Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan terjadinya transisi epidemiologi saat ini, terjadi
perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi non infeksi (penyakit
degeneratif) seperti penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan stroke yang akhir-
akhir ini banyak terjadi di masyarakat. Penyakit-penyakit diatas digolongkan
kedalam penyakit tidak menular yang frekuensi kejadiannya mulai meningkat
seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan pola makan, gaya hidup
serta kemajuan ekonomi bangsa.
Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta
kematian pada tahun 2005 (WHO), dan 80% kematian tersebut terjadi di
negara-negara yang berpendapatan rendah dan menengah akibat penyakit
jantung dan pembuluh darah (30%), penyakit pernapasan kronik dan penyakit
kronik lainnya (16%), kanker (13%), cedera (9%), dan diabetes mellitus. PTM
seperti hipertensi, stroke, kanker, diabetes mellitus, penyakit paru kronik
obstruktif, dan cedera terutama di negara berkembang, telah mengalami
peningkatan kejadian dengan cepat yang berdampak pula pada peningkatan
angka kematian dan kecacatan (Depkes RI, 2010).
Hipertensi adalah suatu penyakit yang kronis dimana tekanan darah
meningkat di atas tekanan darah normal.The seventh report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (JNC VII) menyatakan bahwa seseorang dikatakan hipertensi jika
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolic 90
mmhg atau lebih. Hipertensi adalah faktor risiko keempat dari enam faktor
risiko terbesar penyebab penyakit kardiovaskular (PERKI, 2010).
Penderita hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Institute
nasional Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang
menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Orang yang sudah menyadari
hipertensi pada dirinya hanya melakukan sedikit tindakan untuk

1
mengontrolnya, dimana hanya 27% pasien hipertensi yang mengontrol tekanan
darahnya secara adekuat (Hahn & Payne, 2003).Pasien baru menyadari
kondisinya jika hipertensi sudah menimbulkan komplikasi pada jantug,
penyumbatan pembuluh darah, hingga pecahnya pembuluh darah di otak yang
berakibat kematian. Hal inilah yang membuat hipertensi dikenal sebagai the
silent killer yang berdampak pada tingginya angka kematianakibat penyakit dan
pembuluh darah (Aziza, 2007)
Prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya
hidup seperti merokok, inaktifitas fisik dan stres psikososial. Data World Health
Organization (WHO), tahun 2000 menunjukkan sekitar 972 juta orang atau
26,4% penduduk diseluruh dunia menderita hipertensi. Sebanyak 333 juta
(proporsi 34,26%) berada di negara maju dan 639 juta (65,74%) berada di
negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2010).
Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009
menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan dari
96 per 1000 penduduk pada tahun 2000 menjadi 110 per 1000 penduduk pada
tahun 2005. Prevalensi hipertensi pada golongan umur diatas 25 tahun
meningkat dari 8 % pada tahun 2000 menjadi 28 % tahun 2009 (Depkes RI,
2010)

1.2. Identifikasi Masalah


Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait program penanggulangan
hipertensi yang akan dibahas antara lain :
1. Bagaimana pelaksanaan program penanggulangan hipertensi di Pukesmas
Kamonji?
2. Apa saja permasalahan yang menjadi kendala dalam mencapai target cakupan
program penanggulangan hipertensi di Puskesmas Kamonji?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Gambaran Umum UPTD Urusan Puskesmas Kamonji


2.1.1 Letak Geografis
UPTD Urusan Puskesmas Kamonji merupakan salah satu pusat
pelayanan kesehatan masyarakat yang berada di wilayah kecamatan Palu
Barat kota Palu dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan teluk Palu.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Palu.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Nunu, Boyaoge dan
Balaroa.
- Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Palu Kodi dan
Kelurahan Tipo Balaroa.
Wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji terletak pada
belahan Barat kota Palu, dengan wilayah seluas 20 km2 yang seluruhnya
dapat dilalui dengan kendaraan roda empat.
Jenis tanah di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji
termasuk lempung berpasir dengan luas daratan 92%, perbukitan 6,0% dan
pengunungan 2,0%.
2.1.2 Keadaan Suhu dan Kelembaban Udara
Secara umum suhu dan kelembaban rata-rata di wilayah kerja UPTD
Urusan Puskesmas Kamonji secara umum berkisar antara 20 30 oC untuk
dataran tinggi dan 26 32 oC untuk daratan rendah, dengan kelembaban
udara berkisar antara 68% 81%.
2.1.3 Pemerintahan
UPTD Urusan Puskesmas Kamonji Tahun 2014 memiliki luas
wilayah kerja sebesar 20 km2 yang secara administrasi pemerintahan
terbagi atas 7 kelurahan yaitu kelurahan Silae, Kabonena, Lere, Baru, Ujuna,
Kamonji dan Siranindi dengan jumlah penduduk sebanyak 55.624 jiwa.
Dimana kepadatan penduduk perkilometer bujur sangkar adalah sejumlah

3
5.402 jiwa, dengan rata-rata jiwa per rumah tangga sebanyak 6 orang (tabel
1). Sedangkan penyebaran jumlah kelurahan secara administratif
pemerintahan beserta luas wilayahnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
:
Tabel II.1
Distribusi Kelurahan Dirinci Menurut Wilayah Kerja
UPTD Urusan Puskesmas Kamonji Tahun 2014
No Kelurahan Luas Wilayah (km2) RT RW
1. Silae 7 17 4
2. Kabonena 0,56 16 5
3. Lere 2 30 6
4. Baru 2 15 6
5. Ujuna 0.56 20 7
6. Kamonji 0.93 14 6
7. Siranindi 0.84 21 7
Total 13 136 41
Sumber Data : * BPS Kota Palu Tahun 2014
* Kantor Kelurahan se Wilayah Urusan UPTD Urusan Puskesmas
Kamonji

Puskesmas Kamonji adalah salah satu Puskesmas yang terletak di sebelah


Utara Kota Palu yang merupakan Ibukota Propinsi Sulawesi Tengah, terletak di
Desa Kamonji Panimba Kecamatan Kamonji, mempunyai luas wilayah kerja
140,49 km, yang terdiri dari 7 desa dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sindue, sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Parigi Moutong, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Tanantovea , dan sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Palu.2
Puskesmas Kamonji memiliki visi Puskesmas Kamonji mandiri dengan
pelayanan kesehatan prima menuju Kecamatan Sehat Tahun 2015. Puskesmas
Kamonji memiliki 3 misi yaitu; 1. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan memuaskan masyarakat; 2. Menyelenggarakan

4
kegiatan dengan memanfaatkan secara optimal potensi puskesmas yang ada untuk
membiayai kebutuhannya; 3. Menyelenggarakan kegiatan yang mengupayakan
meningkatnya peran serta masyarakat dilintas sektoral dalam bidang kesehatan
secara optimal. 2
2.1.4 Kependudukan
a) Pertumbuhan Penduduk
Di Tahun 2014 Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Urusan
Puskesmas Kamonji mencapai 55.624 jiwa atau mengalami penurunan sekitar
1,08% dibanding Tahun 2014 yang mencapai 55.624 jiwa. Kecenderungan
penurunan ini dimungkinkan oleh kondisi Kota Palu yang sedang dalam
pemerataan pembangunan sehingga terjadi mobilisasi penduduk ke arah lain di
wilayah Kota Palu.
Grafik II.1 di bawah ini memperlihatkan jumlah penduduk selama tahun
2010 sampai tahun 2014 di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji.

Grafik II.1. Jumlah Penduduk di wilayah kerja


UPTD Urusan Puskesmas Kamonji Tahun 2010 - 2014

Sumber Data : BPS Kota Palu Tahun 2014


Dengan melihat grafik di atas menunjukkan bahwa dari tahun 2013 sampai
tahun 2014 terjadi penurunan jumlah penduduk dari tahun ke tahun, disebabkan

5
karena tingginya mobilisasi penduduk di wilayah kerja UPTD Urusan
Puskesmas Kamonji.
b) Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Jenis Kelamin
Komposisi penduduk di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas
Kamonji tahun 2014 menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel II.2
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Di Wilayah Kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji Tahun 2014

No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total %


(tahun)
1. 0 4 tahun 1.327 1.199 2.526 4,54
2. 5 14 tahun 5.521 5.063 10.584 19
3. 15 44 tahun 15.689 15.590 31.279 56
4. 45 64 tahun 4.886 4.795 9.681 17.4
5. > 65 tahun 1.004 1.158 2.162 3,84
Total 28.427 27.805 55.624 100
Sumber Data : BPS Kota Palu Tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas, disimpulkan bahwa komposisi penduduk
di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji masuk dalam
klasifikasi penduduk muda, dalam arti penduduk yang berusia di bawah 15
tahun cukup tinggi (23,54%), dibandingkan jumlah penduduk yang lanjut
usia (>65 tahun) yang sangat rendah (3,84%). Selain itu penduduk di
wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji yang terbesar tergolong
dalam usia produktif (15 64 tahun) sebanyak 72,84%.
Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di wilayah kerja UPTD
Urusan Puskesmas Kamonji tahun 2014 yaitu 28.427 jiwa penduduk laki-
laki

6
(50,55%) dan 27.805 jiwa penduduk perempuan atau 49,44%, yang berarti
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding jumlah penduduk
perempuan.
Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah
penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu yang disebut sex
rasio adalah merupakan indikator untuk mengetahui komposisi penduduk
menurut jenis kalamin. Komposisi ini sangat besar kaitannya dengan
masalah fertilitas semakin tinggi.
Rasio jenis kelamin di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas
Kamonji tahun 2014 sebesar 102 dari 55.624 jiwa yang berarti setiap 100
penduduk perempuan terdapat 102 penduduk laki-laki atau jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan.
Jika dilihat per kelurahan, maka pada tahun 2014 sebagian besar
kelurahan jumlah penduduk laki-laki lebih tinggi dibanding jumlah
penduduk perempuan, hanya kelurahan Lere dan kelurahan Siranindi yang
jumlah penduduk perempuan yang lebih tinggi dibanding laki-laki (tabel 2).
Grafik di bawah ini memperlihatkan gambaran mengenai jumlah penduduk
di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji berdasarkan sex ratio.
Grafik II.2 Komposisi Penduduk Menurut Sex Ratio di Wilayah Kerja
UPTD Urusan Puskesmas Kamonji Tahun 2010-2014

Sumber Data : BPS Kota Palu Tahun 2014

7
c) Kepadatan Penduduk
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan
penduduk juga mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk di wilayah kerja
UPTD Urusan Puskesmas Kamonji tahun 2014 tercatat 5.343 jiwa/km2 dan
tahun 2015 tercatat 5.402 jiwa/km2 dengan luas wilayah 10,4 km2, ini
menunjukkan adanya penurunan dibandingkan tahun 2014. Untuk melihat
kepadatan penduduk per kelurahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel II.3
Kepadatan Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014

No Kelurahan Luas Jumlah Kepadatan


Wilayah (km2) Penduduk Penduduk (km2)
1. Silae 2,33 5.422 2327.04
2. Kabonena 2,27 4.210 2295.15
3. Lere 2,97 12.271 4131.65
4. Baru 0,75 6.512 8682.67
5. Ujuna 0,40 10.017 25042.50
6. Kamonji 0,85 9.302 10943.53
7. Siranindi 0,84 6.890 8202.38

Total 10.41 55.624 5.402


Sumber Data : BPS Kota Palu & Kantor Kelurahan Wilayah kerja
Puskesmas Kamonji Tahun 2014
Jika dilihat tabel di atas menunjukkan bahwa kepadatan penduduk
perkelurahan tidak merata, dimana kelurahan Ujuna kepadatan
penduduknya terbesar yaitu 25042.50 /km2 dan kepadatan penduduknya
yang terkecil yaitu kelurahan Kabonena sebesar 2295/km2. Kelurahan
Kabonena merupakan wilayah yang terjarang penduduknya ini
dimungkinkan karena kelurahan ini berbukit.

8
d) Beban Tanggungan
Jumlah penduduk miskin dan rasio beban tanggungan ekonomi
suatu daerah merupakan beberapa faktor yang menghambat pembangunan
ekonomi dalam suatu wilayah diantaranya adalah khusus ratio beban
tanggungan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap besarnya
income perkapita. Dapat dibayangkan jika kelompok usia produktif yang
jumlahnya sedikit mensubsidi usia tidak produktif, akibatnya adalah income
perkapita dengan sendirinya akan turun, demikian pula sebaliknya.
Rasio beban tanggungan di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas
Kamonji sebesar 37 yang berarti setiap 1.000 orang yang masih produktif
menanggung 37 orang yang tidak produktif.
e) Kepadatan Huni
Kepadatan huni suatu rumah berpengaruh besar terhadap derajat kesehatan
manusia yang berada di dalamnya. Ketidak seimbangan antara banyaknya penghuni
dan kondisi bangunan dapat menyebabkan situasi yang tidak sehat dan penularan
penyakit bertambah cepat.
Kepadatan hunian rumah di wilayah kerja Puskesmas Kamaonji tahun 2014
rata-rata 6 orang per rumah dengan jumlah keseluruhan rumah sebanyak 12.520
rumah dan jumlah penduduk sebanyak 55.624 jiwa.
f) Hipertensi
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal,
antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi
yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan
darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi
yang dapatmeningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Penanganan hipertensi dengan kegiatan penemuan penderita secara pasif,
pengobatan, pengendalian pengobatan.
Jumlah penderita hipertensi yang diobati di UPTD Urusan Puskesmas
Kamonji pada tahun 2013 sebanyak 789, sedangkan pada tahun 2014 sebanyak
609 dan pada tahun 2015 sebanyak 769.

9
Grafik III.14. Jumlah Penderita Hipertensi
Di UPTD Urusan Puskesmas Kamonji Tahun 2013-2015

450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
2013 2014 2015

Laki-laki Perempuan

2.2. Kebijakan Nasional Pengendalian Hipertensi di Indonesia


Dalam rangka menunjang pelaksanaan program pengendalian faktor risiko
penyakit hipertensi yang berbasis kornunitas, upaya-upaya kesehatan perlu
dilaksanakan melalui pola - pola struktur organisasi. Besar atau kecilnya satu
kesatuan organisasi sangat berpengaruh terhadap kegiatan rutin dan
pembangunan dari pokok program, sehingga suatu struktur organisasi akan
selalu berubah. Pengorganisasian dalam pelaksanaan pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko penyakit Hipertensi dimaksudkan agar program
yang dilaksanakan dapat lebih efektif, efisien dan berkualitas serta dapat
memanfaatkan segala sumber daya atau potensi yang ada diwilayah kerjanya.
Gambaran pengorganisasian harus dapat menyerap aspirasi yang berkembang
dimasyarakat.
Strategi program pencegahan dan penanggulangan hipertensi yaitu :
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan hipertensi.
2. Memfasilitasi dan mendorong tumbuhnya gerakan dalam pencegahan
dan penanggulangan hipertensi.

10
3. Meningkatkan kemampuan SDM dalam pencegahan dan
penanggulangan hipertensi.
4. Meningkatkan surveilans rutin dan faktor risiko, registri penyakit,
surveilans kematian yang disebabkan hipertensi.
5. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan ( penemuan/ deteksi
dini dan tata laksana hipertensi).
6. Melaksanakan sosialisasi advokasi pada pemerintah daerah legislatif dan
stakeholders untuk terlaksananya dukungan pendanaan dan operasional.

2.3. Sistematika penemuan kasus dan tatalaksana penyakit Hipertensi


Penemuan kasus dilakukan melalui pendekatan deteksi dini yaitu melakukan
kegiatan deteksi dini terhadap faktor risiko penyakit hipertensi yang meningkat
pada saat ini, dengan cara screening kasus (penderita).
Tatalaksana pengendalian penyakit Hipertensi dilakukan dengan pendekatan:
a. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi
dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat mengenai prilaku hidup sehat dalam pengendalian
hipertensi. Tujuan dari promosi adalah untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya pecegahan dan penanggulangan PTM
(Penyakit Tidak Menular) agar tidak menderita penyakit hipertensi.
Pencegahan yang dimaksud dengan menjalankan pola hidup sehat berupa
diet sembang dengan mengurangi konsumsi lemak jenuh, garam dan
memperbanyak makan sayur dan buah-buahan, tidak merokok, perbanyak
akivitas. Jenis promosi yang dapat dilakukan antara lain promosi
penanggulangan masalah merokok, promosi peningkatan gizi seimbang
dan promosi peningkatan aktivitas fisik.
b. Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan
aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk
dan menghindari terjadi Rekurensi ( kambuh ) faktor risiko.

11
c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang
diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan
berkurang dengan dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan
penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan
melibatkan organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan
yang dibutuhkan dalam pengendalian hipertensi.
d. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih
buruk dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi Komplikasi
serangan hipertensi yang fatal dapat diturunkan dengan mengembangkan
manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan unsur organisasi
profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan diberbagai tingkatan.

12
BAB III
PEMBAHASAN

Program penanggulangan hipertensi di Puskesmas Kamonji dikelola oleh


seorang perawat yang bekerjasama dengan dokter. Adapun program kerja yang
dilakukan di Puskesmas Kamonji terkait dengan penanggulangan hipertensi antara
lain:
Tatalaksana pasien
1. Penemuan subjek
Penemuan subjek di puskesmas Kamonji dilaksanakan secara pasif. Secara pasif,
pasien ditemukan karena datang ke puskesmas atas kemauan sendiri atau saran
orang lain dan dicurigai sebagai penderita hipertensi.
2. Diagnosis
Penegakan diagnosis hipertensi di puskesmas Kamonji berdasarkan pemeriksaan
fisik yang dilakukan saat pasien datang berobat ke poliklinik. Yaitu dengan cara
mengukur tekanan darah menggunakan alat spygmomanometer. Jika didapatkan
tekanan darah menurut pedoman JNC VIII yakni usia >60 tahun dengan tekanan
darah sistol dan diastol <150mmHg dan <90mmHg; usia <60 tahun dengan
tekanan darah sistol dan diastol <140mmHg, dan <90mmHg; usia >18 tahun
dengan CKD (Ginjal kronik) dengan sistol dan diastol <140mmHg dan
<90mmHg; usia >18 tahun dengan diabetes dengan sistol dan diastol
<140mmHg dan <90mmHg.
3. Pengobatan
Pasien yang terjaring dan telah didiagnosis dengan hipertensi maka akan diterapi
dengan pemberian obat penurun tekanan darah yang tersedia di Puskesmas.
Pasien diedukasi tentang jenis obat, waktu minum obat. Pasien kemudian
dianjurkan untuk datang kembali setiap 1 bulan/saat obat habis diminum. Bila
pasien terlambat mengambil obat paling lama 1 bulan maka penanggung jawab
program akan melakukan pelacakan.

13
4. Penyuluhan perseorangan
Penyuluhan perseorangan dilakukan oleh dokter dan penanggung jawab program
saat pasien datang pertama kali ke puskesmas, saat kontrol tiap 1 bulan
pengobatan.
5. Register pasien
Setiap pasien yang ditemukan maka akan dicatat di register monitoring untuk
mengevaluasi keteraturan pengobatan, dan hasil akhir pengobatan. Pencatatan di
register kohort pasien telah dilakukan secara teratur oleh penanggung jawab
program di puskesmas Kamonji.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
1. Kegiatan program penanggulangan hipertensi di Puskesmas Kamonji yaitu
tatalaksana pasien. Hampir seluruh program kerja penanggulangan
hipertensi di Puskesmas Kamonji telah dilakukan tanpa ada hambatan.
2. Permasalahan yang menjadi kendala dalam mencapai target cakupan
program penanggulangan hipertensi di Puskesmas Kamonji adalah
kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang akan berlangsung
seumur hidupnya.

4.1.Saran
1. Lebih sering melakukan kegiatan promosi untuk faktor resiko yang dapat
diubah diantaranya promosi kesehatan mengenai penanggulangan masalah
rokok, peningkatan gizi seimbang (diet untuk hipertensi) dan peningkatan
aktivitas fisik.
2. Kegiatan penemuan pasien harus lebih sering dilakukan secara aktif untuk
menjaring pasien-pasien yang tidak terdeteksi dengan penjaringan pasif.
3. Jumlah sumber daya manusia dalam hal ini petugas program
penanggulangan hipertensi harus ditambah agar dapat disebar ke seluruh
desa di wilayah kerja Puskesmas Kamonji.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Hahn, D.B & Payne, W.A. (2007).Focus on Health Sixth Edition. USA : Mc
Graw Hill
2. Sudoyo.(2008). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
3. Tim Penyusun. 2015. Profil Kesehatan Puskesmas Kamonji Tahun 2014.
Dinas Kesehtan Kota Palu.

16

Anda mungkin juga menyukai