dan menindaklanjuti temuan BPK yang berindikasi
kerugian negara secara melawan hukum;
2. Menampung dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait dugaan
korupsi dan malaadministrasi dalam pelayanan publik;
Panitia Musyawarah
Panitia Musyawarah dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang
bersifat tetap dan mempunyai tugas:
1. Merancang dan menetapkan jadwal acara serta kegiatan DPD, termasuk
sidang dan rapat, untuk :
o 1 (satu) tahun sidang;
o 1 (satu) masa persidangan; dan
o sebagian dari suatu masa sidang.
2. Merancang rencana kerja lima tahunan sebagai program dan arah kebijakan
DPD selama 1 (satu) masa keanggotaan;
3. Rencana kerja lima tahunan sebagai program dan arah kebijakan DPD selama
1 (satu) masa keanggotaan dapat direvisi setiap tahun;
4. Menyusun rencana kerja tahunan sebagai penjabaran dari rencana kerja lima
tahunan;
5. Merancang dan menetapkan perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah;
6. Merancang dan menetapkan jangka waktu penyelesaian rancangan undang-
undang, dengan tidak mengurangi hak sidang Paripurna untuk mengubahnya;
7. Memberikan pendapat kepada pimpinan dalam penanganan masalah
menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang DPD;
8. Meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPD
yang lain untuk memberikan keterangan/penjelasan mengenai hal yang
menyangkut pelaksanaan tugas setiap alat kelengkapan tersebut
9. Menentukan penanganan terhadap pelaksanaan tugas DPD oleh alat
kelengkapan DPD;
10. Membahas dan menentukan mekanisme kerja antar alat kelengkapan yang
tidak diatur dalam Tata Tertib; dan
11. Merumuskan agenda kegiatan Anggota di daerah.
Selain tugas sebagaimana dimaksud di atas, Panitia Musyawarah mempunyai
tugas menyusun rencana kegiatan untuk disampaikan kepada Panitia Urusan Rumah
Tangga dalam penentuan dukungan anggaran.
K. Struktur DPD