Anda di halaman 1dari 22

Dok, hidung anak saya bau..

Step 1

Rinoscopi Anterior : pemeriksaan pada rongga hidung untuk melihat hidung bagian dalam yang
dinilai, mukosa septum, concha, ada tidak sekret, massa atau benda asing (corpus alienum )

Step 7

1. Jelaskan Anatomi hidung ?

2. Jelaskan Fisiologi hidung ?

Fungsi hidung adalah :

1. Jalan napas
2. alat pengatur kondisi udara (air conditioning)
3. penyaring udara
4. sebagai indra penghidu
5. untuk resonansi suara
6. turut membantu proses bicara
7. refleks nasal
Sebagai Jalan Napas :

Inspirasi udara masuk melalui nares anterior naik ke atas setinggi konka media
turun ke bawah (nasofaring) aliran udara berbentuk lengkungan atau arkus.

Ekspirasi udara masuk melalui koana mengikuti jalan yang sama dengan
inspirasi tetapi bagian depan aliran udara memecah sebagian melalui nares
anterior da sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung
dengan aliran dari nasofaring.

Pengatur Kondisi Udara :

Untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke alveolus paru.

Cara:

a. Mengatur kelembaban udara . fungsi ini dilakukan oleh palut lender(mucous


blanket). Pada musim panas, udara hamper jenuh oleh uap air, penguapan dari
lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi keadaan sebaliknya.
b. Mengatur suhu. Karena banyak pembuluh darah di bawah epitel dan adanya
permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung
secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih
37 derajat celcius.

Sebagai Penyaring dan Pelindung :

Berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan
oleh : a. rambut padavestibulum nasi, b.silia , c.palut lender (mucous blanket). Debu
dan bakteri akan melekat pada palut lender dan partikel besar akan dikeluarkan oleh
refleks bersin. Faktor lain : enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri,
yang disebut lysozyme.

Indra Penghidu :

Yaitu dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior,
dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan
cara difusi dengan palut lender atau bila menarik napas dengan kuat.

Resonansi Suara :

Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidungakan
menyebabkan resonansi berkurang atauhilang, sehingga terdengar suara sengau.

Proses Berbicara :
Hidung membantu pembentukan kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah, bibir, dan
palatum molle. Pada pembentukan konsonen nasal (m, n, ng) rongga mulut tertutup
dan hidung terbuka, palatum mole turununtuk aliran udara.

Refleks Nasal :

Contoh :iritasi mukosahidungmenyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti.


Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pancreas

Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI

3. Jelaskan histologi hidung ?


1. Cavitas Nasi :
Vestibulum nasi : epitel squamosh kompleks dan keratin sedikit, terdapat vibrisae
yang berfungsi menyaring alergen dari luar, fungsi mukosa untuk menyaring dan
melembutkan udara. Di lamina propia, sangat banyak VASA, dan kelenjar sebasea
dan sudorifera yang banyak
Concha nasalis : Superior, media, inferior. Media inferior ( sel repiratori ) superior
( epitel olfaktori tidak memiliki silia, sel penyokong (nutrisi), sel oflatori
( penghidu), sel basal (terletak di dasar untuk regenerasi )). Lamina propia memiliki
sel goblet dan mukus. Mengeluarkan serous. Jika ada partikel yang menempel pada
serous terjadi proses depolarisasi.

Bau masuk menempel ke serous ke bulbus olfaktori, sebagian membau sebagian


memori.

2. Sinus Parasanal ( epitel squamosh kompleks non keratin )

Secara klinis mukosa terjadi trauma lecet lamina propia banyak VASA jika
lamina lepas akan menyebabkan pembuluh darah pecah .

4. Mengapa anak perempuan tersebut mengeluh hidung keluar ingus dan bau pada sisi kiri sejak
5 hari yang lalu ?
KELUARNYA INGUS
Didalam hidung terdapat sel goblet yang berfungsi menghasilkan secret mukoid. Pada lapisan
mucus mengandung lisozim, dan imunoglobin sehingga dapat mendestruksi dinding sel
bakteri. Fungsi mucus adalah untuk menangkap debu-debu dan benda asing dari udara yang
masuk mucus digiring oleh silia kearah faring tertelan

Di hidung ada system pertahanan yaitu silia dan palut lendir


- Silia : jika silia rusak dapat menyebabkan perubahan pada mukosa hidung terjadi
edem concha mengganggu drainase secret

- Palut lendir : dihasilkan sel goblet di epitel dan kelenjar. Ada 2 yaitu bagian bawah
(serosa menghasilkan laktoferin, lisozim, dan igA) dn bag permukaan (ada sel mucus
yang terdiri dari protein plasma :albumin, igG, igM, Komplemen)
Fungsi igA : mengeluarkan mikroorganisme jaringan
Fungsi IgG : didalam mukosa memicu reaksi inflamasi jika di sel mukosa terdapat bakteri

Ada inflamasi didaerah sekitar memicu sel goblet secret lebih banyak

BERBAU
1. Benda organic mudah membusuk tersumbat dlm hidung berbau
2. Karena akumulasi berlebih dari mucus berbau

Disebabkan karena adanya nekrosis mukosa dan organism saprofit sel2 mati di rongga
hidung terjadi pembusukan.

Benda organic bersifat hidroskopik (mudah lunak, dan menyerap air). Didalam hidung banyak
secret mucus mempercepat pembusukan biji jagung reaksi inflamasi dalam hidung
untuk mengeluarkan benda asing tersebut konka hiperemis, memicu sel goblet secret
mucus lebih banyak mempermudah bakteri berkembang di dalam hidung.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ASPIRASI BENDA ASING


a. Faktor personal : umur, gender, social,dkk
b. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal : dalam keadaan tidur tdk sengaja
terhirup
c. Faktor fisik : kelainan neurologis
d. Faktor dental/gigi
e. Faktor surgical
f. Faktor kejiwaan

Fungsi mukosiliar

Lapisan mukus (dr sel goblet) sangat kental dan lengket untuk menangkap debu, benda asing dan
bakteri yang terhirup melalui kerja silia diangkut ke faring tertelan

Lisozim (destruktif thd didnding sebagian bakteri) dan Ig A, Ig G, Ig E ditemukan di lapisan mukus

- Lapisan atas : lap mukus yang sangat tipis ini kaya akan glikoprotein, lebih kental
- Lapisan bawah : lapisan perisiliaris yang lebih encer
Sumber : BOEIS

Mechanical defenses: The most important mechanical


defense mechanism of the nasal mucosa is the mucociliary
apparatus, which physically cleanses the inspired
air. The mucociliary transport system consists
of the cilia of the respiratory epithelium and a mucous
blanket composed of two layers: a deeper, less
viscid sol layer in which ciliary motion occurs, and a
superficial, more viscid gel layer (Fig. 1.9). The physiology
of ciliary movements is described in 1.5.
Disturbances of mucociliary transport can have various
causes, such as increased viscosity and thickness
of the periciliary sol layer, hampering ciliary movements,
or changes in the viscoelasticity of the gel
layer resulting in ineffectual mucus transport. Finally,
various pathogenic mechanisms can produce changes
in the cilia themselves, regardless of the viscosity of
the mucous blanket. For example, an acute viral infection
of the upper respiratory tract can lead to desquamation
of the epithelium, with a loss of ciliated cells.
Also, certain micro-organisms can directly affect ciliary
motility by reducing the beat frequency of the cilia.
Finally, ciliary dyskinesia syndromes are congenital
disorders based on morphologic changes in the cilia
such as absence of the dynein arms. This results in
uncoordinated, dyskinetic ciliary movements that
prevent effective mucus transport (see also Paranasal
Sinus Inflammations).

Sumber : BasicOtorhinolaryngology

Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen. Benda asing eksogen
biasanyamasuk melalui hidung.tasing eksogen padat dapat berupa orgnik seperti kacang-
kacangan, dan tulang, atau pun zat anorganik seperti paku,jarum,peniti,batu dll.
Benda asing eksogen dapat berupa bendacairyang bersifat iritatif yaitu cairan dengan PH 7,4.
Sedangkan yang berasal dari dalam disebut endoggen.Benda asing berupa secret kental,darah
atau bekuan darah,nanah,krusta,cairan amnion, atau mekonium yang dapat masuk ke dalam
hidung
Rinolit terjadi karena adanya corpus alienum yang telah lama tinggal dalam hidung (misalnya sejak
kecil), kemudian terbungkus oleh endapan garam-garam kalsium atau magnesium sebagai ikatan
fosfat atau karbonat yang berasal dari lacrima. Kalsifikasi benda asing di hidung dulunya dikenal
dengan rinolit palsu (false rhinoliths) atau rinolit benar (true rhinoliths). Saat ini, istilah-istilah ini
telah digantikan oleh eksogen dan endogen, tergantung apakah ada atau tidak ada inti. Rinolit dapat
terbentuk dari bahan di luar tubuh manusia yang masuk ke dalam hidung dan yang tersisa di dalam
rongga hidung seperti batu berbentuk cherry, batu, nasal swab yang tertinggal, atau benda semacam
ini yang disebut eksogen. Rinolit endogen adalah bahan-bahan yang dikembangkan yang berasal di
sekitar tubuh sendiri misalnya, gigi ektopik di sinus maksilaris, disekap tulang, bekuan darah yang
mengering di rongga hidung, dan lendir mengeras. Sekitar 20% dari rinolit berasal dari materi
endogen

Ridder, Gerd J. The RhinolithA Possible Differential Diagnosis of a Unilateral Nasal


Obstruction. Available from: http://www.hindawi.com/journalc/cm/2010/845671.html.
Accessed: 04/08/2010
10. Soedarjatni, dr. Foetor ex nasi. Available from: http://www.ghorayeb.com/Rhinolith.html.
Accessed: 04/08/2010.

5. Apa hubungan benda asing dengan keluhan pasien ?

Foreign bodies can be classified as either inorganic or organic. Inorganic materials are
typically plastic or metal. Common examples include beads and small parts from toys.
These materials are often asymptomatic and may be discovered incidentally. Organic
foreign bodies, including food, rubber, wood, and sponge, tend to be more irritating
to the nasal mucosa and thus may produce earlier symptoms. Peas, beans, and nuts
are among the more common organic NFBs.[1]
The most common locations for NFBs to lodge are just anterior to the middle
turbinate or below the inferior turbinate (see the illustration below). Unilateral
foreign bodies affect the right side about twice as often as the left. This may be due
to a preference of right-handed individuals to insert objects into their right naris.
http://www.emedicinehealth.com/foreign_body_nose/page2_em.htm#foreign_bo
dy_in_the_nose_symptoms

Sekret hidung menjadi bau karena memiliki kandungan kalsium dan / atau magnesium
yang tinggi.

Foreign Body in the Nose Symptoms

Fortunately, most people (adults) can and will tell their doctor about an object's
presence in their nose.
Typically, foreign items in the nose result in complaints of pain or difficulty
breathing through that side of the nose.

Nasal bleeding is also a common symptom of a foreign body in the nose because
the tissues of the nose can be easily scratched. Much of this blood can drip down
the back of the throat and be swallowed. Because blood is quite nauseating, the
person may vomit, which can appear black or bloody, depending on how long the
blood remains in the stomach. It is important to distinguish vomiting swallowed
blood from vomiting because there is bleeding in the stomach.

The nasal space connects to the back of the mouth, so it is also possible for an
object to be pushed back into the throat. Individuals may swallow the object or
choke on it. Complaints ofchoking, wheezing, difficulty breathing, or inability to
talk should prompt an evaluation of the entire nose and throat in addition to the
lungs so that foreign bodies will not be overlooked. Gathering information in
regard to what kind of foreign object it may have been will assist the health care
practitioner to determine if an X-ray will show the object (the object is
radiopaque such as metal) or if it will not show up on an X-ray.

Some individuals, especially children, who are motivated to place something in


their nose might also think it is fun to put something in the other side of their
nose as well as in one or both ears. A doctor will check all the likely places if there
is a suspicion of additional foreign bodies. Moreover, children have been known
to place objects in their younger siblings nose, ears, and other places.

Infection is another common symptom of a foreign object in the nose. Lost or


forgotten tissue paper is a common source of such a problem. This scenario is not
uncommon in adults and children. People will typically complain of continuing
nasal discharge from one side of the nose. Many of these people have been
treated with one or moreantibiotics. Unfortunately, antibiotics alone will not cure
this condition until the object is removed. In addition, the sinuses are all
connected to the nasal passages. Because a foreign body in the nose will
frequently become infected and block the drainage sites of the sinuses, sinusitis
(especially repeated episodes or chronic sinusitis) should also raise the question
of a foreign object inside the nose.

Although a person can usually sense the presence of something out of the
ordinary in their nose, it may be confused with nasal congestion, so small objects
or torn tissue paper can easily go undetected.

A foul odor can be a sign of a foreign body that has been in the nose for a period
of time. The object can manifest itself by producing bad breath or a foul odor
from the nose, possibly linked to a nasal discharge associated with the foreign
object.

The skin under the nose may become raw from the continuous discharge or from
frequent wiping. Impetigo is an infection of the skin that is commonly associated
with this problem. Impetigo typically appears as a raw rash with faint yellow,
crusty material over it. Impetigo just in this area must prompt a thorough
evaluation of the nose to ensure that the nose is clear.

http://www.emedicinehealth.com/foreign_body_nose/page2_em.htm#foreign_bo
dy_in_the_nose_symptoms

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ASPIRASI BENDA ASING


Aspirasibendaasingseringterjadipadaanak anakyangberusia1sampai3tahun.Halini
terjadikarena:
a)Anakanakumurtersebutsedangmengekplorasi lingkungansekitarnyadengan
kecenderunganmeletakkan sesuatudimulutsambilbermaindanberlari
b) Pertumbuhangigimolaryangbelumlengkapsehingga prosesmengunyahbelumsempurna
c)Belumdapat membedakanyangdapatdimakandenganyangtidakdan
d)Koordinasimenelandanpenutupanglotisyangbelum sempurna

Faktorfaktoryangmempermudahterjadinyaaspirasi
bendaasingkedalamsalurannapas,antaralain:2,7,10
1.Usiayaitupadaanakanakkurangdari3tahun,mereka kurangnyapengawasanorangtua
dansering memasukkansegalasesuatukedalammulut,gigigeligi yangbelumlengkapdan
refleksmenelanyangbelum sempurna.
2.Jeniskelamin,lebihseringpadalakilaki.
3.Lingkungandankondisisosial.
4.Kegagalanmekanismeproteksi,misalnyapenurunan kesadaran,keadaanumumburuk,
penyakit serebrovaskulardankelainanneurologik.
5.Faktorkecerobohan,misalnya:kebiasaanmenaruh bendadimulut,makandanminum
tergesagesa.

Sumber : ChandraD,SamiadiD.BendaAsingpadaBronkus. KumpulanMakalahseminarPertemuanIlmiahTahunan


PERHATI.BatuMalang,1996:515201
repository.unand.ac.id/18153/2/Bronkoskopi%2520dan%2520Ekstraksi%2520Jarum%2520Pentul.pdf

6. Apa etiologi yang menimbulkan keluhan ?


Benda asing
- Eksogen ( padat (organik : makanan, kayu . nonorganik ( benda-benda terbuat dari plastik
(butiran2) besi) , cair ( iritatif dan non iritatif ) dan gas)
- Endogen ( peradangan hidung nanah / mekonium yang terhisap saat proses
persalinan )

Yang paling berbahaya adalah yang organik jika diliputi oleh zat2 ( magnesium,
kalsium) membengkak menghambat drainase sinus.
Predileksi paling sering di concha media dan inferior

7. Mengapa pada pasien ditemukan adanya sekret mukouserous ?


Adanya sumbatan diakibatkan adanya benda asing yang masuk ke cavitas nasi ( ada kelenjar
dan serosa ) jika ada sumbatan mukus yang lairan normal akan terhambat stagnansi
mukus akan mengendap obstuksi dan sekret hidung ( kandungan magnesium dan
kalsium yang tinggi ) akan menyebabkan bau yang tidak enak.

Juga disekret terdapat carbonat, fosfat, dan berakumulasi dan menepempel ke flora normal
patogen

Jika benda asing masuk jika dianterior masih mudah dikeluarkan namun jika sudah
masuk ke dalam lebih sulit dikeluarkn akan menyebabkan gangguan mukosa
bengkak nekrosis ulserasi erosi mukosa epistaksis
Adanya partikel sumbatan mengeluarkan sekret bercampur dengan benda asing dan
bercampur dengan produk bau

Rinolit ( bendabenda eksogen ) terjadi inflmasi abnormalitas di cavum nasal


menghambat aliran udara udem venul-venul menjadi rapuh epistaksis
Rinolit ( muatan muatan garam yang akan membentuk rinolit )

Benda asing hidung ada mukosa dan epitel yang perang epitel terjadi reaksi imun
jika alergi terjadi hipersensitivitas tipe I dan IV ( tipe I = IgE bekerja kontak dengan
alergen akan ditangkap oleh APC APC akan menghantarkan ke MHC di persentasikan
oleh ThO akan memanggil Th2 ( mengahasikan sitokin iL13 , il4, il5 akan mengikat
limfosit B aktif menghasilkan IgE, IgE masuk jaringan, diikat oleh IgE reseptor yang
berada pada sel mastoid atau basofil sel akan aktif sitokin) histamin gatal
hipersekresi mukus.
Mediator yang menyebabkan keluarnya ingus sendiri
Terjadi vasodiltasi mukosa edem hidung tersumbat ingus jadi kental ( diakibatkan
sel-sel darah yang berakumulasi )

8. Mengapa ditemukan concha hiperemis pada hidung sisi kiri ?

Adanya sumbatan diakibatkan adanya benda asing yang masuk ke cavitas nasi ( ada kelenjar
dan serosa ) jika ada sumbatan mukus yang lairan normal akan terhambat stagnansi
mukus akan mengendap obstuksi dan sekret hidung ( kandungan magnesium dan
kalsium yang tinggi ) akan menyebabkan bau yang tidak enak.

Juga disekret terdapat carbonat, fosfat, dan berakumulasi dan menepempel ke flora normal
patogen

Jika benda asing masuk jika dianterior masih mudah dikeluarkan namun jika sudah
masuk ke dalam lebih sulit dikeluarkn akan menyebabkan gangguan mukosa
bengkak nekrosis ulserasi erosi mukosa epistaksis
Adanya partikel sumbatan mengeluarkan sekret bercampur dengan benda asing dan
bercampur dengan produk bau

Rinolit ( bendabenda eksogen ) terjadi inflmasi abnormalitas di cavum nasal


menghambat aliran udara udem venul-venul menjadi rapuh epistaksis
Rinolit ( muatan muatan garam yang akan membentuk rinolit )
Benda asing hidung ada mukosa dan epitel yang perang epitel terjadi reaksi imun
jika alergi terjadi hipersensitivitas tipe I dan IV ( tipe I = IgE bekerja kontak dengan
alergen akan ditangkap oleh APC APC akan menghantarkan ke MHC di persentasikan
oleh ThO akan memanggil Th2 ( mengahasikan sitokin iL13 , il4, il5 akan mengikat
limfosit B aktif menghasilkan IgE, IgE masuk jaringan, diikat oleh IgE reseptor yang
berada pada sel mastoid atau basofil sel akan aktif sitokin) histamin gatal
hipersekresi mukus.
Mediator yang menyebabkan keluarnya ingus sendiri
Terjadi vasodiltasi mukosa edem hidung tersumbat ingus jadi kental ( diakibatkan
sel-sel darah yang berakumulasi )

9. Mengapa di beri obat pilek saat itu sembuh, setelah itu hidung kembali bau ?
Pilek diberi obat analgesik dan antihistamin juga dekongestan nasal .
Jika diberi analgesik menghilangkan nyeri
Antihistamin anti alergi
Dekongestan mengurangi edem ( lebih memvasokontriksikan VASA ) jika obat habis
akan kembali edem seperti sebelumnya

10. Mengapa anak tersebut juga sering mimisan tanpa sebab yang pasti ?

Nasal foreign bodies (NFBs) are commonly encountered in emergency departments.


Although more frequently seen in the pediatric setting, they can also affect adults,
especially those with mental retardation or psychiatric illness. Children's interests in
exploring their bodies make them more prone to lodging foreign bodies in their nasal
cavities. In addition, they may also insert foreign bodies to relieve preexisting nasal
mucosal irritation or epistaxis. As benign as an NFB may seem to be, it harbors the
potential for morbidity due to mucosal damage, and even mortality, if the object is
dislodged into the airway. See the image below.
http://www.emedicinehealth.com/foreign_body_nose/page2_em.htm#foreign_bo
dy_in_the_nose_symptoms
Epistaksis

Trauma
Epistaksis dapat terjadi setelah trauma ringan, misalnya waktu mengeluarkan ingus
dengan kuat, bersin, mengorek hidung atau sebagai akibat trauma yang hebat,
seperti terpukul, jatuh dan sebagainya. Selain dari itu iritasi oleh gas yang
merangsang, benda asing di hidung dan trauma pembedahan, dapat juga
menyebabkan epistaksis.

Etiologi
Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

1) penyebab local :
Idopatik (85% kasus) biasanya merupakan epistaksis ringan dan berulang pada anak
dan remaja.
Trauma ; epistaksis dapat terjadi setelah trauma ringan misalnya mengorek hidung,
bersin, mengeluarkan ingus dengan kuat, atau sebagai akibat trauma yang hebat
seperti terpukul, jatuh, kecelakaan lalu lintas.
Iritasi ; epistaksis juga timbul akibat iritasi gas yang merangsang, zat kimia, udara
panas pada mukosa hidung.
Pengaruh lingkungan, misalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi, tekanan udara
rendah atau lingkungan udaranya sangat kering.
Benda asing dan rinolit, dapat menyebabkan epistaksis ringan unilateral disertai
ingus yang berbau busuk.
Infeksi, misalnya pada rhinitis, sinusitis akut maupun kronis serta vestibulitis.
Tumor, baik jinak maupun ganas yang terjadi di hidung, sinus paranasal maupun
nasofaring.
Iatrogenic, akibat pembedahan atau pemakaian semprot hidung steroid jangka lama.
2) penyebab sistemik :
Penyakit kardiovaskular, misalnya hipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti
yang dijumpai pada arteriosclerosis, nefritis kronis, sirosis hepatic, sifilis dan diabetes
mellitus. Epistaksis juga dapat terjadi akibat peninggian tekanan vena seperti pada
emfisema, bronchitis, pertusis, pneumonia, tumor leher dan penyakit jantung.
Epistaksis juga dapat terjadi pada pasien yang mendapat obat anti koagulan (aspirin,
walfarin, dll).
Infeksi, biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, morbili, demam
tifoid.
Kelainan endokrin misalnya pada kehamilan, menarche, menopause.
Kelainan congenital, biasanya yang sering menimbulkan epistaksis adalah hereditary
haemorrhagic teleangiectasis atau penyakit Osler-Weber-Rendu.
Patofisiologi
Terdapat dua sumber perdarahan yaitu bagian anterior dan posterior. Pada epistaksis
anterior, perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach (yang paling sering terjadi dan
biasanya pada anak-anak) yang merupakan anastomosis cabang arteri ethmoidakis anterior,
arteri sfeno-palatina, arteri palatine ascendens dan arteri labialis superior.
Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri ethmoidalis
posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada pasien usia lanjut yang menderita
hipertensi, arteriosclerosis, atau penyakit kardiovaskuler. Perdarahan biasanya hebat dan
jarang berhenti spontan.
Perdarahan yang hebat dapat menimbulkan syok dan anemia, akibatnya dapat timbul
iskemia serebri, insufisiensi koroner dan infark miokard, sehingga dapat menimbulkan
kematian. Oleh karena itu pemberian infuse dan tranfusi darah harus cepat dilakukan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk menilai keadaan umum penderita, sehingga
pengobatan dapat cepat dan untuk mencari etiologi.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan darah tepi lengkap, fungsi
hemostatis, uji faal hati dan faal ginjal.
Jika diperlukan pemeriksaan radiologik hidung, sinus paranasal dan nasofaring dapat
dilakukan setelah keadaan akut dapat diatasi.
Penatalaksanaan
Pertama-tama keadaan umum dan tanda vital harus diperiksa. Anamnesis singkat sambil
mempersiapkan alat, kemudian yang lengkap setelah perdarahan berhenti untuk membantu
menentukan sebab perdarahan.
Penanganan epistaksis yang tepat akan bergantung pada suatu anamnesis yang cermat. Hal-
hal penting adalah sebagai berikut :
1. riwayat perdarahan sebelumnya
2. lokasi perdarahan
3. apakah darah terutama mengalir ke dalam tenggorokan (ke posterior) ataukah keluar
dari hidung depan (anterior) bila pasien duduk tegak

4. lama perdarahan dan frekuensinya

5. kecenderungan perdarahan

6. riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga

7. hipertensi

8. diabetes mellitus

9. penyakit hati

10. gangguan anti koagulan

11. trauma hidung yang belum lama

12. obat-obatan misalnya aspirin, fenilbutazon (butazolidin).


Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu menghentikan perdarahan,
mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis. Kalau ada syok, perbaiki dulu
keadaan umum pasien.
Dampak hilangnya darah harus ditentukan terlebih dahulu sebelum melakukan usaha
mencari sumber perdarahan dan menghentikannya. Walaupun sudah dihentikan,
kemungkinan fatal untuk beberapa jam kemudian untuk seorang pasien tua yang mengalami
perdarahan banyak akibat efek kehilangan darahnya adalah lebih besar jika dibanding
dengan akibat perdarahan (yang terus berlangsung) itu sendiri. Penilaian klinis termasuk
pengukuran nadi dan tekanan darah akan menunjukkan apakah pasien berada dalam
keadaan syok. Bila ada tanda-tanda syok segera infuse plasma expander.
Menghentikan perdarahan
Menghentikan perdarahan secara aktif, seperti kaustik dan pemasangan tampon,
lebih baik daripada pemberian obat hemostatik sambil menunggu epistaksis berhenti
dengan sendirinya.
Posisi penderita sangat penting, sering terjadi pasien dengan perdarahan hidung
harus dirawat dengan posisi tegak agar tekanan vena turun. Sedangkan kalau sudah terlalu
lemah, dibaringkan dengan meletakkan bantal di belakang punggungnya, kecuali sudah
dalam keadaan syok.
Sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat penghisap untuk membersihkan
hidung dari bekuan darah. Kemudian tampon kapas yang telah dibasahi dengan adrenalin
1/10.000 dan lidocain atau pantocain 2 % dimasukkan ke dalam rongga hidung, untuk
menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa nyeri pada waktu tindakan-tindakan
selanjutnya. Tampon ini dibiarkan selama 3-5 menit. Dengan cara ini dapatlah ditentukan
apakah sumber perdarahan letaknya di bagian anterior atau posterior.
Perdarahan anterior seringkali berasal dari septum bagian depan. Bila sumbernya
terlihat, tempat asal perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras Argenti 20-30%, atau
dengan larutan Asam Trikloroasetat 10%, atau dapat juga dengan elektrokauter.
Bila dengan cara ini perdarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan
pemasangan tampon anterior, dengan kapas atau kain kasa yang diberi vaselin atau salep
antibiotik. Pemakaian vaselin atau salep pada tampon berguna agar tampon tidak melekat,
untuk menghindari berulangnya perdarahan ketika tampon dicabut. Tampon dimasukkan
melalui nares anterior dan harus dapat menekan tempat asal perdarahan. Tampon ini dapat
dipertahankan selama 1-2 hari.
Bila hanya memerlukan tampon hidung anterior dan tanpa adanya gangguan medis
primer, pasien dapat diperlakukan sebagai pasien rawat jalan dan diberitahu untuk duduk
tegak dengan tenang sepanjang hari, serta kepala sedikit ditinggikan pada malam hari.
Pasien tua dengan kemunduran fisik harus dirawat di rumah sakit.
Perdarahan posterior lebih sulit diatasi sebab biasanya perdarahan hebat dan sulit
dicari sumber perdarahan dengan rinoskopi anterior. Untuk menanggulangi perdarahan
posterior dilakukan pemasangan tampon posterior, yang disebut tampon Bellocq.
Tampon ini terbuat dari kasa padat berbentuk bulat atau kubus berdiameter kira-kira
3 cm. Pada tampon ini terdapat 3 buah benang, yaitu 2 buah pada satu sisi dan sebuah pada
sisi lainnya. Tampon harus dapat menutupi koana (nares posterior).
Untuk memasang tampon posterior ini kateter karet dimasukkan melalui kedua nares
anterior sampai tampak di orofaring, lalu ditarik keluar melalui mulut. Kedua ujung kateter
kemudian dikaitkan masing-masing pada 2 buah benang pada tampon Bellocq, kemudian
kateter itu ditarik kembali melalui hidung. Kedua ujung benang yang sudah keluar melalui
nares anterior kemudian ditarik dan dengan bantuan jari telunjuk, tampon ini didorong ke
nasofaring. Jika dianggap perlu, jika masih tampak perdarahan keluar dari rongga hidung,
maka dapat pula dimasukkan tampon anterior ke dalam cavum nasi. Kedua benang yang
keluar dari anres anterior itu kemudian diikat pada sebuah gulungan kain kasa di depan
lubang hidung, supaya tampon yang terletak di nasofaring tidak bergerak. Benang yang
terdapat di rongga mulut terikat pada sisi lain dari tampon Bellocq, dilakatkan pada pipi
pasien. Gunanya adalah untuk menarik tampon ke luar melalui mulut setelah 2-3 hari. Obat
hemostatik diberikan juga di samping tindakan penghentian perdarahan itu.
Pada epistaksis berat dan berulang yang tidak dapat diatasi dengan pemasangan
tampon anterior maupun posterior, dilakukan ligasi arteri. Arteri tersebut antara lain arteri
karotis interna, arteri maksilaris interna, arteri sfenopalatina dan arteri etmoidalis posterior
dan anterior.

Mencegah komplikasi
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat langsung dari epistaksis sendiri atau sebagai
akibat usaha penanggulangan epistaksis.
Sebagai akibat perdarahan yang hebat dapat terjadi syok dan anemia. Turunnya
tekanan darah mendadak dapat menimbulkan iskemia serebri, insufisiensi koroner dan
infark miokard, sehingga dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini pemberian infusi atau
transfusi darah harus dilakukan secepatnya.
Pemasangan tampon dapat menyebabkan sinusitis, otitis media dan bahkan
septikemia. Oleh karena itu antibiotik haruslah selalu diberikan pada setiap pemasangan
tampon hidung, dan setelah 2-3 hari tampon harus dicabut, meskipun akan dipasang
tampon baru, bila masih ada perdarahan.
Selain itu dapat juga terjadi hemotimpanum, sebagai akibat mengalirnya darah
melalui tuba Eustachius, dan air mata yang berdarah (bloody tears), sebagai akbat
mengalirnya darah secara retrograde melalui duktus nasolakrimalis.
Laserasi palatum mole dan sudut bibir terjadi pada pemasangan tampon posterior,
disebabkan oleh benang yang keluar melalui mulut terlalu ketat dilakatkan di pipi.

Mencegah epistaksis minor berulang


Saat pertama kali datang, pasien mungkin tidak dalam keadaan perdarahan aktif,
namun mempunyai riwayat epistaksis berulang dalam beberapa minggu terakhir. Biasanya
berupa serangan epistaksis ringan yang berulang beberapa kali.
Pemeriksaan hidung dalam keadaan ini dapat mengungkap adanya pembuluh-
pembuluh yang menonjol melewati septum anterior, dengan sedikit bekuan darah.
Pembuluh tersebut dapat dikauterisasi secara kimia atau listrik. Penggunaan anestetik
topical dan agen vasokonstriktor, misalnya larutan kokain 4% atau Xilokain dengan epinefrin,
selanjutkan lakukan kauterisasi, misalnya dengan larutan asam trikloroasetat 50% pada
pembuluh tersebut.
Perdarahan berulang dari suatu pembuluh darah septum dapat diatasi dengan
meninggikan mukosa setempat dan kemudian membiarkan jaringan menata dirinya sendiri,
atau dengan merekonstruksi deformitas septum dasar, untuk menghilangkan daerah-daerah
atrofi setempat dan lokasi tegangan mukosa.
Pada perdarahan hidung ringan yang berulang dengan asal yang tidak diketahui,
dokter harus menyingkirkan tumor nasofaring atau sinus paranasalis yang mengikis
pembuluh darah. Sinusitis kronik merupakan penyebab lain yang mungkin. Akhirnya
pemeriksa harus mencari gangguan patologik yang terletak jauh seperti penyakit ginjal dan
uremia, atau penyakit sistemik seperti gangguan koagulasi. Agar epistaksis tidak berulang,
haruslah dicari dan diatasi etiologi dari epistaksis.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI


11. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan rinoscopi anterior, bagaimana cara
melaksanakannya dan interpretasinya ?
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik : inspeksi, rinoscopy anterior (ditemukan gejala2 peradangan spt
mukosa hiperemis, konka hiperemis, secret mukoserous)
c. Pemeriksaan penunjang : prick test, dll.

Anterior Rhinoscopy
The rhinologic examination itself begins with anterior
rhinoscopy to evaluate the nasal vestibule and the anterior
portions of the nasal cavity (Fig. 2.1).
Indication: Anterior rhinoscopy is used not only for
nasal examination but also for minor therapeutic procedures
such as intranasal packing for epistaxis, foreign-
body removal, and polypectomy.
Children: Smaller instruments (pediatric specula) are
available for anterior rhinoscopy in children. Aural
specula can also be used to examine the nose in infants
or small children.

Posterior Rhinoscopy
Posterior rhinoscopy was formerly done to evaluate
the nasopharynx and posterior nasal cavity (choanae,
posterior ends of the turbinates, posterior margin of
the vomer). With the establishment of endoscopic examination
techniques in rhinology, this procedure,
which requires special patient cooperation, is now
considered obsolete.

12. Apa saja pemeriksaan penunjang ?


Foto kepala ( rontgen ) : gambar radiologi ( opaq) , letak didasar cavum nasi,
CT scan : massa hiperdens

Benda sifat metal :


Rontgen : radiolusen
CT scan
Nasoendoskopi

13. Sebutkan DD perdarahan hidung?


Epistaksis anterior :
14. Sebutkan DD benda asing pada hidung ?
HIDUNG BERBAU (foetor ex nasi)
Definisi
Berarti bau busuk dari dalam hidung, merupakan suatu gejala (simptom), bukan
diagnosis, sering disertai gejala hidung lainnya : hidung tersumbat, keluar cairan dari
hidung, yang kadang-kadang disertai dengan darah.
Etiologi
Beberapa penyakit yang memberikan gejala foetor ex nasi :
Korpus Alineum
Rinolit
Difteri hidung
Sinusitis
Rinitis Atrofi (Ozaena)
Nasofaringitis kronis
Rinitis Kaseosa
Radang kronis spesifik
Neoplasma maligna
Patogenesis
- Menurut BOIES, Foetor dalam hidung
adanya nekrosis mukosa & adanya organisme saprofit
pus yang kronis & berbau dalam sinus maksilaris mungkin juga berasal
dari gigi
- Menurut BOYD, nekrosis dapat disebabkan oleh :
Berkurangnya aliran darah
Toksin bakteri
Iritasi secara fisik / kimiawi
Sel-sel yg mati mengalami pembusukan oleh organisme saprofit
- Kesimpulan, foetor ex nasi dpt disebabkan oleh :
1. Pembusukan sel-sel mati (benda-benda organik) / korpus alineum oleh
kuman saprofit
2. Pembusukan sel-sel jaringan yg nekrotik akibat dari :
a. Trauma kerusakan sampai kematian jaringan krn tdk mendpt
suplai darah nekrosis & infeksi sekunder foetor ex nasi
b. Radang oleh iritasi fisik/kimiawi
c. Toksin bakteri
d. Neoplasma maligna dg bagian-bagian nekrotik
PF & PP

Anamnesis perlu disesuaikan dg pemeriksaan, salah satu px yg perlu dilakukan


adalah : menentukan apakah discharge purulent / sanguinous, dan apakah
discharge sgt banyak (profuse.

Diagnosis

1) Korpus Alineum
o Kebanyakan benda-benda kecil : biji buah, manik-manik, kancing, karet
penghapus, kelereng, kacang polong, batu & kacang tanah.
o Sering ditemukan pd anak-anak & biasanya unilateral umumnya
ditemukan pd bagian anterior vestibulum/ pd meatus nasi inferior sepanjang
dasar hidung.
o Gejala : obstruksi (unilateral) & sekret yang berbau

2) Rinolit
o Juga dianggap sbg benda asing tipe khusus yg biasanya tdpt pd org dewasa :
berupa garam-garam tak larut dlm sekret hidung membentuk suatu
massa berkapur sebesar benda asing yg tertahan lama/bekuan darah.
o Warna sedikit abu2, agak coklat/hitam kehijau-hijauan

3) Difteri hidung
o Ada 2 tipe :
1. Primer :
- terbatas pd hidung
- bersifat benigna
2. Sekunder :
- berasal/bersama2 dg difteri faring
- bersifat maligna (krn biasanya disertai gejala konstitusional)
o Discharge biasanya bilateral, sanguionus, srg disertai ekskoriasi
vestibulum nasi

4) Sinusitis
o Dpt terjadi pd
Anak-anak (unilateral/bilateral):
- Discharge banyak & bilateral
- Srg disertai infeksi pd adenoid & alergi hidung
- Gejala : nasal obstuksi, persisten mukopurulen discharge,
frequent colds
- Pd anak2 diragukan apakah penderita sendiri membau/tdk,
namun org lain membau
Dewasa (unilateral/bilateral)
srg menyadari adanya bau yg tdk enak dlm hidungnya tp
kadang2 hiposmia bila ada obstruksi & bersifat temporer
5) Rinitis Atrofi (Ozaena)
o Disebut jg rhinitis chronica atrophicans cum foetida ( wanita
pubertas >> pria)
o Karakteristiknya :
- Atrofi mukosa & jar pengikat submukosa struktur fossa nasalis
- Disertai adanya krusta yg berbau khas
- Penderita mengalami anosmia, sdgkn org lain tdk tahan baunya
o Dx :
- Discharge yg berbau
- Bersifat bilateral
- Terdpt krusta kuning kehijau2an

6) Nasofaringitis kronis
o infeksi virus virulen meluas kesegala arah
o daya tahan tubuh baik self limiting disease
o atau bisa mjd kronis & discharge nasofaring (bilateral) mjd purulen
serta mulai timbul bau

7) Rinitis Kaseosa
o Adl perubahan kronis inflamatoar dlm hidung dg adanya
pembentukan jar granulasi & akumulasi massa spt keju yg
menyerupai kolesteatoma
o Etiologi :
- Akibat radang kronis & nasal stenosis sekunder yg menyumbat
nasal discharge perubahan mekanis, kimiawi & deskuamasi
scr trs menerus penumpukan massa (spt keju menyerupai
kolesteatoma)
o Bersifat unilateral ( penderita & org lain membau), tjd pd semua
umur (30-40th)

8) Radang kronis spesifik


a) Sifilis tertier
- Berupa gumma yg srg mengenai septum bagian tulang, yaitu pd
vomer & srg mencapai palatum durum
- Jk nekrosis mengenai tulang & meluas ke kartilago perforasi
septum
- Foetor bersifat bilateral
b) Tuberkulosis
- Dlm hidung, tuberkuloma yg byk mengenai septum bagian
kartilago jk mengalami nekrosis tjd perforasi septum
- Foetor bersifat bilateral

9) Neoplasma maligna
o Gejala : nasal obstruction (unilateral) & nassal bleeding
o Penegakkan dx : biopsi (diambil pd bagian yg tdk nekrosis)
(Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, 2001)

15. Apa penatalaksanaan pada benda asing ?


Prinsip : jika benda asing dilakukan nasoendoskopi dengan trauma minimum
1. Metode waxhook
2. For garty cateter
3. Suction
4. Metode tekanan positif
5. Menggunakan pengkait atau haak
6. Juga memberikan antibiotik sistemik jika sudah menyebabkan infeksi pada hidung
ataupun sinus

16. Apa penatalaksanaan perdarahan hidung ?


17. Jelaskan mekanisme hidung sebagai jalan nafas dan
18. Jelaskan mekanisme hidung sebagai fungsi proteksi
19. Jelaskan mekanisme hidung sebagai fungsi fonasi
20. Jelaskan mekanisme patogenesis perdarahan pada hidung
21. Jelaskan mekanisme patogenesis benda asing pada hidung

Anda mungkin juga menyukai