Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH FARMASI KLINIK

DRUG INDUCED LIVER DISEASE

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK V

1. Nawwar Irfan
2. Nurul Khasanah
3. Okla Elfitri
4. Putri Lestari

Dosen Pengampu :

Husnawati, M.Si, Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul Drug Induce Liver
Disease tentang Penyakit-penyakit pada Hepar ini dengan baik
Makalah ini diambil dari berbagai sumber-sumber terpercaya yang kami rangkum
menjadi satu kesatuan. Karya ini di harapkan mampu membantu kami dan pembaca sekalian
yang membacanya untuk memperdalam pemahaman tentang Drug Induce Liver Disease
tentang Penyakit-penyakit pada Hepar dan segala hal yang bersangkutan dengannya. Selain
itu, karya ini juga di harapkan dapat menjadi bacaan dan bahan ajaran para pembaca sekalian.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih pada para pembaca yang berkenan untuk
membaca makalah ini dan untuk dosen pembimbing kami. Sebagai penyusun kami begitu
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran selalu kami nantikan untuk
pengembangan dan kesempurnaan makalah ini agar menjadi layak untuk di pelajari.

Pekanbaru, Mei 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang...............................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 6

1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................ 6

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ginjal.........................................................................................................................7
2.2 DIRD.........................................................................................................................11
2.3 Prinsip Pencegahan DIRD........................................................................................29

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan .............................................................................................................32
2. Saran........................................................................................................................33

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hati merupakan salah satu organ tubuh yang besar dan merupakan pusatmetabolisme
tubuh manusia. Organ ini memiliki fungsi yang kompleks diantaranya mempunyai
peranan dalam memetabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan obat-obatan
(Ganong, 2008). Pada proses metabolisme, obat akan diproses melalui hati sehingga
enzim hati akan melakukan perubahan (biotransformasi) kemudian obat menjadi dapat
lebih larut dalam tubuh dan dikeluarkan melalui urin atau empedu (Depkes RI, 2003).
Gangguan fungsi hati masih menjadi masalah kesehatan besar di negara maju
maupun di negara berkembang. Indonesia merupakan negara dalam peringkat endemik
tinggi mengenai penyakit hati (Depkes RI, 2007). Angka kejadian kerusakan hati sangat
tinggi, dimulai dari kerusakan yang tidak tetap namun dapat berlangsung lama (Setiabudy,
1979). Salah satu penyebab kerusakan hati adalah obat-obatan (Depkes RI, 2007). Di
Amerika Serikat sendiri ada sekitar 2000 kasus gagal hati akut yang terjadi setiap
tahunnya dan lebih dari 50% disebabkan oleh obat (Lucena et al, 2008). Obat yang
dikatakan hepatotoksik adalah obat yang dapat menginduksi kerusakan hati atau biasanya
disebut druginduced liver injury (Sonderup, 2006). Obat penginduksi kerusakan hati
semakin diakui sebagai penyebab terjadinya penyakit hati akut dan kronis (Isabel et
al,2008).
Sekitar 1000 sampai 3000 kasus obat ditarik dari pasaran dikarenakan hepatotoksik
(Department of Health and Human Services Food and DrugAdministration, 2009).
Hepatotoksisitas merupakan komplikasi potensi obat yang paling sering dijumpai dalam
resep, hal ini mungkin dikarenakan peran hati dalam memetabolisme obat (Aithal & Day,
1999). Obat-obat yang dapat menyebabkan keparahan pada pasien gangguan fungsi hati
seperti sirosis hati, hepatitis hati adalah bentazepam, methotrexate, ebrotinide. Danaxole
merupakan obat yang dapat menyebabkan kanker hati (Lucena et al., 2008). Menurut
Pauls dan Senior(2012) obat-obat seperti estrogen, androgen, chorpromazine, asam
klavulanat, danpiroxicam dapat menyebabkan kolestatis. Obat lain seperti amiodaron
dapat menyebabkan perlemakan hati. Sebuah penelitian di Perancis menunjukkan sekitar

5
13,9 kasus/100.000 populasi kejadian DILI (Drug Induce Liver Injury).Dalam sebuah
penelitian akibat DILI, 4 dari 34 (11,8%) pasien dirawat di rumah sakit, dan dua orang
(5,9%) meninggal (Reuben, 2010). Sebanyak 14% kasus DILI menyebabkan transplatasi
hati bahkan kematian di Singapore (Wai, 2006).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apayang dimaksud dengan DILD?
2. Apa saja etiologi dan patogenesis DILD ?
3. Apa saja klasifikasi DILD?
4. Apa saja tanda-tanda dari DILD ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui apa itu DILD
2. Untuk mengetahui etiologi dan patogenesis dari DILD
3. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari DILD
4. Untuk mengetahui tanda-tanda dari DILD

BAB II

PEMBAHASAN

6
1.1 DEFINISI
Drug Induced Liver Disease adalah peradangan/inflamasi pada hati yang disebabkan
oleh reaksi obat.

Hati adalah salah satu organ terbesar pada tubuh manusia dengan bobotkurang lebih
sekitar 1,5 kg. Meskipun bobot hati hanya 2-3% dari bobot tubuh manusia, namun organ
hati terlibat sekitar 25-30% pemakaian oksigen (Koolman 1995). Hati sendiri memiliki
fungsi untuk membentuk kantong empedu dan isinya, melepaskan dan menyimpan
karbohidrat, membentuk urea, dan banyak fungsi lainnya yang berhubungan dengan
metabolisme lemak dan melakukan detoksifikasi berbagai obat dan racun (Ganong, 1991).
Organ hati mempunyai sistem enzim yang dapat mensisntesis trigliserol, kolesterol,
fosfolipid, dan lipoprotein dan juga hati aktif mengubah berbagai asam-asam lemak
menjadi benda keton (Martin, 1984). Menurut Koolman (1995), hati atau hepar dapat
mengantur konsentrasi asam amino dalam plasma sehingga dapat memecah kelebihan
asam amino dengan cara mengubah nitrogen menjadi urea dan menyalurkannya ke ginjal.
Jumlah fodfatidilkolin dalam plasma merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
kemampuan hati untuk memetabolisme obat (Gibson, 2006).

Hati atau hepar memiliki bagian-bagian yang disebut dengan lobus yangterbagi
menjadi beberapa bagian seperti lobus hepatis dextra dan lobus hepatis sinistra yang
masing-masing memiliki fungsinya sendiri (Moore & Agur, 1996). Lobus hepatis dextra
dibatasi dengan lobus hepatis sinister oleh fossa vesicaebilaris dan sulcus venae carva
pada facies visceralis hepatis. Rusaknya fungsi hati ditandai dengan menguningnya warna
kulit, membran mukosa dan naikknya konsentrasi bilirubin, SGOT (Serum
GlutamicOxaloacetic Transaminase), SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase),
GGT (Gamma Glutamyl Transferase)dan lainnya dalam darah (Lu, 1995). Banyak sekali
jenis penyakit hati diantaranya sirosis hati, hepatitis, penyakit kuning, reye syndrome,
penyakit wilson, dan tumor hati (Kaplan, 1989). Penyakit hepar atau hati yang ditemukan
dalam lingkungan masyarakat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu penyakit hati akut dan
penyakit hati kronis. Penyakit hati akut disebabkan karena virus, obat-obatan, alkohol dan
keadaan iskemik. Sedangkan yang penyakit hati kronis yaitu hepatitis kronis, sirosis hati,
dan hepatoma. Pembeda jenis penyakit hati ditujukan untuk menentukan prognosa dan
penatalaksanaan dari masing-masing penyakit.

7
1.2 ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Hati merupakan organ intestinal paling besar dalam tubuh manusia. Beratnya rata-rata
1,21,8 kg atau kira-kira 2,5% berat badan orang dewasa. Didalamnya terjadi pengaturan
metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks dan juga proses-proses penting
lainnya bagi kehidupan, seperti penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam
empedu,pengaturan metabolisme kolesterol dan detoksifikasi racun atau obat yang masuk
dalam tubuh.

Gangguan fungsi hati sering kali dihubungkan dengan beberapa penyakit hati tertentu.
Beberapa pendapat membedakan penyakit hati menjadi penyakit hati akut atau kronis.
Dikatakan akut apabila kelainan-kelainan yang terjadi berlangsung sampai dengan 6 bulan.
Ada satu bentuk penyakit hati akut yang fatal yakni kegagalan hati fulminan, yang
perkembangan mulai dari timbulnya penyakit hati hingga kegagalan hati yang berakibat
kematian (fatal) terjadi dalam kurang dari 4 minggu

Beberapa penyebab penyakit hati antara lain:


1. Infeksi virus hepatitis dapat ditularkan melalui selaput mukosa, hubungan seksual atau
darah (parenteral)
2. Zat-zat toksik seperti alkohol atau obat-obat tertentu
3. Genetik atau keturunan, seperti hemochromatosis

8
4. Gangguan imunologis, seperti hepatitis autonium, yang ditimbulkan karena adanya
perlawanan sistem pertahan tubuh terhadap jaringan tubuhnya sendiri. Pada hepatitis
autoimun, erjadi perlawanan terhadap sel-sel hati yang berakibat timbulnya
peradangan kronis.
5. Kanker, seperti hepatocellular, dapat disebabkan oleh senyawa karsinogenik antara
lain aflatoksin, polivinil klorida ( bahan pembuat plastik), virus dan lain-lain. Hepatitis
B dan C maupun sirosis hati juga dapat berkembang menjadi kanker hati

1.3 KLASIFIKASI PENYAKIT HATI

Penyakit hati untuk beberapa macam penyakit hati yang sering ditemukan, yaitu: ian
menjadi kanker hati (hepatitis B dan C). dibedakan menjadi berbagai jenis, berikut beberapa
macam penyakit hati

1.3.1 Hepatitis

Istilah "hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati. Penyebabnya dapat
berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional.
Virus hepatitis terdiri dari beberapa jenis : hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. Hepatitis A, B dan
C adalah yang paling banyak ditemukan. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut
(hepatitis A), kronik (hepatitis B dan C) ataupun kemudian menjadi kanker hati,

Berikut macam-macam hepatitis :

1. Hepatitis A ( HAV)
Hepatitis A disebabkan oleh virus yang terklasifikasi transmisi secaraenterik. Virus ini
tidak terdiri dari selubung dan dapat bertahan hidup pada cairanempedu. Virus hepatitis A

9
berbentuk kubus simetris untai tunggal yang termasukpada golongan picornavirus,
dengan sub klasifikasi hepatovirus. Masa inkubasivirus hepatitis dalam RNA selama 4
minggu dan hanya berkembang biak padahati, empedu, feses dan darah. Penularan virus
hepatitis A dapat melalui makanandan minuman yang terkontaminasi tinja penderita
hepatitis A. Gejala dari penyakithepatitis A yang dirasakan oleh pasien dewasa berupa
rasa lelah, demam, diare,mual, nyeri perut, mata juling, hilangnya nafsu makan dan gejala
tampak sepertiflu (Depkes RI,2007).
Antibodi terhadap virus hepatitis A dapat tampak atau muncul selama masa akut dan
saat nilai SGPT tinggi. Respon yang ditimbulkan oleh antibodiberupa IgM anti virus
hepatitis A (Mangel, 1996). Vaksin adalah salah satualternative pengobatan untuk virus
hepatitis A akan memberikan kekebalanselama 1 bulan setelah suntikan pertama (Depkes
RI, 2007).

2. Hepatitis B (HVB)
Virus Hepatitis B merupakan DNA virus (hepadna virus). Virus ini paling sering
dijumpai di seluruh dunia. Hepatitis B ditandai dengan peradangan kronik pada hati dan
berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa bulansetelah terjadi infeksi akut,
karena berlangsung sangat lama penyakit ini dapatbersifat persisten. Pasien yang telah
menderita penyakit ini akan mambawa virusdan dapat menjadi sumber penularan.
Penularannya melalui darah atau transmisi seksual, jaram suntik, tato, tindik, akupuntur,
tranfusi darah. Hepatitis B sangat beresiko terhadap pasien yang menggunakan narkotika
dan mempunyai banyakpasangan seksual. Gejala yang ditunjukkan oleh penyakit adalah
lemah, lesu, sakitotot, mual dan muntah namun jarang ditemukan demam (Depkes RI,
2007).Antigen yang diperiksa dalam hepatitis B adalah HBsAg, HBcAg, danHBeAg.
HBsAg ditemukan pada pasien hepatitis B akut dan sebagai penandablood borne virus
dan status karier penyakit (Mangel, 1996).Imunisasi hepatitis B terhadap bayi yang baru
lahir, menghindarihubungan badan dengan orang yang terinfeksi, menghindari
penyalahgunaan obatdan pemakaian bersama jarum suntik merupakan cara pencegahan
penularan hepatitis B (Depkes RI, 2007).

3. Hepatitis C
Hepatitis C adalah infeksi penyakit yang bisa tak terdeteksi dan bisamenyebabkan
kerusakan perlahan-lahan pada organ hati. Penyakit ini tidakmenimbulkan gejala-gejala
khusus biasanya pasien hanya terserang flu berupademam, rasa lelah, muntah, sakit
kepala, sakit perut atau hilangnya selera makan(Depkes RI, 2007).

4. Hepatitis D

10
Hepatitis D ditandai dengan terdapatnya virus delta dan merupakan virusyang unik,
yakni virus RNA yang tidak lengkap. Virus ini memerlukankeberadaan virus hepatitis B
untuk ekspresi dan patogenisitasnya. Gejala yangdirasakan bervariasi dan dapat dirasakan
sebagai gejala yang ringan atau sangatprogrsif (Depkes RI, 2007).

5. Hepatitis E
Hepatitis E merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinyakecuali terjadi
pada saat kehamilan pada trimester 3 sehingga dapat menyebabkankematian. Gejala mirip
dengan hepatitis A. Air yang terkontaminasi fecesmerupakan penularan dari hepatitis E
(Depkes RI,2007).

6. Hepatitis F
Sedikit kasus yang dilaporkan untuk hepatitis F. para pakar saat ini belumsepakat
mengenai hepatitis F sehingga merupakan penyakit hepatitis yang terpisahdari hepatitis
lainnya (Depkes RI, 2007).

7. Hepatitis G
Serupa dengan hepatitis C seringkali infeksi bersamaan dengan hepatits Bnamun
hepatitis ini tidak menyebabkan masalah kronik. Penularan hepatitis Gmelalui tranfusi
darah dan jarum suntik (Depkes RI, 2007).

1.3.2 SIROSIS HATI

Istilah sirosis hati dicetuskan oleh Laennec tahun 1819 yang berasal dari kata Khirros
yang berarti warna kuning orange. Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro,
anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system arsitektur hati mengalami perubahan
menjadi tidak teratur dan terjadi jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang
mengalami regenerasi (Sutiadi, 2003).

Hati adalah organ padat paling besar yang berada di dalam tubuh manusia. Hati
memiliki banyak fungsi penting bagi tubuh, berikut ini beberapa fungsi hati di dalam tubuh.
Menyimpan nutrisi berlebih dan mengembalikan sebagian nutrisi ke dalam aliran
darah.
Memproduksi protein dalam darah untuk membantu penggumpalan, pengiriman
oksigen, dan fungsi kekebalan tubuh.
Membantu menyimpan gula dalam bentuk glikogen.
Menyingkirkan unsur berbahaya dalam aliran darah, termasuk di antaranya minuman
keras dan obat-obatan.

11
Menghancurkan lemak jenuh dan menghasilkan kolesterol.
Memproduksi cairan empedu, yaitu unsur yang dibutuhkan untuk mencerna makanan.
Pada dasarnya, hati adalah organ yang sangat tangguh karena dapat terus bekerja
meski dalam keadaan rusak. Hati akan berusaha memperbaiki dirinya sendiri hingga organ ini
benar-benar rusak dan tidak bisa berfungsi lagi.

Gejala Sirosis
Sirosis pada tahap awal hanya memunculkan sedikit gejala, tapi ketika fungsi hati
sudah berkurang secara signifikan akan muncul gejala-gejala seperti:
Kehilangan selera makan.
Keletihan, kekurangan energi, dan mudah mengantuk.
Pembengkakan pada pergelangan kaki dan perut atau edema.
Penurunan atau kenaikan berat badan secara tiba-tiba.
Demam dan menggigil.
Sesak napas.
Kulit dan putih mata berwarna kuning atau sakit kuning (jaundice).
Mual dan muntah.
Muntah darah.
Perubahan warna pada urine dan tinja (kadang disertai darah).
Kulit mengalami gatal-gatal.

Penyebab Sirosis
Sirosis disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya akibat virus hepatitis B, virus
hepatitis C, mengonsumsi minuman keras berlebihan, dan beberapa kondisi lain yang bisa
merusak jaringan hati.

Diagnosis Sirosis
Terdapat beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendiagnosis sirosis, yaitu:
Pemeriksaan fisik. Dokter akan mengamati perubahan fisik yang terjadi pada pasien.
Tes darah. Sampel darah diambil untuk mengetahui tingkat fungsi hati dan kerusakan
jika ada.

12
Pencitraan. CT scan, MRI, ultrasound, dan beberapa prosedur pencitraan lain mungkin
diperlukan untuk melihat kondisi hati.
Biopsi. Pengambilan sampel jaringan dari hati.

Terdapat 3 pola khas yang biasanya ditemukan pada sirosis hati yaitu:

A. Mikronodular
Sirosis mikronodular ditandai dengan terbentuk septa tebal teratur yang terdapat dalam
parenkim hati, mengandung nodul halus dan kecil tersebar diseluruh lobul. Sirosis
mikronodular berukuran 3 mm (Lawrence, 2003).
B. Makronodular
Sirosis makronodular ditandai dengan terbentuknya septa tebal, besarnya bervariasi dan
terdapat nodul besar di dalamnya sehingga terjadi regenerasi parenkim (Lawrence, 2003).
C. Campuran
Terdapat mikro dan makronodular yang tampak (Lawrence, 2003). Secara fungsional
sirosis hati juga terbagi menjadi beberapa macam:

1. Sirosis hati kompensta atau sirosis hati laten


Sirosis ini tidak memiliki gejala spesifik. Skrining adalah cara untukmengetahui penyakit
hati ini.
2. Sirosis hati dekompensata atau Active Liver Cirrhosis
Gejala dan tanda sirosis hati dekompensata seperti asites, edema danicterus. alkoholisme
virus hepatic, kegagalan jantung, malnutrisi, penyakitWilson, hemokromotosis dan zat
toksik lainnya merupakan beberapa penyakit lainyang diduga dapat menyebabkan sirosis
hati (Nurjanah, 2007).3 pola khas yang ditemukan pada kebayakan kasus sirosis hati :
a. Sirosis Laennec
Sirosis laennec disebut juga sirosis alkoholik, sirosis portal atau sirosisgizi. Kasus ini
merupakan suatu pola khusus yang terkait penyalahgunaan alkohol.Perubahan
pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol adalah peningkatan lemaksecara
bertahap di dalam sel-sel hati. Peningkatan jumlah lemak mencerminkanadanya
gangguan metabolik yang mencangkup pembentukan trigliserid secaraberlebihan,
menurunnya jumlah keluaran trigliserid dari hati dan menurunnyaoksidasi dalam
lemak (Nurjanah, 2007).
b. Sirosis pascanekrotik
Sirosis ini terjadi setelah nekrosis berbecak atau tampak pada jaringan hati.Hepatosit
yang ada dikelilingi dan terpisah oleh jaringan parut. Sekitar 25%-70%memiliki
hasil HBsAG yang positif sehingga menunjukkan hepatis kronis. Ciridari sirosis ini
adalah terlihat faktor predisposisi timbulnya neoplasma hati primer(Nurjanah, 2007).
c. Sirosis biliaris

13
Kerusakan yang diawali dengan kerusakan duktus biliaris yang dapatmenimbulkan
pola sirosis. Penyebab sirosis biliaris adalah obstruksi biliaris pascahepatik yang
ditandai dengan statis empedu yang menimbulkan penumpukanempedu di dalam
massa hati dan kerusakan sel-sel hati (Nurjanah, 2007).

Beberapa penyebab penyakit hati antara lain:

1. Faktor keturunan dan malnutrisi kekurangan protein menjadi penyebab sirosis hepatis.
Hal ini dikarenakanbeberapa asam amino seperti metionin yang berperan dalam
metabolisme gugusmetil untuk mencegah perlemakan hati dan sirosis hepatis berkurang
jumlahnyadalam tubuh (Urata, 2007).
2. Hepatis virus.
Virus hepatis merupakan virus yang sering disebut menjadi penyebabsirosis hati. Virus
hepatitis B banyak memiliki kecenderungan menetap dan akanberlanjut menjadi masalah
yang kronis. Pasien dengan hepatitis kronis dapatmenyebabkan kelanjutan menjadi sirosis
karena keadaan hati yang mengalamikerusakan parah (Urata, 2007).
3. Zat hepatotoksik.
Beberapa obat-obatan dan zat kimia dapat menyebabkan terjadinyakerusakan fungsi sel
hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati secara akut akanberakibat nekrosis atau
degenerasi lemak sedangkan kerusakan hati kronik dapat menyebabkan sirosis hepatis.
Apabila obat-obatan yang bersifat hepatotoksikdigunakan secara berulang maka akan
menyebabkan kerusakan secara setempat,kemudian terjadi kerusakan hati yang merata
dan akhirnya terjadi sirosis hepatis(Glenda, 2002).
4. Penyakit Wilson.
Suatu penyakit yang jarang ditemui biasanya terdapat pada orang-orangyang berusia
muda yang ditandai dengan sirosis hepatis, degenerasi gangliabasalis dari otak, dan
terdapat cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijuan(Glenda, 2002).
5. Hemokromatosis
Hemakromatosis disebabkan karena 2 hal yaitu faktor keturunan danpengonsumsi
alkohol. Faktor keturunan yang dimaksud adalah terjadinyakenaikan absorbsi dari zat besi
sejak lahir. Pada orang yang mengonsumsi alkoholterjadi peningkatan absorpsi dari besi
sehingga dapat menyebabkan sirosis hati(Glenda, 2002).

Pengobatan Sirosis

Sirosis tidak bisa disembuhkan. Pengobatan dilakukan untuk menghambat


perkembangan penyebab dasar yang mengakibatkan munculnya sirosis sejak awal. Selain itu,
pengobatan dilakukan untuk memperlambat kerusakan jaringan hati, serta menangani gejala

14
dan juga komplikasi yang muncul akibat sirosis. Misalnya, mengonsumsi obat antivirus untuk
mengatasi hepatitis C akan membantu mencegah sirosis bertambah parah. Kemudian Anda
akan diminta untuk mengurangi atau menghentikan konsumsi minuman keras, serta
menurunkan berat badan jika Anda mengalami obesitas.
Jaringan rusak akibat sirosis bisa menyebabkan fungsi hati berhenti jika sudah
memasuki tahapan lanjutan. Pada kondisi ini, satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan adalah
dengan melakukan transplantasi hati.

Pencegahan Sirosis

Pencegahan sirosis yang disebabkan oleh konsumsi minuman keras yang berlebihan
dapat dilakukan dengan membatasi diri dalam mengonsumsi minuman beralkohol. Selain itu,
sirosis bisa disebabkan oleh penyakit hepatitis. Hepatitis A ditularkan melalui makanan dan
minuman, sehingga memastikan kebersihan makanan dan minuman merupakan langkah
pencegahan yang paling tepat. Hepatitis B dan C adalah penyakit menular yang bisa diderita
melalui hubungan seks yang tidak aman atau berbagi jarum suntik di antara sesama pengguna
narkotika suntik. Agar tidak terjangkit hepatitis B dan C, sebaiknya Anda menggunakan
kondom saat berhubungan seks bebas atau tidak berbagi jarum suntik. Vaksinasi juga tersedia
untuk mencegah penyakit hepatitis B, tapi belum tersedia vaksin untuk hepatitis C.

1.3.3 Kanker Hati

Kanker hati adalah kanker yang bermula dari organ hati atau liver. Ada dua klasifikasi
kanker hati berdasarkan lokasi pertumbuhan atau penyebarannya (metastasis), yaitu kanker
hati primer dan sekunder. Kanker hati primer adalah kanker yang berawal di organ hati dan
termasuk jenis kanker yang berpotensi fatal. Kanker hati sekunder bermula dari bagian tubuh
lain kemudian menyebar dan tumbuh di organ hati.
Salah satu jenis kanker hati yang paling umum adalah hepatocellular carcinoma
(HCC)/hepatoma yang merupakan kanker hati primer yang berkembang dari sel hati utama
yang bernama hepatosit. HCC terjadi sekitar 75% dari keseluruhan kanker hati primer.
Kanker ini dapat merupakan komplikasi dari penyakit hepatitis (peradangan pada organ hati)
dan kondisi sirosis (jaringan hati normal digantikan oleh jaringan parut).
Kanker pada hati yang banyak terjadi yaitu Hepatocellular carcinoma(HCC) yang
merupakan komplikasi dari hepatis kronis yang serius terutamakarena virus hepatitis B, C dan
hemochromatosis (Depkes RI,2007).

15
Kanker hati sekunder umumnya dinamakan menurut organ asal lokasi sel kanker awal
berkembang, seperti kanker kolon metastasis, yang bermula di usus besar kemudian
menyebar ke hati. Kanker hati sekunder lebih sering terjadi dibandingkan kanker hati primer.
Selain penyebaran dari kanker di usus besar, kanker hati sekunder juga banyak berasal dari
penyebaran kanker payudara, paru, pankreas, lambung, ovarium, dan kulit (melanoma).

Etiologi

Penyebab dari kanker hati yaitu :


1. Virus Hepatis (HBV dan HCV)
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai dengan nekrosis dan inflamasi pada
sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas.
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B akut adalah penyakit yang
tidak bisa diobati namun bisa dicegah dengan diet dan istirahat. Untuk hepatitis kronik harus
melakukan pengobatan sepanjang tahun. Semakin lama virus hepatitis ini akan tinggal
dhati,dan semakin lama akan berkembang biak. Semakin lama hepatitis ini akan menjadi
serosis hepatis,dan menjadi kanker hati. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2006)
2. Sirosis hepatis
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang disebabkan oleh banyak faktor
ditandai dengan kerusakan sel Parenchim Hati (hepatocyte), terjadi perubahan bentuk Hati
dari lobuler menjadi noduler. Juga terjadi penggantian sel hati dengan jaringan serat (fibrous
tissue).
Pada kondisi normal, hati merupakan sistem filtrasi darah yang menerima darah yang
berasal dari vena mesenterika, lambung, limfe, dan pankreas masuk melalui arteri hepatika
dan vena porta. Darah masuk ke hati melalui triad porta yang terdiri dari cabang vena porta,
arteri hepatika, dan saluran empedu. Kemudian masuk ke dalam ruang sinusoid lobul hati.
Darah yang sudah difilter masuk ke dalam vena sentral kemudian masuk ke vena hepatik
yang lebih besar menuju ke vena cava inferior (Sease et al, 2008).
Pada sirosis, adanya jaringan fibrosis dalam sinusoid mengganggu aliran darah normal
menuju lobul hati menyebabkan hipertensi portal yang dapat berkembang menjadi varises dan
asites. Berkurangnya sel hepatosit normal pada keadaan sirosis menyebabkan berkurangnya
fungsi metabolik dan sintetik hati. Hal tersebut dapat memicu terjadinya kanker hepar dan
koagulopati (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2006)

16
Penyebab paling umum penyakit sirosis adalah kebiasaan meminum alkohol dan
infeksi virus hepatitis C. Sel-sel hati berfungsi mengurai alkohol, tetapi terlalu banyak
alkohol dapat merusak sel-sel hati. Infeksi kronis virus hepatitis C menyebabkan peradangan
jangka panjang dalam hati yang dapat mengakibatkan sirosis. Berdasarkan penelitian, 1 dari 5
penderita hepatitis C kronis dapat berkembang menjadi sirosis.
3. Obesitas
Salah satu fungsi hati adalah untuk metabolism karbohidrat, lemak, protein, vitamin.
Pada kasus obesitas, terjadi peningkatan kolesterol sehingga meningkatkan fungsi kerja hati.
Jika terus menerus dibiarkan maka hati akan mengalami kegagalan, dari gagal hati itulah akan
menjadi kanker hepar/ kanker hati
Suatu penelitian kohort prospektif pada lebih dari 900.000 individu di Amerika
Serikat dengan masa pengamatan selama 16 tahun mendapatkan terjadinya peningkatan
angka mortalitas sebesar lima kali akibat kanker hati pada kelompok individu dengan berat
badan tertinggi (Indeks Massa Tubuh (IMT) : 35-40 Kg/m 2) dibandingkan dengan kelompok
individu yang IMT-nya normal. Seperti diketahui, obesitas merupakan faktor resiko utama
untuk non-alchoholic fatty liver disease (NAFLD), khususnya non alchoholic steatohepatis
(NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian dapat berlanjut menjadi
HCC. (Suzanne C. Smeltser& Brenda G. Bare. 2002)

4. Diabetes mellitus
Telah lama ditengarai bahwa DM merupakan faktor resiko baik untuk penyakit hati
kronik maupun untuk HCC melalui terjadinya perlemakan hati dan steatohepatis non
alkoholik (NASH). Di samping itu, DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin
dan insulin like growth factors (IGFs) yang merupakan faktor promotif potensial untuk
kanker.

5. Alcohol
Meskipun alcohol tidak memiliki kemampuan mutagenic, peminum berat alcohol
(>50-70 g/hari dan berlangsung lama) berisiko untuk menderita HCV melalui sirosis hati
alkoholik.

C. Klasifikasi
1. Kanker Hati Primer

17
Cholangio Carcinoma kanker yang berawal dari saluran empedu
Hepatoblastoma pada umumnya menyerang anak-anak atau anak yang mengalami
pubertas
Angiosarcoma kanker yang jarang terjadi, bermula di pembuluh darah yang ada
pada hati.
Hepatoma (HCC) berawal di hepatosit dan dapat menyebar ke organ yang lain.
Laki- laki dua kali lebih rawan terkena penyakit ini dibandingkan wanita.

2. Kanker Hati Sekunder


Kanker hati sekunder dapat muncul dari kanker hati primer pada organ-organ lain.
Tetapi, pada umumnya bersumber dari perut, pankreas, kolon, dan rektum. (Kapita
Selekta,2001)

Stadium pada kanker hepar :


Stadium Tumor (T) Nodus (N) Metastase (M)
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N0 M0
T3 N1 M0
Stadium IV A T4 Setiap N M0
Stadium IV B Setiap T Setiap N M1

D. Manifestasi klinis

Gangguan nutrisi :penurunan berat badan, kehilangan kekuatan, anoreksia, dan


anemia.

Nyeri abdomen
Nyeri abdomen biasanya terdapat pada kuadran kanan atas.(Suzanne C. Smeltser&
Brenda G. Bare. 2002)
Pembesaran hati yang cepat

18
Pada pemeriksaan fisik, palpasi teraba permukaan hati yang ireguler
Gejala ikterus
Heme diubah menjadi bilirubin tak terkonjugasi, kemudian bilirubin tak
terkonjugasi yang dibawa ke hepar berkaitan dengan albumin. Ambilan protein karier
(Y dan Z) hepatic bilirubin tak terkonjugasi setelah disosiasi dari albumin, konjugasi
bilirubin dengan asam glukuronat untuk menghasilkan bilirubin glukuronida yang
menjadi larut dalam air dapat diekskresi. Ekskresi bilirubin terkonjugasi kedalam
kanalis empedu. Pada penyakit hepatosellular seperti hepatitis, serosis hepatis dapat
mengganggu ekskresi yang terutama menyebabkan hiperbilirubinemia terkonjugasi.
Kemudian pasase bilirubin terkonjugasi ke bawahcabang biliaris, pasien dengan
gangguan pada hati akan mengalami ikterik. Bilirubin (pigmen empedu) adalah hasil
akhir metabolism dan secara fisiologis tidak penting, namun merupakan petunjuk
adanya penyakit hati dan empedu. Biliverdin adalah pigmen kehijauan yang dibentuk
melalui oksidasi bilirubin. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2006)
Acites timbul setelah nodul tersumbat vena porta atau bila jaringan tumor tertanam

dalam rongga peritoneal. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2006)


Urine berwarna gelap dan tinja berwarna pucat
Kanker hati primer berkembang dari sel-sel yang membentuk hati. Kanker hati
dapat tumbuh dan menyebar di luar hati. Ini mungkin tumbuh menjadi saluran
empedu. Jika ini terjadi, empedu tidak bisa mengalir dari hati dan menyebabkan
pigmen kuning empedu untuk dibuang melalui ginjal. Hal ini membuat gelap urin dan
tinja pucat. (Suzanne C. Smeltser& Brenda G. Bare. 2002)

E. Patofisiologi

Kanker hati terjadi akibat kerusakan pada sel sel parenkim hati yang biasa secara
langsung disebabkan oleh primer penyakit hati atau secara tidak langsung oleh obstruksi
aliran empedu atau gangguan sirkulasi hepatik yang menyebabkan disfungsi hati. Sel
parenkim hati akan bereaksi tehadap unsur unsur yang paling toksik melalui penggantian
glikogen dengan lipid sehingga terjadi infiltrasi lemak dengan atau tanpa nekrosis atau
kematian sel. Keadaan ini sering disertai dengan infiltrasi sel radang dan pertumbuhan
jaringan fibrosis. Regenerasi sel dapat terjadi jika proses perjalanan penyakit tidak terlampau
toksik bagi sel sel hati. Sehingga terjadi pengecilan dan fibrosis selanjutnya akan menjadi
kanker hati. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2006)
19
F. Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium:
500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium. Darah lengkap ; SGOT, SGPT,
LDH, CPK, Alkali Fostatase.
AST / SGOT meningkat
ALT / SGPT meningkat
LDH meningkat
Alkali Fostatase meningkat
Albumin menurun

2. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan barium esofagus : Menunjukkan peningkatan tekanan portal.
Foto rongent abdomen : Pada penderita kanker hati akan terlihat perubahan ukuran
hati.
Arteriografi pembuluh darah seliaka : Untuk melihat hati dan pankreas.
Laparoskopi : Melihat perbedaan permukaan hati antara lobus kanan dengan kiri
sehingga jika ada kelainan akan terlihat jelas.
Biopsi hati : Menentukan perubahan anatomis pada jaringan hati
Ultrasonografi : Memperlihatkan ukuran ukuran organ abdomen.

Pengobatan Kanker Hati

Stadium kanker menentukan jenis penanganan apa yang akan diberikan pada
penderita. Jika kanker yang terdiagnosis sudah terlanjur pada kondisi stadium lanjut,
perawatan hanya ditujukan untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan pasien selama
sisa hidupnya. Tapi lain halnya jika kanker bisa terdiagnosis sebelum berkembang lebih
parah, maka kondisi tersebut lebih memungkinkan untuk ditangani.
Setidaknya ada tiga cara dalam mengobati kanker hati. Yang pertama adalah ablasi
frekuensi radio, yaitu penggunaan sebuah perangkat listrik yang khusus digunakan untuk
menghancurkan sel-sel kanker yang ada di organ hati. Kedua adalah operasi reseksi, yaitu
proses pengangkatan bagian-bagian tertentu dari organ hati yang terinfeksi. Yang ketiga

20
adalah transplantasi hati, yaitu mengganti organ hati penderita dengan organ hati dari
pendonor.

Mencegah Kanker Hati dengan Hidup Sehat

Risiko kanker hati dapat dikurangi dengan menghindari risiko terinfeksi hepatitis B dan C
dengan mendapatkan vaksinasi dan melakukan hubungan seksual secara aman. Tidak kalah
penting, terapkan gaya hidup sehat seperti mengatur pola makan dan olahraga teratur agar
tubuh terhindar dari obesitas
Selain itu, hindari konsumsi minuman keras berlebihan dan rokok. Jika Anda ingin
menindik atau menato tubuh, pastikan untuk melakukannya di tempat yang memiliki tingkat
kesterilan yang terjamin.
1.3.4 Perlemakan Hati

Perlemakan hati adalah penumpukan lemak yang berlebihan dalam sel hati. Batasan
penumpukan lemak adalah jika jumlah lemak melebihi 5% dari total berat hati normal atau
jika lebih dari 30% sel hati dalam lobulus hati terdapat penumpukan lemak (WU dan Jau-Shin
2001) Perlemakan hati bervariasi mulai dari perlemakan hati saja (steatosis) dan perlemakan
hati dengan inflamasi (steatohepatitis) (Patel dan Tushar 2001). Banyak orang tidak
menyadari timbulnya perlemakan hati. Hal ini dibuktikan dari hasil pengumpulan survei pada
975 orang di Kota Depok menunjukkan prevalensi perlemakan hati paling tinggi di antara
penyakit tidak menular lainnya. (Balitbangkes 2001). Prevalensi ini lebih tinggi bila
dibandingkan dengan negara lain, seperti Amerika, Canada, Italia maupun Jepang.
Hal yang ditakutkan dari perlemakan hati adalah bila terjadi komplikasi yang berlanjut
menjadi sirosis dan kegagalan fungsi hati (Patel dan Tushar 2001). Hampir sebagian besar
hasil penelitian di luar negeri mendapatkan penyebab perlemakan hati tersebut oleh karena
alkohol, sedangkan di Indonesia alkohol bukan sesuatu hal yang umum di konsumsi
(Lesmana dan A.L 1999), sehingga dengan mengetahui faktor-faktor risiko perlemakan hati
akan memudahkan dalam usaha menurunkan prevalensi perlemakan hati tersebut.
Faktor risiko yang memiliki hubungan dengan perlemakan hati adalah : umur,
hiperlipidemia, diabetes melitus dan kegemukan, sedangkan jenis kelamin, pola konsumsi
makan, aktivitas fisik dan olahraga tidak berhubungan dengan kejadian perlemakan hati.
Faktor yang paling dominan dan berisiko paling tinggi pada kejadian perlemakan hati adalah
kegemukan (Patel dan Tushar 2001). Kontribusi faktor risiko menunjukkan, bila kegemukan

21
dapat dihilangkan pada populasi tersebut maka perlemakan hati akan turun dari 30.6%
menjadi 11.7% (interval kepercayaan 95% 10.3; 13.7) (P Angulo et al. 1999).

Patogenesis
NAFLD (non-alcoholic fatty liver disease) merupakan suatu kondisi medis dari
penyakit hati yang mempunyai spectrum sangat luas, mulai dari perlemakan hati yang bersifat
ringan (steatosis) tanpa adanya bukti kelainan biokimia atau histologi akibat dari peradangan
hati ataupun fibrosis, sampai perlemakan hati yang disertai adanya nekroinflamasi dengan
atau tanpa fibrosis (steatohepatitis) dapat juga berkembang menjadi fibrosis hati yang berat
bahkan sirosis. Sedangkan NASH (Non alcoholic steato hepatitis) adalah merupakan bagian
dari spektrum NAFLD (EKM 2009).
Mekanisme terjadinya NALFD tersebut berdasarkan teori 2 Hits Hypothesis. Hit
pertama adalah terjadinya steatosis (akumulasi lemak intraseluler) yang dipengaruhi oleh
banyak kondisi, sedangkan hit kedua adalah kerusakan sel hati yang disebabkan oleh adanya
radikal bebas akibat peningkatan B-oksidasi pada mitokondria (EKM 2009).
Perlemakan hati disebabkan karena kelebihan jaringan lemak di hati. Secara teoritis
dapat dijelaskan bahwa terdapat sel-sel lemak yang infiltrasi atau masuk ke dalam hati. Hal
ini diduga disebabkan oleh adanya peningkatan pengiriman lemak atau asam lemak dari
makanan ke hati, serta adanya gangguan pengeluaran jenis lemak trigliserida keluar dari sel
hati. Gangguan pengeluaran lemak trigliserida tersebut akan menyebabkan sel-sel lemak
menetap di hati.

Penyebab
Penyakit hepar dapat disebabkan oleh bermacam-macam hal, misalnya infeksi mikro
organisme, gangguan metabolik, penyakit sistemik, alkoholisme, zat-zat kimia hepatotoksik
dan lain-lain (Yerizel,Oenzil, Endrinaldi 1998).
Fatty liver, atau perlemakan hati terjadi karena dua tipe, yang pertama karena
kelebihan asam lemak bebas di dalam darah, sehingga terjadi penumpukan triasilgliserol di
dalam hepar. Hal ini salah satunya terjadi karena pemberian diet tinggi lemak. Tipe yang
kedua adalah adanya penghambat metabolik dalam produksi lipoprotein plasma, yang erat
kaitannya dengan hambatan produksi lipoprotein dalam darah. (Murray et.al 2003).
Kelebihan lemak jenis trigliserida yang melebihi 5% berat hati dapat terjadi pada
peminum alkohol atau bukan pada peminum alkohol yang disebut Non alcoholic fatty liver
Disease (NAFLD). Penyebab pada keadaan non alkoholik ini bisa mencakup banyak hal,

22
seperti obesitas (kegemukan), penyakit kencing manis ( DM tipe II), obat-obatan, kekurangan
gizi dan diet rendah protein, dislipidemia (kelebihan lemak tubuh) , dan faktor lain yang
berkaitan dengan infeksi bakteri/ virus. Keadaan ini dapat terjadi karena :(1) konsumsi
alkohol yang berlebihan yang disebut dengan ASH (Alcoholic Steatohepatitis), atau (2) bukan
karena alkohol yang disebut NASH (Nonalcoholic Steatohepatitis). Fatty liver yang
berhubungan dengan penggunaan alkohol bisa terjadi dengan hanya meminum sebanyak 10oz
(+ 300 ml) alkohol perminggu. Secara umum peningkatan kejadian perlemakan hati
disebabkan karena adanya gangguan metabolisme yang ditandai dengan adanya: kegemukan
(obesitas), resisteninsulin, hiperinsulinemia, diabetes, hipertrigliserida, dan hipertensi. Selain
itu, dapat pula disebabkan oleh Alcohol, Obat-obatan, Gangguan maupun perubahan
hormonal misalnya kehamilan, Metabolic syndrome, Penurunan berat badan yang drastis dan
kekurangan gizi, Gaya hidup modern misalnya banyak makan kalori tinggi yang disertai
dengan aktivitas olahraga yang minim.
NAFLD (non-alcoholic fatty liver disease) merupakan suatu kondisi medis dari
penyakit hati yang mempunyai spectrum sangat luas, mulai dari perlemakan hati yang bersifat
ringan (steatosis) tanpa adanya bukti kelainan biokimia atau histologi akibat dari peradangan
hati ataupun fibrosis, sampai perlemakan hati yang disertai adanya nekroinflamasi dengan
atau tanpa fibrosis (steatohepatitis) dapat juga berkembang menjadi fibrosis hati yang berat
bahkan sirosis. Sedangkan NASH (Non alcoholic steato hepatitis) adalah merupakan bagian
dari spektrum NAFLD (EKM 2009).
Mekanisme terjadinya NALFD tersebut berdasarkan teori 2 Hits Hypothesis. Hit
pertama adalah terjadinya steatosis (akumulasi lemak intraseluler) yang dipengaruhi oleh
banyak kondisi, sedangkan hit kedua adalah kerusakan sel hati yang disebabkan oleh adanya
radikal bebas akibat peningkatan B-oksidasi pada mitokondria (EKM 2009).

Gejala dan Tanda


Sebagain besar pasien dengan perlemakan hati tidak ada tanda atau gejala kelainan
hati yang menonjol, namun beberapa pasien melaporkan adanya rasa kelelahan (fatigue) atau
malaise dan adanya perasaan penuh atau tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Pada
pemeriksaan fisik, sebagian besar hanya diketemukan adanya hepatomegali. Sering
diketemukan peningkatan ringan sampai sedang dari AST, ALT atau keduanya. Pencitraan
hati bisa digunakan untuk diagnosis, evaluasi secara visual jaringan hati (EKM 2009).

23
Pencegahan
Perlemakan hati merupakan penyakit dengan penyebab yang multi faktorial, sehingga
semua faktor risiko perlu di pertimbangkan dalam upaya pencegahan baik primer maupun
sekunder. Faktor risiko tersebut ada yang dapat di modifikasi, seperti hiper lipidemia,
obesitas, diabetes melitus, diet lemak tinggi, aktifitas dan olahraga. Ada juga faktor risiko
yang tidak bisa di modifikasi, seperti : usia, jenis kelamin (Machmud 2000).
Dari langkah-langkah yang dapat di modifikasi tersebut kemudian di lihat faktor yang
paling memberikan kontribusi terbesar dalam meningkatnya prevalensi perlemakan hati
adalah kegemukan. Dengan melakukan kontrol terhadap kegemukan maka kita juga telah
melakukan kontrol terhadap faktor risiko lainnya. Penanganan kegemukan artinya kita juga
melakukan penanganan terhadap perbaikan pola diet, memperbaiki gaya hidup serta aktivitas
olahraga, dampaknya tentu akan memperbaiki kadar lipid dalam darah (Machmud 2000).
Upaya-upaya dalam penanggulangan dan pencegahan perlemakan hati diharapkan
juga akan berdampak pada penurunan prevalensi penyakit kronis lainya. Dalam usaha
mencegah kegemukan maka hal yang dilakukan adalah dengan perbaikan pola konsumsi
pangan yang berimbang (Muchtadi dan Deddy 1996)
Pada hakekatnya masalah kegemukan merupakan masalah perilaku. Dan memang
perilaku merupakan pengaruh yang paling besar dalam mempengaruhi kesehatan. Dengan
demikian, upaya untuk mengoreksi masalah gizi tersebut dilakukan dengan pendekatan
pemberian informasi tentang perilaku gizi yang baik dan benar.
Departemen Kesehatan RI telah menyusun pedoman umum gizi seimbang dalam buku
Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Ada 13 pesan dasar gizi seimbang tersebut dapat
digunakan untuk memperbaiki pola konsumsi pangan masyarakat. Langkah-langkah dalam
panduan tersebut dapat digunakan untuk penanganan terhadap kegemukan. Isinya adalah
sebagai berikut (Kodyat dan A Benny 1996) :

Makanlah aneka ragam makanan.


Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Sebab kekurangan atau kelangkaan zat gizi tertentu, pada satu jenis makanan akan di
lengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan lain. Jadi, masing-masing makanan dalam
susunan aneka ragam menu seimbang akan menjamin terpenuhinya kecukupan
sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan seseorang.
Keaneka ragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang ideal dikonsumsi adalah

24
jika setiap kali makan siang dan malam, hidangan tersebut terdiri dari empat
kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah).

Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.


Konsumsi energi yang melebihi kecukupan dapat mengakibatkan kenaikan
berat badan. Energi yang berlebih di simpan sebagai cadangan dalam tubuh berbentuk
lemak. Bila keadaan tersebut berlanjut maka akan menimbulkan kegemukan, yang
akan berdampak pada timbulnya berbagai penyakit tidak menular seperti jantung,
diabetes, perlemakan hati dan sebagainya.
Untuk mengetahui jumlah kecukupan energi, pertama ditentukan berat badan
yang di miliki seseorang termasuk kategori apa berat badannya, dengan cara
menghitung; berat badan yang dimiliki di bagi dengan kuadrat tinggi badan. Kriteria
index masa tubuh:
a. Kurus, bila nilai IMT <18.5
b. Normal, bila nilai IMT 18.5 25.0
c. Gemuk, bila nilai IMT >25.0
Bila telah diketahui kategorinya kemudian di hitung kebutuhan kalori yang
paling mudah dengan pegangan kasar adalah untuk orang yang berat badan kurus
2300 2500 kalori, berat badan normal 1700 2100 kalori dan gemuk 1300 1500
kalori. Besarnya kalori ini disesuaikan dengan aktifitas yang dilakukan jika
melakukan kerja lebih berat di ambil nilai kalori yang terbesar.

Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.


Terdapat dua kelompok karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan
karbohidrat sederhana. Karbohidrat kompleks adalah padi-padian, umbi-umbian dan
makanan lainnya seperti tepung, sagu dan pisang. Makanan tersebut mengandung zat
gizi selain karbohidrat. Proses pencernaan dan penyerapan berlangsung lebih lama
dari karbohidrat sederhana. Makanan ini akan memberikan rasa kenyang tidak cepat
lapar. Sedangkan gula, sirup, selai merupakan karbohidrat sederhana, tidak
mengandung zat gizi lainnya. Proses dalam tubuh cepat dan menimbulkan rasa lapar
yang lebih cepat. Di anjurkan agar membatasi untuk konsumsi karbohidrat sederhana
ini hanya 34 sendok makan sehari, dengan 3-4 sendok makan gula pasir ini akan
memberikan tambahan kalori sebesar 100 kalori, sehingga pemakaian gula yang

25
berlebihan dapat menambah kalori dan berdampak kepada kegemukan. Dan
membatasi makanan karbohidrat komplek jangan lebih dari total makanan yang di
konsumsi. Bila lebih dari setengahnya maka timbul kondisi kekenyangan, sehingga
akan mengurangi konsumsi lauk-pauk sayuran dan buah-buahan. Contoh, bila
kebutuhan orang dengan berat badan normal adalah 2000 kalori dalam sehari maka
bahan penukar untuk karbohidrat dapat tercukupi melalui 2 iris roti pada pagi hari, 1
gelas nasi pada siang hari dan 1 gelas pada malam hari. Jangan melebihi porsi
tersebut.

Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
Makanan yang ada, jangan terlampau banyak di goreng. Adapun komposisi
yang di anjurkan dua bagian makanan yang mengandung sumber lemak nabati dan
satu bagian di konsumsi sumber lemak hewani. Tidak mengkonsumsi telur, daging
lebih dari tiga kali dalam seminggu. Contoh, bila kebutuhan kalori seseorang dengan
berat badan normal adalah 2000 kalori dalam satu hari, maka konsumsi lemak yang di
makan 25% dari 2000 kalori yaitu sekitar 500 kalori. Jumlah kalori yang berasal dari
lemak ini bisa didapatkan dari 1 potong sedang ikan segar / daging / ayam
dikombinasikan dengan 2 potong sedang tempe / tahu, minyak sendok makan dalam
dua kali makan perhari. Untuk bahan makanan penukar yang lainnya dapat di lihat
pada buku bahan penukar makanan.

Gunakan garam beryodium.


Gunakanlah garam yang mengandung yodium yang terdapat pada lebel
bungkus garam.

Makanlah sumber energi zat besi.


Anemia gizi besi masih banyak di derita oleh penduduk Indonesia terutama
pada wanita hamil, wanita menyusui, anak balita, anak usia sekolah, buruh dan tenaga
kerja berpenghasilan rendah. Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani,
kacang-kacangan dan sayuran berwarna hijau tua.

Berikan ASI saja kepada bayi sampai berumur 4 bulan.

26
Air Susu Ibu adalah yang terbaik untuk bayi. Hindari pemberian makanan
tambahan pada bayi sebelum usia empat bulan. Ini juga akan mencegah kemungkinan
risiko timbulnya kegemukan pada usia dewasa. Penelitian menunjukkan bayi yang
tidak mendapatkan ASI pada waktu bayi mempunyai risiko lebih besar untuk
menderita kegemukan di kemudian hari.

Upaya lainnya yang dapat dilakukan sebagai pencegahan perlemakan hati sama dengan
upaya pencegahan gangguan lemak dalam darah yaitu dapat dilakukan melalui penyuluhan
tentang gaya hidup sehat, meliputi :
a) Pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang dengan meningkatkan konsumsi
sayuran dan buah sebagai sumber serat. Dan membatasi konsumsi makanan tinggi
lemak dan karbohidrat sederhana.
b) Kegiatan jasmani yang cukup sesuai umur dan kemampuan. Adapun frekuensi yang
disarankan dalam melakukan olahraga adalah minimal tiga kali seminggu dan
maksimal lima kali seminggu. Untuk mengetahui Intensitas dari latihan yang
dilakukan denyut nadi sewaktu latihan dapat dijadikan patokan. Besarnya denyut nadi
sewaktu latihan ini harus sesuai dengan denyut nadi dalam zona latihan menurut KH
Cooper.
c) Mempertahankan berat badan normal, dengan batasan melalui index masa tubuh.
d) Tidak merokok.

1.3.5 Kolestasis dan Jaundice


1. Kolestasis
a. Defenisi Kolestasis

Kolestasis berasal dari bahasa Yunani, KOLE artinya empedu dan STASIS artinya
tetap di tempat. Secara definisi, kolestasis diartikan sebagai kondisi di mana aliran empedu
terhambat.

27
Dalam keadaan normal, cairan empedu yang dihasilkan oleh sel hati akan dialirkan
masuk ke dalam kantong empedu. Di dalam kantong ini cairan empedu ditampung untuk
sementara waktu. Jika ada makanan di dalam usus, kantong empedu akan memompa cairan
empedu yang ada di dalamnya. Cairan kemudian akan mengalir lewat saluran empedu dan
masuk ke dalam usus halus. Di usus halus, cairan empedu membantu pencernaan lemak.
Selain itu, cairan empedu juga berfungsi memberi warna pada tinja sehingga tampak
kekuningan atau kecoklatan.

b. Penyebab

Kolestasis terjadi jika aliran cairan empedu mengalami hambatan di titik mana saja,
mulai dari tempat produksi di hati sampai ketika akan masuk ke usus halus.Ada banyak
kondisi yang bisa menjadi penyebab hambatan aliran cairan empedu, antara lain adalah:

Penyakit hati, contohnya hepatitis, sirosis, atau kanker hati; Penyakit lain seperti penyempitan
saluran empedu (atresia biliaris), batu empedu, kanker saluran empedu, kanker pankreas,
peradangan pankreas (pankreatitis), dan lain-lain; Obat-obatan tertentu.

c. Gejala

Terhambatnya aliran empedu akan menyebabkan cairan empedu, yang terdiri dari
terdiri dari garam empedu, pigmen empedu (bilirubin) serta lemak, menumpuk dalam darah.
Akibatnya timbul berbagai macam gejala.Kadar pigmen empedu (bilirubin) yang tinggi di
dalam darah akan menyebabkan gejala kuning pada kulit atau mata. Selain itu, pigmen
tersebut akan membuat warna urin menjadi seperti teh pekat dan membuat kulit gatal-gatal.

Di lain pihak, karena cairan empedu tidak masuk ke usus, maka warna tinja menjadi
lebih pucat dan tinja banyak mengandung lemak. Keadaan ini disebut steatorrhea ditandai
dengan bau tinja yang sangat busuk. Penyerapan vitamin D dan kalsium ikut terganggu.
Akibatnya tulang menjadi rapuh. Gangguan penyerapan vitamin K dapat menyebabkan
kecenderungan perdarahan. Selain gejala utama di atas, seringkali ditemukan gejala penyerta
seperti mual, muntah, hilang napsu makan, nyeri perut, dan demam.

d. Pengobatan

Pengobatan utama kolestasis tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika


karena batu empedu, maka batu tersebut diangkat melalui operasi. Jika karena saluran sempit
atau buntu, dilakukan pembukaan saluran, juga dengan operasi. Jika karena obat-obatan

28
tertentu, maka penggunaan obat-obatan tersebut harus dihentikan. Jika karena hati mengalami
kerusakan hebat sehingga tidak berfungsi lagi, dapat dipertimbangkan operasi pencangkokan
hati. Keberhasilan pengobatan tergantung pada sulit tidaknya penyebab kolestasis diobati atau
diatasi.

Pengobatan pendukung kolestasis antara lain adalah pemberian kolestiramin. Obat ini
berfungsi untuk mengurangi rasa gatal. Kadang-kadang diberikan juga suplemen vitamin D,
K, atau kalsium. Selain itu, untuk mengurangi lemak di dalam usus, penderita tidak boleh
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak.

2. Jaundice

a. Definisi Jaundice
Jaundice berasal dari bahasa Perancis, dari kata jaune yang berarti kuning. Sakit kuning
(jaundice) yang juga dikenal dengan ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau
jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin
yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah 1.

b. Patofisiolgi

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Keadaan yang
sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit,
polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi
hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah
apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi
mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak
apabila bilirubin tadi dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut mungkin
akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.

29
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudak melewati darah otak apabila bayi
terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, hipoksia, dan hipolikemia.

c. Tanda dan Gejala


Kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga (pada bayi dengan bilirubin
indirek).
Pasien tampak lemah
Nafsu makan berkurang
Petekie (bintik merah di kulit)
Perbesaran lien dan hepar
Feses seperti dempul
Dehidrasi
Diare

d. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala. Secara klinis hiperbilirubinemia terlihat
sebagai gejala kuning atau ikterus, yaitu pigmentasi kuning pada kulit dan sklera. Ikterus
biasanya baru dapat dilihat kalau kadar bilrubin serum melebihi 34 hingga 43 mol/L (2,0
hingga 2,5 mg/dL), atau sekitar dua kali batas atas kisaran normal; namun demikian, gejala
ini dapat terdeteksi dengan kadar bilirubin yang lebih rendah pada pasien yang kulitnya putih
dan yang menderita anemia berat. Sebaliknya, gejala ikterus sering tidak terlihat jelas pada
orang-orang yang kulitnya gelap atau yang menderita edema. Jaringan sklera kaya dengan
elastin yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap bilirubin, sehingga ikterus pada sklera
biasanya merupakan tanda yang lebih sensitif untuk menunjukkan hiperbilirubinemia
daripada ikterus yang menyeluruh. Tanda dini yang serupa untuk hiperbilirubinemia adalah
warna urin yang gelap, yang terjadi akibat ekskresi bilirubin lewat ginjal dalam bentuk
bilirubin glukuronid. Pada ikterus yang mencolok, kulit dapat berwarna kehijauan karena
oksidasi sebagian bilirubin yang beredar menjadi biliverdin. Efek ini sering terlihat pada
kondisi dengan hiperbilirubinemia terkonjugasi berlangsung lama tau berat seperti sirosis.
Gejala lain dapat muncul tergantung pada penyebabnya, misalnya:

30
peradangan hati (hepatitis) bisa menyebabkan hilangnya nafsu makan, mual
muntah, dan demam
penyumbatan empedu bisa menyebabkan gejala kolestasis

Penilaian jaundice yang dilakukan pada bayi baru lahir, berbarengan dengan
pemantauan tanda-tanda vital (detak jantung, pernapasan, suhu) bayi, minimal setiap 8-12
jam. Salah satu tanda jaundice adalah tidak segera kembalinya warna kulit setelah penekanan
dengan jari. Cara menilai jaundice membutuhkan cahaya yang cukup, misalnya dengan kadar
terang siang hari atau dengan cahaya fluorescent. Jika ditemukan tanda jaundice pada 24 jam
pertama setelah lahir, pemeriksaan kadar bilirubin harus dilakukan. Pemeriksaan kadar
bilirubin dapat dilakukan melalui kulit (TcB: Transcutaneus Bilirubin) , (TSB: Total Serum
Bilirubin) dan penilaian faktor resiko. Kadar bilirubin yang diperoleh dari pemeriksaan ini
dapat menggambarkan besar kecilnya risiko yang dihadapi si bayi.

Faktor risiko mayor 5

TSB atau TcB di high-risk zone


Jaundice dalam 24 jam pertama
Ketidakcocokan golongan darah atau rhesus
Penyakit hemolisis (penghancuran sel darah merah), misal: defisiensi G6PD yang dibutuhkan
sel darah merah untuk dapat berfungsi normal
Usia gestasi 35-36 minggu
Riwayat terapi cahaya pada saudara kandung
Memar yang cukup berat berhubungan dengan proses kelahiran, misal: pada kelahiran yang
dibantu vakum
Pemberian ASI eksklusif yang tidak efektif sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi,
ditandai dengan penurunan berat badan yang berlebihan
Ras Asia Timur, misal: Jepang, Korea, Cina
Faktor risiko minor 5

TSB atau TcB di high intermediate-risk zone


Usia gestasi 37-38 minggu
Jaundice tampak sebelum meninggalkan RS/RB

31
Riwayat jaundice pada saudara sekandung
Bayi besar dari ibu yang diabetik
Usia ibu 25 tahun
Bayi laki-laki

e. Pengobatan Jaundice

Esensi

Pengobatan penyakit kuning adalah untuk memastikan untuk menghilangkan akar


penyebab pembentukannya.Mengingat pasien ini diresepkan untuk mengambil
kursus terapi obat, yang tujuannya adalah untuk menghancurkan sisa-sisa bilirubin
dalam plasma. Sangat sering, untuk menghilangkan patologi melibatkan fototerapi.
Alasannya adalah bahwa bilirubin sempurna terurai di bawah pengaruh sinar
UV.Penyakit kuning adalah anak yang baru lahir tidak diobati dengan obat-
obatan.Biasanya, pemulihan kesehatan hati terjadi pada anak-anak tanpa gangguan,
dan bentuk fisiologis patologi menghilang tanpa jejak.

Phototherapy
Tetapan nutrisi yang tepat penting.Diet harus karakter lembut dan lembut.Hal ini
diinginkan untuk mengisi tubuh Anda dengan produk susu dengan nol persen
lemak, masakan sayuran, daging tanpa lemak dan ikan.Anda tidak dapat
menggunakan pada saat sayuran penyakit, sebagai bagian dari yang ada serat kasar
kasar.

f. Pencegahan Jaundice

Tidak semua saran pencegahan penyakit kuning bisa dijabarkan secara spesifik
mengingat banyak sekali penyebabnya. Namun beberapa contoh yang mungkin bisa
diterapkan adalah dengan:

Melakukan vaksinasi hepatitis A dan B.

32
Menghindari penggunaan jarum suntik secara sembarangan. Selalu menggunakan
kondom saat berhubungan seksual agar tidak tertular hepatitis B, dan terutama
hepatitis C yang belum ada vaksinnya.

Menjaga berat badan tetap pada batasan yang sehat.

Membatasi konsumsi minuman beralkohol karena zat ini bisa menyebabkan sirosis
dan pankreatitis.

Membawa obat-obatan pereda malaria jika ingin melakukan perjalanan ke daerah


yang rawan kondisi tersebut.

Selalu mengonsumsi makanan atau air minum yang bersih agar terhindar dari hepatitis
A.

Menghindari paparan zat kimia yang dapat menyebabkan kerusakan pada hati.

Tidak merokok.

Tidak mengonsumsi obat secara sembarangan agar terhindar dari kerusakan hati.

Menjaga kadar kolesterol dalam tubuh agar tetap dalam batas normal.

1.3.6 Hemocromatosis
a. Defenisi Hemocromatosis

Hemokromatosis adalah gangguan genetik dimana tubuh menyerap terlalu banyak zat
besi dari makanan yang meneybabkan tubuh kita mengalami kelebihan zat besi . Kelebihan
zat besi ini kemudian disimpan dalam berbagai organ, terutama hati. Kelebihan zat besi juga
dapat disimpan dalam pankreas, hati, testis / ovarium, kulit dan sendi. Tindakan utama dalam
mengatasi Hemokromatosis adalah penghapusan rutin darah, hal tersebut dilakukan untuk
mengurangi kelebihan zat besi dari tubuh. Jika gejala Hemokromatosis dapat dideteksi sejak
awal dan pengobatan segera diberikan maka maka kemungkinan untuk sembuh masih terbuka
lebar.

33
b. Penyebab Hemokromatosis (Kelebihan Zat Besi)
Penyebab terjadinya Hemokromatosis ialah karena adanya gangguan atau kesalahan
dalam gen tertentu, yang dikenal sebagai HFE pada kromosom 6., dimana gen tersebut
diwariskan oleh orang tua. Gen yang rusak ini memungkinkan tubuh penderita untuk
menyerap kelebihan jumlah zat besi dari makanan. Gen HFE memiliki sifat resesif, itu
artinnya bahwa hemokromatosis hanya akan terjadi jika kedua gen yang berasal dari orang
tua kita sama sama memiiki gen abnormal HFE. Jika hanya salah satu dari keduanya yang
rusak maka anak keturunan dari gen HFE akan tetap normal, akan tetapi gen tersebut tetap
membawa sifat gen HFE yang tidak normal.

c. Gejala Hemokromatosis (Kelebihan Zat Besi)


Gejala penyakit Hemokromatosis biasanya akan timbul pada kisaran usia 30 dan 50
tahun. Gejala pertama biasanya akan terlihat jelas dan mungkin termasuk merasa lemah dan
lelah, nyeri pada sendi dan nyeri pada perut Ketika hemokromatosis terus berlangsung, gejala
yang lebih spesifik akan semakin terlihat,beberapa gejala diantaranya termasuk diabetes,
peningkatan volume hati, sirosis hati, penyakit otot jantung (kardiomiopati) dan masalah
persendian, terutama buku jari dan dua sendi pertama pada jari.

Jika hemokromatosis terus berkembang, hal tersebut dapat menyebabkan hilangnya


hasrat seksual dan berkurangnya bulub bulu pada tubuh.Penderita pria biasanya juga akan
mengalami impotensi, sementara penderita wanita mungkin akan mengalami gangguan
menstruasi seperti berhentinya menstruasi. Beberapa gangguan lain juga bisa terjadi, seperti
gangguan memori, depresi, dan mudah tersinggung.

d. Perawatan dan Pengobatan Hemokromatosis (Kelebihan Zat Besi)


Perawatan dan pengobatan dalam mengatasi penyakit Hemokromatosis biasanya
adalah flebotomi dan terapi khelasi. Flebotomi merupakan prosedur penghapusan darah yang
kaya akan zat besi dari dalam tubuh. Jumlah darah yang diambil hanya sekitar 500ml.
Terdapat dua tahapan dalam flebotomi, yaitu tahap induksi dan tahap pemeliharaan. Tahap
induksi merupakan tahapan dimana penghapusan darah dilakukan lebih sering, sampai kadar
zat besi kembali normal. Prosedur bisa dilakukan seminggu sekali dan bisa memakan waktu
satu tahu. Sementara pada tahap perawatan prosedur sudah mulai jarang dilakukan, hal itu
biasanya 2-4 bulanuntuk menjaga kadar zat besi tetap normal.

Sementara itu, terapi khelasi merupakan pengobatan yang digunakan dalam


pengobatan konvensional untuk menghilangkan logam berat (termasuk zat besi) dari darah.

34
Hal ini dilakukan jika pasien berada dalam kondisi di mana ia tidak dapat diobati dengan
proses mengeluarkan darah untuk alasan medis, misalnya pasien memiliki penyakit jantung.
Dalan terapi khelasi pasien akan diberikan obat untuk membantu menghilangkan zat besi dari
darah. Salah satu obat yang biasanya diberikan adalah Deferasirox.

Ada beberapa makanan yang harus diperhatikan bagi penderita Hemokromatosis.


Dengan menghindari atau mengurangi beberapa makanan tersebut akan membantu dalam
mengurangngi Hemokromatosis. Beberapa makanan tersebut meliputi suplemen vitamin atau
tonik yang mengandung zat besi dan vitamin C karena dapat meningkatkan jumlah zat besi
dalam tubuh. Secara lebih spesifik anda mungkin perlu menghindari makanan seperti hati,
daging merah, teh, susu, dan minuman beralkohol, semua jenis makanan tersebut berpengaruh
terhadap peningkatan zat besi.

1.3.7 Abses hati


Abses hati disebabkan oleh infeksi bakteri atau amuba. Abses hati berkembang
dengan baik dan cepat sehingga menimbulkan gejala demam danmenggigil (Depkes RI,
2007).

a. Etiologi dan Patogenesis


Abses hati terbagi 2 secara umum, yaitu
Abses hati amebic (AHA)

AHA merupakan salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal, paling sering terjadi
di daerah tropis/subtropik. AHA lebih sering terjadi endemic di negara berkembang dibanding
AHP. AHA terutama disebabkan oleh E. Histolytica.
a) Salmonella Thypi
b) Entamoeba Hystolytica
c) Streptokokus
d) Escherichia Coli
Pada amebiasis hati penyebab utamanya adalah entamoeba hystolitica. Hanya
sebagian kecil individu yang terinfeksi E.hystolitica yang memberi gejala amebiasis invasif,
sehingga ada dugaan ada 2 jenis E.hystolitica yaitu strain patogen dan non patogen.
Bervariasinya virulensi berbagai strain E.hystolitica ini berbeda berdasarkan kemampuannya
menimbulkan lesi pada hati.
Patogenesis amebiasis hati belum dapat diketahi secara pasti. Ada beberapa
mekanisme yang telah dikemukakan antara lain faktor virulensi parasit yang menghasilkan
toksin, ketidakseimbangan nutrisi, faktor resistensi parasit, imunodepresi pejamu, berubah-
ubahnya antigen permukaan dan penurunan imunitas cell-mediated.

35
Secara singkat dapat dikemukakan 2 mekanisme :
a) Strain E.hystolitica ada yang patogen dan non patogen.
b) Secara genetik E.hystolitica dapat menyebabkan invasi tetapi tergantung pada
interaksi yang kompleks antara parasit dengan lingkungan saluran cerna terutama pada
flora bakteri.
Mekanisme terjadinya amebiasis hati :
a. Penempelan E.hystolitica pada mukus usus.
b. Pengerusakan sawar intestinal.
c. Lisis sel epitel intestinal serta sel radang. Terjadinya supresi respons imun cell-
mediated yand disebabkan enzim atau toksin parasit, juga dapat karena
penyakit tuberkulosis, malnutrisi, keganasan dll.
d. Penyebaran ameba ke hati. Penyebaran ameba dari usus ke hati sebagian besar
melalui vena porta. Terjadi fokus akumulasi neutrofil periportal yang disertai
nekrosis dan infiltrasi granulomatosa. Lesi membesar, bersatu dan granuloma
diganti dengan jaringan nekrotik. Bagian nekrotik ini dikelilingi kapsul tipis
seperti jaringan fibrosa. Amebiasis hati ini dapat terjadi berbulan atau tahun
setelah terjadinya amebiasis intestinal dan sekitar 50% amebiasis hati terjadi
tanpa didahului riwayat disentri amebiasis

Abses hati piogenik (AHP/ Hepatic Abcess, Bacterial Liver Abcess)

AHP tersebar di seluruh dunia, dan terbanyak di daerah tropis dengan sanitasi kurang.
Etiologi AHP adalah enterobacteriaceae, microaerophilic streptococci, anaerobic streptococci,
klebsiella pneumonia, bacteroides, fusobacterium, S. aureus, S. milleri, candida albicans,
aspergillus, actinomyces, eikenella corrodens, yersinia enterolitica, S. typhi, brucella
militensis, dan fungal.Pada era pre-antibiotik, AHP terjadi akibat komplikasi apendisitis
bersamaan dengan fileflebitis. Bakteri patogen melalui a. hepatica atau sirkulasi vena portal
masuk ke dalam hati, sehingga terjadi bakterimia sistemik, atau menyebabkan komplikasi
infeksi intraabdominal (diverticulitis, peritonitis, dan infeksi post operasi).
Sedangkan saat era antibiotik, terjadi peningkatan insidensi AHP akibat komplikasi
dari sistem biliaris (kolangitis, kolesistitis). Hal ini karena makin tinggi angka harapan hidup
dan makin banyak pula orang lanjut usia dikenai penyakit sistem biliaris ini. AHP juga bisa
akibat trauma, luka tusuk / tumpul, dan kriptogenik.
Abses hati piogenik dapat terjadi melalui infeksi yang berasal dari :
a. Vena porta yaitu infeksi pelvis atau gastrointestinal, bisa menyebabkan pielflebitis
porta atau emboli septik.

36
b. Saluran empedu merupakan sumber infeksi yang tersering. Kolangitis septik dapat
menyebabkan penyumbatan saluran empedu seperti juga batu empedu, kanker,
striktura saluran empedu ataupun anomali saluran empedu kongenital.
c. Infeksi langsung seperti luka penetrasi, fokus septik berdekatan seperti abses
perinefrik, kecelakaan lau lintas
d. Septisemia atau bakterimia akibat infeksi di tempat lain.
e. Kriptogenik tanpa faktor predisposisi yang jelas, terutama pada organ lanjut usia.

b. Patofisiologi
Akibat masuknya bakteri atau amoeba ke hepar, menyebabkan jaringan yang sehat
menjadi rusak dan menimbulkan reaksi radang karena adanya kerusakan jaringan dan radang
yang berlangsung lama menyebabkan jaringan hepar menjadi nekrosis.Hati tampak
membengkak dan daerah yang abses menjadi pucat kekuningan, berbeda dengan hati sehat
yang berwarna merah tua.Sel hepar yang jauh dari fokus infeksi juga mengalami sedikit
perubahan meskipun tidak ditemukan amoeba.Abses tersebut dikelilingi oleh jaringan ikat
yang membatasi perusakan lebih jauh kecuali bila ada infeksi tambahan.

Penjelasan
a. Amuba yang masuk menyebabkan peradangan hepar sehingga mengakibatkan
infeksi
b. Kerusakan jaringan hepar menimbulkan perasaan nyeri
c. Infeksi pada hepar menimbulkan rasa nyeri sehingga mengalami gangguan tidur
atas pola tidur.
d. Abses menyebabkan metabolisme dihati menurun sehingga menimbulkan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
e. Metabolisme nutrisi di hati menurun menyebabkan produksi energi menurun
sehingga dapat terjadi intoleransi aktifitas fisikManifestasi klinis

a) Manifestasi Klinis
a. Demam/panas tinggi merupakan keluhan yang paling utama,
b. Nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, seperti ditusuk atau di tekan, rasa
sakit akan berubah saat berubah posisi dan batuk
c. Batuk sebagai gejala iritasi diafragma
d. Rasa mual dan muntah,

37
e. Berkurangnya nafsu makan (anoreksia),
f. Penurunan berat badan yang unintentional.
g. Sindrom klinis klisik berupa nyeri spontan perut kanan atas, yang ditandai
dengan jalan membungkuk kedepan dengan kedua tangan diletakan di atasnya.
( Herrero, M., 2005
h. Terkadang mengeluh nyeri di dada kanan
i. Urin berwarna gelap

d. Pemeriksaan Penunjang
a) Pada pemeriksaan laboratorium yang di periksa adalah darah rutin termasuk
kadar Hb darah, jumlah leukosit darah, kecepatan endap darah dan percobaan
fungsi hati, termasuk kadar bilirubin total, total protein dan kadar albumin dan
glubulim dalam darah. (KanalE.P.etal,2003)
b) Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan leukositosis yang tinggi dengan
pergeseran ke kiri, anemia,
c) Peningkatan laju endap darah, peningkatan alkalin fosfatase, peningkatan
enzim transaminase dan serum bilirubin, berkurangnya kadar albumin serum
dan waktu protrombin yang memanjang menunjukan bahwa terdapat
kegagalan fungsi hati yang disebabkan AHP. (Dalinka, M. K. et al, 2007).
d) Foto dada yaitu untuk didapatkan peninggian kubah diafragma kanan,
berkurangnya gerak diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
e) Foto polos abdomen yaitu untuk Kelainan dapat berupa gambaran ileus,
hepatomegali atau gambaran udara bebas di atas hati.
f) Ultrasonografi yaitu untuk Mendeteksi apakah ada kelainan traktus bilier dan
diafragma.
g) Tomografi kompeter yaitu untuk Melihat kelainan di daerah posterior dan
superior, tetapi tidak dapat melihat integritas diafragma.
h) Pemeriksaan serologi yaitu untuk Menunjukan sensitifitas yang tinggi terhadap

Pengobatan Abses Hati

Pengobatan abses hati piogenik biasanya meliputi aspirasi cairan abses dengan
menggunakan jarum khusus. Tindakan operasi diperlukan bila abses terlalu besar atau telah
timbul perforasi. Selain itu, juga akan diberikan antibiotik untuk sekitar 4 6 minggu.

38
Terkadang, antibiotik saja dapat menyembuhkan infeksi. Untuk abses hati amebik,
pengobatan pada umumnya dengan antibiotik seperti metronidazole atau tinidazol. Selain itu,
pengobatan dengan paromomycin atau diloxanide juga dianjurkan untuk eradikasi amuba
dalam usus, sehingga mencegah penyakit datang kembali.

1. 4 Mekanisme Obat Menginduksi Penyakit Hati


Kerusakan sel hati selain disebabkan karena virus, juga dapat disebabkan oleh obat-
obatan yaitu penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama atau juga peminum alkohol.
Menurut PerMenkes 917/Menkes/Per/x/1993, obat adalah bahan tunggal atau bahan
campuran yang siap digunakan untuk mempengaruhi secara fisiologi atau keadaan patologi
dalam penentapan diagnosa, pencegahan, pemulihan, peningkatan kesehatan manusia ataupun
hewan. Obat adalah benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan
gejala atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh. Obat sangatlah penting peranannya
dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan berbagai macam penyakit
tidak dapat dilepaskan dari perlakuan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Obat dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati dengan berbagai cara. Sebagian dengan langsung
merusak hati, lainnya diubah oleh hati menjadi bahan kimia yang dapat berbahaya bagi hati.
Ada 3 jenis penyebab hepatotoksik yaitu :
1). Hepatotoksik tergantung dosis
Hepatotoksisitas ini terjadi karena pemberian obat dengan dosis yang terlalu tinggi.
Overdosis acetaminophen (tylenol) merupakan contoh kasus hepatotoksik tergantung dosis
(Lee, 2012).

2). Toksisitas idiosinkratik


Toksisitas idiosinkratik ditemukan pada seseorang yang mewarisi gen spesifik yang
dapat mengontrol perubahan senyawa kimia obat tertentu dan dapat mengakibatkan
akumulasi obat yang menimbulkan bahaya bagi hati (Lee, 2012).

3). Alergi obat


Alergi obat dapat menyebabkan hepatotoksisitas dengan mekanisme hati mengalami
peradangan ketika terjadi reaksi antigen-antibodi antara sel imun tubuh terhadap obat (Lee,
2012).
Mekanisme kerusakan hati yang disebabkan oleh obat dapat terjadi karena:

39
1). Stimulasi autoimun
Cedera autoimun melibatkan antibodi yang disebabkan zat sitotoksik atau
toksik. Jenis cedera terjadi ketika enzyme obat bermigrasi ke permukaan sel dalam
bentuk neoantigens. Neoantigens ini berfungsi sebagai target oleh T cells. Cedera
dapat diperburuk oleh adanya sel-sel inflamasi. Halotan, sulfamethoxazole,
carbamazepine, dan nevirapine adalah obat berhubungan dengan cedera autoimun.
Beberapa contoh obat dengan mekanisme menciderai autoimun yang dapat
menyebabkan penyakit hepatitis adalah dantrolene, isoniazid, fenitoin, nitrofurantoin,
dan trazodone. Penyakit progresif ini dapat menyebabkan tingkat kematian yang
tinggi dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki (Dipiro, 2007).

2). Reaksi idiosinkratik


Reaksi hepatotoksisitas terbagi menjadi dua, yaitu reaksi intrinsik dan reaksi
idiosinkratik. Reaksi intrinsik ini biasanya berhubungan dengan dosis dan memiliki
periode laten yang singkat (<1 bulan). Minocycline, nitrofurantoin, dan fenitoin dapat
menyebabkan reaksi intrinsik (Dipiro,2007). Berbeda dengan reaksi intrinsik yang
bersifat alergi, reaksi idiosinkratik adalah tanpa gejala hipersensitivitas dan biasanya
memiliki periode laten yang lama (beberapa bulan). Reaksi idiosinkratik ditandai
dengan demam, ruam, dan eosinofilia. Toksisitasnya tidak bergantung dosis dan jika
dicobakan terhadap hewan uji tidak berulang kejadiannya (Dipiro, 2007).

3). Gangguan kalsium homeostasis dan cedera sel membran


Hepatotoksisitas akibat gangguan kalsium homeostasis menyebabkan
masuknya kalsium intraseluler yang kemudian terjadi penurunan kadar adenosin
trifosfat dan gangguan dari perakitan aktin urat saraf. Dampak yang dihasilkan pada
sel adalah pecah dan lisisnya dinding sel. Lovastatin, venlafaxine, dan phalloidin
yang merupakan komponen aktif dalam merusak homeostasis kalsium (Dipiro,
2007).

4). Aktivasi metabolik dari enzim Sitokrom P450


Cedera hepatoseluler melibatkan produksi energi tinggi metabolit reaktif oleh
sistem CYP450. Reaktif metabolit ini mampu membentuk ikatan kovalen dengan

40
seluler protein (enzim) dan asam nukleat yang mengarah pada pembentukan induksi.
Dalam kasus toksisitas akut, enzim obat dapat menyebabkan cedera sel atau lisis sel.
Acetaminophen, furosemide,dan diklofenak adalah contoh dari mekanisme ini.
Perbedaan genetik hati individu dapat berperan dalam pentingnya proses ini. Pasien
dengan polimorfisme nukleotida tunggal (SNP) untuk kode varian lambat dapat
bereaksi dari CYP450 akan bereaksi secara berbeda dari orang-orang dengan SNP
yang kode varian untuk bereaksi sangat cepat (Dipiro, 2007).

5). Stimulasi apoptosis


Apoptosis merupakan pola yang berbeda dari lisis sel yang ditandai dengan
penyusutan sel dan fragmentasi kromatin nuklir. Jalur apoptosis yang dipicu oleh
interaksi antara kematian ligan (tumor necrosis factor dan Fas ligand) dan kematian
reseptor (tumor necrosis factor receptor - 1 dan Fas). Interaksi ini mengaktifkan
reseptor yang membelah protein seluler dan akhirnya menyebabkan sel mati dalam
dosis kumulatif. Acetaminophen menyebabkan apoptosis (Dipiro, 2007).

6). Cedera mitokondria


Obat yang mengganggu struktur mitokondria, fungsi, atau sintesis DNA dapat
mengganggu -oksidasi lipid dan produksi energi oksidatif dalam hepatosit. Pada
penyakit akut, gangguan berkepanjangan oksidasi menyebabkan steatosis
microvesicular sedangkan pada penyakit kronis menyebabkan steatosis
macrovesicular. Kerusakan parah pada mitokondria akhirnya menyebabkan gagal hati
dan kematian. Aspirin, asam valproik, dan tetrasiklin menyebabkan cedera
mitokondria dengan menghambat -oksidasi sedangkan amiodaron melalui gangguan
phosphorylation (Dipiro, 2007).

41
BAB III

PENUTUP

3.1KESIMPULAN

42

Anda mungkin juga menyukai