Oleh:
Dimas Yuliar Sevanto
G9911112055
Pembimbing:
Dr. dr. Noer Rachma, Sp.KFR
dr. Trilastiti Widowati, Sp.KFR, M.Kes
dr. Desy Kurniawati Tandiyo, Sp.KFR
BAB I
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.W
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Alamat : Pandeyan, Ngemplak,Boyolali
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Periksa : 16 November 2012
No RM : 01157810
2. Keluhan Utama
Nyeri pinggang yang menjalar sampai kaki bawah
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri punggung dan menjalar ke
kaki. Nyeri dirasakan semakin memberat sejak 3 hari SMRS. Nyeri
semakin bertambah berat, terutama jika untuk berjalan dan mengangkat
barang. Nyeri telah dirasakan sejak 3 bulan SMRS, pasien mengeluhkan
nyeri pinggang kanan yang menjalar hanya sampai lutut. Pasien berobat
ke praktek dokter umum dan diberi obat anti nyeri. Keluhan berkurang
jika minum obat tapi sering kambuh kembali. Pasien sempat memakai
korset, namun karena nyeri sudah tidak begitu dirasakan pasien jarang
memakai korset lagi. BAB dan BAK tidak ada kelainan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat tensi tinggi : disangkal
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
3
3. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-),
spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).
4. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut
hitam.
5. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan
tak lansung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret
(-/-).
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
7. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
8. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor
(-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-).
9. Leher
Simetris, trakea di tengah, JVP tidak meningkat, kelenjar getah bening
tidak membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-).
10. Thorax
Retraksi (-), simetris
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Konfigurasi Jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-)
Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Simetris, fremitus raba kanan = kiri
5
Perkusi : Sonor/Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)
11. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Tympani, pekak beralih (-)
12. Ektremitas
oedem Akral dingin
- - - -
- - - -
N N
- kekuatan
N N
N N
- Tonus
N N
N N
- Reflek Fisiologis
+2 +2
+2 +2
- Reflek Patologis
- -
- -
Nervus Cranialis
N. III : Reflek Cahaya (+/+), Pupil Isokor (3 mm/ 3mm)
N. VII : dalam batas normal
N. XII : dalam batas normal
Pemeriksaan Vertebra
Lasseque test : ( +/+ )
Pattrick test : ( +/+)
Kontra Pattrick test : ( +/+)
15. Range of Motion
NECK
7
TRUNK
Fleksor M. Rectus Abdominis 5
Thoracic group 5
Ektensor
Lumbal group 5
Rotator M. Obliquus Eksternus Abdominis 5
Pelvic Elevation M. Quadratus Lumbaris 5
B. Pemeriksaan Radiografi
Foto Lumbo Sakral AP/ Lateral
1. Tampak batu radio opak di paravertebra kanan setinggi
VL IV
2. Osteofit ( + ) di VL I IV
3. Tampak VL IV bentuk baji
Kesan :
- Fractur compresi VL IV-V
- Spondilosis Lumbalis
10
IV. ASSESMENT
Klinis : Low back pain
Topis : Radik posterior VL IV-V
Etiologi : Fractur compresi VL IV-V d.d spondilitis ankilosa
V. DAFTAR MASALAH
Masalah Medis :
Low back pain
Hipertensi stage I (JNC VII)
Problem Rehabilitasi Medik
1. Fisioterapi : pasien sulit beraktivitas karena nyeri pada
punggung bawah
2. Speech Terapi : tidak ada
3. Okupasi Terapi : gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(ADL)
4. Ortesa-protesa : pro korset untuk mengurangi nyeri dan stabilisasi
5. Psikologi : beban pikiran karena kesulitan melakukan kegiatan
sehari-hari dan tidak dapat bekerja.
11
VI. PENATALAKSANAAN
Terapi Non Medikamentosa
1. Bed rest tidak total
2. Diet TKTP 1700 kkal
Terapi Medikamentosa
1. Infus RL D 5% 15 tpm
2. Injeksi Ketorolac 1 amp/8 jam
3. Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam
4. Injeksi Vitamin B1 1 amp/8 jam
5. Captopril tab 2 x 25 mg
6. Meloxicam 2 x 1
7. Diazepam 0-0-1 (2 mg)
Rehabilitasi Medik
1. Edukasi pasien dan keluarga mengenai penyakinya tersebut
2. Fisioterapi :
Istirahat jangka pendek, mulai dianjurkan saat ini karena efek
samping lebih minimal
Exercise pasif dan aktif, mobilitas korset
3. Speech Terapi : tidak ada
4. Okupasi Terapi :
Membiasakan good body mechanism pada penderita
Melatih aktifitas kegiatan sehari-hari.
Rekreatif : melatih ketrampilan sesuai dengan hobi dan pekerjaan
mengisi waktu senggang, mengurangi stress pikiran, dsb.
5. Sosiomedik :
Memberi edukasi kepada penderita dan keluarga mengenai
penyakit penderita
Edukasi keluarga untuk merawat dan membantu penderita
6. Ortesa-protesa :
Diberikan lumbosacral korset
12
7. Psikologi :
Psikoterapi suportif
Mengurangi kecemasan penderita, meningkatkan kepercayaan
diri penderita, penguatan psikologis penderita dan keluarga
diharapkan senantiasa memberikan dukungan dan perhatian.
VIII. GOAL
1. Mengurangi rasa nyeri
2. Perbaikan keadaan umum sehingga mempersingkat lama
perawatan
3. Memelihara dan meningkatkan luas gerak sendi
4. Meningkatkan kekuatan otot
5. Mengoptimalkan fungsi aktivitas kehidupan sehari-hari
6. Minimalisasi impairment, disabilitas, dan handicap pada pasien
7. Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk
keadaan penderita
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia
Ad sanam : dubia
Ad fungsionam : dubia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
13
Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu,
pegal yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah. Nyeri pinggang bawah
bukanlah diagnosis tapi hanya gejala akibat dari penyebab yang sangat beragam.
Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu :
A. Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar,
antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau
sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatic seperti
kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian.
Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot,
ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada
daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini
penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
B. Chronic low back pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-
ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya
dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena
osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis
dan tumor. Disamping hal tersebut diatas terdapat juga klasifikasi patologi
yang klasik yang juga dapat dikaitkan LBP. Klasifikasi tersebut adalah :
1. Trauma
2. Infeksi
3. Neoplasma
4. Degenerasi
5. Kongenital
c. Epidemiologi
Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
pada semua negara. Besarnya masalah yang diakibatkan oleh nyeri pinggang
15
dapat dilihat dari ilustrasi data berikut. Pada usia kurang dari 45 tahun, nyeri
pinggang menjadi penyebab kemangkiran yang paling sering, penyebab tersering
kedua kunjungan ke dokter, urutan kelima masuk rumah sakit dan masuk 3 besar
tindakan pembedahan. Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu periode usia yang
paling produktif, nyeri pinggang menjadi penyebab disabilitas yang paling tinggi.
Di Indonesia, LBP dijumpai pada golongan usia 40 tahun. Secara
keseluruhan, LBP merupakan keluhan yang paling banyak dijumpai (49 %). Pada
negara maju prevalensi orang terkena LBP adalah sekitar 70-80 %. Pada buruh di
Amerika, kelelahan LBP meningkat sebanyak 68 % antara thn 1971-1981.
Sekitar 80-90% pasien LBP menyatakan bahwa mereka tidak melakukan
usaha apapun untuk mengobati penyakitnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa LBP
meskipun mempunyai prevalensi yang tinggi namun penyakit ini dapat sembuh
dengan sendirinya.
d. Anatomi
Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus
invertebralis, ligamen antara spina, spinal cord, saraf, otot punggung, organ-organ
dalam di sekitar pelvis, abdomen dan kulit yang menutupi daerah punggung.
Columna vertebralis (tulang punggung) terdiri atas :
1. Vertebrae cervicales 7 buah
2. Vertebrae thoracalis 12 buah
3. Vertebrae lumbales 5 buah
4. Vertebrae sacrales 5 buah
5. Vertebrae coccygeus 4-5 buah
Vertebra cervicales, thoracalis dan lumbalis termasuk golongan true vertebrae.
Pada vertebrae juga terdapat otot-otot yang terdiri atas :
1. Musculus trapezius
2. Muskulus latissimus dorsi
3. Muskulus rhomboideus mayor
4. Muskulus rhomboideus minor
5. Muskulus levator scapulae
6. Muskulus serratus posterior superior
16
e. Penyebab
Penyebab nyeri pinggang bawah bermacam-macam dan multifaktor. Antara lain:
1. Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah yang
penting. Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri pinggang
bawah adalah :
a) Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus
vertebrae itu ( in utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan
korpus vertebraenya sendiri. Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu
sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke depan.
Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada
dalam kandungan, namun ( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan
degeneratif ) sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri
pinggang. Nyeri pinggang ini berkurang / hilang bila penderita duduk
atau tidur. Dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau
berjalan. Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks LV
sehingga timbul nyeri radikuler.
b) Spina Bifida
Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang
ditutupi oleh kulit yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa
didaerah itu ada tersembunyi suatu spina bifida okulta.
Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiat pada arkus
spinosus di daerah lumbal atau sakral. Karena adanya defek tersebut
maka pada tempat itu tidak terbentuk suatu ligamentum
interspinosum.
Keadaan ini akan menimbulkan suatu lumbo-sakral sarain
yang oleh si penderita dirasakan sebagai nyeri pinggang.
19
b. Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi
sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi
dan ekstensi.
23
2. Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis
spinal. Myelografi merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna
medium disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya
dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram
24
sehari.
Sebagai antiinflamasi 750 1500 mg, diberikan
4 x sehari.
Kontraindikasi : - Penderita tukak lambung
- Resiko terjadinya pendarahan
- Gangguan faal ginjal
- Hipersensitifitas
Efek samping : - Gangguan saluran cerna
- Anemia defisiensi besi
- Serangan asma bronkial
b) Golongan Paraaminofenol
Paracetamol dianggap sebagai analgesik-antipiretik yang paling
aman untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi.
Dosis terapi : 600 900 mg, diberikan 4 x sehari.
c) Golongan pirazolon
Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita,
lebih kuat dari pada paracetamol, dan efek sampingnya sangat
jarang.
Dosis terapi : 0,5 1 gram, diberikan 3 x sehari.
d) Golongan asam organik yang lain
Derivat asam fenamat
Yang termasuk golongan ini misalnya asam mefenamt, asam
flufenamat, dan Na-meclofenamat. Golongan obat ini sering
menimbulkan efek samping terutama diare. Dosis asam
mefenamat sehari yaitu 4500 mg, sedangkan dosis Na-
meclofenamat sehari adalah 3-4 x 100 mg.
Derivat asam propionat
Golongan obat ini merupakan obat anti inflamasi non steroid
(AINS) yang relatif baru, yang juga mempunyai khasiat anal
getik dam antipiretik. Contoh obat golongan ini misalnya
ibuprofen, naproksen, ketoprofen, indoprofen dll.
27
- Radiofrequency Lesioning
Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf
- Spinal Endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk memindahkan
atau menghilangkan jaringan scar.
- Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
- Elektro Thermal Disc Decompression
- Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation ( TENS )
28
c. Pelvic Tilt
29
Alat Bantu
1. Back corsets.
Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk mengatasi
Low Back Pain yang dapat membungkus punggung dan perut.
2. Tongkat Jalan
Operasi
Tipe operasi yang dilakukan oleh dokter bedah tergantung pada tulang
belakang/punggung pasien. Biasanya prosedurnya menyangkut pada
LAMINECTOMY yang mana menghendaki bagian yang diangkat dari vertebral
arch untuk memperoleh kepastian apa penyebab dari LBP pasien. Jika disc
menonjol atau bermasalah, para ahli bedah akan melakukan bagian laminectomy
untuk mencari tahu vertebral kanal, mengidentisir ruptered disc ( disc yang
30
buruk ), dan mengambil atau memindahkan bagian yang baik dari disc yang
bergenerasi, khususnya kepingan atau potongan yang menindih saraf.
Ahli bedah mungkin mempertimbangkan prosedur kedua yaitu SPINAL
FUSION, jika si pasien merasa membutuhkan keseimbangan di bagian spinenya.
Spinal fusion merupakan operasi dengan menggabungkan vertebral dengan bone
grafts. Kadang graft tersebut dikombinasikan dengan metal plate atau dengan alat
yang lain.
Ada juga sebagian herniated disc ( disc yang menonjol ) yang dapat diobati
dengan teknik PERCUTANEOUS DISCECTOMY, yang mana discnya diperbaiki
menembus atau melewati kulit tanpa membedah dengan menggunakan X-ray
sebagai pemandu. Ada juga cara lain yaitu CHEMONEUCLOLYSIS, cara ini
menggunakan penyuntikan enzim-enzim ke dalam disc. Cara ini sudah jarang
digunakan.
k. Larangan
a. Berdiri terlalu lama tanpa diselingi gerakan seperti jongkok.
b. Membawa beban yang berat.
c. Duduk terlalu lama.
d. Memakai sepatu hak tinggi.
e. Menulis sambil membungkuk terlalu lama.
f. Tidur tanpa menggunakan alas di permukaan yang keras atau menggunakan
kasur yang terlalu empuk.
l. Anjuran
a. Posisikan kepala dititik tertinggi, bahu ditaruh sedikit kebelakang.
b. Duduk tegak 90 derajat.
c. Gunakanlah sepatu yang nyaman.
d. Jika ingin duduk dengan jangka waktu yang lama, istirahatkan kaki di lantai
atau apa saja yang menurut anda nyaman.
e. Jika mempunyai masalah dengan tidur, taruhlah bantal di bawah lutut atau jika
tidur menyamping, letakkanlah bantal diantara kedua lutut.
f. Hindari berat badan yang berlebihan.
31
Definisi
Fraktur kompresi vertebra terjadi jika berat beban melebihi kemampuan
vertebra dalam menopang beban tersebut, seperti pada kasus terjadinya
trauma.Pada osteoporosis, fraktur kompresi dapat terjadi gerakan yang sederhana,
seperti terjatuh pada kamar mandi, bersin atau mengangkat beban yang berat.
Etiologi
Penyebab terjadinya fraktur kompresi vertebra adalah sebagai berikut:
1. Trauma langsung ( direct )
Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada jaringan tulang
seperti pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan benturan benda
keras oleh kekuatan langsung.
1. Jaringan lunak pada tulang belakang, yaitu ligamen, diskus dan faset.
2. Tulang belakang sendiri
3. Sumsum tulang belakang.
Mekanisme trauma pada tulang belakang
1. Fleksi
Trauma terjadi akibat fleksi dan disertai dengan sedikit kompresi pada verttebra.
Vertebra mengalami tekanan terbentuk remuk yang dapat menyebabkan kerusakan
atau tanpa kerusakan ligamen posterior. Apabila terdapat kerusakan ligamen
posterior, maka fraktur bersifat tidak stabil dan dapat terjadi subluksasi.
2. Fleksi dan rotasi
Trauma jenis ini merupakan trauma fleksi yang bersama-sama dengan rotasi.
Terdapat strain dari ligamen dan kapsul, juga ditemukan fraktur faset. Pada
keadaan ini terjadi pergerakan ke depan/dislokasi vertebra diatasnya. Semua
fraktur dislokasi bersifat tidak stabil.
3. Kompresi vertikal (aksial)
Suatu trauma vertikal yang secara langsung mengenai vertebra yang akan
menyebabkan kompresi aksial. Nukleus piulposus akan memecahakan permukaan
serta badan vertebra secara vertikal. Material diskus akan masuk dalam badan
vertebra dan menyebabkan vertebra menjadi rekah (pecah). Pada trauma ini
elemen posterior masih intak sehingga fraktur yang terjadi bersifat stabil.
4. Hiperekstensi atau retrofleksi
Biasanya terjadi hiperekstensi sehingga terjadi kombinasi distraksi dan ekstensi.
Keadaan ini sering ditemukan pada vertebra servikal dan jarang pada vertebra
torakolumbal. Ligamen anterior dan diskus dapat mengalami kerusakan atau
terjadi fraktur pada arkus neuralis. Frkatur ini biasanya bersifat stabil.
5. Fleksi lateral
Kompresi atau trauma distraksi yang menimbulkan fleksi lateral akan
menyebabkan fraktur pada komponen lateral yaitu pedikel, foramen vertebra dan
sendi faset.
GEJALA
33
Spinal cord Injury (SCI) mengacu pada setiap cedera sumsum tulang
belakang yang disebabkan oleh trauma. Gejalanya bervariasi tergantung dari
36
sumsum tulang dan saraf yg rusak, dapat berupa nyeri, paralysis, sampai
inkontinensia. SCI memiliki berbagai macam penyebab, yang tersering adalah
kecelekaan sepeda motor, kecelakaan kerja, sport injuries, dapat juga disebabkan
oleh proses penetrasi seperti luka tusuk atau luka tembak.
A. Klasifikasi
B. Gejala
37
a. Cervikal
Cedera pada bagian cervikal biasanya mengakibatkan tetraplegia
penuh atau parsial (quadriplegia) namun, tergantung pada lokasi
tertentu dan tingkat keparahan trauma.
Cedera pada C-1/C-2 sering akan mengakibatkan hilangnya reflek
bernapas, sehingga memerlukan ventilator mekanik
Cedera pada C3 di atasnya biasanya mengakibatkan hilangnya fungsi
diafragma, mengharuskan penggunaan ventilator untuk bernafas.
Cedera pada C4 menyebabkan hilangnya fungsi yang signifikan pada
bisep dan bahu.
Cedera pada C5 menyebabkan hilangnya potensi fungsi pada bahu dan
bisep, dan hilangnya fungsi lengkap di pergelangan tangan dan tangan.
Cedera pada C6 menyebabkan kontrol pergelangan tangan yang
terbatas, dan kehilangan fungsi tangan lengkap.
38
Efek dari cedera pada daerah lumbal atau sacral dari sumsum tulang
belakang mengalami penurunan kontrol dari kaki dan pinggul, sistem
kemih, dan anus. Usus dan kandung kemih fungsi diatur oleh daerah sacral
tulang belakang. Dalam cedera bagian sacral sangat mungkin untuk
mengalami disfungsi usus dan kandung kemih, termasuk infeksi kandung
kemih dan inkontinensia alvi, setelah cedera traumatis. Fungsi seksual juga
berhubungan dengan segmen tulang belakang sacral, dan sering
terpengaruh setelah cedera. Saraf yang mengontrol kemampuan pria untuk
memiliki ereksi refleks yang terletak di saraf sacral (S2-S4) dari sumsum
tulang belakang dan dapat terpengaruh setelah cedera tulang belakang
pada tingkat ini.
39
4. Rehabilitasi
a. Fase Akut
40
Latihan transfer
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata K.M., & Setiati S. (eds), 2007.
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen FK
UI.Hal : 599-604.
Sidartawan S., dkk. 2008. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta : Departeman Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hal : 168-171.