Anda di halaman 1dari 18

Tugas Praktikum Hari /Tanggal : Selasa, 15 Maret 2015

M.K. PPKn Dosen : Dyah Prabandari, SP

DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD)

Kelompok 3/AP2
Cecep Sumantri J3E114028
Farras Chairun Nisa J3E114029
Soleha Safitri S. M. J3E114045
Upit Puspitasari J3E114049

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN


DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
A. Latar Belakang
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (disingkat DPD RI atau DPD),
sebelum 2004 disebut Utusan Daerah, adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang anggotanya merupakan perwakilan dari setiap
provinsi yang dipilih melalui Pemilihan Umum.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) lahir pada tanggal 1 Oktober 2004, ketika
128 anggota DPD yang terpilih untuk pertama kalinya dilantik dan diambil
sumpahnya. Pada awal pembentukannya, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh
DPD. Tantangan tersebut mulai dari wewenangnya yang dianggap jauh dari memadai
untuk menjadi kamar kedua yang efektif dalam sebuah parlemen bikameral, sampai
dengan persoalan kelembagaannya yang juga jauh dari memadai. Tantangan-
tantangan tersebut timbul terutama karena tidak banyak dukungan politik yang
diberikan kepada lembaga baru ini.
Keberadaan lembaga seperti DPD, yang mewakili daerah di parlemen
nasional, sesungguhnya sudah terpikirkan dan dapat dilacak sejak sebelum masa
kemerdekaan. Gagasan tersebut dikemukakan oleh Moh. Yamin dalam rapat
perumusan UUD 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI).
Gagasan-gagasan akan pentingnya keberadaan perwakilan daerah di
parlemen, pada awalnya diakomodasi dalam konstitusi pertama Indonesia, UUD
1945, dengan konsep utusan daerah di dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR), yang bersanding dengan utusan golongan dan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). Hal tersebut diatur dalam Pasal 2 UUD 1945, yang menyatakan
bahwa MPR terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-
daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-
undang. Pengaturan yang longgar dalam UUD 1945 tersebut kemudian diatur lebih
lanjut dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Dalam periode konstitusi
berikutnya, UUD Republik Indonesia Serikat (RIS), gagasan tersebut diwujudkan
dalam bentuk Senat Republik Indonesia Serikat yang mewakili negara bagian dan
bekerja bersisian dengan DPR-RIS.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dewan Perwakilan Daerah dijelaskan
pada Bab IV.

B. Persyaratan menjadi Anggota DPD

Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2):

a. Warga Negara Indonesia yang telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih;
b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. Cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia;
e. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK), atau bentuk lain yang sederajat;
f. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945;
g. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
h. Sehat jasmani dan rohani;
i. Terdaftar sebagai pemilih;
j. Bersedia bekerja penuh waktu;
k. Mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional
Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, pengurus pada badan
usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah, serta badan lain yang
anggarannya bersumber dari keuangan negara, yang dinyatakan dengan surat
pengunduran diri dan yang tidak dapat ditarik kembali;
l. Bersedia untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat/pengacara notaris,
pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan tidak melakukan pekerjaan penyedia
barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain
yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang, dan hak
sebagai anggota DPD sesuai peraturan perundangundangan;
m. Bersedia untuk tidak merangkap jabatan sebagai pejabat-negara lainnya, pengurus
pada badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah,serta badan lain
yang anggarannya bersumber dari keuangan negara;
n. Dicalonkan hanya di 1 (satu) lembaga perwakilan;
o. Dicalonkan hanya di 1 (satu) daerah pemilihan; dan
p. Mendapat dukungan minimal dari pemilih dari daerah pemilihan yang
bersangkutan.

C. Susunan dan Kedudukan


Susunan dan Kedudukan DPD terdiri atas wakil-wakil daerah provinsi yang dipilih
melalui pemilihan umum. DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang
berkedudukan sebagai lembaga negara.
D. Fungsi
Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPD) yaitu:
a. Pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR;
b. Ikut dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah;
c. Pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang
anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama; serta
d. Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

E. Wewenang dan Tugas


DPD mempunyai wewenang dan tugas:
a. Mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
dan daerah kepada DPR;
b. Ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan hal
sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. Menyusun dan menyampaikan daftar inventaris masalah rancangan undang-
undang yang berasal dari DPR atau Presiden yang berkaitan dengan hal
sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
d. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang
tentang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama;
e. Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai
otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama;
f. Menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai
otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan
agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti;
g. Menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK sebagai bahan
membuat pertimbangan kepada DPR tentang rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan APBN;
h. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK; dan
i. Menyusun program legislasi nasional yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta yang berkaitan.
F. Keanggotaan DPD
Keanggotaan DPD yaitu :
1. Anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak 4 (empat) orang.
2. Jumlah anggota DPD tidak lebih dari 1/3 (satu per tiga) jumlah anggota DPR.
3. Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan Presiden.
4. Anggota DPD dalam menjalankan tugasnya berdomisili di daerah
pemilihannya dan mempunyai kantor di ibu kota provinsi daerah
pemilihannya.
5. Masa jabatan anggota DPD adalah 5 (lima) tahun dan berakhir pada saat
anggota DPD yang baru mengucapkan sumpah/janji.
G. Hak DPD
Hak dari DPD yaitu :
a. Mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;
b. Ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah;
c. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pembahasan rancangan undang-
undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
d. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
H. Hak dan Kewajiban Anggota
Hak Anggota DPD berhak:
a. Bertanya;
b. Menyampaikan Usul dan Pendapat;
c. Memilih dan Dipilih;
d. Membela Diri;
e. Imunitas;
f. Protokoler; dan
g. Keuangan dan Administratif.
Kewajiban Anggota
Anggota DPD berkewajiban:
a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;
b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan menaati peraturan perundang-undangan;
c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
d. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok,
golongan, dan daerah;
e. Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara;
f. Menaati tata tertib dan kode etik;
g. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain;
h. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan
i. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada masyarakat
di daerah yang diwakilinya.

I. Pemberhentian DPD
- Pemberhentian Antarwaktu, Penggantian Antarwaktu, dan Pemberhentian
Sementara
Pemberhentian Antarwaktu
Anggota DPD berhenti antarwaktu karena:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri; atau
c. diberhentikan.
Hal tersebut diusulkan oleh pimpinan DPD yang diumumkan dalam sidang
paripurna. Paling lama 7 (tujuh) Hari sejak usul pimpinan DPD diumumkan dalam
sidang paripurna, pimpinan DPD menyampaikan usul pemberhentian anggota DPD
kepada Presiden untuk memperoleh peresmian pemberhentian. Presiden meresmikan
pemberhentian paling lama 14 (empat belas) Hari sejak diterimanya usul
pemberhentian anggota DPD dari pimpinan DPD.
Anggota DPD diberhentikan antarwaktu apabila:
a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
sebagai anggota DPD selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apa
pun;
b. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPD;
c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
d. tidak menghadiri sidang paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPD yang
menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa
alasan yang sah;
e. tidak memenuhi syarat sebagai calon anggota DPD sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum; atau
f. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 17
Tahun 2014.
Pemberhentian anggota DPD sebagaimana yang dimaksud pada huruf a,
huruf b, huruf d, huruf e, dan huruf f, dilakukan setelah adanya hasil penyelidikan dan
verifikasi yang dituangkan dalam keputusan Badan Kehormatan DPD atas pengaduan
dari pimpinan DPD, masyarakat dan/atau pemilih. Badan Kehormatan DPD dapat
meminta bantuan dari ahli independen.
Keputusan Badan Kehormatan DPD mengenai pemberhentian anggota DPD
dilaporkan oleh Badan Kehormatan DPD kepada sidang paripurna paling lama 7
(tujuh) Hari sejak keputusan Badan Kehormatan DPD yang telah dilaporkan dalam
sidang paripurna, pimpinan DPD menyampaikan keputusan Badan Kehormatan DPD
kepada Presiden untuk memperoleh peresmian pemberhentian.
Penggantian Antarwaktu

Anggota DPD yang berhenti antarwaktu digantikan oleh calon anggota DPD
yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dalam daftar peringkat
perolehan suara calon anggota DPD dari provinsi yang sama. Dalam hal calon
anggota DPD yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dalam daftar
peringkat perolehan suara calon anggota DPD yaitu meninggal dunia, mengundurkan
diri, atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPD, anggota DPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh calon anggota DPD yang
memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya. Masa jabatan anggota DPD
pengganti antarwaktu melanjutkan sisa masa jabatan anggota DPD yang
digantikannya.

Pimpinan DPD menyampaikan nama anggota DPD yang diberhentikan


antarwaktu dan meminta nama calon pengganti antarwaktu kepada KPU. KPU
menyampaikan nama calon pengganti antarwaktu kepada pimpinan DPD paling
lambat 5 (lima) Hari sejak diterimanya surat pimpinan DPD paling lambat 7 (tujuh)
Hari sejak menerima nama calon pengganti antarwaktu. Pimpinan DPD
menyampaikan nama anggota DPD yang diberhentikan dan nama calon pengganti
antarwaktu kepada Presiden. Paling lambat 14 (empat belas) Hari sejak menerima
nama anggota DPD yang diberhentikan dan nama calon pengganti antarwaktu dari
pimpinan DPD. Presiden meresmikan pemberhentian dan pengangkatannya dengan
keputusan Presiden.
Sebelum memangku jabatannya, anggota DPD pengganti antarwaktu
mengucapkan sumpah/janji yang pengucapannya dipandu oleh pimpinan DPD,
dengan tata cara dan teks sumpah/janji. Penggantian antarwaktu anggota DPD tidak
dilaksanakan apabila sisa masa jabatan anggota DPD yang digantikan kurang dari 6
(enam) bulan.
Pemberhentian Sementara
Anggota DPD diberhentikan sementara karena menjadi terdakwa dalam perkara
tindak pidana umum yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun atau menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana khusus. Selain itu dalam
hal anggota DPD dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan tindak pidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
anggota DPD yang bersangkutan diberhentikan sebagai anggota DPD. Kemudian
dalam hal anggota DPD dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
anggota DPD yang bersangkutan diaktifkan. Anggota DPD yang diberhentikan
sementara, tetap mendapatkan hak keuangan tertentu.

J. Alat Kelengkapan
Alat kelengkapan DPD terdiri atas:
a. Pimpinan;
b. Panitia Musyawarah;
c. Panitia kerja;
d. Panitia Perancang Undang-Undang;
Tugas
Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) dibentuk oleh DPD dan
merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat tetap dan mempunyai tugas:
1. Merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan
usul rancangan undang-undang untuk 1 (satu) masa keanggotaan DPD dan
setiap tahun anggaran;
2. Membahas usul rancangan undang-undang berdasarkan program prioritas
yang telah ditetapkan;
3. Melakukan kegiatan pembahasan, harmonisasi, pembulatan, dan
pemantapan konsepsi usul rancangan undang-undang yang disiapkan oleh
DPD;
4. Melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan
undang-undang yang secara khusus ditugaskan oleh Panitia Musyawarah
dan/atau Sidang Paripurna;
5. Melakukan pembahasan terhadap rancangan undang-undang dari DPR atau
Presiden yang secara khusus ditugaskan oleh Panitia Musyawarah atau
Sidang Paripurna;
6. Melakukan koordinasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka mengikuti
perkembangan materi usul rancangan undang-undang yang sedang dibahas
oleh komite;
7. Melakukan evaluasi terhadap program penyusunan usul rancangan undang-
undang;
8. Melakukan tugas atas keputusan Sidang Paripurna dan/atau Panitia
Musyawarah;
9. Mengusulkan kepada Panitia Musyawarah hal yang dipandang perlu untuk
dimasukkan dalam acara DPD;
10. Mengadakan persiapan, pembahasan dan penyusunan RUU yang tidak
menjadi lingkup tugas komite;
11. Mengoordinasikan proses penyusunan RUU yang pembahasannya
melibatkan lebih dari 1 (satu) Komite; dan
12. Membuat inventarisasi masalah hukum dan perundang-undangan pada
akhir tahun sidang dan akhir masa keanggotaan untuk dapat dipergunakan
sebagai bahan Panitia Perancang Undang-Undang pada masa keanggotaan
berikutnya
Selain tugas sebagaimana dimaksud di atas Panitia Perancang Undang-
Undang mempunyai tugas:
1. Memberikan pendapat dan pertimbangan atas permintaan daerah tentang
berbagai kebijakan hukum dan tentang masalah hukum yang berkaitan
dengan kepentingan daerah dan kepentingan umum;
2. Memberikan masukan yang objektif kepada pimpinan, pemerintah daerah, dan
masyarakat mengenai pelaksanaan pembangunan hukum dan saran-saran
lain yang berkaitan dengan penyusunan rancangan undang-undang di DPD;
dan
3. Mengoordinasikan secara substansi dan fungsional Pusat Perancangan
Kebijakan dan Informasi Hukum Pusat-Daerah (Law Center) DPD.
e. Panitia Urusan Rumah Tangga;
Tugas
Pimpinan Panitia Urusan Rumah Tangga (PURT) merupakan Alat
Kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap dan mempunyai tugas[ :
1. membantu pimpinan dalam menentukan kebijakan kerumah tanggaan DPD
RI, termasuk kesejahteraan Anggota dan pegawai Sekretariat Jenderal;
2. membantu pimpinan dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas dan kewajiban yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal, termasuk
pengelolaan kantor DPD RI di daerah;

3. membantu pimpinan dalam merencanakan dan menyusun kebijakan anggaran


DPD;

4. mengawasi pengelolaan anggaran yang dilaksanakan oleh Sekretariat


Jenderal;

5. mewakili pimpinan melakukan koordinasi dalam rangka pengelolaan sarana


dan prasarana kawasan gedung perkantoran MPR, DPR, dan DPD;

6. melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan masalah kerumahtanggaan


DPD yang ditugaskan oleh pimpinan berdasarkan hasil Sidang Panitia
Musyawarah; dan

7. menyampaikan laporan kinerja dalam Sidang Paripurna yang khusus diadakan


untuk itu.
f. Badan Kehormatan;
Tugas
Badan Kehormatan (BK) merupakan Alat Kelengkapan DPD yang
bersifat tetap dan mempunyai tugas :
1. Melakukan penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap Anggota
DPD karena :

o tidak melaksanakan kewajiban;

o tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau


berhalangantetap sebagai Anggota selama 3 (tiga) bulan berturut-turut
tanpa keterangan apapun;

o tidak menghadiri Sidang Paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPD


yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam ) kali berturut-
turut tanpa alasan yang sah;

o tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Anggota sesuai dengan


peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum;

o melanggar ketentuan larangan Anggota.

2. menetapkan keputusan atas hasil penyelidikan dan verifikasi atas


pengaduan terhadap Anggota;

3. menyampaikan keputusan sebagaimana atas penyelidikan dan verifikasi


atas pengaduan teradap Anggota pada Sidang Paripurna untu ditetapkan.

4. selain tugas-tugas sebagaimana di atas BK juga melakukan evaluasi dan


penyempurnaan peraturan DPD tentang Tata Tertib dan Kode Etik DPD.

g. Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna.
Selain alat kelengkapan DPD diatas, adapun alat kelengkapan lainnya yaitu :
Komite I
Tugas
Komite I DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang
mempunyai lingkup tugas pada otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; serta
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah.
Lingkup tugas Komite I sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan
urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut :
Pemerintah daerah;
Hubungan pusat dan daerah serta antar daerah;
Pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah;
Pemukiman dan kependudukan;
Pertanahan dan tata ruang;
Politik, hukum, HAM dan ketertiban umum; dan
Permasalahan daerah di wilayah perbatasan negara.
Komite II
Tugas
Komite II DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap,
yang mempunyai lingkup tugas pada pengelolaan sumber daya alam; dan pengelolaan
sumber daya ekonomi lainnya.
Lingkup tugas Komite II sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan
memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut :
Pertanian dan Perkebunan;
Perhubungan;
Kelautan dan Perikanan;
Energi dan Sumber daya mineral;
Kehutanan dan Lingkungan hidup;
Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Daerah Tertinggal;
Perindustrian dan Perdagangan;
Penanaman Modal; dan
Pekerjaan Umum.
Komite III
Tugas
Komite III DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap,
yang mempunyai lingkup tugas pada pendidikan dan agama.
Lingkup tugas Komite III sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan
memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut:
Pendidikan;
Agama;
Kebudayaan;
Kesehatan;
Pariwisata;
Pemuda dan olahraga;
Kesejahteraan sosial;
Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
Ekonomi Kreatif;
Administrasi Kependudukan/Pencatatan Sipil;
Pengendalian Kependudukan/Keluarga Berencana; dan
Perpustakaan.
Komite IV
Tugas
Komite IV DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap,
yang mempunyai lingkup tugas pada rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan APBN; perimbangan keuangan pusat dan daerah; memberikan pertimbangan
hasil pemeriksaan keuangan negara dan pemilihan Anggota BPK; pajak; dan usaha
mikro, kecil dan menengah.
Lingkup tugas Komite IV sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan
memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut :
Anggaran pendapat dan belanja negara;
Pajak dan pungutan lain;
Perimbangan keuangan pusat dan daerah;
Pertimbangan hasil pemeriksaan keuangan negara dan pemilihan anggota
BPK;
Lembaga keuangan; dan
Koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah.
Badan Kerjasama Parlemen
Tugas
Badan Kerjasama Parlemen dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan
DPD yang bersifat tetap dan mempunyai tugas :
1. Membina, mengembangkan dan meningkatkan hubungan persahabatan dan
kerja sama antara DPD dan lembaga sejenis, lembaga pemerintah ataupun
lembaga nonpemerintah, baik secara regional maupun internasional, atas
penugasan Sidang Paripurna ataupun atas dasar koordinasi dengan Panitia
Musyawarah, dan Komite;
2. Mengoordinasikan kegiatan kunjungan kerja yang dilakukan oleh alat
kelengkapan baik regional maupun internasional;
3. Mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan kunjungan delegasi
lembaga negara sejenis yang menjadi tamu DPD;
4. Memberikan saran atau usul kepada pimpinan tentang kerjasama antara DPD
dan lembaga negara sejenis, baik secara regional maupun internasional;
5. Mengadakan sidang gabungan dengan pimpinan, Panitia Musyawarah, Panitia
Urusan Rumah Tangga, Panitia Perancang Undang-Undang, dan Komite
dalam rangka pembentukan delegasi DPD; dan
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan antar lembaga diatur lebih lanjut
dengan keputusan Panitia Hubungan Antar Lembaga.
Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
Tugas
Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Dewan Perwakilan Daerah (BPKK
DPD) bertugas antara lain mengkaji sistem ketatanegaraan guna mewajudkan
lembaga perwakilan daerah yang mengejawantahkan nilai demokrasi. Dalam
melaksanakan tugasnya, Kelompok DPD dibantu anggota/pimpinan BPKK DPD.
Badan Akuntabilitas Publik
Tugas
Panitia Akuntabilitas Publik (PAP) dibentuk oleh DPD dan merupakan alat
kelengkapan DPD yang bersifat tetap mempunyai tugas[ :
1. Melakukan penelaahan dan menindaklanjuti temuan BPK yang berindikasi
kerugian negara secara melawan hukum;
2. Menampung dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait dugaan
korupsi dan malaadministrasi dalam pelayanan publik;
Panitia Musyawarah
Panitia Musyawarah dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang
bersifat tetap dan mempunyai tugas:
1. Merancang dan menetapkan jadwal acara serta kegiatan DPD, termasuk
sidang dan rapat, untuk :
o 1 (satu) tahun sidang;
o 1 (satu) masa persidangan; dan
o sebagian dari suatu masa sidang.
2. Merancang rencana kerja lima tahunan sebagai program dan arah kebijakan
DPD selama 1 (satu) masa keanggotaan;
3. Rencana kerja lima tahunan sebagai program dan arah kebijakan DPD selama
1 (satu) masa keanggotaan dapat direvisi setiap tahun;
4. Menyusun rencana kerja tahunan sebagai penjabaran dari rencana kerja lima
tahunan;
5. Merancang dan menetapkan perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah;
6. Merancang dan menetapkan jangka waktu penyelesaian rancangan undang-
undang, dengan tidak mengurangi hak sidang Paripurna untuk mengubahnya;
7. Memberikan pendapat kepada pimpinan dalam penanganan masalah
menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang DPD;
8. Meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPD
yang lain untuk memberikan keterangan/penjelasan mengenai hal yang
menyangkut pelaksanaan tugas setiap alat kelengkapan tersebut
9. Menentukan penanganan terhadap pelaksanaan tugas DPD oleh alat
kelengkapan DPD;
10. Membahas dan menentukan mekanisme kerja antar alat kelengkapan yang
tidak diatur dalam Tata Tertib; dan
11. Merumuskan agenda kegiatan Anggota di daerah.
Selain tugas sebagaimana dimaksud di atas, Panitia Musyawarah mempunyai
tugas menyusun rencana kegiatan untuk disampaikan kepada Panitia Urusan Rumah
Tangga dalam penentuan dukungan anggaran.
K. Struktur DPD

Anda mungkin juga menyukai