Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Bagi hewan yang melakukan fertilisasi internal dilengkapi dengan adanya organ
kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke
betina. Pada vertebrata yang hidup di air melakukan fertilisasi di luar tubuh (fertilisasi
eksternal), contoh ikan dan katak. Yang hidup di darat melakukan pembuahan di dalam tubuh
(fertilisasi internal). Pada mamalia jantan, alat kelaminnya disebut penis pada reptil seperti
cecak dan kadal menggunakan hemipenis (penis palsu), sedangkan pada bangsa burung
misalnya bebek, untuk menyalurkan sperma menggunakan ujung kloaka (Campbell, 2003).
Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup, perkembangan
anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan pada proses
fertilisasi. Misalnya hewan akuatik pada umumnya melakukan fertilisasi di luar tubuh
(fertilisasi eksterna), sedangkan hewan darat melakukan fertilisasi di dalam tubuh (fertilisasi
interna) (Pratiwi, 1996).
Baik fertilisasi internal maupun eksternal bergantung pada mekanisme yang menjamin
bahwa sperma dewasa menemukan telur yang fertil dari spesies yang sama. Fertilisasi
eksternal dan internal memerlukan pengaturan waktu yang kritis yang seringkali diperantarai
oleh petunjuk lingkungan, feromon, dan/atau perilaku percumbuan. Fertilisasi internal
memerlukan adanya interaksi perilaku penting antara hewan jantan dan betina dan juga
adanya organ kopulasi yang sesuai dan cocok (Campbell, 2004).
Reproduksi aseksual terjadi tanpa peleburan sel kelamin jantan dan betina. Reproduksi
aseksual terjadi pada hewan tingkat rendah atau tidak bertulang belakaang (avertebrata).
Reproduksi seksual umumnya terjadi pada hewan tingkat tinggi atau hewan betulang
belakang (vertebrata). Perkembangbiakan tersebut melibatkan alat kelamin jantan dan alat
kelamin betina dan ditandai oleh adanya peristiwa pembuahan (Fertilisasi). Reproduksi
aseksual pada hewan umumnya terjadi pada avertebrata dan tidak melibatkan alat
reproduksi. Ada 3 cara perkembangbiakan pada hewan secara aseksual, yaitu pertunasan,
pembelahan sel, dan flagmentasi. Kebanyakan organisme mempunyai perbedaan yang nyata
antara individu jantan dan individus betina (Campbell, 2004).
Berdasarkan tempat perkembangan embrio, pembuahan di dalam dapat dibedakan antara
perkembangan embrio di luar dan perkembangan embrio di dalam. Hewan yang embrionya
berkembang di luar adalah bangsa reptilia dan bangsa aves, sedangkan hewan yang
embrionya berkembang di dalam adalah bangsa mamalia ( Evie, 2007).
Reproduksi seksual terjadi pada hewan yang memiliki kelamin terpisah (dioecious).
Induk hewan harus menghasilkan sel kelamin yaitu gamet. Sel-sel gamet jantan dan betina
dihasilkan dari gonad dan haploid. Sel jantan dan betina kemudian bergabung dalam proses
fertilisasi untuk menghasilkan zygote yang kemudian berkembang menjadi hewan dewasa
( Edy, 2001).
Vagina adalah organ wanita atau organ hewan betina untuk kopulasi dan sebagai jalan
lahir atau jalan keluar anak. Vagina merupakan saluran fibromuskular, tidak mempunyai
kelenjar dan terdiri atas tiga lapisan yaitu tunika mukosa, tunika rauskularis, dan tunika
adventisia. Secret berupa mucus dalam lumen vagina berasal dari kelenjar-kelenjar serviks
uteri ( Pagarra, 2010).
Organ reproduksi jantan yaitu testis, tubulus seminiferus, dan epididimis. Testis
merupakan irgan utama pada jantan, biasanya berpasangan dan fungsi adalah menghasilkan
sperma dan hormon reproduksi jantan utamanya androgen. Tubulus seminifeus terdiri atas
jaringan ikat fibrosa, lamina basalis, dan epitel germinitivum. Epietl germinal terdiri dari 4-8
lapisan sel yang menempati ruang antara membrane basalis dan lumen tubulus. Epididimis
dibatasi oleh jaringan ikat pada bagian luar, lapisan otot polos ditengah, dan epitel berlapis
banyak palsu bersilia di bagian dalam. Pada tikus dan mencit, testis hanya terdiri dari satu
ruangan saja. Di dalam testis terdapat saluran-saluran halus yang melilit disebut tubulus
seminiferus, tempat berlangsungnya spermatogenesis (Adnan, 2010).
Pada mamalia jantan alat kelaminnya disebut penis, sedangkan pada reptil disebut
hemipenis. Pada bangsa burung dan katak untuk menyalurkan sperma digunakan ujung
kloaka. Pada umumnya, mamalia melahirkan anaknya (vivipar) dan kemudian menyusi
anaknya sampai anaknya mandiri. Beberapa perkecualian misalnya pada hewan paruh bebek
mereka bertelur, setelah menetas anaknya baru disusui. Pada hewan berkantung, contoh
kanguru, anaknya lahir muda kemudian merayap masuk ke kantung induknya, mencari puting
susu, kemudian menyusu dalam kantung sampai mandiri. Pada reptil, burung, dan mamalia
vertilisasi terjadi di dalam. Pada mamalia penis berkembang disekitar uretra dan mempunyai
tiga rongga cavernus yang terdiri dari jaringan erektil seperti spons. Kelenjar kelamin asesori
menghasilkan cairan seminal. Kelenjar kelamin asesori terdiri atas sepasang seminal vesikel
yang berhubungan dengan ujung distal dari vas deferens (Barnes, 1973).
Mencit memiliki panjang 65-95mm dari ujung hidung mereka ke ujung tubuh mereka,
mereka adalah ekor 60-105 mm. Bulu mereka berkisar antara warna cokelat muda sampai
hitam, dan umumnya berwarna putih atau bellys Buffy. Mencit memiliki ekor panjang yang
memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik (annulations). Tikus rumah
cenderung memiliki bulu panjang dan lebih gelap ketika hidup erat dengan manusia.
Beratnya berkisar antara 12-30g. Banyak tikus domestik telah dikembangkan, dan bervariasi
dalam warnam, dari putih menjadi hitam dan bintik-bintik (Radiopoetro, 1996).
Reproduksi aseksual pada hewan meliputi perkembangbiakan dengan konjungsi dan
peleburan dua sel gamet. Konjugasi, yaitu perkembangbiakan secara kawin pada organisme
yang belum jelas alat kelaminnya, contohnya Spirogyra. Peleburan dua sel gamet, dapat
terjadi pada hewan yang telah memiliki alat kelamin tertentu, contoh pada cacing tanah
terjadi perkawinan silang antara dua cacing yang kawin. Keuntungan cara reproduksi secara
aseksual ini adalah suatu individu tidak memerlukan pasangan untuk menghasilkan individu
baru sehingga akan mempercepat penyebarluasannya serta hanya mengeluarkan sedikit energi
dibandingkan dengan reproduksi secara seksual (Irlawati, 2000).
Reproduksi aseksual pada hewan lebih jarang terjadi pada tumbuhan. Beberapa cacing
kecil berkembang biak dengan cara fregmentasi. Setelah tumbuh mencapai besar norma,
cacing tersebut secara spontan terbagi-bagi menjadi delapan atau sembilan bagian. Setisp
bagian berkembang menjadi dewasa dan proses tadi terulang lagi. Sejumlah hewan
berkembang biak dengan cara pertunasan (budding). Pada beberapa spesies, seperti pada
ubur-ubur, tunas tersebut lepas dan hidup bebas. Pada yang lain, misalnya koral, tunas
tersebut tetap terikat pada induk dan proses ini menyebabkan terjadinya koloni. Pertunasan
juga lazim didapatkan pada hewan parasit. Contoh yang terkenal adalah cacing pita. Cacing
pita yang terdiri dari suatu kapsul yang mengandung skoleks (Kimball, 2000).
Beberapa spesies hewan tingkat tinggi berkembangbiak dengan cara yang menarik
yang disebut dengan partenogenesis. Hewan betina menghasilkan telur yang berkembang
menjadi anak tanpa di buahi. Partenogenesis terdapat pada ikan-ikan tertentu, sejumlah
serangga dan beberapa jenis kadal. Pada beberapa kasus, partenogenesis adalah satu-satunya
cara yang dapat dilakukan gewan tertentu untuk berkembangbiak.Tetapi yang lebih lazim,
hewan tersebut melakukan partenogenesis pada waktu tertentu. Perkembangbiakan secara
partenogenesis lebih cepat daripada secara seksual dan cara ini memungkinkan spesies dapat
cepat memanfaatkan sum ber makanan yang tersedia. Mungkin semua bentuk reproduksi
aseksual melancarkan kolonisasi dan eksploitasi yang efisien (Irlawati, 2000).
Biasanya reproduksi aseksual adalah suatu alternatif dan bukanya suatu pengganti dari
reproduksi seksual. Sebagaimana pada tumbuhan hanya pad reproduksi seksual dapat terjadi
kombinasi gen baru. Dalam waktu yang lama, variabilitas genetik yang terjadi karena
reproduksi seksual itulah yang memungkinkan suatu spesies secara cepat berdaptasi pada
perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Pada hewan tidak terdapat generasi haploid
dan diploid secara bergantian (Kimball, 2000).

BAB III

METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari / tanggal : Rabu / 21 Janusri 2015
Waktu : Pukul 10.00 s/d 12.00 WITA
Tempat : Green House Biologi FMIPA UNMMakassar
B. Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Papan bedah
b. Botol pembius
c. Kapas
d. Alat bedah
2. Bahan :
a. Kakak ( Rana cancarrivora ) jantan dan betina.
b. Mencit ( Mus musculus) jantan dan betina.
c. kloroform
C. Prosedur Kerja
1. Biuslah katak dengan menggunakan kapas yang telah ditetesi dengan kloroform ke dalam
botol pembius.
2. Letakkan katak di atas papan bedah, bagian ventral katak menghadap keatas.
3. Lakukan pembelahan lalu amatilah alat kelamin dalam meliputi: gonad, saluran reproduksi,
kelenjar assesori. Gambarlah hasil pengamatan atau gunakan kemera untuk memotret hasil
pengamatan anda.
4. Matikan mencit dengan menggunakan dislokasi leher, lalu bedahlah. Amati dan gambarlah
alat kelamin dari mencit atau potret hasil pengamatan anda.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Table 1.1 Gambar hasil pengamatan dengan gambar pembanding rana cancarivora betina
dan jantan.
Gambar Pembanding Hasil Pengamatan

Keterangan:
1. Ovarium 3. Kloaka
2. Oviduk 4. Uterus
Gambar Pembanding Hasil Pengamatan

Keterangan:
1. Vas deferens
2. Testis
3. Kloaka
Table 1.2 Gambar hasil pengamatan dengan gambar pembanding mus musculus betina dan
jantan.
Gambar Pembanding Hasil Pengamatan

Keterangan:
1. Ovarium kiri 4. Plasenta
2. Saluran telur 5. Uterus kiri
3. Embrio 6. Vagina
Gambar Pembanding Hasil Pengamatan

Keterangan:
1. Testis kiri
2. Vas deverens
3. Penis

B. Pembahasan
1. Pengamatan pertama pada rana cancarivora
a. Katak betina
Pada betina, ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan
lemak berwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal
dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan
oleh mesovarium.
Saluran reproduksi berupa oviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk
dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut
oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus
mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di kloaka.
Sistem reproduksi pada katak, pembuahannya terjadi secara eksternal, artinya penyatuan
gamet jantan dan gamet betina terjadi di luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya
dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari
pada pembuahan secara internal.
Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kita membedah katak betina
yang sedang bertelur, kita akan menjumpai bentukan berwarna hitam yang hampir memenuhi
rongga perutnya, itu merupakan ovarium yang penuh berisi sel telur, jumlahnya mencapai
ribuan.
Pada katak betina juga ditemukan semacam lekukan pada bagian leher, yang berfungsi
sebagai tempat pegangan bagi katak jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal ini diimbangi
oleh katak jantan dengan adanya struktur khusus pada kaki depannya, yaitu berupan telapak
yang lebih kasar. Fungsinya untuk memegang erat katak betina ketika terjadi fertilisasi.
Organ reproduksi katak betina. terdiri atas ovarium,ostium tuba, uterus, dan kloaka.
Ovarium sebagai penghasil telur. Oviduk adalah tempat saluran telur. Uterus yaitu tempat
perkembangan ovum, dan kloaka sebagai tempat pengeluaran.
Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak
bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupun korpus adiposum berasal dari
plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh
mesovarium.
organ-organ reproduksi seperti kloaka,uterus,oviduk dan telur. Kloaka merupakan rahim
tempat sel telur yang menyebabkan perutnya kembung, sedangkan oviduk sebagai sarana
saluran telur. Katak berkembangbiak dengan ovivar karena bertelur. Katak menghasilkan
beribu-ribu telur karena katak hidup di air,dan tidak memungkinkan sekali kalau katak itu
akan menghasilkan anak seperti manusia. Itu merupakan salah satu bentuk tingkah laku dari
katak untuk melestarikan spesiesnya agar tidak punah. Walaupun demikian, paling anak katak
yang mampu bertahan hidup adalah ratusan. Katak melakukan fertilisasi di luar
tubuhnya,caranya adalah dengan menekan bagian punggung katak betina dengan jari-jarinya
maka katak betina akan mengeluarkan sel telurnya dan kemudian kayak jantan juga akan
melepaskan spermatozoanya.
Saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok. Oviduk dimulai
dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum
abdominal. oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus.
Dan akhirnya bermuara di kloaka.
b. Katak jantan.
Pada Katak jantan, testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang
digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian
posterior rongga abdomen.
Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa
spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada
beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma
sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen
merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke
bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral
ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai.
Pada urodela lebih panjang daripada salientia yang berbentuk oval sampai bulat dan lebih
kompak. Pada caecilian, strukturnya panjang seperti rangkaian manik-manik. Pada
salamander testis terlihat lebih pendek dengan permukaan yang tidak rata. Badan lemak
terlihat pada gonad jantan.
2. Pengamatan kedua pada Mus musculus
Mus musculus termasuk ke dalam hewan vivipar (beranak). Hewan vivipar adalah hewan
yang melahirkan anaknya dan menyusui. Embrio berkembang di dalam tubuh induknya dan
mendapatkan makanan dari induknya dengan perantara plasenta (ari-ari). Pada praktikum
digunakan Mus musculus dengan jumlah sepasang, yaitu jantan dan betina yang memiliki alat
reproduksi yang berbeda. Pada mencit jantan, testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat
telur dan terletak di dalam skrotum, dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia.
Pada saluran reproduksi, tubulus semeniferus berkembang menjadi duktus eferen kemudian
akan menuju epididimis. Epididimis terletak di sekeliling testis.
a. Mencit betina
Pada saluran reproduksi, oviduk bagian posteriornya berdilatasi membentuk uterus yang
mensekresikan bungkus telur. Oviduk menuju ke sinis urogenital dan bermuara di kloaka.
Pada mamalia yang lain, duktus muller membentuk oviduk, uterus, dan vagina. Bagian
anterior oviduk (tuba falopi) membentuk infundibulum yang terbuka kearah rongga selom.
Pada mencit betina ini memiliki empat macam tipe uterus, yaitu dupleks, bipartil, bikomuat
dan simpleks. Pada mamalia memiliki kelenjar susu yang merupakan modifikasi dari kelenjar
keringat. Perkembangannya dikontrol oleh hormon estrogen dan progesteron.
b. Mencit jantan
Testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan terletak di dalam skrotum,
dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia. Ukuran testis tergantung pada
hewannya. Jika testis tidak turun ke skrotum disebutCryptorchydism yang menyebabkan
sterilitas. Lintasan antara rongga abdomen dan rongga skrotum disebut saluran inguinal.
Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus berkembang menjadi duktus eferen kemudian
akan menuju epididimis. Epididimis terletak di sekeliling testis. Epididimis anterior (kaput
epididimis) lalu kea rah posteriorkorpus dan kaudus yang berbatasan dengan duktus deferen.
Duktus wolf menjadi epididimis, duktus deferen, dan vesikula seminalis.
Mencit telah memiliki alat kelamin luar berupa penis. Alat kelamin dalam yaitu: Testis,
berjumlah dua buah terletak satu pada bagian kanan kelenjar bul bourethra dan satu di
sebelah kirinya. Testis berada dalam rongga perut dan terletak pada suatu kantong yang
disebut scrotum. Epididmis, melekat pada sisi posterior testis. Yang terdiri atas tiga daerah
utama, yaitu caput yang merupakan bagian kepala, corpus merupakan bagian tengah, dan
cauda yang merupakan bagian ujung atau ekor yang terletak di bawah testis. Vas defferens,
merupakan kelenjar pelengkap langsung dengan saluran epididmis dan vasikula seminalis,
strukturnya kecil memanjang dan berlekuk-lekuk. Vas efferens, saluran halus yang bermuara
pada kloaka. Vesikula seminalis, merupakan kelenjar asesoris yang terdapat dalam keadaan
berpasangan.
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Organ reproduksi katak jantan berbeda dengan katak betina. Pada katak jantan terdapat
sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih-putihan) terletak disebelah atas ginjal.
Organ reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium yang terdapat pada bagian belakang
rongga tubuh diikat oleh penggntungnya yang disebut mesovarium.
Organ reproduksi eksternal dapat diamati pada Mus musculus , pada betina yaitu vagina
dan jantan yaitu penis. Organ reproduksi mencit jantan terdiri dari testis, penis, vas deferens,
kelenjar bulbourethal. Sedangkan pada mencit betina terdiri dari ovarium, oviduk, dan
vagina. Organ reproduksi merpati jantan terdiri dari testis, vas deferens, kloaka. Sedangkan
merpati betina teridiri dari ovarium,ostium tuba, uterus, dan kloaka. Organ reproduksi katak
jantan terdiri dari testis, vas deferens, kloaka. Sedangkan katak betina teridiri dari
ovarium,ostium tuba, uterus, dan kloaka.
Perbedaan sistem reproduksi antara mencit dan katak adalah katak memiliki sistem
reproduksi eksternal, sedangkan mencit sistem reproduksi internal. Kemudian, katak
memiliki kloaka sebagai tempat keluarnya ovum dan sperma sedangkan mencit memiliki
penis dan vagina sebagai tempat keluarnya ovum dan sperma.
B. Saran
Praktikan agar kiranya lebih memperhatikan saat proses praktikum berlangsung dan
berhati-hati saat menggunakan alat laboratorium untuk mencegah kerusakkan pada alat
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2010. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Makassar.
Barnes, R.M. 1973. Motion Study and Time Study. Van Nostrand Reinhold Co. New York.

Campbell, Neil. A. Mitchel dan Recee. 2004. Biologi Umum Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.

Campbell, Jane B.Reece dan Laurence G. Mitchell. 2003. Biologi Umum Edisi kelima. Jakarta :
Erlangga.

Edy, Yuwono dan Purnama, Sukardi. 2001. Fisiologi Hewan Air edisi pertama. CV Sagung Seto:
Jakarta.

Evie, Azhfizar, Lucia. 2007. Mengenal Makhluk Hidup. Group Grafiti: Jakarta.
Irlawati. 2000. Ringkasan Materi Olimpiade Internasional. ITB: Bandung.

Kimball, W John. 2000. Biologi Jilid 2 edisi ke-5. Erlangga: Jakarta.

Pagarra, Halifah, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Struktur Hewan.Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Makassar.

Pratiwi, DA. Biologi 2. Erlangga: Jakarta.

Radiopoero.1998. Zoologi. Erlangga: Jakarta.

2.1 Sistem reproduksi hewan jantan dan betina

Sistem reproduksi hewan jantan terdiri atas sepasang testis, pasangan-pasangan


kelenjar asesori dan sistem ductus termasuk organ kopulasi. Testis berkembang didekat
ginjal yaitu pada daeah krista genitalis primitif. Fungsi testis ada dua macam yaitu
menghasilkan hormon sex jantan disebut androgen dan menghasilkan gamet jantan
disebut sperma. Scrotum mempunyai fungsi untuk memberikan kepada testis suatu
lingkungan yang memeiliki 1-8 F lebih dingin dibandingkan temperatur rongga
0

tubuh.Yang termasuk kelenjar asesori adalah sepasang vesicula seminalis prostat dan
sepasang kelenjar bulbourethra atau kelenjar cowper (Partodihardjo,1985).

Organ genitalia hewan jantan terdiri dari sepasang testis bentuk oval, terletak sebelah
ventral dari lobus renis yang paling cranial. Sepasang epididydimis, kecil, terletak pada
sisi dorsal testis. Berupa suatu saluran yang dilalui oleh spermatozoa dalam
perjalanannya menuju ductus deferens. Sepasang ductus deferens pada hewan muda
terlihat lurus pada hewan yang sudah tua kelihatan berkelok-kelok. Berjalan ke caudal
menyilangi ureter, kemudian bermuara pada cloaca pada sebelah lateral. Selain itu juga
ada mesorchium yang merupakan alat penggantung testis,berjumlah sepasang,
merupakan lipatan dari peritoneum.Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas
di abdominal ke arah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna
kuning terang. Pada unggas, bagian testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di
dalam skrotum. Yang terakhir yaitu epididymis berjumlah sepasang dan terletak pada
bagian sebelah dorsal testis yang berfungsi sebagai jalan cairan sperma kearah caudal
menuju ductus deferens.

Sistem reproduksi hewan betina terdiri atas ovarium yang bertanggung jawab atas
diferensiasi dan pelepasan oosit matang untuk fertilisasi dan perkembangbiakan dari
spesies. Ovarium juga sebagai organ endokrin yang memproduksi hormon steroid yang
memungkinkan berkembangnya ciri-ciri seksual betina sekunder dan mendukung
kebuntingan Pada umumnya, ovarium terdapat dua buah, yaitu kanan dan kiri yang
terletak di dalam rongga pelvis. Strukturnya oval, Ovarium tidak terikat dengan tuba
fallopi dengan saluran telur yang terbuka ke arah fimbriae. Tuba Fallopi merupakan
saluran reproduksi betina yang kecil, berliku-liku dan kenyal serta terdapat sepasang
dan merupakan saluran penghubung antara ovarium dan uterus. Selain itu juga ada
uterus yang memiliki dua buah tanduk (kornua uteri), satu buah tubuh (korpus uteri), dan
satu buah leher rahim (servik uteri). Didalamnya juga ada vagina yang merupakan
saluran kelamin betina yang berfungsi sebagai tempat penumpahan semen. Vagina juga
merupakan jalur pengeluaran fetus dan plasenta pada saat partus().

2.2 Histologi Testis

Testis terdiri dari kelenjar-kelenjar yang berbentuk tubulus, dibungkus oleh selaput tebal
yang disebut tunika albugenia. Pada sudut posterior organ ini terbungkus oleh selaput
atau kapsula yang disebut mediastinum testis. Septula testis merupakan selaput tipis
yang meluas mengelilingi mediastinum sampai ke tunika albugenia dan membagi testis
menjadi 250-270 bagian berbentuk piramid yang disebut lobuli testis. Isi dari lobulus
adalah tubulus seminiferus, yang merupakan tabung kecil panjang dan berkelok-kelok
memenuhi seluruh kerucut lobulus. Muara tubulus seminiferus terdapat pada ujung
medial dari kerucut. Pada ujung apikal dari tiap-tiap lobulus akan terjadi penyempitan
lumen dan akan membentuk segmen pendek pertama dari sistem saluran kelamin yang
selanjutnya akan masuk ke rete testis (Frandson,1993).

Dinding tubulus seminiferus terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu tunika
propria, lamina basalis dan lapisan epitelium. Tunika propria terdiri atas beberapa
lapisan fibroblas, yang berfungsi sebagai alat transportasi sel spermatozoa dari tubulus
seminiferus ke epididimis dengan jalan kontraksi. Lapisan epitel pada tubulus
seminiferus terdiri dari dua jenis sel yaitu sel-sel penyokong yang disebut sebagai sel
sertoli dan sel-sel spermatogonium. Sel-sel spermatogonium merupakan sel benih
sejati, karena sel-sel inilah dihasilkan spermatozoa melalui pembelahan sel. Sel-sel
spermatogonium tersusun dalam 4-8 lapisan yang menempati ruang antara membrana
basalis dan lumen tubulus.

2.3 Histologi Ovarium


Ternak betina tidak hanya menghasilkan sel kelamin (ovum) yang penting peranannya
dalam membentuk individu baru, tetapi juga menyediakan tempat beserta lingkungannya
untuk perkembangan individu baru, mulai dari pembuahan dan pemeliharaan selama
awal kehidupan sampai melahirkan. Organ reproduksi ternak betina terbentuk sebelum
dilahirkan sesuadah dilahirkan organ tersebut berkembang tahap demi tahap sampai
hewan mencapai dewasa kelamin dan mampu untuk mengandung dan melahirkan anak.
Ovarium terbentuk dari sel sel lembaga didalam ovarium. Berat ovum didalam ovarium
pada waktu lahir, tetapi hanya beberapa bagian kecil saja folikel yang menyelubungi
ovum dapat menjadi dewasa dan melepaskan ovum untuk dibuahi sperma. Folikel ini
menjadi dewasa dengan terbentuknya lapisan lapisan sel granulosa yang mengelilingi
ovum. Pendewasaan folikel disertai dengan penimbungan cairan yang menyebabkan
ovum terdesak kesalah satu posisi folikel itu dan berada didalam benjolan massal sel
yang bergranulosa. Didalam folikel yang menjadi dewasa, ovum yang berdegenerasi,
sehingga folikelnya ikut berdegenerasi.Setiap ovarium ditutupi oleh epitel kuboid
sederhana, epitel germinal, dan diatasnya terdapat lapisan kapsul jaringan padat ikat,
tunika albuginea yang bertanggung jawab untuk warna keputihan ovarium. Bagian yang
paling internal dari ovarium adalah medula, yang berisi jaringan ikat longgar dan
pembuluh darah.

Folikel adalah struktur berisi cairan yang merupakan tempat pertumbuhan sel-telur
(oocyte). Bagian penutup dari folikel mengandung sel-sel yang memproduksi hormon
betina (estrogen) dinamakan Estradiol 17 beta. Setelah melepaskan sel telur (ovulasi),
sel-sel produsen hormon ini ganti membuat hormon penunjang implantasi dinamakan
Progesteron. Struktur ini warnanya kuning dan dinamakan Corpus Luteum.
Folikel berasal dari epitel lembaga karena proses invaginasi. Dimana secara bertahap
folikel akan berpisah dari epitel lembaga dan terpancang di bawah tunica albuginea di
dalam lapisan parenchyma. Di sini folikel akan mengalami perubahan-perubahan untuk
menjadi dewasa, ovulasi dan pembentukan corpus luteum. Folikel pada semua periode
perkembangan dapat ditemukan pada kedua ovarium dewasa normal belum
menopause. Folikel terletak di korteks ovarium dan dibagi menjadi dua berdasarkan tipe
fungsinya, yaitu primordial (nongrowing) dan follikel yang tumbuh (growing). Folikel yang
tumbuh dibagi menjadi 5 tingkatan yaitu primer, skunder, tertier, matur (de Graaf) dan
atretik. Tiga tingkatan pertama dari pertumbuhan folikel tersebut tidak dipengaruhi oleh
hipofisis, tetapi diatur dalam mekanisme intraovarium. Tetapi setelah melewati tingkatan
ketiga, pertumbuhan folikel tersebut dipengaruhi oleh hormon gonadotropin.
Perkembangan folikel diawali dengan pertumbuhan oleh bertambahnya jumlah sel-sel
pipih yang mengelilingi oocyt, sel-sel pipih ini lambat laun berubah menyerupai kubus
lalu berjajar dan disebut folikel primer yaitu folikel sel dengan ovum berlapis sel tunggal.
Pada sapi mempunyai diameter 0,131-0,148 mm tanpa zona, sedangkan dengan zona
adalah 0,013-0,020 mm. Pada kambing atau domba tanpa zona 0,125-0,167 mm, dan
untuk tebalnya 0,009-0,012 mm (Kumar,2002).

Anda mungkin juga menyukai