PENDAHULUAN
1
mengontrolnya, dimana hanya 27% pasien hipertensi yang mengontrol tekanan
darahnya secara adekuat (Hahn & Payne, 2003).Pasien baru menyadari
kondisinya jika hipertensi sudah menimbulkan komplikasi pada jantug,
penyumbatan pembuluh darah, hingga pecahnya pembuluh darah di otak yang
berakibat kematian. Hal inilah yang membuat hipertensi dikenal sebagai the
silent killer yang berdampak pada tingginya angka kematianakibat penyakit dan
pembuluh darah (Aziza, 2007)
Prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya
hidup seperti merokok, inaktifitas fisik dan stres psikososial. Data World Health
Organization (WHO), tahun 2000 menunjukkan sekitar 972 juta orang atau
26,4% penduduk diseluruh dunia menderita hipertensi. Sebanyak 333 juta
(proporsi 34,26%) berada di negara maju dan 639 juta (65,74%) berada di
negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2010).
Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009
menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan dari
96 per 1000 penduduk pada tahun 2000 menjadi 110 per 1000 penduduk pada
tahun 2005. Prevalensi hipertensi pada golongan umur diatas 25 tahun
meningkat dari 8 % pada tahun 2000 menjadi 28 % tahun 2009 (Depkes RI,
2010)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
5.402 jiwa, dengan rata-rata jiwa per rumah tangga sebanyak 6 orang (tabel
1). Sedangkan penyebaran jumlah kelurahan secara administratif
pemerintahan beserta luas wilayahnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
:
Tabel II.1
Distribusi Kelurahan Dirinci Menurut Wilayah Kerja
UPTD Urusan Puskesmas Kamonji Tahun 2014
No Kelurahan Luas Wilayah (km2) RT RW
1. Silae 7 17 4
2. Kabonena 0,56 16 5
3. Lere 2 30 6
4. Baru 2 15 6
5. Ujuna 0.56 20 7
6. Kamonji 0.93 14 6
7. Siranindi 0.84 21 7
Total 13 136 41
Sumber Data : * BPS Kota Palu Tahun 2014
* Kantor Kelurahan se Wilayah Urusan UPTD Urusan Puskesmas
Kamonji
4
kegiatan dengan memanfaatkan secara optimal potensi puskesmas yang ada untuk
membiayai kebutuhannya; 3. Menyelenggarakan kegiatan yang mengupayakan
meningkatnya peran serta masyarakat dilintas sektoral dalam bidang kesehatan
secara optimal. 2
2.1.4 Kependudukan
a) Pertumbuhan Penduduk
Di Tahun 2014 Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Urusan
Puskesmas Kamonji mencapai 55.624 jiwa atau mengalami penurunan sekitar
1,08% dibanding Tahun 2014 yang mencapai 55.624 jiwa. Kecenderungan
penurunan ini dimungkinkan oleh kondisi Kota Palu yang sedang dalam
pemerataan pembangunan sehingga terjadi mobilisasi penduduk ke arah lain di
wilayah Kota Palu.
Grafik II.1 di bawah ini memperlihatkan jumlah penduduk selama tahun
2010 sampai tahun 2014 di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji.
5
karena tingginya mobilisasi penduduk di wilayah kerja UPTD Urusan
Puskesmas Kamonji.
b) Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Jenis Kelamin
Komposisi penduduk di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas
Kamonji tahun 2014 menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel II.2
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Di Wilayah Kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji Tahun 2014
6
(50,55%) dan 27.805 jiwa penduduk perempuan atau 49,44%, yang berarti
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding jumlah penduduk
perempuan.
Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah
penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu yang disebut sex
rasio adalah merupakan indikator untuk mengetahui komposisi penduduk
menurut jenis kalamin. Komposisi ini sangat besar kaitannya dengan
masalah fertilitas semakin tinggi.
Rasio jenis kelamin di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas
Kamonji tahun 2014 sebesar 102 dari 55.624 jiwa yang berarti setiap 100
penduduk perempuan terdapat 102 penduduk laki-laki atau jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan.
Jika dilihat per kelurahan, maka pada tahun 2014 sebagian besar
kelurahan jumlah penduduk laki-laki lebih tinggi dibanding jumlah
penduduk perempuan, hanya kelurahan Lere dan kelurahan Siranindi yang
jumlah penduduk perempuan yang lebih tinggi dibanding laki-laki (tabel 2).
Grafik di bawah ini memperlihatkan gambaran mengenai jumlah penduduk
di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas Kamonji berdasarkan sex ratio.
Grafik II.2 Komposisi Penduduk Menurut Sex Ratio di Wilayah Kerja
UPTD Urusan Puskesmas Kamonji Tahun 2010-2014
7
c) Kepadatan Penduduk
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan
penduduk juga mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk di wilayah kerja
UPTD Urusan Puskesmas Kamonji tahun 2014 tercatat 5.343 jiwa/km2 dan
tahun 2015 tercatat 5.402 jiwa/km2 dengan luas wilayah 10,4 km2, ini
menunjukkan adanya penurunan dibandingkan tahun 2014. Untuk melihat
kepadatan penduduk per kelurahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel II.3
Kepadatan Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014
8
d) Beban Tanggungan
Jumlah penduduk miskin dan rasio beban tanggungan ekonomi
suatu daerah merupakan beberapa faktor yang menghambat pembangunan
ekonomi dalam suatu wilayah diantaranya adalah khusus ratio beban
tanggungan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap besarnya
income perkapita. Dapat dibayangkan jika kelompok usia produktif yang
jumlahnya sedikit mensubsidi usia tidak produktif, akibatnya adalah income
perkapita dengan sendirinya akan turun, demikian pula sebaliknya.
Rasio beban tanggungan di wilayah kerja UPTD Urusan Puskesmas
Kamonji sebesar 37 yang berarti setiap 1.000 orang yang masih produktif
menanggung 37 orang yang tidak produktif.
e) Kepadatan Huni
Kepadatan huni suatu rumah berpengaruh besar terhadap derajat kesehatan
manusia yang berada di dalamnya. Ketidak seimbangan antara banyaknya penghuni
dan kondisi bangunan dapat menyebabkan situasi yang tidak sehat dan penularan
penyakit bertambah cepat.
Kepadatan hunian rumah di wilayah kerja Puskesmas Kamaonji tahun 2014
rata-rata 6 orang per rumah dengan jumlah keseluruhan rumah sebanyak 12.520
rumah dan jumlah penduduk sebanyak 55.624 jiwa.
f) Hipertensi
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal,
antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi
yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan
darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi
yang dapatmeningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Penanganan hipertensi dengan kegiatan penemuan penderita secara pasif,
pengobatan, pengendalian pengobatan.
Jumlah penderita hipertensi yang diobati di UPTD Urusan Puskesmas
Kamonji pada tahun 2013 sebanyak 789, sedangkan pada tahun 2014 sebanyak
609 dan pada tahun 2015 sebanyak 769.
9
Grafik III.14. Jumlah Penderita Hipertensi
Di UPTD Urusan Puskesmas Kamonji Tahun 2013-2015
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
2013 2014 2015
Laki-laki Perempuan
10
3. Meningkatkan kemampuan SDM dalam pencegahan dan
penanggulangan hipertensi.
4. Meningkatkan surveilans rutin dan faktor risiko, registri penyakit,
surveilans kematian yang disebabkan hipertensi.
5. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan ( penemuan/ deteksi
dini dan tata laksana hipertensi).
6. Melaksanakan sosialisasi advokasi pada pemerintah daerah legislatif dan
stakeholders untuk terlaksananya dukungan pendanaan dan operasional.
11
c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang
diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan
berkurang dengan dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan
penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan
melibatkan organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan
yang dibutuhkan dalam pengendalian hipertensi.
d. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih
buruk dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi Komplikasi
serangan hipertensi yang fatal dapat diturunkan dengan mengembangkan
manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan unsur organisasi
profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan diberbagai tingkatan.
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
4. Penyuluhan perseorangan
Penyuluhan perseorangan dilakukan oleh dokter dan penanggung jawab program
saat pasien datang pertama kali ke puskesmas, saat kontrol tiap 1 bulan
pengobatan.
5. Register pasien
Setiap pasien yang ditemukan maka akan dicatat di register monitoring untuk
mengevaluasi keteraturan pengobatan, dan hasil akhir pengobatan. Pencatatan di
register kohort pasien telah dilakukan secara teratur oleh penanggung jawab
program di puskesmas Kamonji.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
1. Kegiatan program penanggulangan hipertensi di Puskesmas Kamonji yaitu
tatalaksana pasien. Hampir seluruh program kerja penanggulangan
hipertensi di Puskesmas Kamonji telah dilakukan tanpa ada hambatan.
2. Permasalahan yang menjadi kendala dalam mencapai target cakupan
program penanggulangan hipertensi di Puskesmas Kamonji adalah
kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang akan berlangsung
seumur hidupnya.
4.1.Saran
1. Lebih sering melakukan kegiatan promosi untuk faktor resiko yang dapat
diubah diantaranya promosi kesehatan mengenai penanggulangan masalah
rokok, peningkatan gizi seimbang (diet untuk hipertensi) dan peningkatan
aktivitas fisik.
2. Kegiatan penemuan pasien harus lebih sering dilakukan secara aktif untuk
menjaring pasien-pasien yang tidak terdeteksi dengan penjaringan pasif.
3. Jumlah sumber daya manusia dalam hal ini petugas program
penanggulangan hipertensi harus ditambah agar dapat disebar ke seluruh
desa di wilayah kerja Puskesmas Kamonji.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Hahn, D.B & Payne, W.A. (2007).Focus on Health Sixth Edition. USA : Mc
Graw Hill
2. Sudoyo.(2008). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
3. Tim Penyusun. 2015. Profil Kesehatan Puskesmas Kamonji Tahun 2014.
Dinas Kesehtan Kota Palu.
16