Anda di halaman 1dari 23

LBM 2

Step 1

Yellow discharge :

Cairan kekuningan yang biasanya mengandung bakteri

Conjunctiva injection :

Adanya pelebaran pembuluh darah a. conjunctiva posterior akibat kelainan mekanis (inflamasi dsb)

Step 2

1. Why the right eye had red colour since 3 days ago?
2. Why does the patients eye looks sticky and difficult to open?
3. Why the patients right eye is severe oedema palpebral with severe spasm, and small ulcers?
4. Explain the mechanism of papils at superior and inferior tarsal conjunctiva formation!
5. Explain the mechanism of fibrovascular fiber formation!
6. What is the classification of red eye symptom?
7. Mention and explain kind of discharge!
8. What are the examinations to examine the patients eye?
9. What is the diagnosis and differential diagnosis of the scenario?
10. What is the etiology of red eye?
11. What is the therapy for patient?
12. Apa saja flora normal dan patogen pada mata?
13. Mekanisme ocular surface disease!
Step 3

1. Why the right eye had red colour since 3 days ago?

Mata merah
Pada mata normal sclera terlihat berwarna putih karena sclera dapat
terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus
sinar

Hiperemi konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh


darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada
pembendungan pembuluh darah.

Bila terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva atau episclera atau


perdarahan antara konjungtiva dan sclera maka terlihat warna merah
pada mata yang sebelumnya berwarna putih

Mata merah karena melebarnya pembuluh darah konjungtiva , yang


terjadi pada peradangan mata akut missal konjungtivitis, keratitis,
iridosiklitis
Mata merah karena pembuluh darah superficial melebar diberi epinefrin
topical agar terjadi vasokonstriksi sehingga mata kembali putih.

Pembuluh darah pada konjungtiva :


arteri konjngtiva posterior mendarahi konjungtiva bulbi
arteru siliar anterior atau episklera , mencabangkan :
o arteri episklera masuk ke bola mata dengan arteri siliar posterior
longus, bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus
siliaris mendarahi iris dan badan siliar.
o Arteri perkornea mendarahi kornea
o Arteri episklera, merupakan bagian arteri siliar anterior mendarahi
bola mata.
Bila pembuluh darah di atas melebar mata merah.
Atau bias karena pecahnya pembuluh darah di atas.

Ilmu Penyakit Mata, Prof.dr.H.Sidarta Ilyas, SpM, FKUI

Saat ada benda asing masuk, tubuh akan membentuk suatu mekanisme
pertahanan tubuh yaitu melalui reaksi inflamasi atau peradangan, yang
pertama kali terjadi adalah adanya kalor (panas) karena vasodilatasi
pembuluh darah, tapi hal ini sangat jarang terjadi pada mata karena organ
nya kecil dan pembuluh darahnya tidak banyak dan kecil-kecil, kemudian
akan timbul rubor (kemerahan) karena vasodilatasi pembuluh darah dan
meningkatnya aliran darah pada daerah yang terkena, kemudian terjadi
tumor (pembengkakan) karena adanya peningkatan masa jaringan akibat
edema dan transudasi jaringan, lalu timbul dolor (rasa nyeri) karena akibat
rangsangan pada serabut saraf sensoris dan akhirnya dapat menyebabkan
fungsiolesa (fungsi organ yang terkena menjadi terganggu) .
Oftalmology Umum, Vaughan & Asbury , Ed. 17 EGC
Peradangan sistemik dan local

- Peradangan sistemik terjadi jika sistem imunitas tubuh tidak mampu


untuk menahan agen penyerang. Mekanisme dari peradangan tersebut
adalah sebagai berikut. Respon pertama adalah respon imun
nonspesifik. Basofil atau lebih tepatnya sel mast yang berada di
jaringanlah yang mengetahui masuknya suatu agen penyerang. Basofil
atau mastosit mengeluarkan faktor-faktor untuk memanggil leukosit
jenis lain. Contohnya faktor kemotaktik eosinofil untuk memanggil
eosinofil. Basofil juga melepaskan mediator kimiawi seperti bradikinin
untuk melebarkan pembuluh darah agar teman-temannya dapat masuk-->
Setelah itu tugas diambil alih oleh netrofil. Netrofil dapat memfagosit
benda asing dengan cepat namun kekurangannya hanya dapat sekali
pakai. Netrofil akan mati setelah memfagosit. Pertahanan selanjutnya
adalah makrofag. Makrofag berasal dari monosit yang sudah teraktivasi.
Makrofag dapat memakan lebih banyak dan berkali-kali namun sayang
aktifasinya lambat.
- Jika respon imun nonspesifik ini tidak berhasil maka respon imun
spesifik akan bekerja. Makrofag akan berubah fungsi sebagai Antigen
Presenting Cell (APC) yang memperlihatkan serpihan antigen penyerang
dengan membawanya di Major Histocompatability Complex (disingkat
MHC, pada manusia disebut Human Leukocyte Antigen [HLA]) tipe II
MHC II akan berikatan dengan Limfosit T helper (CD4) pada bagian
T Cell Receptor (TCR) Sel T helper akan memproduksi mediator
kimiawi seperti interleukin 2,4,5 yang digunakan untuk pematangan sel B
pembentuk antibodi, interferon gamma untuk memanggil makrofag lain,
interleukin 2 juga digunakan untuk mengaktifkan sel T lain sperti T
sitotoksik (CD8) yang dapat membunuh dengan menggunakan enzim
perforase yang dapat melubangi membran sel target. Jadi dapat dikatakan
bahwa sel T helper adalah jenderal dar sistem imun. Makrofag sebagai
APC juga akan mengeluarkan interleukin 1 sebagai respon atas keluarnya
mediator kimiawi T helper.
- Menurut penelitian interleukin 1 dapat mengaktivasi prostatglandin yang
kemudian berdampak pada pengaturan suhu tubuh. Hal inilah yang
menyebabkan adanya demam pada sebagian besar proses inflamasi.
- Setelah dirangsang pematangannya oleh sel T helper, sel B berkembang
menjadi imunoglobluin (antibodi) yang akan bertugas menetralisir agen
penyerang.
- Adanya kompleks antigen-antibodi akan memicu sistem komplemen tipe
klasik yang bertugas untuk menjaga respon imun tetap terus berlanjut
sampai agen penyerang mati.
- Contohnya C3b yang mengakibatkan opsonisasi yaitu penempelan
beberapa kompleks antigen antibodi untuk bersama-sama dikeluarkan
atau dihancurkan. Komplemen C5b6789 berfungsi sebagai zat pelisis
membran sel target bersama-sama dengan sel T sitotoksik. Semua hal itu
membutuhkan kerjasama yang baik antar semua komponen sistem imun.
(Boedina, 2003; Guyton 1997; Wilson, 2005)

2. Why does the patients eye looks sticky and difficult to open?
Sel sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva epitel permukaan
bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel2 goblet untuk membentuk eksudat
konjungtiva menyebabkan perlengketan pada tepi palpebra

Oftalmology Umum, Vaughan & Asbury , Ed. 17 EGC dan Ilmu Penyakit Mata,
Prof.dr.H.Sidarta Ilyas, SpM, FKUI
Cedera epitel konjuctiva dapat diikuti oleh edem epitel, kematan sel dan eksfoliasi, hipertrofi
epitel atau pembentukan granuloma. Mungkin juga terjadi edema stroma konjuctiva (kemosis)
dan hipertrofi lapisan limfoid troma (pembentukan folikel). Dapat ditemukan juga sel-sel radang
bermigrasi dari stroma konjuctiva melalui epitel ke permukaan. Sel-sel kemudian
bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet untuk membentuk eksudat konjuctiva
yang menyebabkan perlengketan terutama pada pagi hari.
Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Ed.17

3. Why the patients right eye is severe oedema palpebral with severe spasm, and small ulcers in the
anterior lids?

*Terjadinya reaksi inflamasi kontaminasi eksternal karena mekanik (menggosok mata) peran Ig
E di permukaan sel mass <jika alergi/hipersensitivitas 1> ikatan antibody dengan sel mass
fagosit benda asing produksi histamine reaksi pembuluh darah di konjungtiva dilatasi kalor
pada konjungtiva (memerah) ekstravasasi plasma ke jaringan oedema / tumor pendesakan
saraf sensorik dolor fungsiolesa

**Severe spasm : mechanism???

***Sel-sel radang dan sel plasma migrasi ke epitel permukaan bergabung fibrin dan secret sel
goblet bila tidak dapat mengalir keluar akan tersumbat membentuk oedema pecah ulcers

4. Explain the mechanism of papils at superior and inferior tarsal conjunctiva formation!

Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang


interstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada
konjungtiva akan dijumpai hiperemi dan vasodilatasi difus, yang dengan
cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang
menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini
akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva
sehingga terbentuklah gambaran cobblestone
Oftalmology Umum, Vaughan & Asbury , Ed. 17 EGC

5. Explain the mechanism of fibrovascular fiber formation!


*Sel-sel radang dan sel plasma migrasi ke epitel permukaan bergabung fibrin dan secret musin sel
goblet serat fibrovaskular

6. What is the classification of red eye symptom?


a. Mata merah visus tidak turun/normal : konjugtivitis, trachoma, dll
b. Mata merah visus turun, mengenai media refrakta : glaucoma, keratitis, dll
c. Mata tenang visus turun mendadak : ablasio retina
d. Mata tenang visus turun perlahan : katarak
e. Trauma mata : trauma fisik tumpul maupun tajam, kimia, dan radiasi (infra red)

7. Mention and explain kind of discharge!


Macam-macam sekret
Sekret serous
Encer seperti air dengan penyebabnya virus.
Setelah dua/ tiga hari dapat menjadi mukopurulen, karena super infeksi
dari kuman komensal, (daya tahan menurun sehingga kuman komensal
tumbuh tak terkendali)
Sekret mucous
kental, bening, elastis (bila ditarik dengan ujung kapas),
penyebabnya biasanya karena proses khronis/alergi
Fibrin-fibrin dalam keadaan utuh.
Klinis : bila ditutul kapas akan mulur (elastis) Sebab zat mucous terdiri
dari fibrin
Secret purulen
Makin ganas kumannya makin purulen (nanah) mis : Gonococcen
Banyak sel yang mati, terutama leucocyt, dan jaringan nekrose
Kuman-kumannya type ganas, fibrin sudah hancur.
Bila ditutul kapas, ia akan terhisap, sifatnya seperti air,berwarna kuning
Campuran : mucopurulen, kental berwarna kuning, elastis.
Penyebabnya: biasanya kuman coccen yang lain.
Sekret Pseudo-membranacea
Seolah-olah seperti melekat pada conjunctiva tetapi mudah diambil dan
tak mengakibatkan perdarahan. Penyebabnya antara lain streptococcus
haemoliticus
Sekret Membranous :
Misal : pada conjunctivitis diphtherica.
Terbentuk sekret, sel - sel lepas dan terbentuk jaringan nekrotik.
Terjadi defek konjungtiva.
Membran sukar dilepas dan bila dipaksa akan berdarah karena ada
ulkus dibawahnya.
Bila dilepas /dikupas akan berdarah
Sekret Sanguis
Sekret berdarah.
Terdapat pada konjungtivitis karena virus yang sangat virulent.
Sering disertai sekret purulent setelah dua/ tiga hari, karena ada super
infeksi dari bakteri komensal.

Oftalmology Umum, Vaughan & Asbury , Ed. 17 EGC dan Ilmu Penyakit
Mata, Prof.dr.H.Sidarta Ilyas, SpM, FKUI

Sekret Penyebab Gambar


seorous Virus

Encer seperti air


mukous Alergi

kental, bening, elastis (bila ditarik


dengan ujung kapas)
purulen Bakteri2 tipe ganas ex.
Gonorrhoe

cair keruh kuning


Banyak sel yang mati,
terutama leucocyt, dan
jaringan nekrose

mukopurulen Bakteri

membranous Biasanya pd
konjungtivitis dipteria

Terbentuk sekret, sel -


sel lepas dan terbentuk
jaringan nekrotik
Membran sukar dilepas
dan bila dipaksa akan
berdarah karena ada
ulkus dibawahnya.

pseudomembran streptococcus
haemoliticus
Seolah-olah seperti
melekat pada
conjunctiva tetapi
mudah diambil dan tak
mengakibatkan
perdarahan
sanguis karena virus yang Sekret berdarah
sangat virulent dan Sering disertai sekret
super infeksi bakeri purulent setelah dua/
komensial. tiga hari, karena ada
super infeksi dari bakteri
komensal.

8. What are the examinations to examine the patients eye?


- Pemeriksaan fisik mata : px fokal iluminasi, segmen anterior mata
px visus, apakah ada penurunan ketajaman penglihatan?
dll
- Pemeriksaan lab pengecatan gram (mikro)

dll

9. What is the diagnosis and differential diagnosis of the scenario?

Konjungtivitis bacterial

Tanda dan gejala :

- Kemerahan bilateral.

- Eksudat purulent dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur.

- Udem palpebra ( jarang ).

Untuk Konjungtivitis ok kuman GO didapatkan tanda/gejala :


- Eksudasi masif.

- Kemosis berat.

- Preaurikuler limfadenopati.

- Jika tidak tertangani dengan baikinfiltrasi kornea kornea

luluhperforasi.

Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan swab secret mata untuk dilakukan :

- Pengecatan Gram : kuman penyebab.

- Pengecatan Giemsa : sitologi konjungtiva

Penatalaksanaan : disesuaikan dengan kuman penyebab.

Konjungtivitis GO :

Antibiotika sistemik :

a. Ceftriaxone 1 gr im bila tidak dijumpai perforasi kornea.


b. Ceftriaxine 1 gr iv/12 jam selama 3 hari berturut-turut bila dijumpai perforasi kornea.
c. Injeksi PP/ Garamycin.
d. Tetes gentamycin tiap jam atau tetes PP 15.000 IU tiap jam.
e. Bersihkan secret tiap jam dan irigasi dengan normal saline tiap jam.
f. Isolasi ( jika sangat infeksius ).
Antibiotika topical: eritromisin EO, basitrasin EO, gentamisin EO, siprofloksasin ED.

Konjungtivitis Clamidia

Stadium klinis :

- Prefolikel

l
- Folikel

- Sikatriks

- Sanata

Untuk pengendalian WHO mengembangkan cara sederhana untuk memeriksa penyakit


tersebut. Ini mencakup tanda-tanda berikut :

g. TF : lima/> folikel pada konjungtiva tarsal superior.


h. TI : infiltrasi difus dan hipertrofi papiler konjungtiva tarsal superior yang sekurang-
kurangnya menutupi 50 % pembuluh darah profunda normal.
i. TS : parut konjungtiva trakomatosa.
j. TT : trikiasis/entropion.
k. CO : kekeruhan kornea.
Komplikasi : entropiontrikiasiserosi korneainfeksisikatriksvisus

Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium : Sitologi Giemza : inclusion bodies

Fluorescin antibody

Ensim immuno assay test

Penatalaksanaan :

- Tetrasiklin 1 1,5 gr/hr selama 3 4 minggu.

Eso : hepatotoksik

Depresi sumsum tulang

- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 3 minggu

- Azitromisin dosis tunggal ( mahal )

- Topikal : Tetrasiklin salep

Sulfonamid

Eritromisin

Rifampin

Topikal tersebut diberikan 4 x sehari selama 6 minggu.

Penyebab : Adenovirus type 3,4,7 ( Demam faringokonjungtival )

Adenovirus type 8,19,29,37 ( Keratokonjungtivitis epidemika )

Virus Herpes Simpleks

Tanda dan gejala :

- Demam ( Demam Faringokonjungtival )

- Folikel di konjungtiva palpebra

- Pembesaran kelenjar limfe pre aurikuler

- Nyeri tekan pada Keratokonjungtivitis epidemika

- Tidak nyeri tekan pada Demam faringokonjungtival

Pemeriksaan laboratorium : sitologi Giemsa sel mononukleus

Penatalaksanaan :
l. Self limited.
m. Kompres dingin agar nyaman.
n. Topikal vasokonstriktor.
o. Topikal antibiotika bila terdapat kecurigaan sekunder infeksi.
p. Konjungtivitis Herpes Simpleks : Topikal antiviral
Asiklovir 2 gr/hr slm 7-10 hari

q. Istirahat.

Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis vernalis

r. Reaksi alergi type I dan IV


s. Laki-laki lebih banyak darpada wanita
t. Usia pra pubertas dan berlangsung selama 5 10 tahun.
Ada 2 type :

1. Type palpebral
Cobble stone di daerah konjungtiva palpebra superior > inferior.

( berbentuk seperti susunan batu kali )

2. Type limbal
Trantas dot pada daerah limbus.

Pemeriksaan laboratorium : eosinofil >>

Penatalaksanaan :

- Anti histamine : klorfeniramine maleat.

- Mast stabilizer : sodium kromoglikat.

- Steroid topical ( hati-hati pada penggunaan jangka panjang )

ESO : katarak
Glaucoma

10. What is the etiology of red eye?

u. Infeksi:
o a. Bakterial : Neisseria GO
o Neiseria meningitidis
o Pneumokokus
o Haemofilus influenza
o Stafilokokus
o Streptokokus
o Klamidia trakomatis
o c. Virus : Adenovirus
Varicella-Zooster

Herpes simpleks

o Riccketsial
o Fungi : Candida

o Parasit : Onchocerca volvulus


Loa-loa

Ascaris lumbricoides

Larva lalat

v. Imunologi/alergi:
o Reaksi imunologi cepat : Konjungtivitis vernal
Konjungtivitis atopik

Konjungtivitis giant papil

o Reaksi imunologi lambat: Phlygtenulosis


o Penyakit autoimmune : Keratokonjungtivitis sicca
Pemfigoid sikatriks

w. Iritatif/ kimiawi
o Iatrogenik: Miotika
Idoxuridine
Obat-obat topikal lain

Larutan lensa kontak

o Berhubungan dengan pekerjaan:Asap, asam, basa, angin sinar


UV, bulu ulat.

d. Etiologi tidak diketahui : Folikulosis

Konjungtivitis folikuler menahun

Konjungtivitis limbik superior

episkleritis, serta penatalaksanaannya !

Jawab :

Episkleritis adalah peradangan pada jaringan episklera

- Auto immune disease

- Self limited disease

- 20 50 tahun

- Kemerahan/ injeksi episkleral, biasanya lebih lurus dari limbus menuju fornik dan
berwarna lebih keunguan. Pembuluh darah episklera maupun konjungtiva dapat digerakkan
serta mengalami konstriksi dengan pemberian epinefrin 10 %. Injeksi ini terjadi pada zone
yang exposure

Klasifikasi : Simple ( difused )

Noduler

Penatalaksanaan :

- Sembuh sendiri ( 1 2 minggu )

- Topikal / oral NSAID

Flurbiprofen 300 mg/hr setelah terkontrol dosis diturunkan 150 mg/hr.

Indometasin 3 x 25 mg.

- Topikal vasokonstriktor.

- Topikal steroid.

Dexamethason 0,1% selama 3 4 hari.

skleritis, tanda dan gejalanya serta


Penanganannya !

Jawab :

Skleritis adalah peradangan pada sclera.

Merupakan auto immune disease.


Kemerahan / injeksi skleral, dimana letaknya lebih profunda, tidak dapat digerakkan dan tidak
mengalami konstriksi dengan epinefrin. Injeksi sclera menunjukkan adanya peradangan pada
sclera, berasal dari serabut profunda arteri ciliaris.

Klasifikasi : a. Skleritis anterior

- Difuse
- Noduler
- Nekrotikans : dengan inflamasi
Tanpa inflamasi

b. Skleritis posterior

Klinis : - Nyeri.

- Bola mata warna ungu gelap.

- Injeksi sclera.

Pemeriksaan penunjang :

-Biasanya berhubungan dengan penyakit sistemik ( sifilis, TBC, Herpes


Zooster, Morbus Hansen ).
- Lab : Diff count, LED, urin rutin, asam urat, sifilis serologi, rheumatoid factor,
x foto dada.
Komplikasi : keratitis perifer, uveitis, katarak, glaucoma, penipisan sclera.

Penanganan :

- Topikal steroid.
- Oral NSAID : Indometasin 100 mg/hr
Ibuprofen 300 mg/hr

- Bila 1 2 mgg tidak berespon dapat diberikan steroid dosis tinggi 80 mg/hr
dan diturunkan secara bertahap selama 2 mgg kemudian dimaintenance
dengan dosis 10 mg/hr.

hordeolum
Jawab :
- Hordeolum merupakan infeksi kelenjar pada palpebra.

- Ada dua jenis :

a. Hordeolum eksterna : infeksi pada kelj. Zeis / Moll

lebih kecil dan letak lebih superficial

b. Hordeolum interna : infeksi pada kelj. Meibom

lebih besar dan lebih profundal

- Klinis : nyeri, merah dan bengkak pada palpebra.

- Penyebab : infeksi Stafilokokus aureus

- Terapi :Kompres hangat 3-4 kali/hari selama 10-15 menit.

Insici dan drainage untuk keluarkan pus, cara insisi :

- Vertikal permk konjungtiva pada h. internum untuk


menghindari terpotongnya kelj. Meibom.

- Horisontal pada kulit untuk H. eksternum untuk


Mengurangi luka parut.

Salep Antibiotika

pterygium ?
Jawab :

- Pterygium adalah lipatan pada konjungtiva dan merupakan jaringan


fibrovaskuler yang dapat menginvasi kornea superficial.

- Bentuk segitiga, umumnya di sisi nasal, secara bilateral.

- Keadaan ini diduga merupakan fenomena iritatif akibat sinar UV, udara

kering, lingkungan dengan angin banyak, berdebu dan berpasir.

- Terapi : eksisi jaringan pterygium

pinguicula ?
Jawab: Pinguicula adalah nodul kuning pada kedua sisi kornea ( lebih sering pada sisi nasal ) di
daerah aperture palpebra. Nodul terdiri atas jaringan elastis hialin dan kuning. Jarang
bertumbuh besar, namun sering meradang.

Bagaimana penatalaksanaannya ?
Jawab :

- Steroid topical lemah ( Prednisolone 0,1 % )


- NSAID topikal

blefaritis ?

Jawab: Blefaritis adalah peradangan pada margo palpebra.

Ada berapa macam blefaritis

Jawab :

Ada 2 tipe :

a. Blefaritis anterior :
- Blefaritis ulserosa ok Stafilokokus

Ulcus pada folikel silia

Silia mudah dicabut


- Blefaritis skuamosa ok Pytirosporum ovale

Sisik berminyak pd folikel silia

Silia mudah dicabut

b. Blefaritis posterior : oleh karena disfungsi kelenjar meibom.

Bagaimana penatalaksanaannya
Jawab :

Blefaritis Anterior : kebersihan muka

Salep antibiotika Gram (+)

Digosok dengan cotton aplikator

Blefaritis Posterior : Tetrasiklin 2 x 250 mg atau Erythromicin 3 x 250 mg

Diberikan selama 2 minggu

Topikal : steroid ringan

11. Apa saja flora normal dan patogen pada mata?


12. Mekanisme ocular surface disease!

Px fisik dan
Step 4
penunjang
Mata Merah Visus Normal Konjungtivitis
Blefaritis Diagnosis
Pterigium
Visus Turun Pinguekula
Skleritis
Episkleritis Terapi
Hordeolum

Anda mungkin juga menyukai