Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Hidrokarbon adalah sumber daya energi yang penting peranannya dalam mendukung
perekonomian negara. Di Indonesia terdapat lebih dari enam puluh cekungan sedimen, baik
yang ada di lepas pantai maupun di darat. Saat ini batuan sedimen laut dalam mendapat
perhatian karena berpotensi sebagai reservoir hidrokarbon, seperti yang telah dibuktikan di
Cekungan Kutai, Brunei, Tarakan, Sumatra Utara, Jawa Timur, dan Cekungan Palawan
(Kusumastuti drr., 2001; Guritno drr., 2003)

Dalam sistem petroleum, selain reservoir, unsur yang juga penting adalah batuan sumber
hidrokarbon atau batuan induk. Sedangkan dalam eksplorasi konvensional ada kecenderungan
kegiatan eksplorasi lebih banyak dilakukan untuk menentukan jenis perangkap hidrokarbon,
dan sedikit dilakukan studi terperinci mengenai batuan sumber asal hidrokarbon tersebut.

Agar minyak dan gas Bumi dapat terbentuk dan tersimpan dalam perut Bumi untuk kemudian
ditemukan oleh manusia, dibutuhkan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat itu di antaranya:

1. Terdapatnya batuan induk atau source rock, yaitu batuan sedimen yang mengandung
material organik
2. Adanya migrasi, yaitu proses berpindahnya minyak dan gas Bumi yang terbentuk di
source rock menuju lapisan resorvoir
3. Adanya batuan resorvoir yang merupakan batuan sedimen berpori, sehingga minyak dan
gas Bumi dapat tersimpan di daerah tersebut
4. Adanya perangkap minyak dan gas Bumi atau yang biasa disebut oil trap, yaitu bentukan
yang menyebabkan minyak dan gas Bumi terperangkap di dalamnya
5. Terdapatnya batuan penutup yang merupakan batuan sedimen kedap air, yang
menyebabkan minyak dan gas Bumi tidak bisa keluar lagi sampai saatnya ditemukan oleh
manusia.
Dalam makalah ini, kami akan membahas yang pertama sekali yaitu tentang batuan induk
(sorce rock). Secara umum, source rock di defenisikan sebagai batuan karbonat yang berasal
dari zat-zat organic yang terendapkan oleh batuan sedimen. Sehingga tidak terjadi siklus carbon
seperti selayaknya. Justru karbonat terendapkan dan menjadi batu. Contoh dari batuan source
rock adalah batu gamping, dan kini telah di temukan hidrokarbon yang terbentuk dari batu
bara.
I.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan tugas ini adalah untuk mengetahui, memahami dan mempelajari
mengenai batuan apa saja yang termasuk batuan induk ( source rock ), proses
pembentukannya, serta jenis dan cara meganalisanya, sehingga kita dapat menerapkan pada
kegiatan pertambangan.

BAB II

PEMBAHASAN

II. 1 Pengertian Source Rock

Ada beberapa pengertian dari batuan induk ataupun sorce rock yaitu sebagai berikut :

1. Batuan induk (Source rocks) adalah batuan sedimen berbutir halus yang memiliki
kapabilitas sebagai sumber hidrokarbon (Waples, 1985)
2. Pengertian batuan induk adalah batuan sedimen yang sedang, akan, atau telah
menghasilkan hidrokarbon (Tissot and Welte, 1984 vide Peter and Cassa, 1994).
3. Source rock adalah batuan karbonat yang berasal dari zat-zat organic yang terendapkan
oleh batuan sedimen. Sehingga tidak terjadi siklus carbon seperti selayaknya. Justru
karbonat terendapkan dan menjadi batu
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa batuan induk itu adalah batuan sedimen yang bisa
menghasilkan hidrokarbon. Pada bukti yang terdapat pada data-data geokimia, hidrokarbon
berasal dari material organik yang terkubur dalam batuan sedimen yang disebut batuan induk.
Untuk mengetahui dan memperkirakan distribusi dan jenis dari batuan induk dalam ruang dan
waktu, sangat penting untuk mengetahui sumber biologis dari petroleum. Lapisan batuan induk
(source beds) terbentuk ketika sebagian kecil dari karbon organik yang bersikulasi dalam siklus
karbon di bumi tekubur dalam lingkungan sedimentasi dimana oksidasi terhalang untuk dapat
berlangsung.

Ada beberapa istilah mengenai batuan induk yang harus kita pahami, antara lain :

1. Batuan Induk efektif (effective source rocks) adalah batuan sedimen yang sudah
menghasilkan dan mengeluarkan (expelled) hidrokarbon
2. Batuan induk yang mungkin (possible source rocks) adalah batuan sedimen yang potensi
sumbernya belum dievaluasi, tetapi mungkin telah menghasilkan dan mengeluarkan
hidrokarbon
3. Batuan Induk potensial (potential source rocks) adalah batuan sedimen yang belum
matang (immature) yang kapabilitasnya dalam menghasilkan dan mengeluarkan
hidrokarbon diketahui jika tingkat kematangan termal menjadi lebih tinggi.
TABEL II.1

Kategori Batuan Induk & Kapasitas Sumbernya (waples, 1985)

Kategori Batuan Kapasitas Sumber Kapasitas sumber Hidrokarbon yang


Induk Asal * tersisa dihasilkan
Possible GO tidak terukur tidak terukur
Potential GO GO Tidak ada
Effective GO G GO-G
Effective Tidak ada Tidak ada Tidak ada

GO tidak perlu sama untuk semua batuan; G = diukur sebagai kapasitas sumber yang
tersisa; GO = tidak dapat diukur langsung dari sampel yang HC generated; tapi dari
immature source rocks, dimana GO dan G adalah identik
GO-G = HC generated
Batuan karbonat adalah semua batuan yang terdiri dari garam karbonat. Dalam prakteknya
adalah terutama batugamping dan dolomit. Karbonat mempunyai keistimewaan dalam cara
terbentuknya, yaitu hanya dari larutan, praktis tidak ada sebagai detritus daratan.
Pembentukan batuan karbonat secara kimia, tetapi yang penting adalah turut sertanya
organisme di dalam batuan karbonat.

Ada 5 (lima) mekanisme penting yang dapat menerangkan bagaimana terjadinya pengendapan
CaCO3 dan bertambahnya CO2 yang dapat terlarut dalam air (Blatt, 1982), yaitu :

1. Bertambahnya suhu dan penguapan. Dari semua gas yang ada, hanya sedikit yang dapat larut
dalam air panas dan hal ini yang menyebabkan mengapa batuan karbonat terbentuk hanya
pada laut di daerah tropis dan subtropis, jarang didapatkan pada daerah dingin dekat kutub
atau pada daerah laut dalam.

2. Pergerakan air. Bergerak air yang disebabkan oleh angin atau badai akan mengakibatkan
kalsium dari organisme pembentuk karang dan lumpur karbonat bergerak berpindah ke atas
permukaan air.

3. Penambahan salinitas. Karbon dioksida kurang larut dalam air garam bila dibandingkan
dengan daya larutnya dalam air tawar, sehingga dengan bertambahnya salinitas akan
menyebabkan karbon dioksida terbebas. Bertambahnya salinitas biasanya akibat dari
penguapan dan dapat menambah jumlah kalsium sebanding dengan jumlah ion karbon.

4. Aktivitas organik. Alga dan koral mempunyai proses yang berbeda satu sama lain namun
saling membutuhkan dimana alga menghirup karbon dioksida dan akan mengeluarkan oksigen
selama berlangsungnya proses fotosintesa, sedangkan koral menghirup O2 dan akan
mengeluarkan CO2.

5. Perubahan tekanan. Air hujan mengandung sejumlah karbon dioksida mengikat jumlah udara
yang banyak, selanjutnya air hujan tersebut masuk dan melewati zona tanah dengan tekanan
karbon dioksida lebih besar dibandingkan di atmosfir, akibatnya air tanah menjadi kaya akan
karbon dioksida. Bila air tanah tersebut masuk ke dalam sebuah gua maka karbon akan larut
dalam air dan menyebabkan terbentuknya kenampakan seperti stalaktit dan stalagmit.

Hal lain adalah terbentuknya tekstur klastik pada batuan karbonat sebagai fragmentasi atau
pembentukan sekunder (contoh : oolith), dan pengendapannya menyerupai detritus.

II.2 Proses Pengendapan Ganggang dan Pemasakan Batuan Induk

Source rock kaya akan kandungan unsur atom karbon (C) yang didapat dari cangkang
cangkang fosil yang terendapkan di batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi unsur utama
dalam rantai penyusun ikatan kimia hidrokarbon. Hidrokarbon membentuk salah satu elemen
penting dari sebuah kerja sistem petroleum. Hidrokarbon adalah batuan sedimen yang kaya
akan kandungan material organik yang mungkin telah tersimpan dalam berbagai lingkungan
termasuk laut air dalam, lakustrin, dan delta bahan organik tersebut misalnya ganggang. Jadi
ganggang ini bisa saja ganggang air tawar, maupun ganggang air laut. Tentu saja batuan yang
mengandung karbon ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar
laut. Batuan yang mengandung banyak karbonnya ini yang disebut Source Rock (batuan induk)
yang kaya mengandung unsur karbon (high TOC-Total Organic Karbon). Berikut adalah ilustrasi
pengendapan ganggang (Gambar 2.1).

Gambar 2.1

Proses pengendapan ganggang.

Setelah ganggang mati dan berkumpul menjadi batuan induk, maka batuan induk ini akan
terkubur di bawah batuan-batua lainnya yang beralngsung dalam kurun waktu yang lama dan
juga tertutp oleh bataun reservoir. Kemudian source rock itu akan dimasak oleh panas bumi
yang disebut dengan istilah geothermal. Ilustrasinya seperti berikut :

Gambar 2.2

Proses Pemasakan Batuan Induk.

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa pematangan source rock (batuan induk) ini
karena adanya proses pemanasan dari panasa bumi. Juga diketahui semakin dalam batuan
induk akan semakin panas dan akhirnya menghasilkan minyak. Proses pemasakan ini
tergantung suhunya dan karena suhu ini tergantung dari besarnya gradien geothermalnya maka
setiap daerah tidak sama tingkat kematangannya. Daerah yang dingin adalah daerah yang
gradien geothermalnya rendah, sedangkan daerah yang panas memiliki gradien geothermal
tinggi. Berikut grafik pemansan source rock

Gambar 2.3

Grafik Pematangan Source Rock

Karbon atau zat arang merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C dan nomor atom 6
pada tabel periodik. Sebagai unsur golongan 14 pada tabel periodik, karbon merupakan unsur
non-logam dan bervalensi 4 (tetravalen), yang berarti bahwa terdapat empat elektron yang
dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen. Terdapat tiga macam isotop karbon yang
ditemukan secara alami, yakni 12C dan 13C yang stabil, dan 14C yang bersifat radioaktif dengan
waktu paruh peluruhannya sekitar 5730 tahun. Karbon merupakan salah satu dari di antara
beberapa unsur yang diketahui keberadaannya sejak zaman kuno. Istilah karbon berasal dari
bahasa Latin carbo, yang berarti batu bara.

Karbon memiliki beberapa jenis alotrop, yang paling terkenal adalah grafit, intan, dan karbon
amorf. Sifat-sifat fisika karbon bervariasi bergantung pada jenis alotropnya. Sebagai contohnya,
intan berwarna transparan, manakala grafit berwarna hitam dan kusam. Intan merupakan salah
satu materi terkeras di dunia, manakala grafit cukup lunak untuk meninggalkan bekasnya pada
kertas. Intan memiliki konduktivitas listik yang sangat rendah, sedangkan grafit adalah
konduktor listrik yang sangat baik. Di bawah kondisi normal, intan memiliki konduktivitas
termal yang tertinggi di antara materi-materi lain yang diketahui. Semua alotrop karbon
berbentuk padat dalam kondisi normal, tetapi grafit merupakan alotrop yang paling stabil
secara termodinamik di antara alotrop-alotrop lainnya.
Adapun karakteristik carbon memiliki berbagai bentuk alotrop yang berbeda-beda, meliputi
intan yang merupakan bahan terkeras di dunia sampai dengan grafit yang merupakan salah
satu bahan terlunak. Karbon juga memiliki afinitas untuk berikatan dengan atom kecil lainnya,
sehingga dapat membentuk berbagai senyawa dengan atom tersebut. Oleh karenanya, karbon
dapat berikatan dengan atom lain (termasuk dengan karbon sendiri) membentuk hampir 10
juta jenis senyawa yang berbeda. Karbon juga memiliki titik lebur dan titik sublimasi yang
tertinggi di antara semua unsur kimia. Pada tekanan atmosfer, karbon tidak memiliki titik lebur
karena titik tripelnya ada pada 10,8 0,2 MPa dan 4600 300 K, sehingga ia akan menyublim
sekitar 3900 K.

Karbon dapat menyublim dalam busur karbon yang memiliki temperatur sekitar 5800 K,
sehingga tak peduli dalam bentuk alotrop apapun, karbon akan tetap berbentuk padat pada
suhu yang lebih tinggi daripada titik lebur logam tungsten ataupun renium. Walaupun karbon
secara termodinamika mudah teroksidasi, karbon lebih sulit teroksidasi daripada senyawa
lainnya (seperti besi dan tembaga).

II.3 Jenis-Jenis dan Syarat-Syarat Sebagai Batuan Induk (source rock)

Dalam geologi minyak bumi, batu mengacu pada batuan sumber dari mana hidrokarbon telah
dihasilkan atau mampu dihasilkan. Mereka membentuk salah satu elemen penting dari sebuah
kerja sistem petroleum . Mereka adalah organik sedimen yang kaya yang mungkin telah
disimpan dalam berbagai lingkungan termasuk laut air dalam, lakustrin dan delta . serpih
minyak dapat dianggap sebagai source rock organik kaya tapi belum matang dari mana minyak
sedikit atau tidak telah dihasilkan dan dikeluarkan.

Batuan induk (source rock) diklasifikasikan dari jenis kerogen bahwa mereka mengandung, yang
pada gilirannya mengatur jenis hidrokarbon yang akan dihasilkan :

a. Tipe 1 batuan sumber terbentuk dari alga masih diendapkan di bawah anoksik kondisi di
dalam danau : mereka cenderung menghasilkan minyak mentah lilin ketika diberikan stres
termal selama penguburan yang mendalam

b. Tipe 2 sumber batuan terbentuk dari plankton laut dan bakteri tetap dipertahankan dalam
kondisi anoxic di lingkungan laut: mereka menghasilkan baik minyak dan gas ketika termal retak
selama penguburan dalam.

c. Tipe 3 batuan sumber terbentuk dari bahan tanaman darat yang telah diurai oleh bakteri dan
jamur dalam kondisi oxic atau sub-oxic: mereka cenderung menghasilkan sebagian besar gas
dengan minyak ringan terkait ketika termal retak selama penguburan dalam. Kebanyakan
serpih bara dan hitam legam umumnya Tipe 3 batuan sumber.

Semua batuan induk tersebut berpotensial memproduksi minyak dan gas kecuali tipe III yang
khusus memproduksi gas. Jenis-jenis dan kejadian dari ketiga tope batuan induk tersebut
dapat dilihat pada gambar. Adapun salah satu contoh dari batuan induk adalah batu
gamping.

Gambar 2.4.
Jenis-Jenis Source Rock Yang Utama Dan Kejadiannya

Batuan sumber tertentu yang disebut sebagai kelas dunia, yang berarti bahwa mereka tidak
hanya dari kualitas yang sangat tinggi tetapi juga tebal dan distribusi geografis yang luas.
Contoh:

a. Devon Tengah untuk menurunkan minyak Mississipian anoksik luas laut dan tempat tidur
sumber gas di Benua Tengah dan Appalachia : (misalnya serpih Bakken dari Basin Williston ,
yang Shale Antrim dari Cekungan Michigan , yang Shale Marcellus dari Appalachian Basin ).

b. Kimmeridge tanah liat ini Jurassic atas laut batulumpur atau setara stratigrafi yang
dihasilkan sebagian besar minyak yang ditemukan di Laut Utara dan Laut Norwegia

c. La Luna serpih Pembentukan Turonian dihasilkan sebagian besar minyak di Venezuela

d. Akhir Karbon bara bara yang dihasilkan dari usia ini sebagian besar gas di selatan Laut
Utara, Cekungan Belanda dan barat laut Jerman Basin

e. Pembentukan Hanifah Jurassic atas ini kaya karbonat Unit dilaminasi telah bersumber
minyak di raksasa Ghawar lapangan di Arab Saudi

Sedangkan Peter dan Cassa (1994) membagi atas 5 jenis batuan induk, yaitu :

1. Poor source rock 0 0.5 % TOC


2. Fair source rock 0.5 1 % TOC
3. Good source rock 1-2 % TOC
4. Very good source rock 2-4% TOC
5. Excellent >4 % TOC

Adapun syarat-syarat sebagai batuan induk yaitu

1. Mengandung kadar organik yang tinggi


2. Mempunyai jenis kerogen yang berpotensi menghasilkan hidrokarbon dan telah
mencapai kematangan tertentu sehingga dapat menghasilkan hidrokarbon.

Untuk keperluan identifikasi batuan induk, maka parameter yang dinilai dalam
penginterpretasiannya adalah:

Kuantitas (quantity) yang dapat diperoleh dengan mengetahui persentase jumlah


material organik di dalam batuan sedimen.18
Kualitas (quality) /Jenis kerogen. Kualitas/Jenis diketahui dengan Indeks Hidrogen yang
dimiliki oleh batuan induk. Dengan mengetahui besarnya maka tipe kerogennya dapat
diketahui sehingga produk yang dihasilkan pada puncak pematangan dapat pula
diketahui.
Kematangan (maturity). Dengan mengetahui tingkat kematangan suatu batuan maka
dapat diperkirakan kemampuan batuan tersebut untuk menggenerasikan minyak atau
gas bumi. Tingkat kematangan suatu batuan dapat diketahui dengan pemantulan vitrinit
(% Ro), indeks alterasi termal (TAI) dan temperatur maksimum pada pirolisis (Tmax).

II.4 Faktor Terbentuknya Source Rock

Untuk menjadi source rock ada 3 faktor yang mempengaruhi, yaitu :

1. TOC ( total organic karbon ) merupakan kuantitas dari karbon organic yang terendapkan
dalam batuan tersebut. Semakin tinggi nilai OC maka akan semakin baik source rock tersebut
dan kemungkinan terbentuknya hidrokarbon akan semakin tinggi. TOC yang dapat
menghasilkan adalah di atas 1 % .

2. Kerogen merupakan kualitas dari carbon organic yang terendapkan dala batuan tersebut.
Komposisi kerogen juga dipengaruhi proses pematangan termal (katagenesis dan metagenesis)
yang mengubah kerogen tersebut.
Gambar 2.5

Proses Pematangan Termal

Keunikan molekul kerogen :

1. Struktur Jaringan (patchwork structures): Kombinasi random dari banyak fragmen


molekul kecil.
2. Karakter kimia dan fisika kerogen dipengaruhi oleh tipe molekul biogenik dan
transformasi diagenetik molekul organik tersebut .

Kerogen akan menentukan hidrokarbon yang akan di bentuk. Kerogen ada beberapa tipe .
diantaranya :

a. Kerogen tipe I

Terbentuk di perairan dangkal

Berasal dari algae yang bersipat lipid

H/C > 1.5 dan O/C < 0,1

Menghasikan minyak

b. Kerogen tipe II

Terbentuk di marine sedimen

Berasal dari algae dan protozo

H/C antara 1,2 1,5 dan O/C antara 0,1-0,3


Menghasilkan minyak dan gas

c. Kerogen tipe III

Terbentuk di daratan

Berasal dari tumbuhan daratan

H/C < 1,0 dan O/C > 0,3

Menghasilkan gas

d. Kerogen tipe IV

Telah mengalami oksidasi sebelum terendapkan , sehingga kandungan karbon telah


terurai sebelum terendapkan

Tidak menghasilkan hidrokarbon

3. Maturity atau pematangan adalah proses perubahan zat-zat organic menjadi hidrokarbon.
Proses pematangan di akibatkan kenaikan suhu di dalam permukaan bumi. Dimana maturity di
bagi 3 yaitu antara lain :

a. Immature adalah sourcerock yang belum mengalami perubahan menjadi hidrokarbon

b. Mature adalah source rock yang sedang mengalami perubahan menjadi hidrokarbon

c. Overmature adalah source rock yang telah mengalami pematangan menjadi hidrokarbon.

4. EOM atau zat organik yang dapat diekstraksikan (extractable organic matter), merupakan
hidrokaron dan nonhidrokarbon yang dapat dilarutkan dalam CS2 atau bitumina. Volume dan
sifat dari EOM menunjukkan sifat batuan induk. Pada umumnya ekstrak dari batuan induk
susunan kimianya harus mengandung susunan utama dari minyak mentah.

II. 5 Analisis dan Evaluasi Batuan Induk

Ada 5 hal yang akan di perhatikan dalam analisis dan evaluasi batuan induk, yaitu :

1. Transformasi material organik

Menurut Waples (1985), hidrokarbon berasal dari material organik tumbuhan yang telah mati
pada masa lampau dengan proses pembentukan yang sangat rumit. Sampai saat ini, beberapa
bagian daripada proses pembentukan hidrokarbon masih belum dapat dimengerti. Namun
secara garis besar diketahui bahwa material organik ini berasal dari tumbuhan dan alga yang
terlindungi dengan baik pada sedimen berbutir halus yang terendapkan pada daerah tanpa
oksigen (anoksik). Kandungan organik ini akan berubah oleh adanya reaksi kimia dan biologi
pada suhu yang rendah (diagenesis) yang terjadi selama proses transportasi dan pengendapan.

Perubahan kimia pada tahapan ini akan berkurang dengan hilangnya kandungan oksigen (O2)
dari material organik dalam bentuk air (H2O) dan karbondioksida (CO2). Material organik yang
selama diagenesis berubah menjadi molekul yang lebih besar dinamakan kerogen. Dengan
bertambahnya kedalaman, porositas dan permeabilitas sedimen akan menurun, sementara
suhu akan naik. Perubahan ini menyebabkan terhentinya aktivitas mikroba secara bertahap,
dan pada akhirnya proses diagenesis organik akan terhenti. Dengan naiknya suhu, maka reaksi
termal menjadi semakin penting.

Selama fase berikutnya (katagenesis), kerogen mulai memisah menjadi molekul yang lebih kecil
dan mudah bergerak. Pada tahap perubahan akhir (metagenesis), produk pokoknya akan terdiri
dari molekul gas yang lebih kecil. Kerogen yang terbentuk dari material organik yang berbeda,
atau pada kondisi diagenetik yang berbeda, akan memiliki perbedaan secara kimia satu sama
lain. Adanya perbedaan ini juga akan memberi perbedaan pada karakteristik hidrokarbon yang
dihasilkan.

2. Preservasi material organik


Batuan induk, yang dicirikan oleh jumlah kandungan organik tipe tertentu akan terendapkan
pada konisi tertentu. Kondisi yang tepat untuk pembentukan sedimen yang kaya kandungan
organik adalah sebagai berikut:

Suplai detritus yang kaya material organik dalam jumlah yang banyak

Terlindungi dari proses oksidasi biogenik/ abiogenik

Sedimentasi pada daerah dengan energi rendah

Transportasi yang cepat menuju permukaan pengendapan

Kondisi anoksik (depleted oxygen) diperlukan dalam preservasi material organik pada suatu
lingkungan pengendapan, dikarenakan kondisi lingkungan ini akan membatasi aktivitas bakteri
aerobik dan organisme biturbasi yang sangat berperan dalam pengrusakan material organik.
Kondisi anoksik berkembang dimana kebutuhan oksigen lebih besar daripada suplai oksigen.
Oksigen biasanya dikonsumsi oleh proses pembusukan (degradasi) zat organik yang telah mati,
dimana kebutuhan oksigen amat besar pada area dimana produktivitas organik yang tinggi.
Pada lingkungan berair (aquatic), suplai oksigen dikontrol oleh sirkulasi air yang mengandung
oksigen dan berkurang pada kondisi pada dasar air yang stagnan.

3. Analisis kerogen

Material organik akan terpendam dalam sedimen (batuan induk) dalam bentuk yang disebut
kerogen. Pengukuran geokimia dapat digunakan untuk menentukan kadar dan tingkat
kematangan termal batuan ini. Pengukuran potensi untuk menghasilkan hidrokarbon
ditentukan oleh pengukuran Total Organic Carbon (TOC) dan pyrolysis yield. Batuan dengan
pyrolysis yield lebih besar dari 5 kg/ ton disebut batuan induk efektif. Untuk peralatan geokimia
yang lebih modern lagi, seperti gas chromatography dan studi isotop dapat digunakan untuk
menentukan produk hidrokarbon dan juga untuk aplikasi lain, seperti korelasi batuan induk
dengan minyak bumi.

Deskripsi kerogen secara visual (optical) juga dapat menjadi petunjuk yang berguna untuk
mengetahui potensi dan t

ipe hidrokarbon. Dari pengamatan secara mikroskopik pada cahaya refeksi (reflected light),
kerogen dapat diklasifikasikan kepada grup exinite, vitrinite, and inertinite. Grup exinite terdiri
dari maseral dengan potensi minyak yang signifikan, sementara grup vitrinit adalah penghasil
gas (gasprone). Grup intertinit tidak mempunyai potensi untuk menghasilkan hidrokarbon.
Pengukuran dari vitrinite reflectance sering digunakan untuk pengukuran index kematangan
thermal.

TABEL II.2

Potensi sumber dari Immature Kerogen Berdasarkan Indeks Hidrogen

Hidrogen Indeks (mg


HCg/TOC Principal Product Relative Quantity

< 150 gas Small

150-300 Oil + gas Small

300-450 Oil Moderate

450-600 Oil Large

> 600 Oil Very Large

4. Indikator kematangan termal

Vitrinite reflectance adalah indicator kematangan batuan induk yang paling sering digunakan,
dilambangkan dengan Ro (Reflectance in oil). Nilai Ro untuk mengukur partikel-partikel vitrinite
yang ada dalam sampel amat bervariasi. Untuk menjamin kebenaran pengukuran, maka
penentuan nilai Ro diperlukan secara berulang pada sampel yang sama. Bila distribusi dari
vitrinite reflectance adalah bimodal, maka ada kemungkinan telah terjadi reworking. Skala
vitrnite relectance yang telah dikalibrasikan oleh berbagai parameter kematangan yang lain
oleh studi minyak dan gas adalah sebagai berikut:
Ro < 0.55 belum matang (immature)

0.55 < Ro < 0.8 telah menghasilkan minyak dan gas bumi

0.8 < Ro < 1.0 minyak berubah menjadi gas bumi (zona kondensat gas)

1.0 < Ro < 2.5 dry gas

Vitrinite reflectance adalah indikator kematangan termal yang sangat baik pada Ro antara 0.7
dan 0.8. Salah satu penggunaan vitrinite reflectance yang juga penting dalam analisis cekungan
(basin analysis) adalah kalibrasi sejarah termal (thermal history) dan sejarah pengendapan
(burial history) dengan tingkat kematangan pada masa sekarang.

5. Akumulasi dan pembentukan minyak bumi

Hidrokarbon terbentuk ketika batuan induk telah menghasilkan dan mengeluarkan


hidrokarbon. Hidrokarbon ini seterusnya akan mengalir melalui lapisan pembawa (carrier bed)
menuju perangkap (trap). Hidrokarbon dihasilkan sebagai reaksi dari perpecahan kimiawi
kerogen (chemical breakdown) bersamaan dengan bertambahnya suhu. Dengan keluarnya
hidrokarbon dari batuan induk, maka sisa kerogen akan berubah menjadi residu karbon. Suhu
dan waktu adalah faktor terpenting dari pecahnya kerogen. Keluarnya hidrokarbon dari batuan
induk kemungkinan terjadi akibat adanya perpecahan mikro (micro-fracturing) pada batuan
induk setelah terjadi overpressure akibat terbentuknya hidrokarbon.

Batuan induk yang miskin tidak akan menciptakan cukup minyak untuk mengakibatkan ekspulsi
hidrokarbon. Pada tingkat kematangan yang lebih lanjut, maka minyak akan akan berubah
menjadi gas yang lebih mudah untuk lepas dari batuan induk. Untuk batuan induk yang kaya,
efisiensi dari pengeluaran minyak cukup tinggi (60 90 %). Lepasnya hidrokarbon dari batuan
induk ke lapisan pembawa (carrier bed) disebut juga migrasi primer (primary migration).
Perpindahan hidrokarbon melalui lapisan pembawa yang porous dan permeable menuju
perangkap (traps) disebut juga migrasi sekunder (secondary migration). Kekuatan utama dibalik
migrasi sekunder adalah adanya buoyancy yang diakibatkan oleh adanya perbedaan densitas
antara minyak (atau gas) dan air pada pori pori batuan.

Sedangkan yang menahan buoyancy ini adalah tekanan kapiler (capillary pressure). Tekanan
kapiler akan semakin naik dengan semakin kecilnya pori pori batuan. Selama migrasi sekunder
(secondary migration), hidrokarbon cenderung mengalir melalui jaringan pori pori batuan yang
saling berhubungan pada lapisan penghantar (carrier bed) daripada meliputi volume lapisan
penghantar secara keseluruhan. Perpindahan akan terhenti pada saat hidrokarbon melalui pori
batuan yang lebih kecil dimana tekanan kapiler (capillary pressure) akan lebih besar dari gaya
buoyancy dari kolom minyak. Sistem pori ini disebut juga sebagai lapisan penutup (seal) dengan
tinggi maksimum kolom minyak yang dapat ditahan oleh lapisan penutup (seal) dapat dihitung.
Hidrokarbon cenderung untuk pindah searah dengan kemiringan (true dip) pada bagian atas
dari lapisan penghantar (carrier bed). Oleh karena itu peta struktur kontur dapat digunakan
untk mebuat model arah migrasi. Selama migrasi yang panjang (sebagai contoh pada foreland
basin), hidrokarbon akan mengalir terpusat pada tinggian regional (regional high).

Hilangnya hidrokarbon pada saat migrasi sekunder (secondary migration) sangat sulit untuk
dihitung. Akhirnya, hidrokarbon akan terperangkap dalam reservoar yang yang disemuti oleh
lapisan penghambat (seal). Hidrokarbon ini akan berubah secara fisik dan kimia oleh proses
biodegradasi, water washing, deeasphalting dan alterasi termal pada perangkap tersebut

II.6 Potensi Batuan Induk Contoh-Contoh Formasi Batuan Yang Mengandung Source Rock Di
Cekungan Sumatera Selatan.
Batuan Induk yang potensial berasal dai batulempung hitam Formasi Lahat, lignit (batubara),
batulempung Formasi Talang Akar dan Batulempung Formasi Gumai. FOrmasi Lahat
mengalami perubahan fasies yag cepat kea rah lateral sehingga dapat bertindak sebagai
batuan induk yang baik dengan kandungan material organiknya 1.2 5%.
Formasi Lahat diendapkan dibagian graben dan dibagian tengah Subsekungan Palembeng.
Landaian suhu berkisar 4.8 5.5o C/100 m, sehingga kedalaman pembentukan minyak yang
komersil terdapat pada kedalaman 2000 3000 m.
Fomasi yang paling banyak menghasilkan minyak yang diketahui hingga saat ini adalah
Formasi Talang Akar, dengan kandungan material organic yang berkisar 0.5 1.5%.
Diperkirakan dibagia tengah cekungan Formasi Talang Akar telah encapai tingkatan lewat
matang. Minyak di Cekungan Sumatera Selatan berasal dai batuan induk yang mengandung
kerogen wax.
Formasi Gumai mempunyai kandungan material organik yang berkisar 1 1.38% di
Subcekungan Jambi, sedangkan di Subcekungan Palembang tidal ada data yang menunjukan
bahwa formasi ini dapat bertindak sebagai batua induk.
Kandungan Material organik pada Formasi Air Benakat berkisar antara 0.5 50%, karena
pada Formasi ini banyak mengandung lapisan lignit. Tetapi kadungan rata-ratanya adalah
1.1%. Temperatur jendela minyak (oil window) adalah 115 oC pada kedalaman 1700 m,
sedangkan jendela gas (gas window) adalah 320 oC pada kedalaman 2500m.
Pada gambar 2.6. ditampilkan kolom stratigrafi dari cekungan Sumatera Selatan.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa salah satu contoh dari batuan induk adalah batu
gamping. Pada kolom tersebut, batu gamping banyak terdapat pada formasi Baturaja dan
Gumai. Selain itu terdapat pasir gampingan pada formasi Talangakar juga terdapat unsur-
unsur gamping pada formasi Air Benakat.
Gambar 2.6.
Kolom Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kami peroleh dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Source rock atau batuan induk itu adalah batuan sedimen yang bisa menghasilkan
hidrokarbon yang sangat penting peranannya dalam sumberdaya energy
2. Source rock berasal dari pengendapan ganggang atau fosil-fosil organiak dalam kurun
waktu yang sangat lama
3. Source rock mengalami pemanasan dari geothermal, yang akan menghasilkan minyak
bumi
4. Adapun syarat-syarat sebagai batuan induk yaitu
A. Mengandung kadar organik yang tinggi
B. Mempunyai jenis kerogen yang berpotensi menghasilkan hidrokarbon dan telah
mencapai kematangan tertentu sehingga dapat menghasilkan hidrokarbon.
5. Untuk menjadi source rock ada 3 faktor yang mempengaruhi, yaitu :
A. TOC (total organic carbon) merupakan kuantitas dari karbon organik yang
terendapkan dalam batuan tersebut. Semakin tinggi nilai OC maka akan semakin
baik source rock tersebut dan kemungkinan terbentuknya hidrokarbon akan
semakin tinggi. TOC yang dapat menghasilkan adalah di atas 1 % .
B. Kerogen merupakan kualitas dari karbon organic yang terendapkan dalam batuan
tersebut. Kerogon akan menentukan hidrokarbon yang akan di bentuk.
C. Maturity atau pematangan adalah proses perubahan zat-zat organik menjadi
hidrokarbon. Proses pematangan diakibatkan kenaikan suhu di dalam permukaan
bumi

Anda mungkin juga menyukai