DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
1. Nawwar Irfan
2. Nurul Khasanah
3. Okla Elfitri
4. Putri Lestari
Dosen Pengampu :
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul Drug Induce Liver
Disease tentang Penyakit-penyakit pada Hepar ini dengan baik
Makalah ini diambil dari berbagai sumber-sumber terpercaya yang kami rangkum
menjadi satu kesatuan. Karya ini di harapkan mampu membantu kami dan pembaca sekalian
yang membacanya untuk memperdalam pemahaman tentang Drug Induce Liver Disease
tentang Penyakit-penyakit pada Hepar dan segala hal yang bersangkutan dengannya. Selain
itu, karya ini juga di harapkan dapat menjadi bacaan dan bahan ajaran para pembaca sekalian.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih pada para pembaca yang berkenan untuk
membaca makalah ini dan untuk dosen pembimbing kami. Sebagai penyusun kami begitu
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran selalu kami nantikan untuk
pengembangan dan kesempurnaan makalah ini agar menjadi layak untuk di pelajari.
Penulis
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ginjal.........................................................................................................................7
2.2 DIRD.........................................................................................................................11
2.3 Prinsip Pencegahan DIRD........................................................................................29
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
13,9 kasus/100.000 populasi kejadian DILI (Drug Induce Liver Injury).Dalam sebuah
penelitian akibat DILI, 4 dari 34 (11,8%) pasien dirawat di rumah sakit, dan dua orang
(5,9%) meninggal (Reuben, 2010). Sebanyak 14% kasus DILI menyebabkan transplatasi
hati bahkan kematian di Singapore (Wai, 2006).
BAB II
PEMBAHASAN
6
1.1 DEFINISI
Drug Induced Liver Disease adalah peradangan/inflamasi pada hati yang disebabkan
oleh reaksi obat.
Hati adalah salah satu organ terbesar pada tubuh manusia dengan bobotkurang lebih
sekitar 1,5 kg. Meskipun bobot hati hanya 2-3% dari bobot tubuh manusia, namun organ
hati terlibat sekitar 25-30% pemakaian oksigen (Koolman 1995). Hati sendiri memiliki
fungsi untuk membentuk kantong empedu dan isinya, melepaskan dan menyimpan
karbohidrat, membentuk urea, dan banyak fungsi lainnya yang berhubungan dengan
metabolisme lemak dan melakukan detoksifikasi berbagai obat dan racun (Ganong, 1991).
Organ hati mempunyai sistem enzim yang dapat mensisntesis trigliserol, kolesterol,
fosfolipid, dan lipoprotein dan juga hati aktif mengubah berbagai asam-asam lemak
menjadi benda keton (Martin, 1984). Menurut Koolman (1995), hati atau hepar dapat
mengantur konsentrasi asam amino dalam plasma sehingga dapat memecah kelebihan
asam amino dengan cara mengubah nitrogen menjadi urea dan menyalurkannya ke ginjal.
Jumlah fodfatidilkolin dalam plasma merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
kemampuan hati untuk memetabolisme obat (Gibson, 2006).
Hati atau hepar memiliki bagian-bagian yang disebut dengan lobus yangterbagi
menjadi beberapa bagian seperti lobus hepatis dextra dan lobus hepatis sinistra yang
masing-masing memiliki fungsinya sendiri (Moore & Agur, 1996). Lobus hepatis dextra
dibatasi dengan lobus hepatis sinister oleh fossa vesicaebilaris dan sulcus venae carva
pada facies visceralis hepatis. Rusaknya fungsi hati ditandai dengan menguningnya warna
kulit, membran mukosa dan naikknya konsentrasi bilirubin, SGOT (Serum
GlutamicOxaloacetic Transaminase), SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase),
GGT (Gamma Glutamyl Transferase)dan lainnya dalam darah (Lu, 1995). Banyak sekali
jenis penyakit hati diantaranya sirosis hati, hepatitis, penyakit kuning, reye syndrome,
penyakit wilson, dan tumor hati (Kaplan, 1989). Penyakit hepar atau hati yang ditemukan
dalam lingkungan masyarakat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu penyakit hati akut dan
penyakit hati kronis. Penyakit hati akut disebabkan karena virus, obat-obatan, alkohol dan
keadaan iskemik. Sedangkan yang penyakit hati kronis yaitu hepatitis kronis, sirosis hati,
dan hepatoma. Pembeda jenis penyakit hati ditujukan untuk menentukan prognosa dan
penatalaksanaan dari masing-masing penyakit.
7
1.2 ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Hati merupakan organ intestinal paling besar dalam tubuh manusia. Beratnya rata-rata
1,21,8 kg atau kira-kira 2,5% berat badan orang dewasa. Didalamnya terjadi pengaturan
metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks dan juga proses-proses penting
lainnya bagi kehidupan, seperti penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam
empedu,pengaturan metabolisme kolesterol dan detoksifikasi racun atau obat yang masuk
dalam tubuh.
Gangguan fungsi hati sering kali dihubungkan dengan beberapa penyakit hati tertentu.
Beberapa pendapat membedakan penyakit hati menjadi penyakit hati akut atau kronis.
Dikatakan akut apabila kelainan-kelainan yang terjadi berlangsung sampai dengan 6 bulan.
Ada satu bentuk penyakit hati akut yang fatal yakni kegagalan hati fulminan, yang
perkembangan mulai dari timbulnya penyakit hati hingga kegagalan hati yang berakibat
kematian (fatal) terjadi dalam kurang dari 4 minggu
8
4. Gangguan imunologis, seperti hepatitis autonium, yang ditimbulkan karena adanya
perlawanan sistem pertahan tubuh terhadap jaringan tubuhnya sendiri. Pada hepatitis
autoimun, erjadi perlawanan terhadap sel-sel hati yang berakibat timbulnya
peradangan kronis.
5. Kanker, seperti hepatocellular, dapat disebabkan oleh senyawa karsinogenik antara
lain aflatoksin, polivinil klorida ( bahan pembuat plastik), virus dan lain-lain. Hepatitis
B dan C maupun sirosis hati juga dapat berkembang menjadi kanker hati
Penyakit hati untuk beberapa macam penyakit hati yang sering ditemukan, yaitu: ian
menjadi kanker hati (hepatitis B dan C). dibedakan menjadi berbagai jenis, berikut beberapa
macam penyakit hati
1.3.1 Hepatitis
Istilah "hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati. Penyebabnya dapat
berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional.
Virus hepatitis terdiri dari beberapa jenis : hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. Hepatitis A, B dan
C adalah yang paling banyak ditemukan. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut
(hepatitis A), kronik (hepatitis B dan C) ataupun kemudian menjadi kanker hati,
1. Hepatitis A ( HAV)
Hepatitis A disebabkan oleh virus yang terklasifikasi transmisi secaraenterik. Virus ini
tidak terdiri dari selubung dan dapat bertahan hidup pada cairanempedu. Virus hepatitis A
9
berbentuk kubus simetris untai tunggal yang termasukpada golongan picornavirus,
dengan sub klasifikasi hepatovirus. Masa inkubasivirus hepatitis dalam RNA selama 4
minggu dan hanya berkembang biak padahati, empedu, feses dan darah. Penularan virus
hepatitis A dapat melalui makanandan minuman yang terkontaminasi tinja penderita
hepatitis A. Gejala dari penyakithepatitis A yang dirasakan oleh pasien dewasa berupa
rasa lelah, demam, diare,mual, nyeri perut, mata juling, hilangnya nafsu makan dan gejala
tampak sepertiflu (Depkes RI,2007).
Antibodi terhadap virus hepatitis A dapat tampak atau muncul selama masa akut dan
saat nilai SGPT tinggi. Respon yang ditimbulkan oleh antibodiberupa IgM anti virus
hepatitis A (Mangel, 1996). Vaksin adalah salah satualternative pengobatan untuk virus
hepatitis A akan memberikan kekebalanselama 1 bulan setelah suntikan pertama (Depkes
RI, 2007).
2. Hepatitis B (HVB)
Virus Hepatitis B merupakan DNA virus (hepadna virus). Virus ini paling sering
dijumpai di seluruh dunia. Hepatitis B ditandai dengan peradangan kronik pada hati dan
berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa bulansetelah terjadi infeksi akut,
karena berlangsung sangat lama penyakit ini dapatbersifat persisten. Pasien yang telah
menderita penyakit ini akan mambawa virusdan dapat menjadi sumber penularan.
Penularannya melalui darah atau transmisi seksual, jaram suntik, tato, tindik, akupuntur,
tranfusi darah. Hepatitis B sangat beresiko terhadap pasien yang menggunakan narkotika
dan mempunyai banyakpasangan seksual. Gejala yang ditunjukkan oleh penyakit adalah
lemah, lesu, sakitotot, mual dan muntah namun jarang ditemukan demam (Depkes RI,
2007).Antigen yang diperiksa dalam hepatitis B adalah HBsAg, HBcAg, danHBeAg.
HBsAg ditemukan pada pasien hepatitis B akut dan sebagai penandablood borne virus
dan status karier penyakit (Mangel, 1996).Imunisasi hepatitis B terhadap bayi yang baru
lahir, menghindarihubungan badan dengan orang yang terinfeksi, menghindari
penyalahgunaan obatdan pemakaian bersama jarum suntik merupakan cara pencegahan
penularan hepatitis B (Depkes RI, 2007).
3. Hepatitis C
Hepatitis C adalah infeksi penyakit yang bisa tak terdeteksi dan bisamenyebabkan
kerusakan perlahan-lahan pada organ hati. Penyakit ini tidakmenimbulkan gejala-gejala
khusus biasanya pasien hanya terserang flu berupademam, rasa lelah, muntah, sakit
kepala, sakit perut atau hilangnya selera makan(Depkes RI, 2007).
4. Hepatitis D
10
Hepatitis D ditandai dengan terdapatnya virus delta dan merupakan virusyang unik,
yakni virus RNA yang tidak lengkap. Virus ini memerlukankeberadaan virus hepatitis B
untuk ekspresi dan patogenisitasnya. Gejala yangdirasakan bervariasi dan dapat dirasakan
sebagai gejala yang ringan atau sangatprogrsif (Depkes RI, 2007).
5. Hepatitis E
Hepatitis E merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinyakecuali terjadi
pada saat kehamilan pada trimester 3 sehingga dapat menyebabkankematian. Gejala mirip
dengan hepatitis A. Air yang terkontaminasi fecesmerupakan penularan dari hepatitis E
(Depkes RI,2007).
6. Hepatitis F
Sedikit kasus yang dilaporkan untuk hepatitis F. para pakar saat ini belumsepakat
mengenai hepatitis F sehingga merupakan penyakit hepatitis yang terpisahdari hepatitis
lainnya (Depkes RI, 2007).
7. Hepatitis G
Serupa dengan hepatitis C seringkali infeksi bersamaan dengan hepatits Bnamun
hepatitis ini tidak menyebabkan masalah kronik. Penularan hepatitis Gmelalui tranfusi
darah dan jarum suntik (Depkes RI, 2007).
Istilah sirosis hati dicetuskan oleh Laennec tahun 1819 yang berasal dari kata Khirros
yang berarti warna kuning orange. Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro,
anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system arsitektur hati mengalami perubahan
menjadi tidak teratur dan terjadi jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang
mengalami regenerasi (Sutiadi, 2003).
Hati adalah organ padat paling besar yang berada di dalam tubuh manusia. Hati
memiliki banyak fungsi penting bagi tubuh, berikut ini beberapa fungsi hati di dalam tubuh.
Menyimpan nutrisi berlebih dan mengembalikan sebagian nutrisi ke dalam aliran
darah.
Memproduksi protein dalam darah untuk membantu penggumpalan, pengiriman
oksigen, dan fungsi kekebalan tubuh.
Membantu menyimpan gula dalam bentuk glikogen.
Menyingkirkan unsur berbahaya dalam aliran darah, termasuk di antaranya minuman
keras dan obat-obatan.
11
Menghancurkan lemak jenuh dan menghasilkan kolesterol.
Memproduksi cairan empedu, yaitu unsur yang dibutuhkan untuk mencerna makanan.
Pada dasarnya, hati adalah organ yang sangat tangguh karena dapat terus bekerja
meski dalam keadaan rusak. Hati akan berusaha memperbaiki dirinya sendiri hingga organ ini
benar-benar rusak dan tidak bisa berfungsi lagi.
Gejala Sirosis
Sirosis pada tahap awal hanya memunculkan sedikit gejala, tapi ketika fungsi hati
sudah berkurang secara signifikan akan muncul gejala-gejala seperti:
Kehilangan selera makan.
Keletihan, kekurangan energi, dan mudah mengantuk.
Pembengkakan pada pergelangan kaki dan perut atau edema.
Penurunan atau kenaikan berat badan secara tiba-tiba.
Demam dan menggigil.
Sesak napas.
Kulit dan putih mata berwarna kuning atau sakit kuning (jaundice).
Mual dan muntah.
Muntah darah.
Perubahan warna pada urine dan tinja (kadang disertai darah).
Kulit mengalami gatal-gatal.
Penyebab Sirosis
Sirosis disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya akibat virus hepatitis B, virus
hepatitis C, mengonsumsi minuman keras berlebihan, dan beberapa kondisi lain yang bisa
merusak jaringan hati.
Diagnosis Sirosis
Terdapat beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendiagnosis sirosis, yaitu:
Pemeriksaan fisik. Dokter akan mengamati perubahan fisik yang terjadi pada pasien.
Tes darah. Sampel darah diambil untuk mengetahui tingkat fungsi hati dan kerusakan
jika ada.
12
Pencitraan. CT scan, MRI, ultrasound, dan beberapa prosedur pencitraan lain mungkin
diperlukan untuk melihat kondisi hati.
Biopsi. Pengambilan sampel jaringan dari hati.
Terdapat 3 pola khas yang biasanya ditemukan pada sirosis hati yaitu:
A. Mikronodular
Sirosis mikronodular ditandai dengan terbentuk septa tebal teratur yang terdapat dalam
parenkim hati, mengandung nodul halus dan kecil tersebar diseluruh lobul. Sirosis
mikronodular berukuran 3 mm (Lawrence, 2003).
B. Makronodular
Sirosis makronodular ditandai dengan terbentuknya septa tebal, besarnya bervariasi dan
terdapat nodul besar di dalamnya sehingga terjadi regenerasi parenkim (Lawrence, 2003).
C. Campuran
Terdapat mikro dan makronodular yang tampak (Lawrence, 2003). Secara fungsional
sirosis hati juga terbagi menjadi beberapa macam:
13
Kerusakan yang diawali dengan kerusakan duktus biliaris yang dapatmenimbulkan
pola sirosis. Penyebab sirosis biliaris adalah obstruksi biliaris pascahepatik yang
ditandai dengan statis empedu yang menimbulkan penumpukanempedu di dalam
massa hati dan kerusakan sel-sel hati (Nurjanah, 2007).
1. Faktor keturunan dan malnutrisi kekurangan protein menjadi penyebab sirosis hepatis.
Hal ini dikarenakanbeberapa asam amino seperti metionin yang berperan dalam
metabolisme gugusmetil untuk mencegah perlemakan hati dan sirosis hepatis berkurang
jumlahnyadalam tubuh (Urata, 2007).
2. Hepatis virus.
Virus hepatis merupakan virus yang sering disebut menjadi penyebabsirosis hati. Virus
hepatitis B banyak memiliki kecenderungan menetap dan akanberlanjut menjadi masalah
yang kronis. Pasien dengan hepatitis kronis dapatmenyebabkan kelanjutan menjadi sirosis
karena keadaan hati yang mengalamikerusakan parah (Urata, 2007).
3. Zat hepatotoksik.
Beberapa obat-obatan dan zat kimia dapat menyebabkan terjadinyakerusakan fungsi sel
hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati secara akut akanberakibat nekrosis atau
degenerasi lemak sedangkan kerusakan hati kronik dapat menyebabkan sirosis hepatis.
Apabila obat-obatan yang bersifat hepatotoksikdigunakan secara berulang maka akan
menyebabkan kerusakan secara setempat,kemudian terjadi kerusakan hati yang merata
dan akhirnya terjadi sirosis hepatis(Glenda, 2002).
4. Penyakit Wilson.
Suatu penyakit yang jarang ditemui biasanya terdapat pada orang-orangyang berusia
muda yang ditandai dengan sirosis hepatis, degenerasi gangliabasalis dari otak, dan
terdapat cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijuan(Glenda, 2002).
5. Hemokromatosis
Hemakromatosis disebabkan karena 2 hal yaitu faktor keturunan danpengonsumsi
alkohol. Faktor keturunan yang dimaksud adalah terjadinyakenaikan absorbsi dari zat besi
sejak lahir. Pada orang yang mengonsumsi alkoholterjadi peningkatan absorpsi dari besi
sehingga dapat menyebabkan sirosis hati(Glenda, 2002).
Pengobatan Sirosis
14
dan juga komplikasi yang muncul akibat sirosis. Misalnya, mengonsumsi obat antivirus untuk
mengatasi hepatitis C akan membantu mencegah sirosis bertambah parah. Kemudian Anda
akan diminta untuk mengurangi atau menghentikan konsumsi minuman keras, serta
menurunkan berat badan jika Anda mengalami obesitas.
Jaringan rusak akibat sirosis bisa menyebabkan fungsi hati berhenti jika sudah
memasuki tahapan lanjutan. Pada kondisi ini, satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan adalah
dengan melakukan transplantasi hati.
Pencegahan Sirosis
Pencegahan sirosis yang disebabkan oleh konsumsi minuman keras yang berlebihan
dapat dilakukan dengan membatasi diri dalam mengonsumsi minuman beralkohol. Selain itu,
sirosis bisa disebabkan oleh penyakit hepatitis. Hepatitis A ditularkan melalui makanan dan
minuman, sehingga memastikan kebersihan makanan dan minuman merupakan langkah
pencegahan yang paling tepat. Hepatitis B dan C adalah penyakit menular yang bisa diderita
melalui hubungan seks yang tidak aman atau berbagi jarum suntik di antara sesama pengguna
narkotika suntik. Agar tidak terjangkit hepatitis B dan C, sebaiknya Anda menggunakan
kondom saat berhubungan seks bebas atau tidak berbagi jarum suntik. Vaksinasi juga tersedia
untuk mencegah penyakit hepatitis B, tapi belum tersedia vaksin untuk hepatitis C.
Kanker hati adalah kanker yang bermula dari organ hati atau liver. Ada dua klasifikasi
kanker hati berdasarkan lokasi pertumbuhan atau penyebarannya (metastasis), yaitu kanker
hati primer dan sekunder. Kanker hati primer adalah kanker yang berawal di organ hati dan
termasuk jenis kanker yang berpotensi fatal. Kanker hati sekunder bermula dari bagian tubuh
lain kemudian menyebar dan tumbuh di organ hati.
Salah satu jenis kanker hati yang paling umum adalah hepatocellular carcinoma
(HCC)/hepatoma yang merupakan kanker hati primer yang berkembang dari sel hati utama
yang bernama hepatosit. HCC terjadi sekitar 75% dari keseluruhan kanker hati primer.
Kanker ini dapat merupakan komplikasi dari penyakit hepatitis (peradangan pada organ hati)
dan kondisi sirosis (jaringan hati normal digantikan oleh jaringan parut).
Kanker pada hati yang banyak terjadi yaitu Hepatocellular carcinoma(HCC) yang
merupakan komplikasi dari hepatis kronis yang serius terutamakarena virus hepatitis B, C dan
hemochromatosis (Depkes RI,2007).
15
Kanker hati sekunder umumnya dinamakan menurut organ asal lokasi sel kanker awal
berkembang, seperti kanker kolon metastasis, yang bermula di usus besar kemudian
menyebar ke hati. Kanker hati sekunder lebih sering terjadi dibandingkan kanker hati primer.
Selain penyebaran dari kanker di usus besar, kanker hati sekunder juga banyak berasal dari
penyebaran kanker payudara, paru, pankreas, lambung, ovarium, dan kulit (melanoma).
Etiologi
16
Penyebab paling umum penyakit sirosis adalah kebiasaan meminum alkohol dan
infeksi virus hepatitis C. Sel-sel hati berfungsi mengurai alkohol, tetapi terlalu banyak
alkohol dapat merusak sel-sel hati. Infeksi kronis virus hepatitis C menyebabkan peradangan
jangka panjang dalam hati yang dapat mengakibatkan sirosis. Berdasarkan penelitian, 1 dari 5
penderita hepatitis C kronis dapat berkembang menjadi sirosis.
3. Obesitas
Salah satu fungsi hati adalah untuk metabolism karbohidrat, lemak, protein, vitamin.
Pada kasus obesitas, terjadi peningkatan kolesterol sehingga meningkatkan fungsi kerja hati.
Jika terus menerus dibiarkan maka hati akan mengalami kegagalan, dari gagal hati itulah akan
menjadi kanker hepar/ kanker hati
Suatu penelitian kohort prospektif pada lebih dari 900.000 individu di Amerika
Serikat dengan masa pengamatan selama 16 tahun mendapatkan terjadinya peningkatan
angka mortalitas sebesar lima kali akibat kanker hati pada kelompok individu dengan berat
badan tertinggi (Indeks Massa Tubuh (IMT) : 35-40 Kg/m 2) dibandingkan dengan kelompok
individu yang IMT-nya normal. Seperti diketahui, obesitas merupakan faktor resiko utama
untuk non-alchoholic fatty liver disease (NAFLD), khususnya non alchoholic steatohepatis
(NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian dapat berlanjut menjadi
HCC. (Suzanne C. Smeltser& Brenda G. Bare. 2002)
4. Diabetes mellitus
Telah lama ditengarai bahwa DM merupakan faktor resiko baik untuk penyakit hati
kronik maupun untuk HCC melalui terjadinya perlemakan hati dan steatohepatis non
alkoholik (NASH). Di samping itu, DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin
dan insulin like growth factors (IGFs) yang merupakan faktor promotif potensial untuk
kanker.
5. Alcohol
Meskipun alcohol tidak memiliki kemampuan mutagenic, peminum berat alcohol
(>50-70 g/hari dan berlangsung lama) berisiko untuk menderita HCV melalui sirosis hati
alkoholik.
C. Klasifikasi
1. Kanker Hati Primer
17
Cholangio Carcinoma kanker yang berawal dari saluran empedu
Hepatoblastoma pada umumnya menyerang anak-anak atau anak yang mengalami
pubertas
Angiosarcoma kanker yang jarang terjadi, bermula di pembuluh darah yang ada
pada hati.
Hepatoma (HCC) berawal di hepatosit dan dapat menyebar ke organ yang lain.
Laki- laki dua kali lebih rawan terkena penyakit ini dibandingkan wanita.
D. Manifestasi klinis
Nyeri abdomen
Nyeri abdomen biasanya terdapat pada kuadran kanan atas.(Suzanne C. Smeltser&
Brenda G. Bare. 2002)
Pembesaran hati yang cepat
18
Pada pemeriksaan fisik, palpasi teraba permukaan hati yang ireguler
Gejala ikterus
Heme diubah menjadi bilirubin tak terkonjugasi, kemudian bilirubin tak
terkonjugasi yang dibawa ke hepar berkaitan dengan albumin. Ambilan protein karier
(Y dan Z) hepatic bilirubin tak terkonjugasi setelah disosiasi dari albumin, konjugasi
bilirubin dengan asam glukuronat untuk menghasilkan bilirubin glukuronida yang
menjadi larut dalam air dapat diekskresi. Ekskresi bilirubin terkonjugasi kedalam
kanalis empedu. Pada penyakit hepatosellular seperti hepatitis, serosis hepatis dapat
mengganggu ekskresi yang terutama menyebabkan hiperbilirubinemia terkonjugasi.
Kemudian pasase bilirubin terkonjugasi ke bawahcabang biliaris, pasien dengan
gangguan pada hati akan mengalami ikterik. Bilirubin (pigmen empedu) adalah hasil
akhir metabolism dan secara fisiologis tidak penting, namun merupakan petunjuk
adanya penyakit hati dan empedu. Biliverdin adalah pigmen kehijauan yang dibentuk
melalui oksidasi bilirubin. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2006)
Acites timbul setelah nodul tersumbat vena porta atau bila jaringan tumor tertanam
E. Patofisiologi
Kanker hati terjadi akibat kerusakan pada sel sel parenkim hati yang biasa secara
langsung disebabkan oleh primer penyakit hati atau secara tidak langsung oleh obstruksi
aliran empedu atau gangguan sirkulasi hepatik yang menyebabkan disfungsi hati. Sel
parenkim hati akan bereaksi tehadap unsur unsur yang paling toksik melalui penggantian
glikogen dengan lipid sehingga terjadi infiltrasi lemak dengan atau tanpa nekrosis atau
kematian sel. Keadaan ini sering disertai dengan infiltrasi sel radang dan pertumbuhan
jaringan fibrosis. Regenerasi sel dapat terjadi jika proses perjalanan penyakit tidak terlampau
toksik bagi sel sel hati. Sehingga terjadi pengecilan dan fibrosis selanjutnya akan menjadi
kanker hati. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2006)
19
F. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium:
500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium. Darah lengkap ; SGOT, SGPT,
LDH, CPK, Alkali Fostatase.
AST / SGOT meningkat
ALT / SGPT meningkat
LDH meningkat
Alkali Fostatase meningkat
Albumin menurun
2. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan barium esofagus : Menunjukkan peningkatan tekanan portal.
Foto rongent abdomen : Pada penderita kanker hati akan terlihat perubahan ukuran
hati.
Arteriografi pembuluh darah seliaka : Untuk melihat hati dan pankreas.
Laparoskopi : Melihat perbedaan permukaan hati antara lobus kanan dengan kiri
sehingga jika ada kelainan akan terlihat jelas.
Biopsi hati : Menentukan perubahan anatomis pada jaringan hati
Ultrasonografi : Memperlihatkan ukuran ukuran organ abdomen.
Stadium kanker menentukan jenis penanganan apa yang akan diberikan pada
penderita. Jika kanker yang terdiagnosis sudah terlanjur pada kondisi stadium lanjut,
perawatan hanya ditujukan untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan pasien selama
sisa hidupnya. Tapi lain halnya jika kanker bisa terdiagnosis sebelum berkembang lebih
parah, maka kondisi tersebut lebih memungkinkan untuk ditangani.
Setidaknya ada tiga cara dalam mengobati kanker hati. Yang pertama adalah ablasi
frekuensi radio, yaitu penggunaan sebuah perangkat listrik yang khusus digunakan untuk
menghancurkan sel-sel kanker yang ada di organ hati. Kedua adalah operasi reseksi, yaitu
proses pengangkatan bagian-bagian tertentu dari organ hati yang terinfeksi. Yang ketiga
20
adalah transplantasi hati, yaitu mengganti organ hati penderita dengan organ hati dari
pendonor.
Risiko kanker hati dapat dikurangi dengan menghindari risiko terinfeksi hepatitis B dan C
dengan mendapatkan vaksinasi dan melakukan hubungan seksual secara aman. Tidak kalah
penting, terapkan gaya hidup sehat seperti mengatur pola makan dan olahraga teratur agar
tubuh terhindar dari obesitas
Selain itu, hindari konsumsi minuman keras berlebihan dan rokok. Jika Anda ingin
menindik atau menato tubuh, pastikan untuk melakukannya di tempat yang memiliki tingkat
kesterilan yang terjamin.
1.3.4 Perlemakan Hati
Perlemakan hati adalah penumpukan lemak yang berlebihan dalam sel hati. Batasan
penumpukan lemak adalah jika jumlah lemak melebihi 5% dari total berat hati normal atau
jika lebih dari 30% sel hati dalam lobulus hati terdapat penumpukan lemak (WU dan Jau-Shin
2001) Perlemakan hati bervariasi mulai dari perlemakan hati saja (steatosis) dan perlemakan
hati dengan inflamasi (steatohepatitis) (Patel dan Tushar 2001). Banyak orang tidak
menyadari timbulnya perlemakan hati. Hal ini dibuktikan dari hasil pengumpulan survei pada
975 orang di Kota Depok menunjukkan prevalensi perlemakan hati paling tinggi di antara
penyakit tidak menular lainnya. (Balitbangkes 2001). Prevalensi ini lebih tinggi bila
dibandingkan dengan negara lain, seperti Amerika, Canada, Italia maupun Jepang.
Hal yang ditakutkan dari perlemakan hati adalah bila terjadi komplikasi yang berlanjut
menjadi sirosis dan kegagalan fungsi hati (Patel dan Tushar 2001). Hampir sebagian besar
hasil penelitian di luar negeri mendapatkan penyebab perlemakan hati tersebut oleh karena
alkohol, sedangkan di Indonesia alkohol bukan sesuatu hal yang umum di konsumsi
(Lesmana dan A.L 1999), sehingga dengan mengetahui faktor-faktor risiko perlemakan hati
akan memudahkan dalam usaha menurunkan prevalensi perlemakan hati tersebut.
Faktor risiko yang memiliki hubungan dengan perlemakan hati adalah : umur,
hiperlipidemia, diabetes melitus dan kegemukan, sedangkan jenis kelamin, pola konsumsi
makan, aktivitas fisik dan olahraga tidak berhubungan dengan kejadian perlemakan hati.
Faktor yang paling dominan dan berisiko paling tinggi pada kejadian perlemakan hati adalah
kegemukan (Patel dan Tushar 2001). Kontribusi faktor risiko menunjukkan, bila kegemukan
21
dapat dihilangkan pada populasi tersebut maka perlemakan hati akan turun dari 30.6%
menjadi 11.7% (interval kepercayaan 95% 10.3; 13.7) (P Angulo et al. 1999).
Patogenesis
NAFLD (non-alcoholic fatty liver disease) merupakan suatu kondisi medis dari
penyakit hati yang mempunyai spectrum sangat luas, mulai dari perlemakan hati yang bersifat
ringan (steatosis) tanpa adanya bukti kelainan biokimia atau histologi akibat dari peradangan
hati ataupun fibrosis, sampai perlemakan hati yang disertai adanya nekroinflamasi dengan
atau tanpa fibrosis (steatohepatitis) dapat juga berkembang menjadi fibrosis hati yang berat
bahkan sirosis. Sedangkan NASH (Non alcoholic steato hepatitis) adalah merupakan bagian
dari spektrum NAFLD (EKM 2009).
Mekanisme terjadinya NALFD tersebut berdasarkan teori 2 Hits Hypothesis. Hit
pertama adalah terjadinya steatosis (akumulasi lemak intraseluler) yang dipengaruhi oleh
banyak kondisi, sedangkan hit kedua adalah kerusakan sel hati yang disebabkan oleh adanya
radikal bebas akibat peningkatan B-oksidasi pada mitokondria (EKM 2009).
Perlemakan hati disebabkan karena kelebihan jaringan lemak di hati. Secara teoritis
dapat dijelaskan bahwa terdapat sel-sel lemak yang infiltrasi atau masuk ke dalam hati. Hal
ini diduga disebabkan oleh adanya peningkatan pengiriman lemak atau asam lemak dari
makanan ke hati, serta adanya gangguan pengeluaran jenis lemak trigliserida keluar dari sel
hati. Gangguan pengeluaran lemak trigliserida tersebut akan menyebabkan sel-sel lemak
menetap di hati.
Penyebab
Penyakit hepar dapat disebabkan oleh bermacam-macam hal, misalnya infeksi mikro
organisme, gangguan metabolik, penyakit sistemik, alkoholisme, zat-zat kimia hepatotoksik
dan lain-lain (Yerizel,Oenzil, Endrinaldi 1998).
Fatty liver, atau perlemakan hati terjadi karena dua tipe, yang pertama karena
kelebihan asam lemak bebas di dalam darah, sehingga terjadi penumpukan triasilgliserol di
dalam hepar. Hal ini salah satunya terjadi karena pemberian diet tinggi lemak. Tipe yang
kedua adalah adanya penghambat metabolik dalam produksi lipoprotein plasma, yang erat
kaitannya dengan hambatan produksi lipoprotein dalam darah. (Murray et.al 2003).
Kelebihan lemak jenis trigliserida yang melebihi 5% berat hati dapat terjadi pada
peminum alkohol atau bukan pada peminum alkohol yang disebut Non alcoholic fatty liver
Disease (NAFLD). Penyebab pada keadaan non alkoholik ini bisa mencakup banyak hal,
22
seperti obesitas (kegemukan), penyakit kencing manis ( DM tipe II), obat-obatan, kekurangan
gizi dan diet rendah protein, dislipidemia (kelebihan lemak tubuh) , dan faktor lain yang
berkaitan dengan infeksi bakteri/ virus. Keadaan ini dapat terjadi karena :(1) konsumsi
alkohol yang berlebihan yang disebut dengan ASH (Alcoholic Steatohepatitis), atau (2) bukan
karena alkohol yang disebut NASH (Nonalcoholic Steatohepatitis). Fatty liver yang
berhubungan dengan penggunaan alkohol bisa terjadi dengan hanya meminum sebanyak 10oz
(+ 300 ml) alkohol perminggu. Secara umum peningkatan kejadian perlemakan hati
disebabkan karena adanya gangguan metabolisme yang ditandai dengan adanya: kegemukan
(obesitas), resisteninsulin, hiperinsulinemia, diabetes, hipertrigliserida, dan hipertensi. Selain
itu, dapat pula disebabkan oleh Alcohol, Obat-obatan, Gangguan maupun perubahan
hormonal misalnya kehamilan, Metabolic syndrome, Penurunan berat badan yang drastis dan
kekurangan gizi, Gaya hidup modern misalnya banyak makan kalori tinggi yang disertai
dengan aktivitas olahraga yang minim.
NAFLD (non-alcoholic fatty liver disease) merupakan suatu kondisi medis dari
penyakit hati yang mempunyai spectrum sangat luas, mulai dari perlemakan hati yang bersifat
ringan (steatosis) tanpa adanya bukti kelainan biokimia atau histologi akibat dari peradangan
hati ataupun fibrosis, sampai perlemakan hati yang disertai adanya nekroinflamasi dengan
atau tanpa fibrosis (steatohepatitis) dapat juga berkembang menjadi fibrosis hati yang berat
bahkan sirosis. Sedangkan NASH (Non alcoholic steato hepatitis) adalah merupakan bagian
dari spektrum NAFLD (EKM 2009).
Mekanisme terjadinya NALFD tersebut berdasarkan teori 2 Hits Hypothesis. Hit
pertama adalah terjadinya steatosis (akumulasi lemak intraseluler) yang dipengaruhi oleh
banyak kondisi, sedangkan hit kedua adalah kerusakan sel hati yang disebabkan oleh adanya
radikal bebas akibat peningkatan B-oksidasi pada mitokondria (EKM 2009).
23
Pencegahan
Perlemakan hati merupakan penyakit dengan penyebab yang multi faktorial, sehingga
semua faktor risiko perlu di pertimbangkan dalam upaya pencegahan baik primer maupun
sekunder. Faktor risiko tersebut ada yang dapat di modifikasi, seperti hiper lipidemia,
obesitas, diabetes melitus, diet lemak tinggi, aktifitas dan olahraga. Ada juga faktor risiko
yang tidak bisa di modifikasi, seperti : usia, jenis kelamin (Machmud 2000).
Dari langkah-langkah yang dapat di modifikasi tersebut kemudian di lihat faktor yang
paling memberikan kontribusi terbesar dalam meningkatnya prevalensi perlemakan hati
adalah kegemukan. Dengan melakukan kontrol terhadap kegemukan maka kita juga telah
melakukan kontrol terhadap faktor risiko lainnya. Penanganan kegemukan artinya kita juga
melakukan penanganan terhadap perbaikan pola diet, memperbaiki gaya hidup serta aktivitas
olahraga, dampaknya tentu akan memperbaiki kadar lipid dalam darah (Machmud 2000).
Upaya-upaya dalam penanggulangan dan pencegahan perlemakan hati diharapkan
juga akan berdampak pada penurunan prevalensi penyakit kronis lainya. Dalam usaha
mencegah kegemukan maka hal yang dilakukan adalah dengan perbaikan pola konsumsi
pangan yang berimbang (Muchtadi dan Deddy 1996)
Pada hakekatnya masalah kegemukan merupakan masalah perilaku. Dan memang
perilaku merupakan pengaruh yang paling besar dalam mempengaruhi kesehatan. Dengan
demikian, upaya untuk mengoreksi masalah gizi tersebut dilakukan dengan pendekatan
pemberian informasi tentang perilaku gizi yang baik dan benar.
Departemen Kesehatan RI telah menyusun pedoman umum gizi seimbang dalam buku
Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Ada 13 pesan dasar gizi seimbang tersebut dapat
digunakan untuk memperbaiki pola konsumsi pangan masyarakat. Langkah-langkah dalam
panduan tersebut dapat digunakan untuk penanganan terhadap kegemukan. Isinya adalah
sebagai berikut (Kodyat dan A Benny 1996) :
24
jika setiap kali makan siang dan malam, hidangan tersebut terdiri dari empat
kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah).
25
berlebihan dapat menambah kalori dan berdampak kepada kegemukan. Dan
membatasi makanan karbohidrat komplek jangan lebih dari total makanan yang di
konsumsi. Bila lebih dari setengahnya maka timbul kondisi kekenyangan, sehingga
akan mengurangi konsumsi lauk-pauk sayuran dan buah-buahan. Contoh, bila
kebutuhan orang dengan berat badan normal adalah 2000 kalori dalam sehari maka
bahan penukar untuk karbohidrat dapat tercukupi melalui 2 iris roti pada pagi hari, 1
gelas nasi pada siang hari dan 1 gelas pada malam hari. Jangan melebihi porsi
tersebut.
Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
Makanan yang ada, jangan terlampau banyak di goreng. Adapun komposisi
yang di anjurkan dua bagian makanan yang mengandung sumber lemak nabati dan
satu bagian di konsumsi sumber lemak hewani. Tidak mengkonsumsi telur, daging
lebih dari tiga kali dalam seminggu. Contoh, bila kebutuhan kalori seseorang dengan
berat badan normal adalah 2000 kalori dalam satu hari, maka konsumsi lemak yang di
makan 25% dari 2000 kalori yaitu sekitar 500 kalori. Jumlah kalori yang berasal dari
lemak ini bisa didapatkan dari 1 potong sedang ikan segar / daging / ayam
dikombinasikan dengan 2 potong sedang tempe / tahu, minyak sendok makan dalam
dua kali makan perhari. Untuk bahan makanan penukar yang lainnya dapat di lihat
pada buku bahan penukar makanan.
26
Air Susu Ibu adalah yang terbaik untuk bayi. Hindari pemberian makanan
tambahan pada bayi sebelum usia empat bulan. Ini juga akan mencegah kemungkinan
risiko timbulnya kegemukan pada usia dewasa. Penelitian menunjukkan bayi yang
tidak mendapatkan ASI pada waktu bayi mempunyai risiko lebih besar untuk
menderita kegemukan di kemudian hari.
Upaya lainnya yang dapat dilakukan sebagai pencegahan perlemakan hati sama dengan
upaya pencegahan gangguan lemak dalam darah yaitu dapat dilakukan melalui penyuluhan
tentang gaya hidup sehat, meliputi :
a) Pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang dengan meningkatkan konsumsi
sayuran dan buah sebagai sumber serat. Dan membatasi konsumsi makanan tinggi
lemak dan karbohidrat sederhana.
b) Kegiatan jasmani yang cukup sesuai umur dan kemampuan. Adapun frekuensi yang
disarankan dalam melakukan olahraga adalah minimal tiga kali seminggu dan
maksimal lima kali seminggu. Untuk mengetahui Intensitas dari latihan yang
dilakukan denyut nadi sewaktu latihan dapat dijadikan patokan. Besarnya denyut nadi
sewaktu latihan ini harus sesuai dengan denyut nadi dalam zona latihan menurut KH
Cooper.
c) Mempertahankan berat badan normal, dengan batasan melalui index masa tubuh.
d) Tidak merokok.
Kolestasis berasal dari bahasa Yunani, KOLE artinya empedu dan STASIS artinya
tetap di tempat. Secara definisi, kolestasis diartikan sebagai kondisi di mana aliran empedu
terhambat.
27
Dalam keadaan normal, cairan empedu yang dihasilkan oleh sel hati akan dialirkan
masuk ke dalam kantong empedu. Di dalam kantong ini cairan empedu ditampung untuk
sementara waktu. Jika ada makanan di dalam usus, kantong empedu akan memompa cairan
empedu yang ada di dalamnya. Cairan kemudian akan mengalir lewat saluran empedu dan
masuk ke dalam usus halus. Di usus halus, cairan empedu membantu pencernaan lemak.
Selain itu, cairan empedu juga berfungsi memberi warna pada tinja sehingga tampak
kekuningan atau kecoklatan.
b. Penyebab
Kolestasis terjadi jika aliran cairan empedu mengalami hambatan di titik mana saja,
mulai dari tempat produksi di hati sampai ketika akan masuk ke usus halus.Ada banyak
kondisi yang bisa menjadi penyebab hambatan aliran cairan empedu, antara lain adalah:
Penyakit hati, contohnya hepatitis, sirosis, atau kanker hati; Penyakit lain seperti penyempitan
saluran empedu (atresia biliaris), batu empedu, kanker saluran empedu, kanker pankreas,
peradangan pankreas (pankreatitis), dan lain-lain; Obat-obatan tertentu.
c. Gejala
Terhambatnya aliran empedu akan menyebabkan cairan empedu, yang terdiri dari
terdiri dari garam empedu, pigmen empedu (bilirubin) serta lemak, menumpuk dalam darah.
Akibatnya timbul berbagai macam gejala.Kadar pigmen empedu (bilirubin) yang tinggi di
dalam darah akan menyebabkan gejala kuning pada kulit atau mata. Selain itu, pigmen
tersebut akan membuat warna urin menjadi seperti teh pekat dan membuat kulit gatal-gatal.
Di lain pihak, karena cairan empedu tidak masuk ke usus, maka warna tinja menjadi
lebih pucat dan tinja banyak mengandung lemak. Keadaan ini disebut steatorrhea ditandai
dengan bau tinja yang sangat busuk. Penyerapan vitamin D dan kalsium ikut terganggu.
Akibatnya tulang menjadi rapuh. Gangguan penyerapan vitamin K dapat menyebabkan
kecenderungan perdarahan. Selain gejala utama di atas, seringkali ditemukan gejala penyerta
seperti mual, muntah, hilang napsu makan, nyeri perut, dan demam.
d. Pengobatan
28
tertentu, maka penggunaan obat-obatan tersebut harus dihentikan. Jika karena hati mengalami
kerusakan hebat sehingga tidak berfungsi lagi, dapat dipertimbangkan operasi pencangkokan
hati. Keberhasilan pengobatan tergantung pada sulit tidaknya penyebab kolestasis diobati atau
diatasi.
Pengobatan pendukung kolestasis antara lain adalah pemberian kolestiramin. Obat ini
berfungsi untuk mengurangi rasa gatal. Kadang-kadang diberikan juga suplemen vitamin D,
K, atau kalsium. Selain itu, untuk mengurangi lemak di dalam usus, penderita tidak boleh
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak.
2. Jaundice
a. Definisi Jaundice
Jaundice berasal dari bahasa Perancis, dari kata jaune yang berarti kuning. Sakit kuning
(jaundice) yang juga dikenal dengan ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau
jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin
yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah 1.
b. Patofisiolgi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Keadaan yang
sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit,
polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi
hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah
apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi
mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak
apabila bilirubin tadi dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut mungkin
akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.
29
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudak melewati darah otak apabila bayi
terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, hipoksia, dan hipolikemia.
d. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala. Secara klinis hiperbilirubinemia terlihat
sebagai gejala kuning atau ikterus, yaitu pigmentasi kuning pada kulit dan sklera. Ikterus
biasanya baru dapat dilihat kalau kadar bilrubin serum melebihi 34 hingga 43 mol/L (2,0
hingga 2,5 mg/dL), atau sekitar dua kali batas atas kisaran normal; namun demikian, gejala
ini dapat terdeteksi dengan kadar bilirubin yang lebih rendah pada pasien yang kulitnya putih
dan yang menderita anemia berat. Sebaliknya, gejala ikterus sering tidak terlihat jelas pada
orang-orang yang kulitnya gelap atau yang menderita edema. Jaringan sklera kaya dengan
elastin yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap bilirubin, sehingga ikterus pada sklera
biasanya merupakan tanda yang lebih sensitif untuk menunjukkan hiperbilirubinemia
daripada ikterus yang menyeluruh. Tanda dini yang serupa untuk hiperbilirubinemia adalah
warna urin yang gelap, yang terjadi akibat ekskresi bilirubin lewat ginjal dalam bentuk
bilirubin glukuronid. Pada ikterus yang mencolok, kulit dapat berwarna kehijauan karena
oksidasi sebagian bilirubin yang beredar menjadi biliverdin. Efek ini sering terlihat pada
kondisi dengan hiperbilirubinemia terkonjugasi berlangsung lama tau berat seperti sirosis.
Gejala lain dapat muncul tergantung pada penyebabnya, misalnya:
30
peradangan hati (hepatitis) bisa menyebabkan hilangnya nafsu makan, mual
muntah, dan demam
penyumbatan empedu bisa menyebabkan gejala kolestasis
Penilaian jaundice yang dilakukan pada bayi baru lahir, berbarengan dengan
pemantauan tanda-tanda vital (detak jantung, pernapasan, suhu) bayi, minimal setiap 8-12
jam. Salah satu tanda jaundice adalah tidak segera kembalinya warna kulit setelah penekanan
dengan jari. Cara menilai jaundice membutuhkan cahaya yang cukup, misalnya dengan kadar
terang siang hari atau dengan cahaya fluorescent. Jika ditemukan tanda jaundice pada 24 jam
pertama setelah lahir, pemeriksaan kadar bilirubin harus dilakukan. Pemeriksaan kadar
bilirubin dapat dilakukan melalui kulit (TcB: Transcutaneus Bilirubin) , (TSB: Total Serum
Bilirubin) dan penilaian faktor resiko. Kadar bilirubin yang diperoleh dari pemeriksaan ini
dapat menggambarkan besar kecilnya risiko yang dihadapi si bayi.
31
Riwayat jaundice pada saudara sekandung
Bayi besar dari ibu yang diabetik
Usia ibu 25 tahun
Bayi laki-laki
e. Pengobatan Jaundice
Esensi
Phototherapy
Tetapan nutrisi yang tepat penting.Diet harus karakter lembut dan lembut.Hal ini
diinginkan untuk mengisi tubuh Anda dengan produk susu dengan nol persen
lemak, masakan sayuran, daging tanpa lemak dan ikan.Anda tidak dapat
menggunakan pada saat sayuran penyakit, sebagai bagian dari yang ada serat kasar
kasar.
f. Pencegahan Jaundice
Tidak semua saran pencegahan penyakit kuning bisa dijabarkan secara spesifik
mengingat banyak sekali penyebabnya. Namun beberapa contoh yang mungkin bisa
diterapkan adalah dengan:
32
Menghindari penggunaan jarum suntik secara sembarangan. Selalu menggunakan
kondom saat berhubungan seksual agar tidak tertular hepatitis B, dan terutama
hepatitis C yang belum ada vaksinnya.
Membatasi konsumsi minuman beralkohol karena zat ini bisa menyebabkan sirosis
dan pankreatitis.
Selalu mengonsumsi makanan atau air minum yang bersih agar terhindar dari hepatitis
A.
Menghindari paparan zat kimia yang dapat menyebabkan kerusakan pada hati.
Tidak merokok.
Tidak mengonsumsi obat secara sembarangan agar terhindar dari kerusakan hati.
Menjaga kadar kolesterol dalam tubuh agar tetap dalam batas normal.
1.3.6 Hemocromatosis
a. Defenisi Hemocromatosis
Hemokromatosis adalah gangguan genetik dimana tubuh menyerap terlalu banyak zat
besi dari makanan yang meneybabkan tubuh kita mengalami kelebihan zat besi . Kelebihan
zat besi ini kemudian disimpan dalam berbagai organ, terutama hati. Kelebihan zat besi juga
dapat disimpan dalam pankreas, hati, testis / ovarium, kulit dan sendi. Tindakan utama dalam
mengatasi Hemokromatosis adalah penghapusan rutin darah, hal tersebut dilakukan untuk
mengurangi kelebihan zat besi dari tubuh. Jika gejala Hemokromatosis dapat dideteksi sejak
awal dan pengobatan segera diberikan maka maka kemungkinan untuk sembuh masih terbuka
lebar.
33
b. Penyebab Hemokromatosis (Kelebihan Zat Besi)
Penyebab terjadinya Hemokromatosis ialah karena adanya gangguan atau kesalahan
dalam gen tertentu, yang dikenal sebagai HFE pada kromosom 6., dimana gen tersebut
diwariskan oleh orang tua. Gen yang rusak ini memungkinkan tubuh penderita untuk
menyerap kelebihan jumlah zat besi dari makanan. Gen HFE memiliki sifat resesif, itu
artinnya bahwa hemokromatosis hanya akan terjadi jika kedua gen yang berasal dari orang
tua kita sama sama memiiki gen abnormal HFE. Jika hanya salah satu dari keduanya yang
rusak maka anak keturunan dari gen HFE akan tetap normal, akan tetapi gen tersebut tetap
membawa sifat gen HFE yang tidak normal.
34
Hal ini dilakukan jika pasien berada dalam kondisi di mana ia tidak dapat diobati dengan
proses mengeluarkan darah untuk alasan medis, misalnya pasien memiliki penyakit jantung.
Dalan terapi khelasi pasien akan diberikan obat untuk membantu menghilangkan zat besi dari
darah. Salah satu obat yang biasanya diberikan adalah Deferasirox.
AHA merupakan salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal, paling sering terjadi
di daerah tropis/subtropik. AHA lebih sering terjadi endemic di negara berkembang dibanding
AHP. AHA terutama disebabkan oleh E. Histolytica.
a) Salmonella Thypi
b) Entamoeba Hystolytica
c) Streptokokus
d) Escherichia Coli
Pada amebiasis hati penyebab utamanya adalah entamoeba hystolitica. Hanya
sebagian kecil individu yang terinfeksi E.hystolitica yang memberi gejala amebiasis invasif,
sehingga ada dugaan ada 2 jenis E.hystolitica yaitu strain patogen dan non patogen.
Bervariasinya virulensi berbagai strain E.hystolitica ini berbeda berdasarkan kemampuannya
menimbulkan lesi pada hati.
Patogenesis amebiasis hati belum dapat diketahi secara pasti. Ada beberapa
mekanisme yang telah dikemukakan antara lain faktor virulensi parasit yang menghasilkan
toksin, ketidakseimbangan nutrisi, faktor resistensi parasit, imunodepresi pejamu, berubah-
ubahnya antigen permukaan dan penurunan imunitas cell-mediated.
35
Secara singkat dapat dikemukakan 2 mekanisme :
a) Strain E.hystolitica ada yang patogen dan non patogen.
b) Secara genetik E.hystolitica dapat menyebabkan invasi tetapi tergantung pada
interaksi yang kompleks antara parasit dengan lingkungan saluran cerna terutama pada
flora bakteri.
Mekanisme terjadinya amebiasis hati :
a. Penempelan E.hystolitica pada mukus usus.
b. Pengerusakan sawar intestinal.
c. Lisis sel epitel intestinal serta sel radang. Terjadinya supresi respons imun cell-
mediated yand disebabkan enzim atau toksin parasit, juga dapat karena
penyakit tuberkulosis, malnutrisi, keganasan dll.
d. Penyebaran ameba ke hati. Penyebaran ameba dari usus ke hati sebagian besar
melalui vena porta. Terjadi fokus akumulasi neutrofil periportal yang disertai
nekrosis dan infiltrasi granulomatosa. Lesi membesar, bersatu dan granuloma
diganti dengan jaringan nekrotik. Bagian nekrotik ini dikelilingi kapsul tipis
seperti jaringan fibrosa. Amebiasis hati ini dapat terjadi berbulan atau tahun
setelah terjadinya amebiasis intestinal dan sekitar 50% amebiasis hati terjadi
tanpa didahului riwayat disentri amebiasis
AHP tersebar di seluruh dunia, dan terbanyak di daerah tropis dengan sanitasi kurang.
Etiologi AHP adalah enterobacteriaceae, microaerophilic streptococci, anaerobic streptococci,
klebsiella pneumonia, bacteroides, fusobacterium, S. aureus, S. milleri, candida albicans,
aspergillus, actinomyces, eikenella corrodens, yersinia enterolitica, S. typhi, brucella
militensis, dan fungal.Pada era pre-antibiotik, AHP terjadi akibat komplikasi apendisitis
bersamaan dengan fileflebitis. Bakteri patogen melalui a. hepatica atau sirkulasi vena portal
masuk ke dalam hati, sehingga terjadi bakterimia sistemik, atau menyebabkan komplikasi
infeksi intraabdominal (diverticulitis, peritonitis, dan infeksi post operasi).
Sedangkan saat era antibiotik, terjadi peningkatan insidensi AHP akibat komplikasi
dari sistem biliaris (kolangitis, kolesistitis). Hal ini karena makin tinggi angka harapan hidup
dan makin banyak pula orang lanjut usia dikenai penyakit sistem biliaris ini. AHP juga bisa
akibat trauma, luka tusuk / tumpul, dan kriptogenik.
Abses hati piogenik dapat terjadi melalui infeksi yang berasal dari :
a. Vena porta yaitu infeksi pelvis atau gastrointestinal, bisa menyebabkan pielflebitis
porta atau emboli septik.
36
b. Saluran empedu merupakan sumber infeksi yang tersering. Kolangitis septik dapat
menyebabkan penyumbatan saluran empedu seperti juga batu empedu, kanker,
striktura saluran empedu ataupun anomali saluran empedu kongenital.
c. Infeksi langsung seperti luka penetrasi, fokus septik berdekatan seperti abses
perinefrik, kecelakaan lau lintas
d. Septisemia atau bakterimia akibat infeksi di tempat lain.
e. Kriptogenik tanpa faktor predisposisi yang jelas, terutama pada organ lanjut usia.
b. Patofisiologi
Akibat masuknya bakteri atau amoeba ke hepar, menyebabkan jaringan yang sehat
menjadi rusak dan menimbulkan reaksi radang karena adanya kerusakan jaringan dan radang
yang berlangsung lama menyebabkan jaringan hepar menjadi nekrosis.Hati tampak
membengkak dan daerah yang abses menjadi pucat kekuningan, berbeda dengan hati sehat
yang berwarna merah tua.Sel hepar yang jauh dari fokus infeksi juga mengalami sedikit
perubahan meskipun tidak ditemukan amoeba.Abses tersebut dikelilingi oleh jaringan ikat
yang membatasi perusakan lebih jauh kecuali bila ada infeksi tambahan.
Penjelasan
a. Amuba yang masuk menyebabkan peradangan hepar sehingga mengakibatkan
infeksi
b. Kerusakan jaringan hepar menimbulkan perasaan nyeri
c. Infeksi pada hepar menimbulkan rasa nyeri sehingga mengalami gangguan tidur
atas pola tidur.
d. Abses menyebabkan metabolisme dihati menurun sehingga menimbulkan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
e. Metabolisme nutrisi di hati menurun menyebabkan produksi energi menurun
sehingga dapat terjadi intoleransi aktifitas fisikManifestasi klinis
a) Manifestasi Klinis
a. Demam/panas tinggi merupakan keluhan yang paling utama,
b. Nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, seperti ditusuk atau di tekan, rasa
sakit akan berubah saat berubah posisi dan batuk
c. Batuk sebagai gejala iritasi diafragma
d. Rasa mual dan muntah,
37
e. Berkurangnya nafsu makan (anoreksia),
f. Penurunan berat badan yang unintentional.
g. Sindrom klinis klisik berupa nyeri spontan perut kanan atas, yang ditandai
dengan jalan membungkuk kedepan dengan kedua tangan diletakan di atasnya.
( Herrero, M., 2005
h. Terkadang mengeluh nyeri di dada kanan
i. Urin berwarna gelap
d. Pemeriksaan Penunjang
a) Pada pemeriksaan laboratorium yang di periksa adalah darah rutin termasuk
kadar Hb darah, jumlah leukosit darah, kecepatan endap darah dan percobaan
fungsi hati, termasuk kadar bilirubin total, total protein dan kadar albumin dan
glubulim dalam darah. (KanalE.P.etal,2003)
b) Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan leukositosis yang tinggi dengan
pergeseran ke kiri, anemia,
c) Peningkatan laju endap darah, peningkatan alkalin fosfatase, peningkatan
enzim transaminase dan serum bilirubin, berkurangnya kadar albumin serum
dan waktu protrombin yang memanjang menunjukan bahwa terdapat
kegagalan fungsi hati yang disebabkan AHP. (Dalinka, M. K. et al, 2007).
d) Foto dada yaitu untuk didapatkan peninggian kubah diafragma kanan,
berkurangnya gerak diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
e) Foto polos abdomen yaitu untuk Kelainan dapat berupa gambaran ileus,
hepatomegali atau gambaran udara bebas di atas hati.
f) Ultrasonografi yaitu untuk Mendeteksi apakah ada kelainan traktus bilier dan
diafragma.
g) Tomografi kompeter yaitu untuk Melihat kelainan di daerah posterior dan
superior, tetapi tidak dapat melihat integritas diafragma.
h) Pemeriksaan serologi yaitu untuk Menunjukan sensitifitas yang tinggi terhadap
Pengobatan abses hati piogenik biasanya meliputi aspirasi cairan abses dengan
menggunakan jarum khusus. Tindakan operasi diperlukan bila abses terlalu besar atau telah
timbul perforasi. Selain itu, juga akan diberikan antibiotik untuk sekitar 4 6 minggu.
38
Terkadang, antibiotik saja dapat menyembuhkan infeksi. Untuk abses hati amebik,
pengobatan pada umumnya dengan antibiotik seperti metronidazole atau tinidazol. Selain itu,
pengobatan dengan paromomycin atau diloxanide juga dianjurkan untuk eradikasi amuba
dalam usus, sehingga mencegah penyakit datang kembali.
39
1). Stimulasi autoimun
Cedera autoimun melibatkan antibodi yang disebabkan zat sitotoksik atau
toksik. Jenis cedera terjadi ketika enzyme obat bermigrasi ke permukaan sel dalam
bentuk neoantigens. Neoantigens ini berfungsi sebagai target oleh T cells. Cedera
dapat diperburuk oleh adanya sel-sel inflamasi. Halotan, sulfamethoxazole,
carbamazepine, dan nevirapine adalah obat berhubungan dengan cedera autoimun.
Beberapa contoh obat dengan mekanisme menciderai autoimun yang dapat
menyebabkan penyakit hepatitis adalah dantrolene, isoniazid, fenitoin, nitrofurantoin,
dan trazodone. Penyakit progresif ini dapat menyebabkan tingkat kematian yang
tinggi dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki (Dipiro, 2007).
40
seluler protein (enzim) dan asam nukleat yang mengarah pada pembentukan induksi.
Dalam kasus toksisitas akut, enzim obat dapat menyebabkan cedera sel atau lisis sel.
Acetaminophen, furosemide,dan diklofenak adalah contoh dari mekanisme ini.
Perbedaan genetik hati individu dapat berperan dalam pentingnya proses ini. Pasien
dengan polimorfisme nukleotida tunggal (SNP) untuk kode varian lambat dapat
bereaksi dari CYP450 akan bereaksi secara berbeda dari orang-orang dengan SNP
yang kode varian untuk bereaksi sangat cepat (Dipiro, 2007).
41
BAB III
PENUTUP
3.1KESIMPULAN
42