Anda di halaman 1dari 10

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Mas Ani

Umur : 54 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Wombo

Pekerjaan : Pekerja kopra

3.2 ANAMNESIS

Keluhan utama : Nyeri pada mata kiri

Anamnesis terpimpin :

Pasien datang ke poliklinik Mata RSUD Undata dengan keluhan nyeri pada mata

kiri yang dialami kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri yang dirasakan

cukup berat dan menetap. Keluhan ini disertai mata merah dan kabur. Keluhan

tersebut timbul segera setelah mata kiri pasien terhantam tempurung kelapa ketika

mencoba mengeluarkan kelapa dari tempurungnya. Saat kejadian tidak ditemukan

adanya luka robek ataupun darah yang keluar dari bola mata kiri pasien. Pasien

hanya mengeluh sangat kesakitan pada bola mata kirinya, disertai bola mata yang

merah & pandangan yang kabur.

Riwayat penyakit terdahulu :

Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus tidak diketahui.

Riwayat pemakaian kacamata tidak ada.

19
Riwayat Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

3.3.1 Status Generalis :

Keadaan Umum : Sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Suhu : 36,5oC

Respirasi : 20 x/menit

3.3.2 Status Oftalmologis

Status Oftalmologis OD OS
Visus 5/7 1/300
Inspeksi
- Palpebra Edema (-), hiperemis(-) Edema (-), hiperemis(-)
- App. Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
- Silia Sekret (-) Sekret (-)
- Konjungtiva Hipermis (-) Hiperemis (+)
- Gerakan bola mata Tidak ada parese Tidak ada parese
- Lapang Pandang Normal Sulit dinilai
- Kornea Jernih Keruh
- Bilik Mata Depan Cukup dalam Cukup dalam
- Iris Cokelat, reguler Cokelat, tepi yang
membentuk pupil

20
ireguler
- Pupil Bulat, sentral, 3mm, Ireguler, sentral, 4mm,
RCL (+), RCTL (+) RCL (+), RCTL (+)
- Lensa Jernih Keruh

Palpasi
- Tensi Okular Normal Normal
- Nyeri tekan Tidak ada Ada
- Massa Tumor Tidak ada Tidak ada

Tonometri 17,3 mmHg 17,3 mmHg


Tes Buta warna Normal Sulit dinilai
Oftalmoskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Slit Lamp Bulu mata normal, Bulu mata normal,


konjungtiva tidak konjungtiva bulbi, tarsal
hiperemis, kornea & fornix hiperemis,
jernih, bilik mata depan kornea keruh, tepi iris
cukup dalam, iris & yang membentuk pupil
pupil normal, lensa ireguler, lensa keruh &
jernih. tampak gambaran
Rosette.

Gambar 15. Foto mata kiri pasien


3.4 Pemeriksaan Laboratorium

21
Tidak dilakukan

3.5 Resume

Pasien perempuan, 54 tahun, dengan keluhan mata kiri nyeri, merah dan

kabur kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu. Riwayat trauma tumpul tempurung

kelapa pada mata kiri. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan

darah 120/80 mmHg; Nadi 84x/menit; Pernapasan 20x/menit; dan Suhu 36,5 oC.

Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan:

Status Oftalmologis OD OS
Visus 5/7 1/300
Inspeksi
- Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (+)
- Kornea Jernih Keruh
- Bilik Mata Depan Cukup dalam Cukup dalam
- Iris Cokelat, reguler Cokelat, tepi yang
membentuk pupil
ireguler
- Pupil Bulat, sentral, 3mm, Ireguler, sentral, 4mm,
RCL (+), RCTL (+) RCL (+), RCTL (+)
- Lensa Jernih Keruh
Palpasi: Nyeri tekan Tidak ada Ada
Slit Lamp Bulu mata normal, Bulu mata normal,
konjungtiva tidak konjungtiva bulbi, tarsal
hiperemis, kornea & fornix hiperemis,
jernih, bilik mata depan kornea keruh, tepi iris
cukup dalam, iris & yang membentuk pupil
pupil normal, lensa ireguler, lensa keruh &
jernih. tampak gambaran
Rosette.
3.6 DIAGNOSA KERJA

OS : Katarak Traumatik

22
3.7 PENATALAKSANAAN

1. Gentamisin eye ointment 3 x 1 oculi sinistra

2. Xitrol eye drop 6 x 1 tetes/hari oculi sinistra

3. Asam mefenamat 3 x 500 mg

4. Metilprednisolon 3 x 4 mg

5. Ciprofloxacin 2 x 500 mg

6. Rencana operasi

3.8 PROGNOSIS

Dubia.

PEMBAHASAN

23
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan nyeri pada mata kiri yang

dialami kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri yang dirasakan cukup berat

dan menetap. Keluhan ini disertai mata merah dan kabur. Keluhan tersebut timbul

segera setelah mata kiri pasien terhantam tempurung kelapa ketika mencoba

mengeluarkan kelapa dari tempurungnya. Saat kejadian tidak ditemukan adanya

luka robek ataupun darah yang keluar dari bola mata kiri pasien. Pasien hanya

mengeluh sangat kesakitan pada bola mata kirinya, disertai bola mata yang merah

& pandangan yang kabur. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan:

Status Oftalmologis OD OS
Visus 5/7 1/300
Inspeksi
- Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (+)
- Kornea Jernih Keruh
- Bilik Mata Depan Cukup dalam Cukup dalam
- Iris Cokelat, reguler Cokelat, tepi yang
membentuk pupil
ireguler
- Pupil Bulat, sentral, 3mm, Ireguler, sentral, 4mm,
RCL (+), RCTL (+) RCL (+), RCTL (+)
- Lensa Jernih Keruh
Palpasi: Nyeri tekan Tidak ada Ada
Slit Lamp Bulu mata normal, Bulu mata normal,
konjungtiva tidak konjungtiva bulbi, tarsal
hiperemis, kornea & fornix hiperemis,
jernih, bilik mata depan kornea keruh, tepi iris
cukup dalam, iris & yang membentuk pupil
pupil normal, lensa ireguler, lensa keruh &
jernih. tampak gambaran
Rosette.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik ditegakkan diagnosis berupa katarak

traumatik oculi sinistra. Menurut kamus kedokteran dorland, katarak traumatik

24
adalah katarak yang disebabkan oleh suatu perlukaan pada mata, baik langsung

setelah perlukaan (misalnya dari perforasi suatu kapsul) atau katarak yang timbul

beberapa tahun kemudian (misalnya dari benturan terhadap lensa tanpa ruptur

kapsul).

Gejala klinis utama yang dikeluhkan pasien adalah rasa nyeri pada mata

kiri, yang telah dirasakan 1 bulan terakhir, yang disertai dengan kaburnya

penglihatan mata kiri dan mata kiri yang merah. Pada umumnya penderita katarak

akan mengeluhkan penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang

menurun progresif. Sementara, khusus pada penderita katarak traumatik harus

dicari adanya riwayat trauma benda tumpul atau tajam, menurunnya tajam

penglihatan, diplopia monokular, diplopia binokular, dan nyeri. Pada pasien ini,

didapatkan riwayat trauma benda tumpul, menurunnya tajam penglihatan, dan

nyeri. Menurunnya tajam penglihatan diakibatkan terbentuknya katarak pasca

trauma. Tidak didapatkan adanya diplopia, sehingga kita tidak mencurigai adanya

subluksasi ataupun dislokasi lensa, serta traumatic nerve palsy ataupun fraktur

orbita. Sementara nyeri yang timbul dapat kita curigai sebagai tanda-tanda

glaukoma sekunder atau perdarahan retrobulbar.

Pada hasil pemeriksaan oftalmologis didapatkan bahwa visus pasien pada

mata kiri yakni 1/300, artinya pasien hanya dapat melihat lambaian tangan pada

jarak 1 meter, sementara orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak

300 meter. Hal ini disebabkan oleh karena timbulnya katarak pasca trauma yang

dialami pasien. Menurut WHO, penderita katarak memiliki ketajaman penglihatan

25
kurang dari 3/60, yang artinya objek yang dapat dilihat dari jarak 60 meter oleh

mata normal, baru bisa dilihat pasien pada jarak kurang dari 3 meter.

Pada inspeksi oculi sinistra, konjungtiva hiperemis dapat diakibatkan proses

peradangan akibat trauma. Kornea terlihat keruh akibat adanya laserasi kecil

dipermukaan kornea. Pupil yang ireguler merupakan dampak bentuk trauma.

Lensa yang terlihat keruh menandakan adanya katarak pasca trauma. Sementara

nyeri tekan dapat diakibatkan proses peradangan pasca trauma atau timbulnya

penyulit berupa glaukoma sekunder atau perdarahan retrobulbar.

Pada pemeriksaan tekanan intraokular, didapatkan mata kiri pasien dengan

tekanan 17,3 mmHg, artinya tekanan intraokular masih dalam batas normal.

Pemeriksaan tekanan intraokular dilakukan untuk menilai ada tidaknya

peningkatan tekanan intraocular yang menandakan kecurigaan timbulnya

glaukoma sekunder akibat trauma, atau adanya perdarahan retrobulbar. Meskipun

pada pasien didapatkan tekanan intraokularnya normal, namun kita hanya dapat

memastikan ada tidaknya perdarahan retrobulbar dengan menyingkirkan katarak

pasien terlebih dahulu dengan pembedahan.

Pada pemeriksaan slit lamp ditemukan pada lensa mata kiri pasien adanya

gambaran Rosette. Early rosette cataract (punctate), merupakan bentuk paling

khas dari katarak traumatik kontusio yang tampak sebagai kekeruhan berbentuk

bintang, biasanya terletak di korteks posterior.

Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan atau operasi. Ada

berbagai macam metode operasi yang dapat dipilih, diantaranya Ekstraksi Katarak

Intrakapsular, Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular, Fakoemulsifikasi, atau Manual

26
Small Incision Cataract Surgery (SICS). Diperlukan pertimbangan dalam memilih

teknik operasi katarak traumatik, misalnya apakah kapsul posterior intak atau

tidak, dan apakah akan dilakukan pemasangan IOL atau tidak.

Prognosis pada pasien ini setelah dilakukan operasi, diharapkan tidak ada

lagi keluhan berupa penglihatan yang kabur. Namun, hal ini masih diragukan,

karena kita tidak mengetahui apakah terjadi kerusakan kapsul posterior lensa dan

kerusakan saraf akibat trauma yang dialami pasien atau tidak.

27
BAB IV

KESIMPULAN

1. Menurut kamus kedokteran Dorland, katarak traumatik adalah katarak yang

disebabkan oleh suatu perlukaan pada mata, baik langsung setelah perlukaan

(misalnya dari perforasi suatu kapsul) atau katarak yang timbul beberapa

tahun kemudian (misalnya dari benturan terhadap lensa tanpa ruptur kapsul).

2. Pasien dengan katarak biasanya mengeluhkan penglihatan seperti berasap dan

tajam penglihatan yang menurun progresif. Saat melakukan anamnesis pada

penderita katarak traumatik, kita perlu mencari riwayat-riwayat:

a. Mekanisme terjadinya cedera pada bola mata, apakah cedera yang terjadi

disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul.


b. Keluhan gangguan penglihatan, seperti menurunnya ketajaman

penglihatan, diplopia monokular, diplopia binokular, dan nyeri.

3. Pemeriksaan oftalmologis yang perlu dilakukan yakni pemeriksaan ketajaman

penglihatan, inspeksi, palpasi, pengukuran tekanan intraokular, funduskopi

serta slit lamp.

4. Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan atau operasi. Ada

berbagai macam metode operasi yang dapat dipilih, diantaranya Ekstraksi

Katarak Intrakapsular, Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular, Fakoemulsifikasi,

atau Manual Small Incision Cataract Surgery (SICS).

28

Anda mungkin juga menyukai