R.M. Santamaria, N.P.T. Innes, V. Machiulskiene, D.J.P. Evans, and C.H. Splieth
SEMINARIS
Gina Drismayasari (160112150517)
PEMBIMBING
Ratna Indriyanti, drg.Sp.KGA.
Anggiani Dewi Rahmawati, drg
ABSTRAK
Pendekatan minimal invasif dalam perawatan karies, seperti teknik pembuangan
karies sebagian, menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan pembuangan
karies secara konvensional, dan terdapat peningkatan minat dalam teknik minimal
invasif. Penelitian ini menampilkan pengamatan keefektifan selama 1 tahun
mengenai 3 macam pilihan perawatan karies untuk lesi kavitas oklusoproksimal
pada gigi geraham sulung: restorasi konvensional (Conventional Restoration/CR,
yaitu pembuangan karies komplit dan restorasi kompomer), Teknik Hall (Hall
Technique/HT, yaitu tidak ada pembuangan karies, penutupan dengan mahkota
stainless steel), dan perawatan karies non-restoratif (Non-Restorative Caries
Treatment/NRCT, yaitu tidak ada pembuangan karies, kavitas terbuka, edukasi
menyikat gigi dan aplikasi fluoride). Singkatnya, 169 anak-anak (3-8 tahun; rata-
rata 5.56 1.45 tahun) dilibatkan pada penelitian sekunder berbasis perawatan
dalam 3 kelompok pararel yang diacak secara klinis. Perawatan dilakukan oleh
dokter gigi spesialis anak atau dokter mahasiswa pediatrik pascasarjana. Satu lesi
pada tiap anak menerima CR, HT, atau NRCT. Hasil pengukuran berupa tingkat
kegagalan klinis dikelompokkan sebagai kegagalan minor (kehilangan
restorasi/diperlukan penggantian restorasi, pulpitis reversibel, perkembangan
karies, dll), dan kegagalan mayor (pulpitis ireversibel, abses, dll). Terdapat 148
anak (87.6%) dengan follow up minimal 11 bulan (rata-rata 12.23 0.98 bulan).
Dua puluh gigi tercatat memiliki setidaknya 1 kegagalan minor: NRCT, n = 8
(5%); CR, n = 11 (7%); HT, n = 1 (1%) (p = 0.002, 95% CI = 0.001-0.003).
Perbandingan antara NRCT dan CR menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan (p = 0.79, 95% CI = 0.78-0.80). Sembilan kasus (6%) mengalami
setidaknya 1 kegagalan mayor: NRCT, n = 4 (2%); CR, n = 5 (3%); HT, n = 0
(0%) (p = 0.002, 95% CI = 0.001-0.003). Perbandingan secara individu antara
NRCT dan CR tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik pada
kegagalan mayor (p = 0.75, 95% CI = 0.73-0.76). Tingkat keberhasilan dan
kegagalan secara signifikan tidak dipengaruhi oleh level pengalaman dokter gigi
spesialis anak (p = 0.13, 95% CI = 0.12 0.14). HT secara signifikan lebih
sukses secara klinis daripada NRCT dan CR setelah 1 tahun, sedangkan analisis
berpasangan menunjukkan hasil yang sebanding untuk keberhasilan perawatan
antara NRCT dan CR (ClinicalTrials.gov NCT01797458).
Kata Kunci: perawatan karies, penelitian/percobaan klinis, hasil klinis,
kedokteran gigi anak, gigi sulung, Teknik Hall
PENDAHULUAN
2
Paradigma dalam manajemen karies yang efektif pada gigi sulung telah
berupa karies dentin dibuang seluruhnya, lalu diberi restorasi) (Ricketts dan Pitts,
2009; Kandiah dkk., 2010) banyak dibandingkan dengan pendekatan yang lebih
biologis (yaitu kurang invasif dan penekanannya adalah pada perubahan biofilm
untuk menahan lesi karies (Ricketts dkk., 2013; Schwendicke dkk., 2013).
yaitu tidak ada karies yang dibuang tetapi kavitas dibuka untuk memungkinkan
lesi disikat oleh orang tua dan anak; biofilm diubah melalui pembersihan yang
terus menerus (Gruythuysen dkk., 2011; Kidd, 2012). Teknik sealing mencakup
teknik yang tidak dilakukan pembuangan karies, seperti Teknik Hall (HT; Innes
dkk., 2006, 2011), pembuangan karies bertahap sebagian (Lula dkk., 2009;
Ricketts dkk., 2013), dan lesi fissure sealing (Griffin dkkl., 2008). Bukti dasar
anak.
sering terkena karies (Martignon dkk., 2010), sekitar 80% adalah restorasi
perawatan karies pada gigi sulung, terutama untuk lesi yang melibatkan banyak
3
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efisiensi klinis dari 3 macam
pilihan perawatan karies untuk lesi kavitas oklusoproksimal pada gigi geraham
sebagai berikut:
Hipotesis pada penelitian ini adalah tidak ada perbedaan dalam 1 tahun
diantara 3 macam teknik untuk hasil primer dari keberhasilan atau kegagalan
minor, dan untuk hasil sekunder dari kegagalan mayor, serta skor plak dan
gingiva. Faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pada saat perawatan,
berupa perilaku anak dan persepsi nyeri, penerimaan teknik bagi orang tua dan
dokter gigi, telah dilaporkan (Santamaria dkk., 2014). Laporan ini merupakan
bagian dari uji klinis longitudinal yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil jangka
Etik
Rancangan Penelitian
4
Uji kontrol acak terhadap pasien yang berbasis perawatan sekunder dengan
Universitas Greifswald pada tahun 2011 dan 2012. Dua belas dokter gigi dilatih
untuk memberikan setiap perawatan: 7 dokter gigi spesialis anak dan 5 mahasiswa
pediatrik pascasarjana (usia rata-rata 35.1 10.3 tahun). Dokter gigi yang telah
dilatih tersebut merekrut 169 anak (usia 3-8 tahun; usia rata-rata = 5.56 1.45
5). Pada pemeriksaan, 2 dokter gigi yang telah dikalibrasi (kappa> 0.81)
atau CR. Anak-anak dikeluarkan dari kelompok uji jika memiliki tanda-tanda atau
gejala patologi pulpa atau periradikuler (termasuk nyeri) atau kondisi sistemik
yang membutuhkan pertimbangan dental khusus. Hanya 1 gigi setiap anak yang
digunakan dalam penelitian ini, namun jika lebih dari 1 gigi anak yang memenuhi
kriteria inklusi, perawatan untuk gigi tersebut ditentukan oleh operator. Pemilihan
pasien dan follow up ditampilkan dalam diagram CONSORT (Schulz dkk., 2010;
5
Hasil Primer: Sukses
-Karies Tertahan (keras/lunak; lesi - Mahkota tampak memuaskan, - Restorasi tampak memuaskan
terasa keras pada probing - Tidak ada tanda atau gejala klinis (permukaan gigi dekat restorasi
dentin), dari patologi pulpa, tampah utuh, pewarnaan margin
-Tidak ada tanda atau gejala klinis - Gigi terksfoliasi tanpa kegagalan konsisten tanpa lesi karies),
dari patologi pulpa, minor atau mayor. - Tidak ada tanda atau gejala klinis
-Gigi tereksfoliasi tanpa kegagalan dari patologi pulpa,
minor atau mayor. - Gigi terkesfoliasi tanpa kegagalan
minor atau mayor.
Hasil Primer: Kegagalan Minor
-Perkembangan karies (keras/lunak, - Karies baru (sekitar margin), - Karies sekunder (dentin terpapar
lesi terasa lunak atau kasar pada - Perforasi mahkota, pada ruang interfasial dengan
probing dentin), - Restorasi hilang namun masih tanda karies yang membutuhkan
-Tanda atau gejala dari pulpitis dapat direstorasi, intervensi),
reversible yang dapat dirawat - Tanda atau gejala dari pulpitis - Fraktur atau keausan restorasi yang
tanpa membutuhkan pulpotomi reversible (tanpa rasa sakit membutuhkan intervensi,
atau ekstraksi. spontan) yang dapat dirawat - Restorasi hilang,
tanpa membutuhkan pulpotomi - Tanda atau gejala dari pulpitis
atau ekstraksi. reversible yang dapat dirawat
tanpa membutuhkan pulpotomi
atau ekstraksi.
Hasil Sekunder: Kegagalan Mayor
-Pulpitis ireversible (riwayat sakit - Pulpitis ireversible (riwayat sakit - Tanda dan gejala puplpitis
spontan atau sakit yang spontan atau sakit yang reversible (tidak ada sakit
ditimbulkan stimulus termal dan ditimbulkan stimulus termal dan spontan) yang memerlukan
lainnya) atau abses dental yang lainnya) atau abses dental yang pulpotomi,
memerkulan pulpotomi atau memerkulan pulpotomi atau - Tanda dan gejala pulpitis
ekstraksi. ekstraksi), ireversible (riwayat sakit
- Mahkota hilang dan gigi tidak spontan atau sakit yang
dapat direstorasi. ditimbulkan stimulus termal dan
lainnya) atau abses dental,
- Restorasi hilang dan gigi tidak
dapat direstorasi.
Hasil Sekunder: Indeks Plaka
0 = tidak ada plak
1 = terlihat plak tipis, sulit diidentifikasi
2 = terlihat plak tebal, mudah dideteksi
Hasil Sekunder: Indeks Gingivab
0 = tidak ada pembengkakan
1 = pembengkakan ringan, tidak ada perdarahan setelah probing
2 = pembengkakan sedang sampai parah, perdarahan setelah pengeringan udara
a
Modified Plaque Index (Loe dkk., 1972)
b
Loe (1967)
Sampel
6
Dokter gigi (n=12) melakukan interve
Jumlah pasien yang dirawat masing-masing dokter gigi (media
sudut pandang klinis, dianggap sebagai hasil yang positif jika hasilnya mirip
Dokter
untuk gigi (n=12)
perhitungan melakukan
ukuran intervensi
sampel (Faul dkk., 2007): 2-tail test, = 0.05 dibagi
Jumlah pasien yang dirawat masing-masing dokter gigi (median=3; min=0, max=16)
memberikan target sampel sebanyak 116 anak dengan 30% penambahan untuk
perhitungan indeks plak dan gingiva dilakukan (Tabel 1). Pengukuran indeks plak
dan Dialokasikan
gingiva dihitunguntuk
dengan indeks 7 gigi.
intervensi (n=52)
Intervensi tes diterima
Teknik Hall/HT (n=52)
Prosedur Perawatan
1. Restorasi Konvensional
7
Anestesi lokal dipakai bila diperlukan. Pembuangan karies secara
dinding pulpa. Sebuah matrix band dan porta-matrix (HenrySchein Inc, Melville,
NY, USA) atau T-Band (Pulpdent, Watertown, MA, USA) dan wedge (interdental
2. Teknik Hall
Pada teknik ini tidak dilakukan pembuangan karies atau preparasi gigi, dan
anestesi lokal. Ukuran mahkota yang sesuai dipilih kemudian disemen dengan
Isolasi dengan cotton roll dan aspirasi dilakukan apabila diperlukan. Rincian lebih
Alokasi
Lesi dibuka dengan bur berkecepatan tinggiPerawatan
untuk menghilangkan enamel
Alokasi penyembunyian ke satu dari 3 kelompok
yang terinfeksi, sehingga kavitas dapat diakses untuk penghilangan plak. Karies
dentin tidak dibuang dari dinding pulpa dan tidak dilakukan anestesi lokal. Varnis
Randomisasi (n=169)
Perawatan diacak secara berurutan untuk salah satu dari tiga pilihan pengobatan.
Setiap anak memiliki maksimum satu pengobatan.
Semua peserta diberi saran diet dan instruksi yang rinci mengenai cara
sehari dengan pasta gigi yang mengandung fluoride sebanyak 1.000 sampai 1.500
ppm. Anak-anak usia lebih muda menyikat gigi dengan pasta gigi yang
normal dengan dokter giginya (dua kali per tahun), dan pasien dengan NRCT
plak serta instruksi menyikat gigi kepada orang tua/anak untuk seluruh mulut dan
lokasi khusus untuk gigi yang dirawat dilakukan lalu informasi tersebut dicatat.
Setelah 1 tahun, 2 pemeriksa lain (R.M.S., C.H.S.), yaitu dokter gigi anak
penilaian kembali pada gigi tersebut. Penilaian terhadap peserta tidak dilakukan
oleh operator dan pemeriksaan oral kembali dilakukan. Orang tua/anak ditanya
eriksaan awal dari daftar pasien sehari-hari, 181 anak dipilih untuk uji kelayakan dari : Departemen Kedokte
mengenai pengalaman rasa sakit, kesulitan makan, dan perawatan darurat yang
diperlukan selama satu tahun sebelumnya. Informasi lebih lanjut pada desain
Analisis Data
9
Semua analisa dilakukan dengan SPSS 17.0 untuk Windows. Analisis
Hilangnya follow up (n=9)
varians Kruskal-Wallis nonparametrikHilangnya
dan uji follow
Bonferroni-corrected
up (n=4) Mann-
Alasan:
Penyedia Layanan Hilangnya follow up (n=8) Alasan: Gagal kembali: 5
Whitney U digunakanAlasan: Gagal
untuk perbandingan hasil kembali:
klinis 3
(sukses, kegagalan minor,
Pindah: 4
Gagal kembali: 6 Pindah: 1 Intervensi terputus: 0
Alokasi:
Dianalisis (n=48)
Pasien
sebesar 5%.
Pendaftaran
Pasien
HASIL
Dari 169 lesi karies awal, sebanyak 138 lesi (82%) dengan ICDAS 5
(karies yang jelas dengan dentin yang terpapar), 25 lesi (15%) dengan ICDAS 4
(tampak bayangan dentin), dan 6 lesi (3%) dengan ICDAS 3 (kerusakan email
lokal), dengan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan dalam distribusi antara
adalah 5.59 3.08 dengan tidak ada perbedaan antara kelompok untuk d3mft
Analisis:
Pasien
(p=0.25, 95% CI=0.25-0.27), median skor plak (p=0.29, 95% CI=0.27-0.30), atau
status gingiva (p=0.13, 95% CI=0.13-0.14). Sebanyak 69% (n=116) adalah gigi
molar pertama sulung. Data dasar tambahan dilaporkan dalam Santamaria dkk.
(2014).
10
Karakteristik Perawatan
dilihat pada Tabel 2. Pada kelompok CR, anestesi lokal diberikan kepada 34
peserta (52%). Pada kelompok HT, separator ortodontik digunakan oleh seluruh
dokter gigi pada 28 kasus (54%), terdistribusi merata di, tanpa perbedaan dalam
Tabel 2. Distribusi Gigi pada Penelitian dan Kategori ICDAS Berdasarkan Tipe
Perawatan, n (%)
Teknik Hall Perawatan Restorasi Total
(HT) Karies Tanpa Konvensional
Restorasi (CR)
(NRCT)
Gigi Molar pada
Perawatan
Maksila pertama 17 (33) 22 (42) 23 (35) 62 (37)
Maksila kedua 7 (13.5) 8 (15) 14 (22) 29 (17)
Mandibula pertama 21 (40) 16 (31) 17 (26) 54 (32)
Mandibula kedua 7 (13.5) 6 (12) 11 (17) 24 (14)
Total 52 52 65 169 (100)
ICDAS
3 3 (6) 1 (2) 2 (3) 6 (3)
4 11 (21) 7 (13) 7 (11) 25 (15)
5 38 (73) 44 (85) 56 (86) 138 (82)
Total 52 52 65 169 (100)
ICDAS, International Caries Detection and Assessment System: 3, kerusakan enamel terlokalisasi; 4, tampak
bayangan dentin; 5, karies yang jelas dengan dentin yang terpapar
Setelah minimal 11 bulan, 148 dari 169 (87.6%) peserta kembali untuk
follow up (CR: n=56 dari 65 (86%); HT: n=44 dari 52 (85%); NRCT: n=48 dari 52
(92%)) dengan tidak ada perbedaan secara statistik antara ke-3 kelompok
puluh satu peserta tidak kembali untuk tindak lanjut. Dari 148 peserta yang
11
kembali, sebanyak 86 (58%) adalah laki-laki dan tidak ada perbedaan yang
Kegagalan Minor
antara NRCT dan HT (p=0.030, 95% CI=0.026-0.033) dengan ARR 0.16 (95%
kegagalan yaitu karies sekunder (n=8), fraktur restorasi (n=1), dan kehilangan
restorasi (n=2). Dalam kelompok HT, karies baru di sekitar margin mahkota
terdeteksi (12 bulan) dalam 1 kasus. Mayoritas kegagalan minor dengan ICDAS 5
(n=18 dari 20 (90%)) dan pada molar pertama sulung (n=14 dari 20 (70%)).
12
Kegagalan Mayor
Dari 148 gigi pada setiap peserta yang diamati, 9 kasus (6%) menunjukan
kegagalan mayor (NRCT=4, CR=5), dengan tidak ada kegagalan mayor dalam
namun, perbedaan dapat diamati antara NRCT dan HT (p=0.002, 95% CI=0.001-
0,003) dengan ARR 0.1 (95% CI=0.007-0.19) dan NNT 10 serta antara CR dan
NNT 9.
10 bulan, serta dalam 2 kasus lebih dari 11 bulan. Alasan untuk kegagalan yaitu
abses (n=3) dan pulpitis ireversibel (n=1). Pada kelompok CR, kegagalan tercatat
pada 5, 6, 11, 11, dan 12 bulan. Alasan kegagalan yaitu abses gigi (n=3) dan
diekstraksi: NRCT = 3 (2%) dan CR = 3 (2%). Sisa gigi lainnya (n=3 (2%)) yang
kegagalan mayor terdapat pada molar pertama sulung (n=9), mayoritas dengan
13
Kegagalan Mayor 0 (0) 4 (8) 5 (9) 9 (6)
Total 44 48 56 148
Uji Kruskal Wallis untuk perbandingan antara 3 kelompok perlakuan (p=0.002; CI=0.001-0.003). Uji
Bonferroni-corrected Mann-Whitney U untuk perbandingan independen antara NRCT dan CR (p=0.74;
CI=0.73-0.75).
1 tahun (Tabel 4). Terdapat perbedaan yang signifikan pada perbandingan status
Indeks Plak setiap kelompok (awal dan 1 tahun): HT (p=0.027), NRCT (p=0.003),
setiap kelompok selama periode penelitian. Sebagian besar pasien (n=24 dari 29
(83%)) yang menunjukan kegagalan memiliki Indeks Plak > 0 pada saat
pemeriksaan dibandingkan dengan kasus yang berhasil (n=28 dari 119 (24%);
p<0,000).
Tabel 4. Skor Indeks Plak dan Gingiva Awal dan Setelah 1 tahun per Kelompok
Perawatan, n (%)
0 1 2
Teknik Perawatan Plak Gingiva Plak Gingiv Plak Gingiva
a
Restorasi Konvesional (CR)
Awal 18 (28) 57(88) 43 (66) 8 (12) 4 (6) 0 (0)
1 Tahun 33 (59) 52 (93) 20 (36) 4 (7) 3 (4) 0 (0)
Teknik Hall (HT)
Awal 21 (40) 47 (90) 27 (52) 4 (8) 4 (8) 1 (2)
1 Tahun 28 (64) 37 (84) 15 (34) 7 (16) 1 (2) 0 (0)
Perawatan Karies Non-
Restorasi (NRCT)
Awal 22 (42) 40 (77) 27 (52) 12 (23) 3 (6) 0 (0)
1 Tahun 35 (73) 41 (85) 11 (23) 6 (13) 2 (4) 1 (2)
Awal, n=169 anak; 1 Tahun, n=148 anak. Indeks Plak: 0 = tidak ada plak, 1 = plak tipis terlihat, 2 = plak tebal
terlihat. Gingival Indeks: 0 = tidak ada pembengkakan, 1 = pembengkakan ringan, 2 = pembengkakan
sedang sampai parah
DISKUSI
14
Perbandingan keefektifan klinis pada 1 tahun follow up dari kelompok CR,
HT, dan NRCT, hasilnya HT mengungguli NRCT dan CR. Hipotesis dari
penelitian ini ditolak, namun, tingkat kesuksesan perawatan NRCT dan CR adalah
sebanding.
dan HT, NNT adalah 6 (dalam kedua kasus mendukung HT). Pada kegagalan
mayor, tidak ada perbedaan yang signifikan antara NRCT dan CR, namun,
Menurut Innes dkk. meskipun tidak berkualitas tinggi (Innes dkk., 2007b),
terdapat bukti yang konsisten bahwa mahkota stainless steel konvensional lebih
baik dari restorasi lainnya untuk kasus karies multisurface pada gigi sulung.
Menurut Randall dkk. tingkat kegagalan untuk mahkota stainless steel adalah
11,6% dan amalgam adalah 88,7% (Randall dkk., 2000), serta menurut Tate dkk.
Kegagalan untuk mahkota stainless steel adalah 8%, amalgam adalah 21%, dan
komposit adalah 30% (Tate dkk., 2002). Mahkota stainless steel konvensional ini
cukup direkomendasikan oleh referensi (Attari dan Roberts, 2006; Kindelan dkk.,
2008), tetapi penggunaannya terbatas terutama hanya oleh dokter gigi spesialis
anak, karena pertimbangan dari dokter gigi umum bahwa mahkota stainless steel
15
terlalu rumit, memakan waktu, mahal, dan tidak estetik (Threlfall dkk., 2005). HT,
secara relatif lebih mudah bagi anak atau dokter gigi, bahkan bila dibandingkan
memberikan isolasi secara keseluruhan dari biofilm plak pada lingkungan oral,
(Salas dkk., 2011). Mahkota stainless steel dengan cakupan koronal penuh dapat
efektif mengisolasi gigi dari tantangan diet dan kebiasaan menyikat gigi anak,
namun pada anak yang sama, kesuksesan penggunaan NRCT justru bergantung
terbatas. Pada studi observasional mengenai slicing mesial pada lesi karies
mengenai diet dan kebersihan mulut), ditemukan 90% dari lesi terhenti
(Peretz dan Gluck, 2006). Hasil negatif dikaitkan dengan kebersihan mulut yang
kurang baik, demikian pula dalam penelitian ini, secara signifikan status
kesehatan mulut yang lebih rendah ditemukan pada anak dengan kegagalan NRCT
dibandingkan dengan kasus yang sukses. Lebih dari 70% dari anak-anak yang
dirawat dengan NRCT dan mengalami kegagalan dalam perawatan, juga gagal
menghadiri kontrol reguler 3 bulan. Sebuah uji coba baru-baru ini yang
16
membandingkan tingkat ketahanan selama 3,5 tahun pada gigi geraham sulung
karies ultrakonservatif (fistula, abses, dll) secara proporsional lebih rendah dari
hasil penelitian ini (9.25%), namun, kelompok karies yang dirawat secara
yang secara positif mempengaruhi hasil klinis dan tidak realistis pada kebanyakan
pengaturan.
mengatakan bahwa gigi sulung dengan karies yang tidak dirawat tereksfoliasi
secara fisiologis dan asimptomatik (Levine dkk., 2002;. Tickle dkk., 2002;. Hu
tidak dirawat dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi dari lesi karies baru,
kehilangan ruangan, nyeri, dan sebagainya (untuk tinjauan dari hal ini, lihat
Finucane, 2012). NRCT harus menjadi bagian dari program pengendalian karies
yang komprehensif (pelatihan pada kontrol plak, instruksi diet, aplikasi fluoride,
17
pemilihan kasus yang tidak berhasil dan pendekatan perawatan lain dilakukan jika
diperlukan.
tinggi dari restorasi pada satu permukaan (dos Santos dkk., 2009), dan pemilihan
oklusoproksimal yang sebanding dengan amalgam (Marks dkk, 2010; Qvist dkk.,
berbagai bahan tambal, melaporkan tingkat kegagalan tahunan sekitar 10% untuk
memiliki aktivitas karies yang rendah dan kebutuhan restorasi yang relatif rendah.
Dalam penelitian ini, yang paling sering menjadi alasan kegagalan adalah karies
bitewings tidak secara rutin dilakukan jika dirasa tidak ada keterlibatan pulpa,
oleh karena itu, sepertiga dari peserta tidak memiliki gambaran radiograf. Hal ini
di seluruh kelompok. Hipotesis lain yang kami buat dalam menjelaskan tingkat
kegagalan pada kelompok CR adalah penggunaan anestesi lokal yang tidak sama
18
hasil, karena Carvalho dkk., (2010) dan Brunthaler dkk., (2003) menemukan
bahwa penggunaannya tidak mempengaruhi kegagalan dalam gigi sulung dan gigi
tetap.
Berbeda dengan perawatan pada orang dewasa, kedokteran gigi anak harus
nyeri, jenis pengobatan, dan sebagainya. Hal ini memainkan peran penting dalam
seleksi dan penyediaan perawatan gigi (Goumans dkk., 2004;. van Bochove dan
van Amerongen, 2006). Laporan awal dari penelitian kami (Santamaria dkk.,
perawatan dan penerimaan teknik pada orang tua dan dokter gigi. Anak-anak yang
dirawat dengan NRCT dan HT menunjukan perilaku negatif yang lebih sedikit
dibandingkan dengan mereka yang dirawat dengan CR, namun, ketika anak-anak
dengan sama.
tidak dapat diandalkan bagi kebanyakan dokter gigi, namun, hasil penelitian ini
menemukan bahwa HT memberikan hasil yang baik dalam menutup lesi karies
kegagalan minor sebesar 19% lebih sedikit pada HT dengan NNT 6 (yang berarti
kegagalan minor), dan 11% lebih sedikit kasus kegagalan mayor dengan NNT 9.
Perbedaan risiko antara NRCT dan HT juga menunjukan keunggulan untuk HT,
yaitu penurunan pada kegagalan minor sebesar 16% dan kegagalan mayor sebesar
19
10%. Sebanyak 75% dari lesi di kelompok NRCT tidak menunjukan tanda/gejala
kerusakan pulpa selama periode penelitian dan hasil yang sama terlihat pada
kelompok CR.
pemilihan perawatan karies pada gigi susu, karena: (1) peserta dirawat oleh
spesialis atau spesialis terlatih; (2) semua memiliki resiko karies tinggi, yang
mungkin mempengaruhi hasil klinis untuk CR dan NRCT; dan (3) perawatan anak
instruksi menyikat gigi dan diet, namun, prosedur individu tetap bergantung pada
kepatuhan orang tua terhadap saran dokter. Kontrol lesi pada HT tidak bergantung
pada orang tua karena teknik ini telah menutup lesi karies, sedangkan kontrol lesi
pada NRCT bergantung pada penyikatan gigi dan saran diet yang dilakukan oleh
anak/orang tua.
namun, estetika yang kurang masih bisa menjadi penghalang untuk pasien, orang
perawatan secara individual, dan perlu diingat bahwa pilihan untuk kontrol karies
tidak hanya satu, dokter harus mempertimbangkan HT dan NRCT sebagai pilihan
perawatan dengan hasil positif untuk persepsi nyeri anak-anak dan penerimaan
teknik bagi orang tua (Santamaria dkk., 2014). Hasil klinis relatif menunjukkan
20
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami berterima kasih kepada anak-anak, orang tua, dan dokter gigi yang
berpartisipasi dalam penelitian ini. Data awal dari penelitian ini dipresentasikan
pada EAPD 2014 dan pertemuan ORCA. Penelitian ini didukung oleh
REFERENSI
Attari N, Roberts JF (2006). Restoration of primary teeth with crowns: a
systematic review of the literature. Eur Arch Paediatr Dent 7:58-63.
Brunthaler A, Knig F, Lucas T, Sperr W, Schedle A (2003). Longevity of direct
resin composite restorations in posterior teeth. Clin Oral Investig7:63-70.
Carvalho TS, Sampaio FC, Diniz A, Bnecker M, Van Amerongen WE (2010).
Two years survival rate of class II ART restorations in primary molars using
two ways to avoid saliva contamination. Int J Paediatr Dent 20:419-425.
dos Santos MP, Passos M, Luiz RR, Maia LC (2009). A randomized trial of resin-
based restorations in class I and class II beveled preparations in primary
molars: 24-month results. J Am Dent Assoc 140:156-166.
Faul F, Erdfelder E, Lang AG, Buchner A (2007). G*Power 3: A flexible statistical
power analysis program for the social, behavioral, and biomedical sciences.
Behav Res Methods 39:175-191.
Finucane D (2012). Rationale for restoration of carious primary teeth: a review.
Eur Arch Paediatr Dent 13:281-292.
Goumans C, Veerkamp JS, Aartman IH (2004). Dental anxiety and behavioural
problems: what is their influence on the treatment plan? Eur J Paediatr Dent
5:15-18.
Griffin SO, Oong E, Kohn W, Vidakovic B, Gooch BF; CDC Dental Sealant
Systematic Review Work Group: Bader J, Clarkson J, Fontana MR, Meyer
DM, Rozier RG, Weintraub JA, et al. (2008). The effectiveness of sealants in
managing caries lesions. J Dent Res 87:169-174.
21
Gruythuysen RJ, van Strijp AJ, van Palestein Helderman WH, Frankenmolen FW
(2011). Non-restorative treatment of cavities in temporary dentition: effective
and child-friendly. Ned Tijdschr Geneeskd 155:A3489.
Hu X, Chen X, Fan M, Mulder J, Frencken JE (2013). What happens to cavitated
primary teeth over time? A 3.5-year prospective cohort study in China. Int
Dent J 63:183-188.
Innes NP, Stirrups DR, Evans DJ, Hall N, Leggate M (2006). A novel technique
using preformed metal crowns for managing carious primary molars in general
practice: a retrospective analysis. Br Dent J 22:451-454.
Innes NP, Evans DJ, Stirrups DR (2007a). The Hall technique: a randomized
controlled clinical trial of a novel method of managing carious primary molars
in general dental practice. Acceptability of the technique and outcomes at 23
months. BMC Oral Health 7:18.
Innes NP, Ricketts DN, Evans DJ (2007b). Preformed metal crowns for decayed
primary molar teeth. Cochrane Database Syst Rev 1:CD005512.
Innes NP, Evans DJ, Stirrups DR (2011). Sealing caries in primary
molars:randomized control trial, 5-year results. J Dent Res 90:1405-1410.
Kandiah T, Johnson J, Fayle SA (2010). British Society of Paediatric Dentistry: a
policy document on management of caries in the primary dentition. Int J
Paediatr Dent 20(Suppl 1):5.
Kidd E (2012). Should deciduous teeth be restored? Reflections of a cariologist.
Dent Update 39:159-162, 165-166.
Kindelan SA, Day P, Nichol R, Willmott N, Fayle SA (2008). British Society of
Paediatric Dentistry: UK national clinical guidelines in paediatric dentistry.
Stainless steel preformed crowns for primary molars. Int J Paediatr Dent
18(Suppl 1):20-28.
Levine RS, Pitts NB, Nugent ZJ (2002). The fate of 1,587 unrestored carious
deciduous teeth: a retrospective general dental practice based study from
northern England. Br Dent J 193:99-103.
Le H (1967). The Gingival Index, the Plaque Index and the Retention Index
systems. J Periodontol 38(Suppl):610-616.
Le H, von der Fehr FR, Schitt CR (1972). Inhibition of experimental caries by
plaque prevention: the effect of clorhexidine mouthrinses. Scand J Dent Res
80:1-9.
Lula EC, Monteiro-Neto V, Alves CM, Ribeiro CC (2009). Microbiological
analysis after complete or partial removal of carious dentin in primary teeth: a
randomized clinical trial. Caries Res 43:354-358.
22
Marks LA, Faict N, Welbury RR (2010). Literature review: restorations of class II
cavities in the primary dentition with compomers. Eur Arch Paediatr Dent
11:109-114.
Martignon S, Tellez M, Santamara RM, Gomez J, Ekstrand KR (2010). Sealing
distal proximal caries lesions in first primary molars: efficacy after 2.5 years.
Caries Res 44:562-570.
Mijan M, de Amorim RG, Leal SC, Mulder J, Oliveira L, Creugers NH, et al.
(2014). The 3.5-year survival rates of primary molars treated according to three
treatment protocols: a controlled clinical trial. Clin Oral Investig 18:1061-
1069.
Peretz B, Gluck G (2006). Early childhood caries (ECC): a
preventiveconservative treatment mode during a 12-month period. J Clin
Pediatr Dent 30:191-194.
Qvist V, Manscher E, Teglers PT (2004a). Resin-modified and conventional glass
ionomer restorations in primary teeth: 8-year results. J Dent 32:285-294.
Qvist V, Laurberg L, Poulsen A, Teglers PT (2004b). Class II restorations in
primary teeth: 7-year study on three resin-modified glass ionomer cements and
a compomer. Eur J Oral Sci 112:188-196.
Qvist V, Poulsen A, Teglers PT, Mjr IA (2010). The longevity of different
restorations in primary teeth. Int J Paediatr Dent 20:1-7.
Randall RC, Vrijhoef MM, Wilson NH (2000). Efficacy of preformed metal
crowns vs. amalgam restorations in primary molars: a systematic review. J Am
Dent Assoc 131:337-343.
Ricketts D, Lamont T, Innes NP, Kidd E, Clarkson JE (2013). Operative caries
management in adults and children. Cochrane Database Syst Rev 3:CD003808.
Ricketts DN, Pitts NB (2009). Traditional operative treatment options. Monogr
Oral Sci 21:164-173.
Salas CF, Guglielmi CA, Raggio DP, Mendes FM (2011). Mineral loss on adjacent
enamel glass ionomer cements restorations after cariogenic and erosive
challenges. Arch Oral Biol 56:1014-1019.
Santamaria RM, Innes NP, Machiulskiene V, Evans DJ, Alkilzy M, Splieth CH
(2014). Acceptability of different caries management methods for primary
molars in a RCT. Int J Paediatr Dent [E-pub ahead of print March 7, 2014] in
press.
Schulz KF, Altman DG, Moher D; CONSORT Group (2010). CONSORT 2010
statement: updated guidelines for reporting parallel group randomised trials. J
Clin Epidemiol 63:834-840.
Schwendicke F, Meyer-Lueckel H, Drfer C, Paris S (2013). Failure of
incompletely excavated teeth: a systematic review. J Dent 41:569-580.
23
Tate AR, Ng MW, Needleman HL, Acs G (2002). Failure rates of restorative
procedures following dental rehabilitation under general anesthesia. Pediatr
Dent 24:69-71.
Threlfall AG, Pilkington L, Milsom KM, Blinkhorn AS, Tickle M (2005). General
dental practitioners views on the use of stainless steel crowns to restore
primary molars. Br Dent J 199:453-455.
Tickle M, Milsom K, King D, Kearney-Mitchell P, Blinkhorn A (2002). The fate
of the carious primary teeth of children who regularly attend the general dental
service. Br Dent J 192:219-223.
van Bochove JA, van Amerongen WE (2006). The influence of restorative
treatment approaches and the use of local analgesia, on the childrens
discomfort. Eur Arch Paediatr Dent 7:11-16.
24