Anda di halaman 1dari 11

NAMA : JEFFERSON ROLLY TAMBAHANI

NIM : 15 502 037


KELAS : BIOLOGI MURNI SEMESTER 4

PERANAN MIKROBA DALAM BIDANG LINGKUNGAN

A. PERURAIAN / BIODEGRADASI BAHAN PENCEMAR (POLUTAN)

1. Mikroba dalam pembersihan air

Dalam air baik yang kita anggap jernih, sampai terhadap air yang keadaannya sudah kotor atau tercemar, di
dalamnya akan terkandung sejumlah ke-hidupan, yaitu misalnya yang berasal dari sumur biasa, sumur pompa,
sumber mata-air dan sebagai-nya, di dalamnya terdiri dari bakteri, yaitu :

Kelompok bakteri besi (misalnya Crenothrix dan Sphaerotilus) yang mampu mengoksidasi senyawa ferro
menjadi ferri. Akibat kehadirannya, air sering berubah warna kalau disimpan lama yaitu warna kehitam-
hitaman, kecoklat-coklatan, dan sebagainya.

Kelompok bakteri belerang (antara lain Chromatium dan Thiobacillus) yang mampu mereduksi senyawa
sulfat menjadi H2S. Akibatnya kalau air disimpan lama akan tercium bau busuk seperti bau telur busuk.

Kelompok mikroalge (misalnya yang termasuk mikroalga hijau, biru dan kersik), sehingga kalau air disimpan
lama di dalamnya akan nampak jasad-jasad yang berwarna hijau, biru atau pun kekuning-kuningan, tergantung
kepada dominasi jasad-jasad tersebut serta lingkungan yang mempengaruhinya.

Kehadiran kelompok bakteri dan mikroalga tersebut di dalam air, dapat menyebabkan terjadinya penurunan
turbiditas dan hambatan aliran, karena kelompok bakteri besi dan belerang dapat membentuk serat atau lendir.
Akibat lainnya adalah terjadinya proses korosi (pengkaratan) terhadap benda-benda logam yang berada di
dalamnya, menjadi bau, berubah warna, dan sebagainya.

Mikroba yang terdapat dalam air limbah kebanyakan berasal dari tanah dan saluran pencernaan. Bakteri colon
(coliforms) terutama Escherichia coli sering digunakan sebagai indeks pencemaran air. Bakteri tersebut berasal
dari saluran pencernaan manusia dan hewan yang dapat hidup lama dalam air, sehingga air yang banyak
mengandung bakteri tersebut dianggap tercemar. Untuk mengurangi mikroba pencemar dapat digunakan
saringan pasir atau trickling filter yang segera membentuk lendir di permukaan bahan penyaring, sehingga dapat
menyaring bakteri maupun bahan lain untuk penguraian. Penggunaan lumpur aktif juga dapat mempercepat
perombakan bahan organik yang tersuspensi dalam air.

Secara kimia digunakan indeks BOD (biological oxygen demand) dan COD (chemical oxygen demand). Prinsip
perombakan bahan dalam limbah adalah oksidasi, baik oksidasi biologis maupun oksidasi kimia. Semakin
tinggi bahan organik dalam air menyebabkan kandungan oksigen terlarut semakin kecil, karena oksigen
digunakan oleh mikroba untuk mengoksidasi bahan organik. Adanya bahan organik tinggi dalam air
menyebabkan kebutuhan mikroba akan oksigen meningkat, yang diukur dari nilai BOD yang meningkat. Untuk
mempercepat perombakan umumnya diberi aerasi untuk meningkatkan oksigen terlarut, misalnya dengan
aerator yang disertai pengadukan.

Setelah terjadi perombakan bahan organik maka nilai BOD menurun sampai nilai tertentu yang menandakan
bahwa air sudah bersih. Dalam suasana aerob bahan-bahan dapat dirubah menjadi sulfat, fosfat, ammonium,
nitrat, dan gas CO2 yang menguap. Untuk menghilangkan sulfat, ammonium dan nitrat dari air dapat
menggunakan berbagai cara. Dengan diberikan suasana yang anaerob maka sulfat direduksi menjadi gas H2S,
ammonium dan nitrat dirubah menjadi gas N2O atau N2.

2. Mikroba perombak deterjen

Alkil Benzil Sulfonat (ABS) adalah komponen detergen, yang merupakan zat aktif yang dapat menurunkan
tegangan muka sehingga dapat digunakan sebagai pembersih. ABS mempunyai Na-sulfonat polar dan ujung
alkil non-polar. Pada proses pencucian, ujung polar ini menghadap ke kotoran (lemak) dan ujung polarnya
menghadap keluar (ke-air). Bagian alkil dari ABS ada yang linier dan non-linier (bercabang). Bagian yang
bercabang ABS-nya lebih kuat dan berbusa, tetapi lebih sukar terurai sehingga menyebabkan badan air berbuih.
Sulitnya peruraian ini disebabkan karena atom C tersier memblokir beta-oksidasi pada alkil. Hal ini dapat
dihindari apabila ABS mempunyai alkil yang linier.

3. Mikroba perombak plastik

Plastik banyak kegunaannya tetapi polimer sintetik plastik sangat sulit dirombak secara alamiah. Hal ini
mengakibatkan limbah yang plastik semakin menumpuk dan dapat mencemari lingkungan. Akhir-akhir ini
sudah mulai diproduksi plastik yang mudah terurai.

Plastik terdiri atas berbagai senyawa yang terdiri polietilen, polistiren, dan polivinil klorida. Bahan-bahan
tersebut bersifat inert dan rekalsitran. Senyawa lain penyusun plastik yang disebut plasticizers terdiri: (a) ester
asam lemak (oleat, risinoleat, adipat, azelat, dan sebakat serta turunan minyak tumbuhan, (b) ester asam
phthalat, maleat, dan fosforat. Bahan tambahan untuk pembuatan plastik seperti Phthalic Acid Esters (PAEs)
dan Polychlorinated Biphenyls (PCBs) sudah diketahui sebagai karsinogen yang berbahaya bagi lingkungan
walaupun dalam konsentrasi rendah.

Dari alam telah ditemukan mikroba yang dapat merombak plastik, yaitu terdiri bakteri, aktinomycetes, jamur
dan khamir yang umumnya dapat menggunakan plasticizers sebagai sumber C, tetapi hanya sedikit mikroba
yang telah ditemukan mampu merombak polimer plastiknya yaitu jamur Aspergillus fischeri dan Paecilomyces
sp. Sedangkan mikroba yang mampu merombak dan menggunakan sumber C dari plsticizers yaitu jamur
Aspergillus niger, A. Versicolor, Cladosporium sp.,Fusarium sp., Penicillium sp.,Trichoderma sp., Verticillium
sp., dan khamir Zygosaccharomyces drosophilae, Saccharomyces cerevisiae, serta bakteri Pseudomonas
aeruginosa, Brevibacterium sp. dan aktinomisetes Streptomyces rubrireticuli.

Untuk dapat merombak plastik, mikroba harus dapat mengkontaminasi lapisan plastik melalui muatan
elektrostatik dan mikroba harus mampu menggunakan komponen di dalam atau pada lapisan plastik sebagai
nutrien. Plasticizers yang membuat plastik bersifat fleksibel seperti adipat, oleat, risinoleat, sebakat, dan turunan
asam lemak lain cenderung mudah digunakan, tetapi turunan asam phthalat dan fosforat sulit digunakan untuk
nutrisi. Hilangnya plasticizers menyebabkan lapisan plastik menjadi rapuh, daya rentang meningkat dan daya
ulur berkurang.

3. Minyak Bumi

Minyak bumi tersusun dari berbagai macam molekul hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatik. Mikroba
berperanan penting dalam menguraikan minyak bumi ini. Ketahanan minyak bumi terhadap peruraian oleh
mikroba tergantung pada struktur dan berat molekulnya.

Fraksi alkana rantai C pendek, dengan atom C kurang dari 9 bersifat meracun terhadap mikroba dan mudah
menguap menjadi gas. Fraksi n-alkana rantai C sedang dengan atom C 10-24 paling cepat terurai. Semakin
panjang rantaian karbon alkana menyebabkan makin sulit terurai. Adanya rantaian C bercabang pada alkana
akan mengurangi kecepatan peruraian, karena atom C tersier atau kuarter mengganggu mekanisme
biodegradasi.

Apabila dibandingkan maka senyawa aromatik akan lebih lambat terurai dari pada alkana linier. Sedang
senyawa alisiklik sering tidak dapat digunakan sebagai sumber C untuk mikroba, kecuali mempunyai rantai
samping alifatik yang cukup panjang. Senyawa ini dapat terurai karena kometabolisme beberapa strain mikroba
dengan metabolisme saling melengkapi. Jadi walaupun senyawa hidrokarbon dapat diuraikan oleh mikroba,
tetapi belum ditemukan mikroba yang berkemampuan enzimatik lengkap untuk penguraian hidrokarbon secara
sempurna.

4. Sampah

Mikroba (fungi dan bakteri) secara tradisional berfungsi sebagai decomposer (pengurai). Makhluk hidup yang
telah mati akan diuraikan oleh mereka menjadi unsur-unsur yang lebih mikro. Tanpa adanya mikroba
decomposer, bumi kita ini akan dipenuhi oleh bangkai dalam jumlah banyak. Mikroba decomposer inilah yang
digunakan untuk pengolahan sampah/limbah. Teknologi lingkungan yang terbaru telah memungkinkan
pengolahan sampah/limbah dengan perspektif lain. Sampah pada awalnya dipilah antara organik dan non
organik. Sampah non organik akan didaur ulang, sementara sampah organik akan mengalami proses lanjutan
pembuatan kompos. Proses tersebut adalah menciptakan kondisi yang optimum supaya kompos dapat dibuat
dengan baik. Optimasi kondisi tersebut, selain desain alat yang baik dan ventilasi untuk proses aerasi, adalah
juga menciptakan kondisi optimum bagi mikroba composter untuk melaksanakan proses composting. Parameter
optimasinya bisa berupa keasaman, suhu, dan medium pertumbuhan. Jika parameter tersebut diperhatikan, maka
proses composting diharapkan bisa efektif dan efisien.

B. PERAN LAIN MIKROBA UNTUK MENGATASI MASALAH PENCEMARAN

1. Biopestisida

Pestisida mikroba termasuk biopestisida yang telah banyak digunakan untuk menggantikan pestisida kimia
sintetik yang banyak mencemari lingkungan. Penggunaan pestisida mikroba merupakan bagian dari
pengendalian hama secara hayati menggunakan parasit, hiperparasit, dan predator. Salah satu keuntungan
pestisida yang dikembangkan dari mikroba adalah (a) dapat berkembang biak secara cepat dalam jasad
inangnya (hospes), (b) dapat bertahan hidup di luar hospes, (c) sangat mudah tersebar di alam. Namun
mempunyai kelemahan tidak secara aktif mencari hospes atau hama sasarannya.

Mikroba yang telah dikembangkan untuk biopestisida adalah berbagai macam mikroba sebagai berikut:

a. Virus penyebab penyakit hama, seperti NPV (nuclear polyhidrosis virus), CPV (cytoplasmic polyhidrosis
virus), dan GV (granulosis virus) untuk mengendalikan Lepidoptera. Baculovirus untuk mengendalikan
Lepidoptera, Hymenoptera, dan diptera.

b. Bakteri yang dapat mematikan serangga hama, yang terkenal adalah Bacillus thuringiensis (Bt). Bakteri ini
dapat digunakan untuk mengendalikan Lepidoptera, Hymenoptera, diptera, dan coleoptera. Bakteri ini dapat
menghasilkan kristal protein toksin yang dapat mematikan serangga hama. Selain itu ada bakteri lain seperti
Pseudomonas aeruginosa dan Proteus vulgaris untuk mengendalikan belalang, Pseudomonas septica dan
Bacillus larvae untuk hama kumbang, Bacillus sphaericus untuk mengendalikan nyamuk, dan B. Moritai untuk
mengendalikan lalat.
c. Jamur yang termasuk entomophagus dapat digunakan untuk mengendalikan hama. Sebagai contoh
Metarhizium anisopliae dapat digunakan untuk mengendalikan kumbang Rhinoceros dan belalang cokelat.
Beauveria bassiana untuk mengendalikan kumbang kentang, Nomurea rilevi untuk mengendalikan lepidoptera,
Paecylomyces lilacinus dan Gliocladium roseum dapat digunakan untuk mengendalikan nematoda.

2. Logam Berat

Limbah penambangan emas dan tembaga (tailing) yang banyak mengandung logam berat terutama air raksa
(Hg), industri logam dan penyamakan kulit banyak menghasilkan limbah logam berat terutama cadmium (Cd),
serta penggunaan pupuk (misalnya pupuk fosfat) yang mengandung logam berat seperti Hg, Pb, dan Cd,
sekarang banyak menimbulkan masalah pencemaran logam berat. Logam berat dalam konsentrasi rendah dapat
membahayakan kehidupan karena afinitasnya yang tinggi dengan sistem enzim dalam sel, sehingga
menyebabkan inaktivasi enzim dan berbagai gangguan fisiologi sel.

Bakteria dapat menghasilkan senyawa pengkhelat logam yang berupa ligan berberat molekul rendah yang
disebut siderofor. Siderofor dapat membentuk kompleks dengan logam-logam termasuk logam berat. Umumnya
pengkhelatan logam berat oleh bakteri adalah sebagai mekanisme bakteri untuk mempertahankan diri terhadap
toksisitas logam. Bakteri yang tahan terhadap toksisitas logam berat mengalami perubahan sistem transport di
membran selnya, sehingga terjadi penolakan atau pengurangan logam yang masuk ke dalam sitoplasma. Dengan
demikian logam yang tidak dapat melewati membran sel akan terakumulasi dan diendapkan atau dijerap di
permukaan sel.

Untuk mengambil logam berat yang sudah terakumulasi oleh bakteri, dapat dilakukan beberapa cara. Logam
dari limbah cair dapat dipisahkan dengan memanen mikroba. Logam yang berada dalam tanah lebih sulit untuk
dipisahkan, tetapi ada cara pengambilan logam menggunakan tanaman pengakumulasi logam berat. Tanaman
yang termasuk sawi-sawian (misal Brassica juncea) dapat digunakan bersama-sama dengan rhizobacteria
pengakumulasi logam (misal Pseudomonas fluorescens) untuk mengambil logam berat yang mencemari tanah.
Selanjutnya logam yang telah terserap tanaman dapat dipanen dan dibakar untuk memisahkan logam beratnya
Pengertian Mikrobiologi Industri

Adalah suatu proses produksi mikroorganisme dalam jumlah besar dalam kondisi terkendali dengan tujuan
untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan bermanfaat. Dilihat dari sudut industri,
mikroorganisme merupakan pabrik zat kimia yang mampu melakukan perubahan yang dikehendaki.
Mikroorganisme merombak bahan mentah (substrat) menjadi suatu produk baru :

Substrat + Mikroorganisme Produk baru

Substrat : karbohidrat, pati, molasses, limbah hasil pertanian, tebu, ubi dsb.
Mikroorganisme : bakteri, jamur, yis dll.
Produk baru : enzim, alcohol, antibiotic, vitamin, hormone steroid, asam amino, asam organic, protein
sel tunggal.

Kelebihan mikroorganisme sebagai sumber industri :


1. Mikroba tumbuh dengan cepat (dimana dalam waktu 20 30 menit mikroba sudah dapat berkembang
biak),
2. Tidak memerlukan lahan yang luas,
3. Tidak dipengaruhi iklim, mudah dikendalikan,
4. Secara genetic mikroba mudah dimodifikasi sesuai dengan kehendak,
5. Mikroorganisme dapat tumbuh pada berbagai limbah yang memiliki nilai ekonomi rendah untuk diubah
menjadi bahan dengan nilai ekonomi tinggi.
6. Dalam suatu reaksi, memang mesti harus menggunakan mikroba (tidak dapat digantikan oleh zat kimia).

Syarat mikroba sebagai bahan industri :


1. Mempunyai produktifitas yang tinggi.
2. Berupa biakan murni yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar biakan tetap murni dalam
proses, maka kondisi lingkungan harus dijaga steril.
3. Unggul. Pada kondisi fermentasi yang diberikan, mikroba harus mampu menghasilkan perubahan-
perubahan yang dikehendaki secara cepat dengan produksi yang tinggi.
4. Stabil. Tidak mudah mengalami perubahan atau mutasi akibat perubahan lingkungan.
5. Tidak pathogen, bagi manusia maupun binatang. Jika digunakan, mikroba pathogen harus dijaga agar
tidak menimbulkan akibat samping pada lingkungan.
Beberapa mikroba penting yang berperan terhadap mikrobiologi industry :

No. Jenis Nama mikroba Produk yang dihasilkan


mikroba

1. Bakteri Acetobacter aceti, Asam cuka,

Acetobacter xylinum, Nata de pina, nata de coco,

Bacillus sp, Rekayasa genetic (lingkungan),

Bividobacterium sp, Probiotik,

Lactobacillus sp, dll Yogurt, dll

2. Jamur Aspergillus niger Asam sitrat

Rhyzopus oryzae Pembuatan tempe (perbaikan nilai gizi)

Neurospora sitophila Pembuatan oncom (beta karoten)

Monascus purpureus Pewarna alami dan angkak (membantu


kesehatan)
Penicillium sp, dll
Antibiotic, dll

3. Yis (kapang) Saccharomyces cereviceae Alcohol, wine, bir, pengembang roti

Saccharomyces Pembuatan kecap (pembentukan aroma), dll

roxii

4. Virus Virus polio Vaksin polio

Virus rabies Vaksin rabies, dll

5. Alga Chlorella Makanan kesehatan dll

Beberapa Contoh Mikrobiologi Industri (Bioteknologi)

1. Industri Pangan

a) Fermentasi Tempe

Rasa dan aroma kedele berubah setelah proses fermentasi di samping itu semakin meningkat nilai gizinya.
Kualitas tempe sangat dipengaruhi oleh kualitas starter yang digunakan untuk inokulasi.
b) Kombucha

Dikenal dengan jamur teh atau jamur dipo adalah fermentasi teh menggunakan campuran kultur bakteri dan
khamir/yis sehingga diperoleh cita rasa asam dan terbentuk lapisan nata. Kombucha dapat digunakan untuk
mengatasi masalah kesehatan seperti darah tinggi atau darah rendah, rematik, kegemukan, arthritis, migraine,
diabetis dll. Kandungan asam glukonat pada kombucha, mamapu meningkatkan kekebalan tubuh dan
mengeluarkan atau mengikat racun. Kandungan antimikroba kombucha dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Shigella sonnei, E. coli, dan Salmonella typhimurium.

c) Nata de Coco

Nata adalah suatu zat yang menyerupai gel, tidak larut dalam air dan terbentuk pada permukaan media
fermentasi air kelapa dan beberapa sari buah masam. Nata de coco adalah jenis nata dengan medium fermentasi
air kelapa. Mikroba yang digunakan untuk proses fermentasi Acetobacter xylinum. Nata de coco mengandung
serat kasar 2,75%, protein 1,5 2,8%, lemak 0,35% dan sisanya adalah air. Nata de coco merupakan sumber
makanan rendah energy.

d) Yoghurt

Yoghurt adalah produk susu fermentasi berbentuk semi padat, yang dihasilkan melalui fermentasi menggunakan
bakteri asam laktat. Selama fermentasi akan terjadi perubahan tekstur, flavor, dan rasa yang khas. Yoghurt
mengandung nilai gizi yang lebih baik berbanding susu segar. Secara tradisional yoghurt dapat dibuat dengan
menambahkan kultur starter campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus.

e) Kecap dll

Kecap adalah cairan kental yang mengandung protein, diperoleh dari perebusan kedele yang telah
difermentasi dan ditambah gula, garam dan rempah-rempah. Mutu kecap ditentukan oleh kandungan protein.
Mutu pertama mengandung minimal 6% protein dan mutu kedua mengandung 2% . kecap terbagi dua yaitu :

1. Kecap manis (kandungan gula 26 61%, garam 3 6%).

2. Kecap asin (kandungan gula 4 - 19%, garam 18 - 21%).


2. Industri Bahan Kimia

a) Industry Asam Asetat

Asam asetat disebut juga dengan asam cuka, merupakan cairan yang berwarna putih dengan bau asam yang
sangat tajam. Pembuatan asam asetat secara fermentasi dilakukan dalam dua tahap yaitu fermentasi alcohol dan
fermentasi asam asetat oleh bakteri asam asetat pada larutan yang mengandung alcohol.

b) Industri Asam Laktat

Asam laktak merupakan bahan kimia serba guna yang dapat digunakan sebagai :

Asidulan (bahan pengasam), aroma dan pengawet dalam industry makanan dan obat-obatan, kulit dan
tekstil.

Untuk produksi bahan kimia dasar.

Untuk polimerisasi bahan yang mudah dirombak poly lactic acid (PLA).

Produksi asam laktat dunia mencapai 80.000 ton dan sekitar 90% diantaranya dihasilkan oleh bakteri asam
laktat melalui fermentasi dan sisanya dihasilkan secara sintetis dengan menghidrolisis laktonitril.

c) Industri Alkohol

Secara garis besar proses pembuatan alkohol (ethanol) merupakan proses pengubahan karbohidrat dari
berbagai tanaman dengan bantuan mikroba yis Saccharomyces cereviceae menjadi alkohol. Karbohidrat sebagai
substrat dapat digunakan dari berbagai sumber seperti pati ubi, nira kelapa, nira nipah, sagu maupun limbah
sagu, air kalapa, jagung, gandum, limbah bahan organik dsb.

Berikut adalah diagram alir untuk produksi bioetanol dari pati ubi kayu :

3. Industri Enzim

Enzim hanya terbentuk di dalam sel makhluk hidup. Enzim berfungsi sebagai katalisator beberapa reaksi kimia
yang tidak dapat digantikan oleh bahan kimia sintetik. Teknologi enzim tidak diragukan lagi dapat
menyumbangkan kepada penyelesaian terhadap sebagian masalah. Perkiraan produksi enzim dunia per tahun
sbb. :

Enzim Enzim murni (ton)

Protease Bacillus 500

Amilo-glukosidase 300

Amylase Bacillus 300

Isomerase glucose 50

Rennet microbial 20
Amylase jamur 20

Pektinase 20

Protease jamur 10

Di samping itu banyak enzim lain yang juga sudah dimersialkan seperti Enzim Lipase, Enzim Amilase, Enzim
Laktase, -amilase, -amilase dll.

4. Industri Protein Sel Tunggal (SCP= single cell protein)

FAO telah memprediksi terjadinya gap antara negara maju dengan negara berkembang dalam
penyediaan pangan termasuk protein. Ketersediaan pangan yang mencukupi dan berkualitas bagi penduduk
dunia telah mendapat perhatian negara seluruh dunia. CSP merupakan pangan harapan di masa depan, dimana
protein akan dihasilkan dalam jumlah yang besar dari proses produksi sel mikroba. Disebut SCP karena
kebanyakan mikroorganisme yang digunakan sebahai penghasil merupakan mikroorganisme sel tunggal,
bukannya organisme multi sel seperti hewan dan tumbuhan.

Secara teori, dalam kondisi yang optimal mikroorganisme dapat menghasilkan 25 ton per hari protein.
Hal ini jauh lebih efisien bila dibanding dengan protein yang dihasilkan oleh hewan dalam waktu yang sama.

Perbandingan organism dalam melipatgandakan beratnya

Organism Waktu

Bakteri dan yis 20 120 menit

Jamur dan alga 2 - 6 jam

Rumput dan tumbuhan 1 2 minggu

Ayam 2 4 minggu

Babi 4 6 minggu

Lembu (muda) 1 2 bulan

Manusia (muda) 3 6 bulan

Terdapat perhatian yang lebih terhadap penggunaan alga sebagai sumber SCP walaupun
pertumbuhannya agak lambat berbanding bakteri dan yis. Kelebihan alga sebagai mikroorganisme sebagai
sumber SCP adalah dapat hidup subur pada kondisi terbuka dan hanya memerlukan CO2 sebagai sumber
karbon untuk proses fotosintesis. Alga seperti Chlorella dan Sensdemus telah lama dijadikan makanan di
Jepang, sedangkan Spirulina digunakan secara meluas di Mexico dan Afrika.
5. Industri Produk-produk Kesehatan

Vaksin adalah sediaan mikroorganisme mati atau yang dilemahkan yang dapat diberikan kepada manusia atau
hewan guna merangsang kekebalan tubuh. Dalam penyakit yang disebabkan oleh virus, vaksin telah
berkembang oleh teknologi DNA rekombinan untuk melawan virus polio, hepatitis, herpes, influenza dll.

Antibiotic adalah senyawa anti mikrob yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup. Antibiotic telah digunakan
secara meluas sejak perang dunia kedua dengan penemuan penicillin. Selanjutnya dalam perkembangannya, anti
biotic digunakan secara meluas bagi obat-obatan manusia dan hewan ternak. Beberapa antibiotic telah
digunakan untuk meningkatkan berat ternak. Antibiotic dalam dosis terbatas dapat digunakan untuk mengatasi
penyakit taaman yang disebabkan oleh mikroba.

Beberapa antibiotic penting yang telah dihasilkan oleh mikroba :

Senyawa antibiotik Mikroorganisme penghasil Spectrum aktivitas antibiotik

Aktinomisin D Streptomyces sp Antitumor

Asparaginase Erwinia sp Antileukomia

Basitrasin Bacillus sp Antibakteria

Bleomisin Streptomyces sp Anti kanker

Sefalosporin Acremonium sp Anti bacteria

Kloramfenikol Cephalosporium sp Anti bakteri

Daunorubisin Streptomycessp Anti protozoa

Fumagilin Aspergillus sp Amoebisidal

Griseofulvin Penicillin sp Anti fungus

Mitomisin Streptomyces sp Anti tumor

Natamisin Streptomyces sp Pengawetan makanan

Nisin Streptomyces sp Pengawetan makanan

Penicillin G Penicillin sp Anti bakteri

Rifamisin Nocardia sp Antituberculosis

Streptomisin Streptomyces sp Anti bakteria

Insulin. Sebelum ini, kebutuhan insulin bagi penderita diabetes disediakan dari ekstrak insulin babi atau lembu.
Penyelidikan DNA rekombinan telah berhasil memproduksi insulin yang didapat dari proses fermentasi bakteri.

Produk darah. Produksi darah melalui teknik DNA rekombinan telah berhasil memenuhi kebutuhan darah, di
mana konsumsi terbesar produk darah adalah jepang dan Amerika Utara sebesar 25% dari kebutuhan dunia.
Biopori
Biopori adalah lubang sedalam 80-100 cm dengan diameter 10-30 cm, dimaksudkan sebagai lubang resapan
untuk menampung air hujan dan meresapkan kembali ke dalam tanah. Biopori memperbasar daya tampung
tanah terhadap air hujan, mengurangi genangan air yang salanjutnya mengurangi limpahan air hujan turun ke
sungai. Dengan demikian mengurangi juga aliran dan volume air sungai ketempat yang lebih rendah.

Teknologi biopori yang dicetuskan oleh Ir Kamir R Brata, M Sc dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan
memanfaatkan aktifitas organisme kecil dan mikroorganisme untuk menguraikan sampah organik di dalam
lubang. Makhluk-makhluk yang hampir tidak pernah hadir dalam ruang sadar kita ini membuat lubang-lubang
kecil selama proses penguraian. Dalam waktu 2-4 minggu proses penguraian menghasilkan pupuk yang berguna
sebagai nutrisi tanaman dan menyehatkan tanah.

Membuat lubang biopori bukanlah pekerjaan yang susah, hanya memang memerlukan daya yang cukup besar.
Kedalaman yang disarankan adalah 80-100 cm, kedalaman yang memungkinkan organisme pengurai bekerja
dengan optimal. Sedangkan diameter yang disarankan adalah 10-30 cm. Lubang resapan biopori ini setelah
selesai dibuat harus diisi dengan sampah organik ( daun-daunan atau sisa sayuran atau sisa makanan )

Apabila teknologi biopori ini dapat diaplikasikan di tiap-tiap halaman rumah warga mungkin aliran air hujan di
jalan-jalan kampung atau gang akan semakin berkurang, sampah daun-daun dan sisa makanan juga dapat
terkelola dengan bijak dan kualitas tanah di sekitar rumah kita akan semakin sehat, apalagi kalau kemudian
dilanjutkan dengan penghijauan di halaman rumah kita masing-masing, alangkah indah dunia ini.

Anda mungkin juga menyukai