Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang memiliki


kontribusi besar pada jumlah kasus kematian di beberapa negara pada setiap
tahunnya, yang mana hipertensi mempelopori kasus infark miokardium, stroke,
dan gagal ginjal ketika penyakit ini tidak dideteksi dan ditangani secara cepat.1

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan


pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi
sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk
penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu
sebagai peringatan bagi korbannya.

Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa
hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien
hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi
tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan
komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.

Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya


populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar
juga akan bertambah. Hipertensi sering timbul pada pasien dengan usia >65
tahun. Samapi saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dar tahun 1999-2000, insiden
hipertensi pada orang dewasa adalah 29-31% yang berarti 58-65 juta orang
hipertensi di Amerika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sehat


Arti kesehatan secara harfiah adalah sesuatu yang berhubungan dengan
kondisi fisik seseorang yaitu orang dikatakan sehat apabila terbebas dari
serangan penyakit atau sebaliknya dikatakan sakit apabila kondisi fisiknya
tidak baik akibat penyakit menular atau penyakit tidak menular.Kondisi ini
dinamakan konsep sehat-sakit. Sejak tahun 1948 WHO telah mendefinisikan
yang dimaksud sehat sebagai berikut :Health is a state of physical, mental
and social well being and not merely the absence of disease or
infirmity.Dikatakan bahwa sehat itu adalah keadaan fisik, mental dan sosial
yang baik, tidak hanya terbebas dari penyakit, cacat atau kelemahan.Menurut
pengertian tersebut definisi sehat mempunyai makna yang sempurna dan
lengkap. Misalnya seseorang yang mengalami sakit lalu ada bekas luka parut,
menurut pengertian WHO belum termasuk kriteria sehat (Suyono, 2010)
Di Indonesia kriteria sehat ini ditetapkan melalui Undang-undang
Nomor 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan dan telah diperbaharui dengan
Undang-undang Nomor 23Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 1 ayat 1 yang
bunyinya : Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Suyono, 2010)

Hendrik L Blum menggambarkan status kesehatan seseorang atau


masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut : (Suyono, 2010)
Gambar 1.Konsep status Kesehatan menurut HL. Blum

Ke empat faktor tersebut diatas saling berpengaruh positif satu dengan


yang lain dan tentu saja sangat berpengaruh terhadap status kesehatan
seseorang. Status kesehatan akan tercapai optimal apabila ke empat faktor
tersebut positif mempengaruhi secara optimal pula. Apabila salah satu faktor
tidak optimal maka status kesehatan akan bergeser kearah dibawah optimal.
Berikut ini akan dijelaskan satu per satu ke empat faktor tersebut sebagai
berikut : (Suyono, 2010)
1. Faktor Keturunan (Biologi)
Faktor ini lebih mengarah kepada kondisi individu yang berkaitan dengan
asal usul keluarga, ras dan jenis golongan darah. Beberapa penyakit
tertentu disebabkan oleh faktor keturunan antara lain : hemophilia,
hypertensi, kelainan bawaan, albino dll.
2. Faktor Pelayanan Kesehatan
Faktor ini dipengaruhi oleh seberapa jauh pelayanan kesehatan yang
diberikan. Hal ini berhubungan dengan tersedianya sarana dan prasarana
institusi kesehatan antara lain : Rumah Sakit, Puskesmas, Labkes, Balai
Pengobatan, serta tersedianya fasilitas pada institusi tersebut : tenaga
kesehatan, obat-obatan, alat-alat kesehatan yang kesemuanya tersedia
dalam kondisi baik dan cukup dan siap pakai.
3. Faktor Perilaku
Faktor perilaku berhubungan dengan perilaku individu atau masyarakat,
perilaku petugas kesehatan dan perilaku para pejabat pengelola negeri ini
(Pusat dan Daerah) serta perilaku pelaksana bisnis.
- Perilaku individu atau masyarakat yang positif pada kehidupan
sehari-hari misalnya : membuang sampah / kotoran secara baik,
minum air masak, saluran limbah terpelihara, mandi setiap hari
secara higienis dll.
- Perilaku petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan yang baik
antara lain : ramah, cepat tanggap, disiplin tinggi, terapi yang tepat
sesuai diagnosa, tidak malpraktek pemberian obat yang rasional, dan
bekerja dengan penuh pengabdian.
- Perilaku pemerintah Pusat dan Daerah dalam menyikapi suatu
permasalahan kesehatan masyarakat secara tanggap dan penuh
kearifan misalnya : cepat tanggap terhadap adanya penduduk yang
gizinya buruk, adanya wabah penyakit, serta menyediakan sarana
dan prasarana kesehatan dan fasilitas umum ( jalan, parit, TPA,
penyediaan air bersih, jalur hijau, pemukiman sehat) yang didukung
dengan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan lingkungan hidup dan menerapkan sanksi hukum yang
tegas bagi pelanggarnya.
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan,
terlihat dari diagram di atas dengan panah yang lebih besar dibanding
faktor lainnya. Faktor Lingkungan terdiri dari 3 bagian besar :
- Lingkungan Fisik
Terdiri dari benda mati yang dapat dilihat, diraba, dirasakan antara
lain : bangunan, jalan, jembatan, kendaraan, gunung, air, tanah.
Benda mati yang dapat dilihat dan dirasakan tapi tidak dapat diraba :
api, asap, kabut dll.. Benda mati yang tidak dapat diraba, tidak dapat
dilihat namun dapat dirasakan : udara, angin, gas, bau-bauan, bunyi-
bunyian / suara dll.
- Lingkungan Biologis
Terdiri dari makhluk hidup yang bergerak, baik yang dapat dilihat
maupun tidak : manusia, hewan, kehidupan akuatik, amoeba, virus,
plankton. Makhluk hidup tidak bergerak : tumbuhan, karang laut,
bakteri dll.
- Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah bentuk lain selain fisik dan biologis di
atas. Lingkungan sosial tidak berbentuk secara nyata namun ada
dalam kehidupan di bumi ini.Lingkungan sosial terdiri dari sosio-
ekonomi, sosio-budaya, adat istiadat, agama/kepercayaan, organisasi
kemasyarakatan dll.
Melalui lingkungan sosial manusia melakukan interaksi dalam bentuk
pengelolaan hubungan dengan alam dan buatannya melalui pengembangan
perangkat nilai, ideologi, sosial dan budaya sehingga dapat menentukan arah
pembangunan lingkungan yang selaras dan sesuai dengan daya dukung
lingkungan yang mana hal ini sering disebut dengan etika lingkungan.

2.2 Konsep Penyakit Hipertensi


2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah penyakit


tekanan darah tinggi.Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk menentukan normal atau tidaknya tekanan darah adalah
tekanan sistolik dan tekanan diastolic. Berdasarkan JNC VIII, seorang
dewasa dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan sistolik 140
mmHg atau lebih dan diastolic 90 mmHg atau lebih pada umur 60
tahun (PERKI, 2010).

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi


Klasifikasi hipertensi yang dipakai saat ini beredoman pada Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment on High Blood Pressure yang ke VIII.Berikut ini adalah tabel
tentang klasifikasi hipertensi.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat diklasifikaskan menjadi


dua yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder Berikut ini adalah
pembagian hipertensi berdasarkan penyebabnya.

a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer disebut juga dengan istilah hipertensi esensial
atau idiopatik. Etiologi hipertensi jenis ini adalah multifaktorial
yang masing-masing akan saling berinteraksi mengganggu
homeostasis secara bersama, sehingga tekanan darah baik sistolik
maupun diastolic akan mengalami peningkatan (Black & Hawks,
2005). Pada kasus ini terjadi peningkatan kerja jantung akibat
penyempitan pembuluh darah tepi.Hipertensi jenis ini mempunyai
kecenderungan genetic yang dan dipengaruhi oleh faktor kontribus,
seperti obesitas, stress, merokok, dan konsumsi garam berlebih
(Sherwood, 2001). Hipertensi jenis ini biasanya diderita oleh 90%
sampai 95% psien yang mengalami peningkatan tekanan darah
(Hahn & Payne, 2007).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh gangguan sistem lain,
misalnya sistem vaskuler (arteriosklerosis), sistem renal (stenosis
arteri renal), sistem endokrin (hipertiroidisme) dan sistem neuron
(peningkatan tekanan intracranial).Kehamilan juga dapat
menyebabkan hipertensi sekunder (Davis, 2004).Kejadian
hipertensi sekunder kurang dari 5% pada individu dewasa, tetapi
lebih dari 80% pada anak-anak. Menurut Dirksen, Heitkemper, dan
Lewis (2000) penyebab hipertensi sekunder adalah sebagai berikut:
(1) penyempitan congenital aorta; (2) penyakit ginjal misalnya
stenosis arteri ginjal; (3) gangguan endokrin misalnya sindrom
Chusing dan hiperaldosteron; (4) gangguan neurologi misalnya
tumor otak dan cedera kepala; (5) sleep apnea; (6) pengobatan jenis
stimulant simpatetik misalnya kokain, terapi penggantian estrogen,
obat kontrasepsi oral, dan obat anti inflamasi non steroid; (7)
kehamilan yang menstimulasi hipertensi.

2.2.3 Faktor Risiko Hipertensi


Black dan Hawks (2005) menyatakan bahwa semua jenis hipertensi
dipengaruhi oleh faktor genetic daan lingkungan. Faktor-faktor ini
dapat diklasifikasikan menjadi faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan
faktor yang dapat dimodifikasi.
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi terdiri dari riwayat keluarga
(genetic), umur, jenis kelamin.
- Riwayat Keluarga (Genetik)
Kejadian hipertensi khususnya hipertensi primer sangat
dipengaruhi oleh faktor riwayat keluarga. Faktor genetik ini
berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin
membrane sel. Menurut Davidson, bila kedua orang tuanya
menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-
anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita
hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.
- Umur
Risiko hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur.
Black dan Hawks (2005) menyatakan bahwa seseorang rentan
mengalami hipertensi pada umur 30-50 tahun, dimana hipertensi
yang dialami adalah hipertensi primer. Tingginya hipertensi
seiring dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan
struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi
lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku,
sebagai akibatnya adalah meningkatnya tekanan darah sistolik.
- Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap kejadian hipertensi. Pria lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk
peningkatan tekanan dara sistolik. Pria diduga memiliki gaya
hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah
dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki
menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat.
Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita
lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh
faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih
tinggi terdapat pada wanita.
b. Faktor yang dapat dimodifikasi
Selain dipengaruhi faktor yang tidak dapat dimodifikasi, hipertensi
dipengaruhi faktor yang dapat dimodifkasi.Tingkat kejadian
hipertensi dapat diturunkan dengan mengendalikan faktor ini.Faktor
yang dapat dimodifikasi ini terdiri dari kegemukan (obesitas), stress,
konsumsi zat berbahaya, aktivitas fisik, nutrisi.
- Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas lemak
yang dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index)
yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan
kuadrat dalam meter.Kaitan erat antara kelebihan berat badan
dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa
studi.Risiko relative untuk menderita hipertensi pada orang-
orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang
yang badannya normal.Sedangkan, pada penderta hipertensi
ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih
(overweight).
- Stress
Stress mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat
kejadian hipertensi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Jonas
(2000) dilaporkan bahwa seseorang yang mengalami depresi
berisiko 1,78 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan
yang tidak mengalami depresi. Seseorang yang berada dalam
kondisi stress telah terjadi proses fisiologis dimana sistem saraf
simpatis teraktivasi yang selanjutnya dapat menstimulus
pengeluaran hormone adrenalin dan kortisol. Respon fisiologis
ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah.
- Konsumsi Zat Berbahaya
Konsumsi zat berbahaya adalah faktor lain yang mempengaruhi
kejadian hipertensi dan dapat dimodifikasi. Konsumsi zat
berbahaya ini meliputi rokok, konsumsi alkohol berlebih, dan
obat-obatan terlarang.Penggunaan substansi ini secara terus-
menerus dapat membuat tekanan darah cenderung tinggi.
Nikotin yang dihisap melalui rokok dapat meningkatkan denyut
jantung dan menyebabkan vasokonstriksi perifer, yang akan
meningkatkan tekanan darah arteri pada jangka waktu yang
pendek, selama dan setelah merokok. Nikotin yang masuk ke
dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh
darah ateri, dan mengakibatkan proses aterosklerosis, dan
tekanan darah tinggi.
Alkohol termasuk salah satu substansi berbahaya yang jika
dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan efek negative
bagi tubuh.Konsumsi alkohol dapat meningkatkan angka
kejadian hipertensi, penurunan sensitivitas tubuh terhadap obat
antihipertensi, dan hipertensi yang sulit disembuhkan.
Kopi mengandung kafein yang jika digunakan dalam jumlah
adekuatakan bermanfaat bagi tubuh. Hal ini didukung oleh
studi-studi yang dilakukan Mayo Clinic, Harvard School of
Public Health dan institusi-institusi lain yang mengungkapkan
bahwa minum kopi 2-4 cangkir sehari dapat menurunkan kanker
kolon, mengurangi risiko penyakit batuu empedu, dan mencegah
sirosis hati. Akan tetapi, konsumsi kopi yang berlebih yaitu 10
cangkir atau lebih per hari dapat menyebabkan kecemasan,
diare, kelelahan, sulit tidur, pusing, dan palpitasi jantung.
- Aktivitas fisik
Aktivitas fisik aerobic yang adekuat dan teratur akan menjaga
fungsi kardiovaskuler yang baik dan menurunkan berat badan
bagi pasien hipertensi dengan obesitas, serta menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular yang dapat meningkatkan mortalitas.
- Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu faktor yang dapat dimodifikasi untuk
mengendalikan kejadian hipertensi.Pola makan yang tinggi
kalori, natrium, dan lemak, tetapi rendah protein dapat
meningkatakn tekanan darah. Diet tinggi sodium akan
menstimulasi pengeluaran hormone natriuretik dan mekanisme
vaspresor dalam sistem saraf pusat, yang akan berkontribusi
pada peningkatan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh
Sugiharto (2007) menunjukkan bahwa seseorang yang terbiasa
mengkonsumsi makanan asin berisiko menderita hipertensi 3,95
kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa mengkonsumsi
makanan asin.
Diet tinggi lemak jenuh juga berakibat pada peningkatan
tekanan darah. Konsumsi lemak jenuh berlebih berakibat pada
peningkatan kadar kolesterol yang merupakan faktor risiko utam
aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah dan penyakit kardiovaskular misalnya iskemia
atau infark miokard.

2.2.4 Manifestasi Klinis Hipertensi


Manifestasi klinis hipertensi antara lain:
- Sakit/nyeri kepala
- Gelisah
- Jantung berdebar-debar
- Pusing
- Leher kaku
- Penglihatan kabur, dan
- Rasa sakit di dada.
- Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah
lelah.

2.2.5 Tatalaksana Hipertensi


a. Non-Farmakologis
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya
hidup. (Depkes RI, 2013)

Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup

Modifikasi Rekomendasi Rerata penurunan TDS


Penurunan berat badan Jaga berat badan ideal (BMI : 5 20 mmHg/10kg
18,5 24,9 kg/m2)
Dietary Approches to Stop Diet kaya buah, sayuran, 8 - 14 mmHg
Hypertension (DASH) produk rendah lemak dengan
jumlah lemak total dan lemak
jenuh yang rendah
Pembatasan intake natrium Kurangi hingga < 100 mmol 2 - 8 mmHg
per hari (2.0 g natrium atau 6
5 g natrium klorida atau 1
sendook teh garam per hari)
Aktivitas fisik Aktivitas fisik aerobic yang 4 - 9 mmHg
teratur (mis : jalan cepat) 30
menit seharu, hampir setiap
hari dalam seminggu.
Pembatasan konsumsi alcohol Laki-laki : dibatasi hingga < 2 2 4 mmHg
kali per hari.
Wanita dan orang yang lebih
kurus : dibatasi hingga < 1
kali per hari.

b. Farmakologis

Alur tatalaksana hipertensi


BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. Hj. Deppuang
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Jalan S. Surumana
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Waktu Pemeriksaan : 1 Agustus 2016, Kunjungan rumah
3.2 Anamnesis
- Keluhan Utama
Sakit kepala, tegang pada belakang leher
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan sakit kepala sejak 1 minggu terakhir.Sakit kepala
terutama dirasakan pada seluruh bagian kepala. Pasien juga mengeluhkan
leher tegang sejak 1 minggu, nyeri uluhati sejak 3 hari terakhir, mudah lelah
saat melakukan aktivitas ringan, keringat malam dan terkadang berdebar-
debar.
Keluhan sesak juga dirasakan dan dapat sesekali timbul.
Mual bila sakit kepala dan tegang pada belakang leher
BAB dan BAK kesan normal.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (+)
- Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (+) yaitu tiga orang saudara pasien.
Riwayat hipertensi pada orang tua tidak diketahui.
Pasien

Meninggal
Hipertensi

- Riwayat Pribadi
Pasien merupakan anak ke empat dari empat bersaudara. Pasien tinggal
di rumah anaknya dan memiliki 3 orang anak.
Pasien didiagnosis hipertensi sudah sejak 1 tahun terakhir.
Rumah pasien berada di jalan sungai surumana, yang akses ke puskesmas
kamonji cukup dekat, namun pasien jarang mau pergi ke Puskesmas
maupun Pustu tanpa alasan yang jelas.
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga
Pasien kurang bergerak dan tidak pernah berolahraga.
Pasien makan 3 kali sehari dengan lauk yang beraneka ragam. Riwayat
sering makan makanan bersantan.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
- Denyut nadi : 88 x/menit, irama teratur, kuat angkat
- TD : 170/100 mmHg
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,7C
- Berat badan : 50 kg
- Tinggi badan : 153 cm
- Status gizi : Gizi cukup

Status Generalis
Kepala
- Ekspresi wajah : normal
- Bentuk dan ukuran : normal
- Rambut : normal
- Edema : (-)
- Malar rash : (-)
Mata
- Simetris
- Exophtalmus : (-)
- Ptosis : (-)
- Strabismus : (-)
- Edema palpebra : (-)
- Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemis (-/-)
- Sklera : ikterik (-/-), hiperemis (-/-), pterygium (-/-)
- Pupil : isokor, bulat, refleks (+/+)
- Kornea : normal
- Lensa : normal, katarak (-/-)
Telinga
- Bentuk : normal
- Lubang telinga : normal, secret (-/-)
- Nyeri tekan : (-)
- Pendengaran : normal
Hidung
- Simetris, deviasi septum (-)
- Perdarahan (-), secret (-)
- Penciuman : normal

Mulut
- Simetris
- Bibir : sianosis (-)
- Gusi : hiperemis (-), perdarahan (-)
- Lidah : glositis (-), atrofi papil lidah (-)
- Mukosa : kering
Leher
- Simetris
- Kaku kuduk : (-)
- Scrofuloderma : (-)
- Pembesaran KGB : (-)
- Trakea : di tengah
- JVP : normal
- Pembesaran otot sternokleidomastoideus : (-)
- Pembesaran tiroid : (-)
Thoraks
Cor
- Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
- Palpasi : iktus cordis teraba di SIC V linea midklavikula
sinistra
- Perkusi
Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Kiri bawah : SIC IV linea parasternalis medioklavikularis sinistra
- Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
- Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan dinding dada
simetris, penggunaan otot bantu nafas (-), pelebaran sela iga (-), frekuensi
pernapasan 20 x/menit.
- Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, fremitus raba
dan vocal simetris, provokasi nyeri (-).
- Perkusi : sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-)
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen
- Inspeksi : distensi (-), skar (-).
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)
- Perkusi : timpani
Inguinal-genital-anus : tidak diperiksa
Ekstremitas atas
- Akral hangat : (+/+)
- Kulit : normal
- Deformitas : (-/-)
- Sendi : dalam batas normal
- Edema : (-/-)
- Sianosis : (-/-)
- Kekuatan : normal
- Refleks : baik
Ektremitas bawah
- Akral hangat : (+/+)
- Kulit : normal
- Deformitas : (-/-)
- Sendi : dalam batas normal
- Edema : (-/-)
- Sianosis : (-/-)
- Kekuatan : normal
- Refleks : baik
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
3.5 Diagnosis Kerja
Hipertensi Gr II
Dyspepsia
3.6 Penatalaksanaan
- Captopril 2 x 25 mg
- Ranitidin 3x1 tab
3.7 Prognosis
Dubia
3.8 Konseling
Konseling yang diberikan pada pasien ini adalah tentang pola hidup sehat
untuk mencegah dan mengontrol hipertensi, seperti :
- Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam, dan lemak. Asupan garam
maksimal 5 g sehari.
- Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal.
- Menganjurkan gaya hidup aktif/olahraga teratur
- Menganjurkan untuk kontrol rutin di puskesmas
- Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi dari penyakit hipertensi
BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan hipertensi grade II. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan di Puskesmas
Berdasarkan hasil anamnesis, pasien datang dengan keluhan sakit kepala
yang mulai dirasakan sejak 1 minggu yang lalu.Sakit kepala terutama dirasakan di
bagian belakang kepala. Nyeri ulu hati sejak 3 hari yang lalu.Pada pemeriksaan
fisik, ditemukan tekanan darah pasien adalah 170/100 mmHg. Klasifikasi
hipertensi yang dipakai saat ini beredoman pada Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure yang
ke VIII. Berikut ini adalah tabel tentang klasifikasi hipertensi.

Semakin bertambahnya umur pada masa dewasa seseorang akan mengalami


perubahan kapasitas fungsi otot yaitu: penurunan kecepatan gerak, waktu reaksi
dan waktu kontraksi otot. Koordinasi cenderung terganggu dengan bertambahnya
umur terutama dengan kegiatan-kegiatan yang memerlukan ketepatan waktu dan
gerakan yang selalu berubah antara cepat dan lambat. Hal tersebut merupakan
pengaruh yang terjadi karena penurunan, kekuatan, kecepatan, dan daya tahan
terhadap kelelahan. Penurunan kekuatan otot mempunyai variasi perbedaan antar
kelompok otot. Penurunan kekuatan otot-otot fleksor tungkai bawah dapat diliat
pda orang tua yang sedang melakukan gerakan naik tangga yang mengalami
kesulitan demikian pula ada kekakuan tungkai pada waktu lari atau joging.

Kekuatan maksimum pada wanita dicapai pada umur 17 tahun melalui


latihan-latihan beban selama masa mudanya, selanjutnya masih bertahan selama
tetap berlatih sebagai seorang atlit. Namun demikian pengembangan kekuatan
wanita hanya sekitar 2/3 dari puncak kekuatan pria pada umur yang sama. Hal
tersebut terjadi karena adanya perbedaaan ukuran otot baik besarnya otot maupun
proporsinya dalam tubuh. Hilangnya jaringan otot, berkurangnya fungsi tulang
dan bertambahnya jumlah lemak dalam badan, semuanya memberikan perubahan
terhadap komposisi badan yang berhubungan dengan hilangnya koordinasi.

Sehingga untuk mengukur kekuatan otot pada seseorang digunakanlah skala


kekuatan otot, seperti kolom dibawah.
Skala kekuatan otot :

Skala Ciri ciri


0 Paralisis total
1 Tidak ada gerakan, teraba atau terlihat adanya kontraksi otot
2 Terdapat gerakan pada sendi, tetapi tidak dapat melawan gravitasi
(hanya bergeser)
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan atau melawan
tahanan pemeriksa
4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya
berkurang
5 Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah dengan pemberian
terapi farmakologis dengan menggunakan obat antihipertensi yaitu captopril 2 x
25 mg sehari. Selain terapi farmakologis, diberikan juga terapi non farmakologis
dengan pemberian konseling tentang diet untuk pasien hipertensi, gaya hidup
aktif, komplikasi hipertensi, dan menganjurkan pasien kontrol rutin di puskesmas
Berdasarkan hasil penelusuran kasus ini, jika mengacu pada konsep kesehatan
masyarakat, maka dapat ditelaah beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan
minum obat pada pasien dalam kasus ini.
a. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap pengobatannya. Tingginya
tingkat pengetahuan akan menunjukkan bahwa seseorang telah mengetahui,
mengerti dan memahami maksud dari pengobatan yang mereka jalani. Dengan
memiliki penetahuan yang cukup mengenai penyakitnya dalam hal ini
hipertensi, penderita akan terdorong untuk patuh dengan pengobatan yang
mereka jalani. Kegiatan penyuluhan dan penjelasan secara langsung ketika
pasien berobat, dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan pasien.
b. Pengaruh motivasi
Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah dan
ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya dalam hal ini
kesembuhan dari hipertensi. Tingginya motivasi seseorang menujukkan
tingginya kebutuhan maupun dorongan responden untuk mencapai sebuah
tujuan. Penderita hipertensi dengan motivasi untuk sembuh yang tinggi
cenderung untuk patuh berobat.
c. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan. Ada beberapa jenis dukungan yang dapat diberikan oleh keluarga,
antara lain : dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan
instrumental dan dukungan emosional.
d. Jumlah obat yang dikonsumsi
Jumlah obat yang dikonsumsi sering menjadi alasan munculnya ketidak
patuhan pengobatan pada penyakit kronik. Semakin banyaknya obat yang harus
diminum, besar juga kemungkinan pasien untuk tidak patuh dengan
pengobatannya. Menurut JNC 8, penggunaan obat antihipertensi lebih dari satu
jenis mulai dipertimbangkan jika seseorang tidak mencapai tekanan darah target
dengan menggunakan satu jeis obat. Sedangkan pada JNC 7, penggunaan lebih
dari satu obat mulai digunakan jika tekanan darah pasien telah tergolong
hipertensi stage 2. Hal ini menunjukkan semakin sulitnya kontrol tekanan darah
pasien maka akan berdampak pada semakin banyaknya pengobatan.
e. Akses pelayanan
Beberapa penelitian akses terhadap pelayanan kesehatan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan dalam hipertensi. Pada
kenyataannya pasien cenderung untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan yang
terjangkau dari tempat tinggalnya, ataupun berkunjung di PUSTU. Namun pada
pasien ini hal tersebut bukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan minum obat.

Adapun edukasi yang diberikan pada pasien ini adalah tentang pola hidup sehat
untuk mencegah dan mengontrol hipertensi, seperti :
- Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam, dan lemak. Asupan garam
maksimal 5 g sehari.
- Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal.
- Menganjurkan gaya hidup aktif/olahraga teratur
- Menganjurkan untuk kontrol rutin di puskesmas
- Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi dari penyakit hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Black, J.M & Hawks, J.H. (2007).Clinical Management for Positive


Outcome.USA : Lippincolt Williams & Willkins
Depkes RI. (2010). Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nusa Tenggara
Barat 2007.Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Depkes RI
Depkes RI. (2010). Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam
Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta; Kementrian Kesehatan RI
Depkes RI. (2013). Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Jakarta.
Hahn, D.B & Payne, W.A. (2007).Focus on Health Sixth Edition. USA : Mc Graw
Hill
PERKI.(2010). Pedoman Tatalaksana Penyakit Kardiovaskular di
Indonesia.Jakarta : Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC
Sudoyo.(2008). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
LAMPIRAN

Foto Rumah
Foto Pasien

Anda mungkin juga menyukai