Anda di halaman 1dari 10

MINI PROJECT

MEI 2019

GAMBARAN CAKUPAN KASUS TB PARU DI PUSKESMAS BARA BARAYA


KECAMATAN MAKASSAR KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN
PERIODE FEBRUARI - APRIL 2019

DISUSUN OLEH :
dr. Dina Adlina Mallappa

PENDAMPING :
dr. Hj. Dahlia

DIBAWAKAN DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS PADA


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
WAHANA PENEMPATAN KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN
PERIODE 2019 - 2020
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN CAKUPAN KASUS TB PARU DI UPT PUSKESMAS BARA BARAYA


KECAMATAN MAKASSAR KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN
PERIODE FEBRUARI - APRIL 2019

DibawakanDalam Rangka Menyelesaikan Tugas Pada


Program Internsip Dokter Indonesia
Wahana Penempatan Kota Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan
Periode 2019 – 2020

Penyusun :
dr. Dina Adlina Mallappa

Hari/Tanggal : Senin, 27 Mei 2019


Tempat : UPT Puskesmas Bara Baraya

Telah Disetujui Oleh :


Pendamping,

dr. Hj. Dahlia


NIP. 196704242002122005

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul…………………………………………………………………...... 1
Halaman Pengesahan……………………………………………………………….. 2
Daftar Isi……………………………………………………………………………. 3
A. Latar Belakang………………………………………………………...……… 4
B. Permasalahan……………………………………...………………………….. 5
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi……...….…………………………….. 5
D. Pelaksanaan…………………………...………………………………………. 6
E. Monitoring dan Evaluasi……………………...…………….………………… 7
Daftar Pustaka………………………………………………………………………. 8
Lampiran Roll Data…………………………….…………………………………… 9

3
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang telah lama menjadi
permasalahan kesehatan di dunia. Sejak tahun 1993, penyakit ini telah dideklarasikan
sebagai Global Health Emergency oleh World Health Organization (WHO).
Berdasarkan tingginya angka insiden TB di setiap negara, sampai tahun 2007
Indonesia masih menduduki peringkat ke-3 setelah India dan Cina, disusul oleh Nigeria
pada peringkat ke-4 dan Afrika Selatan pada peringkat ke-5.

Menurut Leavell (1953), terdapat lima tahapan dalam pencegahan penyakit menular,
yaitu promosi kesehatan, proteksi khusus, diagnosis dini dan pengobatan yang cepat,
pembatasan disabilitas, dan rehabilitasi.Berkaitan dengan upaya penurunan angka kasus
TB di wilayah Indonesia secara umum dan wilayah Puskesmas secara khusus, maka
tahapan ke-3 sangat penting guna memutuskan rantai penularan dari penderita ke orang
yang sehat.

4
B. PERMASALAHAN
Dari data periode Februari – April 2019 di Puskesmas Bara Baraya diperoleh
terdapat 20 penderita klinis TB Paru, diantaranya yang memiliki hasil pemeriksaan positif
pada sputum BTA sebesar 12 penderita di antaranya 9 TB lama dan 3 TB baru, negative
sebesar 8 penderita. Hal ini tentunya perlu dievaluasi lebih lanjut dan dilakukan
pencegahan dan memberikan penatalaksanaan yang tepat sehingga tingkat penularan
dapat dicegah.
Semua permasalahan yang dijelaskan sebelumnya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai TB paru meliputi gambaran
penyakit, cara pencegahan dan pengobatan penyakit dan bagaimana mengurangi tingkat
penularan di lingkungan masyarakat.

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Deteksi dini kasus TB dilakukan melalui skrining pasien TB di poliklinik Pasien
yang di suspek TB di puskesmas Bara Baraya akan di periksa sputum BTA. Jika terbukti
hasil pemeriksaan dahak dengan BTA (+) maka akan diberikan terapi OAT.
Intervensi yang dilakukan mencakup kunjungan rumah di wilayah sekitar rumah
penderita TB dengan bantuan kader dan tokoh masyarakat setempat dan melakukan
pendekatan untuk meningkatkan pengetahuan dan dukungan untuk Stop TB secara
nasional, mengurangi stigma TB dengan cara meningkatkan jumlah tersangka TB yang
memeriksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan, mempromosikan obat TB program yang
berkualitas dan tanpa biaya serta pengobatan pasien TB di setiap fasilitas kesehatan.
Intervensi kedua yaitu dengan menegakkan diagnosis dini dan penatalaksanaan
yang cepat terhadap penderita TB Paru guna memutuskan rantai penularan dari penderita
ke orang sehat. Salah satu caranya dengan memantau secara aktif setiap pasien-pasien
dengan gejala klinis TB paru yang pernah datang berobat ke Puskesmas Bara Baraya,
khususnya pasien-pasien yang tidak kembali membawa dahak yang hendak diperiksa.

5
D. PELAKSANAAN
Screening dilakukan diPuskesmas Bara Baraya pada bulan Februari – April 2019.
Ditemukan 20 penderita TB klinis, masing-masing 12 pasien dengan sputum BTA
positive di antaranya 9 kasus TB lama dan 3 kasus TB baru, dan 8 pasien dengan sputum
BTA negative.

Screening pasien suspect TB dengan melakukan


pemeriksaan sputum BTA
Puskesmas

Kunjungan rumah penderita TB, dan screening 15


rumah dari samping kanan, kiri, depan belakang. Bagi
yang memiliki gejala klinis TB di sarankan untuk
Petugaskeseh pemeriksaan sputum BTA dan pemberiat OAT
atan Petugas kesehatan menunjuk salah satu keluarga
pasien sebagai pengawas minum obat untuk
meningkatkan kepatuhan pasien

Kesadaran masyarakat mengenai bahaya TB serta cara


untuk hidup sehat agar dapat hidup terbebas dari infeksi
Masyarakat
TB paru.

6
E. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring yang dilakukan pada saat pasien kontrol ke Puskesmas untuk
mengambil obat. Dimana setiap pasien yang datang untuk mengambil obat tiap 2 minggu,
semuanya di catat dalam rekam medis, sehingga para petugas kesehatan bisa mengkontrol
apakah pasien tersebut minum obat secara teratur atau tidak.

Pendekatan kepada peserta dilakukan melalui kunjungan rumah dan diskusi,


terlihat bahwa peserta tampak antusias dan lebih leluasa bertanya kepada petugas
kesehatan. Setelah diadakan kunjungan rumah ini, peserta tampak lebih paham mengenai
TB dan diharapkan kedepannya semakin memperlihatkan kewaspadaan terhadap
penularan penyakit TB.

Dari hasil kegiatan kunjungan rumah terkait TB dapat di evaluasi dengan


bekerjasama antara petugas kesehatan dengan kader dan keluarga yang ditunjuk sebagai
pengawas minum obat dan melihat perkembangan dari status kesehatan terkait masalah
TB dan menyesuaikan dengan data kesehatan pada kegiatan sebelumnya apakah ada
perkembangan ke lebih baik peningkatan kesembuhan pada pasien TB.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Alsagaff, et al. 2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Ilmu Penyakit Paru
Universitas Airlangga

2. Behrman, et al. 2002. Nelson - Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta : EGC

3. Chintu C, Mudenda V, Lucas S. 2002. Lung Diseases at Necropsy in African Children


Dying from Respiratory Illnesses : a Descriptive Necropsy Study. Berlin : Lancet

4. Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan pertama


edisi ke 2. Jakarta : Depkes RI

5. Donald PR. 2004. Chilhood Tuberculosis. Berlin : Springer

6. Hassan, et al. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Infomedika.

8
BTA (-)
Tanggal Nama Umur BTA (+)
v
06/02/2019 Sdr MI 21 tahun
v
11/02/2019 Sdr D 20 tahun
V
13/02/2019 Ny S 44 tahun
V
19/02/2019 Ny L 62 tahun
V
22/02/2019 Tn SR 79 tahun
v
25/02/2019 Ny SY 21 tahun
V
25/02/2019 Ny H 62 tahun
V
26/02/2019 Tn BR 66 tahun
v
27/02/2019 Nn KR 17 tahun
V*
03/03/2019 An MK 8 tahun
v
03/03/2019 Ny SH 37 tahun
v
13/03/2019 Tn T 59 tahun
V
20/03/2019 Ny SM 79 tahun
V*
21/03/2019 Tn BC 77 tahun
V*
25/03/2019 Sdri DM 26 tahun
v
25/03/2019 Ny NH 51 tahun
V
26/03/2019 Tn M 69 tahun
v
04/04/2019 Ny R 33 tahun

9
La V
04/04/2019 Sdr I 16 tahun
mpi
ran 04/04/2019 Tn P 75 tahun v
Roll
Data

10

Anda mungkin juga menyukai