Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam typoid merupakan permasalahan kesehatan global yang
penting dan harus mendapatkan perhatian secara khusus. Di seluruh dunia
penyakit ini di perkirakan menccapai 16 juta kasus tiap tahunnya dengan
600.0000 kasusu di laporkan berakhir dengan kematian . meskipun statusnya
dikatakan edemis di selurh dunia, sebagian besar kasus typhoid muncul di
kawasan Negara miskin dan berkembang terutama pada daerah dengan
sanitasi air dan lingkugan yang kurang memadai seperti Afrika,Asia dan
Amerika latin
(Zulkarnain Iskandar, 2006, Depkes, pertemuan ilmiah tahunan ilmu penyakit
dalam, Hal. 35)
Oleh karena itu peran perawat terhadap pasien demam typhoid
meliputi : promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Upaya meningkatkan
kesehatan klien , mencegah terjadinya penyakit, usaha penyembuhan yang
dapat di lakukan pada klien dan upaya pemulihanke\sehatan pada penderita
yang di rawat di rumah maupun terhadap kelompok kelompok yang
menderita penyakit yang sama yaitu pemberian cairan yang cukup, makanan
bergizi, vitamin dan pemeliharaan lingkungan bersih.
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella. ( Bruner and Sudart, 2001 ).
Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan
rendah, cenderungmeningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka
kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin.
Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif,
penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier.
Demam typhoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada
iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini
meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan
penyediaan sarana air yang baik dapatmengurangi penyebaran penyakit ini.
Penyebaran geografis dan musim : Kasus-kasus demam typhoid terdapat
hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak bergantung pada iklim
maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah yangkebersihan
lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.
Penyebaran usia dan jenis kelamin: Siapa saja bisa terkena penyakit itu
tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya
penyakit itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa seringmengalami
dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh
sendiri.Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat
pada tabel di bawahini. Usia persentase: 12 29 tahun 70 80 %, 30 39
tahun 10 20 %, > 40 tahun 5 10 %.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum:
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut :
Diharapkan mahasiswa dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik dan
tepat waktu.
Tujuan khusus:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dan teori keperawatan klien
dengan penyakit Typhoid Fever.
b. Memberikan asuhan keperawatan secara tepat melalui dari tahap
pengkajian, perumusan dari diagnosa keperawatan, pembuatan rencana
tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi terhadp tindakan dan
evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
c. Menggunakan sebagai bahan perbandingan antara konsep dan teori
yang didapat dengan khusus yang ada dilapangan.
d. Mengidentifikasi faktor penghambat dan penunjang dalam melaksanakan
Asuhan Keperawatan Pada Ny. B Dengan Gangguan Sistem Pencernaan :
Typhoid Fever
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Definisi
Deman Typhoid adalah penyakit akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan segala deman, gangguaan pada saluran pencernaan.
(Mansjoer, 2002,; 432)
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella. ( Bruner and Sudart, 2001 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella.
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut,
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan
dan minuman yang terkontaminasi.

2. Anatomi Fisiologi
a. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari dua
bagian yaitu:
1) Bagian atas: gusi, gigi, bibir, dan pipi.
2) Bagian dalam/rongga mulut.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus).
c. Esofagus
Terletak di mediastrium rongga torakal, anterior terhadap tulang
punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang
dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10 inci),
menjadi distensi bila maknan melewatinya.
d. Lambung
Ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah
tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung
yang dapat berdistensi dengan kapasitas sekitar 1500 ml. Intlet ke
lambung disebut pertemuan esofagogastirk. Bagian ini dikelilingi oleh
cincin otot halus , disebut sfringter esofagus bawah atau springter
kardia. Yang pada saat kontraksi, menutup lambung dari esofagus.
Lambung dapat dibagi kedalam empat bagian anatomi: kardia (jalan
masuk), fundus, korpus dan pilarus ( outtlet).
e. Springter piloris
Otot halus serkuler di diding pilorus yang berfungsi mengontol lubang
diantara lambung dan usus halus.
f. Usus halus
Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, dengan
panjangnya kurang lebih 2 m.
Lapisan usus halus terdiri dari:
1) Lapisan mukosa
2) Lapisan otot
3) Lapisan serosa (luar)
Usus halus terdiri dari 2 bagian yaitu:
1) Duodenum (usus duabelas jari)
Dengan panjang kurang lebih 25 cm, pada duo denim terdapat
muara saluran empedu dan saluran pankreas.
2) Yeyunum dan ileum
Dengan panjang kurang lebih 6 m, ujung bawah illeum
berhubungan dengan perantaraan lubang yang bernama orifisim
illeoseikal.
Fungsi usus halus:
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap
melalui kapiler oleh darah dan saluran limpa.
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3) Menyerap karbohidrat dalam bentuk monosakarida.
Dalam usus halus teradapat kelenjar yang menghasilkan getah usus
antara lain:
1) Entero kinase, mengaktifkan enzim proteolitik.
2) Eripsin, menerima protein menjadi asam amino.

g. Usus besar
Usus besar panjangnya kurang lebih 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan
usus besar terdiri dari (dari dalam keluar):
1) Selaput lendir
2) Lapisan otot
3) Lapisan ikat
4) Jaringan ikat
Fungsi usus besar:
1) Menyerap air dari makanan
2) Tempat tinggal bakteri coli
3) Tempat feses
Usus besar terdiri dari 7 bagian:
1. Sekum
2. Kolon asenden
Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari illeum sampai
ke hati, panjangnya kurang lebih 13 cm.
3. Apendik (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang kurang lebih 6 cm
4. Kolon tranversum
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang
kurang lebih 38 cm.
5. Kolon desenden
Terletak dalam rongga abdomen sebelah kiri membujur dari atas ke bawah
dengan panjangnya kurang lebih 25 cm.
6. Kolon sigmoid
Terletak di dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf S,
ujung bawah berhubungan dengan rektum.
7. Rektum
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus.
3. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C.
ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam
typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari
demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan
air kemih selama lebih dari 1 tahun.
4. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi
oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar
kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman
ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan
bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada
typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena
membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan
karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan
pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
PATHWAY TYPHOID
Salmonella typhosa

Saluran pencernaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Pendarahan dan Nyeri perabaan

Tukak Hepatomegali Splenomegali Demam

Kelenjar limfoid Hati Limpa Endotoksin usus halus

Perforasi Mual/tidak nafsu makan

Resiko kurang volume cairan

Perubahan nutrisi
5. Manifestasi Klinis
Masa tunas typhoid 10 14 hari
a. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam
hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala,
anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak
enak di perut.
b. Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah
yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali,
meteorismus, penurunan kesadaran
6. Kompikasi
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan
syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis,
kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan
perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis
dan arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit
pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-
kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk
diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi
bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang
lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat
demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia
sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
b) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
c) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Pada orang normal, agglutinin O dan H positif. Aglutinin O bisa sampai 1/10
sedangkan agglutinin H normal bisa 1/80 atau 1/160.
1/10. 1/80, 1/160 ini merupakan titer atau konsentrasi. Pada orang normal
tetap ditemukan positif karena setiap waktu semua orang selalu terpapar
kkuman Salmonella. Tes widal dikatakan positif jika
H 1/800 dan O 1/400.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.
Faktor faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. Faktor yang berhubungan dengan klien :
1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai
dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya
pada minggu ke-5 atau ke-6.
3. Penyakit penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat
menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi
seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut
dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi
sistem retikuloendotelial.
6. Vaksinasi (penanaman bibit penyakit yg sudah dilemahkan ke dl tubuh
manusia) dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan
kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O
biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer
aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab
itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang
mempunyai nilai diagnostik.
7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya :
keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun
dengan hasil titer yang rendah.
8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang
bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa
lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung
antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu
spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi
hasil uji widal.
Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada
penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen
dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
8. Penataksanaan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
c. Diet.
d. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
e. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
f. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
g. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
h. Obat-obatan.
i. Klorampenikol
j. Tiampenikol
k. Kotrimoxazol
l. Amoxilin dan ampicillin

TEORITIS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala: -Kelemahan,kelelahan,malaise,cepat lelah
-Insomnia,tidak teratur tidur demalaman karena diare
-Merasa gelisah dan anseitas.
-Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses
penyakit
2. Sirkulasi
Tanda : -Takikardia (respon terhadap demam,dehidrasi,proses inflanasi
dan nyeri)
-Kemerahan,area ekimosis (kekurangan vitamin k)
-TD:hipotensi termasuk postural
-Kulit/membran mukosa:turgor buruk,kering,lidah pecah-
pecah(dehidrasi/malnutrisi)
3. Integritas Ego
Gejala: Ansietas,ketakutan,emosi kesal,mis:perasaan tak ada
bedanya/tak ada
harapan
Tanda: Menolak,perhatian menyempit,depresi
4. Eliminasi
Gejala: Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau
berair
Tanda: Menurunya bising usus,tak ada peristaltik atau bedanya
peristaltik atau bedanya peristalik yang dapat dilihat
5. Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia,mual/muntah
Tanda: Penurunan lemah subkutan/massa otot kelemahan,tonus otot
sad turgor kulit buruk.Membran mukosa pucat,luka,inflamasi
rongga mulut.
6. Higiene
Tanda: -Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
-bau badan
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan
defekasi)
Tanda: Nyeri tekan abdomen/distensi
8. Keamanan
Gejala: Riwayat lupus eritematorus,anemia hemolotik,vaskulatis
Tanda: Lesi kulit mungkin ada mis,eritema nodusum(meningkat,nyeri
tekan,kemerahan dan bengkok)pada tangan,muka,pioderma
ganggrenosa(lesi,tekan purulen/lepuh dengan keunguan)pada
paha,kaki,dan mata)ankilosa spondilitis.
9. Seksualitas
Gejala: Frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
10. Interaksi sosial
Gejala: Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan tubuh b/d tidak adekuat d/d klien mengatakan
seluruh tubuhnya terasa panas, dan meriang, klien tampak lemas, hasil
palpasi tubuh klien panas dan berkeringat, mukosa bibir kering, wajah
tampak merah, dengan hasil vital sign : TD : 110/70 mmHg, RR :
22x/menit, HR : 86/menit, Temp : 39 C.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d masukan makanan tidak
adekuat d/d klien mengatakan selera makan menurun, karna saat
menelan terasa sakit, perut tidak terasa enak, diet yang disajikan hanya
habis porsi saja, klien tampak bermalas-malas saat makan, klien mual
dan muntah, TB : 165 Cm, BBL : 50 kg, BB sekarang 45 kg, keadaan
umum klien lemah, palpasi perut kembung.
3. Gangguan pola tidur b/d factor internal stress psikologis d/d klien
mengatakan takut akan penyakitnya, klien sering terbangun tengah
malam, klien tampak pucat, tidur malam 5 jam, tidur siang 2 jam,
klien sering menguap pada malam hari.
4. Intoleransi aktivitas sehari-hari b/d kelemahan umum d/d klien
mengatakan mudah lelah setelah melakukan aktivitas, klien tampak
lemah, pemenuhan aktivitas sehari-hari seperti nutrisi, eleminasi dank
klien sering berkeringat.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya b/d kurangnya
sumber informasi d/d klien mengatakan tidak mengerti tentang
penyakitnya dan pengobatannya, klien tampak agak bingung, klien sering
bertany-tanya apakah penyakitnya akan sembuh seperti sedia kala.

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan tubuh b/d tidak adekuat d/d klien mengatakan
seluruh tubuhnya terasa panas, dan meriang, klien tampak lemas, hasil
palpasi tubuh klien panas dan berkeringat, mukosa bibir kering, wajah
tampak merah, dengan hasil vital sign : TD : 110/70 mmHg, RR :
22x/menit, HR : 86/menit, Temp : 39 C.
KH :
- Klien tampak lebih baik, mukosa bibir lembab.
- Suhu tubuh dalam batas normal 37C

I/ Pantau tanda-tanda vital sign tiap satu jam.


R/ Untuk mengetahui keadaan umum klien
I/ Beri kompres air hangat pada kening, ketiak dan lipatan paha.
R/ Mengompres dengan air hangat dapat membuat Vasodilasi pori-pori
sehingga membantu menurunkan demam dan mengganti cairan yang
hilang.
I/ Beri klien minum air hangat.
R/ Minum yang banyak dapat membantu menrunkan demam dan mengganti
cairan yang hilang.
I/ Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik dan anti
biotik.\
R/ Obat antipiretik dapat menurunkan demam dan antibiotik untuk
mengatasi infeksi
I/ Kolaborasi dengan dokter cara pemberian terapi cairan infus ( IVFD).
R/ Cairan infus berguna untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d masukan makanan tidak
adekuat d/d klien mengatakan selera makan menurun, karna saat
menelan terasa sakit, perut tidak terasa enak, diet yang disajikan hanya
habis porsi saja, klien tampak bermalas-malas saat makan, klien mual
dan muntah, TB : 165 Cm, BBL : 50 kg, BB sekarang 45 kg, keadaan
umum klien lemah, palpasi perut kembung.
KH :
- Mual hilang
- Diet yang yang disajikan habis.
- Keadaan umum klien baik.
I/ Timbang berat badan klien setiap hari.
R/ Untuk mengetahui perubahan berat badan klien.
I/ Kaji pemenuhan nutrisi klien.
R/ Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.
I/ Kaji penyebab klien tidak selera makan.
R/ Untuk membantu perawat dalam membuat rencana tindakan sesuai
dengan masalah klien.
I/ Beri klien makan dalam porsi kecil tetapi sering.
R/ Untuk menghindari mual.
I/ Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi.
R/ Untuk meningkatkan selera makan klien.
I/ Auskultasi daerah abdomen klien.
R/ Untuk mengetahui peristaltik usus klien.
I/ Kolaborasi dengan dokter ahli gizi dalam pemberian diet.
R/ Untuk mengetahui jenis diet yang sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Gangguan pola tidur b/d factor internal stress psikologis d/d klien
mengatakan takut akan penyakitnya, klien sering terbangun tengah
malam, klien tampak pucat, tidur malam 5 jam, tidur siang 2 jam,
klien sering menguap pada malam hari.
KH :
- Klien dapat tidur nyenyak.
- Tidur malam 7-8 jam.
- Klien tampak segar.
- keadaan umum tampak baik.
I/ Kaji pemenuhan kebutuhan istirahat tidur klien.
R/ Untuk mengetahui istirahat tidur klien yang adekuat.
I/ Jelaskan pada klien akan pentingnya istirahat tidur.
R/ Untuk membantu pemenuhan kebutuhan istirahat tidur klien.
I/ Kaji keaadan umum klien.
R/ Untuk mengetahui tingkat kesehatan klien.
I/ Kaji penyebab klien tidak dapat tidur.
R/ Untuk mengetahui istirahat tidur yang seimbang.
I/ Kaji jumlah jam tidur klien dalam 1 hari.
R/ Untuk mengetahui jam tidur yang normal.
I/ kaji selera dan lingkar hitam di sekitar mata.
R/ Untuk mengetahui istirahat tidur yang cukup.
I/ berikan kompres hangat pada daerah perut.
R/ Untuk menghilangkan rasa nyeri pada daerah perut klien.
I/ Berikan suasana lingkungan yang nyaman.
R/ Untuk membantu pemenuhan istirahat tidur.
4. Intoleransi aktivitas sehari-hari b/d kelemahan umum d/d klien
mengatakan mudah lelah setelah melakukan aktivitas, klien tampak
lemah, pemenuhan aktivitas sehari-hari seperti nutrisi, eleminasi dank
klien sering berkeringat.
KH :
Klien mampu melakukan aktivitasnya tanpa bantuan orang lain
I/ Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
R/ Mencegah terjadinya kelelahan yang berlebihan.
I/ Bantu klien dalam melakukan aktivitas.
R/ Mencegah terjadinya kelelahan otot saat melakukan aktivitas
I/ Anjurkan tehnik menghemat energy
R/ Mendorong klien untuk mencegah kelemahan.
I/ Anjurkan pada klien untuk istirahat yang adekuat.
R/ Istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan penyakitnya.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya b/d kurangnya
sumber informasi d/d klien mengatakan tidak mengerti tentang
penyakitnya dan pengobatannya, klien tampak agak bingung, klien sering
bertany-tanya apakah penyakitnya akan sembuh seperti sedia kala.
KH :
- Klien tidak bertanya lagi tentang penyakit dan pengobatannya.
- Klien mengerti tentang proses pengobatan dan perawatan penyakitnya.
I/ Ajak klien berkomunikasi tentang pengetahuan klien dengan
menanyakan proses pengobatannya.
R/ Dengan mengkaji tingkat pengetahuan klien, diharapkan klien
mengerti tentang proses pengobatan penyakitnya.
I/ Ciptakan lingkungan saling percaya dengan klien yaitu dengan cara
memperkenalkan diri dan terus mendampingi klien/ mengadakan
pendekatan.
R/ Untuk mendapatkan informasi yang adekuat dari klien tentang
penyakitnya.
I/ Informasikan pada klien tentang penyakitnya, penyebab dan
pengobatannya.
R/ Untuk menambah pengetahuan klien tentang penyakitnya.
I/ Jelaskan pada keluarga secara berkelanjutan bahwa penyakitnya bisa
lebih membaik jika klien tetap menjaga kebersihan :diet MII dan
minum obat teratur.
R/ Dengan memberikan dukungan diharapkan klien yakin bahwa
penyakitnya akan sembuh.

BAB III
PENUTUP

1 KESIMPULAN
1. Pengkajian dilakukan berdasarkan teori Doenges, Pengkajian
dilakukan terhadap aktivitas/istirahat, sirkulasi, integrita ego,
eliminasi makanan/cairan, hygine, nyeri/kenyamanan, keamanan,
seksualitas dan interaksi social.
2. Mengkaji klien gangguan system pencernaan didapatkan keluhan
seperti demam, muntah, nafsu makan menurun, data ini dapat di
kumpulkan karena adanya kerjasama yang baik antara klien,
keluarga dan tim kesehatan lainnya.
3. Perencanaan keperawatan yang penting untuk klien thypoid Fever
adalah anjuran os banyak istirahat, melaksanakan program therapy
pengobatan.
4. Pelaksaan tindakan keperawatan pada klien Thypoid Fever dititik
beratkan supaya klien mendapat istirahat yang cukup dan
memberikan obat secara teratur.
5. Pada tahap evaluasi yang diperoleh setelah perawatan selama di
RSU. IPI Medan pada Ny. S masalah yang didapat sehingga sebagian
teratasi dengan baik dianjurkan kepada klien untuk mengontrol
tekanan darahnya ke Rumah sakit secara rutin.

2 SARAN
1. Pada perawat diharapkan agar dapat melaksanakan asuhan
keperawatan diruangan pada klien dan mampu melaksanakan
keperawatan sehingga tercapai asuhan keperawatan yang optimal,
serta kepada keluarga klien diharapkan dapat bekerja sama agar
perawat mendapatkan informasi yang akurat tentang kondisi klien.
2. Dalam menentukan diagnose keperawatan yang tepat pada klien
dengan thypoid fever harus diperhatikan sifat masalah keperawatan
berorientasi pada kebutuhan dasar manusia menurut Abraham
Maslow namun prioritas masalah kesehatan ini dapat bersifat
fleksibel sesuai situasi dan kondisi kasus.
3. Dalam merencanakan tindakan keperawatan yang tepat harus
mengarah kepada tujuan yang akan dicapai dan hendaknya
perencanaan direncanakan sesuai dengan kondisi dan situasi kasus.
4. Berhasilnya pelaksanaan keperawatan keperawatan tergantung pada
adanya kerjasama yang baik antara perawat dam tim kesehatan
lainnya.
5. Diharapkan terhadap mahasiswa/I dan perawat ruangan dapat
bekerjasama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan di ruangan
baik dimulai sejak pembuatan asuhan keperawatan.
6. Diharapkan terhadap Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia supaya
melengkapi fasilitas Rumah Sakit, antara lain, pagar tempat tidur
pasien diruang bangsal, barometer dan alat-alat medis lainnya, agar
mampu menghadapi persaingan di era globalisasi.
7. Diharapkan kepada dosen dan clinical instruktur di institusi dapat
meningkatkan ilmu keperawatan pada masa yang akan dating.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilynn, E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi VII,


Jakarta,
EGC.

Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid I, Jakarta,
EGC.

Ngatisyah, 1999, Perawatan Anak Sakit, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran,
ECG.

Zulkarnain Iskandar, 2006, Pertemuan Ilmia Tahun Ilmu Penyakit


Dalam,
Jakarta ECG.

Anda mungkin juga menyukai

  • Hajar Terus
    Hajar Terus
    Dokumen1 halaman
    Hajar Terus
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Lirik
    Lirik
    Dokumen1 halaman
    Lirik
    Kusnul Hidayatinur Aliyah
    Belum ada peringkat
  • Guna Tombol Windows
    Guna Tombol Windows
    Dokumen1 halaman
    Guna Tombol Windows
    Hendra Hash Awo
    Belum ada peringkat
  • Ctrs
    Ctrs
    Dokumen2 halaman
    Ctrs
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Kelompok Dusun I
    Kata Pengantar Kelompok Dusun I
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar Kelompok Dusun I
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Leaflet KB
    Leaflet KB
    Dokumen3 halaman
    Leaflet KB
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Surat Gotong Royong Dususn I
    Surat Gotong Royong Dususn I
    Dokumen1 halaman
    Surat Gotong Royong Dususn I
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • OPPUNG
    OPPUNG
    Dokumen16 halaman
    OPPUNG
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Askep Persalinan Normal1
    Askep Persalinan Normal1
    Dokumen17 halaman
    Askep Persalinan Normal1
    Rokhimatul Inayah
    Belum ada peringkat
  • Cover Dusun I
    Cover Dusun I
    Dokumen1 halaman
    Cover Dusun I
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Lansia Renhard
    Format Pengkajian Lansia Renhard
    Dokumen27 halaman
    Format Pengkajian Lansia Renhard
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • OPPUNG
    OPPUNG
    Dokumen16 halaman
    OPPUNG
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesaha Dusun I
    Lembar Pengesaha Dusun I
    Dokumen1 halaman
    Lembar Pengesaha Dusun I
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Lansiaxxxxxxxxxx
    Format Pengkajian Lansiaxxxxxxxxxx
    Dokumen25 halaman
    Format Pengkajian Lansiaxxxxxxxxxx
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Sap Hipertensi
    Sap Hipertensi
    Dokumen8 halaman
    Sap Hipertensi
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Askep Osteomielitis
    Askep Osteomielitis
    Dokumen10 halaman
    Askep Osteomielitis
    Nurul Latifah Sidik
    Belum ada peringkat
  • Askep INC
    Askep INC
    Dokumen59 halaman
    Askep INC
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Cooper
    Cooper
    Dokumen2 halaman
    Cooper
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Dedy
    Dedy
    Dokumen12 halaman
    Dedy
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 1 Haid
    Kelompok 1 Haid
    Dokumen8 halaman
    Kelompok 1 Haid
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Haid KLPK 1
    Gangguan Haid KLPK 1
    Dokumen14 halaman
    Gangguan Haid KLPK 1
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • LP Nifass
    LP Nifass
    Dokumen8 halaman
    LP Nifass
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Font KCL
    Font KCL
    Dokumen20 halaman
    Font KCL
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Askep Ibu Hamil DGN DM Print
    Askep Ibu Hamil DGN DM Print
    Dokumen19 halaman
    Askep Ibu Hamil DGN DM Print
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Daftar Konsul
    Daftar Konsul
    Dokumen2 halaman
    Daftar Konsul
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Font KCL
    Font KCL
    Dokumen20 halaman
    Font KCL
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Tipo 1
    Tipo 1
    Dokumen17 halaman
    Tipo 1
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat
  • Cover Ppom
    Cover Ppom
    Dokumen1 halaman
    Cover Ppom
    Angelia Manizz
    Belum ada peringkat